You are on page 1of 7

HUBUNGAN MEROKOK DAN VENTILASI RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MEGANG KOTA LUBUKLINGGAU

Susmini Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Depkes Palembang Abstract : Tuberkulosis is a disease directly caused by the Tuberculosis germ (Mycobacterium Tuberculosis) most of them attack tuberculosis but can also on other organs (Depkes RI, 2002). Mycobacterium tuberculosis infect a third word population. Each years, 8 mililion people suffering from tuberculosis, even almost 2 milillion people died because of the disease (Laban,2008). This study iams to determine the Smiking and House Ventilation Relationship with the tuberculosis incidence at Megang Community Health Center ( Puskesmas ) word area of the Lubuklinggau City years 2009, this research methods is using Descriftive analitycs by case control design, the number of respondens was 38 case control with the samples Total. This study use primary data collected throught the questionnaire injuly 2009. Result of this research Soking have known 24 (63,2%) TB patient who smoke and people who do not smoke have 14 ( 36,8%). From the result of the analysis house ventilation have known 33 TB lung (86,8%) have a home ventilation 10% of the broa d floor of the house while having TB Lung ventilation < 10% broad floor of the house there are 5 (13,2%) . result statistics Chi Square test show that there is no relationship between smoking and house ventilation with the tuberculosis incidence at Megang Community haket center work area of Lubuklinggau City Years of 2009. From the result of this resouch have some suggestions that need the follow up the sting of the health should be more intensive in the understanding of TB patients with the lung how health counseling, and encourage families to become the PMO (Supervisor Drugh Consumption), and this research is excepted to proceed with other researchers. Keywords : Smoke, house ventilation, tuberculosis incidence. Tuberkolosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (mycobacterium tubercolosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang organ tubuh lainnya ( Depkes RI, 2002). Myicobacterium tubercolosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, sekita 8 juta penduduk dunia deserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun. Dinegara berkembang kematian ini merupakan 25 % dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95 % penderita TB akan meningkat. Kematian wanita karena TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan, serta nifas ( WHO, 1993 ) Secara kasar diperkirakan dari 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 orang penderita TB paru yang sangat menular. Penyakit TB paru menjadi masalah social karena sebagian besar penderitanya adalah kelompok usia kerja produktif, kelompok ekonomi lemah, dan tingkat pendidikan rendah. Selain itu, masalah lainnya adalah pengobatan penyakit TB Paru memerlukan jangka waktu yang lama dan rutin yaitu 6-8 nulan. Dengan demikian, apabila penderita minum obat secara tidak teratur/ tidak sesuai, justru akan mengakibatkan terjadinya kekebalan ganda kuman TB Paru terhadap anti tuberkolosis ( OAT ), yang akhirnya untuk pengobatannya penderita harus mengeluarkan biaya yang tinggi/mahal serta dalam jangka waktu yang relative lebih lama (Laban, 2008) Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) tahun 1995, penyakit TB Paru merupakan penyebab kematian nomor 3(Tiga) selain penyakit jantung serta saluran pernafsan ( Laban,2008 ). Ada banyak factor yang dapat berpengaruh untuk terjadi TB Paru antara lain : factor usia lanjut factor lingkungan, nutrisi yang kurang, perumahan yang kumuh dan kurang ventilasi, pekerjaan, bahan toksik, rokokk, alcohol, factor imonologic, infeksi primer, pernah mendapatkan BCG atau tidak ( Permadi, 2009. Tuberkolosis (TB) dan kebiasaan merokok merupakan dua masalah besardunia, dan keduanya merupakan agenda penting WHO sat ini. Keduanya juga merupakan semacam paduan dari gambaran penyakit menular penting ( TB Paru ) serta kebiasaan merokok yang banayk berhubungan dengan kejadian penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, asma dan kanker paru hal ini kadi sangat penting khususnya bagi Indonesia yang merupakan penyumabng kasus TB Paru ketiga terbanyak didunia dan juga memiliki jumlah perokok nomor lima paling besar didunia, dua Prestasi yang tidak perlu dibanggakan (Prasodjo, 2005). Peneliti lain menunjukan hubungan antara kebiasaan merokok dengan aktif tidaknya penyakit tuberkolosis serta factor resiko terjadi tuberkolosis paru pada dewasa muda dan terdapat dose-respone relationship dengan jumlah rokok yang dihisap perharinya. Peneliti lain menemukan bahwa anak

yang terpapar asap rokok (perokok pasif) ternyata lebih BAHAN DAN CARA KERJA Jenis penelitian yang digunakan adalah metodedeskriptif analitik yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujan utama yaitu untuk mengetahui hubungan variabel indevendent adalah Merokok dan Ventilasi Rumah dan variabel devendent nya yaitu TB Paru (Notoatmodjo, 2005) dan menggunakan rancangan case control yang bertujuan untuk mengetahui hubungan merokok dan venrtilasi rumah dengan kejadian TB Paru diwilayah kerja Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau taun 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita TB Paru yang tercatat dalam data diwilayah kerja Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau Tahun 2009. Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling yaitu keseluruhan populasi yang berjumlah 38 orang dengan kriteria : Penderita TB Paru yang ada diwilayah kerja puskesmas Megang Kota Lubuklingggau pada Tahun 2008, bersedia menjadi responden, bisa membaca dan bagi yang tidak bisa membaca dan tidak mengerti dilakukan wawancara langsung. Sampel untuk kontrol adalah tengga

penderita TB Paru yang berjumlah 38 orang dengan kriteria : jenis kelamin sama dengan kasus, bersedia menjadi responden, bisa membaca dan bagi yang tidak bisa membaca dan tidak mengerti dilakukan wawancara langsung. Penelitian dilaksanakan diwilayah kerja puskesmas Megang Kota Lubuklinggau pada tanggal 10-15 Juli Tahun 2009. Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan dengan instrumen berupa kuisoner yang berisi pertanyaan memiliki beberpa alterb\natif jawaban dan data sekunder yang diperoleh peneliti dari Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau. Analisa yang digunakan secara analisa uivariat dan bivariat mmenggunakan uji statistis ( Uji Chi Square) dengan derajat kepercayaan 95%. HASIL Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan untuk mempelajari distribusi frekuensi variable yang diteliti yaitu : merokok , ventalasi rumah, kajadian TB Paru untuk memudahkan mempelajari distribusi frekuensi yang akan diteliti dapat dilihat pada uraian dibawah ini.

Tabel. 1 Distribusi Responden menurut Merokok, Ventilasi Rumah pada penderita TB Paru, kejadian TB Paru dan Kontrol diwilayah kerja Puskesmas Megang Kota Lubuk Linggau Tahun 2009 Variable Ya Tidak Ventilasi Rumah Ventilasi 10 % dari luas lantai Ventilasi < 10 % dari luas lantai 33 5 35 3 68 8 89,5 10,5 TB Paru 24 14 Kontrol 23 15 Jumlah 47 29 Persentase 61,8 38,2

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa penderita TB Paru dan kontorl yang merokok sebanyak 47 responden (61,8%) dengan jumlah rokok yang dihisap setiap harinya sebanyak 10-20 batang perhari, sedangkan penderita TB Paru dan control yang tidak merokok sebanyak 29 responden (38,2%). Ventilasi rumah penderita TB Paru dan control < 10 % dari luas lantai sebnayk 8 responden (10,5%) dan ventilasi rumah penderita TB Paru dan control yang > 10%dari luas lantai sebanyak 68 responden (89,5%). Analisa Bivariat Analisa yang dilakaukan untuk mengetahui hubungan dengan antara variable dengan independen yaitu merokok, ventilasi rumah dengan menggunakan uji statistic chi square dengan hasil p value = ( <0,05)

Tabel. 2 Distribusi Responden menurut Merokok, Ventilasi Rumah dengan kejadian TB Paru diwilayah kerja Puskesmas Megang Kota Lubuk Linggau Tahun 2009 TB Paru Sakit / Case Variabel n Merokok Ya Tidak Total Ventilasi rumah <10% dari ;uas lantai >10% dari luas lantai Total 5 33 38 13,2 86,8 100 3 35 38 7,9 92,1 100 0,711 24 14 38 63,2 36,8 100 23 15 38 60,5 39,5 100 1,00 % n % Tidak Sakit / control P Value

Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan penderita TB Paru yang merokok ada 24 responden (63,2%). Hasil analisis dengan uji chi square dapat dilihat bahwa p value = 1,000 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara merokokk dengan kejadian TB Paru. Penderita TB Paru yang ventilasi rumah < 10%dari luas lantai ada 5 responden (13,2%) hasil analilis dengan uji chi square dapat dilihat bahwa p value = 0,711 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara ventilasi rumah dengan kejadian TB Paru. Pembahasan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Megang Kota Lubuk Linggau Penelitian ini penderita TB Paru yang terdapat diwilayah kerja Puskesma Megang Kota Lubuk Linggau yang menderita TB Paru sebnyak 38 orang pada tahun 2008. Penelitian TB Paru sebanyak 76 responden yaitu 38 responden sebagai penderita TB Paru dan 38 Responden sebagai control yaitu tetangga penderita TB Paru, penderita penyakit TB Parudikota Lubuk linggau jumlah penderita dipuskesmas megang sebanyak 38 penderita (24,05%) dari seluruh puskesmas yang ada dikota Lubuklinggau. Saat ini WHO telah merekomendasikan strategi penanggulangan TB Paru yang dikenal sebagai Directly ObservedTreatment Short Course (DOTS) Sebagai strategi penyembuhan tb Paru jangka pendek dengan pengawasan secara langsung untuk menekankan pentingnya pengawasan terhadap penderita TB Paru agar menelan obatnya secara teratur sesuai dengan ketentuan sampai dinyataan sembuh. Strategi DOTS memberikan angka kesembuhan yang tinggi bisa sampai 95% bagi pendrita TB Paru (WHO,1993). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Menunjukan bahwa penyakit TB Paru merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit Kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia ( Depkes RI,2003) Hubunngan Merokok Responden dengan Kejadian TB Paru Berdasarkan penelitian proporsi responden yang mendeita TB Paru yang merokok ada 24 orang (63,16 %) dengan jumlah rokok yang dihisap setiap harinya sebnyak 10/20 batang/hari, banyak dari proporsi penderita TB Paru yang tidak merokok ada 14 orang (36,84 %). Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paruparu. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (Hipertropi) dan kelenjar mulus bertambah banyak (Hiperplasia). Pada saluran napas kecil terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lender. Pada jaringan paru-paru terjadi penigkatan jumlah sel radang dan kerusakan alpioli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada pungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinis ( Prasodjo, 2005 ). Depertemen pulmunologi dan kedokteran respirasi PKUI menyebutkan bahwa merokok juga terkait dengan kejadian TB Paru, data lain

menunjukan hubungangan antara kebiasaan merokok dengan tuber kulosi aktif, hasil nya hanya bermakna pada mereka yang telah merokok lebih dari 20 tahun lamanya ( Aditama, 2007 ). Dalam penelitian ini tidak sama dengan Prasodjo ( 2005 ) yang menyatakan kebiasaan merokok dengan terjadinya serta proses perjalanan penyakit TB Paru menunjukan adanya hubungan bermakna antara prepalensi rekatifitas tes tuberculin dan kebiasaan merokok, mereka yang merokok 3-4 kalo lebih sering positif tes nya artinya lebih sering 3-4 kali dari pada yang tidak merokok dan penelitian lain menunjukan hubungan antara kebiasaan merokok dengan aktif tidaknya tuberculosis, serta faktor resiko terjadinya tuberkulosis pada dewasa muda dan terdapat dose-respone relationsip dengan jumlah rokok yang dihisap perharinya ( Prasodjo, 2005 ). Dan hasil analisa merokok dengan kejadian TB Paru diwilayah kerja Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau diperoleh nilai Palue = 1,000 ( P > 0,05 ) berarti menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara merokok dengan kejadian TB Paru diwilayah kerja Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau. Hubungan Ventilasi Rumah Responden dengan Kejadian TB Paru Berdasarkan penelitian proporsi responden yang menderita TB Paru ventilasi rumah yang <10% dari luas lantai adal 5 ( 13,2 % ) sedangkan yang ventilasi rumah > 10 % dari luas lantai ada 33 ( 86,8 ) menderita TB Paru. Ventilasi rumah dapat menjaga aliran didalam rumah agar tetap segar dan keseimbangan oksigen didalam rumah tetap terjaga karena kuarangnya ventilasi didalam rumah akan menyebabkan kelembaban udara akan masuk naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan, kelembaban ini akan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri pathogen / bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman TB Paru ( Achmadi, 2005 ). Dalam penelitian ini tidak sama dengan achmadi 2005 yang menyatakan faktor lain yang berpengaruh terhadap terjadinya TBC adalah kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban didalam ruangan naik karena terjadi proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan . kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri pathogen/bakteri penyebab penyakit misalnya TB (Achmadi, 2005). Dari hasil analisa ventilasi rumah dengan kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau diperoleh nilai p = 0,711 (p > 0,05) berarti menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara ventilasi rumah dengan kejadian TB Paru diwilayah kerja Puskesmas Megang Sakti Kota Lubiklinggau.

Kesimpulan Hasil penelitian pada responden sebanyak 38 penderita dan 38 kontrol dimana responden yang merokok sebanyak 47 orang ( 61,8%) sedankan responden yang memiliki ventilasi rumah 10% dari luas lantai ada 68 (89,5%). Dari hasil analisis hubungan tidak ada hubungan variable yang diteliti dengan kejadian TB Paru, dimana variable merokok pada nilai p value = 1,000 (p >0,05) dan variable nilai p value = 0,711 (p > 0,05 ). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara merokok dan ventilasi rumah dengan kejadian TB Paru diwilayah kerja Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau untuk dapat meningkatkan evaluasi dan monitoring pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada masyarakat sehingga tujuan dapat tercapai, bagi puskesmas : hendaknya petugas kesehatan lebih intensif dalam memberikan pemahaman pada penderita TB paru dengan cara penyuluhan kesehatan, menganjurkan yang menjadi (PMO) Pengawas Monum Obat ) bagi keluarga penderita TB Paru dan juga menganjurkan melibatkan keluarga dalam menanggulangi penyakit TB Paru yaitu dengan motivasi yang baik terhadap keluarga, kemudian diharapkan peneliti lain, diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan meneliti variable-variabel yang lain dalam meningkatkan mengenai TB Paru. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, 2005 manajemen penyakit berbasis wilayah, 2005 Arikunto, suharmisi Dr.Prof, 2002 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V,Rineke Cipta DepKes RI, 2002 Pengobatan TB Paru, Jakarta DepKes RI, 2003 Dapat diakses http://www.depkes.go.id/index.php?option=ne ws&task= viewarticle&sid=474dibuka tanggal 4 April 2009 pukul 08.00 WIB Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau, 2008. Laporan penemuan kasus baru BTA positif. Effendi. Nasrul, Drs. 1998 Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, Edisi 2, EGC, Jakarta Hastono, 2006 Basic data analisys for healt resertch. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990 Dapat diakses http://www2.ayurai.wordpress.com/2009/04/04 . dibuka tanggal 04 juni 2009 pukul 08.00 WIB Kompas, 2009 Dapat diakses http://www2.kompas.com/ver I/kesehatan /0704/24/150943. dibuka tanggal 6 April 2009 pukul 10.00 WIB Krieger & Higgins, 2002 Dapat diakses http://blognyalee.blogsot.com/. Dibuka tanggal 4 april 2009 pukul 15:40 WIB

Laban, Yoannes dr, 2008 TBC. Penyakit dan cara pencegahannya, Kanisius, Yogyakarta Moeliono, 1990 Dapat diakses http://bowothea.blogspot.com/2008.10.htm dibuka tanggal 4 juni 2009 pukul 08.00 WIB Notoatmojo. S 2005 metode penelitian kesehatan rineka cipta Jakarta Notoadmojo. S , IKM , rineka cipta 1997 dapat dibuka http://tiarsblog.com/2008/04/syaratsyarat rumah sehat. html. dibuka tanggal 5 April 2009 pukul 11:30 WIB. Nursala. 2003 Konsep dan Penerapan Metodeligi Penemuan Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Permedi. Antonius, 2009 Dapat diakses http://www.geocities.co/hotdprings/4530/tbc.ht m. dibuk tanggal 4 April 2009. Prasodjo. Mangon, S. A, 2005 Hidup sehat tanpa rokok. Pradipta Pulishing. Yogyakarta Puskesmas Megang, 2008 Rekap tahunan Puskesmas Megang, 2008 Sindo, 2008 Dapat diakses http://lifestyle.okezone.com/index.php/readst ory/2008/02/01/03/82364/rumah-sejukdengan-ventilasi-proporsional. Somantri. Irman, 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan gangguan sistem pernapasan. WHO, 1993 Dapat diakses http://n44m.blog.frienster.com/2008/09/tbc/. Dibuka tanggal 5 April 2009 pukul 11.10 WIB

You might also like