You are on page 1of 36

BAB II

TRANSFORMATOR TENAGA



2.1 Definisi Transformator
Transformator adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi
listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolak-balik dari satu level
ke level tegangan yang lain melalui kinerja satu gandengan magnet dan
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.
Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat dari besi
berlapis, dan dua buah kumparan yaitu kumparan perimer dan kumparan
sekunder. Kedua kumparan ini tidak terhubung secara langsung. Satu-satunya
hubungan antara kedua kumparan adalah fluks magnetic bersama yang terdapat
dalam inti. Salah satu dari kedua kumparan transformator tadi dihubungkan ke
sumber daya listrik bolak-balik dan kumparan kedua (serta ketiga jika ada)
akan mensuplai daya ke beban. Kumparan transformator yang terhubung
kesumber daya dinamakan kumparan primer sedangkan yang terhubung ke beban
dinamakan kumparan sekunder, jika terdapat kumparan ketiga dianamakan
kumparan tersier.
Transformator digunakan secara luas baik dalam bidang tenaga listrik maupun
elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan
terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan
misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak jauh.
Penggunaan transformator yang sangat sederhana dan andal merupakan salah satu
alasan penting dalam pemakaiannya dalam penyaluran tenaga listrik arus
bolak-balik, karena arus bolakbalik sangat banyak dipergunakan untuk
pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik. Pada penyaluran tenaga listrik terjadi
kerugian sebesar I
2
R watt, kerugian ini akan banyak berkurang apabila tegangan
dinaikkan. Dengan demikian saluran-saluran tenaga listrik senantiasa
mempergunakan tegangan yang tinggi.
Tegangan yang paling tinggi di Indonesia pada saat ini adalah 500 kV. Hal ini
dilakukan terutama untuk mengurangi kerugian energi yang terjadi. Dan
menaikkan tegangan listrik di pusat listrik dari tegangan generator yang biasanya
berkisar antara 6-20 kV pada awal saluran transmisi, dan menurukannya pada
ujung saluran itu ketegangan yang lebih rendah, dilakukan dengan transformator.
Transformator yang dipakai pada jaringan tenaga listrik merupakan transformator
tenaga.
Disamping itu, ada jenis jenis transformator lain yang banyak dipergunakan,
dan yang pada umumnya merupakan transformator yang jauh lebih kecil.Misalnya
transformator yang dipakai dirumah tangga, yang dipakai pada lampu TL, pesawat
radio, televisi dan berbagai alat elektronika lainnya.

2.2 Prinsip Kerja Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah dan menyalurkan
energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian ke rangkaian listrik
yang lain melalui suatu gandengan megnet dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Transformator di gunakan secara luas baik dalam bidang tenaga
listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga
memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap
keperluan misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak
jauh.
Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang
bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektrik namun
berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi
(reluctance) rendah. Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber
tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang
dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka
mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di
kumparan primer terjadi induksi sendiri (self induction) dan terjadi pula induksi
di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau
disebut sebagai induksi bersama (mutual induction) yang menyebabkan
timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus
sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat
ditransfer keseluruhan secara magnetisasi seperti Gambar 2.1.

Gambar 2. 1 Prinsip dasar dari transformator.

(2.1)
Dengan:
e = gaya gerak listrik ( ggl ) [ volt ]
N = jumlah lilitan

= perubahan fluks magnet


2.2.1 Keadaan Transformator Beban Nol
Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber
tegangan V
1
yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer I
o
yang juga
sinusoid dan dengan menganggap belitan N
1
reaktif murni. I
o
akan tertinggal
900 dari V
1
. Arus primer I
o
menimbulkan fluks () yang sefasa dan juga
berbentuk sinusoid. Pada Gambar 2.2 dapat dilihat suatu transformator tanpa
beban.

Gambar 2. 2 Transformator dalam keadaan tanpa beban

Maka fluks ( ) u :
t
m
e sin u = u (2.2)
Menurut hukum faraday, fluks yang dihasilkan menimbulkan tegangan induksi
(e
1
)
dt
d
N e
u
=
1 1
(2.3)
dt
t d
N e
m
e sin
1 1
u
=
t N e
m
e e cos
1 1
u =

t N e
m
e e cos
1 1
u =

( )
0
1 1
90 sin u = t N e
m
e e
(2.4)
Dengan:
e
1
= gaya gerak listrik induksi
N
1
= jumlah belitan di sisi primer
= kecepatan sudut putar
= fluks magnet





I
1
I
2

N
1
E
2

V
1 E
1
N
2
V
2

Maka tegangan efektifnya adalah:
2
max 1
1
u
=
e N
E (2.5)
2
2
max
1 1
u
=
f
N E
t

2
14 , 3 2
max
1 1
u
=
f
N E
2
28 , 6
max
1 1
u
=
f
N E
| | Volt 44 , 4
1 1 m
f N E u = (2.6)
Dengan:
E
1
= gaya gerak listrik induksi efektif
f = frekuensi
Bila rugi tahanan dan adanya fluksi bocor diabaikan maka akan terdapat
hubungan:
a
N
N
V
V
E
E
= = =
2
1
2
1
2
1
(2.7)
Apabila, a < 1, maka transformator berfungsi untuk menaikkan tegangan (step
up)
a > 1, maka transformator berfungsi untuk menurunkan tegangan (step
down)
Dengan:
E
1
= ggl induksi di sisi primer (Volt)
E
2
= ggl induksi di sisi sekunder (Volt)
V
1
= tegangan terminal di sisi primer (Volt)
V
2
= tegangan terminal di sisi sekunder (Volt)
N
1
= jumlah belitan di sisi primer (Volt)
N
2
= jumlah belitan di sisi sekunder (Volt)
a = faktor trannsformasi


2.2.2 Keadaan Transformator Berbeban
Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban Z
L
, maka akan mengalir
arus I
2
pada kumparan sekunder, dimana I
2
= V
2
/ Z
L
dengan
2
= faktor kerja
beban, seperti pada Gambar 2.3

Gambar 2. 3 Transformator dalam keadaan berbeban

Arus beban I
2
ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N
2
I
2
yang
cenderung menentang fluks () bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan
Im. Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus
mengalir arus I
2
, yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I
2
,
hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi :
'
2 0 1
I I I + = (2.8)
Bila rugi besi diabaikan (I
C
diabaikan) maka I
M
= I
0


'
2 1
I I I
M
+ =
(2.9)
Agar fluks tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus pemagnetan I
M

maka

2 2 1 1 1
I N I N I N
M
=
(2.10)
Atau

1


2

3


I
1
I
2

N
1
E
2

V
1 E
1
N
2
V
2 Z
L

( )
2 2
'
2 1 1
I N I I N I N
M M
+ =

2 2
'
2 1
I N I N = (2.11)
Karena I
M
dianggap kecil
1
'
2
I I = jadi

'
2 2
1
2
2
'
2
1
2
2
1
2 2 1 1
atau
1
atau aI I
a N
N
I
I
N
N
I
I
I N I N = = = = = (2.12)
Dengan:
I
1
= arus pada sisi primer (Ampere)
I
0
= arus penguat (Ampere)
I
M
= arus pemagnetan (Ampere)
I
c
= arus rugi-rugi tembaga (Ampere)

2.3 Rangkaian Ekivalen Transformator
Tidak semua fluks () yang dihasilkan oleh arus pemagnetan I
M
merupakan fluks bersama (
M
), sebagian darinya hanya mencakup kumparan
primer (
1
) atau kumparan primer saja (
2
). Rangkaian ekivalen digunakan
untuk menganalisis kerja suatu transformator, adanya fluks bocor
1
dan
2
yang
dinyatakan sebagai reaktansi X
1
dan X
2
. Sedangkan untuk rugi tahanan
dinyatakan dengan R
1
dan R
2
. Rangkaian ekivalen suatu transformator seperti
Gambar 2.4.

Gambar 2. 4 Rangkaian Ekivalen Transformator

Dari Gambar diatas dapat diturunkan secara matematis
1 1 1 1 1 1
X I R I E V + + = (2.13)
2 2 2 2 2 2
X I R I V E + + = (2.14)
2 1
aE E = (2.15)
'
2 2
aI I = (2.16)
Impedansi belitan primer:
1
1 1 2
1
2
1 1 1 1
tan
R
X
X R jX R Z

Z + = + = (2.17)
Impedansi belitan sekunder
2
2 1 2
2
2
2 2 2 2
tan
R
X
X R jX R Z

Z + = + = (2.18)
Subsitusikan persamaan 2.14 dan 2.15
( )
2 2 2 2 2 1
X I R I V a E + + = (2.19)
Apabila persamaan (2.13) (2.16) dan (2.19) disubsitusikan menjadi persamaan
berikut:
( )
2 2 2 2 2 1 1 1 1 1
X I R I V a X I R I V + + + + =
2 2 2 2 2 1 1 1 1 1
X aI R aI aV X I R I V + + + + =
) ( ) (
2
'
2 2
'
2 2 1 1 1 1 1
X aI a R aI a aV X I R I V + + + + =
) (
2
2
2
2 '
2 2 1 1 1 1 1
X a R a I aV X I R I V + + + + = (2.20)
Apabila semua parameter sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer,
maka harganya perlu dikalikan dengan faktor a
2
, dimana a = E
1
/E
2
, sehingga
rangkaian ekivalennya seperti Gambar 2.5.

Gambar 2. 5 Rangkaian Ekivalen Transformator dilihat dari sisi primer
Untuk memudahakan perhitungan, model rangkaian Gambar 2.5 diatas dapat
diubah menjadi seperti Gambar 2.6.

Gambar 2. 6 Penyederhanaan Rangkaian Ekivalen Transformator

Maka dari Gambar 2.6 diperoleh:
2
2
1
R a R R
ek
+ = (2.21)
2
2
1
X a X X
ek
+ = (2.22)
Sehingga Gambar 2.6 dapat disederhanakan menjadi seperti pada Gambar 2.7.




Gambar 2. 7 Hasil akhir penyederhanaan Rangkaian Ekivalen Transformator

2.4 Diagram Vektor Transformator
Diagram vektor adalah penggambaran hubungan antara fluks magnetic,
tegangan dan arus yang mengalir dalam bentuk vector. Hubungan yang terdapat di
antara harga-harga tersebut akan tergantung pada sifat beban, impedansi lilitan
primer, dan sekunder, serta rugi- rugi transformator.





I1 I2
'

R
ek

I
0
Xek

V1
I
C

I
M

aV2 a
2
ZL
RC XM

2.4.1 Transformator Tanpa Beban
Apabila transformator tidak dibebani, arus yang mengalir dalam transformator
hanya arus pemagnetan (I
o
) saja. Dalam hal ini:
1. Fluks magnet (
o
) sephasa dengan arus primer tanpa beban (I
o
) dan
lagging 90 terhadap tegangan sumber V
1.

2. Gaya gerak listrik induksi pada sisi primer (E
1
) besarnya sama dengan
V
1
, tetapi berbeda phasa 180 terhadap tegangan sumber V
1.

3. Gaya gerak listrik induksi pada sisi sekunder (E
2
= aE
1
), lagging 90
terhadap fluks magnet (
o
).
Dalam penggambaran, V
1
= -E
1
, dengan menganggap:
1. Rugi-rugi arus pusar dan rugi-rugi hysteresis di dalam inti tidak ada.
2. Rugi-rugi tahanan kawat tembaga tidak ada.
3. Fluks bocor pada kumparan primer dan kumparan sekunder tidak ada, maka
vector diagramnya seperti Gambar 2.8
E2 E1
V1=-E1
0
I0
0
90 90

Gambar 2. 8 Diagram vektor Transformator ideal tanpa beban
Karena transformator tidaklah mungkin ideal seperti pada Gambar 2.9, maka rugi-
rugi pada transformator harus diperhitungkan, maka:
1. Arus primer tanpa beban (Io) tidak sephasa dengan fluks magnet (
o
),
dimana arus primer tanpa beban dapat diuraiakan atas dua komponen yaitu:
C M
I I I + =
0
(2.23)
2. Besarnya ggl induksi E
1
tidak sama lagi dengan V
1
karena adanya impedansi
kumparan primer Z
1
, sehingga dipeoleh hubungan:
) (
1 2 0 1 1
jX R I E V + + = (2.24)
E2 E1
-E1
0
I0
0
IC
Im
I
R
I
X
V1

Gambar 2. 9 Diagram vektor Transformator tak ideal tanpa beban

2.4.2 Transformator Berbeban
Bila transformator diberi beban maka pada sisi sekunder terdapat arus (I
2
) yang
mengalir. I
2
yang mengalir akan menyebabkan adanya perubahan pada arus
yang mengalir di sisi primer. Transformator yang berbeban ini dapat dibagi
menjadi 3 bagian ditinjau dari bebannya yaitu tahanan murni, beban induktip
dan beban kapasitif.

2.4.2.1 Beban Tahanan Murni
Apabila pada sisi sekunder transformator (Gambar 2.4) dihubungkan dengan
tahanan murni (R), maka arus akan mengalir pada sisi sekunder
transformator sebesar I
2
. I
2
akan berbeda fasa terhadap E
2
sebesar
2
seperti
pada Gambar 2.10
( ) ) (
2 2 2 2 2
jX R R I E V + + = (2.23)
R R
X
tg
+
=
2
2
2
u (2.24)
E2 E1
-E1
0
I0
0
IC
Im
I
R
I
X
V1
I
X
I(R
+
R
)
V
2
I2
2
1
-I2
I1
1

Gambar 2. 10 Diagram vektor Transformator berbeban tahanan murni

2.4.2.2 Beban Induktif
Apabila transformator berbeban induktif, berarti pada sisi sekunder
transformator (Gambar 2.4) terdapat R
2
+ jX
2
dan R
L
+ jX
L
. Dengan adanya
harga R
2
+ jX
2
dan R
L
+ jX
L
, akan mengakibatkan pergeseran phasa antara I
2
dan E
2
sebesar
2
seperti pada Gambar 2.11 Dengan:
L
L
R R
X X
tg
+
+
=
2
2
2
u (2.25)
Dan dengan adanya harga R
2
+ jX
2
dan R
L
+ jX
L
, juga akan
mengakibatkan pergeseran phasa antara I
2
dan V
2
sebesar
2
. Dimana :
L
L
R
X
tg =
2
u (2.26)
E2 E1
-E1
0
I0
0
IC
Im
I
R
I
X
V1
IR
V
2
I2
2
1
-I2
I1
1
IR
I
X
I
X
2
Gambar 2. 11 Diagram vektor Transformator berbeban induktif

2.4.2.3 Beban Kapasitif
Jika (Gambar 2.4) dihubungkan dengan beban kapasitif, maka arus akan
mengalir pada sisi sekunder transformator sebesar I
2
. Beban kapasitif
tersebut akan mengakibatkan pergeseran phasa antara I
2
dan E
2
sebesar
2
,
dan juga akan mengakibatkan pergeseran phasa antara I
2
dan V
2
sebesar
2

seperti pada Gambar 2.12 Dimana :
2
2
2
R R
X X
tg
L
L

= u (2.27)
L
L
R
X
tg =
2
u (2.28)
E2
E1
-E1
0
I0
0
IC
Im
IR
I
X
V1
I
R
V
2
I
2
-
I
2
I1
1
I
X
2 2
I
X
I
R

Gambar 2. 12 Diagram vektor Transformator berbeban kapasitif

2.5 Konstruksi Transformator
Secara umum transformator dapat dibedakan dua jenis menurut konstruksinya,
yaitu:
1. Tipe inti
Transformator tipe inti mempunyai konstruksi 2 kaki yang masing-masing kaki
dibelit sama satu kumparan, kumparan sisi primer dan kumparan sisi sekunder,
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.13
Pada transformator tipe inti, kumparan mengelilingi inti dan konstruksi dari
intinya berbentuk huruf L atau huruf U seperti yang dapat dilihat pada Gambar
2.14.
Selain untuk Transformator satu pada, konstruksi Transformator tipe inti juga
terdapat pada transformator tiga fasa, tetapi ada perbedaannya yaitu pada
masing-masing kaki terdapat dua belitan kumparan untuk satu phase yaitu
belitan primer dan belitan sekunder seperti yang dapat dilihat pada Gambar
2.15

Gambar 2. 13 Konstruksi transformator satu fasa tipe inti

Gambar 2. 14 Konstruksi transformator satu fasa tipe inti yang mempunyai Tipe L dan Tipe U





Gambar 2. 15 Konstruksi transformator tiga fasa tipe inti

2. Tipe cangkang
Transformator tipe cangkang mempunyai konstruksi 3 kaki dan hanya kaki
bagian tengah saja yang dibelit oleh dua kumparan. Kedua kumparan saling
terhubung secara magnetik melalui inti, tetapi terisolasi secara elektrik, seperti
yang dapat dilihat pada Gambar 2.16
Pada transformator tipe cangkang, kumparan atau belitan transformator
dikelilingi oleh inti dan konstruksi intinya berbentuk huruf E, huruf I dan huruf
F seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.17.
Selain untuk Transformator satu fasa, konstruksi Transformator tipe cangkang
juga terdapat pada transformator tiga fasa, untuk pemasangan kumparan primer
dan sekundernya sama seperti pada tipe pemasangan transformator satu fasa,
tetapi perbedaannya yaitu pada jumlah inti yang digunakan, seperti yang
terlihat pada Gambar 2.18.


Gambar 2. 16 Konstruksi transformator satu fasa tipe cangkang


Gambar 2. 17 Konstruksi transformator satu fasa tipe cangkang yang mempunyai tipe E dan I
serta tipe F


NP1
NS1
NP2 NP3
NS2 NS3

Gambar 2. 18 Konstruksi transformator tiga fasa tipe cangkang

2.6 Jenis-Jenis Transformator
2.6.1. Berdasarkan jumlah fasanya transformator dibagi atas 2 yaitu:
2.6.1.1. Transformator satu fasa
Transformator satu fasa biasanya digunakan pada peralatan-peralatan rumah
tangga da peralatan-peralatan pengukuran. Contoh dari penggunaan
transformator satu fasa adalah transformator arus, transformator tegangan.
2.6.1.2. Transformator tiga fasa
Transformator tiga fasa pada prinsipnya sama seperti transformator satu fasa,
perbedaannya adalah pada transformator tiga fasa mengenal adanya hubungan
bintang, segitiga dan hubungan zigzag, dan juga sistem bilangan jam yang
sangat menentukan kerja paralel tiga fasa. Untuk menganalisa transformator
tiga fasa dilakukan dengan cara menganggap bahwa transformator tiga fasa
sebagai transformator satu fasa, teknik perhitungannya pun sama, hanya untuk
nilai akhir biasanya parameter tertentu (arus, tegangan, dan daya) transformator
tiga fasa dikalikan dengan nilai 3 .
Transformator tiga fasa dikembangkan untuk alasan ekonomis, biaya lebih
murah karena bahan yang digunakan lebih sedikit dibandingkan tiga buah
transformator satu fasa dengan jumlah daya yang sama dengan satu buah
transformator tiga fasa, pengerjaannya lebih cepat.
Transformator tiga fasa adalah transformator yang sering dipakai. Hal ini
dikarenakan:
- Untuk daya yang sama tidak memerlukan ruang yang besar.
- Mempunyai nilai ekonomis.
- Pemeliharaan persatuan barang lebih murah dan lebih mudah.
Contoh dari penggunaan transformator tiga fasa adalah transformator distribusi
dan transformator tenaga.

2.6.2. Berdasarkan fungsinya transformator mempunyai beberapa jenis yaitu:
2.6.2.1. Transformator Arus
Transformator arus adalah transformator-transformator pengukuran yang
digunakan untuk menurunkan arus besar/tinggi pada tegangan
tinggi/menengah menjadi arus kecil pada tegangan rendah yang biasanya
disebut arus sekunder. Pada umumnya nominal dari arus sekunder adalah 5
ampere atau 1 ampere. Contoh Transformator arus seperti pada Gambar 2.13.

Gambar 2. 19 Transformator Arus

2.6.2.2. Transformator Tegangan
Transformator tegangan adalah transformator-transformator pengukuran yang
digunakan untuk menurunkan tegangan tinggi/menengah menjadi tegangan
rendah untuk besaran ukur sesuai dengan alat-alat ukur atau alat pengaman
contoh Transformator tegangan seperti Gambar 2.14.

Gambar 2. 20 Transformator Tegangan

2.6.2.3. Transformator Tenaga
Transformator Tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi
untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan).


2.7 Klasifikasi Transformator Tenaga
Tranformator tenaga dapat diklasifikasikan menurut:
1. Pemasangan
- Indoor
- Outdoor
2. Pendinginan
Pada transformator tenaga terdapat beberapa kategori sistem pendinginan,
metode dan media yang dilakukan untuk sistem pendinginan yang dapat
dilihat pada Tabel 2.1.

No.
MACAM-
MACAM
SISTEM
PENDINGINAN
MEDIA
DIDALAM TRAFO DILUAR TRAFO
Sirkulasi
Alamiah
Sirkulasi
Paksa
Sirkulasi
Alamiah
Sirkulasi
Paksa
1 AN - - Udara -
2 AF - - - Udara
3 ONAN Minyak - Udara -
4 ONAF Minyak - - Udara
5 OFAN - Minyak Udara -
6 OFAF - Minyak - Udara
7 OFWF - Minyak - Air
8 ONAN/ONAF Kombinasi 3 dan 4
9 ONAN/OFAN Kombinasi 3 dan 5
10 ONAN/OFAF Kombinasi 3 dan 6
11 ONAN/OFWF Kombinasi 3 dan 7
*Menurut IEC Tahun 1976
Tabel 2. 1 Jenis-Jenis Pendinginan minyak Transformator

3. Fungsi/pemakaian
- Transformator Pembangkit
- Transformator Gardu Induk
4. Kapasitas dan tegangan
Untuk mempermudah pengawasan dalam operasi, tranformator ini dibagi
menjadi:
- Transformator Besar
- Transformator Sedang
- Transformator Kecil
5. Kumparan
Berdasarkan ,jumlah kumparan Transformator dibedakan menjadi dua yaitu:
- Kumparan Sekunder
- Kumparan Tertier

2.8 Bagian-Bagian Transformator Tenaga
Sebuah konstruksi Transformator tenaga mempunyai beberapa bagian, bagian-
bagian tersebut terdiri dari:
1. Bagian Utama
- Inti Besi
- Kumparan Transformator
- Minyak Transformator
- Bushing
- Tangki Konservator
2. Peralatan Bantu
- Pendingin
- Tap Changer
- Alat pernapasan (Dehydrating Breather)
- Indikator-indikator: Thermometer, Permukaan minyak
3. Peralatan Proteksi
- Rele Bucholz
- Pengaman tekanan lebih (Explosive Membrane)/Bursting Plate
- Rele tekanan lebih (Sudden Pressure Relay)
- Rele Pengaman tangki
4. Peralatan Tambahan untuk Pengaman Transformator
- Pemadam Kebakaran (Transformator-transformator besar)
- Rele Differensial
- Rele Arus Lebih
- Rele Hubung Tanah
- Rele Thermis
- Arrester

2.9 Hubungan Transformator Tiga fasa
Secara umum ada 3 macam jenis hubungan pada transformator tiga phasa yaitu:
1. Hubungan Bintang (Y)
Hubungan bintang ialah hubungan transformator tiga fasa, dimana ujung-
ujung awal atau akhir lilitan disatukan. Titik dimana tempat penyatuan dari
ujung-ujung lilitan merupakan titik netral, seperti yang terlihat pada Gambar
2.21.
Arus transformator tiga phasa dengan kumparan yang dihubungkan bintang
yaitu; I
A
, I
B
, I
C
masing-masing berbeda 120.

Gambar 2. 21 Transformator tiga fasa hubungan bintang

Dari gambar 2.21 diperoleh bahwa :
L C B A
I I I I = = = (2.29)
ph L
I I = (2.30)
L L CA BC AB
I V V V

= = = (2.31)
ph L L
V V 3 =

(2.32)
Dengan:
L L
V

= tegangan line to line (Volt)
ph
V = tegangan fasa (Volt)
L
I = arus line (Ampere)
ph
I = arus fasa (Ampere)

2. Hubungan Segitiga/ Delta ()
Hubungan segitiga adalah suatu hubungan transformator tiga fasa, dimana
cara penyambungannya ialah ujung akhir lilitan fasa pertama disambung
dengan ujung mula lilitan fasa kedua, akhir fasa kedua dengan ujung mula fasa
ketiga dan akhir fasa ketiga dengan ujung mula fasa pertama, seperti yang
terlihat pada Gambar 2.22.
Tegangan transformator tiga phasa dengan kumparan yang dihubungkan
segitiga yaitu; V
A
, V
B
, V
C
masing-masing berbeda 120.

Gambar 2. 22 Transformator tiga fasa hubungan segitiga/delta

Dari Gambar 2.21 diperoleh bahwa :
L C B A
I I I I = = = (2.33)
ph L
I I 3 = (2.34)
L L CA BC AB
I V V V

= = = (2.35)
ph L L
V V =

(2.36)
Dengan:
L L
V

= tegangan line to line (Volt)
ph
V = tegangan fasa (Volt)
L
I = arus line (Ampere)
ph
I = arus fasa (Ampere)

3. Hubungan Zigzag (Z)
Transformator zigzag merupakan transformator dengan tujuan khusus.
Salah satu aplikasinya adalah menyediakan titik netral untuk sistem listrik
yang tidak memiliki titik netral. Pada transformator zigzag masingmasing
lilitan tiga fasa dibagi menjadi dua bagian dan masingmasing dihubungkan
pada kaki yang berlainan, seperti yang terlihat pada Gambar 2.23.


Gambar 2. 23 Transformator tiga fasa hubungan zig-zag

Perbandingan Rugi-rugi untuk tiap kumparan yang terhubung Y, ,
Zig-zag adalah :
Y
Y
Y Y
A
L
i R I = 0 . 1 ) 0 . 1 ( ) (
2 2
(2.37)
A
A
=
A
L
i R I
Y
Y
732 . 1 ) 577 . 0 ( ) (
2 2
(2.38)
ZZ
Y
Y ZZ
A
L
i R I = 155 . 1 ) 0 , 1 ( ) (
2 2
(2.39)
Dengan:
Y
i = arus pada kumparan yang terhubung Y
= Hambatan jenis tembaga
Y
L = panjang kumparan yang terhubung Y
Y
A = Luas penampang kumparan yang terhubung Y
A
A = Luas penampang kumparan yang terhubung
ZZ
A = Luas penampang kumparan yang terhubung zig-zag

2.10 Jenis-Jenis Hubungan Transformator Tiga fasa
Dalam pelaksanaanya, tiga buah lilitan phasa pada sisi primer dan sisi
sekunder dapat dihubungkan dalam bermacam-macam hubungan, seperti
bintang dan segitiga, dengan kombinasi Y-Y, Y-, -Y, -, bahkan untuk
kasus tertentu liltan sekunder dapat dihubungakan secara berliku-liku (zig-zag),
sehingga diperoleh kombinasi -Z, dan Y-Z. Hubungan zig-zag merupakan
sambungan bintang istimewa, hubungan ini digunakan untuk mengantisipasi
kejadian yang mungkin terjadi apabila dihubungkan secara bintang dengan
beban phasanya tidak seimbang. Di bawah ini pembahasan hubungan
transformator tiga phasa secara umum :

1. Hubungan wye-wye (Y-Y)
Pada hubungan bintang-bintang, rasio tegangan fasa-fasa (L-L) pada primer
dan sekunder adalah sama dengan rasio setiap trafo. Sehingga, tejadi
pergeseran fasa sebesar 30 antara tegangan fasa-netral (L-N) dan tegangan
fasa-fasa (L-L) pada sisi primer dan sekundernya.
Hubungan bintang-bintang ini akan sangat baik hanya jika pada kondisi
beban seimbang. Karena, pada kondisi beban seimbang menyebabkan arus
netral (I
N
) akan sama dengan nol. Dan apabila terjadi kondisi tidak
seimbang maka akan ada arus netral yang kemudian dapat menyebabkan
timbulnya rugi-rugi.
Hubungan Y-Y pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar 2.24.
Pada hubungan Y-Y, tegangan masing-masing primer phasa adalah :
3
LP
phP
V
V = (2.40)
Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan
perbandingan belitan transformator maka, perbandingan antara tegangan
primer dengan tegangan sekunder pada transformator hubungan Y-Y adalah :
a
V
V
V
V
phS
phP
LS
LP
= =
3
3
(2.41)

Gambar 2. 24 Transformator tiga fasa hubungan Y-Y

2. Hubungan wye-delta (Y-)
Transformator hubungan Y- digunakan pada saluran transmisi sebagai
penaik tegangan. Rasio antara sekunder dan primer tegangan fasa-fasa
adalah 1/ 3 kali rasio setiap trafo. Terjadi sudut 30 antara tegangan fasa-
fasa antara primer dan sekunder yang berarti bahwa trafo Y- tidak bisa
diparalelkan dengan trafo Y-Y atau trafo -. Hubungan transformator
Y- dapat dilihat pada Gambar 2.25.
Pada hubungan Y- tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan
tegangan phasa primer
phP LP
V V 3 = , dan tegangan kawat ke kawat sekunder
sama dengan tegangan fasa
phS LS
V V = , sehingga diperoleh perbandingan
tegangan pada hubungan Y- adalah:
a
V
V
V
V
phS
phP
LS
LP
3
3
= = (2.42)

Gambar 2. 25 Transformator tiga fasa hubungan Y-

3. Hubungan delta-wye (-Y)
Transformator hubungan -Y, digunakan untuk menurunkan tegangan dari
tegangan transmisi ke tegangan rendah. Transformator hubungan -Y dapat
dilihat pada Gambar 2.26.
Pada hubungan -Y, tegangan kawat ke kawat primer sama dengan
tegangan phasa primer
phP LP
V V = dan tegangan sisi sekundernya
phS LS
V V 3 = maka perbandingan tegangan pada hubungan -Y adalah:
3 3
a
V
V
V
V
phS
phP
LS
LP
= = (2.43)

Gambar 2. 26 Transformator tiga fasa hubungan -Y

4. Hubungan delta-delta (-)
Pada transformator hubungan -, seperti yang terlihat pada Gambar 2.27.
Tegangan kawat ke kawat dan tegangan phasa sama untuk sisi primer dan
sekunder transformator (V
RS
= V
ST
= V
TR
= V
LN
), maka perbandingan
tegangannya adalah :
a
V
V
V
V
phS
phP
LS
LP
= = (2.44)
Sedangkan arus pada transformator hubungan - adalah:
p L
I I 3 = (2.45)
Dengan:
L
I = arus line to line
p
I = arus fasa

Gambar 2. 27 Transformator tiga fasa hubungan -

2.11 Kerja Paralel
Dua buah transformator dikatakan bekerja secara pararel apabila kedua sisinya
(primer dan sekunder) dihubungkan untuk melayani beban seperti yang terlihat
pada Gambar 2.28.
Kebutuhan pararel disebabkan oleh :
a. Pertumbuhan beban.
b. Meningkatkan keandalan pelayanan.
c. Batasan transportasi.
d. Batasan memproduksi.
Adapun syarat untuk kerja pararel adalah :










Gambar 2. 28 Kerja paralel transformator

1. Perbandingan tegangan yang diparalelkan harus sama.
Jika perbandingan tegangan tidak sama, maka tegangan induksi pada
kumparan sekunder masing-masing transformator tidak sama, perbedaan
tegangan ini akan menyebabkan terjadinya arus sirkulasi Is pada kumparan
sekunder ketika transformator dibebani, seperti yang terlihat pada Gambar
2.29.
Dimana arus sirkulasi ini akan mengakibatkan panas pada kumparan
sekunder tersebut, besarnya arus sirkulasi adalah:
B A
B A
S
Z Z
E E
I
+

= (2.46)






Gambar 2. 29 Arus sirkulasi pada saat trafo dibebani

2. Polaritas tegangan harus sama.
Jika hal ini tidak dipenuhi, akan terjadi panas pada trafo yang mempunyai
polaritas yang searah dengan arus beban.
3. Tegangan impedansi pada keadaan beban penuh harus sama.
4. Perbandingan reaktansi terhadap tahanan sebaiknya sama.
Apabila perbandingan tahanan dan reaktansi sama, maka kedua transformator
tersebut bekerja pada factor daya yang sama.
I
A
R
A
X
A
I
total
I
S
I
B


V
1
R
B
X
B
V
2


I
1total
I
1A
I
2A
I
2total


V
1
E
1
E
2A
V
2


I
1B
I
2B


E
1B
E
2B


5. Jumlah fasanya harus sama.
6. Khusus untuk transformator tiga fasa, maka kelompok vector group
transformator harus sama.
Jika vektor groupnya tidak sama, maka selisih antara vektor group
transformator pertama dengan vektor group transformator kedua sebesar 120.

2.12 Aplikasi penggunaan transformator tenaga
Transformator tenaga banyak digunakan di berbagai tempat salah satunya adalah PLTU.
Pada PLTU terdapat beberapa jenis Transformator Tenaga yang mempunyai nama yang
berbeda-beda yang disesuaikan dengan fungsi dan sistem kerja dari transformator
tersebut, beberapa transformator yang terdapat di PLTU adalah:
- Main Transformer (MT/GT)
Main Transformer atau Generator Transformer mempunyai dua jenis yaitu:
GT Step up dan GT Step up-Step down. Untuk GT Step Up berfungsi untuk
menyalurkan daya listrik ke saluran transmisi. Tegangan yang disuplai oleh
main transformer ke saluran transmisi adalah hasil dari transformasi level
tegangan yang mendapatkan suplai daya listrik dari keluaran generator 20kV
ke 150 KV, dan untuk GT Step up-Step down selain berfungsi untuk
menyalurkan daya listrik ke saluran transmisi juga berfungsi sebagai penerima
daya listrik yang berasal dari saluran transmisi untuk ditransformasikan level
tegangan dan menyalurkan ke Unit Auxilliary Transformer(UAT) agar dapat
ditransformasikan oleh UAT dan digunakan untuk kebutuhan peralatan-
peralatan pada PLTU.
Berikut adalah gambar Main Transformator yang ada di PLTU 2 Jawa Barat,
Palabuhanratu seperti yang terlihat pada Gambar 2.30 dan di PLTU 1 Jawa
Tengah, Rembang seperti yang terlihat pada Gambar 2.31.

Gambar 2. 30 Main Transformer di PLTU 2 Jawa Barat, Palabuhanratu

Gambar 2. 31 Main Transformer di PLTU 1 Jawa Tengah, Rembang

- Unit Auxilliary Transformer (UAT)
Unit Auxilliary Transformer atau Auxilliary Unit Transformer merupakan
salah satu Transformator tenaga utama yang ada di PLTU yang berfungsi
untuk menyalurkan tegangan ke panel MV yang akan dipergunakan oleh
beban Common dan Unit. Tegangan yang disuplai oleh unit auxilliary
transformer ke panel MV adalah hasil dari transformasi level tegangan yang
mendapatkan suplai dari keluaran generator 20 kV ke 6,3kV. Trafo tenaga
jenis ini hanya dapat menyuplai daya listrik ke level tegangan yang lebih
rendah dan tidak dapat menyuplai daya listrik ke level tegangan yang lebih
tinggi.
Berikut adalah gambar Unit Auxilliary Transformator yang ada di PLTU 2
Jawa Barat, Palabuhanratu, seperti yang terlihat pada Gambar 2.32 dan PLTU
1 Jawa Tengah, Rembang, seperti yang terlihat pada Gambar 2.33.

Gambar 2. 32 Unit Auxilliary Transformer di PLTU 2 Jawa Barat, Palabuhanratu

Gambar 2. 33 Unit Auxilliary Transformer di PLTU 1 Jawa Tengah, Rembang

- Station Service Transformer (SST)
Station Service Transformer (SST) merupakan salah satu transformator tenaga
yang terdapat di PLTU yang berfungsi untuk menyuplai tegangan ke Panel
MV yang akan dipergunakan oleh beban Common dan Unit selama PLTU
belum beroperasi dan pada saat unit PLTU tidak beroperasi dan generator
tidak dapat menghasilkan listrik atau blackout. Tegangan yang disuplai oleh
station service transformer ke panel MV adalah hasil dari transformasi level
tegangan yang mendapatkan suplai dari Saluran Transmisi 150 kV ke 6,3kV.
Trafo tenaga jenis SST ini dapat menyuplai daya listrik ke level tegangan yang
jauh dibawah dari supplainya contohnya 150kV/6,3kV, dan SST ini tidak
dapat menyuplai daya listrik ke level tegangan yang lebih tinggi.
Berikut adalah gambar dari station service transformer yang ada di PLTU 2
Jawa Barat , seperti yang terlihat pada Gambar 2.34.

Gambar 2. 34 Station Service Transformer Transformer di PLTU 2 Jawa Barat,
Palabuhanratu

2.13 Persentase pembebanan transformator tenaga
Untuk mengetahui persentase pembebanan tranformator tenaga terlebih dahulu
daya maksimal dari suatu transformator tenaga. Daya maksimal dari suatu
transformator tenaga dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

() () (2.47)
Dimana:
P
Total
= Daya Total (kW)
S = Nilai Daya (kVA)
= Faktor Daya


Sehingga Persentase pembebanan Transformator tenaga adalah sebagai berikut:

(2.48)
Dimana:
%Beban = Persentase Pembebanan (%)
P
beban
= Daya yang dibutuhkan beban (kW)
P
total
= Daya maksimal yang disuplai tranformator (kW)

You might also like