You are on page 1of 9

1

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI


PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS X SMA
Reza Febriansyah, Edy Y, Asep N
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan
Email : rezabhalank@yahoo.co.id
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang
dialami siswa kelas X di SMA Negeri 2 Singkawang dalam memahami materi
persamaan linear dua variabel dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
terjadinya kesulitan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan bentuk studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah
6 siswa kelas X D yang dipilih secara acak. Alat pengumpul data yang digunakan
ialah tes tertulis yang berbentuk essay dan pedoman wawancara. Dari analisis data
diketahui kesulitan dan faktor penyebab kesulitan yang dialami siswa. Kesulitan
tersebut meliputi kesulitan menyatakan pengertian persamaan linear dua variabel,
kesulitan mengidentifikasi variabel, kesulitan mengidentifikasi koefisien,
kesulitan mengklasifikasikan contoh dan bukan contoh, kesulitan menentukan
penyelesaian, kesulitan menentukan himpunan penyelesaian, dan kesulitan
menggambarkan grafik. Faktor penyebab diantaranya tidak menguasai konsep
PLDV, tidak mengetahui langkah-langkah dalam menentukan penyelesaian dan
menggambarkan grafik serta tidak menguasai konsep himpunan penyelesaian
PLDV.
Kata kunci: Analisis Kesulitan, Faktor Penyebab
Abstract: This research aims to determine of students difficulties in grade X SMA
Negeri 2 Singkawang in understanding linear equations in two variables and what
are factors that cause difficulties. The reseach method that use is a descriptive
method the form of case studies. The study subjects were six random students of
class X D. Data collectors that use were form of written test and interview guide.
The results of data analysis known difficulties and factors that cause students
difficulties. That difficulties include difficulty stating the meaning of linear
equations in two variables, difficulty identifying the variable, difficulty
identifying the coefficient, difficulty classifying examples and not examples,
difficulty determining the solution, difficulty determining the set of solutions, and
difficulty drawing graphs. The causes of which have not mastered the linear
equations in two variables concept, do not know the steps in determining solutions
and drawing graphs, and not mastered the set of solutions concept of linear
equations in two variables.
Keywords: Difficulty Analysis, Cause Factors,
2
embelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan memberdayakan semua potensi
untuk meningkatkan pemahaman terhadap konsep dan prinsip dalam kajian
ilmu termasuk matematika. Dengan kata lain pemahaman merupakan hasil dari
pengalaman belajar yang dilalui oleh seseorang dimana seseorang. Menurut
Ernawati (dalam Amaliyanti, 2013) yang menyatakan bahwa pemahaman
merupakan kemampuan untuk menangkap informasi serta mampu
mengungkapkannya kembali dengan benar. Qohar (2011: 28) berpendapat bahwa
pemahaman terhadap matematika dapat diukur melalui kemampuan siswa dalam
menyelesaikan persoalan matematika. Dari pendapat tersebut, siswa dikatakan
memahami materi matematika yang mereka pelajari apabila mampu
menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan materi tersebut secara
benar.
Dalam praktiknya pembelajaran tidak selalu berhasil dikarenakan berbagai
hambatan. Hambatan-hambatan tersebut yang membuat kurang optimalnya
informasi yang diserap siswa diistilahkan dengan kesulitan belajar. Widdiharto
(2008:6) mengungkapkan bahwa kesulitan belajar dapat dialami oleh siswa dari
kelompok kemampuan tinggi, rata-rata, dan bawah. Pendapat tersebut
menegaskan bahwa tidak hanya siswa berkemampuan rendah saja yang
mengalami kesulitan dalam memahami suatu materi, tetapi siswa bekemampuan
rata-rata dan atas juga bisa mengalami kesulitan yang ditandai dengan
ketidakmampuan siswa menyelesaikan soal-soal dengan benar.
Indikator-indikator kesulitan memahami matematika menurut Cooney
(dalam Yusmin 1996: 18-19) meliputi kesulitan menggunakan konsep yang terdiri
dari :
a. Ketidakmampuan untuk mengingat nama-nama secara teknis
b. Ketidakmampuan untuk menyatakan arti dari istilah yang mewakili konsep
tertentu
c. Ketidakmampuan untuk mengingat satu kondisi atau lebih yang diperlukan
bagi suatu objek untuk dinyatakan dengan istilah yang mewakilinya
d. Tidak dapat mengelompokkan objek sebagai contoh-contoh dari objek
yang bukan contohnya
e. Ketidakmampuan menyimpulkan informasi dari suatu konsep yang
diberikan
Sedangkan wujud dari kesulitan siswa dalam menggunakan prinsip menurut
Cooney terdiri dari:
a. Tidak mampu melakukan kegiatan penemuan tentang sesuatu dan tidak
teliti dalam perhitungan dan operasi aljabar
b. Tidak mampu untuk menentukan faktor relevan dan akibatnya tidak
mampu mengabstraksikan pola-pola
c. Siswa dapat menyatakan suatu prinsip tetapi tidak dapat mengutarakan
artinya, dan tidak dapat menerapkan prinsip tersebut.
Matematika di kelas X SMA terdiri dari berbagai materi salah satunya
adalah Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV). Pada dasarnya materi ini
memiliki peluang lebih besar untuk dipahami oleh siswa karena sudah mereka
pelajari sejak SMP. Harapan bahwa materi tersebut dikuasai dengan baik masih
P
3
belum tercapai sebab berdasarkan data ulangan harian dari angkatan sebelumnya
dimana pada salah satu kelas yang berjumlah 33 siswa hanya 2 diantaranya yang
memperoleh skor diatas kriteria ketuntasan. Angka tersebut masih jauh dari
harapan dimana secara persentase siswa yang tuntas hanya sebesar 6%.
Sedangkan Djamarah (2010:107) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan
berhasil apabila seluruhnya tuntas atau sekurang-kurangnya sebesar 75%.
Pengambilan data dari angkatan sebelumnya dikarenakan subjek yang akan diteliti
belum mempelajari materi PLDV dan berdasarkan data tersebut memungkinkan
jika subjek yang akan diteliti juga mengalami kesulitan seperti yang dialami
angkatan sebelumnya.
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa disebabkan oleh berbagai hal.
Secara garis besar Syah (2012: 184) mengelompokkan faktor kesulitan belajar
terdiri atas dua macam yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) dan luar diri
siswa (ekternal). Dari segi internal salah satunya ialah intelektual siswa. Pendapat
yang senada diungkapkan oleh Slameto (2010: 55) bahwa salah satu penyebab
yang mempengaruhi belajar siswa dari segi internal adalah intelegensi. Meskipun
bukan satu-satunya hal penyebab kesulitan siswa, tetapi menurut Syah dan
Slameto intelektual sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.
Widdiharto (2008: 5) menyatakan bahwa untuk mengatasi kesulitan belajar perlu
diketahui apa yang menyebabkan terjadinya kesulitan tersebut. Sehingga dapat
dilakukan upaya yang tepat untuk meminimalkan kesulitan yang dialami oleh
siswa.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Menurut Arikunto (2010: 3) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala
saat penelitian dilakukan.
Bentuk penelitian ialah studi kasus. Nawawi (2005: 74) menjelaskan yang
dimaksud penelitian studi kasus adalah penelitian yang menempatkan suatu objek
yang diteliti sebagai kasus. Adapun studi kasus yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah meneliti secara intensif tentang kesulitan yang dialami siswa dalam
memahami materi PLDV disertai dengan penyelidikan terhadap berbagai
penyebab yang mempengaruhi terjadinya kesulitan tersebut.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X D SMA N 2 Singkawang.
Seluruh siswa dalam kelas tersebut diberikan tes tertulis. Mengingat peneliti
melakukan penyelidikan yang sangat intensif, maka peneliti merasa perlu untuk
membatasi kasus dalam penelitian sehingga hanya sejumlah kecil yang mewakili
kelas tersebut untuk diselidiki. Sebelumnya guru mengelompokkan siswa
berdasarkan kemampuan yaitu kelompok atas, sedang dan bawah. Kemudian
dipilih 2 siswa secara acak dari setiap kelompok sehingga terpilih 6 siswa terpilih
yang menjadi subjek penelitian.
Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan penutup.
4
Perencanaan
Tahap-tahap dalam perencanaan antara lain: (1) Melakukan wawancara terhadap
salah satu guru bidang studi matematika SMA Negeri 2 Singkawang; (2)
Menyusun kisi-kisi soal; (3) Menyusun soal tes; (4) Menyusun alternatif jawaban;
(5) Menyusun pedoman telaah butir soal; (6) Menyusun pedoman wawancara
tidak terstruktur; (7) Validasi instrumen penelitian; (8) Merevisi instrumen
penelitian; (9) Menentukan waktu pelaksanaan penelitian.
Pelaksanaan
Tahap-tahap pelaksanaan meliputi: (1) Memberikan tes; (2) Pemilihan subjek
penelitian; (3) Wawancara terhadap subjek.
Penutup
Tahap akhir/penutup meliputi: (1) Mendeskripsikan hasil penelitian; (2) Menarik
kesimpulan; (3) Pelaporan penelitian.
Teknik pengumpul data dalam penelitian ini adalah teknik pengukuran dan
komunikasi langsung berupa wawancara berdasarkan pedoman wawancara.
Teknik pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tertulis yang
berkaitan dengan materi persamaan linear dua variabel. Sedangkan alat
pengumpul data yang digunakan ialah instrumen berupa tes berbentuk essay dan
pedoman wawancara tidak terstruktur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Singkawang yang terdiri dari
dua tahap. Tes diberikan kepada seluruh siswa kelas X D yang berjumlah 29
siswa. Dari 29 dipilih 6 siswa secara acak sebagai subjek penelitian yang masing-
masing 2 siswa dari kelompok kemampuan atas, rata-rata(sedang), dan bawah.
Subjek tersebut ialah KHR, NGS, IRC, AKD, OFN dan EV.
Dari hasil penelitian menunjukkan berbagai kesulitan yang dialami oleh
siswa dalam memahami materi persamaan linear dua variabel. Kesulitan yang
dialami oleh KHR meliputi: kesulitan menyatakan pengertian persamaan linear
dua variabel; kesulitan mengidentifikasi variabel; kesulitan mengidentifikasi
koefisien dan kesulitan mengklasifikasikan contoh dan bukan contoh PLDV.
Kesulitan yang dialami NGS ialah kesulitan mengidentifikasi koefisien dan
kesulitan menggambarkan grafik himpunan penyelesaian PLDV. IRC mengalami
kesulitan diantaranya: kesulitan menyatakan pengertian PLDV; kesulitan
mengidentifikasi koefisien; kesulitan mengklasifikasi contoh dan bukan contoh
PLDV; kesulitan menentukan himpunan penyelesaian PLDV dan kesulitan
menggambarkan grafik himpunan penyelesaian PLDV. Sedangkan kesulitan yang
dialami oleh OFN meliputi: kesulitan mengidentifikasi variabel; kesulitan
mengidentifikasi koefisien; kesulitan mengklasifikasi contoh dan bukan contoh
PLDV; kesulitan menentukan penyelesaian PLDV; kesulitan menentukan
himpunan penyelesaian PLDV dan kesulitan menggambarkan himpunan
penyelesaian PLDV. Subjek terakhir yaitu EV mengalami kesulitan diantaranya:
kesulitan menyatakan pengertian PLDV; kesulitan mengidentifikasi koefisien;
kesulitan contoh dan bukan contoh PLDV; kesulitan menentukan penyelesaian
5
PLDV; kesulitan menentukan himpunan penyelesaian PLDV serta kesulitan
menggambarkan grafik himpunan penyelesaian PLDV. Kesulitan yang dialami
seluruh objek ditampilkan dalam tabel berikut:
Tabel 1
Kesulitan yang dialami oleh seluruh subjek
Kesulitan Subjek yang mengalami
Kesulitan menyatakan pengertian PLDV KHR, IRC, AKD, EV
Kesulitan mengidentifikasi variabel KHR, OFN
Kesulitan mengidentifikasi koefisien KHR, NGS, IRC, AKD, OFN, EV
Kesulitan mengklasifikasi contoh dan
bukan contoh PLDV
KHR, IRC, AKD, OFN, EV
Kesulitan menentukan penyelesaian PLDV AKD, OFN, EV
Kesulitan menentukan himpunan
penyelesaian PLDV
IRC, AKD, OFN, EV
Kesulitan menggambarkan grafik NGS, IRC, AKD, OFN, EV
Kesulitan yang dialami oleh siswa disebabkan oleh berbagai hal. Dari hasil
wawancara diperoleh penyebab-penyebab kesulitan yang dialami oleh subjek.
Penyebab kesulitan tersebut ditampilkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2
Penyebab kesulitan seluruh subjek
Kesulitan Penyebab
Kesulitan menyatakan pengertian
PLDV
Tidak menguasai konsep PLDV
Kesulitan mengidentifikasi variabel Tidak mengerti dengan istilah variabel
Tidak mengetahui jika pangkat variabel
tidak ikut dicantumkan dalam
mengidentifikasi variabel
Kesulitan mengidentifikasi koefisien Tidak mengerti dengan istilah koefisien
Tidak mengetahui bahwa koefisien
yang bernilai 1 tidak dituliskan secara
eksplisit
Tidak mengetahui bahwa koefisien
tidak selalu bernilai positif
Kesulitan mengklasifikasi contoh
dan bukan contoh PLDV
Tidak menguasai konsep PLDV
Tidak mengetahui bahwa variabel
PLDV tidak selalu x dan y
Kesulitan menentukan penyelesaian
PLDV
Tidak menguasai prosedur untuk
menentukan penyelesaian
Kurang menguasai keterampilan
berhitung
Kesulitan menentukan himpunan Tidak menguasai konsep himpunan
6
penyelesaian PLDV penyelesaian
Kesulitan menggambarkan grafik Tidak menguasai prosedur untuk
menggambarkan grafik pada bidang
Kartesius.
Tidak mengetahui bahwa penyelesaian
direpresentasikan menjadi titik, bukan
garis lurus
Kurang menguasai cara memasangkan
titik pada bidang Kartesius
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa siswa kelas X SMA Negeri 2
Singkawang masih mengalami kesulitan dalam memahami materi persamaan
linear dua variabel. Kesulitan yang dimaksudkan dalam penelitian ini dilihat dari
kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal terkait materi persamaan
linear dua variabel. Selanjutnya dari kesalahan tersebut diperdalam lagi melalui
wawancara sebagai langkah verifikasi apakah siswa benar-benar mangalami
kesulitan atau hanya tidak. Cooney menyatakan bahwa kesulitan menggunakan
konsep matematika ditandai oleh ketidakmampuan untuk menyatakan arti dari
suatu konsep tertentu. Hasil yang diperoleh sejalan dengan pendapat tersebut,
dimana pengertian PLDV yang dinyatakan siswa masih belum tepat. Siswa juga
tidak mengetahui seperti apa bentuk umum dan syarat-syarat yang ada dalam
konsep PLDV. Sebagaimana pendapat Widdiharto (2008: 15) yang menyatakan
kesulitan dalam matematika ditandai oleh tidak mengingat satu syarat atau lebih
dari suatu konsep. Temuan tersebut menunjukkan bahwa siswa masih mengalami
kesulitan untuk menyatakan pengertian PLDV. Penyebab kesulitan tersebut ialah
tidak dikuasainya konsep PLDV oleh siswa, terlebih lagi jika hanya membaca
tanpa memaknai artinya. Hal tersebut tentu menyulitkan siswa untuk
mengungkapkannya kembali.
Siswa juga masih kesulitan dalam mengidentifikasi variabel yang terdapat
pada persamaan yang disajikan. Kesulitan tersebut dikarenakan siswa tidak
mengetahui bahwa dalam mengidentifikasi variabel, pangkat dari variabel tersebut
tidak perlu dituliskan seperti yang dilakukan KHR. Namun untuk variabel yang
berpangkat satu sudah dinyatakan dengan benar oleh KHR. Berbeda dengan KHR,
OFN tidak mengerti sama sekali dengan istilah variabel sehingga ia melakukan
kesalahan dalam mengidentifikasi variabel pada persamaan yang disajikan.
Mengidentifikasi koefisien pada persamaan juga merupakan suatu
kesulitan yang dialami oleh siswa. Terdapat tiga penyebab utama yang
menyebabkan siswa kesulitan dalam mengidentifikasi koefisien pada persamaan.
Penyebab yang pertama adalah siswa tidak mengetahui bahwa koefisien yang
bernilai 1 tidak dituliskan secara eksplisit, dimana siswa hanya terfokus dalam
pada bilangan yang ada di depan variabel dan menganggap suatu variabel tidak
memiliki koefisien ketika tidak ada bilangan di depannya. Penyebab kedua dari
kesulitan menentukan koefisien ini adalah siswa tidak mengetahui bahwa
koefisien bisa bernilai positif maupun negatif. Akibatnya semua koefisien yang
dinyatakan siswa semuanya bernilai positif. Penyebab lainnya adalah siswa tidak
7
mengerti dengan istilah koefisien, akibatnya koefisien yang dinyatakan juga
kurang tepat.
Cooney menyatakan kesulitan dalam metematika salah satunya ditandai
dengan ketidakmampuan mengklasifikasi objek yang menjadi contoh dan objek
yang bukan contoh. Kesulitan dalam mengklasifikasikan contoh dan bukan contoh
PLDV sebagaimana pendapat Cooney tersebut dialami pula oleh siswa. Diketahui
bahwa yang melatarbelakangi kesulitan tersebut bahwa siswa tidak menguasai
konsep PLDV, sehingga siswa kesulitan untuk menentukan mana persamaan yang
termasuk contoh dan bukan contohnya. Penyebab lainnya adalah siswa tidak
mengetahui bahwa variabel pada PLDV tidak harus x dan y sehingga siswa
melakukan kekeliruan dalam mengklasifikasi seperti yang dilakukan oleh siswa
KHR. Sehingga penanaman konsep PLDV hendaknya menjadi sasaran yang
benar-benar dipahami oleh siswa.
Menentukan penyelesaian juga menjadi kendala bagi siswa dalam
mempelajari PLDV. Suatu penyelesaian merupakan pasangan bilangan yang
memenuhi PLDV. Untuk menentukan pasangan bilangan yang dimaksud tentu
memerlukan suatu prosedur/langkah-langkah logis yang harus ditempuh. Seperti
dengan memisalkan salah satu variabel dengan sebuah bilangan anggota bilangan
riil, kemudian menghitung nilai variabel lainnya dengan substitusi bilangan yang
dimisalkan. Tidak dikuasainya prosedur/langkah-langkah seperti itu menjadi
penyebab kesulitan siswa dalam menentukan penyelesaian dari suatu PLDV.
Kurangnya keterampilan berhitung siswa juga menjadi penyebab kesulitan dalam
menentukan penyelesaian. Seperti kasus pada siswa AKD, ditemukan kesalahan
dasar seperti 3 3y = 9 yang sedemikian sehingga 3y = 9 3. Hal tersebut tidak
logis karena yang semestinya 3 3y = 9 sedemikian sehingga 3y = 9 3.
Kesalahan tersebut tentu berujung pada penyelesaian yang tidak tepat. Dari
gambaran tersebut dapat disimpulkan siswa mengalami kesulitan dalam
menentukan penyelesaian PLDV, seperti yang diungkapkan Widdiharto (2008:
16) bahwa kesulitan dalam matematika ditandai dengan ketidakterampilan dalam
kalkulasi dan kesalahan prosedur dan tergolong dalam kesulitan menggunakan
prinsip.
Temuan yang selanjutnya menunjukkan bahwa siswa juga masih kesulitan
menentukan himpunan penyelesaian PLDV. Penyebab kesulitan tersebut adalah
siswa tidak menguasai konsep himpunan penyelesaian. Himpunan penyelesaian
menurut versi siswa cukup satu penyelesaian yang dituliskan dalam tanda kurung
kurawal. Akibatnya siswa hanya menentukan satu penyelesaian, belum semua
penyelesaian dimana pada kasus ini himpunan penyelesaian yang dimaksud terdiri
dari 3 penyelesaian. Dari temuan tersebut kesulitan yang dialami siswa dapat
digolongkan kedalam kesulitan menggunakan konsep yaitu konsep himpunan
penyelesaian yang diartikan sebagai himpunan yang anggotanya terdiri dari semua
penyelesaian.
Suatu penyelesaian PLDV dapat direpresentasikan menjadi titik sedangkan
garis lurus merupakan representasi dari himpunan penyelesaian pada bidang
koordinat Kartesius. Temuan yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa tidak
mengetahui hal tersebut, terlihat dari satu penyelesaian misalkan (a,b) yang
direpresentasikan menjadi sebuah garis lurus. Siswa meletakkan nilai a pada
8
sumbu x dan b pada sumbu y kemudian menghubungkannya dengan sebuah garis
lurus. Penelusuran dalam wawancara juga ditemukan bahwa siswa tidak
menguasai cara memasangkan sebuah titik pada bidang koordinat Kartesius.
Informasi lain yang diperoleh adalah siswa tidak mengetahui langkah-
langkah/prosedur apa saja yang harus ditempuh untuk menggambar grafik. EV
dan OFN misalnya mengakui tidak tahu sama sekali apa saja yang harus
dilakukan untuk menggambar grafik yang dimaksud. Tidak seperti empat siswa
lain, terlihat dari lembar jawaban mereka tidak menggambarkan apapun termasuk
sekedar sumbu x dan y pembentuk bidang koordinat Kartesius. Pengetahuan dasar
sangat diperlukan agar menunjang pengetahuan berikutnya yang lebih sulit seperti
yang diungkapkan oleh Gagne (dalam Widdiharto, 2008: 12). Memasangkan
sebuah titik pada bidang koordinat Kartesius merupakan pengetahuan dasar yang
harusnya sudah tidak menjadi kendala pada materi ini.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa masih mengalami
beberapa kesulitan dalam memahami materi PLDV. Kesulitan tersebut tidak
hanya dialami oleh siswa berkemampuan rendah. Siswa yang dikategorikan
memiliki kemampuan diatas rata-rata juga turut mengalami kesulitan,
sebagaimana diungkapkan oleh Widdiharto (2008: 6) bahwa kesulitan belajar
dapat dialami oleh semua tingkat kemampuan. Faktor-faktor penyebab kesulitan
tersebut juga sangat beragam sehingga dengan diketahuinya penyebab tersebut
dapat ditentukan pula langkah-langkah tepat untuk meminimalkan kesulitan yang
dialami siswa.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan (1)
terdapat beberapa kesulitan yang lialami memahami materi persamaan linear dua
variabel (PLDV) di kelas X SMA Negeri 2 Singkawang. Kesulitan tersebut
meliputi kesulitan menyatakan pengertian PLDV, kesulitan mengidentifikasi
variabel, kesulitan mengidentifikasi koefisien, kesulitan mengklasifikasikan
contoh dan bukan contoh, kesulitan menentukan penyelesaian, kesulitan
menentukan himpunan penyelesaian, dan kesulitan menggambarkan grafik
himpunan penyelesaian pada bidang Kartesius. (2) Kesulitan yang dialami siswa
disebabkan beberapa faktor diantaranya tidak menguasai konsep PLDV, tidak
mengetahui bahwa pangkat variabel tidak diperhatikan dalam mengidentifikasi
variabel, tidak mengetahui koefisien yang bernilai satu tidak dituliskan secara
eksplisit, tidak mengerti dengan istilah variabel, tidak mengetahui bahwa
koefisien dari suatu variabel tidak selalu bernilai positif, tidak mengerti dengan
istilah koefisien, tidak mengetahui bahwa variabel pada PLDV tidak selalu x dan
y, kurang menguasai keterampilan berhitung, tidak menguasai prosedur/langkah-
langkah untuk menentukan penyelesaian, tidak menguasai konsep himpunan
penyelesaian PLDV, tidak mengetahui bahwa penyelesaian PLDV
direpresentasikan menjadi sebuah titik pada bidang koordinat Kartesius, kurang
menguasai cara memasangkan suatu titik pada bidang koordinat Kartesius, dan
9
tidak mengetahui prosedur/langkah untuk menggambarkan grafik pada bidang
koordinat Kartesius.
Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian dan kelemahan-
kelemahan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1)
Faktor penyebab kesulitan siswa dalam memahami materi PLDV hendaknya
menjadi masukan bagi guru matematika di SMA Negeri 2 Singkawang untuk
mengadakan perbaikan pembelajaran terutama pada materi PLDV sehingga
kesulitan siswa dapat diminimalkan. (2) Disarankan kepada peneliti lain yang
tertarik untuk melakukan penelitian serupa agar melakukan uji coba soal sehingga
diketahui tingkat kesukaran dari masing-masing soal dan merevisi atau mengganti
soal yang tergolong sukar menjadi lebih mudah, serta merancang menjadi lebih
bervariasi dengan menyisipkan persamaan linear dua variabel yang tidak
berbentuk umum. (3) Disarankan kepada peneliti lain yang tertarik melakukan
penelitian serupa agar melatih keterampilan mewawancara agar informasi tentang
faktor penyebab dapat ditelusuri lebih dalam lagi.
DAFTAR RUJUKAN
Amaliyanti. 2013. Pemahaman Siswa dalam Proses Belajar, (Online),
(http://cirukem.org/pendidikan-cirukem/penelitian/,diakses 10 Mei 2013)
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta
Djamarah, S.B dan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Nawawi, Hadari. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Qohar, Abd. 2010. Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan
Kemampuan Matematis serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa
SMP Melalui Reciprocal Teaching. Desertasi. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rieneka
Cipta.
Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press
Widdiharto, Rachmadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan
Alternatif Proses Remidinya. Jakarta: Depdiknas
Yusmin, Edy. 1996. Kesulitan Siswa dalam Mempelajari Objek Belajar
Matematika. Pontianak: Univertitas Tanjungpura

You might also like