You are on page 1of 7

ETIKA DAN MANUSIA-HEWAN TRANSGENESIS Perkembangan teknologi dalam bidang bioetika makin pesat.

Hampir setiap saat, para ahli menemukan suatu metode baru yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Dalam makalah ini, saya akan membahas masalah etika dari praktek transgenesis manusia-hewan. Suatu praktek bioetika yang berhubungan dengan gen manusia. Suatu pertanyaan yang mungkin adalah, apa yang melatarbelakangi para ahli membuat transgenesis manusia-hewan? Jawabannya adalah untuk kebutuhan medis khususnya xenotransplantasi . Xenotransplantasi sangat membantu manusia yang mengalami kerusakan organ/jaringan tertentu dalam tubuh. Namun praktek ini tidak lepas dari pertimbangan etika moral. Apakah boleh secara moral? Jikalau tidak, mengapa? Apakah ada celah yang dapat diterima secara moral? Jawaban atas pertanyaan ini, telah diuraikan secara jelas oleh Nicholas Tonti-Filippini, John I. Fleming, Gregory K. Pike, dan Ray Campbell. Ada tujuh persoalan yang mereka berikan beserta dengan pertimbangan etikanya. Pertimbangan etika juga tidak terlepas dari tanggapan Gereja katolik atas persoalan bioetika khususnya dalam dokumen Donum Vitae (DV), tanggapan dari Pontifical Academy for Life dan Pontifical Council for Pastoral Assistance to Health Care Workers. 1. Apakah Secara moral dapat diterima untuk mengubah zigot hewan dengan memasukkan DNA manusia ke dalam genom hewan sehingga embrio yang berkembang mewarisi beberapa karakteristik biologis manusia? Pada bulan September 2001, Pontifical Academy for Life mengeluarkan makalah diskusi berjudul "Prospek untuk xenotransplantation: Aspek Ilmiah dan Pertimbangan Etis. Pontifical Academy for Life mempelajari prospek untuk transplantasi organ hewan ke manusia. Persoalan yang terjadi dalam transplantasi ini adalah penolakan tubuh manusia terhadap jaringan hewan. Untuk mengatasi hal ini maka dimasukkan beberapa gen manusia ke dalam embrio hewan sehingga menjadi hewan transgenik. Gen manusia akan menghasilkan protein manusia, dan memadamkan beberapa gen hewan. Hewan transgenik berkembang dari zigot transgenik, dengan jaringan yang dapat memberi hasil tranplantasi yang baik tanpa penolakan. Kloning hewan transgenik mungkin dapat menjadi sumber transplantasi organ. Contoh yang diangkat ialah tentang penggunaan babi sebagai sumber organ untuk transplantasi ke manusia, dengan fokus pada penolakan hiperakut. Idenya adalah dengan menambahkan gen manusia yang berfungsi untuk memproduksi protein yang menghambat penolakan. Dengan demikian menjadi mudah untuk memadamkan gen babi untuk antigen alpha-1, 3-galactosyltransferase sehingga antibodi manusia dapat diarahkan. Skala seluruh genom babi mungkin sebanyak tiga puluh lima ribu gen endogen, sehingga perubahan genetik tidak terlalu signifikan dalam hal untuk mengubah sifat dasar babi yang terbentuk. Babi muncul menjadi spesies mirip induknya, meskipun tidak sepenuhnya babi secara genom. Karakteristik manusia akan berada pada tingkat biologis dan tidak akan menghasilkan perubahan yang menimbulkan pertanyaan tentang apakah telah memperoleh hak pilihan moral. Jika gen manusia yang ditambahkan,satu pertanyaan yang mungkin adalah bagaimana mempertimbangkan status moral hewan yang berkembang. Persoalan ini sangat kompleks, baik secara ilmiah dan etis, karena melibatkan pembiakan kehidupan baru dengan genom yang dimodifikasi, dan melintasi batas medis dan moral antara yang manusia dan yang hewan. Dokumen Pontifical Academy for Life menyebutkan persyaratan etika untuk transgenesis dalam kaitannya dengan: Rasa sakit dan penderitaan pada hewan transgenik Efek pada keturunan dan reaksi lingkungan Pengendalian hewan sehingga mereka tidak dilepaskan ke lingkungan

Pembatasan jumlah hewan Pemindahan Organ dan jaringan Evaluasi oleh komite etika Para penulis tidak membahas masalah moral intrinsik apakah human animal transgenesis adalah bentuk manusia-hewan hibridisasi. Upaya untuk mencapai manusia-hewan hibridisasi dengan pembuahan antara gamet manusia dan hewan dikutuk oleh Kongregasi untuk Ajaran Iman di Donum vitae sebagai bertentangan dengan martabat manusia. Para penulis dari dokumen Pontifical Academy for Life juga tidak membahas pentingnya genom manusia dalam formasi dan generasi dari sebuah kehidupan manusia, dan pentingnya konsekuen moral dari penggunaan bagian genom manusia untuk menghasilkan makhluk yang secara genetik berasal dari manusia. Dalam memberikan analisis yang bukan topik ini, Pontifical Academy for Life tidak menawarkan ajaran otoritatis mengenai hal ini. Untuk alasan itu, kami pikir itu penting untuk diskusi aspek moral dari pencobaan untuk mengubah sebuah zigot hewan dengan memperkenalkan DNA manusia ke dalam genom, sehingga embrio yang berkembang mewarisi beberapa karakteristik biologis manusia. 2. Apakah manusia-hewan Transgenesis dikutuk sebagai bentuk manusia-hewan hibridisasi? Dalam menanggapi pertanyaan kami, seorang ilmuwan penasihat Pontifical Academy for Life berpendapat bahwa transgenik hewan tidak dapat didefinisikan sebagai manusia-hewan hibrida karena mereka tidak berasal dari gamet manusia dan binatang. Ada masalah pada bahasa. The Oxford English Dictionary mendefinisikan bahwa secara biologis hybrid sebagai keturunan dari dua tumbuhan atau hewan dari spesies yang berbeda. Sedangkan dalam ilmu biologi, keturunan yang dihasilkan itu tidak mengimplikasikan adanya penyatuan gamet dari dua individu yang berbeda jenis secara aseksual. Organisme adalah organisme hybrid jika karakteristik yang diwariskan berasal dari organisme yang berbeda spesies. Menjadi hibrida tidak harus dalam fertilisasi. Kongregasi untuk Ajaran Iman mengutuk upaya dan rencana untuk fertilisasi antara gamet manusia dan hewan dan menyatakan hal ini sebagai bertentangan terhadap martabat manusia ": Teknik fertilisasi in vitro dapat membuka jalan ke bentuk-bentuk lain manipulasi biologis dan genetik embrio manusia, seperti usaha atau rencana untuk fertilisasi antara gamet manusia dan hewan dan kehamilan embrio manusia di dalam rahim hewan, rencana hipotesis atau proyek menciptakan rahim buatan untuk embrio manusia. Prosedur-prosedur ini bertentangan dengan martabat manusia yang khas insani dan sekaligus bertentangan dengan hak setiap orang untuk dikandung dan dilahirkan dalam pernikahan dan melalui perkawinan. DV. 1, 6 Ada dua aspek dari percobaan penyatuan antara gamet manusia dan hewan yang menjadi alasan kutukan ini. Yang pertama adalah kebingungan identitas. Yang kedua adalah kesalahan fatal untuk membentuk suatu makhluk dengan menyatukan gamet manusia dengan sebuah gamet hewan. Kongregasi mengutuk teknik untuk mencapai fertilisasi antara gamet manusia dan hewan. Munculnya teknologi transfer inti sel somatik (kloning) pada hewan di 1997 menunjukkan bahwa ada kemungkinan lain untuk menghasilkan manusia dengan cara selain fertilisasi. Pada tanggal 26 November 2001, sebuah perusahaan biotek AS melaporkan bahwa mereka telah membentuk untuk pertama kali kloning embrio manusia dengan menggunakan teknik transfer inti sel somatik dengan ovum. Selanjutnya, ada klaim di media populer bahwa terjadi kehamilan manusia yang dihasilkan oleh transfer inti sel somatik. Dalam refleksinya tentang cloning, Pontifical Academy for Life bahwa kloning manusia tidak bermoral karena kita berurusan dengan manusia, meskipun dalam tahap embrio. Zigot manusia yang berasal dari hasil cloning harus dihormati dan diperlakukan sebagai pribadi, meskipun ia tidak berasal dari pembuahan antara gamet. Berkaitan dengan diskusi manusia-hewan transgenesis ini, sebuah perusahaan, Stem Cell sciences di

Melbourne, telah membentuk suatu organisme yang merupakan gabungan dari inti sel manusia dengan sel ovum babi. Organisme dikembangkan dalam cara yang mirip dengan embrio manusia. Sebuah tim di Massachusetts yang dipimpin oleh Dr Thomas Murray juga melakukan percobaan serupa dengan menggunakan inti sel manusia dan sel ovum sapi. Mereka melaporkan bahwa inti manusia mengambil alih dan mengganti protein sapi menjadi protein manusia, dan mereka mengaku telah memperoleh sel induk embrionik manusia dari embrio sehingga terbentuk. Tampaknya bagi kita bahwa hibrida manusia-hewan yang dibentuk oleh proses aseksual adalah kebingungan identitas dan status dari makluk tersebut . Hal yang sama juga berlaku bagi zigot dengan genom manusia-hewan hibrida yang dibentuk oleh transgenesis dan bukan oleh pembuahan. Hasilnya adalah sebuah makhluk dengan kebingungan identitas dan status karena memiliki genom gen manusia dan hewan. Baik hibrida maupun transgenesis keduanya sama. Untuk alasan ini, kami sampaikan bahwa pada hakikatnya tidak bermoral untuk melakukan manusiahewan transgenesis dalam pembentukan embrio karena kebingungan identitas dan status dari makhluk yang terbentuk. 3. Apakah ada level atau proporsi yang dapat diterima dari human-animal hibridisasi? Sebuah pertanyaan mungkin timbul, apakah ada proporsi yang diterima dari genom manusia, mungkin kurang dari 50 persen, yang dapat ditambahkan ke sel telur hewan atau zigot. Pandangan kami adalah bahwa fungsi gen, sangat kompleks dan tidak mungkin sepenuhnya dipahami. Telah Dikemukakan bahwa kesamaan genetis antara manusia dan spesies lainnya sangat tinggi, sehingga menjadi hampir identik untuk banyak gen. Dengan demikian mengurangi keunikan dari genom manusia. Jika begitu banyak gen manusia yang hampir sama dengan gen spesies lain, maka seharusnya tidak terjadi apa-apa saat perpindahan gen. Tapi apa kesamaan genetik ini benar-benar berarti? Kesamaan genetik antara manusia dan simpanse antara 96 dan 98 persen . Apakah ini berarti bahwa 96 hingga 98 persen dari gen kita adalah yang sama, atau bahwa setiap gen adalah 96 hingga 98 persen yang sama? Kenyataanya, homologi antara manusia dan simpanse adalah di seluruh genom, Namun demikian perbedaan kecil dalam urutan nukleotida gen dapat memiliki efek dramatis pada protein yang dihasilkan, dan karena itu berpengaruh pada protein yang dibentuk. Oleh karena itu, menimbulkan perbedaan dramatis dalam fungsi, dan karenanya untuk pengembangan dan pembentukan suatu makhluk. Masalah lain yang dihadapi adalah DNA sampah . DNA sampah bervariasi dari satu spesies ke speises yang lain. Gen manusia sekitar 30.000 gen . yang telah diketahui cara kerjanya sekitar 10.000 gen. lalu bagaimana dengan 20.000 gen lainnya. Ada yang mengatakan gen sampah. Namun temuan terbaru menyatakan bahwa DNA sampah juga aktif dalam sel . Ada alasan lain yang digunakan umtuk melegalkan transgenesis. Jika gen ditransfer dalam proses alamiah dari manusia ke spesies lain dan sebaliknya, maka genom manusia menjalani suatu bentuk "transgenesis alami," oleh karena itu transgenesis buatan hampir tidak keluar dari jalur alamnya. Namun sejauh mana itu bisa terjadi ? Baru-baru ini dilaporkan bahwa sekitar seratus gen dari bakteri yang ditemukan sangat mirip dengan bagian dari genom manusia. Lalu diusulkan bahwa gen secara langsung ditransfer dari genom bakteri ke genom manusia berdasarkan kehadiran bakteri dalam tubuh manusia. Penelitian berikutnya menunjukkan bahwa hal ini tidak terjadi. Dalam tradisi Kristen dan gerakan hak asasi manusia, khususnya bagian dari gerakan hak asasi manusia yang berhubungan dengan cacat, kemanusiaan itu sangat berarti bukan suatu kemampuan. Jikalau babi dengan kecerdasan seperti manusia, apakah kita akan menyatakan bahwa manusia hanya mereka yang mampu berpikir. Ada para ahli yang menilai martabat suatu binatang sepenuhnya dalam hal kesanggupan dan fungsi. Sehingga simpanse lebih layak dihormati sebagai "pribadi" daripada bayi baru lahir, dan bahwa babi dewasa normal lebih tinggi moralnya dari bayi yang baru lahir tapi cacat. Klaim ini juga dapat diperkuat ketika simpanse atau babi tersebut memiliki sebagian

manusia. Kami berpegang teguh bahwa prosedur untuk mengubah sebuah zigot hewan dengan memasukkan DNA manusia ke dalam genom, sehingga embrio berkembang mewarisi beberapa karakteristik biologis manusia, merusak rasa hormat terhadap zigot manusia. Hal ini karena dalam tatanan penciptaan, DNA merupakan milik genom manusia. Walaupun DNA rusak atau tidak lengkap, dialah yang menentukan zigot manusia terpisah dari hewan. Manusia-hewan transgenesis merusak gagasan tentang martabat manusia dan kesucian yang menentukan status moral dari setiap manusia, baik yang baru lahir atau mungkin cacat. 4. Apakah secara moral manusia-hewan Transgenesis yang melibatkan zigot hewan berbeda dari prosedur-prosedur yang melibatkan bakteri? Penasihat ilmiah untuk Pontifical Academy for Life berpendapat bahwa itu bukanlah suatu pelanggaran terhadap manusia martabat untuk memasukkan sebagian kecil dari genom manusia (satu atau beberapa gen) ke dalam genom organisme lain, karena praktek memasukkan gen insulin manusia ke dalam bakteri Escherichia coli untuk digunakan dalam pengobatan diabetes, diterima. Bakteri adalah organisme mikro-uniseluler bersel tunggal. Ia tidak memiliki kapasitas untuk membentuk blastocyst, gastrulate, untuk berdiferensiasi sel, atau untuk membentuk suatu organisme kompleks. Mengubah genom zigot berarti mengubah setiap sel dalam makluk kompleks. Sebuah bakteri tetap menunjukan suatu organisme single sel yang kurang terstruktur dalam inti sel. Genom zigot menentukan siapa atau apa makluk itu, bukan hanya sebagai sel, tetapi juga sebagai makhluk kompleks yang terdiri dari banyak sel yang berbeda. Selain itu, perubahan dalam hewan tersebut yang diwariskan oleh keturunannya. Saran ilmiah ke Pontifical Academy for Life tampaknya telah menyetarakan antara bakteri dan zigot atau embrio. Padahal zigot memiliki kapasitas besar untuk membentuk blastocyst menjadi gastrulate, dan untuk berdiferensiasi sehingga membentuk makhluk yang kompleks. Hal ini sangat berbeda dengan bakteri. Dalam kasus manusia-hewan transgenesis, kapasitas untuk membentuk blastocsyt dan untuk gastrulate ada dalam zigot hewan yang ditambahkan dengan gen manusia. Di dalamnya tidak ada gamet manusia digunakan. Namun kenyataannya, kapasitas generatif zigot hewan digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan makhluk yang dapat mereproduksi bagian dari genom manusia. Kami sangat menentang praktek transgenesis dengan alasan filosofis. Sebagai manusia, kita adalah kesatuan jiwa, sehingga kita tidak bisa membuat perbedaan yang memuaskan antara gen mana yang dapat diterima dan ditambahkan dan mana yang tidak. Tak ada syarat yang dapat diterima mengenai transgenetik manusia-hewan. 5. Apakah diperbolehkan untuk memasukkan DNA manusia ke hewan sehingga terjadi perubahan yang dapat terwarisi dan mempengaruhi organ yang penting untuk identitas, seperti otak? Ada masalah identitas yang diabaikan dalam upaya manusia-hewan transgenesis. Dengan mengubah DNA dalam zigot, maka akan terjadi suatu perubahan yang mempengaruhi setiap sel dalam tubuh makhluk, termasuk sel-sel otak dan sel-sel reproduksi. Perlu dicatat di sini bahwa Pontifical Council for Pastoral Assistance to Health Care Workers membahas masalah transplantasi otak dan kelamin dan menyimpulkan bahwa transplantasi tidak beretika. Alasan yang diberikan adalah bahwa otak dan kelamin memberikan kepastian identitas pribadi dan prokreasi manusia. Organ inilah yang mewujudkan keunikan karakteristik orang tersebut, sehingga harus dilindungi. Manusia-hewan transgenik pada dasarnya memiliki DNA manusia yang ditransplantasikan ke dalam sel-sel otak dan kelenjar kelamin, serta setiap jaringan lain di dalam tubuh. DNA manusia akan diwariskan oleh keturunannya, dan otak ketika berkembang akan memiliki perubahan-perubahan.

Apa yang sedang diubah memiliki makna mendalam bagi identitas. Jika kita sengaja menciptakan makhluk yang memiliki DNA dari kedua sumber manusia dan hewan, maka kita melanggar kesucian semua manusia. Perlindungan akan hak asasi manusia, akan menjadi buram. 6. Apakah generasi dari embrio yang sebagian manusia dan sebagian binatang itu adalah suatu penyalahgunaan kemampuan generatif manusia yang terkandung dalam genom manusia? Ilmu pengetahuan dan Genom Manusia Mengenai arti genom manusia travaux prparatoires mencatat delapan alternatif arti dari istilah itu : Substrat genetik manusia Bahan dari seluruh genetik manusia Semua gen setiap individu Genom dalam aspeknya yang nyata (DNA dan RNA) Genom dalam aspek bukan material (informasi genetik) Program genetik yang merupakan sumber dari fungsi penting dari setiap individu Gen-gen yang dapat dipisahkan dari tubuh setiap manusia. Nilai-nilai yang melekat pada identitas manusia. Dengan demikian, genom adalah semua materi yang merupakan rangkaian DNA atau gen dalam organisme, dan gen adalah Informasi yang merupakan rangkaian DNA yang terekpresi atau terwakili. Gen-gen adalah rangkaian DNA yang menentukan karakteristik yang diwariskan dari sel atau individu. Apakah Genome Terkait dengan Martabat Manusia? Dalam proses kloning hubungan keturunan, kekerabatan, persaudaraan, dan menjadi orang tua menyimpang justru karena genom yang terbentuk bukan genom baru yang unik yang berasal dari kedua orang tua. Apa yang memberi semua manusia martabat dan hak yang sama dan mutlak? Tradisi Kristen memegang kuat bahwa status perlindungan atau keutuhan manusia tidak tergantung pada individu, juga bukan konsensus yang dibuat oleh masyarakat dan negara. Alasan ini bersifat refleksi teologis yaitu tentang penciptaan dan hukum Allah bagi umat manusia, khususnya perintah kelima dari Dekalog dan perintah Kristus bahwa kita harus saling mengasihi. Aristoteles menggantikan ide platonis manusia sebagai jiwa yang dipenjara dengan gagasan manusia sebagai hewan rasional. St Thomas Aquinas, mengadopsi filsafat naturalisme Aristoteles, dan menambahkan bahwa kemampuan kita bukan hanya untuk berpikir, tetapi juga kemampuan kita untuk berpikir tentang moralitas dan untuk menemukan dan mengetahui kebenaran moral. Apakah ada alasan lain untuk menyanggah gagasan bahwa semua manusia, memiliki martabat manusia yang melekat dan hak-hak yang sama dan mutlak? Rasionalitas adalah kapasitas tidak hanya untuk menentukan visi hidup dan untuk menentukan caracara untuk mencapai visi hidup, tetapi juga kemampuan untuk bertanya, berspekulasi, imajinasi, abstraksi, mencinta dan lainnya. Jika diterima bahwa kita mengakui martabat mereka yang terbukti rasional, maka pertanyaannya adalah apakah ada dasar untuk mengakui martabat mereka yang termasuk dalam keluarga manusia tetapi tidak terbukti rasional. Dasarnya terletak pada Gagasan bahwa semua manusia ini memiliki hubungan kekerabatan. Kekerabatan ini bukan soal hubungan darah tetapi berbagi genom manusia. Genom manusia menyediakan kapasitas untuk rasionalitas. Hal ini penting, dalam menentukan bahwa seorang manusia bermartabat. Genom Manusia dan status moral zigot manusia Garis pemikiran mengenai pentingnya genom manusia berimplikasi pada status individu manusia yang baru lahir dan menjadi argumen baru dalam perdebatan tentang status embrio manusia. Hal Ini telah menjadi isu sekarang misalnya, praktek kloning dengan tujuan medis. Secara singkat, ada argumen yang berusaha untuk menjelaskan persoalan utama dari gerakan hak asasi manusia di antaranya: 1. Semua anggota keluarga manusia (termasuk mereka yang mungkin tidak rasional, terutama

perkembangan anak cacat dan, sakit mental anak, dan orang tua) memiliki martabat yang melekat dan hak-hak yang sama dan mutlak. Dengan demikian, penulis menawarkan proposisi alternatif: 2. Kapasitas untuk berpikir adalah dasar bagi seorang individu untuk diakui martabatnya sehingga memiliki hak yang sama dan mutlak. Kami menawarkan bahwa: 3. Genom manusia mengandung informasi yang menentukan kapasitas rasional dan dengan demikian identitas sebagai makhluk yang memiliki rasionalitas. Atas dasar itu, kami berpendapat bahwa: 4. Orang-orang yang memiliki dan dibentuk sesuai dengan genom manusia mewarisi martabat dan hak. Maka dengan demikian: 5. Embrio manusia adalah individu yang hidup yang memiliki dan Dibentuk sesuai dengan genom manusia. Oleh karena itu: 6. Embrio manusia memiliki martabat yang melekat dan sama dan mutlak. Genom Manusia dan Jiwa Manusia Perkembangan baru memungkinkan kita untuk memperluas pengajaran Kongregasi untuk Ajaran Iman: Tentu saja tidak ada hasil eksperimen sendirian yang cukup untuk memperkenalkan jiwa roh; tetapi hasil penelitian terbaru mengenai biologis manusia yang mengakui bahwa zigot yang keluar dari pembuahan sudah membentuk identitas bilogis individu manusia baru. (Donum vitae, I, 1) Kami menolak kecenderungan di beberapa kalangan yang menurunkan jiwa manusia ke genom manusia. Genom dalam kaitannya dengan tubuh lebih seperti otak: penting dan inklusif. Genom adalah bagian dari tubuh yang dibentuk oleh jiwa. Kita dihadapkan oleh bukti ilmiah yang menyatakan: a. Secara biologis, genom manusia mengarahkan pembentukan zigot. Oleh karena itu zigot manusia pada dasarnya memiliki kapasitas untuk rasionalitas. b. Kehadiran genom manusia merupakan indikasi adanya penyebab pembentukan rasionalitas. c. Tidak ada hasil empiris yang terjadi dalam zigot yang cukup untuk membawa kita mengenal suatu jiwa roh. Atas dasar itu, kami berpendapat bahwa orang-orang hidup yang dibentuk sesuai dengan genom manusia memiliki martabat yang melekat dan pembawa hak. Pembentukan makhluk yang merupakan kombinasi dari genom manusia dan hewan secara moral menjijikkan bagi banyak orang. Ada intuisi moral yang kuat yang menolak praktek ini, karena transgenesis adalah tindakan pengembangbiakan yang menggunakan bagian dari genom manusia dalam proses tersebut. Penggunaan Genom untuk menghasilkan manusia-hewan baru hybrid, adalah pelanggaran terhadap kesucian kemampuan generatif yang ada dalam genom. Kesalahan moral melibatkan penyalahgunaan kemampuan sesual di mana di dalamnya terdapat pelanggaran terhadap kapasitas prokreasi manusia. Kami berpegang teguh bahwa manusia-hewan transgenesis merusak kesucian pengembangbiakan manusia. Kita bekerja sama dengan Allah dalam penciptaan manusia baru. 7. Apakah secara intrinsik jahat jika kita mengubah zigot hewan dengan memasukkan DNA manusia ke dalam genom hewan sehingga pengembangan embrio mewarisi beberapa karakteristik biologis manusia? Pada tahun 1987, Kongregasi untuk Ajaran Iman menulis: Sejak saat pembuahan hidup setiap manusia harus dihormati,karena di atas bumi manusia satusatunya ciptaan, yang dikehendaki Allah demi dirinya sendiri dan jiwa rohani setiap manusia diciptakan langsung oleh Allah; manusia membawa dalam dirinya gambaran Pencipta. Hidup manusia harus dipandang sebagai perkara suci karena sejak awal mula menuntut tindakan pencipta, tujuan

satu-satunya. Prokreasi manusia menuntut kerja sama suami istri penuh tanggung jawab dengan kasih subur Allah; hanya Allah adalah Tuhan atas kehidupan dari awal sampai akhir: Tak seorangpun boleh karena alasan apapun juga merebut hak untuk secara langsung menghancurkan hidup manusia tak bersalah. (DV. Intro,5) Secara ilmiah, kita dapat membedakan manusia dari makhluk lainnya disaat sel pertama terbentuk. Zigot manusia memiliki genom manusia. Secara alam, genom itulah yang menentukan menjadi manusia dan bukan binatang. Melalui genom, Allah menciptakan manusia baru. Dalam persatuan seorang pria dan seorang wanita, Allah menciptakan manusia baru melalui genom manusia. Manusia baru yang adalah gambar dan rupa Allah. Tampaknya bagi kita bahwa ketika seorang ilmuwan memotong genom manusia dan menambahkan bagian itu ke genom hewan dalam pembentukan zigot hybrid, ia mulai mengacaukan identitas. Apakah makhluk ini bukan manusia yang tidak diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, dan tidak dihitung sebagai sesama saya. Dari pemahaman itu penulis percaya bahwa proyek semacam itu merupakan kegagalan untuk menghormati kesucian dari genom manusia dan kesucian generasi manusia. Berkaca pada misteri inkarnasi, Pribadi Kedua dari Tritunggal Mahakudus telah mengambil genom manusia untuk dirinya sendiri. Misteri ini secara mendasar menentukan bagaimana kita harus menghormati kesucian genom manusia ketika digunakan untuk membentuk zigot.

You might also like