UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BERAS KETAN HITAM
(Oryza sativa Linn. var glutinosa) DENGAN METODE DPPH (2,2-Difenil-1-Pikril Hidrazil) AMIRA LESTARI Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar-Indonesia 90245
ABSTRAK Beras ketan hitam (Oryza sativa Linn. var glutinosa) merupakan salah satu varietas beras yang mengandung pigmen antosianin yang memiliki aktivitas antioksidan dan dapat menghambat radikal bebas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari beras ketan hitam. Dilakukan uji aktivitas antioksidan metode penangkapan radikal bebas DPPH (2,2 difenil 1 pikrilhidrazil). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak beras hitam ketan memiliki antioksidan dengan IC 50 ekstrak metanol, ekstrak etanol dan ekstrak aseton adalah 47,15 g/ml, 23,32 g/ml dan 14,49 g/ml. Jenis ekstrak tersebut secara signifikan mempengaruhi aktivitas antioksidan (p <0,01). ABSTRACT The black glutinous rice (Oryza sativa Linn. var glutinosa) was one of the rice varieties that contained anthocyanin pigment that had antioxidant activity and it was able to inhibit the free radical. This study aimed to determine the antioxidant activity of the black glutinous rice. Antioxidant activity tested by the method of DPPH (2,2 diphenyl 1 pikrilhidrazil) free radical scavenging. The result of research showed that black glutinous rice extracts have antioxidant with IC 50 value of methanol extract, ethanol extract and acetone extract were 47,15 g/ml, 23,32 g/ml and 14,49 g/ml. The kind of extract significantly influence these antioxidant activity (p<0,01). BAB I PENDAHULUAN Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Permintaan akan beras terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Beras tidak hanya merupakan sumber energi dan protein, tetapi juga sumber vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu jenis beras yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah beras ketan. Beras ketan adalah jenis bahan pangan yang seluruh bagian butirnya mengapur atau kelam, tetapi kekerasan butirnya sama dengan beras bukan ketan (1). Ketan hitam diketahui memiliki pigmen yang bernama antosianin. Antosianin adalah senyawa fenolik yang masuk kelompok flavonoid dan 2
berfungsi sebagai antioksidan, berperan penting, baik bagi tanaman itu sendiri maupun bagi kesehatan manusia. Peran antioksidan bagi kesehatan manusia adalah untuk mencegah penyakit hati (hepatitis), kanker usus, stroke, diabetes, sangat esensial bagi fungsi otak dan mengurangi pengaruh penuaan otak. Antosianin dari beras ketan hitam dapat diekstraksi dengan pelarut organik, seperti etanol, metanol dan aseton (2, 3, 4). Antioksidan adalah zat yang dapat menangkal atau mencegah reaksi oksidasi dari radikal bebas. Reaksi oksidasi dapat menghasilkan radikal bebas dan memicu reaksi berantai, menyebabkan kerusakan sel dalam tubuh. Radikal bebas sangat berbahaya karena dapat merusak jaringan tubuh yang dapat menyebabkan penyakit degenerative (5). Radikal bebas merupakan atom, molekul ataupun senyawa yang sangat tidak stabil, karena struktur atom dan molekulnya yang tidak berpasangan, sehingga radikal bebas sangat reaktif. Radikal bebas harus berpasangan dengan molekul, atom, atau bahkan elektron untuk membentuk senyawa yang stabil, dengan cara mengambil atom hidrogen dari molekul lain, berikatan dengan molekul lain, atau berinteraksi dengan radikal bebas lainnya. Radikal dapat terbentuk secara endogen dan eksogen. Radikal endogen terbentuk dalam tubuh melalui proses metabolism normal di dalam tubuh. Sementara radikal eksogen berasal dari bahan pencemar yang masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, pencernaan, dan penyerapan kulit (6, 7). Pengujian aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, salah satunya adalah metode DPPH (2,2-difenil-1-pikril hidrazil). Metode ini digunakan sebab hasilnya terbukti akurat, reliabel dan praktis dalam mendeteksi antiradikal. Selain itu, sederhana, cepat dan memerlukan sedikit sampel (8). Berdasarkan uraian diatas, maka akan dilakukan penelitian yang bertujuan mengetahui adanya aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol, etanol dan aseton beras ketan hitam (Oryza sativa Linn. var glutinosa) dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikril hidrazil). BAB II PELAKSANAAN PENELITIAN III.1 Penyiapan Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah botol coklat, Elisa reader (Biotec), kertas saring whatman no.1, labu Erlenmeyer (Pyrex), labu tentukur, mikropipet (Socorex), mikrowell plate, multichannel mikropipet, neraca analitik (Sartorius), oven, pH meter (Buchi), pipet volume, seperangkat alat rotavapor (Buchii), seperangkat alat pompa vakum (Buchii), Spektrofotometer UV-Vis (Agilent) dan vial. Bahan yang digunakan adalah air suling, beras ketan hitam (Oryza sativa Linn. var glutinosa), difenil pikril hidrazil (DPPH) (Sigma Aldrick), HCl Pekat (36%), KCl, Na-Asetat (CH 3 COONa), pelarut etanol tekhnis, 3
pelarut aseton tekhnis, pelarut metanol tekhnis, metanol absolute tekhnis, silika gel RP-18 (E.Merck) dan vitamin C (E.Merck). III.2 Metode Kerja III.2.1 Pengambilan Sampel Penelitian Sampel beras ketan hitam (BKH) diperoleh di pasar Daya, Makassar. Sampel dikeringkan dalam oven simplisia suhu 40C lalu diserbukkan dengan menggunakan blender sebelum diekstraksi. III.2.2 Ekstraksi Sampel Sampel diekstraksi dengan cara maserasi dengan memenggunakan 3 macam larutan penyari, yaitu : BKH (A) : 25 gram beras ketan hitam yang diekstraksi menggunakan 50 ml larutan HCl 0,01% dalam metanol. BKH (B) : 25 gram beras ketan hitam yang diekstraksi menggunakan 50 ml larutan HCl 0,01% dalam etanol. BKH (C) : 25 gram beras ketan hitam yang diekstraksi menggunakan 50 ml larutan penyari yang terdiri dari aseton 70% yang dibuat dalam HCl 0,01%. Maserasi dilakukan selama 1 hari dengan dilakukan pengadukan sesekali. Ekstrak yang diperoleh kemudian disaring dengan menggunakan kertas whatman no.1 dengan bantuan pompa vakum. Selanjutnya dilakukan remaserasi sebanyak 4-5 kali hingga diperoleh hasil ekstraksi yang agak jernih. Ekstrak yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan dipekatkan menggunakan rotavapor suhu 50C untuk mengu apkan pelarut. Ekstrak yang diperoleh dimasukkan didalam lemari pendingin. III.2.3 Pengukuran dan Perhitungan Kadar Antosianin Total dengan Metode pH Differensial (9) III.2.3.1 Pembuatan Larutan Dapar pH 1,0 dan pH 4,5 Larutan dapar pH 1,0 dibuat dengan menggunakan KCl sebanyak 1,86 g dicampur dengan air suling dan diatur pH-nya hingga mencapai 1 dengan menggunakan HCl pekat. Selanjutnya larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 1 L dan dicukupkan volumenya hingga 1 L dengan menggunakan air suling. Larutan dapar pH 4,5 dibuat dengan menggunakan CH 3 COONa.3H 2 O sebanyak 54,43 g dicampur dengan 960 ml air suling. Kemudian diukur pH-nya dan diatur dengan penambahan HCl pekat hingga diperoleh larutan dengan pH 4,5. Selanjutnya larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 1 L dan dicukupkan volumenya dengan air suling hingga 1 L.
III.2.3.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Faktor Pengenceran Sampel dilarutkan dalam dapar KCl pH 1 kemudian diukur pada spektrofotometer untuk menentukan panjang gelombang maksimum dari sampel. Faktor pengenceran ditentukan dengan cara melarutkan sampel dalam dapar KCl pH 1 hingga diperoleh absorbansi kurang dari 1,2. Faktor 4
pengenceran yang diperoleh adalah 0,1 ml ekstrak antosianin dilarutkan hingga 5 ml. Jadi Faktor pengenceran = 50 III.2.3.3Perhitungan Kadar Antosianin 1. Dua larutan sampel disiapkan, pada sampel yang pertama digunakan dapar KCl pH 1 dan untuk sampel kedua digunakan dapar Na-Asetat dengan pH 4,5. Masing-masing sampel dilarutkan dalam larutan dapar berdasarkan FP (faktor pengenceran) yang sudah ditentukan sebelumnya. Dibuat 3 replikasi untuk masing-masing sampel 2. Sampel yang dilarutkan menggunakan dapar pH 1 dibiarkan selama 15 menit sebelum diukur, sedangkan sampel yang dilarutkan dengan dapar pH 4,5 di ukur setelah dibiarkan bercampur selama 5 menit. 3. Absorbansi dari setiap larutan pada panjang gelombang 509 dan 700 nm diukur dengan dapar pH 1 dan pH 4,5 sebagai blankonya 4. Absorbansi dari sampel yang telah dilarutkan (A) ditentukan dengan rumus : A = [(A 509 A 700 ) pH 1 (A 509 A 700 ) pH 4,5 ] 5. Kandungan antosianin pada sampel dihitung dengan rumus : Total antosianin (%b/b) = A x Mw x P x v x 100% s x L x wt
Keterangan : = Absorptivitas molar Sianidin-3-glukosida = 26900 L(mol.cm) L = Lebar kuvet = 1 cm MW = Bobot molekul Sianidin-3-glukosida = 449,2 g/mol DF = Volume akhir atau volume ekstrak pigmen (L) Wt = Bobot awal bahan (g) III.2.4 Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan Analisis dilakukan secara kromatografi lapis tipis autografi terhadap ekstrak metanol, etanol dan aseton dari sampel yang dilarutkan dalam metanol, ditotolkan pada lempeng KLT silika gel RP-18 dan dikeringkan. Fase gerak KLT untuk ekstrak adalah metanol dengan air (80:20). Selanjutnya dilakukan pengembangan dalam bejana kromatografi dan noda yang terbentuk diperiksa di bawah lampu UV pada panjang gelombang 366 nm dan 254 nm. Noda-noda yang memiliki daya antioksidan terlihat dari pemudaran warna pereaksi semprot DPPH. III.2.5 Uji Kuantitatif Aktivitas Antioksidan III.2.5.1 Pembuatan Larutan Sampel Ekstrak BKH (A), (B) dan (C) ditimbang sebanyak 1 mg, kemudian dilarutkan dengan metanol absolut dan dicukupkan volumeya hingga 10 ml, sehingga diperoleh larutan stok 100 g/ml. Kemudian masing-masing ekstrak dibuat pengenceran dengan konsentrasi yang berbeda-beda. III.2.5.2 Pembuatan Larutan DPPH 240 M DPPH ditimbang sebanyak 0,94 mg. kemudian dilarutkan dalam metanol absolute hingga volume 10 ml. 5
III.2.5.3 Pengujian Aktivitas Antioksidan Sampel Ekstrak BKH (A), (B) dan (C) masing-masing dipipet sebanyak 20, 40, 60, 80 dan 100 l kedalam mikroplate, lalu masing-masing ditambahkan 75 l DPPH 240 M dengan menggunakan multichannel mikropipet dan volume campuran dicukupkan sehingga 200l dengan pelarut metanol, sehingga didapatkan seri konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50 g/ml. Campuran tersebut diinkubasi pada suhu 37C s elama 30 menit, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum (515 nm) dengan menggunakan Elisa Reader, sebagai blanko larutan DPPH 240 M dipipet sebanyak 75 l kemudian ditambahkan 125 l metanol absolute. Untuk pembanding digunakan vitamin C dengan konsentrasi 2,5; 5; 7,5; 10 dan 12,5 bpj. Aktivitas antioksidan dari masing- masing sampel dinyatakan dengan persen inhibisi, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : % inhibisi = seiapan blanko seiapan sampel seiapan blanko x 1% Persen inhibisi yang dihasilkan oleh masing-masing ekstrak beras ketan hitam uji, kemudian ditabulasi dan dihitung nilai IC 50 nya dengan analisis probit dari data log konsentrasi dengan probit persentasi pengikat radikal bebas. II.2.6 Analisis Statistik Analisis data statistik menggunakan SPSS 16.0 for windows dengan metode oneway Anova yang dilanjutkan dengan analisis lanjutan uji Duncan untuk mengetahui pengaruh jenis ekstrak terhadap aktivitas antioksidan ekstrak beras ketan hitam. Analisis korelasi antara kadar antosianin total dengan nilai IC 50 dianalisis dengan metode korelasi Pearson. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0 for windows. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN III.1 Hasil Penelitian III.1.1Hasil Perhitungan Rendamen Tabel 1. Hasil Perhitungan Rendamen Ekstrak BKH No Jenis Ekstrak Hasil Ekstraksi (g) rendamen (%b/b)* 1 metanol-Asam 22.8758 2.29 2 Alkohol-asam 22.5389 2.25 3 Aseton-asam 26.9059 2.69 *rata-rata dari 3 replikasi
6
III.1.2 Hasil Perhitungan Kandungan Total Antosianin Table 2. Hasil Perhitungan Kadar Antosianin Total Ekstrak BKH No Jenis Ekstrak Kadar Antosianin (%b/b)* 1 Metanol 0,166 2 Etanol 0,126 3 Aseton 0,076 *rata-rata dari 3 replikasi III.1.3 Profil KLT
Gambar 1. Kromatogram Lapis Tipis Ekstrak Beras Ketan Hitam dan antosianin murni
Keterangan : M = Ekstrak Metanol E = Ekstrak Etanol A = Ekstrak Aseton Fase diam : Silika gel RP-18 Fase gerak : Metanol-Air (80:20) A,E = Profil KLT pada sinar tampak B,F = Visualisasi dengan UV 254 C,G = Visualisasi dengan UV 366 D = Visualisasi dengan larutan DPPH 0,4Mm
A B C D M E A E An M E A M E A M E A E An E An E F G 7
III.1.4 Hasil Perhitungan Aktivitas Antioksidan Tabel 3. Hasil pengujian aktivitas antioksidan Beras Ketan Hitam Sampel Nilai IC 50 (g/ml)* BKH A 47,15 1,26537 BKH B 23,32 1,26537 BKH C 14,49 0,29141 Vitamin C 7,11 0,20075 *rata-rata dari 5 replikasi III.2 Pembahasan Beras ketan hitam merupakan salah satu varietas beras berpigmen yang telah lama dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan makanan. Beras ketan hitam mengandung pigmen antosianin yang tergolong senyawa fenolik kelompok flavanoid. Antosianin memiliki aktivitas antioksidan dan dapat menghambat radikal bebas (2,3). Metode maserasi digunakan untuk mengekstraksi senyawa antosianin dalam sampel. Metode ini digunakan karena senyawa antosianin tidak stabil dengan pemanasan. Pelarut yang digunakan adalah metanol, etanol dan aseton yang diasamkan dengan penambahan 0,01% HCl. Menurut literatur, antosianin dapat diekstraksi menggunakan tiga pelarut yaitu metanol, etanol, dan aseton yang diberi asam klorida dalam jumlah kecil karena antosianin bersifat stabil dalam suasana asam (10). Cairan ekstrak yang telah dimaserasi dipekatkan dengan rotavapor dengan suhu 50C hingga sampel mengental, kemudian diu apkan. Setelah proses ekstraksi, diperoleh rendamen ekstrak metanol sebanyak 2,29%b/b, ekstrak etanol sebanyak 2,25%b/b dan ekstrak aseton sebanyak 2,69%b/b. Ekstrak yang diperoleh diduga mengandung antosianin. Dimana hal ini dapat dilihat berdasarkan warna tiap ekstrak yaitu berwarna merah tua-ungu. Menurut pustaka, antosianin merupakan suatu zat warna atau pigmen pada tanaman seperti buah, umbi dan biji-bijian yang memberi warna merah, biru dan ungu (11). Selain itu, berdasarkan pengukuran panjang gelombangnya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, ekstrak antosianin beras ketan hitam memiliki panjang gelombang maksimum 509nm. Hal ini sesuai dengan pustaka yang menyatakan panjang gelombang antosianin berada pada rentang 500-535nm (10). Dilihat dari profil KLT ekstrak etanol BKH dibandingkan dengan antosianin murni menggunakan lempeng silika RP-18 dan fase gerak metanol-air (80:20), noda ekstrak BKH memiliki Rf yang sama dengan antosianin murni yaitu 0,85. Hal ini berarti ekstrak BKH yang diperoleh mengandung antosianin. 8
Pengukuran kadar antosianin total dilakukan dengan metode pH Differensial yaitu metode yang digunakan untuk mengukur antosianin berdasarkan perbedaan pH 1,0 dan pH 4,5. Penetapan konsentrasi antosianin dengan metode ini dikarenakan pada pH 1,0 antosianain membentuk senyawa oxonium (kation flavilium) yang berwarna dan pada pH 4,5 berbentuk karbinol/hemiketal tidak berwarna. Kondisi inilah yang akan dijadikan acuan untuk menentukan absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer Uv-Vis dari masing-masing ekstrak yang dihasilkan. Perubahan warna pada antosianin dalam tingkatan pH tertentu disebabkan sifat antosianin yang memiliki tingkat kestabilan yang berbeda (12). Dari hasil penetapan senyawa antosianin dengan metode pH differensial, maka diperoleh kadar antosianin ekstrak metanol sebesar 0,166%b/b, ekstrak etanol sebesar 0,126%b/b dan ekstrak aseton 0,076%b/b. Masing-masing ekstrak dari tiap sampel kemudian di uji kualitatif menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT), dengan fase diam silika gel RP-18 dan fase gerak yang digunakan adalah campuran metanol:air (80:20). Profil KLT menunjukkan 1 noda pada sinar tampak dengan nilai Rf ekstrak metanol, etanol dan aseton sama yaitu 0,87. Noda yang terbentuk kemudian diperiksa dibawah lampu UV pada panjang gelombang 366 nm dan 254 nm. Identifikasi noda pada UV 254 nm berdasarkan adsorbsi oleh noda yang mengandung gugus kromofor terhadap sinar UV 254 nm sehingga noda tampak gelap pada lempeng KLT dibawah sinar UV 254 nm, sedangkan pada UV 366 nm noda yang tampak akan berwarna terang dengan latar yang gelap. Identifikasi KLT juga dilakukan dengan menggunakan DPPH untuk mengetahui apakah noda yang dimiliki oleh ekstrak tersebut dapat mengikat radikal bebas DPPH. Selain noda dengan Rf-0,87, pada ekstrak aseton juga terdapat 2 noda setelah disemprot DPPH dengan Rf=0,93. Uji aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil). Metode DPPH ini dipilih karena pengerjaannya cepat, sederhana, dan praktis untuk mengetahui kapasitas antioksidan (13). Radikal DPPH merupakan senyawa organik berwarna ungu yang mengandung nitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat pada max 515 nm. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan, DPPH tersebut akan tereduksi dan warnanya akan memudar (penurunan intensitas warna). Perubahan tersebut dapat diukur dengan Mikroplate Reader. Penurunan intensitas warna yang terjadi disebabkan oleh berkurangnya ikatan rangkap terkonjugasi pada DPPH karena terjadi penangkapan satu elektron oleh zat antioksidan, menyebabkan tidak adanya kesempatan elektron tersebut untuk beresonansi. Sebagai akibatnya, penambahan senyawa antioksidan akan menurunkan konsentrasi DPPH dan akan menyebabkan penurunan absorbansinya, sehingga akan diperoleh suatu kurva yang menurun. Parameter yang digunakan untuk menginterpretasikan hasil dari metode DPPH adalah nilai EC 50 (Efficient Concentration) atau sering juga disebut nilai IC 50 (Inhibitory Concentration)
9
yang didefinisikan sebagai konsentrasi dari substansi yang dapat meredam 50% aktivitas DPPH. Parameter IC 50 menunjukkan bahwa semakin tinggi aktivitas antioksidan, maka semakin rendah nilai IC 50 (14) . Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan yang sangat kuat apabila nilai IC 50 kurang dari 50 g/ml, kuat apabila nilai IC 50 50-100 g/ml, sedang apabila nilai IC 50 100-150 g/ml, dan lemah bila nilai IC 50 antara 150-200 g/ml (13). Berdasarkan hasil pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak metanol, etanol dan aseton berturut-turut adalah 47,15 g/ml; 23,32 g/ml dan 14,49 g/ml. Aktivitas antioksidan yang paling tertinggi terdapat pada ekstrak aseton yaitu 14,49 g/ml. Sedangkan aktivitas antioksidan yang paling lemah terdapat pada ekstrak metanol yaitu 47,39 g/ml. Angka ini menunjukkan bahwa ekstrak aseton memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar dari pada ekstrak metanol dan ekstrak etanol pada konsentrasi yang sama.
Gambar 8. IC 50 penangkalan radikal bebas DPPH Selanjutnya dari aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji lanjutan Duncan. Hasil pengolahan statistik data hasil pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Data hasil pengolahan analisis ragam menunjukkan bahwa nilai signifikan sampel adalah 0,000<0,05. Nilai signifikansi tersebut menunjukkan bahwa pada selang kepercayaan 95%, sampel ekstrak beras ketan hitam yang diuji berbeda nyata. Data hasil pengolahan dengan uji lanjutan Duncan (lampiran V) menunjukkan bahwa keempat sampel terbagi dalam empat subset. Hal ini berarti aktivitas antioksidan vitamin C berbeda nyata dengan ekstrak aseton, ekstrak etanol serta ekstrak metanol. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak aseton memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi dalam penangkapan radikal bebas DPPH 47,15 23,32 14,49 7,11 0 10 20 30 40 50 60 ekstrak metanol ekstrak etanol ekstrak aseton Vitamin C 10
dan ekstrak metanol memiliki aktivitas yang paling rendah diantara semua ekstrak. Meskipun demikian, aktivitas ekstrak aseton masih lebih rendah dengan signifikansi p<0,01 dibandingkan dengan vitamin C. Ekstrak aseton menunjukkan aktivitas antioksidan yang paling tinggi padahal kandungan antosianinnya paling rendah. Berdasarkan hasil analisis korelasi dengan metode pearson antara kadar antosianin dengan nilai IC 50 penangkapan radikal bebas DPPH menunjukkan perbedaan nyata dengan nilai r=0,901 (p<0,001) di mana, semakin tinggi kadar antosianin suatu ekstrak maka makin tinggi pula nila IC 50 nya. Dengan kata lain aktivitasnya semakin rendah. Hal ini diduga oleh adanya senyawa lain selain antosianin pada ekstrak aseton yang ikut terekstraksi dan diduga senyawa tersebut adalah gamma oryzanol (-oryzanol). Gamma oryzanol (-oryzanol) adalah suatu senyawa yang terkandung dalam minyak beras yang memiliki aktivitas antioksidan yang kuat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Panita B, dkk (2006) -oryzanol ini banyak terkandung pada minyak beras ketan hitam dibandingkan pada beras putih (15).
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN IV. 1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa jenis ekstrak beras ketan hitam berpengaruh sangat nyata terhadap aktivitas peningkatan radikal bebas DPPH dengan nilai IC 50 ekstrak metanol, ekstrak etanol dan ekstrak aseton adalah 47,15 g/ml, 23,32 g/ml dan 14,49 g/ml. IV. 2 Saran Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang senyawa aktif antioksidan pada ekstrak aseton.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Damardjati, D. S. Struktur dan Komposisi Kimia Beras. Fakultas Pasca Sarjana. IPB, Bogor. 1980.
2. Tananuwong, K. dan Tewaruth W. Extraction and application of antioxidants from black glutinous rice LWT. Food Sci. Technol. 2010. 476
3. Hanum, T. Ekstraksi dan Stabilitas Zat Pewarna Alami dari Katul Beras Ketan Hitam (Oryza sativa glutinosa). Buletin Teknologi dan Industri Pangan, Vol. XI, 1. Universitas Bandar Lampung. 2000.
4. Ronald, E.W and Terry, E.A. Handbook Food Analitycal Chemistry : Extraction, Isolation and Purification of Anthocyanins. John Wiley and Sons, Inc. 2001.
5. Chang, L., Huang, S.C. and Duh, P.D. Antioxidant activity of sesame coat. Food Chemistry. 2002
6. Wu, D and Cederbaum, A.I. Alcohol, Oxidative Stress, and Free Radical Damage. Alcohol Research and Health. 2003. Vol. 27 No. 4. 278.
7. Miller, A.L. Antioxidant flavonoids : structure, function and clinical usage. Alt Med. 1996. 103-111.
8. Marxen, K., Vanselow, K.H., Lippemeier, S., Hintze, R., Ruser, A., and Hansen, U.P. Determination of DPPH radical oxidation caused by methanolic extracts of some microalgal species by linear regression analysis of spectrophotometric measurements. Sensors 7. 2007. 2080-2091.
9. Giusti, M and Wrolstad, R.E. Characterization and Measuement of Anthocyanins by UV-Visible Spectroscopy. Oregon State Unuversity. 2001.
10. Shipp, J., dan Abdel-Aal, E.M., Food Applications and Physiological Effects of Anthocyanins as Functional Food Ingredients. The Open Food Science Journal. 2010.4. Hal. 7-22.
11. Harborne, J.B., Phytochemical Methods: A Guide to Modern techniques of Plant. London : Chapman and Hall. 1998. 12
12. Giusti, M., dan Wrolstad, R.E., Characterization and Measuement of Anthocyanins by UV-Visible Spectroscopy. Oregon State University. 2001. 13. Molyneux, P., The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. Journal Science Technology. 2004. 26(2). Hal. 211-219.
14. Suhartono, E., Triawanti., Setiawan, B., Firdaus, T.R., dan Sari, M.P., Peran Rebusan Daun Tapak Dara (Catharanthus roseus L. G.Don) Sebagai Antioksidan dalam Menghambat Fotooksidasi Cairan Nutrisi parenteral Glukosa. Majalah Obat Tradisional, 2004, Vol : 9. hal. 21-25.
15. Boonsit, P., Karlade, D., dan Phongpiacan, C., Gamma Oryzanol Content in Purple Rice Thailand Local Genotype. Prosperity and Poverty in a Globalized WorkdChallenges for Angricultural Research. 2006. 1-4.
13
LAMPIRAN
Lampiran 1. Penyiapan Sampel
Skema Kerja Penetapan Kadar Total Antosianin
Dikeringkan dalam oven suhu 40C selama 2 jam dan diblender. Ditimbang sebanyak 25 gram Diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol+ HCl 0,01%, etanol + HCl 0,01% dan aseton + HCl 0,01% selama 1 x 24 jam. Di remaserasi 4-5 kali Dirotavapor dengan suhu 50C Beras Ketan Hitam (Oryza sativa Linn. var glutinosa) Serbuk beras ketan hitam
Ekstrak cair Ekstrak Metanol Kering Ekstrak Etanol Kering Ekstrak Aseton Kering !" !" !" Hasil - Pengukuran Kadar Antosianin - Pengujian Antioksidan Pembahasan dan Kesimpulan Ekstrak - Dilarutkan ekstrak dalam dapar KCl pH1 - Ditentukan panjang gelombang maksimum dengan spektrofotometer dan faktor pengenceran (Fp= 50) pH 1 pH 4,5 Sampel dilarutkan dalam dapar KCl pH 1 Sampel dilarutkan dalam dapar Na-asetat pH 4,5 Didiamkan 15 menit Didiamkan 5 menit Absorbansi Absorbansi diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 509 nm dan 700 nm Kadar Total Antosianin 14
Pengujian antioksidan
Lampiran II. Perhitungan Rendamen Ekstrak Table 4. Data Penimbangan Bobot Sampel dan Ekstrak No. Jenis Ekstraksi Bobot Sampel (g) Hasil Ekstraksi (g) Rendamen (%b/b) 1 Metanol-Asam 25,0040 0,5725 2,29 25,0046 25,0032 2 Alkohol-Asam 25,0031 0,5625 2,25 25,0051 25,0022 3 Aseton-Asam 25,0051 0,6725 2,69 25,0036 25,0055 Perhitungan rendamen ekstrak Renuamen = bcrot ckstrok bcrot sompcl x1uu% = 0,5725 25,0039 x1uu% = 2,29
Ekstrak sebanyak 1 mg dilarutkan dalam 10 ml metanol absolute Ekstrak Metanol, Etanol dan Aseton BKH Larutan stok ekstrak Larutan ektsrak 10, 20, 30, 40 dan 50 bpj Ditambahkan DPPH 75 l Diinkubasi pada suhu 37C selama 30 menit Di ukur absorbansi dengan Elisa Reader (515 nm) Mikroplate Hasil Pembanding Vitamin C Larutan pembanding 2,5, 5, 7,5, 10 dan 12,5 bpj
99 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 7,33 7,37 7,41 7,46 7,51 7,58 7,66 7,75 7,88 8,09 Sumber : (Soekardjo, B. Siswandono. 1995. Prinsip-prinsip Rancangan Obat).
21
Lampiran V. Data Statistik Oneway
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Descriptives IC50 DPPH 5 23,3260 2,84955 1,27436 19,7878 26,8642 18,83 26,60 5 47,1500 1,26537 ,56589 45,5788 48,7212 45,49 48,75 5 14,4980 ,29141 ,13032 14,1362 14,8598 14,22 14,99 5 7,1108 ,20075 ,08978 6,8615 7,3601 6,93 7,38 20 23,0212 15,52549 3,47160 15,7550 30,2874 6,93 48,75 ekstrak etanol ekstrak metanol ekstrak aseton Vitamin C Total N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum ANOVA IC50 DPPH 4540,388 3 1513,463 614,835 ,000 39,385 16 2,462 4579,774 19 Between Groups Within Groups Total Sum of Squares df Mean Square F Sig. IC50 DPPH 5 7,1108 5 14,4980 5 23,3260 5 47,1500 1,000 1,000 1,000 1,000 Kelompok Vitamin C ekstrak aseton ekstrak etanol ekstrak metanol Sig. Duncan a N 1 2 3 4 Subset for alpha = .05 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000. a. 22
Correlations
Antosianin Total DPPHx Antosianin Total Pearson Correlation 1 .901 **
Sig. (2-tailed)
.001 N 9 9 DPPHx Pearson Correlation .901 ** 1 Sig. (2-tailed) .001
N 9 9 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran VI. Gambar
Gambar 3.Foto Beras Ketan Hitam Gambar 4. Foto Ekstrak BKH yang dilarutkan
Gambar 5. Foto Mikrowell Plate Gambar 6. Foto Elisa Reader 23
Lampiran VII. Bukti Determinasi Sampel Beras Ketan Hitam