You are on page 1of 19

Diabetes Militus A.

Definisi Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Noer, 2003). Diabetes mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar gula dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula sehingga mengganggu system kerja tubuh secara keseluruhan (FKUI, 2001). Diabetes mellitus adalah penyakit yang sering dijumpai sebagai akibat dari defisiensi insulin atau penurunan efektivitas insulin (Brooker, 2001). B. Klasifikasi Jenis diabetes Diabetes Melitus Tipe 1 (DM Tipe 1) Kekerapan DM Tipe 1 di negara barat + 10% dari DM Tipe 2. Di negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran kliniknya biasanyatimbul pada masa kanakkanak dan puncaknya pada masa akil balig. Tetapi ada juga yang timbul pada masa dewasa. Diabates Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2) DM Tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering setelah umur 40 dengan catatan pada dekade ketujuh kekerapan diabetes mencapai 3 sampai 4 kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa. Diabetes Melitus Tipe Lain Ada beberapa tipe diabetes yang lain seperti defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM.

Diabetes Melitus Gestasional Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar.

Tabel : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring DM Kadar glukosa darah sewaktu: Plasma vena Darah kapiler Kadar glukosa darah puasa: Plasma vena Darah kapiler <110 <90 >126 >110 <110 <90 >200 >200 Bukan DM Belum pasti DM

C. Etiologi 1. Virus dan Bakteri Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.

2. Bahan Toksik atau Beracun Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong. 3. Genetik atau Faktor Keturunan Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki

kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.

D. Patofisiologi

E. Manifestasi Klinis Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien DM adalah : o Poliuria. Karena sifatnya , kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing yang yang sering dan dalam jumlah yang banyak akan sangat mengganggu pasien, terutama pada waktu malam hari. o Polidipsi. Akibat volume urie yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstra sel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusin keluar sel mengikuti gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik [sangat pekat]. Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH [Anti Diuretic Hormone] dan menimbulkan haus. Rasa haus amat sering dialami oleh pasien karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus adalah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu pasien minum banyak. o Polifagia. Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolismekan menjaglukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, pasien selalu merasa lapar. 1. Penurunan BB dan rasa lemah. Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan penurunan prestasi di sekolah dan lapangan olag raga juga mencolok. Hal ini disebabkan karena glukosa dalam darah tidak bisa masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan

hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya pasien kehilangan jarinfgan lemak dan otot sehingga

menjadi kurus. 2. Gangguan saraf tepi / kesemutan. Pasien mengeluh rasa sakitatau kesemutan terutama pada kakidi waktu malam, sehingga mengganggu tidur. 3. Gangguan penglihatan. Pada fase awalk penyakit DM sering dijumpai gangguan penglihatan yang sering mendorong pasien mengganti kacamatanya, agar dapat melihat dengan baik. 4. Gatal / bisul. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula keluhan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat terjadi akibat yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau peniti. 5. Gangguan ereksi. Gangguan ini menjadi masalah tersembunyi. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang tabu membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang. 6. Keputihan. Pada wanita, keputihan dan gatalmerupakan keluhan yang

seringditemukan, bahkan kadang-kadangmerupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.

F. Komplikasi Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut dan secara kronik, yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap diabetes mellitus. Dua komplikasi akut yang paling penting adalah reaksi hipoglikemia dan koma diabetik. Reaksi Hipoglikemia Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Penderita koma hipoglikemik harus segera dibawa ke rumah sakit karena perlu mendapat suntikan glukosa 40% dan infuse glukosa. Diabetisi yang mengalami reaksi hipoglikemik (masih sadar), atau koma hipoglikemik, biasanya disebabkan oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau penderita terlambat makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan. Koma Diabetik Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah: Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang besar) Minum banyak, kencing banyak Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam, serta berbau aseton Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma diabetik harus segara dibawa ke rumah sakit Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus

Komplikasi kronik DM pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian tubuh (angiopati diabetik). Untuk kemudahan, angiopati diabetik dibagi 2 : 1) Makroangiopati (makrovaskular) 2) Mikroangiopati (mikrovaskular) Walaupun tidak berarti bahwa satu sama lain saling terpisah dan tidak terjadi sekaligus bersamaan . G. Pemeriksaan o Pengambilan specimen Dulu, pengukuran glukosa dilakukan dengan menggunakan sampel darah lengkap (whole blood), tetapi hampir seluruh laboratorium melakukan pengukuran kadar glukosa dengan sampel serum. Serum memiliki kadar air yang tinggi daripada darah lengkap, sehingga serum dapat melarutkan lebih banyak glukosa. Untuk mengubah glukosa darah lengkap, kalikan nilai yang diperoleh dengan 1,15 untuk menghasilkann kadar glukosa serum atau plasma. Pengumpulan darah dalam tabung bekuan untuk analisis serum memungkinkan terjadinya metabolisme glukosa dalam sampel oleh sel-sel darah sampai terjadi pemisahan melalui pemusingan (sentrifugasi). Jumlah sel darah yang tinggi dapat menyebabkan glikolisis yang berlebihan sehingga terjadi penurunan kadar glukosa. Untuk mencegah glikolisis tersebut, serum harus segera dipisahkan dari sel-sel darah. Suhu lingkungan tempat darah disimpan sebelum diperiksa turut mempengaruhi tingkat glikolisis. Pada suhu kamar, diperkirakan terjadi penurunan kadar glukosa 1-2% per jam. Sedangkan pada suhu lemari pendingin, glukosa tetap stabil selam beberapa jam di dalam darah. Penambahan natrium fluoride (NaF) pada sampel darah dapat menghambat glikolisis sehingga kadar glukosa dapat dipertahankan bahkan dalam suhu kamar.

o Pengumpulann Spesimen Pengambilan darah harus dilakukan pada lengan yang berlawanan dengan lengan tempat pemasangan selang IV. Pengambilan darah pada lengan yang terpasang selang IV dapat dilakukan asalkan aliran selang dihentikan paling tidak selama 5 menit dan lengan diangkat untuk mengalirkan cairan infuse menjauhi vena-vena. Pencemaran 10% oleh cairan dextrose 5% (D5W) dapat meningkatkan kadar glukosa dalam sampel sebesar 500 mg/dl atau lebih. Darah arteri, vena, dan kapiler memiliki kadar glukosa yang setara pada keadaan puasa, sedangkan setelah makan, kadar vena lebih rendah daripada arteri atau kapiler. Untuk uji glukosa darah puasa, penderita diminta berpuasa selama 10 jam sejak malam sebelum diambil darah (misalnya mulai puasa jam 9 malam). Selama berpuasa penderita tidak boleh melakukan akitifitas fisik yang berat, tidak boleh merokok, dan tetap diperbolehkan minum air putih. Pagi hari setelah puasa (misalnya jam jam 8 pagi), penderita diambil darah vena 3-5 ml dikumpulkan dalam tabung bertutup merah (tanpa antikoagulan) atau dalam tabung tutup abu-abu (berisi NaF). NaF digunakan untuk mencegah glikolisis yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium. Penderita diminta untuk makan dan minum seperti biasa, lalu puasa lagi selama 2 jam. Selama berpuasa penderita tidak boleh melakukan akitifitas fisik yang berat, tidak boleh merokok, dan tetap diperbolehkan minum air putih. Untuk uji glukosa post prandial, penderita diambil darah vena sebanyak 35 ml tepat dua jam setelah makan, dan dikumpulkan dalam tabung bertutup merah (tanpa antikoagulan) atau dalam tabung tutup abu-abu (berisi NaF). Darah yang telah diperoleh disentrifus, kemudian serum atau plasmanya dipisahkan dan diperiksa kadar glukosa. Untuk uji glukosa darah sewaktu atau acak/random, penderita tidak perlu puasa dan pengambilan dapat dilakukan di sembarang waktu. o Metodologi Dahulu, glukosa diperiksa dengan memanfaatkan sifat mereduksi glukosa yang non spesifik dalam suatu reaksi dengan bahan indikator yang

memperoleh atau berubah warna jika tereduksi. Karena banyak jenis pereduksi lain dalam darah yang dapat bereaksi positif, maka dengan metode ini kadar glukosa bisa lebih tinggi 5-15 mg/dl. Sekarang, pengukuran glukosa menggunakan metode enzimatik yang lebih spesifik untuk glukosa. Metode ini umumnya menggunakan enzim glukosa oksidase atau heksokinase, yang bekerja hanya pada glukosa dan tidak pada gula lain dan bahan pereduksi lain. Perubahan enzimatik glukosa menjadi produk dihitung berdasarkan reaksi perubahan warna (kolorimetri) sebagai reaksi terakhir dari serangkaian reaksi kimia, atau berdasarkan konsumsi oksigen pada suatu elektroda pendeteksi oksigen. Chemistry analyzer (mesin penganalisis kimiawi) modern dapat menghitung konsentrasi glukosa hanya dalm beberapa menit. Di luar laboratorium, sekarang banyak tersedia berbagai merek monitor glukosa pribadi yang dapat digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah dari tusukan di ujung jari. Alat ini cukup bermanfaat untuk mengetahui kadar glukosa darah dan untuk menyesuaikan terapi. Namun, alat ini memiliki kekurangan dimana hasil pengukuran terpengaruh oleh kadar hematokrit dan juga protein serum; kadar hematokrit yang rendah dapat meningkatkan secara semu kadar glukosa darah, dan sebaliknya (efek serupa juga berlaku untuk protein serum yang rendah atau tinggi). Oleh sebab itu, penderita harus secara berkala membandingkan hasil pengukuran alatnya dengan pengukuran glukosa laboratorium klinik (baku emas) untuk memperkirakan kemungkinan interferensi fisiologik serta fluktuasi fungsi alat mereka. o NILAI RUJUKAN 1. Gula darah sewaktu DEWASA : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 120 mg/dl ANAK : sampai dengan 120 mg/dl LANSIA : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 140 mg/dl.

2. Gula darah puasa DEWASA : Serum dan plasma : 70 110 mg/dl; Darah lengkap : 60 100 mg/dl; Nilai panik : kurang dari 40 mg/dl dan > 700 mg/dl ANAK : Bayi baru lahir : 30 80 mg/dl; Anak : 60 100 mg/dl LANSIA : 70 120 mg/dl. 3. Gula darah post prandial DEWASA : Serum dan plasma : sampai dengan 140 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 120 mg/dl ANAK : sampai dengan 120 mg/dl LANSIA : Serum dan plasma : sampai dengan 160 mg/dl; Darah lengkap : sampai dengan 140 mg/dl

H. Penata Laksanan 1. Obat Hipoglikemik Oral 2. Pemicu sekresi insulin: Sulfonilurea Glinid 3. Penambah sensitivitas terhadap insulin: Biguanid Tiazolidindion Penghambat glukosidase alfa Insulin Pencegahan komplikasi Berhenti merokok Mengoptimalkan kadar kolesterol Menjaga berat tubuh yang stabil Mengontrol tekanan darah tinggi Olahraga teratur dapat bermanfaat : Mengendalikan kadar glukosa darah

Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah kegemukan) Membantu mengurangi stress Memperkuat otot dan jantung Meningkatkan kadar kolesterolol.

Penatalaksanaan non farmakologi diabetes Terapi non farmakologi pada diabetes mellitus Terapi gizi medis Terapi gizi medis merapakan salah satu terapi non farmokologi yang sangat direkomendasikan bagi penyandang diabetes .terapi gizi medis ini pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasrkan pada status gizi diabetisi dan melakukan modofikasi diet berdasarkan kebutuhan individual. Beberapa manfaat yang telah terbukti dari terapi gizi medis ini antara lain : 1. menurunkan berat badan 2. .menurunkan tekanan darah glukosa darah 3. menurunkan kadar glukosa darah 4. memperbaiki profil lipid 5. meningkatkan system koagulasi darah Tujuan terapi gizi medis Adapun tujuan dari terapi mempertahankan : 1. Kadar glukosa darah mendekati normal. Glukosa puasa berkisar 90-130 mg/dl Glukosa darah 2 jam setelah makan < 180 mg/dl Kadar A1c < 7% 2. Tekanan darah <130 /80 mg/dl gizi medis ini adalah untuk mencapai dan

3. Profil lipid : Kolestrol LDL < 100 mg/dl Kolestrol HDL > 40 mg/dl Trigliserida < 150 mg/dl Beberapa faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan perubahan pola makan diabetes antara lain : tinggi badan , berat badan, status gizi ,status kesehatan, aktivitas fisik ,dan faktor usia. Selain itu juga terdapat beberapa faktor fisiologis seperti masa kehamilan , masa pertumbuhan ,gangguan pencernaan pada usia tua dan lain lain. Pada petugas kesehatan harus dapat menetukan jumlah ,komposisi dari makanan oleh diabetes .diabetesi harus dapat melakukan peubahan pola makan ini secara konsisten baik dalam jadwal ,jumlah dan jenis makanan sehari-hari. Jenis bahan makanan Karbohidrat :sebgai sumber energy ,karbohidrat yang diberikan pada diabetes tidak boleh lebih dari 55-65 % dari total kebutuhan energy sehari, atau tidak boleh lebih dari 70% jika dikombinasi dengan pemberian asam lemak tidak jenuh rantai tunggal (MUFA = monounsaturated fatty acids ). Pada setiap gram karbohidrat terdapat kandungan energy sebesar 4 kilokalori. Rekomendasi pemberian karbohidrat : 1. Kandungan total kalori pada makanan yang mengandung karbohidrat , lebih

ditentukan oleh jumlahnya dibandingkan dengan jenis karbohidrat itu sendiri. 2. Dari total kebutuhan kalori perhari ,60-70 % diantara berasal dari sumber karbohidrat. 3. Jika ditambah MUFA sebagai sumber energy ,maka jumlah karbohidrat maksimal 70% dari total kebutuhan kalori perhari. 4. Jumlah serat 25 -50 gram perhari 5. Jumlah sukrosa sabagai sumber energy tidak perlu dibatasi, namun jangan sampai lebih dari total kalori perhari. 6. Sebagai pemanis dapat digunakan pemanis non kalori seperti sakarin,aspartame, acessulfam dan sukrolosa. 7. Penggunaan alkhohol harus dibatasi tidak boleh lebih dari 10 gram /hari.

8. Fruktosa tidak boleh lebih dari 60 gram /hari 9. Makanan yang banyak mengandung sukrosa tidak perlu dibatasi. Protein : jumlah kebutuhan protein yang direkomendasikan sekitar 10-15 % dari total kalori perhari.pada penderita kelainan ginjal ,dimana diperlukan pembatasan asupan protein sampai 40 gram/hari,maka perlu ditambahkan pemberian suplementasi asam amino esensial. Protein mengandung energy sebagai 4 kilokalori/gram. Rekomendasi pemberian protein: 1. Kebutuhan protein 15- 20% dari total kebutuhan energy /hari 2. Pada keadaan kadar glukosa darah yang terkontrol,asupan protein akan

mempengaruhi konsentrasi glukosa darah 3. Pada kadar glukosa darah tidak terkontrol pemberian protein sekitar 0,8-1,0/kg berat badan perhari. 4. Pada gangguan fungsi ginjal ,jumlah asupan protein diturunkan sampai 0,85 gram/kg berat badan /hari dan tidak kurang dari 40 gram. 5. Jika terdapat komplikasi kardiovaskuler , maka sumber protein nabati lebih dianjurkan dari protein hewani. Lemak :lemak mempunyai kandungan energy sebesar 9 kilokalori /gram.bahan makanan ini sangat penting untuk membawa vitamin yang larut dalam lemak seperti A,D,E, dan K. Rekomendasikan pemberian lemak : 1. Batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh ,jumlah maksimal 10 % dari total kebutuhan kalori perhari 2. Jika kadar kolestrol LDL 100 mg /dl,asupan asam lemak jenuh diturunkan sampai maksimal 7 %dari total kalori perhari 3. Konsumsi kolsetrol maksimal 300 mg/hari,jika kadar kolestrol LDL 100 mg /dl,maka maksimal kolestrol yang dapat dikonsumsi 200 mg/hari 4. Batasi asupan asam lemak bentuk trans 5. Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhana asam lemak tidak jenuh rantai panjang

6. Asupan asam lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10 % dari asupan kalori perhari. I. Asuhan Keperawatan 1. Diagnosa a) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik. b) Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral. c) Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia. 2. Rencana keperawatan a) Dx.1 Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik. Tujuan :

Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal. Intervensi : Pantau tanda-tanda vital. Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa. Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat. Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.

Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.

Timbang berat badan setiap hari. Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.

Berikan terapi cairan sesuai indikasi. Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual

b) Dx. 2 Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral. Tujuan : Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat. Menunjukkan tingkat energi biasanya. Berat badan stabil atau bertambah. Intervensi: Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien. Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi. Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya). Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural. Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.

Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi. Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.

Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi. Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel

c) Dx.3 Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia. Tujuan :

Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi. Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi. Intervensi : Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan. Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial. Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif. sendiri.

Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.

Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.

Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam. Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.

LAPORAN PENDAHULUAN Diabetes Militus

Nama Mahasiswa NIM Tempat Praktik Tanggal Peraktik Mata Kuliah Program Semester

: Sri Ayuningsih : 2009720051 : RSI Cempaka Putih Marwa Bawah : 29 Januari 2013 : Peraktik Keperawatan endokrin :A : VII PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA JANUARI 2013

You might also like