You are on page 1of 63

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 24

Kelompok B6 Satria Marrantiza Mutiara Khalida Imam Arief Winarta Marini Syuryati Beby Yohaningsih Alifvia Nabdakh Yuda Lutfiadi Al Hafizh Utama Dhilah Juas Ainun Julianda Dini Halim : 04111401012 : 04111401013 : 04111401018 : 04111401044 : 04111401045 : 04111401047 : 04111401051 : 04111401058 : 04111401060 : 04111401061

Tutor : dr. Dwi Handayani, M.Kes

PENDIDIKAN DOKTER UMUM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014

KATA PENGANTAR Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada Dosen pembimbing tutorial skenario A blok 24, sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang telah memberi dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario A blok 24. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata mendekati sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di penyusunan laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Palembang, 3 April 2014

Penyusun

DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................................................................................... 1 Daftar Isi ............................................................................................................................. 2 BAB I Pendahuluan 1.1.Latar Belakang ......................................................................................... 3 BAB II Pembahasan 2.1. Data Tutorial ........................................................................................ 4 2.2. Skenario Kasus ..................................................................................... 5 2.3. Paparan I.Klarifikasi Istilah ............................................................................... 6 II.Identifikasi masalah ........................................................................ 6 III.Analisis Masalah ............................................................................. 7 IV.Learning Issues ............................................................................... V.Kerangka Konsep ............................................................................. BAB III Penutup 3.1. Kesimpulan .......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi kasus yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu: 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenario ini.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor Moderator Sekretaris Papan Sekretaris Meja Hari, Tanggal Peraturan

: dr. Dwi Handayani, M.Kes : Marini Syuryati : Beby Yohaningsih Hasanah : Dhilah Juas Ainun : Selasa, 1 April 2014 : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan 2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat 3. Dilarang makan dan minum

2.2 SKENARIO A BLOK 24 TAHUN 2014 Reygen anak laki-laki usia 11 bulan,dibawa ibunya ke klinik karena BAB cair selama 3 hari 4-5x sehari @ 1-2 sendok makan,kuning tidak ada lendir,dan tidak ada darah.Tidak ada muntah.Sebelumnya,Ia juga pernah mengalami diare pada usia 3bulan,8 bulan, 10 bulan.Reygen lahir normal spontan,cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir 2800 gram,panjang badan lahir 47 cm,lingkar kepala lahir tidak di ukur.Reygen saat ini mengalami keterlambatan perkembangan,baru bisa merangkak dan duduk pada umur 9 bulan,tapi sejak sakit duduk harus dibantu. Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI ekslusif dari lahir sampai umur 3 bulan,lalu usia setelah 3 bulan sampai dengan sekarang: Susu formula standard merk S 6 kali sehari @2 sendok taar dicampur dengan air panas sampai 90ml,dan bubur bayi beras merah merk C 3kali 1 sachet sehari @20gram (80kalori).Menurut ibunya , cara membuat campuran susu formula sudah benar.Ibu tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur pabrikan. Reygen sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 2x,Hepatitis B 2x , dan polio 1x.Reygen dilahirkan dari keluarga : ayah usia 35 tahun,tidak tamat SD,dan tukang becak.Ibu usia 32 tahun,tidak tamat SD,ibu rumah tangga,jumlah saudara 3 orang (usia 7 tahun,5 tahun,dan 3 tahun).Rumah masih menyewa,3m x 7m,ventilasi jendela cukup,lanta semen,sumber air minum sumur gali,jarak sumur dengan MCK 6meter. Pemeriksaan Fisik: Kelihatan sangat kurus,kesadaran kompos mentis,denyut nadi 124x//menit,isi dan tegangan cukup,pernafasan 30x/menit,suhu 36,8 oC,stelah dilakukan pengukuran antropometri,hasil pengukuran: berat badan 5150gram,Panjang badan 70 cm,lingkar kepala 46cm, wajah seperti orang tua,tidak ada dismorfik,mata tidak ada tanda tanda defisiensi vitamin A,tidak ada edema,iga gambang,perut cekung,lengan dan tungkai kurus,dan terdapat baggy pants

2.3 Paparan I. Klarifikasi istilah 1. BAB cair: pengeluaran tinja berair berkali-kali yang tidak normal 2. ASI ekslusif: pemberian air susu ibu sedini mungkin setelah persalinan diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain sampai bayi berumur 0-6 bulan tanpa diberi makanan lain 3. Susu formula: susu yang dibuat dari bahan susu sapi atau susu kedelai yang kandungannya dibuat mendekati nutrisi yang terdapat pada asi. 4. Imunisasi: proses membuat subjek menjadi imun dan bersifat resisten terhadap penyakit karena pembentukan antibody humoral atau perkembangan imunitas seluler,atau keduanya,atau dari hasil beberapa mekanisme lainnya seperti aktifita interferon pada infeksi virus 5. Imunisasi BCG: vaksin yang diberikan pada bayi untuk mencegah tuberculosis.(Bacille Calmette-Guerin) yang dibuat dari basil tuberculosis mycobacterium bovis. 6. Imunisasi DPT: suatu imunisasi yang memberikan kekebalan terhadap difteri,pertussis,dan tetanus 7. Imunisasi Hepatitis B: imunisasi yang dilakukan untuk mencegah hepatitis B (Liver) 8. Imunisasi polio: suatu imunisasi yang memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis 9. Pengukuran Antropometri: pengukuran dimensi tubuh manusia seperti ukuran,volum,dll serta karakteristik khusus dari tubuh seperti ruang gerak. 10. Baggy pants: keadaan dimana jaringan lemak subcutis sangat sedikit sampai tidak ada sehingga terlihat seperti memakai celana longgar 11. Bubur bayi beras merah: campuran bahan padat dan cair dengan komposisi cair lebih banyak daripada padat dengan komposisi beras merah 12. Dismorfik:kelainan perkembangan fisik 13. Iga gambang: tulang rusuk menonjol (piano sign),merupakan salah satu tanda klinis khas marasmus

II.

IDENTIFIKASI MASALAH 1. Reygen anak laki-laki usia 11 bulan,dibawa ibunya ke klinik karena BAB cair selama 3 hari 4-5x sehari @ 1-2 sendok makan,kuning tidak ada lendir,dan tidak ada darah.Tidak ada muntah.Sebelumnya,Ia juga pernah mengalami diare pada usia 3bulan,8 bulan, 10 bulan Reygen lahir normal spontan,cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir 2800 gram,panjang badan lahir 47 cm,lingkar kepala lahir tidak di ukur Reygen saat ini mengalami keterlambatan perkembangan,baru bisa merangkak dan duduk pada umur 9 bulan,tapi sejak sakit duduk harus dibantu. Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI ekslusif dari lahir sampai umur 3 bulan,lalu usia setelah 3 bulan sampai dengan sekarang: Susu formula standard merk S 6 kali sehari @2 sendok taar dicampur dengan air panas sampai 90ml,dan bubur bayi beras merah merk C 3kali 1 sachet sehari @20gram (80kalori).Menurut ibunya , cara membuat campuran susu formula sudah benar.Ibu tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur pabrikan. Reygen sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 2x,Hepatitis B 2x , dan polio 1x Reygen dilahirkan dari keluarga : ayah usia 35 tahun,tidak tamat SD,dan tukang becak.Ibu usia 32 tahun,tidak tamat SD,ibu rumah tangga,jumlah saudara 3 orang (usia 7 tahun,5 tahun,dan 3 tahun).Rumah masih menyewa,3m x 7m,ventilasi jendela cukup,lanta semen,sumber air minum sumur gali,jarak sumur dengan MCK 6meter. Pemeriksaan Fisik: Kelihatan sangat kurus,kesadaran kompos mentis,denyut nadi 124x//menit,isi dan tegangan cukup,pernafasan 30x/menit,suhu 36,8 oC,stelah dilakukan pengukuran antropometri,hasil pengukuran: berat badan 5150gram,Panjang badan 70 cm,lingkar kepala 46cm, wajah seperti orang tua,tidak ada dismorfik,mata tidak ada tanda tanda defisiensi vitamin A,tidak ada edema,iga gambang,perut cekung,lengan dan tungkai kurus,dan terdapat baggy pants

2.

3.

4. 5.

6.

III.

ANALISIS MASALAH 1. Reygen anak laki-laki usia 11 bulan,dibawa ibunya ke klinik karena BAB cair selama 3 hari 4-5x sehari @ 1-2 sendok makan,kuning tidak ada lendir,dan tidak ada darah.Tidak ada muntah.Sebelumnya,Ia juga pernah mengalami diare pada usia 3bulan,8 bulan, 10 bulan A. Etiologi dari Bab cair pada kasus? 1. infeksi pada saluran pencernaan akibat bakteri, virus, atau parasit lain seperti cacing, protozoa, dan jamur, E.coli, shigela, salmonela dan vibrio. Karena virus seperti Rotavirus dan karena parasit seperti Amuba, Giardia lamblia dll. Dan infeksi parenteral seperti morbili, tonsilitis, bronkopneumonia dll. 2. kekurangan gizi, 3. alergi dan perubahan pola makan, misal dari ASI eksklusif (ASI saja) menjadi makanan sapihan. Alergi yang dapat menyebabkan diare misalnya lactose intolerance (tidak dapat mencerna susu). Karena tidak memiliki bakteri lactase yang berfungsi memecah enzim laktosa yang ada dalam susu seseorang menjadi diare setelah meminum susu. 4. Faktor makanan, dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare. Selain 4 penyebab yang telah disebutkan sebelumnya, diare juga dapat ditularkan melalui feses yang mengandung kuman penyebab diare. Mekanisme: Diare osmotik : hiperosmoler -> Hiperperistaltik absorbsi berkurang tekanan intra usus meningkat diare Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus.

B. Makna klinis dari kuning,bab cair,tidak ada lendir,tidak ada darah,tidak ada muntah? (bab cair selama 3 hari 4-5x sehari @1-2 sendok) BAB cair selama 3 hari 4-5x/hari @ 1-2 sendok makan diare akut (lebih dari 3 kali sehari berlangsung < 14 hari)

BAB cair kuning, tidak ada lendir

menyingkirkan DD invaginasi

(segmen usus masuk ke dalam segmen lainnya; yang bias berakibat dengan obstruksi/ strangulasi) BAB cair tidak ada darah C. Patofisiologi diare (babcair) Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare. Organisme-organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar. Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada diare. Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare. Selain karena rotavirus, diare juga bisa terjadi akibat kurang gizi, alergi, tidak tahan terhadap laktosa, dan sebagainya. Bayi dan balita banyak yang memiliki intoleransi terhadap laktosa dikarenakan tubuh tidak punya atau hanya sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna laktosa yang terkandung susu sapi. Tidak demikian dengan bayi yang menyusu ASI. Bayi tersebut tidak akan mengalami intoleransi laktosa karena di dalam ASI terkandung enzim laktose. Disamping itu, ASI terjamin kebersihannya karena langsung diminum tanpa wadah seperti saat minum susu formula dengan botol dan dot. Diare dapat merupakan efek sampingan banyak obat terutama antibiotik. Selain itu, bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang ada dalam permen karet serta produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang. menyingkirkan DD disentri

Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak diare. Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus.

D. Hubungan diare terdahulu dengan diare sekarang? Diare kronik adalah diare yang muncul berulang, sifatnya hilang timbul, atau yang berlangsung lama dengan penyebab non-spesifik. Kebanyakan episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada anak-anak usia 6-11 bulan, pada masa mulai diberikannya makanan pendamping. Hal ini menggambarkan keadaan yang ditimbulkan karena adanya efek dari penurunan kadar antibodi ibu, masih belum matangnya kekebalan aktif bayi, dan pengenalan makanan yang kemungkinan terpapar dengan bakteri dan kuman. Ada beberapa perilaku khusus yang dapat menyebabkan penyebaran kuman dan meningkatkan risiko terjadinya diare. Perilaku tersebut adalah: 1. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan. Risiko untuk menderita diare beberapa kali lebih besar pada bayi yang tidak diberi ASI daripada bayi yang disusui secara penuh. 2. Penggunaan botol susu yang tidak higienis. Penggunaan botol ini memudahkan pencernaan oleh kuman. Sewaktu susu dimasukkan ke dalam botol yang tidak bersih atau bila tidak segera diminum, akan terjadi kontaminasi kuman. 3. Tidak membuang tinja bayi dengan benar. Sering orang menganggap bahwa tinja bayi tidak berbahaya, padahal sesungguhnya tinja bayi dapat mengandung virus atau bakteri dalam jumlah banyak. Selain hal di atas, harus mencermati bagaimana kondisi kesehatan anak Jika anak mengalami masalah gizi dan sering terkena penyakit batuk pilek, campak, infeksi virus lainnya, maka kemungkinan berulangnya diare akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh karena penurunan kekebalan tubuh anak. Diare yang berlangsung terus-menerus mungkin merupakan gejala dari beberapa penyakit, diantaranya alergi protein susu, alergi gluten, gangguan metabolisme, atau sindrom malabsorpsi. Umumnya yang dimaksud dengan sindrom malabsorbsi ialah penyakit yang berhubungan dengan gangguan pencernaan (maldigesti) dan atau gangguan penyerapan (malabsorbsi) bahan makanan yang dimakan. Dengan demikian sindrom malabsorbsi dapat berupa gangguan absorbsi karbohidrat, lemak. Protein, dan vitamin. Pada anak yang sering

dijumpai adalah malabsorbsi karbohidrat, khususnya malabsorbsi laktosa (intoleransi laktosa) dan malabsorbsi lemak. Di luar hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat juga istilah diare fungsional. Diare ini biasanya pada bayi disebut diare kronis tidak spesifik, sedangkan pada kasus yang terjadi kemudian pada masa anak disebut Toddlers Diarrhea. Pada diare ini, tidak ditemukan adanya penyebab anatomis maupun infeksi radang. Diare biasanya terjadi tanpa kejadian pencetus yang jelas. Keadaan ini dikaitkan dengan gangguan fungsi motilitas usus pada masa kanak-kanak.

2.

Reygen lahir normal spontan,cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir 2800 gram,panjang badan lahir 47 cm,lingkar kepala lahir tidak di ukur.Reygen saat ini mengalami keterlambatan perkembangan,baru bisa merangkak dan duduk pada umur 9 bulan,tapi sejak sakit duduk harus dibantu. A. Tumbuh kembang normal bayi? Tahapan pertumbuhan bayi pada setiap usianya : Usia 1 bulan Di hari-hari pertama setelah kelahiran, bayi belum bisa membuka matanya. Namun setelah berjalan beberapa hari kemudian, ia akan bisa melihat pada jarak 20 cm Bulan pertama ini bayi akan memulai adaptasinya dengan lingkungan baru Memiliki gerakan refleks alami. Memiliki kepekaan terhadap sentuhan. Secara refleks kepalanya akan bergerak ke bagian tubuh yang disentuh. Sedikit demi sedikit sudah bisa tersenyum. Komunikasi yang digunakan adalah menangis. Arti dari tangisan itu sendiri akan Anda ketahui setelah mengenal tangisannya, apakah ia lapar, haus, gerah, atau hal lainnya. Peka terhadap sentuhan jari yang disentuh ke tangannya hingga ia memegang jari tersebut. Tiada hari tanpa menghabiskan waktunya dengan tidur. Usia 2 bulan Sudah bisa melihat dengan jelas dan bisa membedakan muka dengan suara. Bisa menggerakkan kepala ke kiri atau ke kanan, dan ke tengah. Bereaksi kaget atau terkejut saat mendengar suara keras.

Usia 3 bulan Sudah mulai bisa mengangkat kepala setinggi 45 derajat. Memberikan reaksi ocehan ataupun menyahut dengan ocehan. Tertawanya sudah mulai keras. Bisa membalas senyum di saat Anda mengajaknya bicara atau tersenyum. Mulai mengenal ibu dengan penglihatannya, penciuman, pendengaran, serta kontak. Usia 4 bulan Bisa berbalik dari mulai telungkup ke terlentang. Sudah bisa mengangkat kepala setinggi 90 derajat. Sudah bisa menggenggam benda yang ada di jari jemarinya. Mulai memperluas jarak pandangannya. Usia 5 bulan Dapat mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil. Mulai memainkan dan memegang tangannya sendiri. Matanya sudah bisa tertuju pada benda-benda kecil. Usia 6 bulan Bisa meraih benda yang terdapat dalam jangkauannya. Saat tertawa terkadang memperlihatkan kegembiraan dengan suara tawa yang ceria. Sudah bisa bermain sendiri. Akan tersenyum saat melihat gambar atau saat sedang bermain. Usia 7 bulan Sudah bisa duduk sendiri dengan sikap bersila. Mulai belajar merangkak. Bisa bermain tepuk tangan dan cilukba. Usia 8 bulan Merangkak untuk mendekati seseorang atau mengambil mainannya. Bisa memindahkan benda dari tangan satu ke tangan lainnya. Sudah bisa mengeluarkan suara-suara seperti, mamama, bababa, dadada, tatata. Bisa memegang dan makan kue sendiri. Dapat mengambil benda-benda yang tidak terlalu besar. Usia 9 bulan Sudah mulai belajar berdiri dengan kedua kaki yang juga ikut menyangga berat badannya. Mengambil benda-benda yang dipegang di kedua tangannya. Mulai bisa mencari mainan atau benda yang jatuh di sekitarnya.

Senang melempar-lemparkan benda atau mainan.

Usia 10 bulan Mulai belajar mengangkat badannya pada posisi berdiri. Bisa menggenggam benda yang dipegang dengan erat. Dapat mengulurkan badan atau lengannya untuk meraih mainan. Usia 11 bulan Setelah bisa mengangkat badannya, mulai belajar berdiri dan berpegangan dengan kursi atau meja selama 30 detik. Mulai senang memasukkan sesuatu ke dalam mulut. Bisa mengulang untuk menirukan bunyi yang didengar. Senang diajak bermain cilukba. Usia 12 bulan Mulai berjalan dengan dituntun. Bisa menyebutkan 2-3 suku kata yang sama. Mengembangkan rasa ingin tahu, suka memegang apa saja. Mulai mengenal dan berkembang dengan lingkungan sekitarnya. Reaksi cepat terhadap suara berbisik. Sudah bisa mengenal anggota keluarga. Tidak cepat mengenal orang baru serta takut dengan orang yang tidak dikenal/asing.

B. Etiologi keterlambatan perkembangan? Beberapa factor resiko dan penyebab gangguan/kelainan tumbuh kembang anak, sbb : 1. Usia ibu terlalu muda (<18 tahun) : retardasi mental, trisomi (gangguan gen yang dibawa sejak lahir). 2. Usia ibu terlalu tua (>35 tahun) : retardasi mental, mongolism, Klenefelters, Kelainan SP Celah bibir dan langit-langit. 3. Umur ayah terlalu tua : Akhondroplasia, tuli, kelainan SSP 4. Genetic : Berbagai penyakit herediter, Retardasi mental, Kecenderungan premature/postmatur 5. Faktor Sosial (kemiskinan) : BBLR, Kelainan bawaan 6. Gizi kurang : BBLR, Retardasi mental, Kerusakan Otak janin 7. Anak Pertama : Gangguan sikap dan perilaku, Berbagai kelainan bawaan, Disfungsi minimal otak. 8. Jarak anak terlalu dekat : Prematuritas, Gangguan psikomotor 9. Ibu perokok : BBLR/janin tumbuh lambat 10. Factor musim dan ras : Spina bifida, polidaktili 11. Infeksi TORCH : Berbagai kelainan bawaan 12. Endokrin/hormone : Hipoglikemia, gigantism, Hipotiroidism 13. Trauma lahir : CP, Retardasi mental 14. Trauma sesudah lahir : CP, Cacat tubuh 15. Infeksi Susunan saraf : Kelumpuhan, retardasu mental, bisu, tuli, buta, dsb.

3.

Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI ekslusif dari lahir sampai umur 3 bulan,lalu usia setelah 3 bulan sampai dengan sekarang: Susu formula standard merk S 6 kali sehari @2 sendok taar dicampur dengan air panas sampai 90ml,dan bubur bayi beras merah merk C 3kali 1 sachet sehari @20gram (80kalori).Menurut ibunya , cara membuat campuran susu formula sudah benar.Ibu tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur pabrikan. A. Tahapan pemberian nutrisi pada bayi?

1. Makanan bayi untuk usia 0 hingga 6 bulan - Memberikan kolostrum (ASI yang biasanya keluar saat hari pertama), biasanya kolostrum ini agak kental dan berwarna kekuningan. Di dalam kolostrum sendiri mengandung zat-zat imunitas bagi si bayi. - Memberikan ASI eksklusif. Pada usia ini bayi ASI dapat mencukupi semua kebutuhan pada bayi, karena ASI merupakan makanan terbaik bagi si kecil. 2. Makanan bayi untuk usia 6 hingga 9 bulan - Memberikan ASI (masih diteruskan) Memperkenalkan bayi dengan MP-ASI Disini bayi mulai diperkenalkan dengan makanan pengganti ASI, karena saat usia 6 bulan alat cerna seorang bayi sudah semakin kuat. Oleh karena itu anda bisa memberikan MP-ASI maksimal sehari 2x. - Untuk menambah gizi dari makanan bayi, anda bisa menambahkan santan atau margarin ke dalam nasi timnya. Selain memperenak juga memberikan vit. A serta menambah sumber lemak. Lakukan penakaran dalam pemberian MP-ASI sesuai dengan umurnya. 3. Makanan bayi untuk usia 9 hingga 12 bulan - Usia ini bayi sudah bisa dikenalkan dengan beberapa makanan rumah dengan cara bertahap. Kepadatan nasi tim bayi juga mulai kita tingkatkan hingga mendekati kepadatan nasi umumnya. - Memberikan selingan makanan sehari 1x. Disini anda bisa memberikan makanan seperti kacang hijau dll. yang kaya akan gizi. Selain itu si kecil juga bisa kita kenalkan dengan jenis buahbuahan dengan tekstur yang lembut. 4. Makanan bayi untuk usia 12 hingga 24 bulan - Pemberian ASI dilanjutkan tapi dengan porsi berkurang. - Memberikan makanan keluarga sebagai pengganti ASI setidaknya sehari 3x dengan porsi menyesuaikan. Disamping itu selingan makanan bayi juga bisa kita berikan 2x sehari. - Memberikan variasi makanan.

B. Takaran dan pemberian susu formula yang benar?


Susu formula menggabung susu, gula, dan air serta beberapa modifikasi untuk pembentukan dadih yang lebih kecil, yang lebih disukai. Mereka harus berisi sekitar 20 kkal/oz. Rata-rata kebutuhan kalori bayi cukup bulan adalah 45-55

kkal/lb atau 80-120 kkal/kg selama usia beberapa bulan pertama dan sekitar 45 kkal/lb atau 100 kkal/kg pada usia 1 tahun; variasi individu bermakna, dan untuk banyak bayi masukan dari cara ini melebihi kebutuhan kalori. Kebutuhan cairan selama masa bayi tinggi. Selama usia 6 bulan pertama, kebutuhannya berkisar dari 2-3 oz/lb/24 jam atau 130-190 mL/kg/24 jam dan dapat bertambah selama udara panas. Seperti biasanya bayi mengatur masukan cairannya sendiri asalkan diberikan jumlah yang cukup. Kebanyakan dari cairan yang diperlukan ada dalam susu formula, tetapi beberapa disediakan dalam saribuah dan makanan lain dan oleh air antara makanan.

Rata-rata angka pemberian makanan setiap hari Umur Rata-rata angka pemberian makanan dalam 24 jam Lahir- 1minggu 1 minggu - 1 bulan 1-3 bulan 3-7 bulan 4-9 bulan 8-12 bulan 6-10 6-8 5-6 4-5 3-4 3

Rata-rata jumlah minuman Umur Rata-rata jumlah minuman yang diminum pada individu Minggu pertama dan kedua 60-90 mL

3 minggu 2 bulan 3-4 bulan 5-12 bulan

120-150 mL 180-210 mL 210-240 mL

C. Kandungan nutrisi / komposisi susu formula?

D. Takaran dan pemberian beras merah pabrikan yang benar?

Petunjuk pemberian Perkenalan: 1 sachet (24gr) sekali sehari 6 bulan keatas: 1 sachet (24gr), 2-3 kali sehari

Petunjuk penyajian Tuangkan 24gr/3 sendok makan Bubur Bayi Promina ke dalam mangkuk bersih Tambahkan 125ml air masak panas yang sudah dididihkan Aduk hingga rata dan siap disajikan

E. Kandungan nutrisi / komposisi beras merah pabrikan?

1. CHE (Carbohydrate Hydrolysed Enzimatically) merupakan teknologi milik Nestl untuk menghidrolisa karbohidrat secara alami dengan menggunakan proses enzimatis. Manfaat: - Mengoptimalkan kepadatan nutrisi - Tekstur lembut sehingga memudahkan untuk ditelan - Mudah dicerna sehingga dapat meningkatkan cita rasa dan rasa manis alami tanpa penambahan sukrosa. 2. DHA: Merupakan salah satu nutrisi penting dalam masa pertumbuhan karena merupakan struktur asam lemak yang dominan pada sistem syaraf dan retina. Manfaat: - Penting untuk otak anak sampai usia 2 tahun 3. Probiotik Bifidus BL merupakan bakteri baik dalam jumlah tertentu yang dapat tetap hidup serta stabil dalam ekosistem usus sehingga bakteri baik akan tumbuh lebih dominan dalam usus. Manfaat:

- Membantu mempertahankan fungsi saluran cerna. 4. Zat besi, Zink, Vitamin A & C merupakan kombinasi mineral dan vitamin yang disebut immunonutrient. Manfaat: Mendukung fungsi kekebalan tubuh.

F. Kebutuhan kalori pada bayi? Kebutuhan kalori bayi cukup bulan adalah 45-55 kkal/lb atau 80-120 kkal/kg selama usia beberapa bulan pertama dan sekitar 45 kkal/lb atau 100 kkal/kg pada usia 1 tahun.

G. Dampak pemberian asi sampai 3 bulan? Medical News Today, Jumat (17/5/2013), hasilnya menemukan bahwa anak-anak dengan ADHD lebih jarang disusui saat berusia 3 - 6 bulan dibandingkan anak-anak tanpa ADHD. Hanya 43 persen anak-anak dengan ADHD yang diberi ASI sampai usia 3 bulan dan hanya 29 persen saja yang diberi ASI sampai berusia 6 bulan.

Sedangkan pada kelompok lain, yang diberi ASI sampai usianya mencapai 3 bulan sebanyak 69 persen pada kelompok yang memiliki saudara dengan ADHD dan 73 persen pada kelompok kontrol lainnya. Sampai usia 6 bulan, sebanyak 50 persen anak dari kelompok saudara dan 57 persen anak dari kelompok lainnya yang diberi ASI eksklusif. Selain itu pemberian asi kurang dari 6 bulan mengakibatkan IgA belum terbentuk sempurna pada usus,sehingga tidak dapat melindungi dari serangan diare, penyakit lain seperti otitis media (infeksi telinga tengah), pneumonia (peradangan paru akibat infeksi bakteri), sampai mengurangi risiko meningitis (infeksi selaput otak) selama usia 1 tahun pertama.

4.

Reygen sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 2x,Hepatitis B 2x , dan polio 1x A. Pemberian imunisasi yang lengkap pada bayi? Macam-macam imunisasi antara lain: a. BCG : vaksin untuk mencegah TBC yang dianjurkan diberikan saat berumur 2 bulan sampai 3 bulan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 mlpada anak disuntikkan secara intrakutan. b. Hepatitis B : salah satu imunisasi yang diwajibkan dengan diberikan sebanyak 3 kali dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.Usia pemberian dianjurkan sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. c. Polio : imunisasi ini terdapat 2 macam yaitu vaksi oral polio dan inactivated polio vaccine.Kelebihan dari vaksin oral adalah mudah diberikan dan murah sehingga banyak digunakan. d. DPT : vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang diinaktivasi.

e. Campak : imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinyapenyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Pemberian yang dianjurkan adalah sebanyak 2 kali yaitupada usia 9 bulan dan pada usia 6 tahun. f. MMR : diberikan untuk penyakit measles,mumps,dan rubella sebaiknya diberikan pada usia 4 bulan sampai 6 bulan atau 9 bulan sampai 11 bulan yang dilakukan pengulangan pada usia 15 bulan. g. Typhus abdominal: terdapat 3 jenis vaksin yang terdapat di Indonesia yaitu kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan, dan antigen capsular Vi polysaccharide. h. Varicella : pemberian vaksin diberikan suntikan tunggal pada usia diatas 12 tahun dan usia 13 tahun diberikan 2 kali suntikan dengan interval 4-8mg. i. Hepatitis A: imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis A yang diberikan pada usia diatas 2 tahun. j. HiB : Haemophilus influenzae tipe byang digunakan untuk mencegah terjadinya influenza tipe b dan diberikan sebanyak 3 kali suntikan.Menurut penelitian yang dilakukan di Kabupaten Lombok Timur,imunisasi yang tidak lengkap terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian gizi buruk OR(95%CI) dari 10,3;p<0.001.

5.

Reygen dilahirkan dari keluarga : ayah usia 35 tahun,tidak tamat SD,dan tukang becak.Ibu usia 32 tahun,tidak tamat SD,ibu rumah tangga,jumlah saudara 3 orang (usia 7 tahun,5 tahun,dan 3 tahun).Rumah masih menyewa,3m x 7m,ventilasi jendela cukup,lantai semen,sumber air minum sumur gali,jarak sumur dengan MCK 6meter. A. Hubungan status social ekonomi & lingkungan rumah dengan keadaan gizi bayi pada kasus? Status sosial ekonomi keluarga yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan karena orang dengan pendidikan tinggi semakin besar peluangnya untuk mendapatkan penghasilan yang cukup supaya bisa berkesempatan untuk hidup dalam lingkungan yang baik dan sehat,sedangkan pekerjaan yang lebih baik orang tua mereka selalu sibuk bekerja sehingga tidak tertarik untuk memperhatikan masalah yang dihadapi anak-anaknya, padahal sebenarnya anak-anak tersebut benar-benar menbutuhkan kasih sayang orangtua. Status sosial ekonomi juga sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga, apabila akses pangan ditingkat rumah tangga terganggu, terutama akibat kemiskinan, maka penyakit kurang gizi (malnutrisi) pasti akan muncul.

B. Bagamaimana lingkungan rumah yang ideal? Secara umum persyaratan rumah sehat sebagai berikut (Candra, 2005, Depkes RI, 2005): Memenuhi kebutuhan fisiologis, antara lain pencahayaan, penghawaan, ruang gerak yang cukup dan terhindar dari gangguan kebisingan. Memenuhi kebutuhan psikologis, antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antara anggota keluarga dalam rumah. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit, antara lain penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran.

Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, antara lain persyaratan garis sepadan jalan, konstruksi yang kuat, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung menimbulkan kecelakaan bagi penghuninya. Berbicara tentang letak sebuah rumah yang sehat, maka harus termsuk di dalamnya beberapa persyaratan dibawah ini : a. Permukaan tanah Tanah rendah

Tanah ideal adalah tanah yang kering Tanah timbun yang kurang padat juga tidak baik Letak rumah harus ideal dengan permukaan bangunan lainnya

b. Arah Rumah Matahari terbit


Sebaiknya daerah terbuka Jangan menghadap daerah dengan hempasan angin yang kuat

Dalam membuat sebuah rumah pasti dibutuhkan adanya sebuah design, Adapun manfaat adanya design adalah : 1. Pemilik tahu pasti bentuk rumah yang akan dibangun 2. Kontraktor tahu pasti sesuai dengan persetujuan pemilik 3. Penguasa dapat mencek apakah tidak melanggar peraturan Adapun Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman menurut Kepmenkes No 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah : 1. Lokasi Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gel tsunami, daerah gempa, dll

Tidak terletak pada daerah bekas TPA sampah atau bekas tambang Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan

2. Kualitas udara Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi

Debu dengan diameter kurang dari 10 ug maks 150 ug/m3 Debu mak 350 mm3/m2 perhari

3. Kebisingan dan Getaran Kebisingan dianjurkan 45 dB A, mak 55 dB. A

Tingkat getaran mak 10 mm/ detik

Kualitas Tanah di daerah Perumahan dan Pemukiman harus memenuhi persyaratan berikut: Kandungan Timah hitam (Pb) mak 300 mg/kg

Kandungan Arsenik (As) total mak 100 mg/kg Kandungan Cadmium ( Cd) mak 20 mg/kg Kandungan Benzoa pyrene mak 1 mg/kg

Prasarana dan Sarana Lingkungan Pemukiman: 1. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi kel dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan 2. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit 3. Memiliki sarana jln lingk dengan ketentuan konstruksi jln tidak menganggu kes, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyadang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata 4. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan 5. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan 6. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah RT harus memenuhi syarat kesehatan 7. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kes, kom, t4 kerja, t4 hiburan, t4 pendidikan, kesenian, dll 8. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya 9. Tempat pengelolaan makanan harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yg dapat menimbulkan keracunan

6.

Pemeriksaan Fisik: Kelihatan sangat kurus,kesadaran kompos mentis,denyut nadi 124x//menit,isi dan tegangan cukup,pernafasan 30x/menit,suhu 36,8 oC,stelah dilakukan pengukuran antropometri,hasil pengukuran: berat badan 5150gram,Panjang badan 70 cm,lingkar kepala 46cm, wajah seperti orang tua,tidak ada dismorfik,mata tidak ada tanda tanda defisiensi vitamin A,tidak ada edema,iga gambang,perut cekung,lengan dan tungkai kurus,dan terdapat baggy pants A. Interpretasi pemeriksaan fisik
Keadaan Fisik Sangat kurus Kesadaran kompos mentis Interpretasi Abnormal Normal Normal (120-150 x/menit)

Denyut nadi 124 x/menit, isi dan tegangan cukup

Pernapasan 30 x per menit Suhu 36,8oC BB 5150 gram PB 70 cm Lingkar Kepala 46 cm

Normal (40-60 x/menit) Normal Abnormal, idealnya 9,4 Kg Abnormal, idealnya 75 cm Abnormal, idealnya 43,2-45,7 cm

Wajah seperti orang tua Wajah tidak ada dismorfik Mata tidak ada defisiensi vitamin A Tidak ada edema Iga gambang Perut cekung Lengan dan tungkai kurus Baggy pants

Abnormal Normal Normal Normal Abnormal Abnormal Abnormal Abnormal

B. Mekanisme abnormal pemeriksaan fisik 1. Berat badan Kurang gizi, Karena zat gizi terbuang akibat diare, dan pemberian susu formula ketimbang ASI pada usia 3 bulan menyebabkan kurang terpenuhi kebutuhan nutrisi anak 2. Wajah seperti orang tua Kompensasi tubuh akibat kelaparan yang kronis menyebabkan peningkatan metabolisme salah satunya lemak. Lemak subkutan dibawah pipi bila berkurang lagi akan menimbulkan kesan seperti wajah orang tua

3. Iga gambang Kompensasi tubuh akibat kelaparan yang kronis menyebabkan peningkatan metabolisme salah satunya lemak. Lemak subkutan di sekitar tulang iga bila berkurang akan terlihat seperti iga gambang 4. Perut cekung Kompensasi tubuh akibat kelaparan yang kronis menyebabkan peningkatan metabolisme salah satunya lemak. Lemak subkutan di sekitar perut bils berkurang akan tampak seperti perut cekung. 5. Lengan dan tungkai kurus Kompensasi tubuh akibat kelaparan yang kronis menyebabkan peningkatan metabolisme salah satunya lemak. Lemak subkutan di sekitar lengan dan tungkai bila berkurang akan tampak lengan dan tungkai yang kurus 6. Baggy pants Kompensasi tubuh akibat kelaparan yang kronis menyebabkan peningkatan metabolisme salah satunya lemak. lemak subkutan dan massa otot pada gluteal sehingga terlihat seperti lipatan-lipatan pada anterior paha

C. Bagaimana cara pemeriksaan antropometri? PENGUKURAN ANTROPOMETRI Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (meteran)

Ukuran antropometri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : 1. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran disbanding dengan umur. Misalnya, BB terhadap usia atau TB terhadap usia. Dengan demikian, dapat diketahui apakah ukuran yang dimaksud tersebut tergolong normal untuk anak seusianya.

2.

Tidak

tergantung dengan

umur,

yaitu

hasil

pengukuran tanpa

dibandingkan

pengukuran

lainnya

memperhatikan berapa umur anak yang diukur.

Misalnya berat badan terhadap umur. Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling sering digunakan untuk menentukkan keadaan pertumbuhan pada masa balita adalah : 1. Berat Badan Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Pada usia beberapa hari, berat badan akan mengalami penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar !0% dari berat badan lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi asupan yang

mencukupimisalnya produksi ASI yang belum lancar. Umumnya berat badan akan kembali mencapai berat badan lahir pada hari kesepuluh. Pada bayi sehat, kenaikkan berat badan normal pada triwulan I adalah sekitar 700 1000 gram/bulan, pada triwulan II sekitar 500 600 gram/bulan, pada triwulan III sekitar 350 450 gram/bulan dan pada triwulan IV sekitar 250 350 gram/bulan. Dari perkiraan tersebut, dapat diketahui bahwa pada usia 6 bulan pertama berat badan akan bertambah sekitar 1 kg/bulan, sementara pada 6 bulanberikutnya hanya + 0,5 kg/bulan. Pada tahun kedua, kenaikannya adalah + 0,25 kg/bulan. Setelah 2 tahun, kenaikkan berat badan tidak tentu, yaitu sekitar 2,3 kg/tahun. Pada tahap adolesensia(remaja)

akan terjadi pertambahan berat badan secara cepat ( growth spurt)

Selain

perkiraan

tersebut,

berat

badan

juga

dapat

diperkirakan dengan menggunakan rumus atau pedoman dari Behrman (1992), yaitu : 1. Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg 2. Berat badan usia 3 12 bulan, menggunakan rumus : Umur (bulan) + 9 = n + 9 2 2 3. Berat badan usia 1 6 tahun, menggunakan rumus : ( Umur(tahun) X 2) + 8 = 2n + 8 Keterangan : n adalah usia anak 4. Berat badan usia 6 12 tahun , menggunakan rumus : Umur (tahun) X 7 5 2 Cara pengukuran berat badan anak adalah : 1. Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja. 2. Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila

menggunakan timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan.

Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri diatas timbangan injak tanpa dipegangi. 3. Ketika minmbang berat badan bayi, tempatkan tangan petugas diatas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang. 4. Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang

Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut : BB anak = (Berat badan ibu dan anak) BB ibu 5. Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan. 6. Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal, kurang atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah berada berat badan anak berada pada kurva berwarna hijau, kuning atau merah.

2. Tinggi Badan ( Panjang badan) Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar + 50 cm. Pada tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan ( 1,5 X panjang badan lahir). Penambahan tersebut akan berangsur-angsur

berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan yang cukup pesat, yaitu 5 25 cm/tahun pada wanita, sedangkan pada laki-laki peningkatannya sekitar 10 30 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 18 20 tahun. Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus dari Behram (1992), yaitu : a. Perkiraan panjang lahir : 50 cm b. Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 Panjang Badan Lahir

c. Perkiraan panjang badan usia 4 tahun = 2 x panjang badan lahir d. Perkiraan panjang badan usia 6 tahun = 1,5 x panjang badan usia 1 tahun e. Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir f. Dewasa = 3,5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan 2 tahun

Atau dapat digunakan rumus Behrman (1992): a. Lahir : 50 cm b. Umur 1 tahun : 75 cm c. 2 12 tahun ; umur (tahun) x 6 + 77

Cara pengukuran tinggi badan anak adalah : a. Usia kurang dari 2 tahun : 1. Siapkan papan atau meja pengukur. Apabila tidak ada, dapat digunakan pita pengukur (meteran) 2. Baringkan anak telentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel pada meja (posisi ekstensi) 3. Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan meja pengukur) lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera. 4. Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur. Untuk lebih jelasnya. Lihat gambar 1 b. Usia 2 tahun atau lebih : 1. Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan bokong, punggung dan bagian

belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur. 2. Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki

menggunakan sebilah papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.

Lingkar kepala Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif konstan dan tidak dipengaruhi oleh factor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah + 10 cm

Adapun cara pengukuran lingkar kepala adalah : a. Siapkan pita pengukur (meteran) b. Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supra orbita bagian anterior menuju oksiput pada bagian posterior. Kemudian tentukan hasilnya (lihat Gambar 1) c. Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala

Lingkar Lengan Atas (Lila) Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun.

Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak prasekolah.

Cara pengukuran lingkar lengan atas sebagai berikut : a. Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan kanan sehingga ukurannya lebih stabil. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 3. b. Lingkarkan alar pengukur pada lengan bagian atas seperti pada gambar ( dapat digunakan pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran. c. Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur d. Catat hasil pada KMS

Lingkar Dada Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarangdilakukan. Pengukurannya dilakukan pada saat

bernapas biasa ( mid respirasi ) pada tulang Xifoidius( insicura substernalis). Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring. Cara pengukuran lingkar dada adalah : a. Siapkan pita pengukur b. Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada seperti pada gambar 1 c. Catat hasil pengukuran pada KMS

Referensi : Nursalam, 2005, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak ( untuk perawat dan bidan), edisai pertama, Jakarta : Salemba Medika Soetjiningsih, 2005, Tumbuh Kembang pada Anak, Jakarta : EGC

7.Apa saja Differential diagnosis pada kasus ini ? Gizi buruk Marasmus Kuarsiokor Marasmus kuarsiokor Diare akut Diare kronis sindroma nefrotik Pellagra infantil Sirosis hepatis

8.Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus ini ? tipe marasmus o Anamnesis o Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab o penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena o penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan o dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon o seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah

o dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan o keluhan khas, yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, o malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum, o pathogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif. o Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada o keracunan makanan karena toksin yang dihasilkan (Simadibrata, 2006). o Pemeriksaan Fisik o Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut o jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tandatanda o utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tandatanda o tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada o atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah (Juffrie, o 2010). o Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus o yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu o karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi o (Juffrie, 2010). o Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu o dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan o menggunakan criteria WHO, Skor Maurice King, dan lain-lain (Juffrie, 2010). o Laboratorium o Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan, Hanya

o pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab dasarnya tidak o diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan o dehidrasi berat (Juffrie, 2010). o Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik dapat dilakukan untuk o menentukan diagnosa yang pasti. Secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, o warna tinja, ada tidaknya darah, lender, pus, lemak, dan lain-lain. Pemeriksaan o mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing, parasit, bakteri, dan o lain-lain (Hadi, 2002).

9.Apa diagnosis kerja pada kasus ? Reygen laki-laki 11 bulan mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dikarenakan malnutrisi tipe marasmus.

10.Bagaimana pathogenesis pada kasus ? Pada keadaan marasmus yang menyolok ialah pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan suatu proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenuhi pada intake yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein tubuh sebagai sumber energi. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, akan tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti berbagai asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu pada marasmus berat, kadang-kadang masih ditemukan kadar asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk albumin. Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai

oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh

11.Apa saja faktor resikonya ? Faktor risiko gizi buruk antara lain : 1. Asupan makanan Asupan makanan yang kurang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup atau salah mendapat makanan bergizi seimbang, dan pola makan yang salah. Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan balita adalah air, energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. 2. Status sosial ekonomi Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat sedangkan ekonomi adalah segala usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran hidup. Sosial ekonomi merupakan suatu konsep dan untuk mengukur status sosial ekonomi keluarga dilihat dari variabel tingkat pekerjaan. Rendahnya ekonomi keluarga, akan berdampak dengan rendahnya daya beli pada keluarga tersebut.Selain itu rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan, merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita. Keadaan sosial ekonomi yang rendahberkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapi karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. 3. Pendidikan ibu Kurangnya pendidikan dan pengertian yang salah tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi.Salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan adalah pendidikan yang rendah. 4. Penyakit penyerta Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap penyakit. Penyakit tersebut adalah: a. Diare persisten :sebagai berlanjutnya episode diare selama 14hari atau lebih yang dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah (disentri).Kejadian ini sering dihubungkan dengan kehilangan berat badan dan infeksi non intestinal. Diare persisten tidak termasuk diare kronik atau diare berulang seperti penyakit sprue, gluten sensitive enteropathidan penyakitBlind loop. b. Tuberkulosis : Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh hidup lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. c. HIV AIDS HIV merupakan singkatan dari human Immunodeficiencyvirus HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel manusia (terutama CD4 positive sel dan macrophages komponen komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan

terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.Sistem kekebalan dianggap defisien ketikasistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit. 5. Pengetahuan ibu Ibu merupakan orang yang berperan penting dalam penentuan konsumsi makanan dalam keluaga khususnya pada anak balita. Pengetahuan yang dimiliki ibu berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan keluarga. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi menyebabkan keanekaragamanmakanan yang berkurang. Keluarga akan lebih banyak membeli barang karenapengaruh kebiasaan, iklan,dan lingkungan. Selain itu, gangguan gizi juga disebabkan karena kurangnya kemampuan ibu menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari. 6. Berat Badan Lahir Rendah Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi sedangkan berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu)jam setelah lahir. Gizi buruk dapat terjadi apabila BBLR jangka panjang.Pada BBLR zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi. Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan sehingga asupan makanan yang masuk kedalam tubuh menjadi berkurang. 7. Kelengkapan imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun yaitu resisten atau kebal. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya dapat memberi kekebalan terhadap penyakit tersebut sehingga bila balita kelak terpajanantigen yang sama, balita tersebut tidak akan sakitdan untuk menghindari penyakit lain diperlukan imunisasi yang lain. Infeksi pada balita penting untuk dicegah dengan imunisasi. Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan terhadap suatu antigen yang dapat dibagi menjadi imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. 8. ASI Hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayinya sampai enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan. Hasil yang dikeluarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia periode1997-2003 yang cukup memprihatinkan yaitu bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sangat rendah.Sebanyak 86% bayi mendapatkan makanan berupa susu formula, makanan padat, atau campuran antara ASI dan susu formula.

13.Bagaimana epidemiologi pada kasus ? Gizi buruk (malnutrisi) merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, khususnya di berbagai negara berkembang (WHO, 2004). The United Nations Childrens Fund (UNICEF) pada tanggal 12 September 2008, menyatakan malnutrisi sebagai penyebab lebih dari 1/3 dari 9,2 juta kematian pada anakanak dibawah usia 5 tahun di dunia. UNICEF juga memberitakan tentang terdapatnya kemunduran signifikan dalam kematian anak secara global di tahun 2007, tetapi tetap terdapat rentang yang sangat jauh antara negara-negara kaya dan miskin, khususnya di Afrika dan Asia Tenggara(CWS, 2008). Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 sekitar 5 juta anak balita menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000 menderita gizi buruk tingkat berat. Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita pada tahun 2007 yang diukur berdasarkan BB/U adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0%. Prevalensi nasional untuk gizi buruk dan kurang adalah 18,4%. Bila dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG untuk Indonesia sebesar 18,5%, maka secara nasional target-target tersebut sudah terlampaui. Namun pencapaian tersebut belum merata di 33 provinsi. Sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (26,5%), Sumatera Utara (22,7%), Sumatera Barat (20,2%), Riau (21,4%), Jambi (18,9%), Nusa Tenggara Barat (24,8%), Nusa Tenggara Timur (33,6), Kalimantan Barat (22,5%), Kalimantan Tengah (24,2%), Kalimantan Selatan (26,6%), Kalimantan Timur (19,2%), Sulawesi Tengah (27,6%), Sulawesi Tenggara (22,7%), Gorontalo (25,4%), Sulawesi Barat (16,4%), Maluku (27,8%), Maluku Utara (22,8%), Papua Barat (23,2%)dan Papua (21,2). Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita tertinggi berturut-turut adalah Aceh Tenggara (48,7%), Rote Ndao (40,8%), Kepulauan Aru (40,2%), Timor Tengah Selatan (40,2%), Simeulue (39,7%), Aceh Barat Daya (39,1%), Mamuju Utara (39,1%), Tapanuli Utara (38,3%), Kupang (38,0%), dan Buru (37,6%). Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita terendah adalah Kota Tomohon (4,8%), Minahasa (6,0%), Kota Madiun (6,8%), Gianyar (6,8%), Tabanan (7,1%), Bantul(7,4%), Badung (7,5%), Kota Magelang (8,2%), Kota Jakarta Selatan (8,3%), dan Bondowoso (8,7%).

14.Apa saja etiologi pada kasus ? (Marasmus)

Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori protein yang berat. Faktor terbesar yang menyebabkan kurang kelori protein yaitu: transisi dari pemberian ASI ke makanan dengan nutrisi rendah, infeksi akut dari traktus gastrointestinal, infeksi kronis seperti HIV atau TBC. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor ling-kungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Ketidakseimbangan antara penurunan energi intake dan peningkatan energi yang dibutuhkan menghasilkan keseimbangan energi yang negatif. Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut: 1. Masukan makanan yang kurang Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer. 2. Infeksi Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital. 3. Kelainan struktur bawaan Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas. 4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat. 5. Pemberian ASI Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup. 6. Gangguan metabolik Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance. 7. Tumor hypothalamus Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain telah disingkirkan. 8. Penyapihan Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang akan menimbulkan marasmus. 9. Urbanisasi Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus; meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu; dan bila disertai dengan infeksi berulang, terutama gastro enteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus

15.Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ? (yuda, marini)

10 tahapan manajemen terapi pada anak dengan malnutrisi berat (WHO) : 1. Obati hipoglikemia 2. Obati hipotermia 3. Obati dehidrasi 4. Perbaiki keseimbangan elektrolit 5. Obati infeksi 6. Perbaiki defisiensi mikronutrien 7. Mulai memberikan formula 75 8. Mengejar pertumbuhan terlambat (catch-up growth) 9. Merangsang emosional dan perkembangan sensorial 10. Persiapan untuk pulang

No

FASE

STABILISASI Hari ke 1-2 Hari ke 2-7

TRANSISI Minggu ke-2

REHABILITASI Minggu ke 3-7

1 2 3 4 5 6

Hipoglikemia Hipotermia Dehidrasi Elektrolit Infeksi MulaiPemberian Makanan

Tumbuh kejar/peningkatan pemberian makanan

8 9 10

Mikronutrien Stimulasi Tindak lanjut

Tanpa Fe

dengan Fe

1. Atasi/cegah hipoglikemia 50 ml bolus (pemberian sekaligus) glukosa 10% atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5 sdm air) secara oral atau pipa naso-gastrik (NGT) Selanjutnya berikan larutan tsb. setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan bagian dari jatah untuk 2 jam) 2. Atasi/cegah hipotermia Diatasi dengan penggunaan selimut dan hindari adanya hemusan angina dan pertahankan suhu ruangan 28-30 C 3. Atasi/cegah dehidrasi Cairan Resomal / pengganti sebanyak 5 ml/KgBB setiap 30 menit selama 2 jam secara oral atau lewat pipa nasogastrik. Selanjutnya beri 510 ml/kg/jam untuk 410 jam berikutnya; jumlah tepat yang harus diberikan tergantung berapa banyak anak menginginkannya dan banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan muntah. Ganti Resomal/cairan pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula khusus sejumlah yang sama bila keadaan rehidrasi menetap/stabil. 4. Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit diberikan mineral mix yang dicampurkan kedalam formula khusus (F75, F100) dan ReSoMal. 5. Obati/cegah infeksi Kotrimoksasol 5 ml suspensi pediatri secara oral, 2 x/hari selama 5 hari (2,5 ml bila berat badan < 4 Kg). 6. Memperbaiki Kekurangan zat gizi Mikro : Pemberian vitamin dan mineral yaitu vitamin A diberikan sebanyak 200.000. i.u peroral atau 100.000 i.u im pada hari pertama kemudian pada hari ke dua diberikan 200.000 i.u. oral. Vitamin A diberikan tanpa melihat ada/tidaknya gejala defisiensi Vitamin A. Vitamin C : BB > 5 kg, 100 mg/hari (2 tablet) Asam folat 1 mg/hari (5 mg pada hari pertama) Vitamin B compleks : 1 tablet / hari Mineral yang perlu ditambahkan ialah K, sebanyak 1-2 Meq/kg BB/hari/IV atau dalam bentuk preparat oral 75-100mg/kg BB/hari dan

Mg, berupa MgS04 50% 0,25 ml/kg BB/hari atau megnesium oral 30 mg/kg BB/hari. Dapat diberikan 1 ml vit Bc dan 1 ml vit. C im, selanjutnya diberikan preparat oral atau dengan diet.

Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari Tembaga (Cu) 0.2 mg/kgBB/hari. Bila BB mulai naik: Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferrosus 10 mg/kgBB/hari. Fe diberikan setelah minggu ke2 (pada fase rehabilitasi)

7. Mulai pemberian makanan untuk stabilisasi dan transisi : Fase stabilisasi (F75) untuk menstabilkan kondisi anak, bukan utk menaikan BB o Energi : 80-100Kkal/kgBB/hari o Protein : 1-1,5 g/kgBB/hari o Cairan : 130 ml/kgBB/hari Fase Transisi (F 100) o Energi : 100-150 Kkal/kgBB/hari o Protein : 2-3 g/kgBB/hari o Cairan : 150 ml/kgBB/hari umumnya sudah mulai terjadi kenaikan BB. 8. Memberikan Makanan untuk tumbuh kejar : Fase rehabilitasi (F100 dan tambahan makanan) o Cairan o Kalori o Protein Ditambahkan : o F100, 3 kali. o Bubur: Buah : BB < 7 kg jus. BB > 7 kg potongan buah-buahan. BB < 7 kg powder porridge. BB > 7kg soft porridge. : 150-200 ml/kgBB/hari : 150-220 kkal/kgBB/hari : 4-6 g/kgBB/hari

9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang

Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, karenanya berikan: Kasih sayang Gerak kasar dan halus Bicra dan bahasa Lingkungan yang ceria Terapi bermain terstruktur selama 15 30 menit/hari Aktifitas fisik segera setelah sembuh Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb). Sosialisasi dan kemandirian.

10. mempersiapkan untuk tindak lanjut dirumah : Sarankan kepada orang tua, untuk Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur: bulan I bulan II bulan III : 1x/minggu : 1x/2 minggu : 1x/bulan.

Pemberian suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster) Pemberian vitamin A setiap 6 bulan Rehabilitasi dianggap lengkap dan anak siap dipulangkan bila gejala klinis sudah menghilang, berat badan/umur mencapai minimal 70% atau berat badan/tinggi badan mencapai minimal 80%.

Penilaian kenaikan BB: baik kgBB / minggu

:50 gram/kgBB/minggu dan kurang:

<50 gram /

Tatalaksana diare : 1. Lakukan uji mikroskopik pada feses bayi 2. Jika hasilny (-) diare biasa hilang dengan sendirinya dg pemberian makanan secara hati-hati 3. Jika hasilnya (+) metronidazol 30-50 mg/kgBB/hari selama 7-10 hari

Follow up
1. Berikan makanan lebih sering. 2. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur. o Bulan pertama, setiap minggu. o Bualn kedua, setiap 2 minggu. o Bulan ketiga, setiap bulan. 3. Vaksinasi Vaksin campak setelah fase rehabilitasi. Imunisasi BCG, Polio, DPT, Hepatitis A. Vitamin A setiap 6 bulan.

16.Apa saja tindakan pencegahan yang dapat dilakukan ? Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:

1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun. 2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat. 3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter. 4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit. 5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

17.Apa saja komplikasi yang ditimbulkan ? Sistem Sistem Pencernaan Sistem Kardiovaskuler (Jantung & Pembuluh Darah) Sistem Pernafasan Sistem Reproduksi Efek Menurunkan produksi asam lambung Diare yg sering & bisa berakibat fatal Mengurangi ukuran jantung & jumlah darah yg dipompa, memperlambat denyut jantung & menurunkan tekanan darah Pada akhirnya menyebabkan kegagalan jantung Memperlambat pernafasan, mengurangi kapasitas paru-paru Pada akhirnya menyebabkan kegagalan pernafasan Mengurangi ukuran indung telur (pada wanita) & buah zakar (pada laki-laki) Kehilangan gairah seksual (libido) Terhentinya siklus menstruasi

Sistem Saraf Sistem Muskuler (Otot) Sistem Hematologis (Darah) Sistem Metabolik Sistem Kekebalan

Apati & mudah tersinggung, meskipun intelektual tidak terganggu Kesanggupan yang rendah untuk melakukan latihan atau kerja, karena berkurangnya ukuran & kekuatan otot Anemia Suhu tubuh yg rendah (hipotermia), sering menyebabkan kematian Pengumpulan cairan di kulit, terutama disebabkan oleh hilangnya lemak dibawah kulit Terganggunya kemampuan untuk melawan infeksi & penyembuhan

18.Bagaimana prognosis ? Vitam: Dubia ad bonam Functionam: dubia ad bonam

19.Apa KDU pada kasus ? Malnutrisi energi-protein : 4A Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter

IV.

Learning Issues 1. Tumbuh kembang anak normal 1 bulan Berat badan: 3,0 14,3 kg Panjang badan: 49,8 - 54,6 cm Lingkar kepala: 33 39 cm Gerakan kasar: tangan dan kaki bergerak aktif Gerakan halus: kepala menoleh ke samping kanan-kiri Komunikasi/Berbicara: bereaksi terhadap bunyi lonceng Sosial/Kemandirian: menatap wajah ibu/pengasuh

2 bulan Berat badan: 3,6-5,2 kg Panjang badan: 52,8-58,1 cm Lingkar kepala: 35-41 cm Gerakan kasar: mengangkat kepala ketika tengkurap Gerakan halus: kepala menoleh ke samping kanan-kiri. Komunikasi/Berbicara: bersuara. Sosial/Kemandirian: tersenyum spontan

3 bulan Berat badan: 4,2-6,0 kg Panjang badan: 55,5-61,1 cm Lingkar kepala: 37-43 cm Gerakan kasar: kepala tegak ketika didudukkan Gerakan halus: memegang mainan Komunikasi/Berbicara: tertawa/berteriak tertawa/berteriak Sosial/Kemandirian: memandang tangannya

4 bulan Berat badan: 4,7-6,7 kg

Panjang badan: 57,8-63,7 cm Lingkar kepala: 38-44 cm Gerakan kasar: tengkurap-telentang sendiri Gerakan halus: memegang mainan Komunikasi/Berbicara:

5 bulan Berat badan: 5,3-7,3 kg Panjang badan: 59,8-65,9 cm Lingkar kepala: 39-45 cm Gerakan halus: meraih, menggapai Komunikasi/Berbicara: menoleh ke suara Sosial/Kemandirian : meraih mainan

6 bulan Berat badan: 5,8-7,8 kg Panjang badan: 61,6-67,8 cm Lingkar kepala: 40-46 cm Gerakan kasar: duduk tanpa berpegangan Sosial/Kemandirian : memasukkan biscuit ke mulut

7 bulan Berat badan: 6,2-8,3 kg Panjang badan: 63,2-69,5 cm Lingkar kepala: 40,5-46,5 cm Gerakan kasar: mengambil mainan dengan tangan kanan dan kiri Komunikasi/Berbicara: bersuara Ma Ma.

8 bulan Berat badan: 6,6-8,8 kg Panjang badan: 64,6-71,0 cm

Lingkar kepala: 41,5-47,5 cm Gerakan kasar: berdiri berpegangan Komunikasi/Berbicara: bersuara Ma Ma Sosial/Kemandirian : bersuara Ma Ma

9 bulan Berat badan: 7,0-9,2 kg Panjang badan: 66,0-72,3 cm Lingkar kepala: 42-48 cm Gerakan halus: menjimpit Komunikasi/Berbicara: Sosial/Kemandirian : melambaikan tangan

10 bulan Berat badan: 7,3-9,5 kg Panjang badan: 67,2-73,6 cm Lingkar kepala: 42,5-48,5 cm Gerakan halus: memukulkan mainan di kedua tangan Sosial/Kemandirian : bertepuk tangan

11 bulan Berat badan: 7,6-9,9 kg Panjang badan: 68,5-74,9 cm Lingkar kepala: 43-49 cm Komunikasi/Berbicara: memanggil mama.. papa Sosial/Kemandirian : menunjuk, meminta

12 bulan, Berat badan: 7,8 10,2 kg, Panjang badan: 69,6 76,1 cm, Lingkar kepala: 43,5 49,5, Gerakan kasar: berdiri tanpa berpegangan

Gerakan halus: memasukkan mainan ke cangkir Komunikasi/berbicara: Sosialisasi/kemandirian: bermain dengan orang lain

15 bulan Berat badan: 8,4 10,9 Panjang badan: 72,9 79,4 Lingkar kepala: 44 - 50 Gerakan kasar: lari naik tangga Gerakan halus: berjalan Komunikasi/Berbicara: mencoret-coret Sosial/Kemandirian: minum dari gelas

1,5 tahun Berat badan: 8,9 11,5 kg Panjang badan: 75,9 82,4 cm Lingkar kepala: 44,5 50,5 cm Gerakan kasar: lari naik tangga Gerakan halus: menumpuk 2 mainan Komunikasi/Berbicara: berbicara beberapa kata (mimik, pipis, maem) Sosial/Kemandirian: Memakai sendok

2 tahun Berat badan: 9,9 12,3 Panjang badan: 79,2 85,6 Lingkar kepala: 45 - 51 Gerakan kasar: menendang bola Gerakan halus: menumpuk 4 mainan Komunikasi/Berbicara: menunjuk gambar (bola, kucing) Sosial/Kemandirian: melepas pakaian, memakai pakaian, menyikat gigi.

2,5 tahun Berat badan: 10,8 13,5 Panjang badan: 83,7 90,4 Lingkar kepala: 45,5 52,5 Gerakan kasar: melompat Komunikasi/Berbicara: menunjuk bagian tubuh (mata, mulut) Sosial/Kemandirian: mencuci tangan dan megneringkan tangan

3 tahun Berat badan: 11,7 14,6 Panjang badan: 87,8 94,9 Lingkar kepala: 46 - 53 Gerakan halus: mengambar garis tegak Komunikasi/Berbicara: menyebutkan warna benda, menyebutkan penggunaan benda (gelas untuk minum) Sosial/Kemandirian: menyebutkan nama teman

3,5 tahun Berat badan: 12,5 15,7 Panjang badan: 91,5 99,1 Lingkar kepala: 46,5 53,5 Gerakan kasar: berdiri satu kaki Gerakan halus: menggambar lingkaran Sosial/Kemandirian: memakai baju kaos

4 tahun Berat badan: 13,2 16,7 Panjang badan: 96,4 102,9 Lingkar kepala: 47 53,8 Gerakan halus: menggambar tanda tambah, menggambar manusia (kepala,

badan, kaki) Sosial/Kemandirian: memakai baju tanpa dibantu

4,5 tahun Berat badan: 13,8 17,7 Panjang badan: 99,7- 106,6 Lingkar kepala: 47,5 53,8 Sosial/Kemandirian: bermain kartu, menyikat gigi tanpa dibantu

5 Berat badan: 14,5 Panjang badan: 102,7 Lingkar kepala: 47,8 Komunikasi/Berbicara: menghitung mainan

tahun 18,7 109,9 54

2. Nutrisi bayi
Kebutuhan gizi pada bayi

Kalori Karena bayi atau balita bergerak aktif, oleh karenanya anda harus memenuhi kebutuhan kalorinya secara pas. Energi sendiri bisa didapatkan melalui makanan kaya akan kandungan karbohidrat komplek, lemak, gula sederhana serta protein. Balita biasanya membutuhkan sedikitnya sekitar 1300 kal- 1500 kal dalam per harinya.

Lemak Lemak merupakan salah satu komponen yang paling utama untuk membentuk membran sel sel yang terdapat pada otak bayi, serta Selubung Mielin yang terdapat pada saraf otak. Sumber lemak bisa kita berikan untuk baby adalah dari bahan makanan santan, makanan yang terdapat kandungan omega 3 &6, mentega, kue dan roti.Catatan penting: memang sebenarnya pemberian lemak sangat berguna namun dalam pemberiannya jangan terlalu berlebihan

karena bisa mengakibatkan kegemukan di kemudian hari, dan dapat memicu terjadinya serangan kolestrol.

Protein Fungsi utama gizi yang satu ini (Protein) adalah sebagai kandungan yang berguna untuk memelihara/menjaga sel-sel jaringan pada tubuh anak. Protein sendiri juga dapat memberikan peran penting prekursor untuk neurotransmitter demi tercapainya suatu perkembangan dan kemajuan pada otak yang baik. Sumber protein dapat anda berikan pada bayi anda melalui makanan seperti: Susu, Ikan, 2 Buah /Butir Telur, 2ons Daging Segar, Serta Kacang-Kacangan Sebanyak 100g.

Kalsium Kalsium berfugsi sebagai zat gizi yang berperan penting dalam pertumbuhan gigi dan ulang bayi anda. Olehkarenanya usahakan berikan bayi anda ASI dan Susu secara teratur, karena susu merupakan salah satu sumber utama kalsium bagi tubuh.

Vitamin Adapun Vitamin A: Vitamin C: vitmin yang berperan penting adalah:

vitamin ini berfungsi untuk perkembangan sel serta kulit bayi sehat berfungsi untuk menjaga system penyerapan zat besi

Vitamin D: untuk membantu metabolisme kalsium ( membantu bayi untuk memperkuat tulang) Vitamin E: Untuk antoksidan atau daya tahan tubuh anak.

Zat

besi

Biasanya anak atau bayi cenderung kekurangan/ belum terpenuhi zat besinya, oleh karenanya ada baiknya anda memberikan bayi atau anak anda dengan makanan yang mempunyai kandungan zat besi yang tinggi. Adapun makanan yang mengandung zat besi adalah makanan yang kaya akan kandungan vitamin C, vitamin C ini sendiri akan berfungsi untuk menyerap zat besi dalam tubuh.

Karbohidrat Karbohiidrat merupakan kebutuhan gizi yang paling utama untuk bayi anda. Karena kandungan gizi Karbohidratlah yang nantinya akan membantu perkembangan otak serta membantu proses belajar anak. Adapun makanan kaya kandungan karbohidrat adalah sbb: sereal, kentang, roti dan tentunya nasi.

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Reygen 11 bulan dibawa ke klinik karena menderita gizi buruk tipe marasmus dan keterlambatan perkembangan dengan status social ekonomi yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA 1. Dorland, W. A Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta:EGC. 2. A.Price, s., & wilson, l. m. (2011). patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :EGC. 3. Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

4. Ilmu Kesehatan Anak. UI. Cetakan Ke-11. 2007. 5. Ilmu Kesehatan Anak. Nelson. IDAI. 2011. 6. http://medicastore.com/diare/penyebab_diare.htm

You might also like