You are on page 1of 14

7.5.1 PEMERIKSAAN TERHADAP KARIES Pemeriksaan terhadap karies dapat dilakukan secara klinik, mikrobiologi, biokimia dan radiologi.

Bahan pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan adalah plak, saliva, jaringan pulpa dan periapeks. Cara pemeriksaannya bisa berupa : uji mikroskopis, uji kultur dengan menggunakan media, uji imunologi, uji aktivitas enzim, uji keasaman dan pemeriksaan genetik.

I.

Pemeriksaan Diagnosis dan Deteksi Karies a. Pemeriksaan Klinis Secara Visual o Karies pada permukaan halus Dapat dilakukan dengan sondasi, ketika sonde tersangkut pada pit dan fisure maka kemungkinan sudah terjadi lesi karies. Pemeriksaan ini dapat juga dilakukan secara visual dengan ditemukannya lesi berwarna putih (white spot) atau coklat pada permukaan halus. o Karies pada permukaan proksimal Karies proksimal meliputi daerah serviks hingga titik kontak. Pemeriksaan secara visual klinis sangat sulit dilakukan karena tertutup oleh gigi yang berdekatan. Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan menggunakan probe briault namun jika dilakukan penekanan yang cukup keras maka dapat mengakibatkan terbentuknya kavitas yang lebih lebar. Ketika melakukan pemeriksaan probing, gigi yang diperiksa harus benar-benar bersih dan kering agar lesi karies dapat terlihat. o Karies sekunder Merupakan karies yang umumnya ditandai dengan

diskolorisasi pada tepi tumpatan. Perubahan warna ini juga dapat disebabkan oleh korosi dari amalgam atau pantulan cahaya dari amalgam melalui email yang relatif transparan. Perubahan warna pada daerah sekitar tumpatan dapat juga

menunjukkan proses demineralisasi. Umunya berwarna putih atau kecokelatan. b. Pemeriksaan Radiografi Gambaran radiologi memberikan informasi yang sangat berguna dalam mendiagnosis lesi karies. Meskipun gambaran radiologi tersebut dapat menunjukan karies yang tidak dapat ditentukan secara klinis, namun kedalaman lesi yang dapat dideteksi oleh sinar-X hanya sekitar 500 . o Karies pada pit dan fisure Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan bitewing.

Gambaran yang dapat dilihat hanya menunjukkan lesi pada daerah dentin, sedangkan pada email sangat halus sehingga tidak begitu terlihat. o Karies pada permukaan proksimal Pemeriksaan juga dilakukan dengan bitewing, gambaran yang ditunjukkan berupa daerah segitiga gelap di email. Gambaran radiografi ini juga dapat mendeteksi

demineralisasi namun tidak dapat mendiagnosa kegiatan lesi. Karies pada permukaan akar proksimal juga terlihat pada radiografi bitewing. o Karies sekunder Radiografi bitewing sangat penting dalam mendiagnosa karies sekunder yang biasanya terjadi pada daerah servikal di area stagnasi plak. Oleh karena itu bahan restorasi harus bersifat radiopak. c. Metode Laser Flourensis Laser flourensis dibuat secara komersil untuk membantu deteksi karies oklusal. Alat ini akan memancarkan sinar dengan panajang gelombang 655 nm yang ditransmisikan melalui serat kaca ke ujung handpiece. Ujung alat ini diletakkan pada permukaan gigi yang diperiksa. Sinar laser akan masuk kedalam gigi. Serat yang

berbeda pada ujung akan menerima refleksi dan flourensi dari lesi yang diduga diproduksi dari bakteri porfirin. Cahaya yang diterima diukur dan intensitasnya mengindikasikan ukuran dan kedalaman lesi karies. Reproduksibilitas alat ini terbukti sangat baik tetapi memberikan nilai yang salah jika ada pewarnaan atau kalkulus.

d. Tooth Separation Teknik ini adalah salah satu pengembangan dari ortodonti yang bertujuan untuk memberikan jarak antara kedua gigi sebelum meletakkan band. Sebuah bahan cetak yang elastis ditekan diantara titik kontak menggunakan alat khusus. Setelah beberapa hari terdapat jarak diantara kedua gigi sehingga dapat dilakukan probing untuk mendeteksi adanya lesi karies. Cara lain adalah menggunakan sedikit material elastomer yang di injeksikan diantara gigi. Setelah beberapa menit material dapat dilepaskan dengan probing dan hasil cetakan diperiksa apakah terdapat cetakan lesi atau tidak e. Transmited Light Teknik ini merupakan teknik yang sangat membantu dalam mendiagnosa karies proksimal. Sebuah lesi karies memiliki indeks bias yang lebih rendah sehingga memberikan gambaran yang lebih gelap. Pada gigi posterior digunakan sumber cahaya yang lebih kuat dan harus menggunakan fiber optik agar diperoleh diameter

fokus yang lebih kecil sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas. Teknik ini sangat baik digunakan pada pasien gigi berjejal dan wanita hamil. f. Pemeriksaan karies dengan sinar Pada pemeriksaan karies juga dapat dilakukan dengan sinar transmisi. Tekniknya adalah dengan penyinaran daerah titik kontak dengan sinar transmisi. Lesi karies mempunyai indeks sinar transmisi yang rendah sehingga akan terlihat bayangan hitam yang bentuknya sesuai dengan bentuk ragangan karies pada dentin. Caranya dengan memantulkan cahaya pada pada kaca mulut ke gigi dan lesi karies akan segera tampak pada kaca mulut.

II.

Pemeriksaan Aktivitas Dan Resiko Karies a. Pemeriksaan plak o Tes Swab Prinsip : Metode ini bersifat kualitatif yaitu hanya memeriksa pH. Cara kerja: Plak diambil pada daerah sepertiga servikal gigi, kemudian dimasukkan ke larutan aquadest dan langsung diukur dengan pH meter. Keuntungan: Pengujian dapat memprediksi terjadinya karies pada anak yang beresiko rendah atau tanpa pengalaman karies Tidak memerlukan pengumpulan saliva.

Tabel : Interpretasi hasil dari Tes Swab pH Larutan < 4,1 4,2-4,4 4,5-4,6 > 4,6 Aktivitas karies Ada aktivitas karies Aktif karies Sedikit aktivitas karies Tidak ada aktivitas karies

Sumber : ShaferS Textbook of Oral Pathology (6Th edition), 2009 o Kolorimetri Prinsip: Kolorimeter merupakan teknik fotometri absorpsi yang mengukur kuantitas dari suatu substansi berdasarkan jumlah cahaya yang dihasilkan. Pemeriksaan terhadap plak digunakan kariostat, yaitu kolorimeter untuk mendeteksi secara dini aktivitas karies gigi. Kariostat adalah larutan semisintetik yang berisi: 20% sukrosa, 2% tryptose, 0,02% sodium azide dan indikator warna BCG (Brom Cresol Green), BCP (Brom Cresol Purple). Kariostat dalam tabung sebanyak 2 ml warna biru keunguan. Cara kerja: Sampel diambil dari plak gigi, dengan kapas swab steril yang dioleskan pada seluruh permukaan bukal gigi rahang bawah dan atas. Kapas swab tersebut dikocokkan pada larutan kariostat. Kemudian tabung kariostat diinkubasi secara aerob pada inkubator pada suhu 37 C selama 48 jam. (Sedangkan Soeherwin Mangundjaja, 1995)

kariostat diinkubasi secara anaerob pada suhu 370C selama 72 jam.

Tabel : Interpretasi hasil dari Tes Kolorimetri Warna Larutan biru keunguan hijau hijau kuning kuning pH Larutan 6,5 + 0,3 5,5 + 0,3 4,7 + 0,3 4,0 + 0,3 Aktivitas karies + ++ +++

Sumber : Diktat : Oral Biologi (2006)

Plak diambil dengan cara tes SWAB, kemudian dimasukkan kedalam larutan Ringer dan dikocok sampai homogen.

Larutan plak dioleskan pada plat agar dan diinkubasi secara aerob pada 37oC selama 72 jam. Kultur diperiksa dibawah mikroskop dan total koloni dihitung pada 10 lapangan penglihatan.

b. Pemeriksaan Saliva o Buffer Capacity Prinsip : Buffer capacity dapat diukur kuantitasnya melalui pH meter dan indikator warna. Tes ini mengukur jumlah asam (mm) yang dibutuhkan untuk menurunkan pH antara 7-6 atau jumlah asam dan basa yang diperlukan untuk memperoleh warna tertentu pada indikator pH. Dapat diukur dengan menggunakan pH meter atau indikator warna (kertas lakmus). Cara kerja :

5ml saliva (1 jam setelah makan) dimasukkan kedalam labu takar. pH diatur sampai dengan pH 7 dengan

menambahkan asam/basa. Kemudian masukkan asam laktat sampai pH 6 dan jumlah asam laktat yang ditambahkan dikonversi ke miliequivalent per liter. Buffer capacity mempunyai hubungan terbalik dengan aktivitas karies.

Keuntungan : Mudah untuk dilakukan. Kekurangan : Tidak berhubungan adekuat dengan aktivitas karies. o Snyder Test Prinsip : Mengukur kemampuan mikroorganisme saliva untuk membentuk asam organik dari medium karbohidrat. Media berisi zat warna indikator seperti Bromocresol hijau. Merupakan tes untuk mengukur bakteri pembentuk asam (bakteri asidogenik) dan bakteri tahan asam (bakteri asidurik). Cara kerja : Saliva pagi hari sebelum sarapan dikumpulkan dengan stimulasi paraffin wax selama 3 menit kemudian diambil 0,2 ml. Spesimen saliva dimasukkan ke dalam tabung agar glukosa snyder yang mengandung indikator warna Brom Cresol Green. Spesimen dikocok dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24, 48 dan 72 jam.

Perubahan warna dijadikan pembanding dengan tabung agar Snyder yang tidak diinokulasikan dengan saliva sebagai pembanding.

Tabel 2 : Interpretasi hasil dari Snyders Test Waktu jam Warna Aktivitas karies Warna Aktivitas karies dalam 24 kuning Terlihat Hijau Lanjutkan test 48 Kuning Defenitif Hijau Lanjutkan test 72 Kuning Terbatas Hijau Inaktif

Sumber : ShaferS Textbook of Oral Pathology (6Th edition), 2009 Spesimen diinkubasi pada suhu 37 C selama 3-4 hari. Jumlah koloni yang terbentuk dihitung.

Tabel : Interpretasi hasil dari Lactobacillus Count Jumlah laktobasilus/ml saliva 0-1000 1000-5000 5000-10.000 >10.000 Aktivitas karies Sedikit atau tidak ada Slight Moderate Marked

Sumber : Buku Ajar Biologi Oral , Harun G, 1999

Metode ini digunakan untuk memperoleh tingkat pertumbuhan S.mutans dalam saliva. Cara kerja : Parafin digunakan untuk merangsang produksi saliva, kemudian saliva dikumpulkan pada suatu

wadah yang mengandung MSA (Mitis Salivarius Agar) dengan sukrosa 20% . Permukaan agar dibasahi dan kelebihan saliva dapat dibuang. Dua buah cawan mengandung 5g bacitrac ditempatkan pada masing-masing 20 mm agar. Kemudian cawan dimasukkan ke dalam tabung tertutup dan di inkubasi selama 48 jam pada suhu 37C. Cara Mendeteksi Karies 1. Gigi harus bersih dan kering, karang gigi dibersihkan. 2. Lakukan isolasi agar gigi gigi tidak terkena saliva. 3. Pengeringan gigi dengan semprotan udara secara perlahan lahan. 4. Untuk mengetahui tanda awal diperlukan penglihatan yang tajam (VISUAL) Beberapa cara yang dipakai : a. Dengan semprotan udara : Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan karies untuk menemukan karies Pada kasus dimana sebuah daerah kecil pada gigi telah mulai untuk demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan engan eksplorer dapat merusak dan membuat lubang Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang belum berlubang adalah dengan tiupan udara Transluminasi serat optik direkomendasikan untuk

mendiagnosa karies kecil

b. Dengan eksplorer Karies yang besar dapat langsung diamati dengan mata telanjang. Karies yang tidak ekstensif dibantu dengan menemukan daerah lunak pada gigi dengan eksplorer.

c. Spectra Adalah instrumen yang tidak menginvasi seperti instrumen lain yang mendeteksi secara visual seperti sonde. Mengidentifikasi bakteri kariogenik dg prinsip fluorescense, sinar biru LED energi tinggi masuk ke dalam permukaan gigi Bila terdapat bakteri maka akan bersinar merah. Jika sehat akan bersinar biru

SUMBER

Kidd, Edwina A.M. Joyston Sally. 1992. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penaggulangannya. Alih Bahasa: Narlan Sumawita, Faruk Safrida. Jakarta: EGC.

HA, Gunawan. 1999. Buku Ajar Biologi Oral Edisi Kedua. Jakarta: Bagian Biologi Oral FKG UI.

Hiranya P, Megananda, dkk. 2009. Ilmu Pecegahan Penyakit Jaringan keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta : EGC

7.5.2 UJI PERIODONTAL 1. Pemeriksaan Visual Dan Taktil Uji klinis yang paling sederhana adalah pemeriksaan berdassarkan penglihatan. Hal ini terlalu sering hanya dilakukan sambil lalu selama pemeriksaan, dan sebagai hasilnya, banyak informasi penting hilang. Suatu pemeriksaan visual dan taktil jaringan keras dan lunak yang cermat mengandalkan pada pemeriksaan "three Cs":color, contour, dan consistency (warna, kontur, dan konsistensi). Pada jaringan lunak , seperti gusi, penyimpangan dari warna merah muda sehat dapat dengan mudah dikenal bila terdapat inflamasi. Suatu perubahan kontur yang timbul dengan pembengkakan, dan konsistensi jaringan yang lunak, fluktuan, atau seperti bunga karang yang berbeda dengan jaringan normal, sehat dan kuat adalah indikatif dari keadaan patologik. Dengan cara yang sama, gigi harus diperiksa secara visual dengan menggunakan "Three Cs". Suatu mahkota yang berpenampilan normal mempunyai translusensi dan kehidupan yang tidak dipunyai gigi tanpa pulpa. Gigi yang berubah warna, opak, dan kurang menunjukkan kehidupan harus dinilai secara hati-hati karena pulpanya mungkin telah mengalami peradangan, degenerasi, atau sedah nekrotik. Tidak semua gigi, yang berubah warna

memerlukan perawatan endodontik; penodaan (staining) mungkin deisebabkan karena restorasi amalgam lama, bahan pengisi saluran akar, atau obat-obatan sistemik, seperti penodaan tetrasiklin. Namun kebanyakan perubahan warna, disebebkan oleh penyakit yang biasanya berhubungan dengan pulpa nekrotik, pulpa gangren, resorpsi internal dan eksternal, dan terbukanya pulpa karena karies. Kontur mahkota harus diperiksa. Oleh karena fraktur, bekas-bekas abrasi dan restorasi dapat merubah kontur mahkota, klinisi harus siap mengevaluasi pengaruh perbahan tersebut pada pulpa. Teknik pemeriksaan visual dan taktil adalah sederhana. Pemeriksa menggunakan mata, jari-jari tangan, eksplorer, dan prob (probe) periodontal. Gigigigi dan periodonsium pasien harus diperiksa dibawah sinar terang dalam keadaan kering . Misalnya suatu saluran sinus (fistula) dapat terlepas dari dteksi bila tertutup ludah, atau dapat juga suatu kavitas interproksimal luput dari perhatian bila terisi dengan sisa makanan. Kehilangan translusensi sedikit perubahan warna, dan keretakan mungkin tidak terlihat dengan penerangan yang tidak memadahi. Sebenarnya suatu traslominator dapat menolong mendeteksi email yang retak atau fraktur pada makhkota. Pemeriksaan visual harus menyertakan jaringan lunak dekat gigi yang terlibat untuk mendeteksi adanya pembengkakan. 2. Perkusi Uji ini memungkinkan seseorang mengevaluasi status periodonsium sekitar suatu gigi. Gigi diberi pukulan cepat dan tidak keras, mula-mula dengan jari dengan intensitas renda, kemudian intensitas ditingkatkan dengan

menggunakan tangkai suatu instrumen, untuk menentukan apakah gigi merasa sakit. Suatu respon sensitif yang berbeda dari gigi disebelahnya biasanya menunjukkan adanya perisementitis(periodontitis). Walaupun perkusi adalah suatu cara sederhana menguji, tetapi dapat menyesatkan bila digunakan sebagai alat tunggal.

Perkusi digunakan bersama-sama dengan tes periodontal lain, yaitu palpasi, mobilitas dan depersibilitas. Tes ini membantu menguatkan adanya periodontitis. Bagaimanapun , adanya gangguan ini bukan merupakan indikasi pulpitis irreversibel atau nekrosis pulpa yang sebenarnya. Mungkin periodontitis adalah suatu respon terhadap nekrosis pulpa, dapat juga timbul disekitar gigi vital yang secara klinis normal, sebagai pada abses periodontal akut. 3. Palpasi Tes sederhana ini dilakukan dengan ujung jari menggunakan tekanan ringan untuk memeriksa konsistensi jaringan dan respon rasa sakit meskipun sederhana, tetapi merupakan suatu tes yang penting. Nilainya terletak dalam menemukan pembengkakan yang meliputi gigi yang terlibat dan menentukan halhal berikut: 1. Apakah jaringan fluktuan dan cukup membesar untuk insisi dan drainase. 2. Adanya intensitas dan lokasi rasa sakit. 3.Adanya dan lokasi adenopati. 4. Adanya krepitus tulang. 4. Tes Mobilitas-Depresibilitas Tes mobilitas digunakan untuk mengevaluasi integritas aparatus pengikat (attachment apparatus) disekeliling gigi. tes terdiri dari menggerakkan suatu gigi kearah lateraldalam soketnya dengan menggunakan jari atau lebih diutamakan , menggunakan tangkai dua instrumen. Tujuan tes ini adalah untuk menentukan apakah gigi terikat kuat atau longgar pada alveolusnya. Jumlah gerakan menunjukkan kondisi periodonsium. Makin besar gerakannya makin jelek status periodontalnya. Demikian pula, tes untuk depresibilitas adalah dengan menggerakkan gigi kearah vertikal dalam soketnya. Tes in dapat dilakukan dengan jari atau dengan instrumen. Bila dijumpai depresibilitas, kemungkinan untuk mempertahankan gigi berkisar antara jelek dan tidak ada harapan.

Satu klasifikasi mobilitas menetapkan mobilitas derajat pertama sebagai gerakan gigi yang nyata dalam soketnya, mobilitas derajat kedua adalah gerakan gigi dalam jarak 1mm; dan mobilitas derajat ketiga adalah gerakan lebih besar daripada 1mm atau bila gigi dapat ditekan. 5. Radiografi Radiografi adalah salah satu alat klinis paling penting untuk membuat diagnosis. Alat ini memungkinkan pemeriksaan visual struktur mulut yang tidak mungkin dapat dilihat dengan mata telanjang. Radiograf dapat berisi informasi mengenai adanya karies yang dapat melibatkan/ mengancam melibatkan pulpa. Radiograf dapat menunjukkan jumlah, bagian, bentuk, panjang dan lebar saluran akar, adanya material mengapur di dalam rongga pulpa atau saluran akar, resorpsi dentin yang mulai dari dalam saluran akar(resoprsi internal) atau dari permukaan akar(resorpsi eksternal), klasifikasi atau penyumbatan kavitas pulpa, penebalan ligamen periodontal , resorpsi sementum , dan sifat serta perluasan kerusakan periapikal dan tulang alveolar.

You might also like