You are on page 1of 12

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA TERAPI KOMPLEMENTER RELAKSASI NAFAS DALAM PADA GASTRITIS

Dosen : Ns. Putri Widita, S.Kep., M.Kep Oleh : Apriyanto NIM : 04121303002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013

A. Pengertian Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor factor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis. Secara sederhana definisi gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik, karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi. 1. Definisi Gastritis menurut para ahli adalah : a. Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal. Sylvia A. Price (1995) b. Gastritis adalah suatu iritasi atau infeksi yang menjadikan dinding merah, bengkak, berdarah dan berparut. Dr. Robert B. Cooper (1996). c. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Arif Mansjoer (1999). d. Gastritis adalah inflamasi dari lambung terutama pada mukosa gaster. Sujono Hadi (1999). e. Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi bakteri. Charlene J (2001).

2. Klasifikasi Gastritis Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf 2002) : a. Gastritis akut Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu : Gastritis Eksogen akut ( biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti bahan kimiamisal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid , mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung). Gastritis Endogen akut (adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan). b. Gastritis Kronik Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory). Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.

B. Etiologi 1. Infeksi kuman Helicobacter pylori (bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil lendir di lapisan lambung). Tidak ada bakteri lainnya yang dalam keadaan normal tumbuh di dalam lambung yang bersifat asam, tetapi jika lambung tidak menghasilkan asam, berbagai bakteri bisa tumbuh di lambung. Bakteri ini bisa menyebabkan gastritis menetap atau gastritis sementara. 2. Penggunaan antibiotik Penggunaan antibiotik untuk infeksi paru dicurigai mempengaruhi penularan kuman di komunitas karena antibiotika tersebut mampu mengeradikasi infeksi Helicobacter pylori walaupun presentase keberhasilannya rendah. 3. Gangguan fungsi sistem imun Sistem imun yang dimiliki oleh seseorang akan dapat menjadi pemacu reaksi imunologis terhadap infeksi virus atau jamur. Terdapat beberapa jenis virus yang dapat menginfeksi mukosa lambung misalnya enteric rotavirus dan calici virus. Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang selsel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.

4. Penggunaan Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis. 5. Penggunaan alkohol secara berlebihan Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal. 6. Penggunaan kokain Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis. 7. Stress fisik Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung. 8. Radiasi and kemoterapi Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.

C. Manifestasi Klinis 1. Dapat terjadi ulserasi superfisial dan mengarah pada hemoragi 2. Beberapa pasien menunjukan asimptomatik 3. Dapat terjadi kolik dan diare jika makan yang mengiritasi tidak dimuntahkan tetapi malah mencapi usus 4. Perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena. 5. Pasien biasa nya pulih kembali sekitar sehari, meskipu nafsu makan mungkin hilang selama 2-3 hari 6. Nyeri disekitar ulu hati 7. Mual 8. Muntah 9. Kembung 10. Anorexia

D. Penatalaksanaan Medis Obat yang dipergunakan untuk gastritis adalah Obat yang mengandung bahanbahan yang efektif menetralkan asam dilambung dan tidak diserap ke dalam tubuh sehingga cukup aman digunakan (sesuai anjuran pakai tentunya). Semakin banyak kadar antasida di dalam obat maag maka semakin banyak asam yang dapat dinetralkan sehingga lebih efektif mengatasi gejala sakit gastritis dengan baik. Pengobatan gastritis tergantung pada penyebabnya. Gastritis akut akibat konsumsi alkohol dan kopi berlebihan, obat-obat NSAID dan kebiasaan merokok dapat sembuh dengan menghentikan konsumsi bahan tersebut. Gastritis kronis akibat infeksi bakteri

H. pylori dapat diobati dengan terapi eradikasi H. pylori. Terapi eradikasi ini terdiri dari pemberian 2 macam antibiotik dan 1 macam penghambat produksi asam lambung, yaitu PPI (proton pump inhibitor). Untuk mengurangi gejala iritasi dinding lambung oleh asam lambung, penderita gastritis lazim diberi obat yang menetralkan atau mengurangi asam lambung, misalnya (Mayo Clinic,2007) : 1. Antasid : Obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralkan asam lambung sehingga cepat mengobati gejala antara lain promag, mylanta, dll. 2. Penghambat asam (acid blocker) : Jika antasid tidak cukup untuk mengobati gejala, dokter biasanya meresepkan obat penghambat asam antara lain simetidin, ranitidin, atau famotidin. 3. Proton pump inhibitor (penghambat pompa proton) : Obat ini bekerja mengurangi asam lambung dengan cara menghambat pompa kecil dalam sel penghasil asam. Jenis obat yang tergolong dalam kelompok ini adalah omeprazole, lanzoprazole, esomeparazol, rabeprazole, dll. Untuk mengatasi infeksi bakteri H. pylori, biasanya digunakan obat dari golongan penghambat pompa proton, dikombinasikan dengan antibiotika.

E. Terapi relaksasi nafas dalam Menurut brunner & suddart (2002), relaksasi nafas adalah pernafasan abdomen dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama dan nyaman yang dilakukan dengan memejamkan mata. Teknik relaksasi nafas dalam juga merupakan suatu bentuk

asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkanventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).

a. Teori terapi relaksasi nafas dalam Teknik relaksasi meliputi berbagai metode untuk perlambatan bawah tubuh dan pikiran. Meditasi, relaksasi otot progresif, latihan pernafasan, petunjuk gambar merupakan teknik relaksasi yang sering digunakan dalam pengaturan klinis klien untuk membantu reaksi stres dan mengatur kesejahteraan secara keseluruhan. Distraksi atau pengalihan perhatian akan menstimulasi kontrol desenden, yaitu suatu sistem serabut yang barasal dari dalam otak bagian bawah dan bagian tengah dan berakhir pada serabut interneural inhibitor dalam kornudorsalis dari medulla spinalis, yang mengakibatkan berkurangnya stimulasi nyeri yang ditransmisikan ke otak (smeltzher, 2002).

b. Manfaat terapi relaksasi nafas dalam 1. Mendapatkan perasaan yang nyaman dan tenang 2. Mengurangi nyeri 3. Mengurangi stress 4. Melemaskan otot untuk menurunkan ketegangan dan kejenuhan yang biasanya menyertai nyeri

5. Mengurangi kecemasan yang memburuk persepsi nyeri 6. Relaksasi nafas dalam mempunyai efek distraksi atau pengalihan perhatian.

c. Indikasi terapi relaksasi nafas dalam 1. Lansia yang mengalami nyeri akut tingkat ringan sampai dengan sedang akibat penyakit yang kooperatif 2. Lansia dengan nyeri kronis ( nyeri punggung) 3. Nyeri pasca operasi 4. Pasien yang mengalami stress

d. Kontraindikasi terapi relaksasi nafas dalam Terapi relaksasi nafas dalam tidak diberikan pada klien yang mengalami sesak nafas.

e. Teknik Terapi relaksasi nafas dalam Prosedur teknik relaksasi napas dalam menurut Priharjo (2003) Bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan diafragma yangmengacu pada pendataran kubah diagfragma selama inspirasi mengakibatkan pembesaranabdomen bagian atas sejalan dengan yang

desakan

udara masuk selama inspirasi. Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah sebagai berikut : 1) Ciptakan lingkungan yang tenang 2) Usahakan tetap rileks dan tenang

10

3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan 1,2,3 4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks 5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali 6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan 7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks 8) Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam 9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri 10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang 11) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan nyeri Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu : 1) Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkanaliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemic. 2) Teknik relaksasi napas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoiodendogen yaitu endorphin dan enkefalin (Smeltzer & Bare, 2002).

11

3) Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat relaksasi melibatkan sistem otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu.

g. Kriteria evaluasi 1. Catat skala nyeri yang dirasakan klien sesudah tindakan 2. Catat ekspresi klien sesudah tindakan 3. Catat tanda-tanda vital klien.

12

DAFTAR PUSTAKA Bruner & Suddarth. 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Ernst. The role of complementary and alternative medicine. BMJ. 2008; 321:1133-1135 Martono, Hadi dan Kris Pranarka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.J akarta : Salemba Medika Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika Setyoadi, Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas keperawatan pada klien psikogeriatik. Jakarta : Salemba medika Stockslager, Jaime L. 2007. Buku Saku Asuhan Keparawatan Geriatrik. Edisi II.Jakarta : EGC

You might also like