You are on page 1of 50

BAB IV

ANALISA DATA SABO DAM DAN BENDUNG

4.1. ANALISA DATA SABO DAM


4.1.1. Peta Topografi Wilayah Perencanaan
4.1.1.1. Data Peta Topografi
Secara garis besar situasi topografi Gunung Merapi terletak 30 km
sebelah utara Yogyakarta dengan elevasi puncak 2965 m di atas permukaan laut.
Bagian puncak mempunyai kemiringan yang sangat terjal membentuk lembahlembah yang curam serta alur-alur sungai yang dalam.
Secara umum berdasarkan ketinggian, morfologis daerah lereng barat dan
barat daya Gunung Merapi dapat dibedakan menjadi tiga daerah, yaitu daerah
hulu atas, daerah hulu tengah dan daerah hulu bawah. Secara detail akan
dijelaskan sebagai berikut :
1. Daerah hulu atas
Daerah ini meliputi bagian di atas ketinggian 2000 m di atas permukaan laut
dengan kemiringan lereng antara 30o - 40o yang merupakan daerah produksi
material endapan dan tidak ada tumbuh-tumbuhan yang hidup. Sebagian besar
material tersebut turun mengalir ke arah barat dan barat daya bersama aliran
lahar sampai di daerah lereng bawah dan mengakibatkan kerusakan.
2. Daerah hulu tengah
Daerah ini mempunyai elevasi 500 m 2000 m di atas permukaan laut dan
sebagian besar daerah ini terancam bahaya awan panas yang bergerak
menyebar ke arah alur-alur sungai. Daerah ini merupakan perkampungan dan
ladang serta banyak endapan lepas akibat longsoran dan endapan dari banjir
lahar dingin (aliran debris ).
3. Daerah hulu bawah
Daerah ini meliputi bagian daerah di bawah ketinggian 500 m di atas
permukaan laut dengan kemiringan lereng antara 1o 4o, dimana merupakan
daerah dataran rendah dengan persawahan yang luas dan perkampungan yang

74

padat penduduk. Daerah ini banyak memiliki endapan material akibat


perubahan-perubahan alur banjir lahar dingin.
Dalam perencanaan sabo dam dan bendung ini digunakan peta topografi
dengan skala 1 : 25000 untuk mencari batas daerah aliran sungai (DAS) dan juga
untuk menentukan atau mencari lokasi bangunan pengendali sedimen dan
bendung yang tepat berdasarkan letak geografisnya dengan meninjau potongan
melintang dan memanjangnya dengan melihat pada data gambar yang ada.
4.1.1.2. Analisis Data Topografi
Berdasarkan peta topografi diketahui ketinggian Kali Putih terletak pada
ketinggian antara 350 m di atas permukaan air laut sampai dengan 1270 m di atas
permukaan air laut.

4.1.2. GEOMETRI SUNGAI


4.1.2.1. Data Geometri Sungai
Dari gambar potongan melintang Kali Putih dengan skala ( V = 1:100 ; H
= 1:100 ) dan potongan memanjang dengan skala ( V = 1:400 ; H = 1:2000 ) maka
dapat ditentukan lokasi bangunan yang sesuai. Kali Putih panjangnya + 15000 m.
4.1.2.2. Analisis Data Geometri Sungai
Dari data geometri sungai diketahui kemiringan dasar sungai rata-rata
adalah 6 %. Lokasi bangunan sabo dam dan bendung direncanakan terletak pada
potongan melintang yang memiliki kemiringan dasar sungai 4 % dengan elevasi
dasar sungai untuk bangunan bendung + 706,884 m sedangkan elevasi untuk
bangunan sabo dam + 708,643 m.

4.1.3. GEOLOGI SUNGAI


4.1.3.1. Data Geologi Sungai
Daerah Gunung Merapi mempunyai kondisi geologis yang dapat
dikelompokkan menjadi berbagai macam, antara lain :
1. Batuan dasar
Batuan dasar ini merupakan kelompok batuan yang meliputi batuan-batuan dan
endapan vulkanik yang mendasari batuan Gunung Merapi.
75

2. Teras sungai dan endapan-endapan yang terdapat di dasar sungai.


3. Hasil erupsi baru
Kelompok ini sebagian terdiri lava dan fragmen-fragmen piroklastik yang
berasal dari endapan Gunung Merapi sejak tahun 1888 dan lahar yang terjadi
sejak tahun 1930.
4. Hasil erupsi Gunung Merapi muda
Kelompok ini adalah endapan lahar dan lava akibat aktivitas Gunung Merapi
sebelum tahun 1930.
5. Hasil erupsi Gunung Merapi tua.
Hasil erupsi Gunung Merapi tua ini terdiri dari aliran lava Gunung Merapi tua,
batuan-batuan intrusif dan piroklastik.
4.1.3.2. Analisis Data Geologi Sungai
Berdasarkan data geologi, dapat diketahui bahwa daerah Gunung Merapi
mempunyai batuan dasar berupa kelompok batuan dan endapan vulkanik yang
mendasari batuan Gunung Merapi.

4.1.4. MEKANIKA TANAH


4.1.4.1. Data Mekanika Tanah
Data mekanika tanah yang digunakan adalah berdasarkan hasil boring
pada lokasi bangunan. Pengeboran dilakukan sampai kedalaman 20 m, dimana
lapisan tanahnya terdiri dari lapisan pasir batuan dengan diameter 1 cm pada
kedalaman 0 6,00 m, lapisan pasir batuan dengan diameter 2 cm pada
kedalaman 6,00 11,50 m dan lapisan pasir batuan dengan diameter 2,5 cm pada
kedalaman 11,50 20,00 m.
Secara umum lapisan tanah terdiri dari lapisan pasir. Parameter yang
didapat dari hasil penyelidikan tanah adalah sebagai berikut :
1. Spesific gravity (Gs)

= 2,745

2. Berat isi kering ( d)

= 1,68 gr/cm3

3. Kohesi (c)

= 0,08 kg/cm2

4. Sudut geser

= 34 o

5. Kadar air (w) optimum

= 17 %
76

= 0,90 x 10-2 m/det.

6. Permeabilitas
7. Analisis mekanis tanah

Nomor
Ayakan

Tabel 4.1. Analisa Ukuran Butiran


Diameter
Berat
% Tertahan
(mm)
tertahan
1,016
101,6
75,0

% Lolos
98,98

50,0

203,5

2,035

96,95

25,0

199,6

1,996

94,95

6,3

802,4

8,024

86,93

4,75

329,7

3,297

83,63

10

2,00

673,0

6,730

76,90

18

1,00

1980,2

19,802

57,09

20

0,85

571,4

5,714

51,38

30

0,600

1049,7

10,497

40,89

50

0,300

1629,7

16,297

24,59

100

0,150

920,6

9,206

15,38

200

0,075

398,4

3,984

11,4

dalam Tim Proyek Pengendalian Banjir Lahar Gunung Merapi Yogyakarta, 1988

4.1.4.2. Analisis Data Mekanika Tanah


Dari data mekanika tanah dimana tanah pada daerah tersebut merupakan
daerah dengan lapisan pasir maka diusahakan pondasi bangunan tidak terlalu
dalam (digunakan pondasi dangkal) sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak terlalu
sukar.

4.1.5. HIDROLOGI
4.1.5.1. Data Hidrologi
Daerah di sekitar Gunung Merapi mempunyai iklim tropis dan temperatur
antara 25 oC 30 oC dengan kelembaban udara 80 % pada musim hujan, 50 %
pada musim kemarau. Musim hujan berkisar antara bulan Oktober bulan April

77

dengan curah hujan rata-rata 1300 4000 mm/tahun, dimana 80 % hujan terjadi
pada musim hujan.
Dalam perencanaan bangunan sabo dam dan bendung digunakan data
curah hujan untuk menentukan besarnya debit air yang melewati alur Kali Putih.
Curah hujan di daerah aliran sungai ( DAS ) Kali Putih relatif tinggi. Data curah
hujan yang berpengaruh pada DAS Kali Putih terdiri dari beberapa stasiun, yaitu
tercantum pada Tabel 4.2.

No
1.
2.
3.

Tabel 4.2. Stasiun Yang Berpengaruh Pada DAS Kali Putih


Stasiun Hujan
Tahun Data
Babadan
Plawangan
Mranggen

1988 1997
1988 1997
1988 1997

Data curah hujan yang dipakai adalah data curah hujan harian selama 10
tahun. Peta letak Stasiun curah hujan Kali Putih untuk Stasiun Babadan, Stasiun
Plawangan dan Stasiun Mranggen disajikan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Stasiun curah hujan Gunung Merapi


78

4.1.5.2. Analisis Data Hidrologi


Analisa hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana pada
perencanaan bangunan air, dalam hal ini adalah bangunan pengendali sedimen
(sabo dam) dan bendung.
Pada tugas akhir ini, data yang digunakan untuk menentukan debit banjir
rencana adalah data curah hujan. Data curah hujan merupakan salah satu dari
beberapa data yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir
rencana.
Pada perencanaan dam penahan sedimen (sabo dam) dan bendung, data
curah hujan harian selama 10 tahun akan diolah menjadi data curah hujan rencana,
yang kemudian diolah lagi menjadi debit banjir rencana. Data curah hujan didapat
dari 3 buah stasiun yang terdekat dengan lokasi Kali Putih yang dianggap dapat
mewakili daerah aliran sungai Kali Putih. Stasiun-stasiun tersebut terletak kurang
lebih antara lain Stasiun Babadan ( + 1278 m ), Stasiun Plawangan ( +1275 m )
dan Stasiun Mranggen + 516 m.
Langkah-langkah dalam analisa hidrologi adalah sebagai berikut :
-

Menentukan daerah aliran sungai (DAS) beserta luasnya.

Menentukan luas pengaruh dari stasiun-stasiun penakar hujan yang mewakili


daerah aliran sungai Kali Putih.

Menentukan curah hujan maksimum tiap tahunnya dari data curah hujan yang
ada.

Menganalisa curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun.

Menghitung debit banjir rencana berdasarkan besarnya curah hujan rencana di


atas pada periode ulang T tahun.

4.1.5.2.1. Penentuan Daerah Aliran Sungai ( Catchment Area )


Dalam menentukan batas daerah aliran sungai, pada peta topografi ditarik
garis imajiner yang menghubungkan titik-titik yang memiliki elevasi kontur
tertinggi di sebelah kiri dan kanan sungai yang ditinjau. Di lapangan, batas
daerah aliran sungai tersebut berupa punggung-punggung bukit. Dari peta

79

topografi dengan skala 1 : 25.000 didapat luas daerah aliran sungai Kali Putih
sebesar 8,6875 km2.
4.1.5.2.2. Perhitungan Curah Hujan Daerah
Dalam perhitungan curah hujan daerah, digunakan Metode Thiessen karena
kondisi dan jumlah stasiun memenuhi syarat untuk digunakan metode ini. Pada
perhitungan ini digunakan prinsip rata-rata tertimbang, dimana besarnya pengaruh
masing-masing stasiun tergantung oleh luas daerah yang ditunjukkan oleh poligon
Thiessen yang didapat dengan cara menarik garis lurus dari masing-masing
Stasiun sehingga membentuk segitiga, kemudian kita bagi segitiga tersebut pada
batas garis sumbunya. Dalam perhitungan digunakan Persamaan 2.5 sebagai
berikut :
R=

A1.R1 + A2 .R2 + ... + An .Rn


A1 + A2 + ... + An

R=

An .Rn
Ai

dimana :
R

= curah hujan daerah ( mm )

R1, R2, , Rn = curah hujan pada stasiun pengamatan 1, 2, , n ( mm )


A1, A2, , An = luas derah pada poligon 1, 2, , n (km2)
Daerah aliran sungai ( DAS ) Kali Putih terbagi dalam luasan poligon
Thiessen yang diperoleh dengan cara menarik garis lurus dari Stasiun Babadan,
Stasiun Plawangan dan Stasiun Mranggen sehingga membentuk segitiga,
kemudian kita bagi segitiga tersebut pada batas garis sumbunya sehingga
membentuk luasan yang mewakili dari masing-masing Stasiun curah hujan
tersebut. Sketsa daerah aliran sungai Kali Putih dan poligon Thiessen dari Stasiun
Babadan, Stasiun Plawangan dan Stasiun Mranggen seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 4.2.

80

Batas luas DAS


+ 1278
+ 1275

Sta. Babadan

Sta. Plawangan
Kali Putih
+ 722
+ 706

Lokasi sabo dam P.179

+ 516

Lokasi bendung P.175


Sta. Mranggen

Gambar 4.2. Sketsa DAS Kali Putih cara Poligon Thiessen

Besarnya luas pengaruh stasiun terhadap daerah aliran sungai Kali Putih
dapat dilihat pada pada Tabel 4.3.

No.
1
2
3

Tabel 4.3. Luas Pengaruh Stasiun Terhadap DAS Kali Putih


Nama Stasiun
Luas ( Km2 )
Bobot ( % )
Babadan
4,50
51,80
Plawangan
2,9375
33,81
Mranggen
1,25
14,39
Luas Total DAS
8,6875
100

Untuk keperluan pada penyusunan tugas akhir ini, data hujan yang akan
digunakan adalah hasil perhitungan dengan Metode Thiessen karena cara ini
merupakan cara yang paling sesuai dengan kondisi dan keadaan lokasi daerah
sekitar Gunung Merapi. Selain itu pemilihan metode ini dengan pertimbangan
sebagai berikut :
1. Merupakan cara yang sangat baik dan mempunyai ketelitian yang baik jika di
bandingkan dengan cara rata-rata aljabar karena memberikan koreksi terhadap
besarnya tinggi hujan selama jangka waktu tertentu.

81

2. Metode ini akan lebih akurat jika daerah yang ditinjau dengan stasiun
pengukuran hujan yang tidak rata, stasiun tersebar merata dengan variasi
hujan tahunan tidak terlalu tinggi.
Curah hujan maksimum dihitung berdasarkan rekapitulasi data curah hujan
harian setiap tahun di masing-masing Stasiun penakar hujan. Hasil perhitungan
curah hujan daerah rata-rata dengan menggunakan Metode Thiessen ditunjukkan
pada Tabel 4.4.

Tahun

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996
1997

Tabel 4.4. Perhitungan Curah Hujan Daerah Metode Thiessen


Curah Hujan Harian Maksimum
(mm)
Rh Maks
Tanggal
(mm)
Babadan Plawangan Mranggen
51,80 %
33,81 %
14,39 %
6 Januari
150
68
81
112,3467
4 Februari
150
136
185
150,3031
21 Desember
133
80
32
100,5468
3 Januari
59
60
71
61,0649
26 Maret
67,5
196
109
116,9177
14 Desember
116,5
2
15
63,1817
14 Januari
47,5
102,5
325
105,8587
5 Desember
64,5
55
49
59,0576
17 Desember
57,5
68
95
66,4463
15 Januari
62,5
61
27
58,6884
15 April
86
158,5
81
109,7928
21 April
44,5
51
110
56,1231
12 Januari
76,5
92
122
88,288
9 April
114,5
49
63
84,9436
17 Nopember
115,5
178
157
142,6031
117
58,5051
19 Januari
23
88
22 Nopember
0
148
79
61,4069
10 Desember
77,8
136
371
139,6689
27 Januari
37,6
78
11
47,4315
16 Nopember
91,5
198
120
131,6088
7 Desember
15,5
103
49
49,9044
11 Februari
72,5
78
251
100,0457
19 Februari
35
84
88
59,1936
1 Maret
100
44
35
71,7129
8 Nopember
53
144
61
84,9183
1 Desember
24
132
9
58,3563
5 Desember
94
111
188,5
113,3463
12 Februari
67
119
38
80,4081

Rh Maks
Rencana
(mm)

150,3031

116,9177

105,8587

109,7928

142,6031

139,6689

131,6088

100,0457

113,3463
110,597
82

8 Desember
12 Desember

100
83

119
105

129
73

110,597
88,9992

Berikut ini contoh perhitungan curah hujan maksimum dengan Metode Thiessen
untuk tahun pengamatan 1988 adalah sebagai berikut :
RHmaks 1988 = ( 150 x 51,80 % ) + ( 68 x 33,81 % ) + ( 81 x 14,39 % )
= 112,3467 mm
4.1.5.2.3. Analisa Frekuensi Curah Hujan Rencana

Berdasarkan curah hujan tahunan, perlu ditentukan kemungkinan


terulangnya curah hujan harian maksimum tersebut untuk menentukan debit banjir
rencana.
Suatu kenyataan bahwa tidak semua variat dari suatu variabel hidrologi
terletak atau sama dengan nilai rata-ratanya, akan tetapi kemungkinan ada nilai
variat yang lebih besar atau lebih kecil dari nilai rata-ratanya. Besarnya derajat
dari sebaran variat di sekitar nilai rata-ratanya disebut dengan variasi atau
dispersi. Cara mengukur besarnya dispersi adalah dengan pengukuran dispersi.
1. Pengukuran Dispersi

Untuk memudahkan perhitungan dispersi maka dilakukan perhitungan


parameter statistik untuk nilai (Xi-X), (Xi-X)2, (Xi-X)3 dan (Xi-X)4 terlebih
dahulu, dimana : Xi = besarnya curah hujan daerah ( mm )
X = rata-rata curah hujan daerah ( mm ).
Hasil perhitungan parameter statistik dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah
ini :

No.
1
2
3
4
5
6
7
8

Tahun
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995

Tabel 4.5. Parameter Statistik Curah Hujan


Rh ( mm )
(Xi-X)
(Xi-X)2
(Xi-X)3
150.303
28.229
796.870
22494.762
116.918
-5.157
26.590
-137.120
105.859
-16.216
262.943
-4263.751
109.793
-12.281
150.833
-1852.442
142.603
20.529
421.435
8651.599
139.669
17.595
309.573
5446.843
131.609
9.5346
90.908
866.774
100.046
-22.029
485.255 -10689.450

(Xi-X)4
635002.165
707.006583
69138.897
22750.603
177607.733
95835.5143
8264.338
235472.660

83

9
10

1996
1997
Jumlah
Rata-rata (X) =

113.346
110.597
1220,742
122,07

-8.728
-11.477
0

76.1764
131.726
2752.311

-664.861
-1511.851
18340.514

5802.846
17351.831
1267933.595

Berikut ini contoh perhitungan Parameter Statistik Curah Hujan untuk tahun
1988 adalah sebagai berikut :
Xi = 150,303
X

= 122,07

Sehingga parameter statistik curah hujannya adalah sebagai berikut :


(Xi-X) = 28,229
(Xi-X)2 = 796,870
(Xi-X)3 = 22494,762
(Xi-X)4 = 635002,165
Berikut ini adalah macam pengukuran dispersi antara lain sebagai berikut :
a. Deviasi Standar ( S )

Perhitungan deviasi standar digunakan Persamaan 2.7 sebagai berikut :


n

(X
S =

i =1

X )2

n 1

dimana :
S = deviasi standar
Xi = nilai variat ke i
X = nilai rata-rata variat
n = jumlah data
S = deviasi standar
S=

(2752,311)
(10 1)

= 17,49

84

b. Koefisien Skewness ( Cs )

Kemencengan ( Skewness ) adalah suatu nilai yang menunjukkan derajat


ketidaksimetrisan dari suatu bentuk distribusi. Perhitungannya digunakan
Persamaan 2.8 sebagai berikut :
n

n ( X i X )3

Cs =

i =1

(n 1)(n 2) S 3

dimana :
Cs = koefisien Skewness
Xi = nilai variat ke i
X = nilai rata-rata variat
n = jumlah data
S = deviasi standar
Cs = koefisien Skewness
Cs =

10 x18340,514
(10 1) x(10 2) x(17,49) 3

Cs = 0,48
c. Pengukuran Kurtosis ( Ck )

Koefisien kurtosis digunakan untuk menentukan keruncingan kurva dari


bentuk kurva distribusi, yang umumnya dibandingkan dengan distribusi
normal. Perhitungannya digunakan Persamaan 2.9 sebagai berikut :
n

n2 ( X i X )4

Ck =

i =1

(n 1)(n 2)(n 3) S 4

dimana :
Ck = koefisien kurtosis
Xi = nilai variat ke i
X = nilai rata-rata variat
n = jumlah data
S = deviasi standar

85

Ck =

10 2 x1267933,595
(10 1) x(10 2) x(10 3) x(17,49) 4

Ck = 2,69

d. Koefisien variasi ( Cv )
Koefisien variasi adalah nilai perbandingan antara deviasi standar dengan
nilai rata-rata hitung

suatu distribusi. Perhitungannya menggunakan

Persamaan 2.10 sebagai berikut :


Cv =

S
X

dimana :
Cv = koefisien variasi
X = nilai rata-rata variat
Cv =

17,49
122,07

Cv = 0,14

2. Pengukuran Dispersi Dengan Data Log


Untuk memudahkan perhitungan dispersi maka dilakukan perhitungan
parameter statistik untuk nilai (LogXi- LogX), (LogXi- LogX)2, (LogXi- LogX)3
dan (LogXi- LogX)4 terlebih dahulu, dimana :
Xi = besarnya curah hujan daerah ( mm )
X = rata-rata curah hujan daerah ( mm ).
Hasil perhitungan parameter statistik dengan data log dapat dilihat pada Tabel 4.6
di bawah ini :

No Tahun
1
1998
2
1989
3
1990
4
1991
5
1992
6
1993
7
1994

Tabel 4.6. Parameter Statistik Curah Hujan Dengan Data Log


Rh (mm) Log Xi (LogXi -LogX) (LogXi -LogX)2 (LogXi - LogX)3
150.303
2,177
0,0942
0,0089
0,000838
116.918
2,068
-0,0148
0,0002
-0,000003
105.859
2,025
-0,0579
0,0034
-0,000194
109.793
2,041
-0,0421
0,0018
-0,000075
142.603
2,154
0,0713
0,0051
0,000362
139.669
2,145
0,0624
0,0039
0,000243
131.609
2,119
0,0365
0,0013
0,000048

(LogXi - LogX)4

0,00007894
0,00000004
0,00001125
0,00000316
0,00002588
0,00001522
0,00000179

86

8
1995
9
1996
10 1997
Jumlah
Rata-rata

100.046
113.346
110.597
1220,74
122,074

2,000
2,054
2,044
20,827
2,0826

-0,0825
-0,0282
-0,0389
0

0,0068
0,0008
0,0015
0,0337

-0,000562
-0,000022
-0,000059
0,000576

0,00004637
0,00000063
0,00000229
0,00018564

Berikut ini contoh perhitungan Parameter Statistik Curah Hujan dengan data
log untuk tahun 1988 adalah sebagai berikut :
Xi = 150,303
X

= 122,074

Sehingga parameter statistik curah hujannya adalah sebagai berikut :


Log Xi = 2.177
(LogXi - LogX) = 0.0943
(LogXi - LogX)2 = 0.0089
(LogXi - LogX)3 = 0.0008
(LogXi - LogX)4 = 0,00007
Berikut ini adalah macam pengukuran dispersi antara lain sebagai berikut :

a. Deviasi Standar ( S )
Perhitungan deviasi standar digunakan Persamaan 2.7 sebagai berikut :
n

( LogX
S =

i =1

LogX ) 2

n 1

dimana :
S = deviasi standar
Xi = nilai variat ke i
X = nilai rata-rata variat
n = jumlah data
S = deviasi standar
S=

(0,03369389)
(10 1)

= 0,06

87

c. Koefisien Skewness ( Cs )
Kemencengan ( Skewness ) adalah suatu nilai yang menunjukkan derajat
ketidaksimetrisan dari suatu bentuk distribusi. Perhitungannya digunakan
Persamaan 2.8 sebagai berikut :
n

n ( LogX i LogX ) 3
Cs =

i =1

(n 1)(n 2) S 3

dimana :
Cs = koefisien Skewness
Xi = nilai variat ke i
X = nilai rata-rata variat
n = jumlah data
S = deviasi standar
Cs = koefisien Skewness
Cs =

10 x0,00057693
(10 1) x(10 2) x(0,06) 3

Cs = 0,37

c. Pengukuran Kurtosis ( Ck )
Koefisien kurtosis digunakan untuk menentukan keruncingan kurva dari
bentuk kurva distribusi, yang umumnya dibandingkan dengan distribusi
normal. Perhitungannya digunakan Persamaan 2.9 sebagai berikut :
n

n 2 ( LogX i LogX ) 4
Ck =

i =1

(n 1)(n 2)(n 3) S 4

dimana :
Ck = koefisien kurtosis
Xi = nilai variat ke i
X = nilai rata-rata variat
n = jumlah data
S = deviasi standar

88

Ck =

10 2 x0,000185642
(10 1) x(10 2) x(10 3) x(0,06) 4

Ck = 2,84

d. Koefisien variasi ( Cv )
Koefisien variasi adalah nilai perbandingan antara deviasi standar dengan
nilai rata-rata hitung suatu distribusi. Perhitungannya menggunakan
Persamaan 2.10 sebagai berikut :
S
X

Cv =
dimana :

Cv = koefisien variasi
X = nilai rata-rata variat
Cv =

0.06
2,082697662

Cv = 0,03
3. Pemilihan Jenis Sebaran

Dalam statistik dikenal beberapa jenis distribusi, diantaranya yang banyak


digunakan dalam bidang hidrologi adalah sebagai berikut :
1. Distribusi Normal
2. Distribusi Gumbel Tipe I
3. Distribusi Log Pearson Tipe III

No.

1
2
3
4

Tabel 4.7. Macam Distribusi dan Kriteria Pemilihannya


Jenis Distribusi
Syarat
Hitungan
Keterangan

Distribusi Normal
Distribusi Log
Normal
Distribusi
Gumbel Tipe I
Distribusi Log
Pearson Tipe III

Cs 0
Cs = 3 Cv + Cv3
0,09
Cs 1,1396
Ck 5,4002
Cs < 0

Cs = 0,48

0,37 0,09

0,48 ~ 1,139
2,69 ~ 5,4002

Dipilih

Cs = 0,37 > 0

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, maka dipilih jenis Distribusi Gumbel Tipe I.


89

4. Metode Smirnov Kolmogorov

Metode Smirnov Kolmogorov dikenal dengan uji non parametrik karena


pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi. Ketentuan pengujiannya
adalah sebagai berikut :

Data diurutkan dari yang terbesar ke yang terkecil atau sebaliknya dan
ditentukan peluangnya dari masing-masing data tersebut P(X).
m
(n + 1)

P(x) =

dimana : P (X) = peluang dari X


m = nomor urut
n = jumlah data

Menentukan nilai variabel reduksi F(t) dengan persamaan sebagai berikut :


X Xr
S

F(t) =

dimana : F(t) = variabel reduksi


X

= curah hujan

Xr = harga rata-rata dari X

Menentukan peluang teoritis P(X) dari nilai F(t) dengan tabel

Dari nilai peluang tersebut ditentukan selisih antara pengamatan dan peluang
teoritis

Dmaks = Maks [ P(X) P(X) ].

Berdasarkan tabel nilai kritis Smirnov Kolmogorov ditentukan harga Do


sehingga Do Maks < Do untuk harga yang memenuhi.
Perhitungan uji Smirnov Kolmogorov adalah sebagai berikut :

= 1149

Xr

= 114,9
n

( X Xr )

= 10

= 0,05 atau ( 5% )

n 1

640,9
= 8,44
9

atau Do = 0,41
90

Hasil perhitungan Uji Smirnov Kolmogorov dapat dilihat pada Tabel 4.8 di
bawah ini :

No

(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

(2)
103
105
108
110
113
116
120
122
125
127

Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Uji Smirnov Kolmogorov


P(X) =
P (X<)
f(t) = (X-Xr)/S P'(X)
P'(X<)
D
m/(n+1)
(3)
(4)=1-(3)
(5)
(6)
(7)=1-(6) (8)=(7)-(4)
0,090909091
0,909091
-1,409952607 0,0735
0,9265
0,017409
0,181818182
0,818182
-1,172985782 0,1056
0,8944
0,076218
0,272727273
0,727273
-0,817535545 0,1977
0,8023
0,075027
0,363636364
0,636364
-0,58056872
0,2578
0,7422
0,105836
0,454545455
0,545455
-0,225118483 0,4013
0,5987
0,053245
0,545454545
0,454545
0,130331754
0,5360
0,4640
0,009455
0,636363636
0,363636
0,604265403
0,7422
0,2578
-0,10584
0,727272727
0,272727
0,841232227
0,8023
0,1977
-0,07503
0,818181818
0,181818
1,196682464
0,8944
0,1056
-0,07622
0,909090909
0,090909
1,433649289
0,9265
0,0735
-0,01741

Contoh perhitungannya Uji Smirnov Kolmogorov untuk nomor 1 adalah


sebagai berikut :
Nomor = 1
X

= 103

P(X)

= 0,090909

F(t)

(103 114,9)
= -1,4099
8,44

P'(X) = berdasarkan F(t) dari tabel diperoleh 0,0735 dari tabel


P'(X<) = 1- 0,0735
D

= 0,017409.
Dari hasil perhitungan tabel di atas diperoleh Dmaks Distribusi Gumbel Tipe I

= 0,106 < 0,41 maka Distribusi Gumbel Tipe I dapat diterima, sehingga untuk
selanjutnya digunakan Distribusi Gumbel Tipe I dalam perhitungan.
5. Plotting Data

Setelah pemilihan jenis sebaran dilakukan, maka dilakukan prosedur


selanjutnya antara lain sebagai berikut :
1. Penyusunan data curah hujan menurut besarnya
91

2. Memberikan tiap harga pengamatan suatu nomor urut


3. Penghitungan probabilitas untuk tiap harga pengamatan, karena koefisien
skewness (Cs) = 0,48 dan koefisien kurtosis (Ck) = 2,69 maka digunakan
Persamaan 2.11 yaitu Distribusi Gumbel Tipe I sebagai berikut :
P (X x) = e ( e )

Y = a (X Xo)
a = 1,283/S
Xo = X 0,455S
dimana :
P (X x) = fungsi densitas peluang Gumbel Tipe I
e

2,71828

= faktor reduksi Gumbel

= besar curah hujan pada periode tertentu

= nilai curah hujan rata-rata

= deviasi standar

Dari data diketahui :


S

= 17,49

= 122,07

Perhitungan :
a

1,283
= 0,073
17,49

Xo = 122,07 0,455 x(17,49) = 114,11


Y =

0,073( X 114,11)

Maka pada tahun 1988 untuk nomor 10 dengan X = 150,30 mm


Y = 0,073 (150,30 114,11)
= 2,655
P = 2,71828 ( 2,71828)

2 , 655

= 0,932
Nilai probabilitas curah hujan dapat dilihat pada Tabel 4.9 di bawah ini :

92

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tabel 4.9. Nilai Probabilitas Curah Hujan


X
S
e
a
Xo
122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112
122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112
122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112
122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112
122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112
122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112
122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112
122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112
122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112
122,07 17,49 2,71828 0,073 114,112

X
100.046
105.859
109.793
110.597
113.346
116.918
131.609
139.669
142.603
150.303

Y
-1,033
-0,604
-0,318
-0,258
-0,056
0,206
1,284
1,876
2,088
2,655

P
0,060
0,160
0,253
0,274
0,347
0,443
0,758
0,858
0,883
0,932

4. Pengujian kecocokan sebaran


Pengujian kecocokan sebaran digunakan untuk menguji apakah sebaran
dari data yang ada memenuhi syarat untuk digunakan sebagai data
perencanaan. Dalam tugas akhir ini digunakan pengujian kecocokan sebaran
dengan Metode Uji Chi-Kuadrat seperti pada Persamaan 2.12 sebagi berikut :
Xh 2 =

(Oi Ei ) 2
Ei
i =1
G

dimana :
Xh2 = parameter Chi-kuadrat
G

= jumlah sub-kelompok

Oi

= jumlah nilai pengamatan pada sub-kelompok ke I

Ei

= jumlah nilai teoritis pada sub-kelompok ke I

Perhitungan :
G = 1 + 1,33. ln .n
= 1 + 1,33. ln10 = 4,06 diambil 5
dk = G ( R + 1)
untuk Gumbel Tipe I besarnya R = 1
dk = 5 (1 + 1) = 3
Ei

n
G

10
5

= 2
93

Oi

= data yang diamati

X =

( X maks X min )
(G 1)
(150,30 100,04)
(5 1)

= 12,565

Xawal = ( X min 1 / 2.X )


=

[ 100,04 (1 / 2 x12,565) ] =

93,758

Hasil perhitungan uji Chi-Kuadrat dapat kita lihat pada Tabel 4.8 di
bawah ini :

Tabel 4.10. Perhitungan Uji Chi-Kuadrat


Kemungkinan
Ei
Oi
(Ei Oi)

93,758 < X < 106,323


106,323 < X < 118,888
118,888 < X < 131,453
131,453 < X < 144,018
X > 144,018

2
2
2
2
2
Jumlah

2
4
0
3
1

(Ei Oi)2/Ei

0
-2
2
-1
1

0
2
2
0,5
0,5
5

Dari Tabel 4.8 diperoleh nilai Chi-Kuadrat ( h 2 ) = 5 untuk dk = 3, dengan


nilai Chi-Kuadrat ( h 2 ) = 5, dari tabel Chi-Kuadrat didapat derajad kebebasan
( ) = 0,5991 atau sekitar 59 %, karena derajad kebebasan lebih besar dari 5 %
maka distribusi Gumbel I dapat diterima.
Mencari curah hujan dengan periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 20
tahun, 50 tahun dan 100 tahun. Dari distribusi Gumbel Tipe I didapat :
a = 0,073
Xo = 114.112
Y = a (X Xo)
Y = 0,073( X 114,11)
X =

Y + 8,330
0,073

94

Berdasarkan tabel nilai variabel reduksi Gumbel ( dalam Soewarno, 1995 )


didapat variabel reduksi Gumbel sebagai berikut :
untuk periode ulang 2 tahun

Y = 0,366

untuk periode ulang 5 tahun

Y = 1,510

untuk periode ulang 10 tahun

Y = 2,250

untuk periode ulang 20 tahun

Y = 2,970

untuk periode ulang 50 tahun

Y = 3,900

untuk periode ulang 100 tahun

Y = 4,600

0,366 + 8,330
= 119,13 mm
0,073

X5 =

1,510 + 8,330
= 134,79 mm
0,073

X10 =

2,250 + 8,330
= 144,94 mm
0,073

X20 =

2,970 + 8,330
= 154,80 mm
0,073

X50 =

3,900 + 8,330
= 167,54 mm
0,073

X100 =

4,600 + 8,330
= 177,12 mm
0,073

X2

4.1.5.2.4. Perhitungan Debit Banjir Rencana

Analisa debit banjir rencana dihitung dengan menggunakan rumus-rumus


sebagai berikut :
1. Metode Rasional

Perhitungan Metode Rasional menggunakan Persamaan 2.13 adalah sebagai


berikut :
Q =

1
f .r. A
3,6

dimana :
Q

= debit banjir rencana ( m3/det )

= koefisien pengaliran
95

= intensitas hujan selama t jam ( mm/jam )

R24 24

24 T

2/3

R24 = curah hujan harian ( mm )

l
w

= waktu konsentrasi ( jam )

= 20

H 0, 6
( m/det )
l

= 72

H 0, 6
( km/jam )
l

= waktu kecepatan perambatan ( m/det atau km/jam )

= jarak dari ujung daerah hulu sampai titik yang ditinjau ( km )

= luas DAS ( km2 )

= beda tinggi ujung hulu dengan tinggi titik yang ditinjau ( m )


dimana untuk menentukan besarnya koefisien pengaliran (f) digunakan

Tabel 2.2.
Dari perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut :
R24 untuk periode ulang 2 tahun

= 119,13 mm

R24 untuk periode ulang 5 tahun

= 134,79 mm

R24 untuk periode ulang 10 tahun

= 144,94 mm

R24 untuk periode ulang 20 tahun

= 154,80 mm

R24 untuk periode ulang 50 tahun

= 167,54 mm

R24 untuk periode ulang 100 tahun

= 177,12 mm

A = 8,6875 km
l = 7,75 km

f = 0,75 (untuk daerah perbukitan )


H = 1135 m
Hasil perhitungan debit banjir rencana dengan metode rasional dapat kita
lihat pada Tabel 4.11 sebagai berikut :

96

T
(tahun)
2
5
10
20
50
100

A
(km2)
8,6875
8,6875
8,6875
8,6875
8,6875
8,6875

Tabel 4.11. Perhitungan Debit Banjir Rasional


w
T
r
R
L
H
f
(km/jam) (jam) (mm/jam)
(mm) (km) (km)
119,13 7,75 1,135 0,75
10,02
0,7732
49,03
134,79 7,75 1,135 0,75
10,02
0,7732
55,47
144,94 7,75 1,135 0,75
10,02
0,7732
59,65
154,80 7,75 1,135 0,75
10,02
0,7732
63,71
167,54 7,75 1,135 0,75
10,02
0,7732
68,95
177,12 7,75 1,135 0,75
10,02
0,7732
72,89

Q
(m3/det)
88,73
100,40
107,96
115,30
124,79
131,92

Berkut ini contoh perhitungan untuk Tabel 4.11 pada periode ulang 2 tahun
adalah sebagai berikut :
Dari data diperoleh :
A

= 8,6875 km2

L = 7,75 km
f

= 0,75 ( untuk daerah perbukitan )

H = 1135 m
R24 untuk periode ulang 2 tahun = 119,13 mm
Perhitungan waktu kecepatan perambatan ( w ) dapat ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut :
w

= 72

H 0, 6
( km/jam )
l

= 72

1,135 0,6
= 10,02 km/jam
7,75

Perhitungan waktu konsentrasi ( T ) dapat ditentukan dengan persamaan


sebagai berikut :
T

l
w

7,75
= 0,7732 jam
10,02

97

Perhitungan intensitas hujan ( r ) dapat ditentukan dengan persamaan


sebagai berikut :
r

R24 24

24 T

2/3

119,13 24
=

24 0,7732

2/3

= 49,03 mm/jam

Maka perhitungan debit banjir rencana ( Q ) dapat ditentukan dengan


persamaan sebagai berikut :
Q =
=

1
f .r. A
3,6
1
x0,75 x 49,03 x8,6875 = 88,73 m3/det
3,6

2. Metode Weduwen

Perhitungan debit banjir rencana dengan Metode Weduwen digunakan


Persamaan 2.14 sebagai berikut :
Qt

= . .qn . A

dimana :

= 1

4,1
( q + 7)

120 + ((t + 1) /(t + 9)) A


(120 + A)

qn =

Rn
67,65
240 ( t + 1,45

t = 0,25.L.Q 0,125 .I 0, 25
dimana :
Qt = debit banjir rencana ( m3/det )
Rn = curah hujan maksimum ( mm )

= koefisien limpasan

= koefisien pengurangan daerah untuk curah hujan DAS


qn = debit per satuan luas ( m3/det km2 )
98

A = luas daerah pengaliran ( km2 ) sampai 100 km2


t

= lamanya curah hujun ( jam )

L = panjang sungai ( km )
I

= gradien sungai atau medan yaitu kemiringan rata-rata sungai ( 10 %

bagian hulu dari panjang sungai tidak dihitung. Beda tinggi dan panjang
diambil dari suatu titik 0,1 L dari batas hulu DAS ).
Hasil perhitungan debit banjir rencana dengan Metode Weduwen dapat
kita lihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Perhitungan Debit Banjir Metode Weduwen
T
(tahun)

A
(km2)

L
(km)

2
5
10
20
50
100

8,6875
8,6875
8,6875
8,6875
8,6875
8,6875

7,75
7,75
7,75
7,75
7,75
7,75

Rt
(mm)

t
(jam)

qn
(m3/det.km2)

0,06
0,06
0,06
0,06
0,06
0,06

119,13
134,79
144,94
154,80
167,54
177,12

2,23
2,20
2,18
2,16
2,14
2,13

0,95
0,95
0,95
0,95
0,95
0,95

9,11
10,41
11,25
12,09
13,15
13,96

0,74
0,76
0,77
0,78
0,79
0,80

Berikut ini contoh perhitungan untuk Tabel 4.10 pada periode ulang 2 tahun
adalah sebagai berikut :
Dari data diperoleh :
A

= 8,6875 km2

L = 7,75 km
I

= 0,06

Rt = 119,13
Debit ( Q ) yang digunakan untuk meghitung lamanya curah hujan ( t )
menggunakan debit perkiraan yaitu debit dari hasil perhitungan

Metode

Rasional.
Q pada periode ulang 2 tahun = 88,73 m3/det
Perhitungan lamanya curah hujan ( t ) dapat ditentukan dengan persamaan
sebagai berikut :
t = 0,25.L.Q 0,125 .I 0, 25
99

Q
(m3/det
)
55,66
65,19
71,50
77,72
85,86
92,06

= 0,25 x7,75 x88,73 0,125 x0.06 0, 25 = 2,23 jam


Perhitungan debit banjir ( qn ) dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
Rn
67,65
240 ( t + 1,45

qn =

119,13
67,65
= 9,11 (m3/det.km2)
240 ( 2,23 + 1,45 )
Perhitungan koefisien pengurangan daerah ( ) dapat ditentukan dengan
=

persamaan sebagai berikut :

=
=

120 + ((t + 1) /(t + 9)) A


(120 + A)
120 + ((2.23 + 1) /( 2,23 + 9))8,6875
= 0,95
(120 + 8,6875)

Perhitungan koefisien limpasan hujan ( ) dapat ditentukan dengan


persamaan sebagai berikut :

= 1
= 1

4,1
( q + 7)
4,1
= 0,74
(0,95 x9,11) + 7

Maka perhitungan debit banjir rencana ( Q ) dapat ditentukan dengan


persamaan sebagai berikut :
Qt = . .qn . A
= 0,738.0,95.9,11 .8,6875 = 55,66 m3/det
3. Metode Haspers

Perhitungan debit banjir rencana dengan Metode Haspers digunakan


Persamaan 2.15 sebagai berikut :
Q = kxxqxA

(m3/det)

dimana :
Q = debit banjir periode ulang tertentu
k = koefisien run off
100

= koefisien reduksi
q = intensitas hujan yang diperhitungkan (m3/det/km2)
A = luas DAS (km2).
Perhitungan waktu pengaliran dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
t = 0,1xL0,8 xI 0,3
dimana :
L = panjang sungai

= 7,75 km

I = kemiringan sungai = 0,06


Sehingga waktu pengaliran dapat ditentukan sebagai berikut :
t = 0,1x7,75 0,8 x0,06 0,3 = 1,2 jam
Perhitungan koefisien reduksi ( ) , dapat ditentukan dengan persamaan
sebagai berikut :
1

= 1+

t + 3,7 x10 0, 4t A 0,75


x
12
(t 2 + 1)

= 1+

1,2 + 3,7 x10 0, 4 x1, 2 8,6875 0,75


x
= 1,4191
12
(1,2 2 + 1)

= 0,7047
Perhitungan koefisien run off (k), dapat ditentukan dengan persamaan
sebagai berikut :
k =

1 + 0,012 xA 0, 7
1 + 0,012 x8,6875 0, 7
=
= 0,7866
1 + 0,075 xA 0, 7
1 + 0,075 x8,6875 0, 7

Perhitungan distribusi hujan (r), dapat ditentukan dengan persamaan


sebagai berikut :
r =

txRt
(t + 1)

Maka contoh perhitungan distribusi hujan untuk periode ulang 50 tahun


adalah sebagai berikut :
r =

1,2 x167,54
= 91,39 mm/hari.
(1,2 + 1)

101

Dengan cara yang sama akan didapatkan besarnya distribusi hujan pada
periode ulang tertentu. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Perhitungan Distribusi Hujan


Periode Ulang
Rt
Distribusi Hujan
(tahun)
(mm/hari)
(mm/hari)
2
119,13
64,98
5
134,79
73,52
10
144,94
79,06
20
154,80
84,44
50
167,54
91,39
100
177,12
96,61

Perhitungan intensitas hujan ( q ), dapat kita tentukan dengan persamaan


sebagai berikut :
r
(3,6 xt )

q=

Maka contoh perhitungan intensitas hujan untuk periode ulang 50 tahun


adalah sebagai berikut :
91,39
= 21,15 m3/det/km2
(3,6 x1,2)
Dengan cara yang sama akan didapat besarnya intensitas curah hujan pada
q50 =

periode ulang tertentu. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Perhitungan Intensitas Hujan
Periode Ulang
Rt
Intensitas Hujan
(tahun)
(mm/hari)
(m3/det/km2)
2
64,98
15,04
5
73,52
17,02
10
79,06
18,30
20
84,45
19,55
50
91,39
21,15
100
96,61
22,36

Perhitungan Debit banjir Rencana (Q), dapat ditentukan antara lain sebagai
berikut :
Q50 = kxxqxA
102

= 0,7866 x 0,7047x 21,15 x 8.6875


= 101,87 m3/det
Dengan cara yang sama akan didapat besarnya debit banjir rencana pada
periode ulang tertentu. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15. Perhitungan Debit Banjir Rencana Metode Haspers
Periode Ulang (tahun)
Q (m3/det)
2
72,44
5
81,96
10
88,13
20
94,12
50
101,87
100
107,70

Hasil perhitungan debit banjir Metode Rasional, Weduwen dan Haspers


dirangkum dalam Tabel 4.16.

T
(tahun)

2
5
10
20
50
100

Tabel 4.16. Rangkuman Debit Banjir Rencana


Q (m3/det)
Rt
Metode
Metode
(mm)
Rasional
Weduwen
119,13
88,73
55,66
134,79
100,40
65,19
144,94
107,96
71,50
154,80
115,30
77,72
167,54
124,79
85,86
177,12
131,92
92,06

Metode
Haspers
72,44
81,96
88,13
94,12
101,87
107,70

Dari hasil perhitungan debit di atas dapat diketahui bahwa terjadi


perbedaan hasil perhitungan antara Metode Rasional, Metode Weduwen dan
Metode Haspers. Oleh karena itu berdasarkan pertimbangan dari segi keamanan
dan ketidakpastian besarnya debit banjir yang pernah terjadi pada daerah tersebut
maka ditetapkan bahwa debit banjir rencana yang digunakan adalah debit banjir
dengan periode ulang 50 tahun yang diambil dari perhitungan menggunakan
metode Rasional yaitu sebesar 124,79 m3/det.

103

4.1.5.2.5. Skala Perencanaan

Pertimbangan yang harus diperhatikan selain dari periode ulang dalam


perencanaan suatu konstruksi adalah pendekatan terhadap masalah desain struktur
berdasarkan pertimbangan mengenai kemungkinan kerusakan yang terjadi bila
terjadi kegagalan struktur. Oleh karena itu perlu kesadaran atas resiko
ditemukannya kondisi-kondisi tertentu selama kurun waktu tertentu yang dapat
berakibat terhadap pengaru lingkungan, ekonomi, sosial dan lain sebagainya.
Kemungkinan sulit untuk melakukan penilaian terhadap faktor-faktor
tersebut, tetapi pertimbangan atas serangkaian langkah setidaknya dapat
memberikan suatu cara yang logis tentang berbagai pilihan bagi perencana antara
lain sebagai berikut :
1. Identifikasi kejadian atau serangkaian kejadian yang dapat menuju kegagalan,
dan penentuan kemungkinan yang terjadi.
2. Perkiraan pengaruh konstruksi terhadap segi ekonomi, sosial, politik dan
lingkungan.
Pertimbangan dari segi biaya berkaitan erat dengan sifat bangunan
tersebut, dengan kondisi biaya yang ada maka bangunan dapat direncanakan
bersifat permanen maupun semi permanen tergantung kondisi dana dan
kebutuhan. Untuk bangunan permanen diperlukan dana yang cukup besar, tetapi
dari segi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut akan bersifat lebih murah
apabila dibandingkan dengan kerugian yang akan terjadi akibat bencana banjir
lahar.
Apabila dilihat dari segi sosial, pada daerah yang memiliki kepadatan yang
cukup besar, sebaiknya bangunan direncanakan permanen dengan periode ulang
yang cukup lama agar tidak terlalu mengganggu kehidupan sosial masyarakat.
Perencanaan bangunan secara permanen juga menguntungkan bagi lingkungan
karena bersifat tahan lama sehingga perbaikan kondisi lingkungan yaitu
kemiringan dasar sungai akan menekan terhadap tingkat kerusakan yang
diakibatkan oleh aliran debris. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut
di atas maka perencanaan bangunan pengendali sedimen ( sabo dam ) dan

104

bendung Kali Putih direncanakan dengan debit banjir rencana dengan periode
ulang 50 tahun serta bangunan bersifat permanen.
4.1.5.2.6. Perencanaan Debit Banjir Rencana Untuk Sabo Dam

Untuk perencanaan bangunan sabo dam, debit banjir yang digunakan


adalah gabungan antara massa air dan massa sedimen. Perhitungan debit banjirnya
menggunakan Persamaaan 2.16 sebagai berikut :
Qd

. Qp

dimana :
Qd

debit banjir rencana ( m3/det )

Qp

debit banjir puncak ( m3/det )

konsentrasi kandungan sedimen

C*
C * Cd

C*

0,6 ( untuk aliran debris )

Cd

berat volume air ( gr/cm3 )

= 1,00 gr/cm3

berat volume sedimen (gr/cm3 )

= 1,91 gr/cm3

tan =

kemiringan dasar sungai

= 0,04

tan =

koefisien gesekan dalam sedimen. = 34o

= 124,79 m3/det

tan
( s / w ) 1 ](tan tan )

Perhitungannya adalah sebagai berikut :

0,04
(1,91 / 1) 1 ](tan 34 0,04)

Cd

0,6
0,6 0,069

Qd = 1,129 x 124,79

= 0,069

= 1,129
= 140,89 m3/det

Untuk bangunan penahan sedimen, debit banjir yang dimaksud adalah debit
banjir yang terjadi akibat gabungan massa air dan massa sedimen yang terbawa
oleh air tersebut.

105

4.1.6. SEDIMEN SUNGAI


4.1.6.1. Data Sedimen Sungai

Dari data yang ada didapat jumlah sedimen yang masuk ke alur Kali Putih
dimana debit rencana digunakan untuk periode ulang dua kali dalam 25 tahun
adalah sebesar 6.060.000 m3/tahun, dan bangunan yang telah ada mampu
menampung adalah 3.630.000 m3/ tahun, dan volume sedimen yang diijinkan
melewati alur sungai Kali Putih adalah 260 m3/ tahun.
4.1.6.2. Analisis Data Sedimen Sungai

Dari data sedimen di atas maka dapat diketahui besarnya sedimen yang
masih perlu penanggulangan yaitu sebesar 2.170.000 m3/tahun.
4.2. ANALISA DATA BENDUNG

Dalam analisa bendung, ada beberapa analisa data yang sama dengan yang
digunakan dalam sabo dam antara lain data topografi, data geometri sungai, data
geologi sungai, data mekanika tanah dan data sedimen sungai. Sedangkan untuk
analisa hidrologi bendung berbeda dengan analisa hidrologi sabo dam.
4.2.1. Data Pengairan

Dalam perencanaan bangunan bendung digunakan data kebutuhan air


untuk areal persawahan. Berdasarkan data dari Dinas Pengairan setempat, didapat
kebutuhan air untuk persawahan sebesar 1,42 l/det.Ha dengan areal yang dialiri
sebesar 240 Ha untuk persawahan di sebelah kiri dan 165 Ha di sebelah kanan.
4.2.2. Analisa Data Pengaliran

Kebutuhan air di sawah haruslah tercukupi dengan baik karena ini


merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman. Adapun besarnya
kebutuhan air di sawah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Q

NFRxA
e

dimana :
Q

= debit rencana (m3/det)

NFR = kebutuhan bersih air di sawah (l/det.Ha)


106

= luas daerah yang diairi (Ha)


= 240 Ha di sebelah kiri
= 165 Ha di sebelah kanan

= efisiensi irigasi = 0,75 (untuk irigasi yang diambil dari waduk atau
bendung yang dikelola dengan baik)

untuk sebelah kiri sungai


Q =

1,42 x 240
= 454,40 l/det = 0,45 m3/det
0,75

untuk sebelah kanan sungai :


Q =

1.42 x165
= 312,40 l/det = 0,31 m3/det
0,75

4.2.3. Analisis Debit Andalan

Ketersediaan air yang dimaksudkan disini adalah ketersediaan air di


sungai, yaitu jumlah air yang diperkirakan terus menerus yang ada dalam sungai
dengan jumlah tertentu dalam periode tertentu. Analisis ini dilakukan dengan
menggunakan pengukuran curah hujan dari Stasiun Mranggen, Plawangan dan
Babadan dengan keandalannya 80 %. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan
adalah :
1. Menghitung curah hujan rata-rata dari ketiga stasiun lalu dijumlahkan
pertahunnya mulai dari tahun 1988-1997 secara lengkap.
2. Mengurutkan jumlah intensitas curah hujan rata-rata stasiun dari kecil ke
besar ( disajikan pada Tabel 4.17 ) dan dihitung Rh 20 % kering dengan
rumus sebagai berikut :
Rh (20 %) =

N
+1
5

dimana :
N : jumlah data.

107

Persamaan ini bertujuan untuk mendapatkan tahun-tahun ke berapa


untuk dianalisis debit andalannya.
3. Analisis debit andalan dapat dihitung berdasarkan Metode DR. F.J. Mock
yang disajikan didalam Tabel 4.19 dengan tujuan untuk mengetahui debit
yang mampu disediakan oleh sungai.
Adapun urutan perhitungan curah hujan (Rh 20%) kering rata-rata dari 3
stasiun yaitu Stasiun Plawangan, Stasiun Babadan dan Stasiun Mranggen dari
kecil ke besar dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Berdasarkan Tabel 4.17, kemudian digunakan untuk mengetahui data
curah hujan yang dipakai dalam analisis debit andalan dan perhitungannya adalah
sebagai berikut :
Rh (20 %) =

N
10
+1 =
+1= 3
5
5

jadi data yang dipakai adalah data urutan ke 3 yang berkorelasi


tahun 1993
Sebelum analisis debit andalan maka terlebih dahulu menentukan
besarnya evapotranspirasi tanaman (Eto) dengan Metode Penman yang hasil
analisisnya disajikan pada Tabel 4.18.
Sedangkan untuk perhitungan debit andalan 20 % kering dapat dilihat
pada Tabel 4.19 pada urutan no. 24 dengan periode bulanan dan debit andalan
minimum 0,006 m3/dt terjadi pada bulan Agustus yang bisa dikategorikan dalam
bulan kering. Sedangkan debit maksimum 0,063 m3/dt pada bulan Desember yang
biasanya merupakan bulan basah sesuai dengan iklim di Indonesia yaitu iklim
tropis.
Tabel perhitungan analisis debit rencana secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel 4.17 sampai dengan Tabel 4.25 sebagai berikut :

108

Tabel 4.17 dst TA BAB 4 fix.doc

109

Tabel 4.17. Perhitungan Curah Hujan (R 20%) Kering Dari Rata-rata 3 Stasiun
Stasiun : Mranggen, Plawangan dan Babadan
Tahun
1997
1994
1993
1991
1990
1996
1988
1995
1989
1992

Januari
256.667
437.533
407.33
425.33
476.17
402.667
600.33
567.5
492.17
584.8

Februari
549.667
257.5
420.167
432.67
460.83
382.667
543.67
554.433
563.33
496.5

Maret
155
554.167
409.333
323.33
296.83
374
434.67
491.5
433.17
304.67

April
228.667
245
297.533
557.33
300.83
374
278.17
213.167
243.33
454.17

Mei
86.333
72.5
163
62.667
151.33
37
201.33
114.833
291
198.87

Juni
7.333
9.833
131.5
0.667
118
19
11.5
284.5
181.33
50.833

Bulan
Juli
1
16.667
1.5
6.333
72
26
39.333
75.167
189.17
76.667

Agustus
0.333
0
15.1667
0
91.5
119.667
32
2.1667
70.667
297.5

September
1
0
18
7.333
41.5
6.667
23
11.333
51.833
252.17

Oktober
17
57
46.167
90.333
158.5
318.333
350.67
239.5
167.17
385.33

Nopember
203.667
326.667
454.167
526.67
181.5
534
428.33
517
347.5
676.7

Desember
580.333
330.667
586.5
521
634.83
439.667
295.33
219
427.17
865.2

Jumlah
2087.001
2307.534
2950.363
2953.663
2983.820
3033.668
3238.333
3290.100
3457.840
4643.410

109

Tabel 4.18. Perhitungan Evapotranspirasi Dengan Penman Modifikasi


No

Dasar

Suhu udara

Kelembaban Relatif

Kecepatan Angin

Penyinaran Matahari 12 Jam

Lintang Selatan

Unit

Bulan

Keterangan

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Desember

25.35

25.775

25.75

25.95

26.15

25.6

25.1

24.85

25.95

26.8

26.15

25.5

Data

83.5

82

81.5

84

79.5

78

75

75

70.5

69.5

78

84

Data

m/det

0.8889

0.7222

0.7639

0.6528

0.8611

0.9028

0.9861

1.1944

1.6250

1.4167

1.1111

0.6389

Data

22.5

40.5

66

43

54

54.5

57.5

54.5

51.5

55.5

40.5

32.5

Data

7.07

7.07

7.07

7.07

7.07

7.07

7.07

7.07

7.07

7.07

7.07

7.07

Data

Tabel Penman 1 dan (1)

9.01

9.06

9.06

9.08

9.10

9.03

8.97

8.95

9.08

9.18

9.10

9.02

Tabel

Tabel Penman 2 dan (1)

2.49

2.54

2.54

2.56

2.59

2.51

2.45

2.42

2.56

2.67

2.59

2.50

Tabel

Tabel Penman 3 dan (1)

mmHg

24.35

24.94

24.94

25.31

25.6

24.64

23.9

23.6

25.31

26.46

25.6

24.49

Tabel

1.94

1.97

1.97

1.98

2.00

1.95

1.92

1.90

1.98

2.04

2.00

1.95

Tabel

mmHg

20.332

20.451

20.326

21.260

20.352

19.219

17.925

17.700

17.844

18.390

19.968

20.572

Rumus

0.123

0.122

0.123

0.114

0.122

0.132

0.145

0.146

0.146

0.140

0.126

0.121

Tabel

mmHg

4.0178

4.489

4.614

4.050

5.248

5.421

5.975

5.900

7.467

8.070

5.632

3.918

Rumus

Perhitungan Penman

Tabel Penman 4 dan (1)

10

(2)*(8)

11

Tabel Penman 5 dan (10)

12

(8)-(10)

13

Tabel Penman 6 dan (3)

0.169

0.151

0.16

0.151

0.169

0.169

0.178

0.197

0.234

0.215

0.187

0.151

Tabel

14

(12)*(13)

0.679

0.678

0.738

0.612

0.887

0.916

1.064

1.162

1.747

1.735

1.053

0.592

Rumus

15

Tabel Penman 7 dan (5)

9.12

9.16

8.9

8.32

7.64

7.25

7.37

7.95

8.59

8.99

9.08

9.06

Tabel

16

Tabel Penman 8 dan (4)

0.30

0.37

0.45

0.37

0.41

0.41

0.45

0.41

0.41

0.41

0.37

0.34

Tabel

17

(15)*(16)

2.736

3.389

4.005

3.078

3.132

2.973

3.317

3.259

3.522

3.686

3.360

3.080

Rumus

18

8*{1-(4)}

6.20

4.76

2.72

4.56

3.68

3.64

3.40

3.64

3.88

3.56

4.76

5.40

Rumus

19

1 - {(18)/10}

0.380

0.524

0.728

0.544

0.632

0.636

0.66

0.636

0.612

0.644

0.524

0.460

Rumus

20

(6)*(11)*(19)

0.421

0.579

0.811

0.563

0.702

0.758

0.858

0.831

0.811

0.828

0.601

0.502

Rumus

21

(17)-(20)

2.315

2.810

3.194

2.515

2.431

2.214

2.458

2.428

2.711

2.858

2.759

2.578

Rumus

22

(7)*(21)

5.764

7.137

8.112

6.439

6.296

5.558

6.022

5.877

6.939

7.632

7.145

6.446

Rumus

23

(14)+(22)

6.443

7.815

8.850

7.051

7.183

6.474

7.086

7.039

8.686

9.367

8.198

7.038

Rumus

24

(23)/(9)

mm/hr

3.321

3.967

4.493

3.561

3.591

3.320

3.691

3.705

4.387

4.592

4.099

3.609

Rumus

Evapotranspirasi (Eto)

mm/bln

102.956

111.080

139.269

106.828

111.330

99.605

114.410

114.850

131.610

142.335

122.980

111.879

Rumus

110

Tabel 4.19. Perhitungan Debit Andalan Rh 20 % Kering


Bulan
No

Uraian

Unit

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Desember

Curah Hujan (Rh 20 %)

407.333

420.167

409.333

297.533

163

131.5

1.5

15.1667

18

46.667

454.167

586.5

Hari Hujan (n)

19

19

23

16

10

11

21

24

Eto

102.956

111.080

139.269

106.828

111.33

99.605

114.407

114.850

131.610

142.335

122.976

111.879

Evapotranspirasi
3

Evapotranspirasi

Exposed Surface

30

30

30

30

40

50

60

70

70

50

40

30

(m/20)*(18-n)

-0.015

-0.015

-0.075

0.03

0.22

0.2

0.48

0.49

0.42

0.175

-0.06

-0.09

dE = (m/20)*(18-n)*Eto

(3)*(5)

-1.544

-1.666

-10.450

3.205

24.493

19.921

54.915

56.276

55.276

24.909

-7.379

-10.069

Et = Eto - dE

(3)-(6)

104.500

112.747

149.714

103.623

86.837

79.684

59.491

58.573

76.334

117.427

130.355

121.948

Run off Storm (Rs) = P - Eto

(1)-(7)

302.833

307.420

259.619

193.910

76.163

51.816

57.991

43.406

58.334

70.760

323.812

464.552

Run off Storm 5% Rs

5%*(8)

15.142

15.371

12.981

9.695

3.808

2.591

2.900

2.170

2.917

3.538

16.191

23.228

10

Soil Storage

(8)-(9)

287.691

292.049

246.638

184.214

72.355

49.226

55.092

41.236

55.417

67.222

307.621

441.324

11

Soil Moisture (SMC = 150)

150

150

150

150

150

150

150

150

150

150

150

150

12

Water Surplus

(8)-(10)

15.142

15.371

12.981

9.695

3.808

2.591

2.900

2.170

2.917

3.538

16.191

23.228

Keseimbangan Air

Aliran dan Penyimpanan Air Tanah


13

Initial Storage

50% SMC

75

75

75

75

75

75

75

75

75

75

75

75

14

Infiltration = i * Ws ; I = 0,2

(12)*0,2

3.028

3.074

2.596

1.939

0.762

0.518

0.580

0.434

0.583

0.708

3.238

4.646

15

0,5 x ( 1 + k ) x Infiltration

0.5*(1+k)*(14)

2.877

2.921

2.466

1.842

0.724

0.492

0.551

0.412

0.554

0.672

3.076

4.413

16

k x V(n-1)

k*(15)

2.589

2.628

2.220

1.658

0.651

0.443

0.496

0.371

0.499

0.605

2.769

3.972

17

Storage Volume (Vn)

(15)+(16)

5.466

5.549

4.686

3.500

1.375

0.935

1.047

0.783

1.053

1.277

5.845

8.385

18

dVn = Vn - V(n-1)

(17){(16)/0.9}

2.589

2.628

2.220

1.658

0.651

0.443

0.496

0.371

0.499

0.605

2.769

3.972

19

Base Flow

(14)-(18)

0.439

0.446

0.376

0.281

0.110

0.075

0.084

0.063

0.085

0.103

0.470

0.674

20

Direct Run Off

(12)-(14)

12.113

12.297

10.385

7.756

3.047

2.073

2.320

1.736

2.333

2.830

12.952

18.582

21

Run Off

(19)+(20)

12.552

12.743

10.761

8.038

3.157

2.148

2.404

1.799

2.418

2.933

13.422

19.256

22

Catchment Area

m2

8687500

8687500

8687500

8687500

8687500

8687500

8687500

8687500

8687500

8687500

8687500

8687500

23

Debit (mm/bln)

(21)*(22)

109049213.5

110701118.4

93488041.29

69826348.14

27425987.48

18658921.79

20882520.81

15630438.34

21005768.2

25480490

116603685.4

167283712.6

24

Debit

(m3/det)

0.041

0.046

0.035

0.027

0.010

0.007

0.007

0.006

0.008

0.010

0.045

0.062

111

Tabel 4.20. Perhitungan Curah Hujan Efektif Terkoreksi (Re) Dari Rata-rata 3 Stasiun
Stasiun : Mranggen, Plawangan dan Babadan
Bulan
Tahun

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Desember

1988

600.33

543.67

434.67

278.17

201.33

11.5

39.33

32

23

350.7

428.3

295.3

1989

492.17

563.33

433.17

243.33

291

181.33

189.2

70.67

51.83

167.2

347.5

427.2

1990

476.17

460.83

296.83

300.83

151.33

118

72

91.5

41.5

158.5

181.5

634.8

1991

425.33

432.67

323.33

557.33

62.667

0.667

6.333

7.333

90.33

526.7

521

1992

584.8

496.5

304.67

454.17

198.87

50.833

76.67

297.5

252.2

385.3

676.7

865.2

1993

407.33

420.167

409.333

297.533

163

131.5

1.5

15.17

18

46.17

454.2

586.5

1994

437.533

257.5

554.167

245

72.5

9.833

16.67

57

326.7

330.7

1995

567.5

554.433

491.5

213.167

114.833

284.5

75.17

2.167

11.33

239.5

517

219

1996

402.667

382.667

374

374

37

19

26

119.7

6.667

318.3

534

439.7

1997

256.667

549.667

155

228.667

86.333

7.33333

0.333

17

203.7

580.3

Rata-rata

465.050

466.143

377.667

319.220

137.886

81.450

50.38

62.9

41.28

183

419.6

490

SD

147.062

147.406

119.429

100.946

43.605

25.757

15.93

19.89

13.05

57.87

132.7

154.9

Re Bulanan

341.224

342.028

277.108

234.223

101.171

59.762

36.97

46.15

30.29

134.3

307.9

359.5

Re Harian

11.007

12.215

8.939

7.807

3.264

1.992

1.193

1.489

1.010

4.331

10.260

11.600

112

Tabel 4.21. Perhitungan Kebutuhan Air untuk Padi


Uraian

Bulan

Satuan
Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Desember

4.592

4.099

3.609

5.051

4.509

3.97

Eto

mm/hr

3.231

3.967

4.493

3.561

3.591

3.32

3.691

3.705

4.387

Eo = 1.1*Eto

mm/hr

3.5541

4.364

4.942

3.917

3.95

3.652

4.06

4.076

4.826

Perkolasi (P)

mm/hr

Eo+P

mm/hr

5.5541

6.364

6.942

5.917

5.95

5.652

6.06

6.076

6.826

7.051

6.509

5.97

R20% kering (Rh)

mm/bln

407.33

420.2

409.3

297.5

163

131.5

1.5

15.17

18

46.67

454.2

586.5

mm/hr

13.14

15.01

13.2

9.918

5.258

4.383

0.048

0.489

0.6

1.505

15.14

18.92

Faktor Tanaman (kc)


Etc = kc*Eto
1.2

Et1

mm/hr

3.8772

4.76

5.392

4.273

4.309

3.984

4.429

4.446

5.264

5.51

4.919

4.331

1.27

Et2

mm/hr

4.1034

5.038

5.706

4.522

4.561

4.216

4.688

4.705

5.571

5.832

5.206

4.583

1.33

Et3

mm/hr

4.2972

5.276

5.976

4.736

4.776

4.416

4.909

4.928

5.835

6.107

5.452

4.8

1.3

Et4

mm/hr

4.2003

5.157

5.841

4.629

4.668

4.316

4.798

4.817

5.703

5.97

5.329

4.692

1.3

Et5

mm/hr

4.2003

5.157

5.841

4.629

4.668

4.316

4.798

4.817

5.703

5.97

5.329

4.692

Et6

mm/hr

0.18

Re1

mm/hr

2.3652

2.701

2.377

1.785

0.946

0.789

0.009

0.088

0.108

0.271

2.725

3.405

0.53

Re2

mm/hr

6.9641

7.953

6.998

5.256

2.787

2.323

0.026

0.259

0.318

0.798

8.024

10.03

0.55

Re3

mm/hr

7.2269

8.253

7.262

5.455

2.892

2.411

0.027

0.269

0.33

0.828

8.326

10.41

0.4

Re4

mm/hr

5.2559

6.002

5.282

3.967

2.103

1.753

0.019

0.196

0.24

0.602

6.056

7.568

0.4

Re5

mm/hr

5.2559

6.002

5.282

3.967

2.103

1.753

0.019

0.196

0.24

0.602

6.056

7.568

0.4

Re6

mm/hr

5.2559

6.002

5.282

3.967

2.103

1.753

0.019

0.196

0.24

0.602

6.056

7.568

0.4

Re7

mm/hr

5.2559

6.002

5.282

3.967

2.103

1.753

0.019

0.196

0.24

0.602

6.056

7.568

0.2

Re8

mm/hr

2.628

3.001

2.641

1.984

1.052

0.877

0.01

0.098

0.120

0.301

3.028

3.784

Faktor hujan (kh) ( Golongan II )


Re = kh*Rh

113

Uraian

Satuan
Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Bulan
Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Desember

Penyiapan Lahan 250 mm selama 30 hari


Dua minggu periode pertama
LP

mm/hr

11.7

11.85

11.4

11.42

11.43

11.24

11.1

11.7

11.87

11.44

11.13

11.22

mm/hr

6.444

5.848

6.118

7.453

9.327

9.487

11.08

11.5

11.63

10.84

5.074

3.652

A*0.116

l/det/ha

0.748

0.678

0.71

0.865

1.082

1.1

1.285

1.334

1.349

1.257

0.589

0.424

B*1.250

l/det/ha

0.934

0.848

0.887

1.081

1.352

1.376

1.607

1.668

1.686

1.571

0.736

0.53

C*0.150

l/det/ha

0.14

0.127

0.133

0.162

0.203

0.206

0.241

0.25

0.253

0.236

0.11

0.079

D*0.110

l/det/ha

0.015

0.014

0.015

0.018

0.022

0.023

0.027

0.028

0.028

0.026

0.012

0.009

LP-Re1

Penyiapan Lahan 250mm selama 30 hari


Dua minggu periode kedua
LP

mm/hr

11.7

11.85

11.4

11.42

11.43

11.24

11.1

11.7

11.87

11.44

11.13

11.22

mm/hr

11.7

11.85

11.4

11.42

11.43

11.24

11.1

11.7

11.87

11.44

11.13

11.22

A*0,116

l/det/ha

1.357

1.375

1.322

1.325

1.326

1.304

1.288

1.357

1.377

1.327

1.291

1.302

B*1,250

l/det/ha

1.697

1.718

1.653

1.656

1.657

1.63

1.61

1.697

1.721

1.659

1.614

1.627

C*0,150

l/det/ha

0.254

0.258

0.248

0.248

0.249

0.244

0.241

0.254

0.258

0.249

0.242

0.244

D*0,110

l/det/ha

0.028

0.028

0.027

0.027

0.027

0.027

0.027

0.028

0.028

0.027

0.027

0.027

LP-Re2

114

Uraian

Bulan

Satuan
Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Desember

Kebutuhan air pada tumbuhan Padi


Dua minggu periode pertama
WL = 3,33 mm/hr (KP 01)

mm/hr

Et1 - Re3 + P + WL A

mm/hr

1.98

1.837

3.459

4.148

6.747

6.903

9.733

9.507

10.26

10.01

1.922

A*0,116

l/det/ha

0.23

0.213

0.401

0.481

0.783

0.801

1.129

1.103

1.191

1.161

0.223

B*1,250

l/det/ha

0.287

0.266

0.502

0.602

0.978

1.001

1.411

1.379

1.488

1.452

0.279

C*0,150 D

l/det/ha

0.043

0.04

0.075

0.09

0.147

0.15

0.212

0.207

0.223

0.218

0.042

D*0,110

l/det/ha

0.005

0.004

0.008

0.01

0.016

0.017

0.023

0.023

0.025

0.024

0.005

Kebutuhan air pada tumbuhan Padi


Dua minggu periode kedua
WL = 3,33 mm/hr (KP 01)

mm/hr

Et2 - Re4 + P + WL A

mm/hr

4.177

4.366

5.754

5.885

7.787

7.793

9.998

9.84

10.66

10.56

4.48

2.346

A*0,116

l/det/ha

0.485

0.506

0.668

0.683

0.903

0.904

1.16

1.141

1.237

1.225

0.52

0.272

B*1,250

l/det/ha

0.606

0.633

0.834

0.853

1.129

1.13

1.45

1.427

1.546

1.531

0.65

0.34

C*0,150 D

l/det/ha

0.091

0.095

0.125

0.128

0.169

0.169

0.217

0.214

0.232

0.23

0.097

0.051

D*0,110

l/det/ha

0.01

0.01

0.014

0.014

0.019

0.019

0.024

0.024

0.026

0.025

0.011

0.006

2.562

Kebutuhan air pada tumbuhan Padi


Dua minggu periode ketiga
WL = 3,33 mm/hr (KP 01)

mm/hr

Et3 - Re5 + P + WL A

mm/hr

4.371

4.604

6.024

6.099

8.003

7.992

10.22

10.06

10.92

10.84

4.726

A*0,116

l/det/ha

0.507

0.534

0.699

0.707

0.928

0.927

1.185

1.167

1.267

1.257

0.548

0.297

B*1,250

l/det/ha

0.634

0.668

0.873

0.884

1.16

1.159

1.482

1.459

1.584

1.571

0.685

0.372

C*0,150 D

l/det/ha

0.095

0.1

0.131

0.133

0.174

0.174

0.222

0.219

0.238

0.236

0.103

0.056

D*0,110

l/det/ha

0.01

0.011

0.014

0.015

0.019

0.019

0.024

0.024

0.026

0.026

0.011

0.006

115

Uraian

Bulan

Satuan
Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Desember

Kebutuhan Air pada tumbuhan Padi


Dua minggu periode keempat
WL = 3,33 mm/hr (KP 01)

mm/hr

Et4 - Re6 + P + WL A

mm/hr

4.274

4.485

5.889

5.992

7.895

7.893

10.11

9.951

10.79

10.7

4.603

2.454

A*0,116

l/det/ha

0.71

0.744

0.978

0.995

1.311

1.31

1.678

1.652

1.792

1.776

0.764

0.407

B*1,250

l/det/ha

0.887

0.931

1.222

1.243

1.638

1.638

2.098

2.065

2.24

2.22

0.955

0.509

C*0,150 D

l/det/ha

0.133

0.14

0.183

0.187

0.246

0.246

0.315

0.31

0.336

0.333

0.143

0.076

D*0,110

l/det/ha

0.015

0.015

0.02

0.021

0.027

0.027

0.035

0.034

0.037

0.037

0.016

0.008

Kebutuhan Air pada tumbuhan Padi


Dua minggu periode kelima
WL = 3,33 mm/hr (KP 01)

mm/hr

Et5 - Re7 + P

mm/hr

0.944

1.155

2.559

2.662

4.565

4.563

6.779

6.621

7.463

7.367

1.273

0.000

A*0,116

l/det/ha

0.11

0.134

0.297

0.309

0.53

0.529

0.786

0.768

0.866

0.855

0.148

0.000

B*1,250

l/det/ha

0.137

0.167

0.371

0.386

0.662

0.662

0.983

0.96

1.082

1.068

0.185

0.000

C*0,150 D

l/det/ha

0.021

0.025

0.056

0.058

0.099

0.099

0.147

0.144

0.162

0.16

0.028

0.000

D*0,110

l/det/ha

0.002

0.003

0.006

0.006

0.011

0.011

0.016

0.016

0.018

0.018

0.003

0.000

Kebutuhan Air pada tumbuhan Padi


Dua minggu periode keenam
WL = 3,33 mm/hr (KP 01)

mm/hr

Et6 - Re8 + P

mm/hr

0.000

0.000

0.000

0.016

0.948

1.123

1.99

1.902

1.88

1.699

0.000

0.000

A*0,116

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.002

0.11

0.13

0.231

0.221

0.218

0.197

0.000

0.000

B*1,250

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.002

0.138

0.163

0.289

0.276

0.273

0.246

0.000

0.000

C*0,150 D

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.021

0.024

0.043

0.041

0.041

0.037

0.000

0.000

D*0,110

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.002

0.003

0.005

0.005

0.004

0.004

0.000

0.000

116

Tabel 4.22. Kebutuhan Air Selama Penyiapan Lahan Untuk Jagung


Uraian

Bulan

Satuan
Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Desember

Eto

mm/hr

3.231

3.967

4.493

3.561

3.591

3.32

3.691

3.705

4.387

4.592

4.099

3.609

Eo = 1,1*Eto

mm/hr

3.5541

4.364

4.942

3.917

3.95

3.652

4.06

4.076

4.826

5.051

4.509

3.97

Perkoasi (P)

mm/hr

M = Eo+P

mm/hr

5.5541

6.364

6.942

5.917

5.95

5.652

6.06

6.076

6.826

7.051

6.509

5.97

k = MT/S

mm/bln

1.66623

1.909

2.083

1.775

1.785

1.696

1.818

1.823

2.048

2.115

1.953

1.791

ek

mm/hr

5.292179

6.747

8.026

5.901

5.96

5.45

6.16

6.188

7.75

8.293

7.047

5.995

LP = M*ek / (ek-1)

mm/hr

6.848105

7.471

7.93

7.124

7.15

6.922

7.235

7.247

7.837

8.018

7.585

7.165

Ketrangan

T = 15 hari
S = 50

117

Tabel 4.23. Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Jagung


Uraian

Bulan

Satuan
Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Desember

Eto

mm/hr

3.231

3.967

4.493

3.561

3.591

3.32

3.691

3.705

4.387

4.592

4.099

3.609

Eo = 1,1*Eto

mm/hr

3.5541

4.364

4.942

3.917

3.95

3.652

4.06

4.076

4.826

5.051

4.509

3.97

Faktor Koreksi

mm/hr

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

Curah hujan efektif terkoreksi (Re)

mm/hr

11.007

12.22

8.939

7.807

3.264

1.992

1.193

1.489

1.01

4.331

10.26

11.6

Etc = kc*Eto
0,5

mm/hr

1.6155

1.984

2.247

1.781

1.796

1.66

1.846

1.853

2.194

2.296

2.05

1.805

0,59

mm/hr

1.90629

2.341

2.651

2.101

2.119

1.959

2.178

2.186

2.588

2.709

2.418

2.129

0,96

mm/hr

3.10176

3.808

4.313

3.419

3.447

3.187

3.543

3.557

4.212

4.408

3.935

3.465

1,05

mm/hr

3.39255

4.165

4.718

3.739

3.771

3.486

3.876

3.89

4.606

4.822

4.304

3.789

1,02

mm/hr

3.29562

4.046

4.583

3.632

3.663

3.386

3.765

3.779

4.475

4.684

4.181

3.681

0,95

mm/hr

3.06945

3.769

4.268

3.383

3.411

3.154

3.506

3.52

4.168

4.362

3.894

3.429

mm/hr

7.127

7.388

6.849

6.915

6.984

6.776

7.227

7.155

7.465

6.865

6.695

6.742

Penyiapan Lahan 50mm selama 15 hari


Dua minggu periode pertama
LP
LP-Ret

mm/hr

0.000

0.000

0.000

0.000

3.72

4.784

6.034

5.666

6.455

2.534

6.695

6.742

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.432

0.555

0.7

0.657

0.749

0.294

0.777

0.782

B*1,250

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.539

0.694

0.875

0.822

0.936

0.367

0.971

0.978

C*0,150

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.081

0.104

0.131

0.123

0.14

0.055

0.146

0.147

D*0,110

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.009

0.011

0.014

0.014

0.015

0.006

0.016

0.016

A*0,116

118

Uraian

Bulan

Satuan
Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Desember

Kebutuhan air pada tumbuhan jagung


Dua minggu periode pertama
Et1 - Ret

mm/hr

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.653

0.364

1.184

0.000

0.000

0.000

A*0,116

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.076

0.042

0.137

0.000

0.000

0.000

B*1,250

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.095

0.053

0.172

0.000

0.000

0.000

C*0,150

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.014

0.008

0.026

0.000

0.000

0.000

D*0,110

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.002

0.001

0.003

0.000

0.000

0.000

Kebutuhan air pada tumbuhan jagung


Dua minggu periode kedua
Et2 - Ret

mm/hr

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.985

0.697

1.579

0.000

0.000

0.000

A*0,116

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.114

0.081

0.183

0.000

0.000

0.000

B*1,250

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.143

0.101

0.229

0.000

0.000

0.000

C*0,150

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.021

0.015

0.034

0.000

0.000

0.000

D*0,110

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.002

0.002

0.004

0.000

0.000

0.000

Kebutuhan air pada tumbuhan jagung


Dua minggu periode ketiga
Et3 - Ret

mm/hr

0.000

0.000

0.000

0.000

0.184

1.195

2.351

2.068

3.202

0.077

0.000

0.000

A*0,116

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.021

0.139

0.273

0.24

0.371

0.009

0.000

0.000

B*1,250

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.027

0.173

0.341

0.3

0.464

0.011

0.000

0.000

C*0,150

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.004

0.026

0.051

0.045

0.07

0.002

0.000

0.000

D*0,110

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.003

0.006

0.005

0.008

0.000

0.000

0.000

119

Uraian

Bulan

Satuan
Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

Nopember

Desember

Kebutuhan Air pada tumbuhan Jagung


Dua minggu periode keempat
Et4 - Ret

mm/hr

0.000

0.000

0.000

0.000

0.507

1.494

2.683

2.401

3.597

0.49

0.000

0.000

A*0,116

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.059

0.173

0.311

0.279

0.417

0.057

0.000

0.000

B*1,250

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.074

0.217

0.389

0.348

0.522

0.071

0.000

0.000

C*0,150

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.011

0.032

0.058

0.052

0.078

0.011

0.000

0.000

D*0,110

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.001

0.004

0.006

0.006

0.009

0.001

0.000

0.000

Kebutuhan Air pada tumbuhan Jagung


Dua minggu periode kelima
Et5 - Ret

mm/hr

0.000

0.000

0.000

0.000

0.399

1.394

2.572

2.29

3.465

0.352

0.000

0.000

A*0,116

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.046

0.162

0.298

0.266

0.402

0.041

0.000

0.000

B*1,250

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.058

0.202

0.373

0.332

0.502

0.051

0.000

0.000

C*0,150

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.009

0.03

0.056

0.05

0.075

0.008

0.000

0.000

D*0,110

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.001

0.003

0.006

0.005

0.008

0.001

0.000

0.000

Kebutuhan Air pada tumbuhan Jagung


Dua minggu periode keenam
Et6 - Ret

mm/hr

0.000

0.000

0.000

0.000

0.148

1.162

2.314

2.031

3.158

0.031

0.000

0.000

A*0,116

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.017

0.135

0.268

0.236

0.366

0.004

0.000

0.000

B*1,250

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.021

0.168

0.336

0.294

0.458

0.004

0.000

0.000

C*0,150

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.003

0.025

0.05

0.044

0.069

0.001

0.000

0.000

D*0,110

l/det/ha

0.000

0.000

0.000

0.000

0.000

0.003

0.006

0.005

0.008

0.000

0.000

0.000

120

Tabel 4.24. Pola dan Tata Tanam Daerah Bendung Kali Putih
Angka Kebutuhan

Kode

Oktober
1
2
LP

Nopember
1
2

Desember
1
2
Padi

Januari
1
2

Pebruari
1
2
LP

Maret

April

Juni

Mei

Juli

2
Padi

2
LP

0.401
0.502
0.075
0.008

0.668
0.834
0.125
0.014

0.707
0.884
0.133
0.015

0.995
1.243
0.187
0.021

0.53
0.662
0.099
0.011

0.11
0.138
0.021
0.002

0.555
0.694
0.104
0.011

0
0
0
0

0.114
0.143
0.021
0.002

0.273
0.341
0.051
0.006

Agustus
1
2
Jagung

September
1
2

Keteran

Golongan I
Penyiapan
Sawah (lt/det/Ha)
Sal. tersier (lt/det/Ha)
Sal sekunder (lt/det/Ha)
Sal primer (lt/det/Ha)

B
C
D
E

1.257
1.571
0.236
0.026

1.327
1.659
0.249
0.027

0.223
0.279
0.042
0.005

0.52
0.65
0.097
0.011

0.297
0.372
0.056
0.006

0.407
0.509
0.076
0.008

LP

0.11
0.137
0.04
0.002

0
0
0
0

0.678
0.848
0.127
0.014

1.375
1.718
0.258
0.028

Padi

LP

0.274
0.348
0.052
0.006

0.266
0.332
0.05
0.005

0.366
0.458
0.069
0.008

0
0
0
0

Tanaman P

Padi

Golongan II
Sawah (lt/det/Ha)
Sal. tersier (lt/det/Ha)
Sal sekunder (lt/det/Ha)
Sal primer (lt/det/Ha)

B
C
D
E

1.257
1.571
0.236
0.026

1.291
1.614
0.242
0.027

0.223
0.279
0.042
0.005

0.272
0.34
0.051
0.006

0.297
0.372
0.056
0.006

0.71
0.807
0.133
0.015

0.11
0.137
0.021
0.002

0
0
0
0

0.005 0.0225 0.0225 0.031


6.352
3.723
1.827
1.4
0.75
0.75
0.75
0.75
0.5904 4.5326 9.23645 16.607
0.0038 0.0169 0.01688 0.0233

0.031
1.731
0.75
13.432
0.0233

0.0205 0.0205 0.023


1.954
0.27
1.667
0.75
0.75
0.75
7.8685 56.944 10.348
0.0154 0.0154 0.0173

0.678
0.848
0.127
0.014

1.332
1.653
0.248
0.027

0.401
0.502
0.075
0.008

0.683
0.853
0.128
0.014

0.707
0.884
0.133
0.015

1.311
1.638
0.246
0.027

0.53
0.662
0.099
0.011

0.13
0.163
0.024
0.003

0
0
0
0

0.023
5.046
0.75
3.4185
0.0173

0.0175 0.0175 0.0135


4.246
2.627
3.417
0.75
0.75
0.75
3.0911 4.99619 2.9631
0.0131 0.01313 0.0101

0.014
4.185
0.75
2.419
0.01

0.005
0.005
4.524
1.573
0.75
0.75
0.8289 2.384
0.0038 0.0038

0.005
1.684
0.75
2.2268
0.0038

0.005
0
0.75

Pengeringa

Tanaman P
Debit tersedia (m^3/det)
Debit kebutuhan I +II (lt/det.Ha)
Efisiensi irigasi (e)
Luas lahan yang mampu dialiri (Ha)
Keb. air untuk lahan yang mampu di airi (m^3/det)
Keterangan :
LP = Lahan persiapan
1.214 = (0.005*1000*075)/ 3.09
0.0038 = (3.09*1.2136)/1000

0.005
3.09
0.75
1.2136
0.0038

0.005
0.005
0.28
0.671
0.75
0.75
13.393 5.5887
0.0038 0.0038

0.005
0.68
0.75
5.5147
0.0038

0.005
0.653
0.75
5.7427
0.0038

0.005
0.901
0.75
4.162
0.0038

0.005
0
0.75

Tabel 4.25. Perhitumgan Neraca Air Daerah Bendung Kali Putih


Uraian

Oktober

I
1

Nomor pada grafik

Nopember

II
2

I
3

Desember

II
4

I
5

Januari

II
6

I
7

februari

II
8

I
9

Maret

II
10

April

I
11

II
12

Mei

I
13

II
14

Juni

I
15

II
16

I
17

Debit andalan (m^3/det)


Kebutuhan air untuk lahan (m^3/det)

0.005
0.0038

0.005
0.0038

0.0225
0.016875

0.0225
0.016875

0.031
0.02325

0.031
0.02325

0.0205
0.015375

0.0205
0.015375

0.023
0.01725

0.023
0.01725

0.0175
0.013125

0.0175
0.013125

0.0135
0.010125

0.0135
0.010125

0.005
0.00375

0.005
0.00375

0.005
0.00375

Surplus / Defisit ( + / - )

0.0012

0.0013

0.005625

0.005625

0.00775

0.00775

0.005125

0.005125

0.00575

0.00575

0.004375

0.004375

0.003375

0.003375

0.00125

0.00125

0.00125

Juli

II
18
0.005

0.005

I
19

Agustus

II
20

I
21

September

II
22

I
23

0.005
0.00375

0.005
0.00375

0.005
0.00375

0.005
0.00375

0.005
0.00375

0.00125

0.00125

0.00125

0.00125

0.00125

II
24
0.005

0.005

0.035
0.03
0.025
0.02

Debit andalan (m^3/det)


Kebutuhan air untuk lahan (m^3/det)

0.015
0.01
0.005
0
1

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

You might also like