You are on page 1of 12

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

Oleh: DANANG ADI SAPUTRO A1H011069

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2013

LAPORAN PRAKTIKUM MOTOR BAKAR DAN TENAGA PERTANIAN


PEMBUATAN DAN KALIBRASI GYPSUM BLOCK (PENGUKURAN KADAR LENGAS TANAH)

Oleh: DANANG ADI SAPUTRO A1H011069

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2013

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sensor (gypsum block) mengukur kadar air tanah dengan menentukan resistansi atau tahanan pada dua elektroda yang ada dalam gypsum block. Bahan dari sensor ini dapat dibuat dengan dari nylon, fiberglass, atau kombinasi fiberglass dengan gypsum. Pengetahuan tentang hubungan tanah dan air bermanfaat untuk semua yang mempunyai kesempatan untuk memperbak praktek iigasi yag menghendaki untuk memperoleh pemakaian air yang tersedia yang paling baik untuk ladangnya. Fungsi kelembaban tanah dalam pertumbuhan tanaman sangat penting. Volume air yang berlebihan alam tanah menahan atau merintangi pertumbuhan tanaman dan menjadi drainase penting. Strelitas tanah didaerah kering biasanya disebabkan oleh kekuranga air.

B. Tujuan

1. Mengetahui cara pembuatan gypsum block. 2. Mengetahui cara kalibrasi gypsum block. 3. Mengetahui cara kalibrasi multimeter.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Gypsum block terdiri dari sebuah gypsum padat yang sudah dicetak berbentuk silinder maupun persegi empat dengan kisaran ukuran yang ditentukan dan dilengkapi dua elektroda dalam hal ini menggunakan sebuah kabel yang ditanamkan pada block dengan jarak 1 cm dalam keadaan elektroda parallel atau searah (Skinner, 1997). Beberapa penelitian tentang penggunaan gypsum block telah dilakukan antara lain oleh Keyhani (2001) mengungkapkan temperatur mempunyai pengaruh yang signifikan dalam pengukuran kadar air dengan menggunakan gypsum block pada sampel tanah yang tipis (30 mm). Dalam bidang teknik sipil, oleh Setianto (2008) melakukan pengukuran kadar air tanah dengan menggunakan gypsum block konvensional menghasilkan suatu korelasi antara kadar air dan resistansi gypsum block pada jenis tanah granuler. Supriyono (2009) melakukan pengamatan terhadap kelayakan penggunaan gypsum block dalam pengukuran kadar air pada tanah lempung ekspansif yang menunjukkan bahwa gypsum block dapat dipakai sebagai alat sensor untuk pengukuran kadar air pada tanah lempung.

III. METODOLOGI

A. Alat dan bahan

1. Bubuk gypsum block 2. Air tanah sebagai pelarut 3. Tanah 4. Multimeter 5. Timbangan

6. Kabel 7. Kawat kasa 8. Oven 9. Plastic 10. Pencetak gypsum

B. Prosedur Kerja

1. Tanah ditempatkan dalam pot 2. Gypsun block ditanam sebanyak enam buah dengan kedalaman 15 cm 3. Siram tanah sampai dalam keadaan jenuh 4. Setelah 24 jam ukur gypsum block dengan menggunakan multimeter dan ambil sample tanah dan masukkan ke dalam cawan, sample tanah dan cawan timbang, kemudian dioven selama 24 jam. 5. Setelah dioven, sample tanah dan cawan ditimbang, kemudian sample tanah dibuang dan cawan ditimbang. 6. Lakukan hal yang sama,seperti diatas dengan rentang waktu 24 jam sekali sampai konstan atau mendekati titik layu permanen. 7. Catat hasilnya kemudian hitung jadar airnya dengan rumus :
Ma Mb x 100 % Mb Mc

W= Dimana:

Ma = berat cawan + tanah basah Mb = berat cawan + tanah kering Mc = berat cawan

8.Grafik hubungan kadar air tanah dengan hambatan gypsum block dibuat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gypsum I (Mc = 4,55gr) Hari ke1 2 3 4 Berat tanah basah + Berat tanah kering + KA (%) K cawan (gr) 11,42 11,23 18,00 19,24 59,10 51,95 47,14 39,55 1,38 1,60 1,96 5,32

cawan (gr) 15,48 14,7 24,34 25,05

Gypsum II (Mc = 4,97gr) Hari ke1 2 3 4 Berat tanah basah + Berat tanah kering + KA (%) K cawan (gr) 10,49 12,37 17,68 18,00 59,24 49,32 48,39 43,51 1,18 1,95 3,65 5,76

cawan (gr) 13,76 16,02 23,83 23,67

Perhitungan kadar air gypsum Rumus = x 100% Keterangan: Ma = berat tanah basah + cawan Mb = berat tanah kering + cawan Mc = berat cawan Gypsum I KA1 = = 59,10% x 100% KA2 = = 51,95% x 100%

KA3 = = 47,14%

x 100%

KA4 = = 39,55%

x 100%

Gypsum II KA1 = = 59,24% KA2 = = 49,32% x 100% x 100% KA3 = = 48,39% KA4 = = 43,51% x 100% x 100%

B. Pembahasan

Gypsum blok adalah bahan bangunan ringan besar terdiri dari gipsum yang solid, untuk membangun dan mendirikan dinding ringan tahan api non-load bearing interior, dinding partisi, dinding rongga, dinding kulit dan pilar casing dalam ruangan. Blok gipsum terdiri dari plester gipsum, air dan dalam beberapa kasus terdapat zat aditif seperti sayuran atau serat kayu untuk kekuatan yang lebih besar. Macam-macam metode penentuan kadar air tanah: Metode gravimetri Dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan dengan proses pengeringan dalam oven (oven udara atau oven vakum, hal ini berdasarkan tekanan yang digunakan saat pengeringan). Metode distilasi azeotropik Metode distilasi azeotropik yang dapat diterapkan ada dua, yaitu distilasi langsung dan distilasi azeotropik. Distilasi langsung Air diuapkan dari pelarut (menarl) yang imisibel atau tidak dapat bercampur dengan air yang mempunyai titik didih tinggi. Alat yang digunakan adalah alat distilasi. Selama pemanasan, air yang menguap dikondensasi, lalu ditampung dalam gelas ukur dan ditentukan volume airnya untuk mengukur kadar air.

Distilasi azeotropik Air diuapkan bersama-sama dengan pelarut yang sifatnya imisibel pada perbandingan yang tetap. Tiga jenis pelarut yang sering digunakan adalah toluena, xilena (dimetil benzena), dan tetrakloroetilena. Toluena paling banyak digunakan. Toluena dan xilena memiliki berat jenis lebih rendah dari air, berat jenis toluena 0,866 g/ml, xilena 0,866-0,87 g/ml. Tetrakloroetilena mempunyai berat jenis lebih tinggi dari air 1,62 g/ml. Penggunaaan pelarut yang mempunyai berat jenis lebih ringan dari air bertujuan agar air berada di bagian bawah gelas penampung sehingga pengukuran volume lebih mudah. Penggunaan pelarut dengan berat jenis lebih tinggi akan menyulitkan pengukuran volume air (akan terbentuk dua meniskus sehingga ketelitian data kurang). Pada kondisi biasa, titik didih air dan toluen akan bersama-sama menguap pada suhu 850C dengan perbandingan air toluen = 20:80. Uap air dan pelarut dikondensasi, oleh karena air dan toluen tidak dapat bercampur maka setelah kondensasi air dan toluen akan terpisah sehingga volume air dapat ditentukan. Metode Karl Fischer Metode ini digunakan untuk mengukur kadar air contoh dengan metode volumetri berdasarkan prinsip titrasi. Titran yang digunakan adalah pereaksi Karl Fischer (campuran iodin, sulfur dioksida, dan pridin dalam larutan metanol). Pereaksi karl fischer pada metode ini sangat tidak stabil dan peka terhadap uap air oleh karena itu sebelum digunakan pereaksi harus selalu distandarisasi. Metode desikasi kimia Dengan bantuan bahan kimia yang mempunyai kemampuan menyerap air tinggi, seperti: fosfor pentaoksida (P2O5), barium monoksida (BaO), magnesium perklorat (MgCl3), kalsium klorida anhidrous (CaCl2), dan asam sulfat (H2SO4) pekat. Senyawa P2O5, BaO, dan MgClO3 merupakan bahan kimia yang direkomendasi oleh AOAC (1999). Metode analisis ini cukup sederhana. Contoh yang akan dianalisis ditempatkan pada cawan kemudian diletakkan dalam desikator. Bahan pengering ditaburkan atau dituangkan pada alas desikator. Proses pengeringan berangsung pada suhu kamar sampai berat konstan/tetap. Untuk mencapai berat konstan

dibutuhkan waktu lama dan keseimbangan kadar airnya tergantung pada reaktivitas kimia komponen dalam contoh tersebut terhadap air. Metode Termogravimetri Metode ini dilakukan dengan cara mengeluarkan air dari bahan dengan bantuan panas. Perubahan berat (karena hilangnya air dari bahan selama pemanasan) dicatat oleh neraca termal (thermobalance) secara otomatis sebagai fungsi dari waktu dan suhu. Diperoleh kurva perubahan berat selama pemanasan untuk suatu program suhu tertentu. Prinsip penggunaan gypsum block untuk kalibrasi kadar air tanah prinsip kerja gypsum block adalah mempunyai daya hisap terhadap air yang dapat diukur dengan multimeter. Gypsum I
70 60 50 40 KA (%) 30 20 10 0 Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 K

Grafik Gypsum I

Gypsum II
70 60 50 40 KA (%) 30 20 10 0 Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3 Hari ke 4 K

Grafik Gypsum II Pada praktikum pembuatan dab kalibrasi gypsum block ini kami membuat dua gypsum block yang akan dikalibrasi pada suatu sampel tanah yang diambil secara acak. Pada hari pertama Gypsum I memiliki kadar air tanah sebesar 59,10% dan resistansinya 1,38, Gypsum II memiliki kadar air tanah sebesar 59,24% dan mempunyai resistansi 1,18. Pada hari kedua Gypsum I memiliki kadar air tanah sebesar 51,95% dan resistansinya 1,60, Gypsum II memiliki kadar air tanah sebesar 49,32% dan mempunyai resistansi 1,95. Pada hari ketiga Gypsum I memiliki kadar air tanah sebesar 47,14% dan resistansinya 1,96, Gypsum II memiliki kadar air tanah sebesar 48,39% dan mempunyai resistansi 3,65. Pada hari keempat Gypsum I memiliki kadar air tanah sebesar 39,59% dan resistansinya 5,32, Gypsum II memiliki kadar air tanah sebesar 43,51% dan mempunyai resistansi 5,76. Hal ini dapat disimpulkan setiap kadar air suatu tanah menurun, maka resistansi pada tanah akan meningkat. Kendala yang terjadi saat praktikum adalah kurang kondusifnya para praktikan saat membuat gypsum block.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Gypsum blok adalah bahan bangunan ringan besar terdiri dari gipsum yang solid, untuk membangun dan mendirikan dinding ringan tahan api non-load bearing interior, dinding partisi, dinding rongga, dinding kulit dan pilar casing dalam ruangan. Blok gipsum terdiri dari plester gipsum, air dan dalam beberapa kasus terdapat zat aditif seperti sayuran atau serat kayu untuk kekuatan yang lebih besar. Terdapat enam metode dalam pengukuran kadar air tanah yaitu gravimetri, distilasi azeotropik, distilasi langsung, metode Karl Fischer, Metode desikasi kimia dan metode termogravimteri.

B. Saran

Lebih dikondusifkan lagi ruangan praktikum dan fasilitasnya ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Keyhani, A, Development of Mini Gypsum Block for Soil Moiture Mesurement and their Calibration to Compensate for Temperature , 2001. Setianto, Y.C, Pengukuran Kadar Air dengan menggunakan Gypsum Block, Tesis, Program Studi Teknik Sipil, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, 2008. Skinner, A, Resurrecting The Gypsum Block for Soil Moisture Measurement, Measurement Engineering Australia, in Australian Viticuluture, 1997. Supriyono, The Benefit if Gypsum Block for Measuring Water Content, Proceeding of 1st International Conference on Rehabilitation and Maintenance in Civil Engineering, pp, 359-365,Maret 2009, Solo, Indonesia. Tim penyusun.2013.Panduan Praktikum Teknik Irigasi dan Drainase. UNSOED. Purwokerto.

You might also like