Professional Documents
Culture Documents
CASE PRESENTATION
FAKULTAS KEDOKTERAN
OKTOBER 2013
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TUMOR ESOFAGUS
DISUSUN OLEH :
Rizky Amalia Ramadhani
C 111 09 290
PEMBIMBING :
dr. Rafiqah Masyita
SUPERVISOR :
dr. Sulaihi, Sp.B-KBD
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa :
Nama
NIM
: C 111 09 290
Fakultas
: Kedokteran
Universitas
: Hasanuddin
Judul
: TUMOR ESOFAGUS
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Pembimbing
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTIFIKASI
Nama
: Yuliana Suebu
Tanggal lahir
: 19/09/1950
Umur
: 63 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Rekam Medis
: 632038
Tgl MRS
: 08/10/2013
Tgl Anamnesis
: 11/10/2013
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sulit menelan
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Sakit sedang/gizi baik/composmentis
Status Vitalis
Tekanan Darah: 130/90mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 37oC
Kepala
Konjungtiva
: anemis (-)
Sklera
: ikterus (-)
Bibir
Gusi
: perdarahan (-)
Mata
pupil bulat, isokor, 2,5mm/2,5mm, RC +/+
Leher
Kelenjar getah bening :tidak terdapat pembesaran
DVS
: R-2 cmH20
Deviasi trakea
: tidak ada
Palpasi
Perkusi
: sonor R=L
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen :
Inspeksi
: datar, ikut gerak napas, darm contour (-), darm steifung (-)
Auskultasi
Palpasi
: Massa tumor tidak teraba, nyeri tekan tidak ada, defans (-)
Hepar/Lien tidak teraba.
Perkusi
: timpani
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
Hasil
WBC
RBC
HGB
HCT
PLT
Ureum
2,8
4,71
12,3
37,0
109
26
Kreatinin
0,5
GOT
GPT
GDS
17
8
248
Nilai
normal
4,00-10,0
4,00-6,00
12,0-16,0
37,0-48,0
150-400
10-50
L(<1,3);
P(<1,1)
< 38
< 41
140
Nilai
Pemeriksaan
Hasil
CT
BT
Na
K
Cl
PT
APTT
INR
800
300
132
3,03
101
11,2
35,7
0,8
Non
normal
4-10
1-7
136-145
3,5-5,1
97-111
10-14
22,0-30,0
Non
Reaktif
Non
Reaktif
Non
Reaktif
Reaktif
HbsAg
Anti HCV
Endoskopi (04/10/2013)
F. DIAGNOSIS KERJA
Tumor Esofagus 1/3 Distal + post op gastrotomy
G. PENATALAKSANAAN
IVFD RL 28 tpm
Ceftriakson 1gr/12j/iv
Ketorolac 1amp/8j/iv
Ranitidin 1amp/8j/iv
Puasa
H. Gastrotomy
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
PENDAHULUAN
Tumor esofagus merupakan jenis tumor yang paling sering terjadi di
dalam sel yang melewati dinding kerongkongan. Tumor esofagus ada yang
bersifat jinak dan ada yang bersifat ganas. Tumor jinak yang paling sering
terdapat pada esofagus adalah tumor yang berasal dari lapisan otot, yang
disebut dengan leiomioma. Sedangkan tumor yang bersifat ganas sering
dikenal dengan kanker esofagus. Jenis yang paling sering terjadi pada kanker
kerongkongan adalah squamous sel carcinoma dan adenokarsinoma, Dari
kedua tumor tersebut sekitar 95% tumor yang ada di esofagus adalah tumor
yang bersifat ganas.1
Kanker esofagus merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di
daerah yang dikenal dengan julukan Asian Esophageal Cancer Belt yang
terbentang dari tepi selatan laut Kaspia di sebelah barat sampai ke utara Cina
meliputi Iran, Asia Tengah, Afganistan, Siberia, dan Mongolia.1,2
Kanker esofagus merupakan peringkat ke enam penyebab kematian
yang disebabkan oleh kanker. Sekitar 80 persen kematian terjadi di negara
berkembang seperti Afrika Selatan dan Cina. Insidens karsinoma esofagus
sangat bervariasi diberbagai negara, banyak ditemukan di China, Jepang,
Rusia, Hongkong, Skandinavia, dan Iran. Di negara-negara barat seperti
Amerika dan Inggris jarang ditemukan karsinoma esofagus. Dilaporkan di
China insiden karsinoma esofagus 19,6/100.000 pada laki-laki dan
9,8/100.000 pada wanita, bahkan pada propinsi Hunan, Shanxi dan Hebey
insiden mencapai 100/100.000 penduduk. Sedang Di Amerika dilaporkan
insiden 6/100.000 pada laki-laki dan 1.6/100.000 pada wanita.1,3
II.
10
11
dan rongga perut mendapat darah dari a. phrenica inferior sinistra dan
cabang a. gastrika sinistra.3,4
Pembuluh vena dimulai sebagai pleksus di submukosal esofagus. Di
esofagus bagian atas dan tengah, aliran vena dari plexus esofagus berjalan
melalui vena esofagus ke v. azigos dan v. hemiazigos untuk kemudian
masuk ke vena kava superior. Di esofagus bagian bawah, semua
pembuluh vena masuk ke dalam vena koronaria, yaitu cabang vena porta
sehingga terjadi hubungan langsung antara sirkulasi vena porta dan
sirkulasi vena esofagus bagian bawah melalui vena lambung tersebut.
12
13
3. Muskularis
Otot bagian esofagus, merupakan otot rangka. Sedangkan otot
pada separuh bagian bawah merupakan otot polos, bagian yang
diantaranya terdiri dari campuran antara otot rangka dan otot polos.
4. Lapisan bagian luar (Serosa)
Terdiri dari jaringan ikat yang jarang menghubungkan
esofagus dengan struktur-struktur yang berdekatan, tidak adanya
serosa mengakibatkan penyebaran sel-sel tumor lebih cepat (bila ada
kanker esofagus) dan kemungkinan bocor setelah operasi lebih besar.
14
3-4 cm/ detik, dan membutuhkan waktu 8-9 detik untuk mendorong
makanan ke lambung. Gerakan peristaltik sekunder terjadi oleh adanya
makanan dalam esofagus. Sesudah gerakan peristaltik primer dan masih
ada makanan pada esofagus yang merangsang reseptor regang pada
esofagus, maka akan terjadi gelombang peristaltik sekunder. Gelombang
peristaltik sekunder berakhir setelah semua makanan meninggalkan
esofagus. Esofagus dipisahkan dari rongga mulut oleh sfingter esofagus
proksimal atau sfingter atas esofagus (upper esopaheal spinchter/ UES),
dan dipisahkan dengan lambung oleh sfingter esofagus distal atau
sfingter bawah esofagus (lower esophageal spinchter/ LES). Sfingter
esofagus proksimal terdiri dari otot rangka dan diatur oleh n. vagus.
Tonus dari otot ini dipertahankan oleh impuls yang berasal dari neuron
post ganglion n. vagus yang menghasilkan asetilkolin.3,4
Sfingter esofagus distal yang terletal 2-5 cm di atas hubungan antara
esofagus dan lambung merupakan otot polos. Secara anatomis,
strukturnya tidak berbeda dengan esofagus tetapi secara fisiologis
berbeda oleh karena dalam keadaan normal sfingter selalu konstriksi.
Proses menelan dapat di bagi menjadi 3 tahap yaitu :
1. Faseoral, yang mencetuskan proses menelan
Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan
bercampur dengan liur akan membentuk bolus makanan melalui
dorsum lidah ke orofaring akibat kontraksi otot intrinsik lidah.
Kontraksi m. levator veli palatini mengakibatkan rongga pada tekukan
dorsum lidah diperluas, palatum mole dan bagian atas dinding
posterior faring (Passavants ridge) terangkat penutupan nasofaring
akibat
kontraksi
m.
levator
veli
palatine
kontraksi
m.
15
DEFINISI
Tumor esofagus terdiri dari tumor yang bersifat jinak dan tumor yang
bersifat ganas (kanker). Berbagai jenis tumor yang bermassa jinak dapat
tumbuh dan berkembang dari lapisan dinding yang berbeda yang ada di
esofagus. Tumor jenis ini biasanya tanpa gejala dan tumbuh secara lambat,
bahkan tumor jinak ini sering tercatat hanya sebagai temuan insidentil selama
radiografi rutin atau endoskopi. Tumor jinak yang paling sering terdapat pada
esofagus adalah tumor yang berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan
leiomioma. Karena tumor berasal dari propria muskularis, tumor tersebut
ditutupi oleh submukosa yang utuh dan mukosa, sehingga sulit untuk
dilakukan biopsi secara endoskopi. Sedangkan tumor yang bersifat ganas
sering dikenal dengan kanker esofagus.1,5
Kanker esofagus adalah karsinoma yang berasal dari epitel berlapis
gepeng yg melapisi lumen esofagus. Kanker esofagus dimulai dari lapisan
dalam (mukosa) dan tumbuh hingga ke submukosa dan lapisan otot. Dari
kedua tumor tersebut hampir 95% tumor yang ada di esofagus adalah tumor
yang bersifat ganas.5
16
IV.
KLASIFIKASI TUMOR
Berdasarkan histopatologinya, kanker esofagus dibagi menjadi 4 jenis,
yaitu,
1. Tumor epitel
Merupakan jenis tumor yang berasal dari lapisan epitel esofagus. Tumor
jenis ini merupakan tumor uang paling sering didapatkan pada esofagus.
Tumor
epitel
dibagi
menjadi
squamous
cell
carcinoma
dan
adenokarsinoma.5
2. Tumor metastase
3. Limfoma
Jenis tumor yang berasal dari sel kekebalan tubuh yang ada di esofagus
4. Sarcoma
Merupakan jenis tumor yang berasal dari dinding muscular esofagus.
Berdasarkan jenis sel yang melapisi esofagus, maka kanker esofagus
dibagi menjadi epitel berlapis gepeng (squamous cell carcinoma) dan
adenokarsinoma. Squamous cell carcinoma dapat terjadi disepanjang
esofagus. Jenis kanker ini meliputi 95% kejadian kanker esofagus di Amerika
Serikat. Kanker yang terjadi di sel kelenjar disebut adenokarsinoma. Jenis sel
ini bukanlah sel yang biasanya ada dan menjadi bagian di lapisan dalam
esofagus. Sebelum menjadi adenokarsinoma, sel glandular menggantikan
posisi sel squamous, dan inilah yang sering disebut dengan Barretts
esophagus. Kanker tipe ini sering terjadi di bagian yang lebih bawah dari
esofagus, yang merupakan tempat terbanyak kejadian adenokarsinoma.5
V.
EPIDEMIOLOGI
Kanker esofagus merupakan peringkat ke enam penyebab kematian
karena kanker. Sekitar 80 persen kematian terjadi di negara berkembang
seperti Afrika Selatan dan Cina. Di amerika pada tahun 2000, angka kejadian
kasus baru mencapai angka 12.300 sedangkan angka kematian mencapai
12.100. dalam 25 tahun terakhir ini, terjadi peningkatan kejadian
adenokarsinoma esofagus distal yang cukup signifikan.1,3, 6
17
FAKTOR RESIKO
Penyebab kanker esofagus belum diketahui dengan pasti akan tetapi
para peneliti percaya bahwa beberapa faktor resiko seperti merokok dan
alkohol, dapat menyebabkan kanker esofagus dengan cara merusak DNA sel
yang melapisi bagian dalam esofagus, akibatnya DNA sel tersebut menjadi
abnormal. Iritasi yang berlangsung lama pada dinding esofagus, seperti yang
terjadi pada GERD, Barretts esophagus dan akhalasia dapat memicu
terjadinya kanker. Beberapa faktor resiko yang dapat mempertinggi kejadian
kanker esofagus diantaranya adalah :
1. Merokok dan konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dan merokok berkaitan dengan kejadian kanker
esofagus. Alkohol dan rokok dapat menyebabkan iritasi kronik pada
mukosa esofagus. Orang yang merokok 1 bungkus perhari memiliki
resiko 2 kali lebih tinggi untuk menderita adenokarsinoma esofagus
dibandingkan dengan yang tidak merokok
18
2. Obesitas
Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki resiko tinggi
untuk menderita adenokarsinoma esofagus. Hal ini berkaitan dengan
peningkatan tekanan intra abdomen dan refluk esofagus.
3. Gastro esophageal reflux disease (GERD)
Orang yang menderita GERD, beresiko 2 hingga 16 kali lebih tinggi
untuk menderita adenokarsinoma esofagus dibandingkan dengan orang
normal. Resiko bergantung pada seberapa panjang refluk dan gejala yang
terjadi. Sekitar 30 % kejadian kanker esofagus dikaitkan dengan kejadian
GERD.
4. Diet
Makan makanan yang banyak mengandung buah-buahan dan sayursayura, berkaitan dengan berkurangnya angka kejadian kanker esofagus.
Buah-buahan dan sayur-sayuran mengandung banyak vitamin dan mineral
yang membantu dalam mencegah terjadinya kanker. Sekitar 15 5 kanker
esofagus dikaitkan dengan rendahnya asupan buah-buahan dan sayuran.
Makan makanan yang sedikit mengandung buah-buahan dan sayursayuran dapat meningkatkan kejadian kanker esofagus.
5. Akhalasia
Pada penyakit ini, otot pada bagian bawah esofagus tidak berfungsi
dengan baik. Makanan dan cairan yang yang masu ke dalam lambung
menjadi tertahan dan cenderung berkumpul di esofagus. Akibatnya
esofagus mengkompensasi dengan melakukan dilatasi. Orang dengan
akhalasia memiliki resiko untuk mengalami kanker esofagus 15 kali lebih
besar dibandingkan dengan orang normal. Sekitar 6% (1 dari 20 orang)
dari semua kasus akhalasia berkembang menjadi kanker squamous cell
carcinoma. Pada umumnya, kanker terjadi sekitar 17 tahun setelah pasien
didiagnosa akhalasia.
6. Bakteri lambung
Bakteri lambung, helicobacter pylori dapat menyebabkan masalah
lambung, termasuk ulserasi dan beberapa jenis kanker lambung. Infeksi
karena nakteri ini dapat diobati dengan antibiotic dan tambahan obat yang
19
MANIFESTASI KLINIS
Keterlambatan antara awitan gejala-gejala dini serta waktu ketika
pasien mencari bantuan medis seringkali antara 12-18 bulan, biasanya
ditandai dengan lesi ulseratif esofagus tahap lanjut.
1. Disfagia
20
21
Pendarahan juga bisa terjadi pada pasien kanker esofagus. Sel tumor
mampu tumbuh keluar aliran darah, menyebabkan terjadinya nekrosis dan
ulserasi pada mukosa dan menghasilkan pendarahan di daerah
gastrontestinal. Jika pendarahan terjadi dalam jumlah yang banyak, maka
feses juga bisa berubah menjadi warna hitam tapi hal ini bukan berarti
tanda bahwa kanker esofagus pasti ada.
6. Pada pemeriksaan fisik tampak pasien menjadi kurus karena gangguan
menelan dan anoreksia Jika telah lanjut, terdapat pembesaran kelenjar
getah bening daerah supraklavikula dan aksila, serta hepatomegali.
VIII.
22
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1
M1a
M1b
Keterangan :
T (Tumor): Tis: Karsinoma in situ
T1: Tumor invasi pada lamina propria atau submucosa
T2: Tumor invasi pada muskularis
T3: Tumor invasi pada lapisan adventitia
T4: Tumor invasi pada organ lain
N (Nodul): N0: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
N1: Ada pembesaran kelenjar limfe regional
M (Metastase): M0: Tidak ada metastase
M1: Ada metastase
IX.
PENEGAKAN DIAGNOSTIK
23
Evaluasi Diagnostik
Diagnosis kanker esofagus dapat ditegakkan dengan anamnesis dan
pemeriksaan penunjang termasuk didalamnya imaging studies dan endoskopi.
1. Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat,
terdapat gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT,
ureum dan creatinin yang mengalami peningkatan.
2. Imaging studies
a. Barium swallow
Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan
melapisi dinding esofagus. Ketika dilakukan penyinaran (sinar X),
barium akan membentuk esofagus dengan jelas. Tes ini dapat
digunakan untuk melihat apakah ada kelainan pada permukaan
dinding esofagus.
Tes barium biasanya menjadi pilihan utama untuk melihat
penyebab disfagia. Bahkan sebagian kecil tumor, dapat terlihat dengan
menggunakan tes ini. Tes barium tidak dapat digunakan untuk
menentukan seberapa jauh kanker telah bermetastase.9,10
b. CT Scan
CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker
esofagus, tetapi CT Scan dapat membantu dalam menentukan
penyebaran dari kanker esofagus. CT Scan dapat menunjukkan lokasi
dimana kanker esofagus berada dan dapat membantu dalam
menentukan apakah pembedahan merupakan tatalaksana terbaik untuk
kanker esofagus. Sebelum gambar diambil, pasien diminta untuk
minum cairan kontras, sehingga esofagus dan bagian usus
dapat
24
jaringan kanker maupun jaringan lain yang ada di sekitar kanker yang
tampak tidak normal. Contoh jaringan yang telah diambil kemudian
dikirim ke laboratorium, dan dengan bantuan mikroskop dapat
ditentukan apakah jaringan tersebut merupakan jaringan yang bersifat
ganas (kanker). Jika kanker esophagus menutupi lumen esophagus,
maka lumen tersebut dengan bantuan alat dan endoskopi dapat
dilebarkan sehingga makanan dan cairan dapat melaluinya.9,10
b. Endoscopic ultrasound
Merupakan jenis endoskopi yang menggunakan gelombang suara
untuk melihat gambar bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini sangat
berguna untuk menentukan ukuran dari kanker esofagus dan seberapa
jauh kanker tersebut telah menyebar ke jaringan lain. Uji ini tidak
memiliki dampak radiasi, sehingga aman untuk digunakan.
Gambar 4. Endoskopi
4. Bronkoskopi dan mediastinokopi
Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada
sepertiga tengah dan atas esofagus, untuk menentukan apakah trakea
telah terkena dan untuk membantu dalam menentukan apakah lesi dapat
diangkat. Sedangkan mediastinoskopi digunakan untuk menentukan
apakah kanker telah menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain.
25
X.
PENATALAKSANAAN
Sebelum merencanakan dan memberikan terapi pada karsinoma
esofagus, perlu dilakukan penentuan stadium (staging) dan pengelompokan
stadium tumor. Penentuan tingkatan tumor ini dimulai dengan anamnesis dan
pemeriksaan
jasmani
yang
teliti,
dilengkapi
dengan
pemeriksaan
adanya
metastasis
ke
organ
lain.
Pembedahan
dapat
26
diangkat, bergantung pada staging tumor dan lokasi tumor berada. Jika
tumor terletak di bagian distal esofagus, maka bagian esofagus yang
diangkat bisa mencapai 8 hingga 10 cm dari normal esofagus.4,11
Beberapa metode esofagektomi:
McKeowns operation
Pendekatan 3 lapangan operasi, meliputi laparotomi, thorakotomi dan
Insisi servikal, dibuat anastomosis antara lambung keesofagus di
servikal.
Ivor Lewis operation
Pendekatan 2 lapangan operasi, meliputi laparotomi dan thorakotomi,
dilakukan anastomosis antara lambung dengan oesophagus di thoraks.
Laparoscopy-assisted esophagectomy
Hampir sama dengan transhiatal approach tetapi menggunakan
laparoscopic instruments untuk mobilisasi esophagus intra thoracic.
Open esophagectomy
Esophagus dapat diangkat dengan melakukan insisi melalui abdomen
dan torak, yang dikenal dengan nama esofagektomi transtorakal. Jika
insisi dilakukan melalui abdomen dan leher disebut esofagektomi
transhiatal.
Minimally invasive esophagectomy
Esophagus dapat diangkat melalui insisi yang kecil, tindakan ini
disebut
dengan
esofagektomi
invasif
minimal.
Ahli
bedah
27
menggunakan sejenis teleskop yang tipis melalui insisi. Alat ini akan
mempermudah ahli bedah untuk melihat esofagus selam operasi.
Efek samping tindakan pembedahan
Seperti operasi lainnya, tindakan pembedahan pada esofagus juga
memiliki beberapa resiko. Serangan jantung atau pembentukan bekuan
darah di paru dan di otak dapat terjadi selama proses pembedahan.
Komplikasi paru-paru, seperti pneumoni, kebocoran pada tempat
penyambungan esofagus dan lambung, mual dan muntah, meningkatnya
resiko infeksi, striktur esofagus dapat terjadi sebagai akibat dari tindakan
pembedahan
B. Terapi Radiasi
Terapi radiasi (juga disebut radioterapi) menggunakan sinar berenergi
tinggi
untuk
membunuh
sel-sel
kanker.
Sinar
tersebut
hanya
bersamaan
dengan
keluarnya
tabung,
sehingga
tidak
28
Efek samping dari terapi radiasi bergantung pada dosis dan tipe
radiasi. Terapi radiasi eksternal yang dilakukan pada daerah dada dan
abdomen dapat menyebabkan radang tenggorokan, atau nyeri pada perut
dan usus. Efek samping lainnya yaitu mual dan muntah. Selain itu, kulit
di daerah yang mendapat terapi dapat menjadi merah, kering, dan nyeri.
Terapi radiasi dapat menyebabkan masalah dalam proses menelan.
Misalnya, kadang-kadang terapi radiasi dapat melukai esofagus dan
menyebabkan kesulitan dalam menelan. Atau, radiasi juga dapat
menyebabkan esofagus menjadi sempit. Oleh karena itu, Sebelum terapi
biasanya sebuah tabung plastik dimasukkan ke dalam esofagus untuk
menjaga agar esofagus tetap terbuka.
C. Kemoterapi
Kebanyakan orang dengan kanker kerongkongan mendapatkan
kemoterapi. Kemoterapi menggunakan obat untuk menghancurkan sel-sel
kanker. Obat-obat untuk kanker kerongkongan biasanya diberikan melalui
pembuluh darah (intravena). Kemoterapi biasanya diberikan dalam
beberapa siklus. Setiap siklus memiliki masa perawatan diikuti oleh masa
istirahat.11
Regimen yang sering digunakan untuk kemoterapi adalah
5-Fluorouracil
5-Fluorouracil + Cisplatin
ECF (Epirubicin + Cisplatin + 5-Fluorouracil)
IFL (Irinotecan + 5-Fluorouracil + Leucovorin)
TIC (Paclitaxel + Ifosphamide + Carboplatin)
Efek samping tergantung terutama pada obat yang diberikan dan
berapa banyak dosis yang digunakan. Kemoterapi dapat membunuh sel
kanker dengan cepat, akan tetapi obat tersebut juga dapat membahayakan
sel-sel normal yang ada di dalam tubuh yang membelah dengan cepat
seperti :
29
Sel darah: saat kemoterapi menurunkan kadar sel darah yang sehat,
maka seseorang dapat lebih mudah untuk mendapatkan infeksi, mudah
memar atau berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah.
Kemoterapi dapat
PROGNOSIS
Jika terdiagnosis secara dini, secara keseluruhan tumor esofagus
memiliki prognosis yang baik. Sebanyak 70% penderita mengalami metastase
pada kelenjar limfa nodus. Jika tidak ada keterlibatan limfa nodus, maka 50
% pasien dapat bertahan hidup selama 5 tahun. Jika sudah terjadi metastase,
maka hanya 1 dari 8 penderita yang mampu bertahan hingga 5 tahun.1,5,9
30