You are on page 1of 11

MATERI 1 TITRASI KOMPLEKSOMETRI: PENENTUAN KESADAHAN TOTAL DAN Ca2+, Mg2+ DALAM SAMPEL AIR

Hari/ Tanggal : Selasa, 7 Mei 2013 Tempat : Laboratorium Kimia Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar 1. LATAR BELAKANG Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,

umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ionlogam lain maupun garamgaram bikarbonat dan sulfat. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (W/V) dari CaCO3 (Wikipedia : 2013) Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun tidak dapat membentuk busa, tetapi malah membentuk gumpalan soap scum (sampah sabun) yang sukar dihilangkan (Wikipedia : 2013). Air sadah tidak langsung berbahaya untuk dminum, akan tetapi dapat menyebabkan masalah cukup serius dalam jangka panjang. Air sadah mengandung kadar kalsium yang tinggi. Kalsium termasuk jenis kalsium anorganik. Kalsium anorganik sangat berbahaya karena tidak dapat diserap oleh tubuh. Jika kalsium anorganik dikonsumsi, maka akan langsung dibuang melalui sistem sekresi dan sebagian akan mengendap di ginjal. Pada jangka waktu tertentu akumulasi kalsium dalam tubuh akan menyebabkan batu ginjal dan sebagian lagi akan mengendap di dalam darah menyebabkan pengapuran yang dapat berakibat fatal bagi kesehatan (World Health Organization : 1996). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990, tentang Syarat-Syarat Kualitas Air Bersih, menyatakan bahwa kadar maksimum kesadahan yang diperbolehkan yaitu 500 mg CaCO3/L. Nilai ambang batas kesadahan air yang diperbolehkan sebagai air minum adalah 100 mg/L dan air yang mempunyai kesadahan di atas harga tersebut dikategorikan sebagai air sadah. Sedangkan

kesadahan air yang dianggap baik bila nilai kesadahannya antara 50-80 mg/L (Patria Krisna : 2011). Metode yang dapat dilakukan untuk penentuan kesadahan adalah metode Titrasi EDTA ( Ethylene Diamene Tetra Asetat). EDTA berupa senyawa kompleks khelat dengan rumus molekul (HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2. Merupakan suatu senyawa asam amino yang secara luas dipergunakan untuk mengikat ion logam logam bervalensi dua dan tiga. EDTA mengikat logam melalui empat karboksilat dan dua gugus amina. EDTA membentuk kompleks kuat terutama dengan Mn (II), Cu (II), Fe (III), dan CO (III). dengan dasar pembentukan khelat yang digolongkan dalam golongan komplekson (Amal : 2011) Prinsip dan dasar reaksi dalam penentuan ion-ion logam secara titrasi kompleksometri umumnya menggunakan komplekson EDTA sebagai zat pembentuk kompleks khelat, dimana EDTA bereaksi dengan ion logam yang polivalen seperti Al3+, Bi3+, Ca2+, dan Cu2+ membentuk senyawa kompleks khelat yang stabil dan larut dalam air. 2. TUJUAN a. Agar mahasiswa dapat membuat larutan baku EDTA 0,01 M yang diperlukan dalam titrasi. b. Agar mahasiswa dapat melakukan pembakuan EDTA dengan larutan CaCO3. c. Agar mahasiswa dapat melakukan percobaan titrasi kompleksometri dengan sampel air bersih. 3. PRINSIP Dalam penentuan kesadahan total apabila EDTA ditambahkan ke dalam suatu larutan dari kation logam tertentu, maka akan terbentuk kompleks khelat yang mudah larut. Bila sejumlah kecil warna seperti Erioochrom Black T atau Calmigite ditambahkan pada larutan, maka akan beruah menjadi merah anggur. Jika EDTA ditambakan pada campuran larutan tersebut, kalsium dan magnesium akan dikomplekskan sehingga larutan berubah dari merah anggur menjadi biru, yang menandakan teradinya titik akhir titrasi. Untuk manghasilkan titik akhir titrasi yag baik, dierlukan adanya ion magnesium. Ketajaman titik akhir titrasi mmeningkat dengan bertambahnya pH. pH 10 0,1 adalah pH yang memberikan hasil yang memuaskan. Batas waktu 5 menit dimaksudkan untuk mengatur lamanya titrasi guna memperkecil kemungkinan pengendapan CaCO3.

Pada penentuan kesdahan Ca2+, Mg2+, apabila EDTA ditambahkan ke dalam suaatu larutan dari kation logam tertentu, maka akan terbentuk kompleks khelat yang mudah larut. Bila sejumlah kecil indikator muurexid ditambahkan ke dalam larutan tersebut maka warna larutan akan berubah menjadi merah muda. Apabila EDTA ditambahkan pada larutan tersebut pH basa (12-13), maka kalsium akan dikomplekskan dan magnesium akan diendapkan menjadi Mg(OH)2 dan larutan akan berubah dari merah muda menjadi merah ungu yang menunjukkan terjadinya titik akhir titras. Saat itulah, mol CaCO3 sama dengan mol EDTA yang dinamakan titik akhir titrasi. Dimana reaksi yang terjadi selama proses titrasi yaitu : Ca2+ CaIn+ HIn2- CaIn- + H+ CaY2- + HIn2- + H+ (biru) + H2Y2-

(merah anggur) 4. PROSEDUR PERCOBAAN a. Alat 1. Buret 2. Statif 3. Erlenmeyer 250 ml 4. Pipet volume 10 ml, 25 ml 5. Push ball 6. Gelas beaker 50 mL 7. Pipet tetes b. Bahan 1. Larutan baku primer CaCO3 0,01 M

8. Corong 9. Labu takar 250 mL 10. Spatula 11. Mortar dan pestle 12. Batang pengaduk 13. Neraca analitik

2. Larutan baku sekunder Na2-EDTA 0,01 M 3. Indikator EBT 4. Indikator murexid 5. Larutan buffer pH 10 6. NaOH 1 N 7. Air suling/aquadest 8. Sampel air bersih 9. HCl 1:1 10. NH4OH 1:1 11. Indikator MM

c. Standarisasi EDTA dengan CaCO3 0,01 M Pembuatan larutan CaCO3 0,01 M Ditimbang 250 mg bubuk CaCO3 Ditambahkan HCl encer (1:1) melalui dinding sampai CaCO3 larut sempurna, kemudian ditambahkan aquades 200 mL Dididihkan beberapa menit untuk menghilangkan CO2 Larutan dipindahkan ke labu ukur 250 mL tepatkan hingga batas Dikocok hingga homogen Pembuatan larutan EDTA 0,01 M Ditimbang 3,723 g EDTA Dilarutkan dengan aquades Dipindahkan ke labu ukur 500 mL tepatkan hingga batas

Dikocok hingga homogen Pembuatan Larutan Buffer pH 100,1 Dilarutkan 1,179 g di-Natrium EDTA dan 780 mg MgSO4.7H2O atau 644 mg MgCl2.6H2O dalam 50 ml aquadest

Ditambahkan larutan di atas pada 16,9 g NH4Cl, dihomogenkan Ditambahkan larutan tersebut pada 143 ml Nh4OH pekat.

Dipindahkan ke labu ukur 250 mml, ditepatkan dengan aquades hingga tepat tanda.

Dilarutkan hingga tepat tanda dengan aquades, dikocok hingga homogen. Pembuatan indikator EBT Ditimbang 20 mg EBT dan 10 g NaCl

Dihomogenkan dengan mortar hingga menjadi halus Pembuatan indikator murexid Ditimbang 20 mg murexid dan 10 g NaCl Dihomogenkan dengan mortar hingga menjadi halus Pembuatan NaOH 1 N Ditimbang 4 g NaOH, dilarutkan dengan 20 mL aquades Dipindahkan ke labu ukur 100 mL tepatkan hingga batas

Standarisasi EDTA dengan CaCO3 0,01 M Buret diisi dengan larutan baku sekunder EDTA hingga batas nol

Dipipet 10 mL CaCO3 0,01 M lalu dimasukkan ke erlenmeyer

Ditambahkan 40 mL aquades

Ditambahkan 1-2 mL buffer fosfat pH 10 Ditambahkan indikator EBT

Dititrasi dengan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru keunguan konstan Dihitung normalitas EDTA d. Penentuan Kesadahan Total Sampel Preparasi sampel Dipipet 100 mL sampel dan dimasukkan ke beaker glass 250 mL Dikocok beberapa menit supaya CO2 terlarut dan pembentukan CO32- pada pH 10 dapat dihindarkan

Penentuan Kesadahan Total Sampel Dipipet 25 mL sampel lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Sampel diencerkan hingga mencapai volume 50 mL

Ditambahkan 1-2 mL buffer pH 10 Ditambahkan indikator EBT

Dititrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru keunguan konstan Dicatat volume EDTA yang diperlukan

Dihitung kadar kesadahan total sampel Penentuan Kesadahan Kalsium (Ca2+) Dipipet 25 mL sampel lalu dimasukka ke dalam erlenmeyer

Sampel diencerkan hingga mencapai volume 50 mL

Ditambahkan 2 mL NaOH 1 N sampai dicapai pH 12-13

Ditambahkan indikator murexid

Dititrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi ungu konstan

Dicatat volume EDTA yang diperlukan dan dihitung kadar kesadahan kalsium sampel

5. HASIL PENGAMATAN No. 1 2 3 Titrasi keI II III Rata-rata Volume Titrasi (ml) EDTA 2,5 2,5 Kesadahan Total 1,9 1,9 Kesadahan Ca 1,1 1,1 1,1 1,1

Awal

+ Indikator Sebelum Titrasi

Setelah TAT Tercapai

CaCO3

Sampel kesadahan total

Sampel kesadahan Ca2+

6. PERHITUNGAN a. Standarisasi EDTA dengan CaCO3 0,01 M Volume titrasi Kadar NaOH: = 2,5 ml V1 x M1 10 x 0,01 M2 Volume titrasi = 1,9 ml = V2 x M2 = 2,5 x M2 = 0,04 M

b. Penentuan Kadar Kesadahan Total

Kadar total (mg CaCO3/L)

= =

x VEDTA x MEDTA x 100 x 1,9 x 0,04 x 100

= 304 mg CaCO3/L c. Penentuan Kadar Kesadahan Ca2+ dan Mg2+ Volume titrasi I Volume titras II = 1,1 ml = 1,1 ml

Volume titrasi III = 1,1 ml Volume rata-rata = 1,1 ml Kadar kalsium (mg Ca/L) = = x VEDTA(a) x MEDTA x 40 x 1,1 x MEDTA x 40

= 70,4 mg Ca/L Kadar magnesium (mg Mg/L) = = x [VEDTAtotal - VEDTA(a)]x MEDTA x 24,3 x [1,9 - 1,1] x 0,04 x 24,3

= 31,104 mg Mg/L 7. PEMBAHASAN Air sadah memiliki berbagai dampak negatif, mulai dari dapat menimbulkan kerak pada berbagai peralatan hingga dapat mmemberikan berbagai efek bagi tubuh seperti penimbunan ion yang menyebabkan kencing batu. Berdasarkan alasan tersebut, penentuan kesadahan air perlu dilakukan. Penentuan kesadahan air kali ini menggunakan sampel air dari saluran air Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar guna mengetahui kesadahan air yang digunakan di Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar, mengingat saat melakuan pencucian alat-alat laboratorium menggunakan air dari sumber ini. Titrasi ini memmakai 2 indikator yakni EBT dan murexid. EBT digunakan dalam standarisasi EDTA dengan larutan CaCO3 dan saat penentuan kadar kesadahan total, sedangkan murexid digunakan dalam penentuan kesadahan Ca pada sampel. Tidak ada takaran pasti mengenai jumlah indikator yang ditambahkan, sehingga untuk mengetahui apakah indikator yang digunakan sudah cukup atau tidak dapat diketahui dengan melihat warna larutan apakah sudah cukup atau tidak. Kelebihan atau kekurangan indikator, seperti titrasi lain, akan mempengaruhi hasil titrasi. Jika indikator kurang, warna yang dihasilkan akan terlalu tipis, sehingga perubahan warna akan menjadi sulit diamati. Sementara, jika indikator yang diambahkan terlalu banyak,

warna yang muncul akan menjadi terlalu pekat sehingga perubahan warna pun jadi sulit teramati. Larutan standar yang digunakan adalah EDTA yang merupakan larutan baku sekunder. Karena EDTA adalah larutan baku sektunder, maka seelumnya harus dilakukan standarisasi. Standarisasi EDTA dilakukan dengan mennggunakan larutan baku CaCO3 dan indikator EBT. Sesuai teori, saat ditambah EBT warna EDTA menjadi merah anggur, kemudian setelah dititrasi hingga volume 2,5 ml, warna EDTA berubah menjadi biru. Setelah volume diperoleh, dapat ditentukan kadar (M) dari EDTA dengan rumus V1 x M1 = V2 x M2. Dari perhitungan, diperoleh kadar EDTA adalah 0,04 M. Standarisasi sebaiknya dilakukan 3 kali, namun karena keterbatasan reagen,standarisasi kali inin hanya diilakukan 1 kali. Selanjtunya setelah kadar EDTA diketahui, dapat dilakukan titrasi untuk menentukan kadar kesadahan total sampel. Penentuan kesadahan ini juga menggunakan indikator EBT. Larutan baku yang digunakan adalah EDTA. Sampel yang awalnya tidak berwarna menjadi berwarna merah anggur saat ditambahkan EBT, kemudian setelah dititrasi hingga volume 1,9 ml, warna sampel berubah menjadi biru. Setelah itu, kadar kesadahan total diperoleh sebesar 304 mg CaCO3/L dengan rumus x VEDTA x MEDTA x 100. Dengan kata lain, dalam setiap 1 liter sampel, terdapat 304 gram CaCO3. Selanjutnya ditentukan kesadahan Ca2+ pada sampel. Penentuan kadar kesadahan ini menggunakan larutan baku EDTA, indikator yang digunakan adalah murexid. Sampel yang ditambah murexid warnanya berubah menjadi merah muda. Selanjutnya setelah dilakukan titrasi hingga larutan berubah warna menjadi ungu dari merah muda yang dilakukan sebanyak 3 kali, kesemuanya mendapat volume titrasi yang sama, yakni 1,1 ml. berangkat dari hasil ini, dicari kesadahan Ca2+ dan Mg2+ sampel. Untuk kesadahan Ca2+ sampel, dicari dengan rumus x VEDTA(a) x

MEDTA x 40, dengan memasukkan semua input yang diperlukan, diperoleh kadar kesadahan Ca2+ adalah 70,4 mg Ca/L. jadi dalam 1 liter sampel, terdapat 70,4 gram kalsium. Kmudian untuk menentukan kadar kesadahan Mg2+, tidak dilakukan titrasi lagi, meliainkan langsung melakukan perhitunga dengan rumus x [VEDTAtotal -

VEDTA(a)]x MEDTA x 24,3. Dari perhitungan tersebut, diperoleh kadar kesadahan Mg sampe adalah sebesar 31,104 mg Mg/L, yag berarti 1 liter sampel mengandung 31,104 mg magnesium.

Kadar ini masih bisa diterima untuk air bersih, dimana untuk air bersih, kadar maksimum kesadahan menurut Kemenkes RI adalah 500 mg CaCO3/L, namun belum memenuhi kiteria air minum, karena kadar kesadahan yang diijinkan untuk air minnum adalah 100 mg CaCO3/L. Penting diingat, apabila kesadahan total nilainya akan selalu lebih besar dari kesadahan Ca dan Mg. hal in karena kesadahan Ca dan Mg juga termasuk ke dalam kesadahan total. Bila hasil kesadahan Ca dan Mg lebih dari nilai kesadahan total, maka bisa dipastikan terjadi kesalahan. 8. KESIMPULAN Kesimpulan yangdapat diambil dari praktikum kali ini ialah: 1. Untuk membuat larutan baku EDTA, 3,723 g bubuk EDTA dilarutkan dalam 1000 ml aquadest. 2. Pembakuan EDTA dilakukan dengan menggunakan larutan baku CaCO3 dan indikator EBT. Perubahan warna yang terjadi adalah dari merah anggur menjadi biru tetap. 3. Titrasi kompleksometri digunkan untuk menentukan kesadahan sampel air dengan menggunakan indikator EBT untuk menentukan kesadahan total sampel dan indikator murexid untuk menentukan kadar kesadahan Ca2+. Laruta dasar yang digunakan adalah EDTA. 4. Nilai kesadahan Ca2+ sampel adalah 70,4 mg Ca/L, dan nilai kesadahan Mg2+ adalah 31,104 mg Mg/L. 5. Nilai kesadahan total sampel air adalah 304 mg CaCO3/L. masih diterima untuk air bersih,namun tidak memenuhi kriteria air minum.

9. DAFTAR PUSTAKA Amal, Andika Muhardianti. 2 Desember 2011. Laporan Praktikum Kesadahan. Online. http://dhyka1207.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikumkesadahan.html. Diakses 11 Mei 2013. Patria Krisna, Dwi Nur. 19 Oktober 2011. Kesadahan dalam Air Tanah. Online. http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2011/10/19/kesadahandalam-air-tanah-402755.html. Diakses 11 Mei 2013. Wikipedia. 6 April 2013. Kesadahan Air. Online.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesadahan_air. Diakses 11 Mei 2013. World Health Organization. 1996. Health Criteria and Other Supporting Information . Geneva: Originally published in Guidelines for drinking-water quality, 2nd ed. Vol. 2.

Denpasar, 14 Mei 2013 Praktikan,

I Gusti Nyoman Triadi

PENGESAHAN Pembimbing I Pembimbing II

A. A. N. Putra R. P., S.Farm. Apt.

Nur Habibah, S.Si.

You might also like