You are on page 1of 8

sabun dan detergen

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, detergen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci.

Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80100 C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun. Sabun itu merupakan garam dari asam karboksilat ( asam alkanoat ). Asam karboksilat memiliki struktur umum CnH2nO2, contohnya cuka, C2H4O2. Asam karboksilat bereaksi dengan basa membentuk garam. Garam ini biasa disebut sabun dan reaksinya disebut reaksi penyabunan/saponifikasi (kalo ga salah). Sebenarnya, lebih spesifik lagi, asam karboksilat yang dipakai biasanya yang rantainya panjang ( jumlah atom C-nya belasan seperti palmitat atau stearat dan biasanya di dapat dari lemak ). rantai karbon yang panjang itu bersifat non-polar dan tidak menarik air, sementara kepalanya ( terdapat ion logam ) bersifat polar. rantai/ekornya itu disebut bagian hidrofobik sementara kepalanya disebut hidrofilik. secara skema digambar sebagai berikut /\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/\/-O ||| hidrofobik hidrofilik kotoran yang tidak tercuci oleh air saja biasanya merupakan senyawa non-polar (karena itu tidak larut di air). Di dalam air sabun, bagian hidrofilik sabun mengikat kotoran tersebut, sementara bagian hidrofobiknya mengikat molekul air. Karena itu, kotoran tersebut dapat larut dalam air sabun. Penjelasan lebih lengkap dapat cari sendiri di internet atau di buku-buku kimia organik atau dosen kimia organik.

Beda sabun dan deterjen? seingat saya, deterjen tidak terbuat dari garam karboksilat sementara sabun terbuat dari garam karboksilat. kalau tidak salah, deterjen terbuat dari bahan-bahan yang sukar diuraikan mikroorganisme sementara sabun dapat diuraikan mikro-organisme.

Proses Pembuatan Sabun & Detergen


Jan1

GO GREEN 1. Proses Pembuatan Sabun

Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air. Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Untuk mempermudah penjelasan, mari kita tinjau minyak goreng sebagai contoh. Minyak goreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6). Sabun dapat dibuat melalui proses batch atau kontinu Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengaundung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya). Pada proses kontinu, yaitu yang biasa dilakukan sekarang, lemak atau minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun. Masalah tersebut dipecahkan dengan beberapa cara. Misalnya dengan mengurangi ion-ion kalsium dan magnesium dan menggantinya dengan ion-ion natrium, atau yang dikenal dengan air lunak. (soft water). Selain itu bisa juga dengan menambahkan fosfat pada sabun, karena fosfat membentuk komplek dengan ion-ion logam, larut dalam air, sehingga mencegah ion-ion tersebut membentuk garam taklarut dengan sabun. Namun penggunaan fosfet harus dibatasi, karena jika ikut mengalir dalam danau atau sungai fosfat yang juga berfungsi sebagai pupuk akan merangsang tumbuhnya tanaman sedemikian besar sehingga tanaman menghabiskan oksigen

terlarut dalam air dan menyebabkan ikan-ikan mati. Cara lain misalnya dengan mengganti gugus ionik karboksilat pada sabun dengan gugus sulfat atau sulfonat. Cara inilah yang mendasari terbentuknya detergen.

Sabun
Sabun adalah campuran pencuci yang digunakan bagi kegunaan peribadi atau sedikit cucian. Ia biasanya dijual sebagai bentuk ketulan, dipanggil buku. Di negara maju, pencuci sintetik telah menggantikan sabun bagi dobi. Kebanyakan campuran sabun mengandungi sebatian garam natrium atau kalium yang boleh dihasilkan daripada asid lemak dengan bertindak balas dengan larutan beralkali (seperti natrium hidrosida atau kalium hidrosida) pada 80100 C dalam proses yang dikenali sebagai saponifikasi. Lemak-lemak itu dihidrolisiskan oleh bahan bes, menghasilkan gliserol dan sabun kasar (garam asid lemak beralkali). Sabun dihasilkan daripada minyak atau lemak. Sodium Tallowate, bahan biasa dalam kebanyakan sabun, sebenarnya adalah lemak haiwan. Sabun yang dihasilkan dari minyak sayuran, seperti minyak zaiton, biasanya diistilahkan sebagai sabun castile. Sekarang, sabun biasanya digantikan oleh agen pembersihan lain, sebagai contoh detergen sintetik.

Penyucian dan perapian


Proses biasa bagi menyucikan sabun termasuk menyingkirkan sodium klorid, sodium hidroside, dan glycerol. Campuras (nihilistic) ini disingkirkan dengan merebus ketulan sabun kasar dalam air dan membentuk semula sabun dengan garam. Kebanyakan air kemudian disingkir dari sabun. Secara tradisi, ini dilakukan dengan menggunakan penggelek cili yang menghasilkan kepingan sabun yang biasa digunakan sekitar 1940-an dan 1950-an. Proses ini digantikan dengan penyembur kering dan kemudiannya oleh pengering hampagas. Sabun kering (kandungan kelembapan sekitar 6-12% kemudian dipadatkan kepada ketulan kecil pallet. Pallet ini kemudiannya sedia untuk perapian akhir sabun. Perapian sabun adalah proses menukar pallet sabun kasar barangan boleh dijual, biasanya bentuk sabun buku. Pallet sabun dicampurkan dengan wangian dan bahan lain dan digabung sepenuhnya dalam pengaul. Jisim ini kemudiannya dikeluarkan dari pengaul kepada penyaring, yang dengan menggunakan penekan (auger), memaksa sabun melalui penyaring dawai halus. Daripada penyaring, sabun disalur melalui penggelek ((pengilang Perancis atau pengilang keras) sama seperti proses penghasilan plastik atau likour cokelat. Sabun ini kemudiannya melalui satu atau

lebih banyak penyaring untuk meningkatkan kekentalan jisim sabun. Sejurus sebelum dimampatkan, sabun melepasi kebuk hampagas bagi menghilangkan sebarang gas yang terperangkap. Ia kemudiannya disalur menjadi batang panjang, sebelum dipotong kepada saiz yang dikehendaki, melalui pengesan logam dan ditekan dalam bentuk tertentu melalui mesin penekan dingin. Buku sabun kemudian dibungkut dalam pelbagai cara. Pasir atau pumis mungkin ditambah bagi menghasilkan sabun sental. Proses ini paling biasa bagi menghasilkan sabun bagi kebersihan manusia. Bahan penyental bertindak bagi menyingkir sel kulit mati dari permukaan yang dicuci. Proses ini dikenali sebagai exfoliation. Kebanyakan bahan baru digunakan sebagai sabun exfoliating yang berkesan tetapi tanpa sisi tajam dan pembahagian tidak serata seperti batu pumis.

Detergen
Detergen ialah sebatian, atau campuran sebatian, yang digunakan dalam tugas pembersihan. Bahan utamanya ialah garam natrium bagi asid organik yang dinamakan asid sulfonik. Asid sulfonik yang digunakan dalam pembuatan detergen merupakan molekul berantai panjang yang mengandungi 12 hingga 18 atom karbon per molekul.

Sabun dan Deterjen


Ditulis oleh Achmad Lutfi pada 27-02-2009

Limbah domestik kerapkali mengandung sabun dan diterjen. Keduanya merupakan sumber potensial bagi bahan pencemar organik. Sabun adalah senyawa garan dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, C17H35COO-Na+. Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari air. Konsep ini dapat dipahami dengan mengingat kedua sifat dari ion sabun. Suatu gambaran dari stearat terdiri dari ion karboksil sebagai kepala dengan hidrokarbon yang panjang sebagai ekor. Dengan adanya minyak, lemak dan bahan organik tidak larut dalam air lainnya, kecenderungan untuk ekor dari anion melarut dalam bahan organik, sedangkan bagian kepala tetap tinggal dalam larutan air. Oleh karena itu sabun mengemulsi atau mengsuspensi bahan organik dalam air. Dalam proses ini, anion-anion membentuk partikel-partikel micelle seperti gambar berikut.

Gambar 3 Bentuk partikel-partikel koloid Micelle dari sabun Keuntungan yang utama dari sabun sebagai bahan pencuci terjadi dari reaksi dengan kationkation divalen membentuk garam-garam dari asam lemak yang tidak larut. 2 C17H35COO-Na+ + Ca2+ > Ca(C17H35CO2)2(s) + 2 Na+ Padatan-padatan tidak larut ini, biasanya garam-garam dari mahnesium atau kalsium. Keduanya tidak seluruhnya efektif seperti bahanbahan pencuci. Bila sabun digunakan dengan cukup, semua kation divalen dapat dihilangkan oleh reaksinya dengan sabun, dan air yang mengandung sabun berlebih dapat mempunyai kemampuan pencucian dengan kualitas yang baik. Begitu sabun masuk ke dalam buangan air atau suatu sistem akuatik biasanya langsung terendap sebagai garam-garam kalsium dan magnesium, oleh karena itu beberapa pengaruh dari sabun dalam larutan mungkin dapat dihilangkan. Akhirnya dengan biodegridasi, sabun secara sempurna dapat dihilangkan dari lingkungan. Oleh kerena itu i terlepas dari pembentukan buih yang tidak enak dipandang, sabun tidak menyebabkan pencemaran yang penting.

Deterjen sintentik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dari magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah. Deterjen sintetik mempunyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu karakteristik yang tidak nampak pada sabun. Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan yang bereaksi dalam menjadikan air menjadi basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang lebih baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dengan gas (udara), padatan-padatan (debu) dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena struktur Amphiphilic yang berarti bagian yang satu dari molekul adalah suatu yang bersifat polar atau gugus ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk air dan bagian lainnya suatu hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka air. Senyawa ini suatu surfaktan alkil sulfat, suatu jenis yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan seperti shampo, kosmetik, pembersih, dan loundry. Sampai tahun 1960-an sufaktan yang paling umum digunakan adalah alkil benzen sulfonat. ABS suatu produk derivat alkil benzen. ABS sangat tidak menguntungkan karena ternyata sangat lambat terurai oleh bakteri pengurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada strukturnya. Oleh kerena itu ABS kemudian digantikan oleh surfaktan yang dapat dibiodegradasi yang dikenal dengan Linier Alkil Sulfonat (LAS). Sejak LAS menggantikan ABS dalam deterjen masalah-masalah yang timbul seperti penutupan permukaan air oleh gumpalan busa dapat dihilangkan dan toksinitasnya terhadap ikan di air telah banyak dikurangi. Sampah dan buangan-buangan kotoran dari rumah tangga, pertanian dan pabrik/industri dapat mengurangi kadar oksigen dalam air yang dibutuhkan oleh kehidupan dalam air. Di bawah pengaruh bakteri anaerob senyawa organik akan terurai dan menghasilkan gas-gas NH3 dan H2S dengan bau busuknya. Penguraian senyawa-senyawa organik juga akan menghasilkan gas-gas beracun dan bakteri-bakteri patogen yang akan mengganggu kesehatan air. Ditergen tidak dapat diuraikan oleh organisme lain kecuali oleh ganggang hijau dan yang tidak sempat diuraikan ini akan menimbulkan pencemaran air. Senyawa-senyawa organik seperti pestisida (DDT, dikhloro difenol trikhlor metana), juga merupakan bahan pencemar air. Sisa-sisa penggunaan pestisida yang berlebihan akan terbawa aliran air pertanian dan akan masuk ke dalam rantai makanan dan masuk dalam jaringan tubuh makhluk yang memakan makanan itu. Bahan pencemar air yang paling berbahaya adalah air raksa. Senyawasenyawa air raksa dapat berasal dari pabrik kertas, lampu merkuri. Karena pengaruh bakteri anaerob garam anorganik Hg dengan adanya senyawa hidrokarbon akan bereaksi membentuk senyawa dimetil mekuri (CH3)2Hg yang larut dalam air tanah dan masuk dalam rantai makanan yang akhirnya dimakan manusia. Energi panas juga dapat menjadi bahan pencemar air, misalnya penggunaan air sebagai pendingin dalam proses di suatu industri atau yang digunakan pada reaktor atom, menyebabkan air menjadi panas. Air yang menjadi panas, selain mengurangi kelarutan oksigen dalam air juga dapat berpengaruh langsung kehidupan dalam air.

You might also like