You are on page 1of 47

BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Penderita Dispepsia 1. Sosiodemografi, meliput i : 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Umur Jenis Kelamin Suku Agama Tingkat Pendidikan Pekerjaan

Jenis Dispepsia Riwayat Penyakit Sebelumnya Riwayat Pemakaian NSAIDs Tingkat Keparahan Sumber Biaya Lama Rawatan Keadaan Sewaktu Pulang

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Penderita dispepsia adalah pasien yang rawat inap di RSU Sundari Medan tahun 2008 yang berdasarkan diagnosa dokter dinyatakan menderita dispepsia dan tercatat di kartu status.

Universitas Sumatera Utara

3.2.2. Umur adalah usia penderita dispepsia rawat inap di rumah sakit yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas : Untuk uji statistik maka umur dikategorikan atas: 1. 40tahun 2. > 40 tahun. 3.2.3. Jenis Kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki oleh penderita dispepsia yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas : 1. Laki-Laki 2. Perempuan 3.2.4. Suku adalah ras atau etnik yang melekat pada diri penderita dispepsia yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Batak (Toba, Karo, Mandailing dan Simalungun) Melayu Aceh Jawa Tianghoa Minang

3.2.5. Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita dispepsia yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas : 1. 2. 3. 4. 5. Islam Kristen Protestan Kristen Katolik Hindu Budha

Universitas Sumatera Utara

3.2.6. Tingkat Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh penderita dispepsia yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas : 1. 2. 3. 4. 5. Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Akademik/PT

3.2.7. Pekerjaan adalah aktifitas rutin yang dilakukan oleh penderita dispepsia di luar atau di dalam rumah dengan maksud memperoleh penghasilan atau keuntungan dan tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. PNS Wiraswasta Pegawai Swasta Pelajar/Mahasiswa Ibu Rumah Tangga (IRT) Pengangguran Ikut Anak Dan Lain-Lain (Petani, buruh dan nelayan).

3.2.8. Jenis dispepsia adalah jenis penyakit dispepsia yang diderita pasien berdasarkan pemeriksaan dan diagnosa dokter dan tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas : 1. Dispepsia Organik (Penyebabnya diketahui) 2. Dispepsia Fungsional (Penyebabnya tidak diketahui)

Universitas Sumatera Utara

3.2.9. Riwayat penyakit sebelumnya adalah penyakit yang pernah diderita dan beresiko menyebabkan dispepsia dan tercatat dalam kartu status,

dikategorikan atas : 1. Tidak Ada Penyakit 2. Ada Penyakit : a. Hati Kronik b. DM c. Pankreatitis d. GGK 3.2.10. Riwayat pemakaian NSAIDs adalah penderita dispepsia mempunyai riwayat pemakaian NSAIDs yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas : 1. Ada 2. Tidak Ada 3.2.11. Tingkat keparahan adalah tingkat keluhan yang dirasakan oleh pendertia dispepsia yang menyebabkan datang berobat ke rumah sakit yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas : 1. Akut (Gejala dispepsia diderita 3 bulan) 2. Kronik (Gejala dispepsia diderita > 3 bulan) 3.2.12. Sumber biaya adalah besarnya biaya perawatan yang akan ditanggung oleh pihak keluarga, perusahaan swasta dan instansi pemerintahan yang mengeluarkan asuransi kesehatan. Dikategorikan atas : 1. 2. 3. 4. Biaya Sendiri Askes Jamsostek Askeskin

Universitas Sumatera Utara

Untuk uji statistik maka sumber biaya dikategorikan menjadi : 1. Biaya Sendiri 2. Bukan Biya Sendiri (Askes, Jamsostek, Askeskin) 3.2.13. Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lama hari rawatan penderita dispepsia rawat inap di RSU Sundari Medan terhitung mulai dari pertama masuk sampai keluar sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status. 3.2.14. Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan penderita sewakatu meninggalkan rumah sakit yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas : 1. 2. 3. 4. Sembuh Pulang Berobat Jalan (PBJ) Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) Meninggal

Universitas Sumatera Utara

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan desain case series. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Sundari Medan. Pemilihan lokasi ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa di Rumah Sakit tersedia data penderita dispepsia dan terjadi peningkatan kasus setiap tahunnya serta belum pernah dilakukannya penelitian tentang karakteristik penderita dispepsia rawat inap. 4.2.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan mulai Januari 2009 sampai dengan April 2010. 4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah data seluruh penderita dispepsia yang dirawat inap di Rumah Sakit Sundari Medan pada tahun 2008 yang terdaftar pada bagian rekam medik berjumlah 342 data.

Universitas Sumatera Utara

4.3.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah data sebagian penderita dengan besar sampel dihitung menggunakan rumus :19 N n= 1 + N (d2) Keterangan: N = Jumlah Populasi (342 data) d := Penyimpangan terhadap populasi/ketepatan yang diinginkan = 0,05 n = Jumlah sampel yang dibutuhkan. Besar sampel yang diperlukan adalah : 342 n = 1 + 342 (0,052) 342 n = 1 + 0,085 = 1,855 342

n = 184,3 184 data penderita. Jumlah sampel minimal 184 data penderita + 10% = 205 data. Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 205 data. 4.3.3. Metode Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Simple Random Sampling menggunakan angka acak pada program C Survey sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

4.4. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan melihat kartu status penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan pada tahun 2008 yang diperoleh dari rekam medik dan dicatat sesuai dengan variabel yang ingin diteliti. 4.5. Pengolahan Data Data yang terkumpul, diolah dan dianalisa dengan bantuan komputer program SPSS, data univariate dianalisa secara deskriptif dan bivariate dianalisa dengan uji chi-square, t-test dan anova. Hasil disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, diagram bar dan diagram pie.

Universitas Sumatera Utara

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1. Analisa Deskriptif 5.1.1. Sosiodemografi Hasil penelitian penderita dispepsia yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2008 berdasarkan sosiodemografi yang meliputi : umur, jenis kelamin, suku, agama, tingkat pendidikan dan pekerjaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Jenis kelamin Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Umur di RSU Sundari Medan Tahun 2008 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan n % n % 5 6,8 31 23,5 16 21,9 30 22,7 22 30,1 12 9,1 10 13,7 14 10,6 8 11,0 10 7,6 6 8,2 16 12,1 5 6,8 13 9,8 1 1,4 4 3,0 0 0 2 1,5 73 35,6 132 64,4 Jumlah n 36 46 34 24 18 22 18 5 2 205 % 17,6 22,4 16,6 11,7 8,8 10,7 8,8 2,4 1,0 100,0

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Umur (Tahun) 16 - 24 25 - 33 34 - 42 43 - 51 52 - 60 61 - 69 70 - 78 79 - 87 88 - 96 Total

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat proporsi tertinggi jenis kelamin umur berdasarkan umur pada kelompok umur 25 33 tahun (22,4%) dan terendah pada kelompok umur 88-96 tahun (1,0 %). Berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih tinggi yaitu sebanyak 132 orang (64,4%) sedangkan laki laki sebanyak 73 orang (35,6%).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.2. No 1.

2.

3.

4.

Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RSU Sundari Medan Tahun 2008 n % Sosiodemografi Suku Batak 81 39,5 Melayu 49 23,9 Aceh 12 5,9 Jawa 54 26,3 Tionghoa 1 0,5 Minang 8 3,9 Total Agama Islam 165 80,5 Kristen Protestan 33 16,1 Kristen Katolik 6 2,9 Budha 1 0,5 Total 205 100,0 Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah 3 1,5 SD 27 13,2 SLTP 25 12,2 SLTA 97 47,3 Akademik/PT 53 25,8 Total 205 100,0 Pekerjaan PNS 11 5,4 Wiraswasta 38 18,5 Pegawai Swasta 21 10,2 Pelajar / Mahasiswa 17 8,2 IRT 66 32,2 Pengangguran 3 1,5 Ikut Anak 45 22,0 Dll (petani, buruh, nelayan) 4 2,0 Total 205 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat proporsi tertinggi penderita dispepsia berdasarkan sosiodemografi adalah sebagai berikut :Suku Batak (39,5), Agama tertinggi adalah Agama Islam (80,5%), Tingkat pendidikan tertinggi adalah pendidikan SLTA (47,3%), Pekerjaan tertinggi adalah IRT (32,2%).

Universitas Sumatera Utara

5.1.2. Jenis Dispepsia Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 berdasarkan jenis dispepsia dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Jenis Dispepsia di RSU Sundari Medan Tahun 2008 n 85 120 205 % 41,5 58,5 100,0

No 1 2

Jenis Dispepsia Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional Total

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi penderita dispepsia berdasarkan jenis dispepsia lebih banyak pada penderita dispepsia fungsional sebanyak 120 orang (58,5%), sedangkan penderita dispepsia organik sebanyak 85 orang (41,5%). 5.1.3. Riwayat Penyakit Sebelumnya Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RSU Sundari Medan Tahun 2008 n 153 52 205 % 74,6 25,4 100,0

No 1 2

Riwayat Penyakit Sebelumnya Tidak Ada Ada Total

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa proporsi penderita dispepsia berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya terbanyak adalah penderita yang tidak ada riwayat penyakit sebelumnya yaitu sebanyak 153 orang (74,6%), sedangkan

Universitas Sumatera Utara

penderita yang mempunyai riwayat penyakit sebelumnya sebanyak 52 orang (25,4%). Adapun penderita yang mempunyai riwayat penyakit sebelumnya dapat di lihat pada table 5.5. di bawah ini Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya yang Ada di RSU Sundari Medan Tahun 2008 n 7 29 3 13 52 % 13,4 55,8 5,8 25.0 100.0

No 1 2 3 4

Ada Riwayat Penyakit Sebelumnya Hati Kronis DM Pankreatitis GGK Total

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita yang mempunyai riwayat penyakit sebelumnya terbanyak adalah panyakit DM yaitu sebanyak 29 orang (14,2%) dan yang paling sedikit adalah penyakit pankreatitis yaitu sebanyak 3 orang (1,5%). 5.1.4. Riwayat Pemakaian NSAIDs Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 berdasarkan riwayat pemakaian NSAIDs dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Pemakaian NSAIDs di RSU Sundari Medan Tahun 2008 Riwayat Pemakaian NSAIDs Ada Tidak ada Total n 49 156 205 % 23,9 76,1 100,0

No 1 2

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi penderita dispepsia berdasarkan Riwayat Pemakaian NSAIDs lebih banyak pada penderita yang tidak

Universitas Sumatera Utara

ada riwayat pemakaian NSAIDs sebanyak 156 orang (76,1%), sedangkan penderita yang menggunakan NSAIDs sebanyak 49 orang (23,9%). 5.1.5. Tingkat Keparahan Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 berdasarkan tingkat keparahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSU Sundari Medan Tahun 2008 Tingkat Keparahan n % Akut 151 73,7 Kronik 54 26,3 Total 205 100,0 Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi penderita dispepsia berdasarkan tingkat keparahan lebih banyak pada penderita dengan tingkat keparahan akut sebanyak 151 orang (73,7%), sedangkan penderita dengan tingkat keparahan kronik sebanyak 54 orang (26,3%). 5.1.6. Sumber Biaya Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Sundari Medan Tahun 2008 Sumber Biaya

No 1 2

No 1 2 3 4

n % Biaya sendiri 188 91,7 Askes 5 2,4 Jamsostek 8 3,9 Askeskin 4 2,0 Total 205 100,0 Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa proporsi penderita dispepsia

berdasarkan sumber biaya terbanyak adalah biaya sendiri sebanyak 188 orang

Universitas Sumatera Utara

(91,7%) dan paling sedikit adalah penderita yang menggunakan askeskin sebanyak 4 orang (2,0%). 5.1.7. Lama Rawatan Rata-Rata Lama rawatan rata-rata penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.9. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 Lama Rawatan Rata-Rata (Hari) = 3,03 = 1,923 = 2,77 3,30 = 63,46% =1 = 16

X SD 95%CI Coef. of Variation Minimum Maksimum

Dari tabel 5.9 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan tahun 2008 adalah 3,03 hari, SD = 1,923 dan nilai Coef. of Variation adalah 63,46% artinya lama rawatan rata-rata penderita dispepsia sangat bervariasi, dimana lama rawatan minimum adalah 1 hari dan lama rawatan maksimum adalah 16 hari. Dari CI dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa lama rawatan rata-rata penderita dispepsia adalah 2,77-3,30 hari.

Universitas Sumatera Utara

5.1.8. Keadaan Sewaktu Pulang Proporsi penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Sundari Medan Tahun 2008 Keadaan Sewaktu Pulang Sembuh Pulang Berobat Jalan (PBJ) Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) Meninggal Total n 15 176 12 2 205 % 7,3 85,9 5,8 1,0 100,0

No 1 2 3 4

Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa karakteristik penderita dispepsia berdasarkan keadaan sewaktu pulang terbanyak adalah penderita yang Pulang Berobat Jalan (PBJ) sebanyak 176 orang (85,9%) dan paling sedikit adalah penderita yang meninggal sebanyak 2 orang (1,0%). Terdapat 2 orang yang meninggal, yang pertama usia yang sudah lanjut yaitu umur 96 tahun dan jenis kelamin laki-laki dan mempunyai riwayat penyakit sebelumnya yaitu DM, 1 orang lagi mempunyai

riwayat penyakit GGK dengan tingkat keparahan yang kronis,umur 89 tahun dengan jenis kelamin laki-laki,dan menderita penyakit dispepsia fungsional yang kronis riwayat penyakit sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

5.2. Analisa Statistik 5.2.1. Umur Berdasarkan Jenis Dispepsia Distribusi proporsi Umur berdasarkan jenis dispepsia pada penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Dispepsia Penderita Dispepsia di RSU Sundari Medan Tahun 2008 Umur (Tahun) Total No Jenis Dispepsia 40 > 40 N % N % n % 1 Dispepsia Organik 8 9,4 77 90,6 85 100,0 2 Dispepsia Fungsional 102 85,0 18 15,0 120 100,0 X2 = 114,326 df = 1 = 0,000 Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat dari hasil aanalisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p <0,05 , artinya ada perbedaan yang bermakna antara umur dengan jenis dispepsia. Bahwa proporsi penderita umur >40 tahun secara bermakna lebih besar pada dispepsia organik,sedangkan umur 40 tahun lebih besar menderita dispepsia fungsional.

Universitas Sumatera Utara

5.2.2. Jenis Dispepsia Berdasarkan Tingkat Keparahan Distribusi proporsi Jenis Dispepsia berdasarkan Tingkat Keparahan pada penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Jenis Dispepsia Berdasarkan Tingkat Keparahan Penderita Dispepsia di RSU Sundari Medan Tahun 2008 Tingkat Keparahan Jumlah Jenis Dispepsia Akut Kronik N % N % n % Dispepsia Organik 34 40,0 51 60,0 65 100,0 Dispepsia Fungsional 117 97,5 3 2,5 120 100,0 X2 = 84,785 df = 1 = 0,000 Berdasarkan table 5.12 dapat dilihat dari hasil analisa statistik dengan menggunakan chi-square diperoleh nilai p < 0,05, artinya ada perbedaan yang bermakna antara jenis dispepsia dengan tingkat keparahan. Bahwa proporsi penderita dengan tingkat keparahan kronik secara bermakna lebih
besar pada dispepsia organik, sedangkan tingkat keparahan lebih besar menderita dispepsia fungsional.

No 1 2

Universitas Sumatera Utara

5.2.3. Tingkat Keparahan Berdasarkan Riwayat Pemakaian NSAIDs Distribusi proporsi riwayat pemakaian NSAIDs berdasarkan tingkat keparahan pada penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Tingkat Keparahan Berdasarkan Riwayat Pemakaian NSAIDs Penderita Dispepsia di RSU Sundari Medan Tahun 2008 Tingkat Keparahan Akut Kronik N % N % 10 20,4 39 79,6 141 90,4 15 9,6 df = 1 Jumlah n % 49 100,0 156 100,0 = 0,000

No 1 2

Riwayat Pemakaian NSAIDs Ada Tidak Ada X2 = 94,104

Berdasarkan tabel 5.13 dapat dilihat dari hasil analisa statistik dengan menggunakan chi-square diperoleh nilai p < 0,05, artinya ada perbedaan yang bermakna antara riwayat pemakaian NSAIDs dengan tingkat keparahan akut secara bermakna lebih besar dari pada yang tidak ada riwayat pemakaian NSAIDs. 5.2.4. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya Distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya pada penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 5.14. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 Sumber Biaya Biaya Sendiri Bukan Biaya Sendiri t = 0,208 Lama Rawatan Rata-Rata (Hari) F X SD 168 3,04 1,943 17 2,94 1,749 df = 203 = 0,872

No 1. 2.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan tabel 5.14 dapat dilihat dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh p > 0,05. Artinya berarti tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya. 5.2.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Tingkat Keparahan Distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan tingkat keparahan pada penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.15. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Tingkat Keparahan Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 Lama Rawatan Rata-Rata (Hari) No Tingkat Keparahan F X SD 1. Akut 151 2,77 1,614 2. Kronik 54 3,78 2,470 t = - 3,394 df = 203 = 0,018 Berdasarkan tabel 5.15 dapat dilihat dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh p > 0,05. artinya ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan tingkat keparahan.

Universitas Sumatera Utara

5.2.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang pada penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.16. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 Lama Rawatan Rata-Rata (Hari) No Keadaan Sewaktu Pulang f X SD 1. Sembuh 15 5,73 2,120 2. Pulang Berobat Jalan (PBJ) 176 2,91 1,764 3. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 12 1,42 0,515 4. Meninggal 2 3,50 0,707 F = 15,778 df = 3 p = 0,000 Dari tabel 5.16. dapat dilihat dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji ANOVA diperoleh nilai p > 0,05. artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata penderita dispepsia berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

Universitas Sumatera Utara

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Sosiodemografi 6.1.1. Umur Proporsi penderita dispepsia berdasarkan umur di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 6.1. Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa proporsi penderita dispepsia yang terbesar pada kelompok umur 25 33 tahun yang terdiri dari 21,9%, laki dan 22,7% perempuan. Sedangkan proporsi yang terendah pada kelompok umur 88 96 tahun yang terdiri dari 1,5% perempuan dan tidak terdapat pada laki laki. Dispepsia bisa terjadi pada semua golongan usia dan kasus dyspepsia lebih sering ditemukan pada wanita.

Universitas Sumatera Utara

6.1.2. Suku Proporsi penderita dispepsia berdasarkan suku di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 6.2. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Suku di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.2 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita dispepsia berdasarkan suku adalah Suku Batak sebesar 39,5% dan proporsi terendah pada Suku Tionghoa sebesar 0,5%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sianturi C (2006) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2001 - 2004 dengan desain case series yang menemukan proporsi kejadian dispepsia tertinggi pada Suku Batak sebesar 65,8%.21

Universitas Sumatera Utara

6.1.3. Agama Proporsi penderita dispepsia berdasarkan agama di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Agama di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.3 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita dispepsia berdasarkan agama adalah Islam sebesar 80,5% dan proporsi terendah pada Agama Budha sebesar 0,5%. Penyakit dispepsia tidak dipengaruhi oleh agama tertentu. Dalam penelitian ini jumlah penderita yang beragama Islam lebih besar daripada agama-agama lainnya, karena pengunjung yang datang berobat ke RSU Sundari Medan mayoritas beragama Islam.\

Universitas Sumatera Utara

6.1.4. Tingkat Pendidikan Proporsi penderita dispepsia berdasarkan tingkat pendidikan di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 6.4. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.4 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita dispepsia berdasarkan tingkat pendidikan adalah SLTA sebesar 47,32% dan proporsi terendah adalah tidak sekolah sebesar 1,46%. Tingkat pendidikan penderita dispepsia mempengaruhi tingkat

pengetahuannya untuk mengatur pola hidupnya, khususnya pola makan. Apabila individu tidak dengan tepat mengatur pola hidupnya dengan baik maka akan memicu terjadinya dispepsia. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Universitas Sumatera Utara

Sinaga F (2008) di RS Advent Medan tahun 2005 dengan desain case series yang menemukan proporsi kejadian dispepsia tertinggi pada SLTA sebesar 51,2%.20 6.1.5. Pekerjaan Proporsi penderita dispepsia berdasarkan pekerjaan di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 6.5. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.5 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita dispepsia berdasarkan pekerjaan adalah IRT sebesar 32,20% dan proporsi terendah adalah pengangguran sebesar 1,46%.

Universitas Sumatera Utara

Aktivitas

yang

monoton

meningkatkan

tingkat

kejenuhan

sehingga

mengakibatkan stress dan mencetuskan terjadinya dispepsia. Demikian juga halnya dengan Ibu Rumah Tangga (IRT), setiap hari dengan aktivitas yang sama dan secara psikologis membutuhkan komunitas yang bisa berbagi tentang masalah yang dihadapi dalam rumah tangga.15 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sianturi C (2006) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2001 - 2004 dengan desain case series yang menemukan proporsi kejadian dispepsia sebagian besar adalah IRT sebesar 34,7%.21 6.2. Jenis Dispepsia Proporsi penderita dispepsia berdasarkan jenis dispepsia di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Jenis Dispepsia di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan gambar 6.6 dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis dispepsia, proporsi penderita dispepsia fungsional lebih tinggi yaitu sebesar 57,5%, sedangkan dispepsia organik sebesar 41,5%. Menurut data terakhir yang diperoleh di RSCM tahun 1998 disebutkan dari 100 pasien dengan keluhan dispepsia, 80% mengalami dispepsia fungsional.24 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Harahap Y (2009) di RS Martha Friska Medan tahun 2007 dengan desain case series yang menemukan proporsi kejadian dispepsia tertinggi adalah penderita dispepsia fungsional sebesar 78,8%.22

Universitas Sumatera Utara

6.3. Riwayat Penyakit Sebelumnya Proporsi penderita dispepsia berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 6.7. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.7 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita dispepsia berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya adalah penderita yang tidak ada riwayat penyakit sebelumnya sebesar 74,63% dan proporsi terendah adalah penderita dispepsia yang mempunyai riwayat penyakit pankreatitis sebesar 25,4%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sianturi C (2006) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2001 - 2004 dengan desain case series

Universitas Sumatera Utara

terbanyak pada penderita yang tidak ada riwayat penyakit sebelumnya sebesar 58,4%.21 6.4. Riwayat Pemakaian NSAIDs Proporsi penderita dispepsia berdasarkan riwayat pemakaian NSAIDs di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Pemakaian NSAIDs di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.8 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita dispepsia berdasarkan riwayat pemakaian NSAIDs adalah penderita yang tidak ada riwayat pemakaian NSAIDs sebesar 76,1% dan proporsi terendah adalah penderita yang mempunyai riwayat pemakaian NSAIDs sebesar 23,9%.

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sianturi C (2006) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2001 - 2004 dengan desain case series yang menemukan proporsi kejadian dispepsia tertinggi pada penderita yang tidak ada riwayat pemakaian NSAIDs yaitu sebesar 66,0%.21 6.5. Tingkat Keparahan Proporsi penderita dispepsia berdasarkan tingkat keparahan di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.9 dapat dilihat bahwa berdasarkan tingkat keparahan, proporsi penderita dispepsia akut lebih tinggi yaitu sebesar 73,7%, sedangkan

Universitas Sumatera Utara

penderita dispepsia kronis sebesar 26,3%. Tingkat keparahan ditentukan dari lama waktu penderita mengalami dispepsia. Penderita yang lama sakit kurang dari 12 minggu atau 3 bulan dinyatakan akut dan sebaliknya jika lebih dari waktu tersebut dinyatakan kronik.12 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sianturi C (2006) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2001 - 2004 dengan desain case series yang menemukan proporsi kejadian dispepsia dengan tingkat keparahan yang akut lebih tinggi dengan proporsi sebesar 79,0%.21

Universitas Sumatera Utara

6.6. Sumber Biaya Proporsi penderita dispepsia berdasarkan sumber biaya di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.10 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita dispepsia berdasarkan sumber biaya adalah penderita yang berobat dengan biaya sendiri sebesar 91,7%. dan proporsi terendah adalah penderita dispepsia yang berobat dengan menggunakan askeskin sebesar 2,0%.

Universitas Sumatera Utara

Hal ini dikarenakan sebagian besar penderita dispepsia yang berobat di RSU Sundari Medan adalah pasien umum dan di dukung juga dengan pendidikan tertinggi penderita adalah SLTP dan Akademik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sinaga F (2008) di RS Advent Medan tahun 2005 dengan desain case series yang menemukan proporsi penderita dispepsia berdasarkan sumber biaya tertinggi pada penderita yang berobat dengan biaya sendiri sebesar 91,2%.20 6.7. Lama Rawatan Rata-Rata Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata penderita dispepsia adalah 3,03 hari, SD = 1,923 hari dan nilai Coefficient Of Variation (COV) 63,46% (COV < 10%), artinya lama rawatan rata-rata penderita dispepsia bervariasi, lama rawatan tersingkat 1 hari sedangkan lama rawatan terlama adalah 16 hari. dengan CI 95% ( 2,77-3,30 ) artinya lama rawatan rata-rata penderita dispepsia. Penderita dispepsia yang dirawat selama 16 hari karena terdapat penyakit komplikasi yaitu GGK dan penderita tersebut sudah usia lanjut dengan dispepsia fungsional akut 117 (9,7%) dan dispepsia fungsional kronik 3 (2,5%).

Universitas Sumatera Utara

6.8. Keadaan Sewaktu Pulang Proporsi penderita dispepsia berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSU Sundari Medan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.11 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita dispepsia berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah Pulang Berobat Jalan (PBJ) sebesar 85,85% dan proporsi terendah adalah penderita yang meninggal bukan karena dispepsia melainkan GGK sebesar 0,98%. Banyaknya proporsi pulang berobat jalan berkaitan dengan proses

penyembuhan waktu yang berkaitan dengan keterbatasan biaya karena pasien PBJ

Universitas Sumatera Utara

lebih banyak menggunakan biaya sendiri dan dianjurkan kepada setiap pasien untuk melakukan pengontrolan kembali ke bagian gastroenterologi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Harahap Y (2009) di RS Martha Friska Medan tahun 2007 dengan desain case series yang menemukan proporsi penderita dispepsia berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah penderita pulang berobat jalan sebesar 90,6%.22 6.9. Perbedaan Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Dispepsia Proporsi Umur berdasarkan jenis dispepsia pada penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 6.12. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Dispepsia Pada Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan gambar 6.12 dapat dilihat bahwa pada proporsi dispepsia organik, lebih tinggi pada kelompok umur > 40 tahun sebesar 90,6%, sedangkan pada kelompok umur 40 tahun sebesar 9,4%. Pada penderita dispepsia fungsional, proporsi lebih tinggi pada kelompok umur 40 tahun sebesar, sedangkan pada kelompok umur > 40 tahun sebesar 15,0%. Berdasarkan analisa statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p < 0,05 (p=0,000), artinya ada perbedaan yang bermakna antara umur dengan jenis dispepsia. Dispepsia organik lebih banyak ditemukan pada kelompok umur > 40 tahun. Pada usia lanjut, ketahanan tubuh mengalami penurunan sehingga mudah terserang penyakit contohnya adanya tukak lambung, radang pankreas dan lain-lain. Dengan adanya penyakit tersebut maka dispepsia dapat diketahui penyebabnya. 6.10. Perbedaan Proporsi Jenis Dispepsia Berdasarkan Tingkat Keparahan Proporsi jenis dispepsia berdasarkan tingkat keparahan penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Universitas Sumatera Utara

Gambar 6.13.

Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Dispepsia Berdasarkan Tingkat Keparahan Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.13 dapat dilihat bahwa pada proporsi dispepsia organik, lebih tinggi pada penderita dispepsia dengan tingkat keparahan kronik sebesar 60,0%, sedangkan pada penderita dispepsia dengan tingkat keparahan akut sebesar 40,0%. Pada penderita dispepsia fungsional, proporsi lebih tinggi pada penderita dispepsia dengan tingkat keparahan akut sebesar 97,5%, sedangkan pada penderita dispepsia dengan tingkat keparahan kronik sebesar 2,5%. Berdasarkan analisa statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p < 0,05 (p=0,000), artinya ada perbedaan yang bermakna antara jenis dispepsia dengan tingkat keparahan.

Universitas Sumatera Utara

Bahwa proporsi penderita dengan tingkat keparahan kronik secara bermakna lebih besar pada dispepsia organik, sedangkan tingkat keparahan lebih besar menderita dispepsia fungsional. 6.11. Perbedaan Proporsi Riwayat Pemakaian NSAIDs Berdasarkan Tingkat Keparahan Proporsi riwayat pemakaian NSAIDs berdasarkan tingkat keparahan penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 6.14. Diagram Bar Distribusi Proporsi Riwayat Pemakaian NSAIDs Berdasarkan Tingkat Keparahan Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.14 dapat dilihat bahwa pada proporsi penderita dispepsia yang ada riwayat pemakaian NSAIDs, lebih tinggi pada penderita dispepsia

Universitas Sumatera Utara

dengan tingkat keparahan kronik sebesar 79,6%, sedangkan pada penderita dispepsia dengan tingkat keparahan akut sebesar 20,4%. Pada penderita dispepsia yang tidak ada riwayat pemakaian NSAIDs, proporsi lebih tinggi pada penderita dispepsia dengan tingkat keparahan akut sebesar 90,4%, sedangkan pada penderita dispepsia dengan tingkat keparahan kronik sebesar 9,6%. Berdasarkan analisa statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p < 0,05 (p=0,000), artinya ada perbedaan yang bermakna antara riwayat pemakaian NSAIDs dengan tingkat keparahan. Bahwa proporsi penderita dengan tingkat keparahan kronik secara bermakna lebih besar yang ada riwayat pemakaian NSAIDs dari pada yang tidak ada riwayat pemakaian NSAIDs.

Universitas Sumatera Utara

6.12. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya Proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 6.15. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Berdasarkan gambar 6.15 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita dispepsia yang paling lama adalah penderita dengan biaya sendiri yaitu 3,04 hari, sedangkan penderita yang bukan dengan biaya sendiri menjalani rata-rata lama rawatan 2,94 hari. Dari hasil analisa dengan menggunakan uji t-test diperoleh p > 0,05, artinya tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya.

Universitas Sumatera Utara

Bahwa penderita dispepsia dengan biaya sendiri lama rawatan rata-ratanya secara tidak bermakna lebih lama (3,04 hari) dibandingkan dengan penderita dispepsia yang bukan dengan biaya sendiri (2,94 hari). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sinaga F (2008) di RS Advent Medan tahun 2005 dengan desain case series yang tidak menemukan perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya.20 6.13. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Tingkat Keparahan Proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan tingkat keparahan penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 6.16. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Tingkat Keparahan Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan gambar 6.16 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita dispepsia yang paling lama adalah penderita dengan tingkat keparahan kronik yaitu 3,78 hari, sedangkan penderita dengan tingkat keparahan akut yaitu 2,77 hari. Dari hasil analisa dengan menggunakan uji t-test diperoleh p < 0,05, artinya ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan tingkat keparahan. Bahwa penderita dispepsia dengan tingkat keparahan kronis lama rawatan rata-ratanya secara bermakna lebih lama (3,78 hari) dibandingkan dengan tingkat keparahan akut (2,77 hari).

Universitas Sumatera Utara

6.14. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan Tahun 2008 dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Gambar 6.17. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Dispepsia Yang Rawat Inap di RSU Sundari Medan Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.17 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita dispepsia yang paling lama adalah penderita dengan keadaan sembuh yaitu 5,73 hari, sedangkan penderita dispepsia yang paling singkat adalah penderita yang PAPS yaitu 1,42 hari. Dari hasil analisa dengan menggunakan uji ANOVA diperoleh p < 0,05, artinya ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

Universitas Sumatera Utara

Penderita dispepsia yang pulang dengan keadaan sembuh lama rawatan rataratanya secara bermakna lebih lama (5,73 hari) dibandingkan yang pulang dalam keadaan meninggal (3,50 hari), pulang berobat jalan (2,91 hari) dan pulang atas permintaan sendiri (1,42 har).

Universitas Sumatera Utara

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 7.1.1. Karakteristik pasien dispepsia berdasarkan sosiodemografi dengan proporsi tertinggi adalah umur 25 33 tahun sebesar 22,4%, jenis kelamin perempuan sebesar 64,4%, suku Batak sebesar 39,5%, agama Islam sebesar 80,5%, pendidikan SLTA sebesar 47,3% dan IRT sebesar 32,2%. 7.1.2. Proporsi tertinggi pasien dispepsia berdasarkan jenis dispepsia adalah dispepsia fungsional sebesar 58,5%. 7.1.3. Proporsi tertinggi pasien dispepsia berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya adalah pasien dengan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya sebesar 74,6% 7.1.4. Proporsi tertinggi pasien dispepsia berdasarkan Riwayat Pemakaian NSAIDs adalah pasien yang tidak ada riwayat pemakaian NSAIDs sebesar 76,1%. 7.1.5. Proporsi tertinggi pasien dispepsia berdasarkan tingkat keparahan adalah pasien dengan tingkat keparahan akut sebesar 73,7%. 7.1.6. Proporsi tertinggi pasien dispepsia berdasarkan sumber biaya adalah pasien dengan biaya sendiri sebesar 91,7%. 7.1.7. Lama rawatan rata-rata pasien dispepsia yang rawat inap di RSU Sundari Medan tahun 2008 adalah 3,03 hari.

Universitas Sumatera Utara

7.1.8. Proporsi tertinggi pasien dispepsia berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah pasien yang Pulang Berobat Jalan (PBJ) sebesar 85,9%. 7.1.9. Penderita dispepsia yang terbesar pada kelompok umur 25 - 33 tahun yaitu sebanyak 46 orang yang terdiri dari 16 orang (21,9%) laki-laki dan 30 orang (22,7%) perempuan. Sedangkan penderita dispepsia yang paling sedikit terdapat pada kelompok 88 - 96 tahun yaitu sebanyak 2 orang yang terdiri dari 2 orang (1,5%) perempuan dan tidak terdapat laki-laki. 7.1.10. Penderita umur > 40 tahun secara bermakna lebih besar pada dispepsia organik daripada dispepsia fungsional (90,6% vs 15,0% ; X2 = 114,326 ; p=0,000). 7.1.11. Proporsi penderita dengan tingkat keparahan kronis secara bermakna lebih besar pada dispepsia organik daripada dispepsia fungsional (60,0% vs 2,5% ; X2 = 84,785 ; p=0,000). 7.1.12. Proporsi penderita dengan tingkat keparahan kronis secara bermakna lebih besar yang ada riwayat pemakaian NSAIDs daripada yang tidak ada riwayat pemakaian NSAIDs (79,6% vs 9,6% ; X2 = 94,104 ; p=0,000). 7.1.13. Tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p=872).

Universitas Sumatera Utara

7.1.14. Penderita dispepsia dengan tingkat keparahan kronis lama rawatan rataratanya secara bermakna lebih lama (3,78 hari) dibandingkan dengan tingkat keparahan akut (2,77 hari). 7.1.15. Penderita dispepsia yang pulang dengan keadaan sembuh lama rawatan rataratanya secara bermakna lebih lama (5,73 hari) dibandingkan yang pulang dalam keadaan meninggal (3,50 hari), pulang berobat jalan (2,91 hari) dan pulang atas permintaan sendiri (1,42 hari). 7.2. Saran

7.2.1 Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit lebih meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan untuk pasien yang pulang berobat jalan. 7.2.2. Kepada Dokter dan perawat Rumah Sakit agar memberikan pemahaman atau informasi kepada pasien dan keluarganya dalam penatalaksanaan medis.

Universitas Sumatera Utara

You might also like