You are on page 1of 13

I. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk mengetahui teknik ovariohisterektomi pada kucing II. TINJAUAN PUSTAKA II.

1 Definisi Beberapa tahun terakhir pemeliharaan hewan kesayangan terutama anjing dan kucing meningkat dengan pesat. Hal ini menunjukkan bahwa anjing dan kucing telah memiliki posisi yang unik dalam kehidupan manusia. Anjing dan kucing tidak hanya dijadikan sebagai hewan penjaga rumah, tetapi juga sudah dianggap sebagai bagian dari anggota keluarga. Mereka bisa dilatih, diajak bermain dan merupakan teman yang sangat tepat untuk menghilangkan stres. Memiliki satu atau dua ekor anjing atau kucing tentu sangat menyenangkan, tapi apa yang terjadi apabila populasi mereka meningkat secara tidak terkontrol akibat perkawinan yang tidak diinginkan? Tentu akan sangat merepotkan. Jadi apa yang harus kita lakukan? Sterilisasilah jawabannya. Sterilisasi merupakan tindakan pembedahan untuk mengangkat atau menghilangkan testis (jantan) atau ovarium (betina). Pada hewan jantan dinamakan kastrasi / orchiectomy, sedangkan pada hewan betina dinamakan ovariohysterectomy (OH) (Zulhelmi, 2012) Ovariohysterectomy adalah prosedur pembedahan untuk membuang uterus secara keseluruhan beserta adnexa, cornua dan ovarium. Indikasi ovariohysterectomy : Sterilisasi sexual Penyakit ovarium seperti ovaritis, tumor ovarium Penyakit uterus antara lain metritis, pyometra, hyperplasia endometrium, dystokia yang tidak ditangani, torsio uteri, prolapsus uteri. Fistula perianal, hyperplasia vagina, diabetes, epilepsy Gangguan endokrin yang dikaitkan dengan nymphomania, pseudocyesis, tumor kelenjar mammae, lesi kulit. Ovariohysterectomy dapat dilakukan pada hampir semua fase siklus reproduksi, tetapi yang paling baik dilakukan sebelum pubertas dan selama fase anestrus. Ovariohysterectomy paling berbahaya dilakukan pada saat estrus dan pregnansi, serta pada betina tua yang gemuk. Umur 4 6 bulan merupakan waktu paling tepat untuk melakukan spaying karena hewan telah dapat di

anestesi dengan relative aman. Pada anjing betina dewasa 3 -4 bulan setelah estrus dan 6 -8 minggu setelah melahirkan merupakan waktu yang tepat unutk dilakukan spaying (Audihan, 2012) Ovariohisterectomy merupakan istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy dan histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan histerectomy adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan uterus dari rongga abdomen. Beberapa indikasi dilakukannya ovariohisterectomy adalah 1). Terapi, yaitu tumor, cysta ovarium dan tumor uterus, pyometra. 2). Modifikasi tingkah laku yaitu, lebih mudah dikendalikan, lebih jinak, membatasi jumlah

populasi. 3). Penggemukan. Pengertian ovariohisterectomy merupakan gabungan dari pengetian diatas yaitu tindakan pengambilan ovarium, corpus uteri dan cornua uteri (Chandler 1985). Ovariohisterectomy dilakukan pada kasus-kasus pyometra, metritis, dan salphingitis ataupun keduanya (Meyer K 1959) Salah satu indikasi dilakukannya teknik ovariohisterktomi adalah adanya penyakit misalnya pyometra. Pengobatan dengan menggunakan tejnik ovariohisterektomi merupakan metode terbaik untuk mecegah terjadinya pyometra kembali (Tiara, 2012) II. 2 Keuntungan dan kerugian OH Keuntungan Secara umum melakukan ovariohisterectomy adalah : 1.Menghilangkan keributan hewan pada periode estrus 2.Mencegah lahirnya anak anjing/kucing yang tidak diinginkan. 3.Menghilangkan stress akibat kebuntingan. 4.Mengurangi resiko terkena kanker mammae, ovarium dan uterus. 5.Menghilangkan resiko pyometra dan infeksi uterus lain. 6.Terapi terhadap penyakit-penyakit uterus dan ovarium. b.Kerugian

Adapun kerugian dari dilakukannya ovariohisterectomy yaitu : 1.Terjadinya obesitas 2.Hilangnya potensi breed dan nilai genetic. Tindakan operasi yang dilakukan tanpa memperhatikan prosedur dan kebersihan maka secara tidak sengaja akan menimbulkan berbagai hal misalnya : 1.Terjadinya komplikasi akibat perdarahan (hemoragi) karena pembuluh ovarium yang rupture ketika ligamentum suspensorium ditarik. 2.Terjadinya Ovariant remnant syndrome sehingga dapat menyebabkan hewan tetap estrus pasca ovariohysterectomy karena pengambilan ovarium pada saat operasi yang tidak sempurna. 3.Uterine stump pyometra, inflamasi dan granuloma. 4. Fistula pada traktus reproduksi terjadi karena berkembang dari adanya respon inflamasi terhadap material operasi (benang). 5.Urinary incontinence menyebabkan tidak dapat mengatur spincter vesica urinary karena adanya perlekatan (adhesi) atau granuloma pangkal uterus (sisa) yang mengganggu fungsi spincter vesica urinary (Mohan dkk,2013) II. 3 Anastetika 1. Atropine Sulfate

Digunakan untuk mengurangi sekresi saliva dan brongkial, melindungi jantung dari efek vegal inhibition dan mencegah efek muskarinik anticholinestrase seperti neotigmine. Atropine dapat menurunkan peristaltik intestinal dan menyebabkan dilatasi pupil. Atropin dapat diberikan subkutan atau intramuskular 30 40 menit sebelum anestesi dilakukan bila di berikan intravena. Sebaiknya diberikan intravena untuk menetralisir efek samping neotigmine atau mengkoreksi hipotensi yang disertai brakikardia. Kontraindikasi obat hewan hewan yang menderita gangguan hepar (Sardjana, 2010). 2. Ketamine

Haskin et all (1985) pernah melaporkan penggunaan anastesi umum ketamin (10mg/kg) secara tunggal pada anjing akan meningkatkan denyut jantung mempunyai induksi yang cepat, tidak

berbahaya untuk respirasi, tidak menimbulkan muntah dan menimbulkan sifat analgesic yang kuat. Pada saat di kombinasikan dengan xylacin dengan dosis 10 15 mg/kg (Ngurah, Sudiman. 2004). 3. Acepromazine Acepromazine adalah obat phenithiasne neurologic agent. Obat ini berfungsi menurunkan kecepatan pernapasan. Teatpi tidak berpengaruh dalam penggambaran darah oxyhemoglobin atau PH darah. Obat ini memiliki onset yang lama dibutuhkan waktu sekitar 15 menit melalui intravena. Pada kucing restrain sedasi 0.05-0.1 mg/kg IV paling banyak 1 mg (Roby, 2103)

III. Materi & Metode Alat & Bahan a) Alat Scalpel Handle Blade Gunting tajam-tumpul Gunting tajam-tajam Pinset Anatomis Pinset Chirurgis Allis Forceps Kelly Hemostat Needle Holder Needle Towel Handscoen Jarum Suntik Tamponade

b. Bahan

Cairan infus NaCl fisiologis Ketamin Xylasin Cat gut Alkohol Betadine Kucing

METODE 1. Persiapan kamar Operasi Kamar operasi yang baik harus memenuhi syarat syarat sebagai berikut: a. Bentuk dan ukuran Kamar operasi tidak bersudut tajam, lantai dinding langit langit berbentuk lengkung, dan warna tidak mencolok lantai dan dinding harus terbuat dari bahan yang rata, kedap air, mudah dibersihkan dan menampung debu. b. Ukuran kamar operasi Minimal 5.6 m x 5.6 m. dan untuk khusus/ besar 7.2m x 7.8 m c. Sistem Ventilasi Ventilisasi kamar operasi dapat diatur dengan alat control dan penyaringan udara dengan menggunakan filter. Idealnya menggunakan sentral AC. Pertukaran dan sirkulasi udara harus berbeda. d. Suhu dan kelembapan Suhu ruangan antara 190 220 C. dan kelembapan 55% e. Sistem penerangan Lampu operasi menggunakan lampu khusus sehingga tidak menibulkan panas, cahaya terang tidak menyilaukan dan arah sinarnya mudah diatur posisinya. Lampu penerangan menggunakan lampu pijar dan mudah dibersihkan.

f. Peralatan Semua peralatan yang ada dalam kamar operasi harus beroda dan mudah untuk dibersihkan. Untuk alat alat elektrik petunjuk penggunaan harus tertempel pada alat tersebut agar udah dibaca. Sistem pelistrikan dijamin aman dan dilengkapi dengan elektroda untuk memusatkan arus listrik mencegah bahaya gas anastesi.

Pada praktikum kali ini, kamar atau ruang operasi yang digunakan adalah sebuah kelas yang besar yang masing - masing dibagi menjadi enam area per kelompok. Peralatan yang digunakan seperti meja dan tiang infuse beroda hal ini disebabkan karena keterbatasan ruang dan alat.

2. Sterilisasi Peralatan Operasi Sterilisasi peralatan operasi, baju operasi, masker, penutup kepala,sarung tangan, sikat, dan handuk yang telah dicuci bersih serta dikeringkan dibungkus dengan kain muslin atau non woven setelah terlebih dahulu dilipat dan ditata sesuai dengan urutannya masing-masing. Peralatan yang telah dibungkus dimasukkan kedalam oven untuk disterilisasi dengan suhu 600C selama 15 - 30 menit. Perlengkapan yang telah disterilisasi digunakan pada saat operasi oleh operator dan asisten I. Peralatan operasi minor yang telah dicuci bersih kemudian dikeringkan terlebih dahulu baru setelah itu ditata di dalam kotak peralatan sesuai dengan urutan penggunaannya. Kotak peralatan tersebut kemudian dibungkus dengan muslin atau non woven dan disterilisasi menggunakan oven dengan suhu 1210C selama 60 menit. Peralatan yang telah disterilisasi digunakan pada saat operasi. Pada praktikum ini, sterilisasi alat hanya menggunakan alcohol. Alcohol dituang ke dalam suatu wadah (cawan) kemudian alat alat yang digunakan di sterilkan dengan merendamnya ke larutan alcohol tadi.

3. Persiapan dan Preparasi Hewan

Persiapan - persiapan yang dilakukan pada hewan meliputi pemeriksaan signalemen, anamnese, status present serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. Data fisiologis hewan yang harus diambil sebelum operasi yaitu suhu tubuh, frekuensi jantung, frekuensi nafas, limfonodulus, dan selaput lendir. Tahapan selanjutnya adalah restraint hewan kemudian pembiusan yang dimulai dari tahap pembiusan, premedikasi, induksi, dan maintenance. Preparasi hewan dimulai dengan daerah operasi dicukur minimal 10 cm di sekitar sayatan. Setelah itu, sayatan dan daerah di sekitar sayatan dibersihkan dengan alkohol 70%. Selanjutnya dikeringkan dengan tampon kemudian diolesi dengan betadine. Setelah itu hewan siap dibawa ke meja operasi. Ketika berada di atas meja operasi, posisi hewan disesuaikan dengan keadaan. Keempat kaki diikat keujungujung meja menggunakan sumbu kompor dengan simpul Tomfool. Kemudian hewan ditutup dengan duk, disesuaikan, dan difiksir dengan towelclamp. Setelah itu, operasi siap dilakukan.

4. Persiapan Operator dan Asisten Langkah - langkah yang harus dilakukan oleh operator dan asisten I adalah menggunakan tutup kepala dan masker, mencuci kedua tangan dengan sabun dan menyikatnya dengan sikat pada air yang mengalir. Pencucian dimulai dari ujung jari yang paling steril kemudian dibilas dengan arah dari ujung jari kelengan yang dilakukan sebanyak 10-15x. Setelah selesai mencuci tangan dan membilasnya, keran ditutup dengan siku untuk mencegah kontaminasi. Kemudian tangan dikeringkan dengan handuk dan glove dipakai. Setelah semua langkah dilalui, operasi siap dilakukan.

5. Prosedur bedah Setelah dipersiapkan dan dianaesthesi, hewan dibaringkan pada punggungnya (dorsal recumbency). Daerah ventral abdominal disiapkan sebagai daerah operasi, yaitu dari xiphoid sampai daerah pubis. Umbilicus di identifkasi dan diperkirakan untuk membagi daerah abdominal menjadi tiga bagian. Pada kucing badan uterus berada agak ke kaudal, sehingga incise dilakukan lebih ke kaudal mulai 1/3 bagian tengah abdominal. Incise dilakukan pada kulit dan subkutan sepanjang 4 8 cm untuk membuka linea alba. Penyayatan kulit dimulai dari umbilikal

dan sekitar 5 cm di bawah umbilikal. Setelah kulit terbuka, dilakukan penyayatan pada subkutan. Setelah itu lapisan subkutan dikuakkan dengan bantuan arteri klem. Linea alba kucing dicari dan disayat tepat diatasnya. Linea alba dipegang dan diangkat sedikit keluar untuk dapat melakukan incise. Incise pada linea alba dilebarkan ke cranial dan kaudal untuk membuka rongga abdomen. Dinding abdominal kiri dikuakkan dan dimasukkan ovarioectomy hook. Hook dimasukkan menelusuri dinding bagian kiri abdominal, 2 3 cm di kaudal ginjal. Hook digerakkan ke medial untuk mengangkat koruna uteri dan ligamentumnya. Untuk memastikan bahwa yang diangkat adalah koruna uteri, ditelusuri ke kaudal untuk menemukan bifurcation uteri dan ke kranial untuk menemukan ovarium. Apabila kornua uteri tidak ditemukan dengan menggunakan hook, dilakukan palpasi pada kantong kencing (vesica urinaria) sepanjang incise. Corpus uteri berada diantara vesica urinaria dan colon. Namun dalam praktikum ini tidak menggunakan ovariuoectomy hook namun hanya dengan palpasi. Palpasi dilakukan dengan menemukan VU terlebih dahulu lalu mencari uteri, bifurcatio uteri, ovarium dari masing masing cornua uteri. Setelah ovarium ditemukan, dipalpasi adanya ligamentum susupensorium pada ujung proksimal ovarium. Ligamentum ditelusuri dengan jari telunjuk, ditarik dan dilakukan pemutusan ligamentum, ovarium akan sulit dikeluarkan. Dipasang dua atau tiga clamp di dekat ovarium untuk persiapan melakukan ligasi. Clamp paling proksimal (dalam) digunakan untuk tempat ligasi. Clamp ditengah digunakan untuk memegang saat melakukan ligasi, sedangkan clamp paling distal (luar) digunakan untuk mencegah kembalinya aliran darah setelah dilakukan transeksi. Ligasi pada pembuluh darah ovarium menggunakan bentuk 8 dengan benang absorbable (catgut chromic, polydiox anone, polyglyconat 2/0 atau 3/0, atau polyglactin 910). Dibuat ikatan kedua di atas ikatan pertama untuk mencegah perdarahan. Dilakukan pemotongan ovarium dan control terjadinya perdarahan. Ovarium diangkat, penggantungnya dipotong dan dikontrol perdarahannya. Kornua uteri ditelusuri sampai pada bifurcation uterus untuk mendapatkan kornua dan ovarium disebelahnya. Diletakkan clamp dan dilakukan ligasi seperti langkah yang telah dijelaskan di atas. Setelah kedua ovarium terpotong, uterus ditarik keluar dan dilakukan ligasi pada pembuluh darah di kiri dan kanan corpus uteri dengan catgut chromic 2/0 dan seluruh corpus uteri juga diikat di dekat cervik. Dilakukan pemotongan badan uterus dan diamati terjadinya perdarahan. Dilakukan ligasi jika ada perdarahan. Sisa potongan uterus

dimasukkan ke dalam abdominal sebelum clamp dilepaskan. Dinding abdominal ditutup dan dilakukan penjahitan dengan tiga lapidan (linea alba dan peritoneum dengan pola jahitan terputus, subkutan dan fascia menerus dan kulit dengan pola jahitan terputus).

IV. HASIL DATA V. PEMBAHASAN Pada operasi ovariohisterektomi kali ini, dilakukan eksplorasi pada ruang abdomen untuk menemukan uterus dan ovarium. Tindakan yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah pemeriksaan hewan secara umum untuk mengetahui frekuensi jantung, nafas dan suhu tubuh. Kemudian kucing diberi preanastesi dengan atropine sulfat untuk mencegah muntah saat operasi karena atropine menyebabkan blockade reversibell Setelah diberikan preanastesi maka anastesi berupa ACP dan ketamine 10% Obat premedikasi yang diberikan berupa atropin, sedangkan obat anasteshinya adalah ACP dan ketamine. Pemberiannya dilakukan dengan rumus : V Ket : V D BB [ ] Volume atropin 0.02 x 2.285 0.25 Volume ketamin 10 x 2.285 100 Volume ACP 0.2 x 2.285 = 0.0304 ml = 0.2285 ml = 0.1828 ml : Volume ( ml) : Dosis anjuran (ml/kg) : Berat badan (kg) : konsentrasi (g/DL)

[ ]

15

Setelah hewan terbius dimulai penyayatan pada kulit, linea alba, pada abdomen. Pada saat dilakukan penyayatan pada kulit hampir tidak terjadi pendarahan hal ini dikarenakan lokasi penyayatan yang cukup tepat. Jika terjadi pendarahan, pendarahan dapat diatasi dengan membersihkan darah menggunakan tampon. Pada saat penguakan dilakukan terlihat lapis peritoneum yang kemudian disayat di linea alba untuk mencari uterus dan ovarium. Untuk mencari uterus pertama kali di palpasi adalah VU karena uterus terletak diantara VU dan colon. Vesika urinaria yang terpalpasi tidak terisi urin sehingga konsistensinya lunak dan padat. Hal ini disebabkan karena pemuasan hewan tersebut. Setelah menemukan corpus uterus selanjutnya adalah pencarian ovarium dengan menelusuri dengan telunjuk kearah cranial, dan kearah kaudal untuk menemukan bifurcation uteri. Setelah ovarium ditemukan, dipalpasi adanya ligamentum susupensorium pada ujung proksimal ovarium. Ligamentum ditelusuri dengan jari telunjuk, ditarik dan dilakukan pemutusan ligamentum, ovarium akan sulit dikeluarkan. Dipasang dua atau tiga clamp di dekat ovarium untuk persiapan melakukan ligasi. Clamp paling proksimal (dalam) digunakan untuk tempat ligasi. Clamp ditengah digunakan untuk memegang saat melakukan ligasi, sedangkan clamp paling distal (luar) digunakan untuk mencegah kembalinya aliran darah setelah dilakukan transeksi. Ligasi pada pembuluh darah ovarium menggunakan bentuk 8 dengan benang absorbable (catgut chromic, polydioxanone, polyglyconat 2/0 atau 3/0, atau polyglactin 910). Dibuat ikatan kedua di atas ikatan pertama untuk mencegah perdarahan. Dilakukan pemotongan ovarium dan control terjadinya perdarahan. Ovarium diangkat, penggantungnya dipotong dan dikontrol

perdarahannya. Kornua uteri ditelusuri sampai pada bifurcation uterus untuk mendapatkan kornua dan ovarium disebelahnya. Diletakkan clamp dan dilakukan ligasi seperti langkah yang telah dijelaskan di atas. Setelah kedua ovarium terpotong, uterus ditarik keluar dan dilakukan ligasi pada pembuluh darah di kiri dan kanan corpus uteri dengan catgut chromic 2/0 dan seluruh corpus uteri juga diikat di dekat cervik. Dilakukan pemotongan badan uterus dan diamati terjadinya perdarahan. Dan pada saat praktikum tidak terjadi pendarahan hebat. Sisa potongan uterus dimasukkan ke dalam abdominal sebelum clamp dilepaskan. Abdomen ditutup dengan

menjahit omentum dan otot perut menggunakan benang chromic catgut. Penggunaan benang catgut dimaksudkan agar benang dapat diabsorpsi oleh tubuh sehingga tidak perlu dilakukan pengambilan kembali benang. Sedangkan untuk penjahitan kulit digunakan benang silk. Benang ini digunakan karena untuk penjahitan superficial dibutuhkan benang yang kuat dan tidak

diabsorpsi agar jahitan tidak terlepas. Jahitan yang digunakan adalah jahitan sederhana. Jahitan sederhana ini digunakan agar hasilnya lebih kuat. Tempat jahitan ditutup dengan perban agar proses penyembuhan tidak terganggu. Pada saat operasi ketamin yang disuntikkan sebanyak dua setengah dosis karena pada awal saat anastesi menggunakan satu dosis kemudian setengah dosis lalu satu dosis lagi. Dilakukan penyuntikan setengah dosis agar mencegah efek toksik dari anastesi tadi. Penyuntikan ketamin mulai anastesi sampai terjadi kesadaran masing pada menit ke 15, menit ke 53, dan menit ke 81. Penyuntikan ketamin ini melalui intra muscular pada saat anastesi dan intravena pada saat operasi berlangsung. Penyuntikan ini terjadi karena terjadi kesadaran pada kucing saat menit ke 50,dan menit- menit akhir operasi. Sehingga perlu disuntikan anastetik berupa ketamine sebanyak setengah dosis dari dosis yang pertama yaitu sebanyak 0.01. Suhu kucing sebelum operasi adalah 39.10C dan pasca operasi adalah 360C. Perawatan pasca operasi, setelah dilakukannya operasi OH kucing tetap dikandangkan agar tidak terjadi kontaminasi luka dengan lingkungan. Kucing tersebut tetap ditinjau peningkatannya hari demi hari. Pada hari ketujuh pasca operasi jahitan masih belum dibukakarena masih belum terlalu kering ditakutkan terjadi infeksi atau kontaminasi.

VII. KESIMPULAN Tehnik atau prosedur ovariohisterektomi terdiri dari : a) b) c) d) Persiapan ruangan Sterilisasi alat Persiapan dan preparasi hewan Persiapan operator dan asisten (jika ada)

e)

Prosedur bedah.

Mengingat bahwa operasi OH merupakan pengangkatan ovarium dan uterus, setelah keduanya diangkat dan dilakukan ligasi abdomen kemudian ditutup sesuai dengan teknik dan jahitan masing-masing.

Daftar Pustaka Anonim. 2013. Ovariohisterektomi. http://web.ipb.ac.id/~bedahradiologi/images/pdf/Ovariohisterectomy.pdf. diakses tanggal 10 Maret 2014. Ari, Mohan dkk. 2013. Ovariohisterektomi. https://www.academia.edu/5439004/Laporan_Ovariohisterektomi. diakses tanggal 10 Maret 2014. Mai dewi, Zulhelmi. 2012. Sterilisasi pada anjing kucing. http://www.vitapetclinic.com/sterilisasi-pada-anjing-dan-kucing.html. diakses tanggal 10 Maret 2014. Placusi Audihan. 2012. Sterilisasi hewan kesayangan. http://www.placusi.com/2012/05/sterilisasi-hewan-kesayangan.html. diakses tanggal 10 Maret 2014. Raditya Roby. 2013. Acepromazine. http://www.scribd.com/doc/88667124/Acepromazine. diakses tanggal 10 Maret 2014 Sajuthi, Tiara Putri. 2012. Pyometra pada Anjing. http://pdhbvet.com/studi-kasus-pyometrapada-anjing/. Diakses tanggal 10 Maret 2014.

You might also like