You are on page 1of 8

indonesia berharap menandatangani perjanjian ASEAN mengenai Polusi Kabut Asap Lintas Batas (Transboundary Haze Pollution) akhir

tahun ini, menegaskan komitmennya dalam isu kabut asap di wilayah Asia Tenggara.

Arif Yuwono, Deputi Kementerian Lingkungan Hidup untuk Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, menyatakan draf perjanjian sedang dibahas di DPR dan diharapkan disetujui pemerintah paling lambat akhir tahun ini.

"Kesediaan Indonesia menandatangani perjanjian ini bukan karena tekanan Malaysia dan Singapura, melainkan semangatnya sebagai negara anggota ASEAN," menurutnya kepada The Jakarta Post melalui telepon.

Di tempat terpisah, setelah hadiri Informal ASEAN Ministerial Meeting on the Environment ke14, Meeting of the Conference of the Parties to the ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution ke-9, dan pertemuan terkait lainnya di Surabaya, Jawa Timur, Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya menyatakan kementeriannya telah berdiskusi dengan negara partisipan lainnya, termasuk Malaysia dan Singapura.

"Terkait kabut asap, kita perlu mencari solusi bersama untuk mengatasinya dan mencegah kejadian ulang. Kita perlu meningkatkan kewaspadaan karena musim kering masih berlanjut hingga Oktober," terang Balthasar kepada wartawan.

Menurutnya saat ini Indonesia sedang formulasikan draf kesepakatan bersama antara Singapura dan Malaysia terkait pengawasan kabut asap bersama.

"Perjanjian dengan Singapura dan Malaysia dalam bentuk penelitian bersama dan isu-isu tertentu terkait pengelolaan kabut asap bersama. Malaysia juga memiliki kepentingan yang sama," terang Balthasar.

Sebelumnya, pemerintah Malaysia dan Singapura membujuk Indonesia untuk segera menandatangani perjanjian ASEAN mengenai Polusi Kabut Asap Lintas Batas, suatu pakta pengelolaan kabut asap, yang ditandatangani 10 Juni 2002. Pakta tersebut berlaku 25 November 2003, namun dari 10 negara anggota ASEAN, hanya Indonesia yang belum meratifikasinya.

Himbauan penandatangan perjanjian tersebut muncul setelah kabut asap di Riau menyelimuti Singapura dan Malaysia pada Juni dan Juli tahun ini. Singapura klaim kejadian tersebut terburuk dalam 16 tahun terakhir. Isu tersebut juga memicu perang diplomatis antara Indonesia dan dua negara tetangganya.

Kebakaran hutan dan lahan menjadi masalah utama di Riau selama bertahun-tahun karena sejumlah perusahaan perkebunan mengijinkan metode pertanian tebang dan bakar (slashand-burn farming methods). Mantan Kepala Bareskrim Polri Jenderal (purn.) Ito Sumardi, yang memimpin kepolisian Riau tahun 2005-2006, mengungkapkan sejumlah besar perusahaan perkebunan biasanya memerintahkan para kontraktornya untuk membuka lahan.

"Indonesia masih mampu mengatasi kabut asap tanpa bantuan Singapura. Kabut asap merupakan isu bersama jadi jangan sekedar salahkan Indonesia," ujar Balthasar.

Balthasar menambahkab pemerintah Indonesia serius dalam mengambil tindakan terhadap delapan perusahaan yang dengan secara sengaja memulai pembakaran di wilayah konsesi dan

menyebabkan kebakaran hutan dan lahan gambut di Riau sehingga menyebabkan Singapura diselimuti kabut asap tebal.

"Satu dari delapan perusahaan bergerak di sektor minyak kelapa sawit dan pulp. Kami akan kenakan sanksi, termasuk cabut ijin usaha," ungkap Balthasar.

Sebelumnya di Riau, Balthasar mengungkapkan satu dari delapan perusahaan tersebut terindikasi berasal dari Malaysia.

"Kami investigasi lebih lanjut. Mereka yang tergabung dalam investigasi adalah kejaksaan, kepolisian, dinas kehutanan dan pertanian," tambahnya.

Balthasar juga nyatakan kementeriannya sedang memeriksa 24 tersangka. http://iccc-network.net/id/lib/article/peatland/341-ri-berharap-teken-perjanjian-kabut-asap-tahunini

Sindonews.com - Ratusan mahasiswa dan warga masyarakat di Riau siang ini mendatangi Kantor Gubernur Riau. Mereka mempertanyakan sikap Gubernur Anas Maamun dan wakilnya yang dinilai tidak peduli dengan penderitaan rakyatnya akibat kabut asap .

Mereka mengecam sikap Anas Maamun yang malah sering pulang kampung ke Bagan Siapapi Kabupaten Rohil, Riau. Dan Wakil Gubernur Riau yang malah sibuk ke Jakarta tanpa kejelasan.

"Ini gimana gubernur dan wakil gubernur kita. Di saat warga sudah resah karena asap, malah mereka tidak ada. Dasar pimpinan yang tidak peka terhadap penderitaan masyarakat," teriak Andri salah satu pendemo di depan Kantor Gubernur Riau jalan Jendral Sudirman Pekanbaru, Jumat (14/3/2014).

Mereka juga mengelar aksi treatrikal yang menggambarkan betapa sengsaranya masyarakat karena asap. Dari ibu hamil dan bayi harus menderita sesak napas dan batuk-batuk karena kabut asap.

"Tuhan tidak pernah memberi asap. Tapi asap karena ulah perusahaan dan segelintir masyarakat yang melakukan pembakaran. Mereka harus di hukum berat," ucap Joni Setiawan Mundung peserta aksi lainnya.

Pendemo juga mengencam lambannya penanganan asap oleh pemeritah daerah dan pemerintah pusat.

"Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga harus bertanggung jawab atas sikap lamban anak buahnya. Ini dosa pemerintah daerah dan pusat atas bencana asap Riau yang sudah berlangsung hampir dua bulan," ucap Tedy perserta demo. http://daerah.sindonews.com/read/2014/03/14/24/844230/gubernur-riau-menghilang-saatbencana-asap-mahasiswa-demo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebakaran hutan yang meliputi 265 titik di daerah Riau telah menyebabkan negara tetangga, Singapura dan Malaysia, diselimuti asap sejak pertengahan Juni lalu, bahkan kabut asap tersebut dinilai lebih buruk dari kejadian pada tahun 1997-1998 yang menyebabkan kerugian US$ 9 miliar. Asap juga menyebabkan ketegangan diplomatik. Singapura dan Malaysia menuntut Indonesia berupaya lebih untuk menghentikan kabut asap. Indonesia juga didesak untuk meratifikasi perjanjian asap lintas batas ASEAN yang ditandatangani tahun 2002. Indonesia satu-satunya negara yang belum meratifikasinya.

Pemerintah Indonesia mengatakan dokumen ratifikasi sudah ada di parlemen, setelah pernah ditolak tahun 2008 oleh DPR RI. Kebakaran tahun ini, menurut World Resources Institute, titik api paling banyak berada di wilayah anak perusahaan Sinar Mas dan Raja Garuda Mas pada rentang 20-23 Juni 2013. Pascakebakaran hutan tersebut, pemerintah melalui BNPB dan TNI serta Polri melakukan aksi untuk melakukan pemadaman baik melalui darat dan udara, antara lain penyemaian awan, bom air, serta cuaca yang lebih baik. Dalam perkembangan terakhirnya, upaya ini menimbulkan hasil cukup positif dengan berkurangnya titik api. Berdasarkan pemantauan satelit pengindraan jauh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) 18, di Riau saat ini hanya ada satu titik kebakaran hutan dan lahan alias hotspot. Titik kebakaran itu terletak di wilayah Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Padahal, pada awal pekan lalu, tepatnya 24 Juni 2013, titik api yang terpantau di daerah Riau masih sebanyak 265 titik. Menyikapi dampak kebakaran hutan yang telah merepotan warga di Singapura dan Malaysia, maka beberapa hari yang lalu Presiden SBY menyampaikan permohonan maaf yang diyakini untuk meredakan ketegangan yang ada. Permohonan maaf telah diterima dengan lapang dada oleh PM Lee Hsien Loong. Sikap Pemerintah Indonesia melalui Presiden SBY tersebut diapresiasi oleh negara tetangga, seperti dikemukakan mantan Perdana Menteri Singapura Goh Chok Tong memuji kemampuan Indonesia menangani kabut asap. Dalam pernyataan yang ditulis di Facebook-nya Minggu (30/6/2013), Goh berterima kasih kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Goh menyebut Presiden SBY telah memperlihatkan kepemimpinan yang kuat dalam menghadapi krisis transnasional ini. Sahabat saya, Presiden SBY, merupakan sosok negarawan yang telah menunjukkan itikad yang tulus untuk menyelesaikan persoalan bersama ini," tulis Goh. Yang menarik, Goh tidak lupa mengkritik sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II yang dinilainya memyampaikan pernyataan yang kasar, bermusuhan, dan tidak konstruktif.

Presiden SBY menunjukkan bahwa dia berbeda dengan sejumlah menterinya. Goh menyambut baik berkurangnya jumlah titik api di Provinsi Riau. Dia juga memuji pembuatan hujan buatan oleh Pemerintah Indonesia yang dinilainya sangat membantu. Goh mendesak Pemerintah Indonesia untuk lebih tegas mengimplementasikan penegakan hukum. Tentu saja, itikad politik yang kuat sangatlah dibutuhkan, tambahnya. Sementara itu, sebuah jajak pendapat menunjukkan walau sangat cemas, mayoritas warga Singapura yakin mereka dapat melewati krisis kabut asap yang sedang mendera saat ini. Channel News Asia, Kamis (27/6/2013), melaporkan, hasil jajak pendapat menunjukkan delapan dari 10 warga Singapura menunjukkan keyakinannya.Hampir 80 persen warga negeri kota itu menyatakan cemas menghadapi gangguan kabut asap ini. Meski demikian, 84 persen responden survei sangat yakin krisis kabut asap ini akan dapat dilewati.Jajak pendapat yang digelar lembaga Reach yang bekerja sama dengan pemerintah Singapura ini juga menunjukkan 97 persen warga Singapura juga mengetahui cara terbaik mencari informasi soal kabut asap ini. Sebanyak 76 persen mendapatkan informasi dari surat kabar, sedangkan 45 persen kerap memantau situs media online, termasuk situs web Lembaga Lingkungan Nasional (NEA). Sebagian besar warga Singapura juga memahami langkah-langkah pencegahan dan medis yang harus diambil jika menderita gangguan kesehatan akibat kabut asap.Mereka juga rutin memantau angka indeks polutan yang diperbarui setiap tiga jam sekali. Artinya, warga Singapura lebih dewasa menyikapi bencana ini dengan tidak mempolitisirnya. Politisasi dan Kebablasan Berbeda dengan sikap masyarakat Singapura yang dewasa dalam menanggapi masalah asap ini, kondisi berbeda ditunjukkan melalui reaksi yang berlebihan/kebablasan dan politisasi terhadap masalah ini. Politisi dilakukan salah satu parpol yang menilai permintaan maaf SBY melemahkan diplomasi Indonesia, sedangkan tindakan kebablasan dilakukan seorang hacker

yang disinyalir berasal dari Indonesia membuat kehebohan, Kamis (27/6/2013), di negeri jiran, Singapura. Hacker yang menamai dirinya "bambu" ini berhasil menjebol situs Eu Yan Sang, perusahaan obat-obatan yang terkenal di Singapura. Dia mengecam tindak tanduk warga Singapura yang menyalahkan Indonesia sebagai biang kerok dari asap yang menyelimuti negeri mereka. "Jangan coba-coba menghina negara kami, Indonesia, hanya gara-gara kabut asap di negara kalian!" tulis hacker itu. Berdasarkan pernyataan yang ditulis, bambu menyatakan dia didukung oleh J.A.M.5 Team, sebuah kelompok yang berasal dari Tanah Air. Selain itu, bambu juga menuliskan bahwa dia telah menjebol situs-situs lain seperti studymusicinlondon.com dan ineltronics.com. Menutup tulisannya, bambu mengakhiri dengan "dari Indonesia, saya bukan hacker". Dalam konteks hubungan internasional, permintaan maaf Presiden SBY menurut Prof. Hikmahanto Juwana permintaan maaf dalam hubungan internasional memiliki banyak makna, tergantung pada konteks mengapa "maaf" diminta atau diberikan.Makna maaf bisa berkaitan dengan masalah kedaulatan. Semisal, pasca Perang Dunia II hingga saat ini China menghendaki Jepang agar meminta maaf atas kekejian yang dilakukan tentara Jepang. Sejumlah tokoh dan masyarakat Indonesia berpikiran demikian ketika mengkritik Presiden SBY atas pernyataan maafnya. Sedangkan, makna maaf Presiden SBY dalam rangka gestur atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan Indonesia ke negara lain. Untuk menjaga hubungan baik maka permintaan maaf disampaikan. Maaf yang disampaikan Presiden berbeda dengan maaf yg dikehendaki China terhadap Jepang, karena tidak ada tuntutan permintaan maaf tersebut baik dari Singapura dan Malaysia kepada Indonesia. Disamping itu, maaf yang disampaikan Presiden bukanlah atas suatu kebijakan yang secara sengaja dilakukan pemerintah. Ini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Jepang dalam perspektif China. Last but not least, apa yang dilakukan oleh Presiden SBY agar hubungan antar negara terjaga dan semangat solidaritas ASEAN lebih dikedepankan.

Dari kasus asap ini, kita dapat membandingkan tingkat emotional question (EQ) dan intellectual question (IQ) antara Indonesia dengan Singapura. Kita harus belajar lebih banyak lagi dalam mengelola konflik dan masalah yang terjadi. *) Penulis adalah alumnus pasca sarjana Kajian Strategik Intelijen, Universitas Indonesia. Tinggal di Jakarta Timur

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepolisian menetapkan satu perusahaan sebagai tersangka dalam kasus pembakaran hutan di Provinsi Riau. Satu perusahaan atas nama PT NSP menjadi tersangka setelah kepolisian memiliki bukti bila perusahaan tersebut melakukan pembakaran lahan di Riau. "Ini kita sudah tetapkan satu perusahaan jadi tersangka. Tidak main-main kita soal perusahaan. Tersangka perorangan pun sudah bertambah menjadi 44 orang," kata Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Komjen Pol Suhardi Alius di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (14/3/2014). Ditetapkannya PT NSP sebagai tersangka, dikatakan Suhardi setelah kepolisian mendapatkan alat bukti serta mengumpulkan keterangan saksi yang dilakukan penyidik Polda Riau. "Satu perusahaan lainnya PT Adei Plantation juga sudah naik ke tahap persidangan. Jadi soal perusahaan ini kita tidak main-main," ungka Suhardi. PT Adei Plantation Industry merupakan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) asal Malaysia yang diduga melakukan pembakaran hutan pada 2013 silam. Baik warga maupun perusahaan yang dijadikan tersangka kasus pembakaran hutan dijerat dengan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, serta Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

You might also like