You are on page 1of 26

BAB I PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang Pervoius pavement atau porous pavement merupakan perkerasan dengan

kandungan rongga udara yang tinggi. Pervoius pevement ini dapat berupa pervoius asphalt pavement yang menggunakan material asapal dan pervoius concrete pavement dengan menggunakan beton sebagai material perkerasan. Ide awal dalam pembuatan pervoius concrete adalah pembuatan campuran beton dengan mengurangi atau

menghilangkan agregat halus dalam campuran tersebut. Perkerasan dengan menggunakan pervoius pavement akan memiliki porositas yang tinggi sehingga akan dapat mengalirkan air ke lapisan bawah perkerasan. Hal inilah yang mengakibatkan penggunaan pervoius pavement sangat sesuai dengan pembangunan yang ramah terhadap lingkungan. Penggunaan pervoius concrete dapat memberikan berbagai keuntungan baik dari segi struktur, ekonomi, dan lingkungan. Secara struktur pervoius concrete memiliki kekuatan yang baik dan lebih tahan lama dari pada perkerasan aspal. Pervoius concrete yang digunakan pada lahan parkir biasanya dapat bertahan selama 20-40 tahun tanpa adanya perawatan. Permukaan pervoius concrete juga akan menguntungkan bagi pengendara karena apabila turun hujan, tidak akan timbul genangan dan permukaan jalan tidak akan licin. Dari segi ekonomi, penggunaan pervoius concrete akan mengurangi biaya sebagai akibat kebutuhan terhadap suatu sistem yang digunakan untuk mengatur limpasan air. Hal ini diakibatkan karena penggunaan pervoius concrete akan mengalirkan air ke permukaan tanah sehingga akan mengurangi volume limpasan air. Selain itu biaya pemeliharaan pervoius concrete lebih murah jika dibandingkan dengan biaya pemeliharaan pada perkerasan aspal. Penggunaan pervoius concrete juga dapat mengurangi jumlah polutan. Aliran air hujan yang langsung mengalir ke tanah dapat mengakibatkan polusi bagi air tanah dan sangat berbahaya apabila dikonsumsi oleh mahluk hidup. Selain itu tercemarnya air tanah juga akan menghambat pertumbuhan vegetasi di lingkungan yang tercemar. Dengan terdapatnya rongga kosong pada pervoius concrete akan mengakibatkan banyak bakteri yang hidup pada rongga kosong tersebut. Bakteri-bakteri inilah yang kemudian dapat

mengurangi polutan pada air sebelum menjadi air tanah. Hal inilah yang mengakibatkan penggunaan pervoius concrete menjadi solusi yang tepat untuk menjaga kualitas lingkungan.

I.2

Tujuan Rancangan Beton Perencanaan campuran beton ini bertujuan untuk menghasilkan beton dengan sebaik-

baiknya, dimana memiliki kriteria sebagai berikut : Kuat tekan minimum 15 MPa Bersifat pervious Biaya produksi ekonomis Bersifat inovasi dalam pemilihan bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA BETON RINGAN

II.1

Jenis-Jenis Beton Agregat Ringan Beton berpori yang juga dikenal sebagai pervious concrete atau porous

concretemerupakan jenis beton yang memiliki pori-pori atau rongga pada strukturnya, sehingga memungkinkan cairan mengalir melalui rongga-ronnga yang terdapat pada beton. Menurut ACI 522R-10 Report on Pervious Concrete beton berpori dapat di deskripsikan sebagai beton yang memiliki nilai slump mendekati nol, yang terbentuk dari semen portland, agregat kasar, sedikit agregat halus atau tidak sama sekali, campuran tambahan (admixture), dan air. Beton berpori bukanlah suatu jenis beton yang umum dipakai dalam suatu konstruksi dikarenakan oleh sifatnya yang berongga. Menjadikan aplikasi penggunaan beton berpori masih terbatas, bahkan di Indonesia sendiri masih kurang dirasakan. Dikarenakan jenis konstruksi yang biasanya diandalkan untuk penyerapan air pada jalan adalah berbentuk paving block. Sifat berongga yang dimiliki oleh beton berpori membuat beton jenis ini memiliki kuat tekan lebih rendah dari pada jenis beton padat yang biasanya digunakan, sehingga membuat beton berpori lebih cocok untuk bila digunakan untuk aplikasi yang tidak membutuhkan nilai kuat tekan yang tinggi. Jenis stuktur yang dapat menggunakan beton berpori adalah lapangan parkir, lantai rumah kaca, perkerasan lapisan atas untuk taman, lapangan tenis, tempat pejalan kaki, dan juga sebagai perkerasan kaku untuk jalan lokal dengan intensitas lalulintas yang rendah. Sehingga secara garis besar beton berpori dapat diaplikasikan untuk jenis struktur yang tidak membutuhkan tulangan beton, karena dengan adanya tulangan pada beton berpori akan memberikan resiko karat pada tulangan yang disebabkan oleh cairan yang dapat menembus rongga beton. Jika dilihat dari bentuknya beton berpori memiliki tekstur yang lebih kasar dari pada beton normal yang padat, dimana tekstur kasar ini dihasilkan oleh rongga yang ada pada beton. Jika digunakan untuk perkerasan, tekstur kasar dan berongga ini membuat perkerasan beton berpori memiliki suhu permukaan yang lebih rendah daripada perkerasan lentur dan juga perkerasan kaku normal dikarenakan luas permukaan penguapan yang ada lebih sedikit. Selain itu tekstur kasar juga membuat permukaan beton berpori menjadi lebih kesat dibandingkan dengan perkerasan normal.
3

BAB III METODE PEMBUATAN

Dalam pembuatan beton diperlukan material-material seperti semen, air, agregat kasar,agregat halus ,dan admixture dalam pencampurannya agar dapat menghasilkan beton yang baik. Akan tetapi dalam pembuatan beton Civil Expo 2013. Beton harus bersifat pervious dan memiliki kuat tekan minimu 15 MPa. III.1 Pemilihan Material III.1.1 Agregat Halus (Pasir Lumajang) Karakteristik kualitas aggregat halus yang digunakan sebagai komponen structural beton memegang peranan penting dalam menentukan karakteristik kualitas struktur beton yang dihasilkan, sebab aggregat halus mengisi sebagian besar volume beton. Namun dalam pembuatan beton pervious hanya digunakan sedikit agregat halus. Agregat halus yang kami gunakan adalah pasir lumajang dengan berat jenis 2700 kg/m3 sesuai dengan uji coba laboratorium.

III.1.2 Agregat Kasar (Batu pecah) Agregat kasar yang digunakan dalam campuran beton ini adalah batu pecah yang tidak dilakukan pengujian kimia sebelumnya. Beberapa sifat fisik batu pecahyang diperoleh dari pengujian adalah density sebesar 2700 kg/m3 dan modulus kehalusan sebesar 7,81. . III.1.3 Portland Composite Cement (PCC) Indonesian Standard : SNI 15-7064-2004PCC (Portland Composite Cement) digunakan untuk bangunan-bangunan pada umumnya, sama dengan penggunaan Semen Portland Jenis I dengan kuat tekan yang sama. PCC mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah selama proses pendinginan dibandingkan dengan Semen Portland Jenis I, sehingga pengerjaannya akan lebih mudah dan menghasilkan permukaan beton/plester yang lebih rapat dan lebih halus.

III.1.4 Admixtures Admixture yang ditambahkan agar proses workability lebih mudah digunakan Superplasticizer (glenium 181). Namun dalam segala hal, penggunaan

Superplasticizer perlu sesuai dengan standard ASTM-C 494-81 tipe F. Ketepatan dosis penambahan Superplasticizer umumnya perlu dibuktikan dengan membuat campuran percobaan (trial mixes) dengan beberapa variasi dosis penambahan Superplasticizer hingga mendapatkan hasil yang optimum dalam memenuhi syarat kelecakan yang direncanakan.

III.2

Prosedur Pembuatan Beton

Adapun urutan dalam pembuatan campuran beton adalah sebagai berikut: 1. Mix Design (Dijelaskan Pada Bab IV) 2. Menyiapkan semua bahan yang diperlukan dengan jumlah sesuai mix design. 3. Untuk batu pecah terlebih dahulu dipecahkan sehigga lolos ayakan 1 dan direndam selama satu hari agar daya absorpsi berkurang. 4. Nampan Besi dipersiapkan untuk mencampur semua bahan agar menjadi campuran beton 5. Masukkan semen ,pasir, batu pecah, , admixture lalu masukkan air sesuai ukuran yang tercantum dalam mix design 6. Pengadukan beton dilakukan 10 menit atau sampai diperoleh campuran beton yang seragam. 7. Setelah campuran beton sudah seragam, tuangkan campuran tersebut kedalam silinder ukuran 15 cm X 30cm. 8. Setelah 1 x 24 jam, buka bekisting dan beton direndam dengan air didalam bak.

BAB I MIX DESIGN

IV.1

Pengertian Pada pembuatan beton, diperlukan perencanaan campuran pembuatan beton, yang

sering dikenal sebagai Mix Design. Perencanaan campuran ini bertujuan untuk menentukan proporsi material-material pembuat beton yang memenuhi persyaratan lomba yang bertemakan Kompetisi inovasi beton ringan Atau dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Kekuatan Tekan Beton 2. Berat jenis beton 3. Workabilitas 4. Durabilitas / Sustainable

IV.1.1

Kekuatan Tekan Beton Kuat Tekan beton dalam lomba ini adalah kuat tekan yang direncanakan pada

umur 1 hari dan 28 hari yang dinyatakan dalam satuan MPa. Pada lomba ini kami merencanakan kuat tekan beton sebesar 40 MPa.

IV.1.2

Workabilitas Workabilitas secara generalisasi adalah kemudahan dalam pengerjaan atau

pembuatan beton. Tetapi karena sulitnya mendefinisikan Workabilitas secara spesifik, pendefinisian Workabilitas dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Kompaktibilitas, atau kemudahan dimana beton dapat dipadatkan dan rongga-rongga udara diambil. 2. Mobilitas, atau kemudahan dimana beton dapat mengalir didalam cetakan. 3. Stabilitas, atau kemampuan beton untuk tetap sebagai massa yang homogen, koheren, dan stabil selama dikerjakan dan digetarkan tanpaterjadi pemisahan butiran (segregasi).Dalam pembuatan beton pada lomba ini, kami merencanakan pembuatan beton yang semudah-mudahnya dengan material-material yang mudah ditemukan serta sumber dayanya cukup banyak.

IV.1.4

Durabilitas / Sustainable Durabilitas adalah daya tahan beton terhadap lingkungan atau cuaca disekitar

tempat beton tersebut akan diaplikasikan. Beton yang direncanakan haruslah mempunyai daya tahan yang lama (Sustainable). Hal ini bertujuan agar betonyang digunakan dapat digunakan terus menerus tanpa diganti atau diperbaiki,dan juga untuk menekan biaya perawatan beton itu sendiri.

IV.2

Campuran Beton Dan Alasan Pemilihan Bahan Apabila perencanaan campuran beton ini terencana dengan baik, maka mutu beton

yang kita buat akan sesuai dengan mutu beton yang akan kita rencanakan. Spesifikasi dari material yang digunakan dapat dilihat pada Bab II. Tetapi dalam pencampuran beton dalam lomba ini, perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan material sebagaiberikut : IV.2.1 Semen Semen yang digunakan harus mencapai tingkat kehalusan yang baik, semen harus memenuhi syarat kehalusan lolos saringan No.200. Semen juga dijaga agar tidak lembab. Semen yang dipakai pada pembuatan beton pada lomba inia dalah Semen Gresik.

IV.2.2 Aggregat Halus (Pasir Lumajang) Pasir yang digunakan untuk pembuatan beton, sebaiknya dicuci bersih. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan bahan organik dan lumpur. Kandungan bahan organik dan lumpur pada pasir dapat menyebabkan pasir tidak homogen dan juga merusak Fine Modulus dari pasir itu sendiri. Pasir pada pembuatan ini dikondisikan dalam keadaan SSD (Saturated Surface Dry). Aggregat halus pada pembuatan beton pada lomba ini digunakan aggregat halus yang berasal dari Lumajang yaitu pasir lumajang. Pasir kerang yang telah di uji sebelumnya dilaboratorium memiliki berat jenis sebesar 2700 kg/m3.

IV.2.3 Agregat Kasar (Batu Pecah) Agregat kasar yang digunakan dalam campuran beton ini adalah batu Pecah yang tidak dilakukan pengujian kimia sebelumnya. Batu pecah dipilih karena

memiliki berat jenis yang sesuai dalam pembuatan beton pervious. Berat jenis batu apung yang telah diuji dilaboratorium adalah 2700 kg/m3

IV.2.4 Material Lainnya Material lainnya seperti Superplastiscizer dijaga kondisinya agar tidak lembab, sehingga dimasukkan ke dalam kantong plastik yang diikat rapat. Pemakaian superplastiscizer bertujuan untuk pemudahan dalam mengaduk campuran beton.

IV.3

Perancangan Campuran Beton Mix Design yang direncanakan adalah campuran beton mutu 40 MPa. Dengan benda

uji sebanyak 3 buah yang akan diuji pada umur 1 dan 28 hari. Bahan dan data yang digunakan :

1. Semen Gresik 2. Batu Pecah alami 3. Agregat halus dari Pasir lumajang 4. Superplastiscizer glenium 181 sebanyak 0.6% dari berat semen 5. Ukuran agregat kasar maksimum 20 mm 6. Kuat tekan rencana 40 MPa pada umur 28 hari 7. Faktor air semen : 0,30 8. Kepadatan Basah=2350 kg/m3 9. Proporsi Pasir = 10% 10. Proporsi Batu pecah = 90%

IV.4

Perencanaan dan Perhitungan Campuran Beton Silinder Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan dan perhitungan

campuran adalah sebagai berikut: 1. Menentukan kuat tekan yang diisyaratkan (characteristic strength) Dalam pembuatan beton ini direncakan kuat tekan sebesar 40 MPa dalam 28 hari 2. Faktor Air Semen (W/C) Faktor air semen yang kami gunakan ialah 0,3

3.

Menentukan Banyaknya Kadar Air Bebas Wf= Wc= 195 kg/m3 225 kg/m3 = 2/3(Wf) + 1/3(Wc) = 2/3(195) + 1/3(225) = 205 kg/m3

Kadar Air Bebas

4.

Menentukan Kadar PC Kadar PC =

= = 683,33 kg/m3

5.

Mencari Total Kadar Agregat Total Kadar Agregat = Kepadatan Beton Basah Kadar PC Air = 2350 683,33 205 = 1461.67 kg/m3

6.

Mencari Kadar Pasir Kadar Pasir = 10% x 1461,67 kg/m3 = 146,,167 kg/m3

7.

Mencari Kadar Batu pecah Kadar Batu Pecah = 1461,67 kg/m3 146,67 kg/m3 = 1315 kg/m3

8.

Menentukan banyaknya Superplasticsizer yang digunakan Banyaknya Superplasticsizer yang digunakan ialah 0,6% dari berat semen, yaitu: Superplasticsizer = 0,6% x 683,33 kg/m3 = 4,1 kg/m3
9

9.

Berat Air Terkoreksi Besarnya berat air dikurangi pemakaian superplasticsizer sehingga menjadi : Air = 205 kg/m3 4,1 kg/m3 = 200,9 kg/m3

10.

Menghitung Volume 3 Silinder Silinder cetakan yang digunakan berukuran Diamter 15 cm dan tinggi 30 cm Volume = (3,14 x 152 x 30 x ) x 3 =15896,25 cm3 = 0,0159 m3

11.

Menghitung Berat Material Untuk 10Silinder Berat material untuk 3 silinder adalah berat material per m3 dikalikan volume 3 silinder, hasilnya dapat dilihat dibawah ini:

Material Air Semen Pasir Batu Pecah Superplasticsizer

Berat per m3 (kg) 3,19 10,86 2,32 20,9 0,06

12.

Menghitung Berat Material Untuk 3 Silinder Terkoreksi Untuk mengantisipasi adukan yang terbuang sewaktu pengadukan, maka berat material 3 silinder dikalikan factor keamanan sebesar 1,1, maka berat material menjadi : Material Air Semen Pasir Batu Apung Superplasticsizer Berat Per m3 (kg) 3,19 10,86 2,32 20,9 0,06 Koreksi (kg) 3,5 12 2,5 23 0,07

10

BAB V URAIAN HASIL UJI

V.1

Perhitungan Berat Jenis Batu Pecah Dan Berat Jenis Pasir Lumajang V.1.1 Agregat Kasar Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar di berikan sebagai berikut : 1. berat jenis semu :

2. penyerapan keterangan : w1 : berat benda uji kering ( gram ) w2 : berat benda uji kering oven ( gram )

w3 : berat benda uji kering permukaan jenuh dalam air ( gram )

V.1.1.1 Hasil Pengujian Berat Jenis Batu Apung

Tabel : HASIL PENGUJIAN BERAT JENIS BATU APUNG (ASTM C 127-88-93) Percobaan Nomor Berat batu apung di udara (W1) gram 1 3000 gram 2 3000 gram 3000 gr+4282 gr= 7282 gr 0,412 gr/cc

Berat batu apung di air terjadi penguranag berat 3000 gr- 2350 gr= (W2) gram Berat jenis batu pecah = W1/(W1+W2) gr/cc 7352 gr 0,408 gr/cc

11

Dari percobaan di dapat berat jenis batu pecah:

= = 0,410 gr/cm3

V.1.1.2 Hasil Pengujian Resapan Air Batu Apung

TABEL : HASIL PENGUJIAN RESAPAN AIR BATU PECAH (ASTM C 127 88 93) PERCOBAAN NOMOR Berat batu pecah SSD ( w1 )-gr Berat pasir oven ( w2 )-gr Kelembapan pasir : 56,01 % ( w1 w2 )/w2 x 100% 58,55 % I 3000 1923 II 3000 1892

Dari percobaan di dapat resapan air batu apung:

= = 57,28 %

12

V.1.2 Agregat Halus (Pasir Kerang) Perhitungan Berat Jenis Pasir dan Resapan air diberikan sebagai berikut: 1. 2. Berat jenis jenuh kering permukaan = 500 / (w1 + 500 w2) Penyerapan = (500 - Bk) / Bk x 100%

Keterangan : Bk w2 w1 = = = berat benda uji kering oven (gram) berat piknometer berisi air (gram) berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)

500= berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh (gram)

V.1.2.1 Perhitungan Berat Jenis Pasir Kerang

Tabel: PERCOBAAN BERAT JENIS PASIR Kerang 1 Berat labu + pasir + air (w1) (gr) Berat pasir SSD (gr) Berat labu + air (w2) (gr) Berat jenis pasir = [500/(500+w2-w1)] (gr/cm3) 2,38 2,25 1262,5 1227 500 500 1552,5 2 1504,8

Perhitungan : Percobaan I Berat jenis = 500/((500 + 1262,5- 1552,5) = 2,38gr/cm3 Percobaan II Berat jenis = 500/((500 + 1227- 1504,8) = 2,25gr/cm3 Maka didapat : Berat jenis Pasir rata-rata = (2,38 + 2,25 ) / 2 = 2,315 gr/cm3

13

V.2.1.2 Perhitungan Resapan Air Pasir Kerang Tabel: PERCOBAAN AIR RESAPAN PADA PASIR Percobaan Nomor Berat pasir SSD Berat pasir oven (w1) (gr) (gr) 1 500 488,35 2,38 2 500 486,04 2,87

Kadar air resapan :[(500-w1)/w1]x100% (%) Percobaan I

Jumlah air resapan = [(500 488,35)/ 488,35 ]x 100% = 2,38% Precobaan II Jumlah air resapan=[(500-486,05)/486,04]x 100%= 2,87% Jadi, dari hasil percobaan diperoleh kadar air resapan rata-rata =(2,38 + 2,87 )/2 = 2,625%

14

BAB VI TES KUAT TEKAN BETON

VI.1

Test Kekuatan Tekan Hancur (ASTM C 823 75 )

V1.1

Tujuan Untuk mengetahui kekuatan tekan hancur beton terhadap pembebanan

V1.2

Peralatan

Timbangan Pemanas / kompor listrik + media untuk memanaskan belerang Alat perata belerang Mesin test hidrolis. (Torsee Universal Testing Machine) Tokyo Testing Machine MFG CO , LTD Type CAP MFG no Date : RAT 200 : 200 tf : 20380 : May 1981

VI.3

Bahan

Belerang Minyak / oli Beton uji berbentuk silinder 10 , tinggi 20 cm sebanyak 8 buah

VI.4

Prosedur Pelaksanaan Test kekuatan tekan hancur dilaksanakan saat benda uji berumur 28 hari.

Sebelum ditest diukur dimensinya ( tinggi dan diameter) terlebih dahulu diambang beratnya. Siapkan alat perata belerang kemudian diolesi dengan minyak atau oli agar belerang tidak menempel pada alat perata tersebut. Tuang belerang cair ke alat perata belerang, setelah itu benda uji beton diletakkan dalam alat peratadan tekan lalu tunggu sampai kira kira belerang telah mengeras dan melekat dengan beton, kemudian angkat. Permukaan yang ditempeli belerang adalah permukaan beton yang kasar.
15

Lalu letakkan benda uji pada alat tekan mesin test hidrolis dan pilih permukaan yang rata ( yang terdapat belerangnya) sebagai bidang yang dibebani. Gerakkan tuas yang berwarna merah keatas dan tekan tombol penggerak ke posisi on . Matikan tombol penggerak pada saat beton pecah ( jarum sudah tidak bergerak lagi ). Untuk mengambil kembali benda uji , gerakkan tuas ke bawah sehingga benda uji terlepas dari jepitan. Benda uji berbentuk silinder dengan diameter dihitung luas permukaan lingkarannya. Sehingga luas permukaan yang dibebani ialah = (3,14 x 10 cm x 20 cm) = 78,5 cm Rumus : kuat tekan beton = P/A Dimana P A ; : Beban ( kg ) : Luas penampang yang dibebani ( cm 2) 10 cm dan tinggi 20 cm

16

VI.2

Data Kuat Tekan Beton

TABEL KEKUATAN TEKAN BETON

No. Benda Uji 1 2 3 4 5 6 7 8

Berat (Kg)
2,67 2,68 2,66 2,68 2.66 2,59 2,64 2,72

Berat Jenis Beton (Kg/m3) 1720 1705 1600 1705 1693 1648 1680 1731

Luas Penampang (cm2) 78.5 78.5 78.5 78.5 78.5 78.5 78.5 78.5

Umur

Kuat Tekan

(kg)
8800 7850 9200 9100 8630 9500 10750 11200

Kuat Tekan (Mpa)

4 4 4 4 7 7 14 14

11,2 10 11,7 11,5 11 12,1 13,7 14,3

17

BAB VIII RINCIAN BIAYA

VIII.1 Harga Marketing Mixing Material Pasir kerang Semen Gresik Batu Apung Silica fume Viscocrete 8010 Harga Per Kg IDR 50/Kg IDR 1000/Kg IDR 2000/Kg IDR 12000/Kg IDR 35000/Kg

VIII.2 Rincian Harga Pemakaian per Kg Material Semen Pasir Batu Apung Superplasticisizer Silica Fume TOTAL Jumlah Pemakaian (Kg) 11,45 8,18 6,7 0,07 0,35 Harga Pemakaian IDR 11450 IDR 409 IDR 13400 IDR 2450 IDR 4200 IDR 28902

VIII.2 Rincian Harga Pemakaian per M3 Material Semen Pasir Batu Apung Superplasticisizer Silica Fume TOTAL Jumlah Pemakaian (M3) 11,45 8,18 6,7 0,07 0,35 Harga Pemakaian IDR 663057,323 IDR 23694,267 IDR 775796,184 IDR 45859,872 IDR 713375,8016 IDR 2221783,4476

18

BAB IX KESIMPULAN IX.1 Kesimpulan Setelah dilakukan uji kuat tekan beton, dapat disimpulkan kekuatan kuat tekan beton yang kami buat adalah sebagai berikut: No. Benda Uji 1 2 3 4 5 6 7 8
Berat Jenis Beton (Kg/m3) 1720 1705 1600 1705 1693 1648 1680 1731

Berat (Kg)
2,67 2,68 2,66 2,68 2.66 2,59 2,64 2,72

Luas Penampang (cm2) 78.5 78.5 78.5 78.5 78.5 78.5 78.5 78.5

Umur

Kuat Tekan

(kg)
8800 7850 9200 9100 8630 9500 10750 11200

Kuat Tekan (MPa)

4 4 4 4 7 7 14 14

11,2 10 11,7 11,5 11 12,1 13,7 14,3

Berdasarkan hasil uji yang kami lakukan didapatkan uji tekan paling maksimum sebesar 14,3 MPa . Dengan Menggunakan Agregat Halus sebesar 8,18 Kg, Semen 11,45, Agrega Kasar 6,7 Kg, Silica Fume 0,35 Kg, Air 3,47 Kg, Superplasticizer 0,07 Kg untuk benda uji sebanyak 10 sample. Dengan menggunakan Superplasticizer, workability dalam pencampuran jauh lebih mudah dengan fas yang kecil sebesar 0,3.

19

DAFTAR PUSTAKA

1.

ACI Committee 213R-87, (1999), Guide for Structural Lightweight Aggregate Concrete, ACI Committee 213,American Concrete Institute.

2.

Khaloo, A.R., El Dash,K.L., dan Ahmad, S.H., (1999), Model for Lightweight Concrete Columns Confined by Either Single Hoops or Interlocking Double Spirals, ACI Materials Journal, V.96 S96, pp.883-890.

3.

ASTM C330-03, (1996), Standard Specification for Lightweight Aggregates for Structural Concrete, ASTM Standards: Concrete and Aggregates, V.04.02., Philadelphia.

4.

Sugiri Saptahari, (2005), Penggunaan Terak Nikel sebagai Agregat dan Campuran Semen untuk Beton MutuTinggi, Jurnal Infrastruktur dan Lingkungan Binaan, ITB, Bandung, V.1, No.1

5.

ASTM C567-91, (1996), Test Method for Unit Weight of Structural Lightweight Concrete, ASTM Standards: Concrete and Aggregates, V.04.02., Philadelphia.

6.

Chandra Satish and Berntsson Leif, (2002), Lightweight Aggregate Concrete: Science, Technology and Applications, Chalmers University of Technology, Goteborg, Sweden, William Andrew Publishing, Norwich, New York, USA.

7.

ASTM C496-96, (1996), Test Method for Splitting Tensile Strength of Cylindrical Concrete Specimens, ASTM Standards: Concrete and Aggregates, V.04.02., Philadelphia. 10. ACI 211.191, (1991), Standard Practice for Selecting Proportion.

8.

ASTM C39-94, (1996), Test Method for Compressive Strength of Cylindrical Concrete Specimens, ASTM Standards: Concrete and Aggregates, V.04.02., Philadelphia

9.

Subakti, Aman, TEKNOLOGI BETON DALAM PRAKTEK, 2005, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS, Surabaya.

20

LAMPIRAN

Agregat Kasar (Batu Apung)

Agregat Halus (Pasir Kerang)

21

Silica Fume

Semen Gresik

22

Viscocrete

Uji Kuat Tekan Beton 4 hari

23

Salah Satu Sample Umur 4 hari diuji Kuat Tekan

Uji Kuat Tekan Beton 7 hari

24

Salah Satu Sample Umur 7 hari diuji Kuat Tekan

Uji Kuat Tekan Beton 14 hari

25

Salah Satu Sample Umur 14 hari diuji Kuat Tekan

26

You might also like