Professional Documents
Culture Documents
: A7 : Prof. Dr. Hj. Qomariyah, MS,PKK : Cintya Ristimawarni (NPM: 1102013064) : Belladina Mayyasha Martadipura (NPM: 1102013055) : Bendit Setiawan (NPM: 1102013056) Bening Irhamna (NPM: 1102013057) Betari Texania Harsa (NPM: 1102013058) Bilgis Biladi (NPM: 1102013059) Bimasena Arya Yudha (NPM: 1102013060) Camelia F musaad (NPM: 1102013061) Chyntia Monica (NPM: 1102013062) Cindy Julia Amanda (NPM: 1102013063)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JL. LETJEND SUPRAPTO, CEMPAKA PUTIH JAKARTA 10510 TELP. 62.21.4244574 FAX. 62.21.4244574
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Tubuh yang sehat mampu memelihara suhu tubuh secara konstan walaupun pada kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Sistem pengatur suhu tubuh terdiri atas tiga bagian yaitu reseptor yang terdapat pada kulit dan bagian tubuh lainnya, integrator di dalam hipotalamus, dan efektor sistem yang mengatur produksi panas dengan kehilangan panas. Faktor yang dapat mempengaruhi suhu tubuh antara lain adalah umur, jenis kelamin, emosi, aktivitas fisik, dan lingkungan. Panas hilang dari tubuh melalui empat cara yaitu, radiasi, konduksi, konveksia dan evaporasi. Radiasi adalah cara untuk menstransfer panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek yang lain tanpa kontak diantara keduanya. Konduksi adalah pemindahan panas dari satu molekul ke molekul yang lain yang suhunya lebih rendah. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi karena adanya pergerakan udara. Evaporasi adalah kehilangan panas terus-menerus terjadi di sepanjang hidup. Pada hewan poikiloterm, suhu tubuh hewan ini dapat berubah seiring dengan suhu lingkungannya. Hal ini disebabkan karena hewan ini tidak memiliki termoregulasi pada hipotalamusnya. Sedangkan, hewan yang suhu tubuhnya konstan atau tidak berubah meskipun suhu lingkungan berubah. 1.2 Tujuan Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat: 1. Menjelaskan penyebab perbedaan hasil pengukuran suhu dengan lokasi yang berbeda pada tubuh manusia. 2. Menerangkan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh manusia jika bernafas melalui mulut dan berkumur air es. 3. Menjelaskan pengaruh suhu keliling pada suhu tubuh mahluk poikilothermik dibandingkan dengan homeothermik 4. Mendemonstrasikan berbagai faktor isolasi terhdap pengeluaran panas (heat loss) 5. Mengukur kelembaban udara diruangan dengan menggunakan psychometric chart.
II. 1. 2. 3. 4.
Pengaruh bernafas melalui mulut dan berkumur air es pada suhu mulut
Menurunkan menicus air raksa sampai di bawah skala dengan cara seperti di atas . Meletakkan reservoir termometer di bawah lidah orang percobaan. Membaca dan mencatat suhu mulut setelah 5 menit. Tanpa menurunkan menicus air raksa, meletakkan kembali reservoir termometer di bawah lidah orang percobaan. 5. Membaca dan mencatat lagi suhu mulut setelah 5 menit. 6. Orang percobaan bernafas tenang melalui mulut selama 2 menit sambil menutup lubang hidung. Segera setelah tindakan ini ulangi percobaan 1 s/d 5. 7. Orang percobaan berkumur berulang-ulang dengan air es selama 1 menit. Segara setelah tindakan ini ulangi percobaan 1 s/d 5. Hasil percobaan: Suhu dalam (oC) Bernapas Melalui Mulut Berkumur Air Es 5 5 5 5 pertama kedua pertama kedua 37,1 37,3 35,6 35,8
P 1.2. Apa ada perbedaan antara suhu mulut pada 5 pertama dan 5 kedua pada ketiga tindakan di atas? Dan apakah ada perbedaan antara suhu akhir ketiga keadaan tersebut? Jawab: Dari percobaan diatas dapat dilihat setiap percobaaan memiliki perubahan suhu. Tetapi perubahan suhu tidak terlalu jauh dari setiap percobaan. Pada saat bernapas terjadi kenaikan suhu dikarenakan pengaruh dari suhu dalam tubuh yang disalurkan oleh udara yang dikeluarkan pada mulut. Suhu berkumur dengan air es menunjukkan penurunan suhu dikarenakan diakibatkan suhu tubuh yang menyesuaikan dengan dingin air es tersebut. III. Pengukuran Suhu ketiak
1. Keringkan ketiak orang percobaan P.I.3 Apakah ada perbedaan antara suhu ketiak dan suhu mulut? Apa sebabnya? Jawab: Ada perbedaan dikarenakan suhu pada mulut lebih akurat dikarenakan panas yang diukur berasal langsung dari tubuh sedangkan panas yang diukur pada ketiak sedikit dipengaruhi oleh suhu kelembapan lingkungan. 2. Usahakan supaya meniscus air raksa thermometer maksimum terletak dibawa skala dengan mengayun sentakkan thermometer tersebut beberapa kali. 3. Suruhlah orang percobaan berbaring terlentang. 4. Letakkan reservoir thermometer klinik di ruang ketiak dan suruhlah orang percobaan menjepitnya dengan baik. 5. Setelah 10 menit baca dan catat suhu ketiak orang percobaan.
3
Hasil percobaan: Setelah 10 menit suhu pada ketiak adlah 36,7 C PI.4 apakah ada perbedaan antara suhu ketiak dan suhu mulut? Apa sebabnya? Jawab: Ada perbedaan yaitu yang tadinya suhu mulut 36,9 C dan suhu ketiak 36,7 C. Namun perbedaan tidak begitu jauh. Hal ini disebabkan oleh pengaruh suhu dan lembapan pada lingkungan saat mengukur suhu tersebut.
IV. 1. 2. 3. 4. 5.
Tetapkan suhu ruang dengan thermometer kimia Ikatkan dengan tali seekor kodok telentang diatas papan fiksasi Masukan thermometer kimia tersebut diatas kedalam esofagusnya Baca dan catat suhu kodok setelah 5 menit Dengan thermometer didalam eesofagusnya benamkan kodok itu ke dalam air es setinggi lehernya (jaga jangan sampai air es masuk ke dalam mulut kodok) P.I. 5 Mengapa air es tidak boleh masuk kedalam mulut kodok? Jawab: Karena hal itu dapat menyebabkan pengukuran bukan pada suhu katak melainkan suhu air esnya sendiri.
6. Baca dan catat suhunya setelah 5 menit 7. Keluarkan thermometer dari esofagus kodok dan tetapkan suhu air es 8. Keluarkan kodok dari air es dan biarkan ia beberapa menit dalam suhu ruang, sementara itu sediakan air hangat ( 400C) 9. Masukan kembali thermometer kedalam asofagus kodok. Benamkan sekarang kodok itu kedalam air hangat setinggi lehernya (jaga jangan sampai air hangat masuk kedalam mulut kodok tersebut) 10. Baca dan catat suhunya setelah 5 menit Hasil percobaan: Suhu katak setelah 5 = 22 0C Suhu katak setelah 5 dalam air es = 9 0C Suhu katak setelah 5 dalam air hangat = 32 0C P.I. 6 Apakah ada perbedaan suhu kodok pada waktu dibenamkan dalam air es dan pada waktu dibenamkan pada air hangat? Jawab: Ada perubahan yang sangat berbeda. Dapat kita lihat dari hasil percobaan diatas, bahwa suhu tubuh katak berubah sesuai dengan suhu lingkungan sekitarnya. Saat diberikan air es, suhu katak turun mengikuti suhu air es dan pada air hangat, suhu katak ikut naik menyesuaikan suhu air hangat tersebut. V. Penghambatan pengeluaran panas (heat loss) oleh lapisan paraffin
4
1. Isilah 2 gelas minum A dan B dengan air 700 C sama banyak 2. teteskan paraffin kedalam gelas B sehingga merupakan lapisan yang tipis diatas permukaan air 3. tetapkan dan catat berturut turut suhu air dalam gelas A dan B setiap 5 menit, dengan thermometer kimia ( -100 C s/d + 1000 C ) yang sama selama jam . Usahakan agar reservoir thermometer tidak menyentuh dinding gelas. Bersihkan dan keringkan thermometer tiap kali sebelum digunakan untuk mengukur suhu air dalam gelas A. P.I.7 Mengapa reservoir thermometer tidak boleh menyentuh dinding gelas?
Jawab: Karena jika terkena dinding gelas, pengukuran tidak akurat dikarenakan dinding gelas terpengaruhi oleh suhu lingkungan. P.I.8 Mengapa thermometer yang digunakan untuk mengatur suhu air dalam gelas A harus selalu dibersihkan dan dikeringkan? Jawab: Karena sebelum mengukur kembali, kita harus mengkalibrasikan termometer terlebih dahulu agar pengkuran menjadi akurat dan tidak terpengaruhi oleh suhu selain yang sedang diukur. 4. Buatlah grafik mengenai penurunan suhu air dalam kedua gelas itu dengan suhu berbagai ordinat dan waktu sebagai absis. Suhu (0 C)
60 50 40 30 20 10 0 5 10 15 Gelas A Gelas B
Menit keP.I.9 Bagaimana peranan lapisan paraffin pada penurunan suhu cairan dalam kedua gelas tesebut ? Jawab: Paraffin adalah isolator panas dikarenakan molekul-molekulnya yang lebih rapat dibanding air, sehingga paraffin dapat menghambat panas lebih lama dibanding suhu pada gelas yang berisi air saja. VI. Perbandingan pengeluaran panas pada kendi tanah yang dipernis dan kendi tanah yang tidak dipernis
1. Kedua kendi telah diisi dengan air yang suhunya sama 2. Baca dan catat suhu air yang terdapat dalam kedua kendi tanah itu. Hasil percobaan: Pada percobaan ini didapatkan hasil pada kendi yang tidak dipernis turun lebih cepat dibanding pada kendi yang dipernis. Dipernis Tidak dipernis Awal 62 C 60 C Akhir 50 C 40 C
P.I.10 Faktor lingkungan apa saja yang berpengaruh pada perbedaan suhu antara alat yang sudah diisolasi dan alat yang tidak diisolasi (paraffin dan di pernis)? Jawab: Faktor isolator, waktu, suhu, dan kelembapan lingkungan. VII. Pengukuran kelembaban udara
1. Dua buah thermometer yang telah disediakan 2. Salah satu thermometer dicelupkan kedalam kapas yang telah dibasahi dengan air. (thermometer bola basah (tb = C) 3. Termometer yang lain dibiarkan kering (thermometer bola kering (tk = C) 4. Ketika suhu pada tb telah konstan, catat suhu pada kedua termometer (tb & tk) 5. Lihat tabel dan diagram psychometric untuk menentukan kelembaban udara diruangan Hasil percobaan: Suhu termometer bola basah = 22 C 22C = . 22 + 32 = 71,6 F Suhu termometer bola kering = 24 C 22C = . 24 + 32 = 75,2 F Kelembaban = 90%
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Dari beberapa percobaan diatas kita dapat membedakan antar hewan poikilothermik dan homeothermik. Pada percobaan IV, kita dapat melihat suhu katak yang berubahubah sesuai dengan lingkungannya. Sedangkan, pada percobaan II, kita bisa melihat tubuh manusia yang bersifat homeothermik, yaitu berubah secara konstan tidaj=k di pengaruhi oleh suhu linkungan. Dari letak pengkuran yang kita lakukan pada percobaan I dan III, didapatkan perbedaan suhu yang tipis antara pengukuran pada mulut dan ketiak. Hal ini disebabkan oleh kelembapan lingkungan. Di percobaan V dan VI, kita dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat mengisolasi panas diantaranya adalah paraffin dan isolator. Pada percobaan VII, dapat kita ketahui bahwa suhu lingkungan saat melakukan praktikum ini didapat 90%. Hal ini mungkin disebabkan oleh keadaan di dalam ruangan yang kurang dari sinar matahari dan kondisi AC yang menyala.
DAFTAR ISI
Asmadi. (2008) Teknik Prosedural Keperawatan dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika. Jakarta. Isnaeni, Wiwi. (2006) Fisiologi Hewan. Kanisius. Jakarta. Wijaya, Agung. Dkk. (2006) IPA Terpadu SMP/MTs Kelas VII A. Grasindo. Jakarta.