You are on page 1of 15

WRAP UP

Skenario 2

RUAM MERAH SELURUH TUBUH














Disusun oleh

KELOMPOK B4

Ketua : Nanda Kusuma Yuda 1102013207
Sekretaris : Mutiara Adysti 1102013190

Anggota : Mutia Khaerani 1102013188
Mutiah Chairunnisah 1102013189
Mutiara Sukma 1102013191
Nabila Chintia Putri 1102013192
Nandi Rusnandi 1102013208
Naufal Bahira 1102013209
Zulfah 1102013320
Restu Efitria Nugraha 1102012238











FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2013/2014




SKENARIO 2

RUAM MERAH SELURUH TUBUH

Seorang ibu membawa anak perempuan usia 4 tahun ke RS dengan keluhan keluar
ruam merah di seluruh tubuh sejak tadi malam. Sejak 4 hari yang lalu anak demam
disertai batuk, pilek, mata merah, nyeri telan, muntah, nafsu makan menurun dan
buang air besar lembek 2-3x / hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum
pasien tampak lemah, suhu 38,5. Ditemukan koplik spot di rongga mulut, ruam
makulopapular di belakang telinga, wajah, leher, nadan dan ekstremitas. Pemeriksaan
fisik lain dalam batas normal. Hasil laboratorium ditemukan leukopenia.








































SASARAN BELAJAR

LO 1: Memahami dan Menjelaskan Virus Campak

1.1 Klasifikasi
1.2 Morfologi
1.3 Sifat
1.4 Transmisi

LO 2: Memahami dan Menjelaskan Campak

2.1 Definisi
2.2 Manifestasi Klinis & Komplikasi
2.3 Epidemiologi
2.4 Etiologi
2.5 Patogenesis
2.6 Pemeriksaan
2.7 Penatalakasanaan & Pencegahan
2.8 Diagnosis & Diagnosis Banding
2.9 Prognosis































LO 1: Memahami dan Menjelaskan Virus Campak

Virus campak berasal dari genus Morbilivirus dan famili
Paramyxoviridae. Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium prodormal (kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi,
yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik. Dalam
bahasa latin disebut sebagai morbili atau rubeolla. Sementara dalam bahasa Inggris,
measles. Penyebab morbili adalah suatu virus RNA dari famili paraxoviridae, genus
morbili virus, merupakan satu antigen saja yang strukturnya mirip dengan virus
penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut dapat ditemukan dalam
darah, urin, sekresi nasofaring pada masa prodromal (kataral). Pada suhu ruangan
(37C) virus tersebut tetap aktif selama 24 jam.

1.1 Klasifikasi

Paramyxoviridae merupakan famili yang besar dan empunyai tiga genus, yaitu:
1. Paramyxoviridae (parotis epidemika, parainfluenza tipe 1-5 dan penyakit New
Castle)
2. Morbillivirus (campak, morbilli, distemper dan rindeerpest bovin)
3. Pneumovirus (sinsitial pernapasan)

1.2 Morfologi


Virus campak atau morbilli adalah virus RNA.
Virion campak terdiri atas nukleokapsid berbentuk heliks yang dikelilingi
oleh selubung virus.
Virus campak mempunyai 6 protein struktural :
3 di antaranya tergabung dengan RNA dan membentuk nukleokapsid yaitu:
- Pospoprotein (P),
- protein ukuran besar (L)
! " #



/ ! 0 1
2 '
1 3 / #4
2 '
1 ) 3 / #4 )
3 - 56
& 7 1
2 '
1 3 / #4
2 '
1 3 / #4
1
3 - 56
7 1 3 56
/ 1
! ! 8!
1
9 56
! " ! ! #
4 8 7 1 &- " " 2 ! 0 1 8
2 " 7 " 1 " " 2 ! 0 1 4
1 " 5! " 8 8 7 7
! " " 7 " 1 4 8 ! 5 )
! " 7 " " &- 7 ! : / / 5
7 ; 5 - " ! " 7 " " 7 " 1 ! :
2 6 5 " 3 0 / 6 3 "
" 7 2 " 7 7 " ' "
/ 6 7 " " " , 7 2 1 " 7 5! "
" / 3 7 " " " , 7 " " "
5 1 5 "
/ 6 3 7 7 " " " , 7 2 1 " 7 7
- nukleoprotein (N).
3 protein lainnya tergabung dengan selubung virus yaitu:
- protein fusi (F),
- protein hemaglutinin (H)
- protein matrix (M)
Protein F dan H mengalami glikosilasi sedangkan protein M tidak. Protein F
bertanggung jawab terhadap fusi virus dengan membran sel hospes, yang
kemudian diikuti dengan penetrasi (virus memasukkan materi genetic) dan
hemolysis (penguraian sel darah merah dimana hemoglobin akan terpisah
dari eritrosit). Protein H bertanggung jawab pada hemaglutinasi (daya
pengikatan antigen virus dengan eritrosit), perlekatan virus, adsorpsi dan
interaksi dengan reseptor di permukaan sel hospes. Protein F dan H
bersama-sama bertanggungjawab pada fusi virus dengan membran sel dan
membantu masuknya virus. Sedangkan protein M berinteraksi dengan
nukleo-kapsid berperan pada proses maturasi virus.
Virus campak mempunyai 1 tipe antigen (monotype), yang bersifat stabil.
Virus campak mempunyai sedikit variasi genetik pada protein F dan H,
sehingga dapat menghindari antibodi monoklonal yang spesifik terhadap
protein tersebut. Namun sisa virus yang masih ada, dapat dinetralisasi oleh
sera poliklonal.
Pada strain virus campak yang berbeda, variasi genetik juga terjadi pada
protein P dan N yang belakangan diketahui mengandung region yang
mengkode residu asam amino C terminal.
Sifat infeksius virus campak ditunjukkan dengan tingginya sensitivitas dan
aktivitas hemolitiknya
Virion Bulat, pleomorfik, berdiameter 150-300 nm
komposisi RNA (1%), protein (73%), lemak (20%), karbohidrat (6%)
Genom RNA rantai tunggal, lurus, tidak bersegmen, negative-sense
Protein Enam protein struktural
Amplop Mengandung glikoprotein hemagglutinin dan glikoprotein fusi
Replikasi Sitoplasma; partikel bertunas dari membran plasma
Ciri khas Stabil secara antigen, partikel labil snagat infeksius


1.3 Sifat

Virus Campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan yang kuat,
apabila berada diluar tubuh manusia virus Campak akan mati.
Pada temperatur kamar virus Campak kehilangan 60% sifat infektisitasnya
selama 3 5 hari. Tanpa media protein virus Campak hanya dapat hidup
selama 2 minggu dan hancur oleh sinar ultraviolet.
Virus Campak termasuk mikroorganisme yang bersifat ether labile karena
selubungnya terdiri dari lemak, pada suhu kamar dapat mati dalam 20% ether
selama 10 menit, dan 50% aseton dalam 30 menit.
Kebanyakan anggota paramyxovirus mempunyai hemolisin, yaitu suatu zat
yang dapat melisiskan eritrosit
Paramyxovirus dapat menimbulkan peristiwa fusi sel, sehingga terjadi suatu
polikariosit / sel raksasa pada infeksi manusia
1.4 Transmisi


Virus campak mudah menularkan penyakit. Virulensinya sangat tinggi terutama
pada anak yang rentan dengan kontak keluarga, sehingga hampir 90% anak yang
rentan akan tertular. Campak ditularkan melalui droplet di udara oleh penderita sejak
1 hari sebelum timbulnya gejala klinis sampai 4 hari sesudah munculnya ruam. Masa
inkubasinya antara 10-12 hari. Ibu yang pernah menderita campak akan menurunkan
kekebalannya kepada janin yang dikandungnya melalui plasenta, dan kekebalannya
ini bisa bertahan sampai bayinya 4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi diharapkan
membentuk antibodinya sendiri secara aktif setelah menerima vaksinasi campak.
Dalam waktu 12 hari setelah infeksi campak mencapai puncak titer sekitar 21 hari.
IgM akan terbentuk dan cepat menghilang., hingga akhirnya digantikan oleh IgG.
Adanya karier campak sampai sekarang tidak terbukti. Cakupan imunisasi campak
yang lebih dari 90% akan menyebabkan kekebalan kelompok (herd immunity) dan
menurunkan kasus campak di masyarakat.
Test immunoglobulin untuk mengukur level immunoglobulin atau antibodi di
dalam darah. Antibodi adalah protein yang dihasilkan dari sistem imun untuk
melawan antigen, seperti bakteri, virus, dan racun. Tubuh membentuk bermacam-
macam immunoglobulin untuk melawan berbagai antigen. Macam-macam
antibodi adalah :
1. Immunoglobulin A (IgA), konsentrasinya paling tinggi di membran mukosa,
lebih spesifiknya melapisi saluran pernafasan dan gastrointestinal tract, dan juga
di saliva dan air mata
2. Immunoglobulin G (IgG), antibodi yang paling melimpah, ditemukan di seluruh
cairan tubuh dan melawan infeksi bakteri dan virus
3. Immunoglobulin M (IgM), ditemukan di darah dan limfe. Pertama kali dibentuk
oleh tubuh untuk melawan infeksi baru
4. Immunoglobulin E (IgE). diasosiasikan dengan reaksi allergi. Ditemukan di
paru-paru, kulit dan membran mukosa
5. Immunoglobulin D (IgD), ada hanya dalam beberapa menit di dalam darah,
antibodi yang terakhir terpakai.



LO 2: Memahami dan Menjelaskan Campak

2.1 Definisi

Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh
virus, dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan
saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang
berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit. Campak sangat menular
dan penyebarannya melalui tetesan udara dan sekresi hidung

2.2 Manifestasi Klinis & Komplikasi

- Panas meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat ruam
keluar
- Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold yangberat.
Membaik dengan cepat pada saat panas menurun.
- Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada conjunctiva disertai dengan
keradangan dan keluhan fotofobia
- Cough (batuk) akibat keradangan pada epitel saluran nafas, mencapai puncak
pada saat erupsi dan menghilang setelah beberapa minggu.
- Munculnya kopliks spot umumnya pada sekitar 2 hari sebelum munculnya
ruam (hari ke 3-4) dan cepatt menghilang setelah beberapa jam atau hari.
Kopliks spot adalah sekumpulan noktah putih pada daerah epitel bucal yang
merah (a grain of salt in the sea of red), yang meripakan tanda klinik yang
patognomonik untuk campak.
- Ruam makulopapular semula bewarna kemerahan. Ruam ini muncul
pertamapada daerah batas rambut,dan dahim serta belakang telinga, menyebar
kea rah perifer sampai pada kaki. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga
pada muka dan dada menjadi confluent. Ruam ini membedakan dengan
rubella yang ruamnya discrete dantidak mengalami desquamasi. Telapak
tangan dan kaki tiddak mengalami desquamasi

Komplikasi:

- Konjungtivitis
- Bronkopneumonia
- Radang telinga tengan (otitis media)
Komplikasi ini sering terjadi, harus dicurigai bila demam tetap tinggi pada hari
ketiga atau keempat sakit
- Peradangan otak (ensefalitis)
- Diare dapat diikuti dehidrasi
- Limfadenopato
- SSPE (Subacute Sclerosing Panecephalitis)

2.3 Epidemiologi

Campak adalah penyakit endemis di berbagai belahan dunia terutama di tempat
yang vaksinasi campak belum tersedia dan bertanggung jawab atas sekitar 1 juta
kematian setap tahunnya. Sejak tahun 2000, kurang dari 100 kasus campak dilaporkan
setiap tahun di Amerika Serikat, namun berpotensi untuk menimbulkan wabah.
Infeksi pada anak yang bukan warga imigran saat terjadinya wabah mungkin
disebabkan oleh factor usia (terlalu muda untuk mendapatkan vaksinasi) atau karena
tingkat cakupan imunisasi yang rendah. Sebagian besar bayi terlindungi oleh adanya
antiboditransplasenta, bayi menjadi rentan terhadap campak pada saat mendekati usia
1 tahun.


A. Menurut Orang
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat menginfeksi
anak-anak pada usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau
remaja dan kadang kala orang dewasa. Campak endemis di masyarakat
metropolitan dan mencapai proporsi untuk menjadi epidemi setiap 2-4
tahun ketika terdapat 30-40% anak yang rentan atau belum mendapat
vaksinasi. Pada kelompok dan masyarakat yang lebih kecil, epidemi
cenderung terjadi lebih luas dan lebih berat. Setiap orang yang telah
terkena campak akan memiliki imunitas seumur hidup.

B. Menurut Tempat
Penyakit campak dapat terjadi dimana saja kecuali di daerah yang
sangat terpencil. Vaksinasi telah menurunkan insiden morbili tetapi
upaya eradikasi belum dapat direalisasikan. Di Amerika Serikat pernah
ada peningkatan insidensi campak pada tahun 1989-1991. Kebanyakan
kasus terjadi pada anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi,
termasuk anak-anak di bawah umur 15 bulan. Di Afrika dan Asia, campak
masih dapat menginfeksi sekitar 30 juta orang setiap tahunnya dengan
tingkat kefatalan 900.000 kematian.
Berdasarkan data yang dilaporkan ke WHO, terdapat sekitar 1.141 kasus
campak di Afganistan pada tahun 2007. Di Myanmar tercatat sebanyak
735 kasus campak pada tahun 2006.

C. Menurut Waktu
Virus penyebab campak mengalami keadaan yang paling stabil pada
kelembaban dibawah 40%. Udara yang kering menimbulkan efek yang
positif pada virus dan meningkatkan penyebaran di rumah yang memiliki
alat penghangat ruangan seperti pada musim dingin di daerah utara.
Sama halnya dengan udara pada musim kemarau di Persia atau Afrika
yang memiliki insiden kejadian campak yang relatif tinggi pada musim-
musim tersebut. Bagaimanapun, kejadian campak akan meningkat karena
kecenderungan manusia untuk berkumpul pada musim-musim yang
kurang baik tersebut sehingga efek dari iklim menjadi tidak langsung
dikarenakan kebiasaan manusia.

2.4 Etiologi

Campak (rubeola, measles) disebabkan oleh paramyxovirus, virus dengan
rantai tunggal RNA yang memiliki 1 tipe antigen. Manusia merupakan satu-satunya
penjamu alami bagi penyakit ini. Virus campak menginfeksi traktus respiratorius atas
dan kelenjar limfe regional dan menyebar secara sistemi selama viremia yang
berlangsung singkat dengan titer virus yang rendah. Viremia sekunder timbul dalam
5-7 hari saat monosit yang telah terinfeksi menyebarkan virus ke dalam saluran
pernafasan, kulit dan organ-organ lainnnya. Virus dapat ditemukan pada secret
saluran pernafasan, darah dan urin penderita. Virus campak disebarkan melalui
droplet berukuran besar dari saluran pernafasan atas dan memerlukan kontak yang
erat. Virus campak stsbil pada suhu ruang selama 1-2 hari. Penderita campak
menularkan virus selama 1-2 hari sebelum timbulnya gejala (sekitar 5 hari sebelum
timbunya ruam) sampai 4 hari setelah timbuknya ruam.

2.5 Patogenesis

Virus campak menginfeksi dengan invasi pada epitel traktur respiratorius mulai
dari hidung sampai traktus respiratorius bagian bawah. Multiplikasi lokal pada
mukosa respiratorius segera disusul dengan viremia pertama dimana virus menyebar
dalam leukosit pada sistemretikuloendotelial. Setelah terjadi nekrosis ( nekrosis
adalah kematian patologis satu atau lebih sel atau sebagian jaringan atau organ, yang
dihasilkan dari kerusakan ireversibel. Hal ini terjadi ketika tidak ada cukup darah
mengalir ke jaringan, baik karena cedera, radiasi atau bahan kimia) pada sel
retikuloendotelial, sejumlah virus terlepas kembali dan terjadilah viremia kedua. Sel
yang paling banyak terinfeksi adalah monosit (bekerja sama dengan sel darah putih
lainnya untuk membuang jaringan yang rusak atau mati, menghancurkan sel-sel
kanker dan mengantur kekebalan melawan bahan-bahan asing). Jaringan yang
terinfeksi termasuk timus, lien, kelenjar limfe, hepar, kulit , konjungtiva dan paru.
Setelah terjadi viremia kedua seluruh mukosa respiratorius terlibat dalam perjalanan
penyakit sehingga menyebabkan timbulnya gejala batuk dan koriza. Campak dapat
secara langsung menyebabkan croup, bronchiolitis, dan pneumonia, selain itu adanya
kerusakan respiratorius seperti edema dan hilangnya silia menyebabkan timbulnya
komplikasi otitis media dan pneumonia. Setelah beberapa hari sesudah seluruh
mukosa respiratorius terlibat, maka timbullah bercak koplik dan kemudia timbul ruam
pada kulit. Kedua manifestasi ini pada pemeriksaan mikroskpik menunjukkan
multinucleated giant cells, edema inter dan intraseluler, parakertatosis dan
dyskeratosis.

Hari Manifestasi
0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring atau kemungkinan konjungtiva
Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus
1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional
2-3 Viremia primer
3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi pertama, dan pada RES regional
maupun daerah yang jauh
5-7 Viremia sekunder
7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran nafas
11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang

Stadium inkubasi
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari).
Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif,
penderita tidak menampakkan gejala sakit.


Stadium prodromal
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal
yang berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas
berupa batuk, pilek dan konjungtivitis, juga demam. Inflamasi konjungtiva dan
fotofobia dapat menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang
kemerahan yang terdapat pada konjungtuva dapat menjadi penunjang diagnosis pada
stadium prodromal. Garis tersebut akan menghilang bila seluruh bagian konjungtiva
telah terkena radang

Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada
hari ke-101 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran
pasir dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik.
Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat
juga ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum, juga di bagian
tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari sebelum timbulnya
ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian. Pada akhir
masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi hiperemis dan penderita
akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.

Stadium erupsi
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu
pada saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan
dan saat suhu berkisar uam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak
terlalu tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut.
Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher,
lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar
ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2
atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam pada wajah akan
menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan munculnya.

Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi
pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini
merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan
eritema dan eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun
sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.



2.6 Pemeriksaan

Anamnesis
1. anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek
harusdicurigai atau di diagnosis banding morbili.
2. mata merah, tahi mata, fotofobia, menambah kecurigaan.
3. dapat disertai diare dan muntah.
4. dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) :
epistaksis,petekie, ekimosis.
5. anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2
minggusebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak.

Pemeriksaan fisik
1. pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam
(biasanyatinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
2. pada umunya anak tampak lemah.
3. koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).
4. pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular
yangmunculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan
rambut di dahi,muka, dan kemudian seluruh tubuh.

Pemeriksaan laboraturium
1. Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada
komplikasi infeksi bakteri
2. Pemeriksaan antibodi IgM anti campak
3. Tes ELISA (Enzym Linked Immunosorbent Assay)
Ditemukan bahwa antibodi IgM menunjukkan hasil positif 102 (26.8%)
untuk Rubella. Antibodi IgG menunjukkan hasil positif 233 (61.3%) untuk
Rubella.
4. Pemeriksaan untuk komplikasi :
Ensefalopati/ensefalitis : dilakukan pemeriksaan cairan
serebrospinalis, kadar elektrolit dara dan analisis gas darah
Enteritis : feses lengkap
Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas
darah.
Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau
meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM
merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya infeksi campak akut. Karena
IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari pertama munculnya rash, maka
untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari ketiga untuk
menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu
setelah muncul rash. Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah
rash muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3
minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan sampai beberapa tahun
kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat, darah
yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jam
setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-
kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.

2.7 Penatalakasanaan & Pencegahan

Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian
cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder,
anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000
Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1
tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang
rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG
dan jumlah limfosit total (Cherry, 2004).

Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >) dehidrasi kejang
asupan oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan
dengan penyulit yang timbul (IDAI, 2004)

Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak. Imunisasi
Campak di Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak
usia 9 bulan dengan ulangan saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam
program pengembangan imunisasi (PPI). Imunisasi campak dapat pula diberikan
bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak yang telah
mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi campak ulangan pada usia 6 tahun.
Pencegahan dengan cara isolasi penderita kurang bermakna karena transmisi telah
terjadi sebelum penyakit disadari dan didiagnosis sebagai campak.


Secara garis besar, pencegahan campak dibagi menjadi:

A. Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)
Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih
dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat
dilakukan
dengan memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan
bergizi
sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

B. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang
terkena penyakit campak, yaitu :
a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya
pelaksanaan
imunisasi campak untuk semua bayi.
b. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan
pada
semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi
sampai jangka waktu 4-5 thn

C. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini
mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian
pencegahan
ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas

Imunisasi aktif
I muni s as i campak awal dapat di ber i kan pada us i a 12-
15 bul an t et api mungki ndiberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit
terjadi (endemik). Imunisasi aktif dilakukan dengan menggunakan strain Schwarz
dan Moraten. Vaksin tersebut diberikan secara subcutan dan menyebabkan
imunitas yang berlangsung lama.Dianjurkan untuk memberikan vaksin
morbili tersebut pada anak berumur 10-
15bul an kar ena s ebel um umur 10 bul an di per ki r akan anak t i dak
dapat membent uk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu.
Akan tetapi dianjurkan pula agar anak yang tinggal di daerah endemis
morbili dan terdapat banyak tuberkulosis di ber i kan vaks i nas i pada
umur 6 bul an dan r evaks i nas i pada umur 15 bul an. Di Indonesia
saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili pada anak berumur 9 bulan
ke atas.Vaksin morbili tersebut dapat diberikan pada orang yang alergi terhadap
telur. Hanyasaja pemberian vaksin sebaiknya ditunda sampai 2 minggu
sembuh. Vaksin ini jugadapat diberikan pada penderita tuberkulosis
aktif yang sedang mendapattuberkulosita. Akan tetapi vaksin ini tidak
boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan tuberkulosis yang tidak
diobati, penderita leukemia dan anak yang sedangmendapat pengobatan
imunosupresif.


Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum
konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma
adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat
dicegah dengan menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis 0,25
mL/kg diberikan secara intramuskuler dalam5 hari sesudah pemajanan
tetapi lebih baik sesegera mungkin. Proteksi
sempurnat er i ndi kas i unt uk bayi , anak dengan penyaki t kr oni s da
n unt uk kont ak di bangs al rumah sakit anak.

Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena
penyakitcampak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi
penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari
penularan lingkungan sekitar.

2.8 Diagnosis & Diagnosis Banding

Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis.
Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat
ditemukan sel raksasa berinti banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi dari
virus campak dapat dilihat dengan pemeriksaan Hemagglutination-inhibition (HI),
complement fixation (CF), neutralization, immune precipitation, hemolysin inhibition,
ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent antibody (FA). Pemeriksaan HI dilakukan
dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut pada masa prodromal dan serum
sekunder pada 7 10 hari setelah pengambilan sampel serum akut. Hasil dikatakan
positif bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih (Cherry, 2004). Serum
IgM merupakan tes yang berguna pada saat munculnya ruam. Serum IgM akan
menurun dalam waktu sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG akan menetap
kadarnya seumur hidup. Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih
cenderung menurun. Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan
didapatkan peningkatan protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar
glukosa normal (Phillips, 1983)
Diagnosis Banding
Diagnosis banding morbili diantaranya :
1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah
menghilang.
2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak.
Gejala yang timbul tidak seberat campak.
3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam
muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.
4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen. Tanda
patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau
membranosa

2.9 Prognosis

Campak merupakan penyakit self limitin ( bisa sembuh dengan sendirinya),
sehingga bila tanpa disertai dengan penyulit maka prognosisnya baik, meskipun
terdapat pula kasus kematian. Kematian seringkali disebabkan oleh bronkopneumonia
atau ensefalitis, sedangkan resiko kematian yang lebih tinggi pada pasien keganasan
atau yang teinfeksi virus HIV. Kematian pada remaja dab orang dewasa biasanya
terjadi karena panesefalitis sklerotik subakut (SSPE) . Bentuk lain dari ensefalitis
karena campak pada pasien immunokompeten disangkutpautkan dengan angka
mortalitas sebesar 15 % dengan 20-30 % dari yang hidup memilliki gejala sisa yang
berat.

















DAFTAR PUSTAKA


Behrman R.E. et al. 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15.
Ab.AA.Samik Wahab. Jakarta: EGC
Jawetz. Et al. 2004. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Jakarta: EGC
Maldonado Y. 2000. Campak. Dalam: Waha AS (editor). Nelson Ilmu
Kesehatan Anak edisi ke 15. Jakarta: EGC. 1608-71
Tumbelaka AR, et al. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Jakarta: badan penerbit IDAI. 95-98
Widoyono. 2005. Penyakit Tropik Edisi 1. Jakarta: Erlangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Paramyxoviridae
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20116/4/Chapter%20II.pdf
http://medicastore.com/penyakit/36/Campak.html

You might also like