You are on page 1of 104

BAB VI

ANALISA STRUKTUR
6.1. Analisis Struktur
Dalam analisis struktur digunakan program SAP 2000,
dimana untuk analisis struktur SAP 2000 dan untuk struktur
dermaga digunakan program SAP 2000 dengan model 3D.
Hasil (output SAP 2000) dari analisis struktur dengan
menggunakan proram ini yaitu berupa :
- Output momen, gaya geser, dan torsi
- Output displacement, reactions, dan applied loads
- Output momen (khusus untuk menganalisis plat lantai)
Untuk memperoleh momen lapangan dan momen
tumpuan plat.
6.2. Model Struktur
Dalam model struktur disajikan bentuk struktur hasil
analisa dengan menggunakan program SAP 2000 dalam
bentuk Gambar. Sedang outputnya dapat dilihat dalam
lampiran.
6.2.1. Model struktur Plat
Analisis struktur plat menggunakan program SAP
2000 SHELL untuk mendapatkan gaya gaya yang bekerja
pada plat. Tipe plat yang digunakan pada struktur dermaga ada
2 macam yaitu : 400 X 600 cm dan 400 x 500 cm untuk trestle.
Asumsi plat tiap tipe dsajikan pada Gambar 6.1.
Dalam perhitungan momen plat dermaga, asumsi plat
sebagai plat lentur dan dianggap terjepit pada keempat sisinya.
Lebih jelasnya lihat Gambar 6.1.
122


Gambar 6.1. Asumsi Plat
Sedang beban yang bekerja pada plat meliputi beban
mati dermaga, beban hidup dermaga serta beban T terpusat
akibat roda kendaraan. Berikut ini disajikan model struktur plat
lantai dermaga. (tipe 6m x 4 m) yang dianalisa dengan
menggunakan progam SAP 2000 SHELL untuk mendapatkan
momen yang bekerja pada plat tersebut. Model struktur plat
dermaga (tipe 6m x 4 m) hasil analisis SAP 2000 SHELL lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 6.2. Model Struktur Plat Dermaga
600
4
0
0
500
4
0
0
PLAT TYPE A PLAT TYPE B
123

Dalam analisis struktur plat (tipe 6m x 4 m) bekerja
beban mati merata, beban hidup merata, beban terpusat roda
kendaraan truk dengan perlakuan beban beban yang bekerja
pada plat dapat dilihat pada gambar gambar di bawah ini,
sedang output dari analisis struktur plat dengan menggunakan
program SAP 2000 disajikan dalam bentuk gambar kontur
momen plat berupa M 1- 1 dan M 2- 2 berikut ini.
Gambar 6.3. merupakan bentuk analisis struktur plat
pada saat mendapat beban mati merata (beban sendiri plat).

Gambar 6.3. Kontur Momen plat akibat beban mati merata
M11
Momen maximum sebesar 0,795 tm.
124


Gambar 6.4. Kontur Momen plat akibat beban mati merata
M22
Momen maximum terjadi sebesar 1,058 tm.


Gambar 6.5. Struktur Plat Akibat Beban Truk 1 11,25
125


Gambar 6.6 Kontur momen M1-1 akibat beban truk 1.
Momen maksimum M1-1 terjadi sebesar 0,978 tm.

Gambar 6.7 Kontur momen M-2-2 akibat beban truk 1.
Momen maksimum terjadi adalah 4,892 tm.
126



Gambar 6.8. Struktur Plat Akibat Beban Excavator 6 t/m2.
Gambar 6.8. adalah permodelan plat saat mendapat beban
excavator.


Gambar 6.9 Kontur Momen M1-1 akibat beban excavator.
Momen maximum sebesar 1,003 tm.
127


Gambar 6.10. Kontur momen M 2-2 akibat beban excavator.
Momen maksimum terjadi 2,242 tm.
Gambar 6.10 merupakan bentuk analisis struktur plat pada saat
mendapat beban excavator.

Gambar 6.11 Struktur plat akibat beban hidup merata 3 t/m2.
128


Gambar 6.12 Kontur Momen M11 plat akibat beban hidup
merata sebesar 3 t/m
2

Momen maksimum terjadi 0,817 tm.



Gambar 6.13 Kontur momen M22 plat akibat beban hidup
merata 3 t/m2.
129

Momen maksimum terjadi adalah 1,730 tm.
6.2.2. Model Struktur Dermaga
Analisis struktur dermaga dan trestel menggunakan
program SAP 2000 dengan model 3D untuk mendapatkan gaya
gaya yang bekerja pada struktur dermaga.
Beban yang bekerja pada konstruksi dermaga dan
trestel meliputi beban plat, beban hanyutan, beban tambat
kapal (mooring load), beban sandar (berthing load), beban
gempa. Berikut ini disajikan model struktur dermaga yang
dianalisis dengan menggunakan program SAP 2000
berdasarkan beban beban yang bekerja untuk mendapatkan
momen yang bekerja pada balok-balok struktur.


Gambar 6.14. Model Struktur Dermaga
130



Gambar 6.15. Struktur Dermaga Mendapat Beban Tumbukan
Kapal Tugboat.



Gambar 6.16. Struktur Dermaga Mendapat Beban
Gaya Tarik Kapal (Tambatan).
131

6.2.3. Model Struktur Berthing Dolphin dan Mooring
Dolphin
Model struktur mooring dolphin dilakukan dengan
menggunakan program SAP2000 untuk mendapatkan output
gaya-gaya yang bekerja pada mooring dolphin. Gaya- gaya
yang bekerja pada mooring dolphin berupa beban mati, beban
akibat gempa dan beban tambatan (mooring force).

Gambar 6.17. Model Struktur Mooring Dolphin
132


Gambar 6.18 Kontur momen M11 akibat beban mati
Momen maksimum terjadi sebesar 4,747 tm.


Gambar 6.19 Kontur momen M22 akibat berat sendiri.
133

Momen maksimum terjadi sebesar 7,904 tm.

Gambar 6.20 Struktur Mooring Dolphin akibat Gaya Tambat


Gambar 6.21 Kontur momen M11 akibat gaya tambat
Momen maksimum terjadi sebesar 6,358 tm.
134


Gambar 6.22 Kontur momen M22 akibat gaya tambat.
Momen maksimum terjadi sebesar 17,782 tm.
Model struktur berthing dolphin dilakukan dengan
program SAP2000 untuk mendapatkan output gaya- gaya yang
bekerja. Gaya yang bekerja pada berthing dolphin berupa gaya
tumbukan kapal (berthing force), gaya tambatan (mooring
force), gaya akibat gempa, dan beban mati.

135

Gambar 6.23. Model Struktur Berthing Dolphin

Gambar 6.24. Struktur Berthing Dolphin dengan Beban
Tumbukan Kapal (Berthing Force)

Gambar 6.25 Kontur momen M11 akibat beban sandar
kapal.
Momen maksimum terjadi sebesar 9,698 tm.
136


Gambar 6.26 Kontur momen akibat M22 akibat beban
sandar kapal.
Momen maksimum terjadi sebesar 34,758 tm.
6.2.4. Output Struktur
Gaya gaya yang diperoleh dari hasil analisis struktur
dengan menggunakan program SAP 2000 ( SAP 2000 ) yaitu
berupa :
- Output momen, gaya geser, dan torsi
- Output Displacement, Reactions and apllied loads
- Output momen (khusus untuk menganalisis plat
lantai), untuk memperoleh momen lapangan dan
momen tumpuan plat
Output SAP 2000 dari analisis struktur diatas dapat dilihat
pada lampiran.
6. 3. Penulangan dan Kontrol Stabilitas Dermaga
137

6.3.1. Penulangan dan Kontrol Stabilitas pada Plat
Lantai
6.3.1.1 Penulangan Plat Dermaga
Penulangan plat dermaga dan trestel dihitung dengan
persamaan 2-31 sampai 2-40 , dengan mengambil gaya momen
terbesar dari kombinasi beban yang dianalisa dengan SAP
2000.
Data rencana :
Baja tulangan < 13 mm, fy = 240 Mpa
Baja tulangan > = 13 mm, fy = 400 MPa
fc' = 30 Mpa
1 = 0.85
b = 1000mm
h = 350 mm
= 0,8
d' = 70 mm
tulangan lentur = 16 dan 19 mm
Penulangan arah x :
1. Tulangan Tumpuan:
Mu = 83970000 N-mm
Mn = Mu/
= 83970000/ 0,8 = 104962500 Nmm
138

d = ( 350 70 (16/2) - 16 = 253 mm
m = fy/0.85.fc'
= 400/ 0,85. 30 = 15.686
Rn =



min = 1.4/fy = 1,4 / 400 = 0.0035
max =

)
=

)
= 0.03251
b = 0,75 max
= 0,75 . 0,03251
= 0.0244
=


= 0.00424
> min, maka dipakai
Ast = . b .d
= 0.00424 . 1000. 253 = 1072.861 mm2
139

Tulangan terpasang : D16 150 mm
=


= 1340.41 mm2
Cek kemampuan nominal :
T = Ast .fy = 1340,41 . 400
= 536165,146 N
a = T/ (0.85 .fc' . b)
= 536165,146/( 0,85 . 30. 1000)
= 21.026 mm
Mn = .T x ( d- a/2)
= 0,8. 536165,146 x (253- 21.026/2)
= 104010444.2 N-mm
Mn > M terjadi, OK
2. Tulangan Lapangan :
Mu = 50020000 N-mm
Mn = Mu/
= 50020000/ 0,8 = 62525000 Nmm
tulangan lentur = 16 mm
d = 350 70 (16/2) 16 = 253 mm
140

m = fy/0.85.fc'
= 400/ 0,85. 30
= 15.686
Rn =



= 0.977
min = 1.4/fy = 1,4/ 400 = 0.0035
max =

)
=

)
= 0.03251
b = 0.75 max
= 0,75 . 0.03251
= 0.00249
< min, maka dipakai min
Ast = min . b .d
= 0,0035 . 1000. 253
= 885.5 mm2
Tulangan terpasang : D 16- 150 mm
141

Ast =


= 1340,41 mm2
Cek kemampuan nominal :
T = Ast .fy = 1340,41 . 400
= 536165,146 N
a = T/ (0.85 .fc' . b)
= 536165,146/( 0,85 . 30. 1000)
= 21.026 mm
Mn = .T x ( d- a/2)
= 0,8. 536165,146 x (253- 21.026/2)
= 104010444.2 N-mm
Mn > M terjadi, OK
Penulangan arah y :
1. Tulangan Tumpuan:
Mu = 143550000 N-mm
Mn = Mu/
= 143550000/ 0,8 = 179437500 Nmm
d = ( 350 70 (16/2) = 270,5 mm
m = fy/0.85.fc'
142

= 400/ 0,85. 30 = 15.686
Rn =



= 2,452 N/mm2
min = 1.4/fy = 1,4 / 400 = 0.0035
max =

)
=

)
= 0.03251
b = 0,75 max
= 0,75 . 0,03251
= 0.0244
=


= 0.00646
> min, maka dipakai
Ast = . b .d
= 0.00646 . 1000. 270,5 = 1746.87 mm2
143

Tulangan terpasang : D19 150 mm
Ast =


= 1890.19 mm2
Cek kemampuan nominal :
T = Ast .fy = 1890,19. 400
= 756076,632 N
a = T/ (0.85 .fc' . b)
= 756076,632/ ( 0,85 . 30. 1000)
= 29,65 mm
Mn = .T x ( d- a/2)
= 0,8. 756076,632 x (270,5- 29,65 /2)
= 154647895 N-mm
Mn > M terjadi, OK
2. Tulangan Lapangan :
Mu = 53280000 N-mm
Mn = Mu/
= 53280000/ 0,8
= 66600000 N-mm
tulangan lentur = 16 mm
144

d = 350 70 (16/2) = 270,5 mm
m = fy/0.85.fc'
= 400/ 0,85. 30
= 15.686
Rn =


= 0,91 N/mm2
min = 1,4/fy = 1,4/ 400 = 0.0035
max =

)
=

)
= 0.03251
b = 0.75 max
= 0,75 . 0.03251
= 0.0244
=


= 0.00232
145

< min, maka dipakai min
Ast = min . b .d
= 0,0035 . 1000. 253
= 946,75 mm2
Tulangan terpasang : D 19- 150 mm
Ast =


= 1890,19 mm2
Cek kemampuan nominal :
T = Ast .fy = 1890,19. 400
= 756076,632 N
a = T/ (0.85 .fc' . b)
= 756076,632 /( 0,85 . 30. 1000)
= 29,650 mm
Mn = .T x ( d- a/2)
= 0,8. 756076,632 x (270,5- 29,65 /2)
= 154647895 N-mm
Mn > M terjadi, OK
Sedangkan penulangan untuk jenis plat trestle dapat dilihat
pada tabel. 6.1 pada lampiran.
146

6.3.1.2 Kontrol Stabilitas Plat
Kontrol stabilitas pada plat lantai diperlukan untuk
menjamin perilaku struktur yang memadai pada kondisi beban
kerja. Pengendalian terhadap struktur plat agar mempunyai
kelayanan dengan cara memeriksa / mengontrol retakan dan
lendutan yang ditentukan berdasarkan persamaan 2-49 sampai
2-52.
- Kontrol Retak Pelat
Retak pada peat terjadi disebabkan oleh momen yang
bekerja pada plat tersebut, untuk menghindari bahaya retak
pada plat tersebut perlu dilakukan kontrol retak pada plat yang
mempunyai tebal 35 cm dan berukuran 4 x 6 m ditinjau tiap 1
m.
Retakan pada plat yang terlentur, bisa dianggap
terkendali bila jarak titik berat ke titik berat tulangan pada
masing masing arah tidak melampaui harga terkecil dari D
atau 300 mm. Maksudnya adalah tulangan yang berdiameter
kurang dari setengah diameter tulangan terbesar pada
penampang harus diabaikan.dimana D adalah tinggi seluruh
penampang melintang dalam bidang yang terlentur. Untuk
perhitungan kontrol retakan pada plat disajikan dalam Tabel
Tabel 6.1 berikut ini.




147

Tabel 6.1 Kontrol Retak Plat
Type
plat Momen s
Kontrol
Keterangan D 300 mm
6 x 4 m
dermaga
Mtx 150 350 300 OK
Mlx 150 350 300 OK
Mty 150 350 300 OK
Mly 150 350 300 OK
5 x 4 m
Trestle
Mtx 150 350 300 OK
Mlx 150 350 300 OK
Mty 150 350 300 OK
Mly 150 350 300 OK

- Kontrol Lendutan Pelat
Kontrol lendutan pada plat dihitung dengan mengatur
dimensi dari plat yang terdiri dari lendutan sesaat dan lendutan
jangka panjang.
Lendutan Sesaat dan Jangka Panjang
Lendutan sesaat akibat beban layan luar terjadi segera pada
saat bekerja harus dihitung dengan menggunakan nilai E
cj

yang ditentukan dan nilai momen efektif kedua dari luas unsur,
I
ef
. Disamping lendutan sesaat, beton bertulang akan
mengalami pula lendutan yang timbul secara berangsur
angsur dalam jangka waktu yang lama. Dengan sendirinya
bertambahnya regangan mengakibatkan perubahan distribusi
tegangan pada beton dan tulangan baja sehingga lendutan
bertambah untuk beban yang bersifat tetap. Selanjutnya
lendutan ini disebut lendutan jangka panjang. Adapun
perhitungan sesaat dan jangka panjang adalah sebagai berikut :
148

- Memasukkan nilai Modulus Elastisitas beton E
c
berikut
dalam program SAP 2000 SHELL :
Nilai Modulus Elastisitas beton E
c
dihitung sebagai berikut :


E
c
= 25742.96 N/mm2
Dari SAP 2000 didapat lendutan sesaat
st
A pada plat
sebagai berikut :
1. Lendutan sesaat
st
A akibat beban mati merata yang
bekerja pada plat dari output analisis SAP 2000 adalah
0,05055 mm.
2. Lendutan sesaat
st
A akibat beban hidup merata yang
bekerja pada plat dari output analisis SAP 2000 adalah
0, 1733 mm.
3. Lendutan sesaat
st
A akibat beban roda 11,25 t atau
yang bekerja pada plat dari output analisis SAP 2000
adalah 0,1178 mm.
4. Lendutan sesaat akibat beban roda excavator yang
bekerja pada plat dari output analisis SAP 2000 adalah
0,06476 mm
- Perhitungan lendutan jangka panjang dihitung dengan
mengalikan lendutan sesaat dengan nilai pengali K
cs
yaitu
:
K
cs
= 2 1,2 ( )
Ast
Asc
= 2 1,2 ( 1 ) = 0,8 0,8 OK.
Sehingga lendutan jangka panjang
lt
A akibat beban
beban yang bekerja pada plat adalah sebagai berikut :
149

1. Lendutan jangka panjang
lt
A akibat beban mati
merata :
lt
A =
st
A x K
cs
= 0,05055 x 0,8 = 0,04044 mm
2. Lendutan jangka panjang
lt
A akibat beban hidup
merata :
lt
A =
st
A = 0, 1733 mm
3. Lendutan jangka panjang
lt
A akibat beban roda 11,25
t atau 112,5 KN :
lt
A =
st
A = 0,1178 mm
Pengecekan lendutan ijin harus dibatasi sebagaimana
berikut ini :
1. Lendutan akibat pengaruh beban tetap yaitu :
0 < lendutan yang terjadi < Ln/300
2. Lendutan akibat pengaruh beban hidup yaitu :
lendutan yang terjadi < Ln/800
Untuk pengecekan / kontrol lendutan disajikan dalam
Tabel 6.2 dan Tabel 6.3 berikut ini.
Tabel 6.2 Kontrol Lendutan Plat Dermaga
No. Beban
st lt
Ln/ 300
Ln /
800 Ket. mm mm
1 qD 0,05055 0,04044 20 - OK
2 qL 0,1733 0,1733 - 7,5 OK
3 P truk 0,1178 0,1178 - 7,5 OK

150

Tabel 6.3 Kontrol Lendutan Plat Trestle
No. Beban
st lt
Ln/ 300 Ln / 800 Ket. mm mm
1 qD 0,013 0.0324 16.667 - OK
2 qL 0,015 0,1733 - 6,25 OK
3 P truk 0,010 0,1178 - 6,25 OK

6.3.2. Penulangan dan Kontrol Stabilitas Balok Dermaga
6.3.2.1. Penulangan Balok Dermaga
Berikut ini akan diuraikan cara perhitungan
penulangan lentur dan geser akibat lentur dan torsi pada balok
memanjang yaitu As 1-1 as 6-6 , dari SAP 2000 setelah itu
dilakukan penulangan. Perhitungan tulangan lentur dihitung
sesuai dengan persamaan 2-31 sampai 2-40, dan penulangan
geser dan torsi dihitung sesuai dengan persamaan 2-45 sampai
2-60.
Penulangan balok lainnya disajikan pada lampiran.
6.3.2.1.1. Penulangan Lentur As 1-1 As 6-6
Data rencana :
1 = 0.85
b = 500 mm
h = 700 mm
d' = 70 mm
= 0,8
151

tulangan lentur = 19 mm
tulangan torsi = 16 mm
tulangan geser = 12 mm
spasi antar lapis tulangan : 40 mm
Tulangan Tumpuan
Mu = 312480000 Nmm
Mn = Mu/
= 312480000/ 0,8
= 390604600 Nmm
d = 700- 70- 12 19 (40/2) = 579 mm
m = fy/0.85.fc' = 400/ (0,85. 30) = 15.686
Rn =



= 2,330
min = 1.4/fy = 1,4/ 400 = 0.0035
max =

)
=

)
= 0.03251
b = 0.75 max
152

= 0,75 . 0.03251
= 0.0244
=


= 0,00612
> min, maka dipakai
Ast = . b .d
= 0,00612 . 700. 579
= 1771,576 mm2
Tulangan terpasang : 8 D19 mm
Ast =


= 2268,23 mm2
Cek kemampuan nominal :
T = Ast .fy = 2268,23. 400
= 907291,958 N
a = T/ (0.85 .fc' . b)
= 907291,958/( 0,85 . 30. 500)
153

= 71,160 mm
Mn = .T x ( d- a/2)
= 0,8. 907291,958 x (579- 71,160 /2)
= 394432421.1 N-mm
Mn > M terjadi, OK
Tulangan Lapangan
Mu = 162784160 Nmm
Mn = Mu/
= 162784160/ 0,8
= 203480200 Nmm
d = 700- 70- 12 (1/2 . 19) = 608,5 mm
m = fy/0.85.fc' = 400/ (0,85. 30) = 15.686
Rn =



= 1.214
min = 1,4/fy = 1,4/ 400 = 0.0035
max =

)
=

)
= 0.03251
154

b = 0.75 max
= 0,75 . 0.03251
= 0.0244
=


= 0.00311
<min, maka dipakai min
Ast = . b .d
= 0,0035. 700. 579
= 1013,250 mm2
Tulangan terpasang : 4 D19 mm
Ast =


= 1134,11 mm2
Cek kemampuan nominal :
T = Ast .fy = 1134,11. 400
= 453645,979 N
a = T/ (0.85 .fc' . b)
155

= 453645,979 /( 0,85 . 30. 500)
= 35,580 mm
Mn = .T x ( d- a/2)
= 0,8. 453645,979 x (579- 35,580 /2)
= 162938011.2 N-mm
Mn > M terjadi, OK
6.3.2.1.2. Penulangan Torsi
Baja tulangan < 13 mm, fy = 240 Mpa
Baja tulangan >= 13 mm, fy = 400 MPa
fc' = 30 Mpa
tulangan sengkang = 12 mm
b = 500 mm
h = 700 mm
d' = 70 mm
= 0,75
= 45
0
cot = 1
Tu = 42110700 N-mm
Vu = 459020 N
156

Tu dapat diabaikan jika lebih kecil dari :

)
Acp = b . h
= 500. 700 = 350000
Pcp = 2(b+h)
= 2( 500+700)
= 2400 mm
Aoh = (b- 2d).( h- 2d)
= (500 2. 70) .( 700- 2.70)
= 201600 mm2
Ao = 0,85 Aoh
= 0,85. 201600 = 171360 mm2
Ph = 2 ((b- 2d) + ( h 2d))
= 2 (( 500 2.70) + ( 700 2. 70))
= 1840 mm
Tu min =

)
=

)
= 17472920 Nmm
Tu min < Tu, Tulangan Torsi diperhitungkan
157

Kontrol dimensi penampang :

= 1,850 N/mm2
(

)
(

) = 3,423
1,850 < 3,423 Penampang OK.
Tulangan Puntir tambahan untuk menahan geser harus
direncanakan dengan menggunakan persamaan 2-47 yaitu :



Tn = Tu/
= 42110700/ 0,75 = 56147600 Nmm

= 0,683 mm2/mm
158

Tulangan puntir tambahan untuk tulangan memanjang
dihitung menurut persamaan 2-48 sebagai berikut :


= 753,615 mm2
Sedangkan tulangan puntir memanjang tidak boleh
kurang dari :


= 1243,290 mm2
Sehingga dipakai Al
min
= 1243,290 mm2, yang dibagi ke 4
sisi balok. Dan masing masing sisi mendapat luasan
tambahan tulangan longitudinal sebesar :
Al
min
/ 4
= 1243, 290/ 4 = 310,823 mm2
6.3.2.1.3. Penulangan Geser
Data rencana :
b = 500 mm
h = 700 mm
d' = 70 mm
159

= 0,75 = 12 mm
d = 700 70 (12/2) = 624 mm
fy = 240 Mpa
fc = 30 Mpa
Tulangan Tumpuan
Vu = 459020 N
Vn = Vu/
= 459020/ 0,75 = 612030 N
Vn = Vc + Vs


Vc = 284815,73 N
Kondisi 1 :
Vu > Vc
459020 > 0,75. 284815,73
459020 > 213612 (perlu tulangan geser)
Kondisi2:
Vu>0,5.Vc
459020 > 0,5. 0,75. 213612
459020 > 106806 N (perlu tulangan geser minimum)
160

Perhitungan tulangan geser sesuai dengan persamaan 2-50
sampai 2-60 :
Vs = Vn Vc
= 612030 - 284815,73 = 327210,94 N



= 2,185 mm2/mm


Dipasang sengkang 3 kaki 12
Av =


= 339,292 mm2
Spasi tulangan dihitung sebagai berikut :


161


= 95,571 mm
Dipakai spasi sengkang 75 mm.
Sedangkan nilai Av total minimum adalah :


= 53,489 mm2
dan nilai Av + 2 At tidak boleh kurang dari :

= 52,083 mm2
339.292 > 53.489 > 52.083
S maksimum = Ph/8 atau 300 mm ( diambil nilai terkecil)
= 1840/8 atau 300 mm
= 230 atau 300 mm
S < S perlu < S maksimum
75 < 95,571 < 230 mm OK.
Tulangan Lapangan
Vu = 326747 N
162

Vn = Vu/
= 326747/ 0,75 = 435662,667 N
Vn = Vc + Vs


Vc = 284815,73 N
Kondisi 1 :
Vu > Vc
326747 > 0,75. 284815,73
326747 > 213612 (perlu tulangan geser)
Kondisi2:
Vu>0,5.Vc
326747 > 0,5. 0,75. 213612
326747 > 106806 N (perlu tulangan geser)
Perhitungan tulangan geser :
Vs = Vn Vc
= 435662,667 - 284815,73 = 150846,94 N



163



= 1,0075 mm2/mm


Dipasang sengkang 2 kaki 12
Av =



= 226,195 mm2
Spasi tulangan dihitung sebagai berikut :


= 95,340 mm
Dipakai spasi sengkang 75 mm.
Sedangkan nilai Av total minimum adalah :


164


= 53,489 mm2
dan nilai Av + 2 At tidak boleh kurang dari :

= 52,083 mm2
226,195 > 53.489 > 52.083
S maksimum = Ph/8 atau 300 mm ( diambil nilai terkecil)
= 1840/8 atau 300 mm
= 230 atau 300 mm
S < S perlu < S maksimum
75 < 95,340 < 230 mm OK.
Penyusunan Tulangan
Tulangan yang terpasang dapat dilihat berikut ini.
Tumpuan :
Tulangan atas :
Ast + Al = 1771,576 + 310,823
= 2082.399 mm2
Dipasang 8 D19
As = 2268,230 mm2
165

Tulangan bawah :
Al = 310,823 mm2
Dipasang 2 D19
As = 567,057 mm2
Tulangan samping :
Al = 310,823 mm2
Dipasang 2 D16
As = 402,124 mm2
Lapangan :
Tulangan atas :
Al = 310,823 mm2
Dipasang 2 D19
As = 310,823 mm2
Tulangan bawah :
Ast + Al = 1064,875 + 310,823
= 1375,698 mm2
Dipasang 6 D19
As = 1701,172 mm2
Tulangan samping :
Al = 310,823 mm2
166

Dipasang 2 D16
As = 402,124 mm2
Sedangkan untuk penulangan type balok yang lain
dapat dilihat pada tabel.
6.3.3. Penulangan Poer
Pada sub ini akan diuraikan penulangan poer
berdasarkan dimensi poer dan tiang pancang yang digunakan.
Tipe balok poer pada dermaga antara lain :
Tabel 6.4. Dimensi Poer Dermaga dan Trestel
Type Dimensi Poer (mm)
Jumlah
Tiang
Keterangan
A 1500 x 1500 x 1000 1
Tiang tegak
dermaga dan trestle
B 2500 x 1500 x 1000 2
Tiang miring
dermaga dan trestle

6.3.3.1. Penulangan Poer Tipe A
Penulangan terhadap poer direncanakan untuk
mengatasi eksentrisitas terhadap posisi tiang pancang rencana
pada pelaksanaan. Pada poer type A as B-B, terdapat balok
fender.
167


Gambar 6.27 Poer Type A Dengan Balok Fender

Gambar 6.28 Asumsi Perhitungan Penulangan Poer A
Dimensi :
b = 1500 mm
d' = 70 mm
h = 1000 mm
d = (1000 70 . 25) = 917,5 mm
Mutu bahan :
fc' = 30 Mpa
1
0
0
150
4
0
0
3
5
0
40
95
1500
1
5
0
0
E
X

=

3
0
4
.
8
304.8
750 750
1
0
0
0
P
168

fy = 400 MPa
1 = 0,85
Dia. Tulangan = 25 mm
Kontrol geser ponds
P ijin = 99,48 T
(1+DLA) . P . 2 < 2 (a + b + 2D ) D. 1/6 . fc' .
( 1 + 0,4) 99,48. 10
4
. 2 < 2( 609,6 + 609,6 + 2. 1000) 1000.
1/6. 30. 0,6. 0,6
278,551. 10
4
< 352, 646. 10
4
Poer kuat menahan gaya geser.

= 0,44214 + 0,53906
= 0, 98121 N/mm2

= 0,44214 - 0,53906
= 0,09692 N/mm2
M = 99,48. 10
4
. 1500. . 1500. . 609,6
= 336460000 Nmm
Penulangan
169

Mu = 336460000 Nmm
Mn = Mu/
= 336460000/0,75
= 420569829,4 Nmm
m = fy/0.85.fc' = 400/ (0,85. 30) = 15,686
Rn =


= 0,333 N/mm2
min = 1.4/fy = 1,4/ 400 = 0.0035
max =

)
=

)
= 0.03251
b = 0.75 max
= 0,75 . 0.03251
= 0.0244
=


170

= 0,0008
< min, maka dipakai min
Ast = . b .d
= 0,03251 . 1500. 917,5
= 4816,875mm2
Tulangan terpasang : D25 - 150 mm
Ast =


= 4908,739 mm2
Cek kemampuan nominal :
T = Ast .fy = 4908,739. 400
= 1963495,408 N
a = T/ (0.85 .fc' . b)
= 1963495,408 /( 0,85 . 30. 1000)
= 77 mm
Mn = T x ( d- a/2)
= 1963495,408 x (917,5- 77/2)
= 1725912641N-mm
Mn > M terjadi, OK
171

a) Penulangan penumpu balok fender

Gambar 6.29 Gaya Pada Penumpu Balok fender

bw = 1500 mm
h = 950 mm
d = (950 70) = 880 mm
a = 675 mm
= 1
= 1.4
Qfender = 044 , 5
5 , 3
654 , 17
= T/m
Vu = 2 (5,044 x (1,5 0,15) = 13,618 T
75 , 0
619 , 13
= Vn = 47,57 ton = 18,158.10
4
N
Q FENDER
40
1
5
1
5
0
95
172

Kontrol dimensi :
Vn 0,2. fc'. bw.d
181579.66 0,2. 30. 1500. 880
181579.66 < 7920000 OK
Vn 5,5. bw. d
181579.66 5,5. 1500. 880
181579.66 7260000 OK

Cari penulangan geser
|
=
. fy .
Vu
Av
f
, dimana = 1,4; = 1
1 4 , 1 400 75 , 0
10 . 618 , 13
4

=
f
Av = 324,249 mm
2


Tulangan Momen
Nu
c
= 2 (0,2.Vu)
Nu
c
= 2 (0,2 x 13,618.10
4
) = 27240 N
Mu = Vu.a + Nu(h d)
= 13,618 .10
4
x ( x 1500 150) + 27240 (950 880)
= 9,38.10
7
N-mm
d fy
Mu
A
f
. . . 85 , 0 |
=

880 400 75 , 0 85 , 0
9,38.10
7

=
f
A = 418,143mm
2

400 75 , 0
27240
.
= =
fy
Nu
An
c
|
= 90,790mm
2

Cek tulangan tarik
As
1
= A
f
+ A
n
= 418,143 + 90,790= 508,933 mm
2

As
2
= 2/3 .Av
f
+ An
= 2/3 x 324,249+ 90,790= 306,956 mm
2

173

d . b
fy
' fc
04 , 0 As
min
=
880 1000
400
30
04 , 0 = = 3960 mm
2

Dipakai As
min
= 3960 mm
2

Tulangan geser
Ah
1
= (As An) = (3960 90,790) = 1934,605 mm
2

Ah
2
= 1/3 Av
f
= 1/3 x 324,249 = 108,083 mm
2

Dipakai Ah
perlu
= Ah
1
= 1934,605 mm
2

Dipasang
As = D25 -125 mm (4712,389 mm2)
Ah = 7 D 19 (1984,701 mm
2
)

6.3.3.2. Penulangan Poer tipe B
Penulangan terhadap poer direncanakan untuk
mengatasi eksentrisitas terhadap posisi tiang pancang rencana
pada pelaksanaan.

174


Gambar 6.30 Asumsi Perhitungan Penulangan Poer B
Dimensi :
bx = 1500 mm
by = 2500 mm
d' = 70 mm
h = 1000 mm
d = (1000 70 . 25) = 917,5 mm
Mutu bahan :
fc' = 30 Mpa
fy = 400 MPa
1 = 0,85
Dia. Tulangan = 25 mm
Kontrol geser ponds
P ijin = 99,48 T
304.8
750 750
1
0
0
0
P
175

(1+DLA) . P . 2 < 2 (a + b + 2D ) D. 1/6 . fc' .
( 1 + 0,4) 99,48. 10
4
. 2 < 2( 609,6 + 609,6 + 2. 1000) 1000.
1/6. 30. 0,6. 0,6
278,551. 10
4
< 352, 646. 10
4
Poer kuat menahan gaya geser.

= 0,44214 + 0,53906
= 0, 98121 N/mm2

= 0,44214 - 0,53906
= 0,09692 N/mm2
M = 99,48. 10
4
. 1500. . 1500. . 609,6
= 336460000 Nmm
Penulangan
Mu = 336460000 Nmm
Mn = Mu/
= 336460000/0,75
= 420569829,4 Nmm
m = fy/0.85.fc' = 400/ (0,85. 30) = 15,686
176

Rn =


= 0,333 N/mm2
min = 1.4/fy = 1,4/ 400 = 0.0035
max =

)
=

)
= 0.03251
b = 0.75 max
= 0,75 . 0.03251
= 0.0244
=


= 0,0008
< min, maka dipakai min
Ast = . b .d
= 0,03251 . 1500. 917,5
= 4816,875mm2
177

Tulangan terpasang : D25 - 150 mm
Ast =


= 4908,739 mm2
Cek kemampuan nominal :
T = Ast .fy = 4908,739. 400
= 1963495,408 N
a = T/ (0.85 .fc' . b)
= 1963495,408 /( 0,85 . 30. 1000)
= 77 mm
Mn = T x ( d- a/2)
= 0,8. 1963495,408 x (917,5- 77/2)
= 1400888618 N-mm
Mn > M terjadi, OK
6.3.4. Penulangan Dolphin
Penulangan pada dolphin bertujuan untuk menjaga
stabilitas struktur dolphin akibat beban-beban yang bekerja
pada struktur dolphin yang diakibatkan gaya tambat
(mooring force), atau gaya tumbukan kapal (berthing
force).

6.3.4.1. Penulangan Plat Mooring Dolphin
Dimensi :
178

panjang = 3600 mm
lebar = 2800 mm
h = 2000 mm
d' = 70 mm
spasi antar lapis tul. = 250 mm
Mutu bahan :
fc' = 30 Mpa
fy = 400 MPa
1 = 0,85
Dia. Tulangan = 28 mm
= 0,8
Penulangan
Arah x :
Mu = 62990000 N-mm
Mn = Mu/
Mn = 62990000/0,8
= 78737500 N-mm
d = 2000 70 28- (250/2)
= 1777 mm
m = fy/0.85.fc'
= 400/ (0,85. 30)
= 15,686
Rn =


= 0,025 N/mm2
min = 1.4/fy = 1,4/ 400 = 0.0035
max =

)

179

=

)
= 0.03251
b = 0.75 max
= 0,75 . 0.03251
= 0.0244
=


= 0,000062
< min, maka dipakai min
Ast = . b .d
= 0,035 . 1000. 1777
= 6219,5 mm2
Tulangan terpasang : D28 - 100 mm
Ast =


= 6157,522 mm2
Cek kemampuan nominal :
T = Ast .fy = 6157,522 . 400
180

= 2463008,640 N
a = T/ (0.85 .fc' . b)
= 2463008,640 /( 0,85 . 30. 1000)
= 96,589 mm
Mn = 0,8 . T x ( d- a/2)
= 2463008,640 x (1777- 95,589/2)
= 3417693871 N-mm
3417693871 > 78737500 N-mm
Mn > Mu terjadi, OK
Arah y :
Mu = 133420000 N-mm
Mn = Mu/
Mn = 133420000/0,8
= 166775000N-mm
d = 2000 70 28- 28 - (250/2)
= 1749 mm
m = fy/0.85.fc'
= 400/ (0,85. 30)
= 15,686
Rn =


= 0,055 N/mm2
min = 1.4/fy = 1,4/ 400 = 0.0035
181

max =

)
=

)
= 0.03251
b = 0.75 max
= 0,75 . 0.03251
= 0.0244
=


= 0,00014
< min, maka dipakai min
Ast = . b .d
= 0,0035 . 1000. 1749
= 6157,522 mm2
Tulangan terpasang : D28 - 100 mm
Ast =


= 6157,522 mm2
Cek kemampuan nominal :
182

T = Ast .fy = 6157,522 . 400
= 2463008,640 N
a = T/ (0.85 .fc' . b)
= 2463008,640 /( 0,85 . 30. 1000)
= 96,589 mm
Mn = 0,8 . T x ( d- a/2)
= 2463008,640 x (1777- 95,589/2)
= 3417693871 N-mm
3417693871 > 133420000 N-mm
Mn > Mu terjadi, OK
6.3.4.2. Penulangan Plat Berthing Dolphin
Dimensi :
panjang = 5400 mm
lebar = 4200 mm
h = 2500 mm
d' = 70 mm
spasi antar lapis tul. = 250 mm
Mutu bahan :
fc' = 30 Mpa
fy = 400 MPa
1 = 0,85
Dia. Tulangan = 32 mm
= 0,8

Penulangan
Arah x :
Mu = 191542100 N-mm
183

Mn = Mu/
Mn = 191542100/0,8
= 239427625 N-mm
d = 2500 70 32- (250/2)
= 2273 mm
m = fy/0.85.fc'
= 400/ (0,85. 30)
= 15,686
Rn =
=
= 0,046 N/mm2
min = 1.4/fy = 1,4/ 400 = 0.0035
max =

)
=

)
= 0.03251
b = 0.75 max
= 0,75 . 0.03251
= 0.0244
=


184

= 0,000116
< min, maka dipakai min
Ast = . b .d
= 0,0035 . 1000. 2273
= 7955,5 mm2
Tulangan terpasang : D32 - 100 mm
Ast =


= 8042,477 mm2
Cek kemampuan nominal :
T = Ast .fy = 8042,477. 400
= 3216990,877 N
a = T/ (0.85 .fc' . b)
= 3216990,877/( 0,85 . 30. 1000)
= 126,157 mm
Mn = 0,8 . T x ( d- a/2)
= 0,8. 3216990,877 x (2273- 126,157/2)
= 5687438481 N-mm
5687438481 > 191542100 N-mm
185

Mn > Mu terjadi, OK
Arah y :
Mu = 494388600 N-mm
Mn = Mu/
Mn = 494388600/0,8
= 617985750N-mm
d = 2500 70 32- 32 - (250/2)
= 2241 mm
m = fy/0.85.fc'
= 400/ (0,85. 30)
= 15,686
Rn =


= 0,123 N/mm2
min = 1.4/fy = 1,4/ 400 = 0.0035
max =

)
=

)
= 0.03251
b = 0.75 max
= 0,75 . 0.03251
= 0.0244
186

=

- -


= 0,00031
< min, maka dipakai min
Ast = . b .d
= 0,0035 . 1000. 2241
= 7955,5 mm2
Tulangan terpasang : D32 - 100 mm
Ast =


= 8042,477 mm2
Cek kemampuan nominal :
T = Ast .fy = 8042,477. 400
= 3216990,877 N
a = T/ (0.85 .fc' . b)
= 3216990,877 /( 0,85 . 30. 1000)
= 37,847 mm
Mn = 0,8 . T x ( d- a/2)
187

= 0,8. 3216990,877 x (2241- 37,847/2)
= 5718719926 N-mm
5718719926 > 494388600 N-mm
Mn > Mu terjadi, OK
6.4. Perhitungan Shear Ring, Panjang Penyaluran ke
Struktur Atas, dan Base Plate
Shear ring dipasang dalam tiang pancang untuk
menyatukan bagian beton dan baja yang mempunyai
kemampuan kekuatan tiang menahan gaya tekan maksimum
dan apabila terjadi gaya cabut.
6.4.1. Perhitungan Shear Ring
- Tiang Pancang 609,6
Gaya kerja tekan maksimum ijin tanah yang bekerja
pada tiang pancang C 609,6 mm sebesar 99,48 Ton sehingga
untuk menghitung kekuatan beton adalah dengan cara seperti
dibawah ini :
a) Kontrol kekuatan beton dalam tiang
P
beton dalam tiang
= luas penampang beton x 0,85..fc
= 0,25 x 3,14 x 269334,519 x 0,85 x 0,7 x 30
= 4807621,159 N
P
beton dalam tiang
> P
kerja

Kekuatan shear Ring dengan diameter19 mm
V
sheat ring
= A
penampang shear ring
x
shear ring
x 0,85. .fc
= 3,14x(609,6 (2. 16))x 0,85 x 0,7 x 30
188

= 61,542 Ton
Kekuatan seluruh ring
V
sheat ring
total = n x V
sheat ring

= 2 x 61,542
= 123,083 Ton

Gambar 6.31 Penempatan shear ring D19
b) Kontrol retak balok
Vc = 1/6 (577,6 t x 700) \30 x 0,7 x 2
= 162,34 ton
186,04 > 99,48 Ton OK ( beton tidak retak )
c) Kontrol Kekuatan Las
Direncanakan pakai las E 60 XX
Tegangan ijin tarik las ( oe ) = 460 Mpa
Direncanakan tebal las tebal 8 mm
BASE PLATE 9 MM
SHEAR RING 2 D19
STEEL PILE 609.6 MM
189

Maka kekuatan las tiap ring
= (keliling las x tebal las) x oe
= (577, 6x t x 8) 460
= 677 Ton
Kekuatan las total = 2 x 677
= 1354 Ton
1354 Ton > 99,48 Ton .OK (las kuat)
d) Luas Panjang tulangan dari tiang ke struktur atas
(beton) secara praktis

A
tiang
. fy
tiang
= As . fy
tulangan
Diketahui , (C609,6 mm, t = 16mm)
A
tiang
= 29837.59mm
2

fy
tiang

= 240 Mpa
fy
tulangan

= 400 Mpa
As
perlu
= 29837,590 x 240/400 = 17903 mm
2

Ast
pakai
(D32) = 0,25 . 3,14 . 32
2
= 804,248mm
2
Dipasang 24D32 (19302 mm
2
) sengkang D10-100
Panjang penyaluran ( L
db
)
Nilai yang diperhitungkan untuk panjang penyaluran
dalam tarikan yaitu dihitung sesuai persamaan 2-68
sebagai berikut:
190


= 584,237 mm
Dan tidak boleh kurang dari :
0,04. db. fy = 0,04. 32 .400 = 512 mm
Panjang penyaluran dasar harus dikalikan dengan faktor yang
berlaku untuk luas tulangan terpasang lebih besar dari luas
tulangan yang diperlukan.
Faktor modifikasi = As
perlu
/ As
terpasang

= 17903/ 19302
= 0,928
Sehingga panjang penyaluran total adalah :
L
db
. Faktor modifikasi = 584,237. 0,928
= 542 mm
Dipakai panjang penyaluran sebesar 550 mm.
Panjang penyaluran dasar tulangan dalam kondisi tarik
dihitung menurut SNI 2847-03-2002 pasal 14.2 :


= 1
191

= 1
= 1
maka panjang penyaluran dasar tulangan adalah :





= 1402 mm
dipakai panjang berkas 1400 mm
e) Base Plate
Base plate digunakan sebagai penahan beton segar saat
pengisiian beton isian tiang. Base plate direncanakan
menggunakan plat baja dengan tebal 9 mm.
Sedangkan untuk menahan base plate digunakan
tulangan pengait yang menahan base plate pada tiang pancang.
Berat yang dipikul oleh base plate :
P = A
base plate
. t . BJ
baja
+ /4 . (0.6906 -(2. 16))
2
. BJ
beton

P = (29837,59. 9. 7,85. 10
-5
) + (29837,59. 2,4. 10
-5
)
= 1,670 Ton
- Perhitungan pengait base plat
2
4
357 , 104
1600
10 . 1.670
mm
P
A = = =
o

Digunakan 4 buah pengait
A
tiap pengait
=
2
089 , 26
4
104,357
mm =

192

mm mm
A
D 0 , 6 763 , 5
14 , 3
089 , 26 . 4 4
~ = = =
t

Dipasang 4 8 mm dan disambung dengan las ukuran 20 x
4 mm.

Gambar 6.32. Panjang Penyaluran Tulangan Tiang
Pancang 609,6 mm
- Tiang Pancang 406,4
Gaya kerja tekan maksimum ijin tanah yang bekerja
pada tiang pancang C 406,4 mm sebesar 19,557 Ton sehingga
untuk menghitung kekuatan beton adalah dengan cara seperti
dibawah ini berdasarkan persamaan 2-64 sampai 2-69 :
f) Kontrol kekuatan beton dalam tiang
P
beton dalam tiang
= luas penampang beton x 0,85..fc
BASE PLATE 9 MM
SHEAR RING 2 D19
SPIRAL 10 - 100
1
0
0
6
0
1
0
0
150
STEEL PILE 609.6 MM
8 (3 D32)
8 (3 D32)
SPIRAL 10 - 100
STEEL PILE 609.6
193

= 0,25 x 3,14 x (406,4-(2.12))
2
x 0,85 x 0,7 x 30
= 2050047,241N
P
beton dalam tiang
> P
kerja

Kekuatan shear Ring dengan diameter19 mm
V
sheat ring
= A
penampang shear ring
x
shear ring
x 0,85. .fc
= 3,14x(406,4 (2. 12))x 0,85 x 0,7 x 30
= 40,744Ton
Kekuatan seluruh ring
V
sheat ring
total = n x V
sheat ring

= 2 x 40,744
= 81,487 Ton
g) Kontrol retak Plat
Vc = 1/6 (344,4 t x 1000) \30 x 0,7 x 2
= 138,28 ton
138,28 > 19,557 Ton OK ( beton tidak retak )
h) Kontrol Kekuatan Las
Direncanakan pakai las E 60 XX
Tegangan ijin tarik las ( oe ) = 460 Mpa
Direncanakan tebal las tebal 8 mm
Maka kekuatan las tiap ring
= (keliling las x tebal las) x oe
194

= (344.4 x t x 8) 460
= 442 Ton
Kekuatan las total = 2 x 442
= 884 Ton
884 Ton > 19,557 Ton .OK (las kuat)
i) Luas Panjang tulangan dari tiang ke struktur atas
(beton) secara praktis

A
tiang
. fy
tiang
= As . fy
tulangan
Diketahui , (C406,4 mm, t = 12 mm)
A
tiang
= 14868,53 mm
2

fy
tiang

= 240 Mpa
fy
tulangan

= 400 Mpa
As
perlu
= 14868,53 x 240/400 = 8921 mm
2

Ast
pakai
(D28) = 0,25 . 3,14 . 28
2
= 615,75 mm
2
Dipasang 15D28 (9236 mm
2
) sengkang D10-100
Panjang penyaluran ( L
db
)
Nilai yang diperhitungkan untuk panjang penyaluran
dalam tarikan yaitu dihitung dengan rumus sebagai
berikut:


195

= 511,208 mm
Dan tidak boleh kurang dari :
0,04. db. fy = 0,04. 28 .400 = 448 mm
Panjang penyaluran dasar harus dikalikan dengan faktor yang
berlaku untuk luas tulangan terpasang lebih besar dari luas
tulangan yang diperlukan.
Faktor modifikasi = As
perlu
/ As
terpasang

= 8921/ 9236
= 0,966
Sehingga panjang penyaluran total adalah :
L
db
. Faktor modifikasi = 511. 0,966
= 494 mm
Dipakai panjang penyaluran sebesar 500 mm.
Panjang penyaluran dasar tulangan dalam kondisi tarik
dihitung menurut SNI 2847-03-2002 pasal 14.2 :


= 1
= 1
= 1
maka panjang penyaluran dasar tulangan adalah :
196





= 1227 mm
dipakai panjang berkas 1400 mm
j) Base Plate
Base plate digunakan sebagai penahan beton segar saat
pengisiian beton isian tiang. Base plate direncanakan
menggunakan plat baja dengan tebal 9 mm.
Sedangkan untuk menahan base plate digunakan
tulangan pengait yang menahan base plate pada tiang pancang.
Berat yang dipikul oleh base plate :
P = A
base plate
. t . BJ
baja
+ /4 . (0.6906 -(2. 16))
2
. BJ
beton

P = (114848,585. 9. 7,85. 10
-5
) + (114848,585. 2,4. 10
-5
)
= 0,739 Ton
Perhitungan pengait base plat
2
4
189 , 46
1600
10 . 0,739
mm
P
A = = =
o

Digunakan 4 buah pengait
A
tiap pengait
=
2
547 , 11
4
46,189
mm =

mm mm
A
D 0 , 4 834 , 3
14 , 3
457 , 11 . 4 4
~ = = =
t

197

Dipasang 4 8 mm dan disambung dengan las ukuran 20 x
4 mm.
6.5 Perhitungan Daya Dukung Struktur Bawah
6.5.1 Daya Dukung Batas Pondasi
Daya dukung batas atas atau atau daya dukung ijin
pondasi dianalisa berdasarkan 2 kondisi yaitu daya dukung
batas atas akibat beban vertikal dan daya dukung batas akibat
beban horisontal.
6.5.1.1 Daya Dukung Batas Atas akibat Beban Vertikal
Dari hasil penyelidikan lapangan dan laboratorium
yang dilakukan oleh badan pemeriksaan tanah diketahui jenis
tanah pada lokasi dermaga rencana dominan lanau berpasir.
Adapun langkah-langkah perhitungan daya dukung vertikal
yang bekerja pada tiang pancang diuraikan dibawah ini.
6.5.1.1.1 Tiang Diameter 609,6 mm
- Menentukan panjang ekivalen penetrasi tiang
Tabel 6.5 Tabel Nilai SPT dan Jenis Tanah Lokasi Dermaga







198

Depth Deskripsi
N SPT
(blows/
15 cm)
0
Lempung lunak
0
2 1
4 1
6
Silt sedikit berpasir
2
8 3
10
Silt berpasir, keras
10
12 13
14 25
16 32
18 43
Diameter tiang = 609,6 mm
N
ujung tiang
= 32
N rata-rata 4D ke atas dari ujung tiang =
4D = 4. 609,6 = 2,44 m
N
rata-rata
= (32 + 25)/2 = 28,5

= (32 + 28,5)/2 = 30,25


Lalu dicari panjang penetrasi berdasarkan grafik SPT, sehingga
diperoleh nilai panjang penetrasi sepanjang 1 m.
199


Gambar 6.33 Panjang Penetrasi Tiang Pancang 609,6 mm
- Daya dukung ujung tiang
L/D = 1/ 0,6096 = 1.64
Qd/ N = 6,6
Qd = 6,6. 30,25
= 198 t/m2
Qd. A = 198. 0,0298
= 57,917 T
0 10 20 30 40 50
13
25
32
43
12
14
16
18
DEPTH
N- SPT
1PANJANG
PENETRASI
30,25
200


Gambar 6.34 Grafik Nilai qd/N Tiang Pancang 609,6 mm
- Gaya Geser Maksimum Dinding Tiang
Rf = U. li.fi
Rf = U. li.fi
= 3,14. 0,6096. 158,73
= 303,977 T
- Daya Dukung Tiang Ultimate
Daya dukung tiang ultimate dihitung dengan menggunakan
formula :
Ru = qd. A + U. li.fi
= 57,917 + 303,977
= 361,894 T
- Daya Dukung Ijin
5 10 15
10
20
30
40
6,6
1,64
UNTUK TIANG PANCANG
BIASA
UNTUK TIANGBAJA
YANG TERBUKA
UJUNGNYA
L /D
qd/ N
201

Daya dukung ijin tanah diperoleh dengan cara membagi daya
dukung ultimate dengan faktor keamanan (SF), nilai SF
diambil sebesar 2,5 ( SF akibat beban gempa).
Wp = A
penampang
. L. BJ
baja
= 0,0298. 17. 7,85
= 3,98 T
Ra = Ru/SF Wp
= (361,894 /2,5 ) 3,75
= 140,776 T
140,776 > 99,48 T OK













202











Halaman ini sengaja dikosongkan
203

Tabel 6.6 Daya dukung selimut tiang 609,6 mm
KEDALAMAN
TEBAL
LAPISAN
(li)
TANAH
HARGA
N
RATA-
RATA
fi (t/m2) li.fi (t/m)
3 -10.5 7.5 Silt, berlempung berpasir 1.75 1.75 13.125
10.5-17 6.5 Silt, berpasir 22.40 22.40 145.60
158.73

Fi = N, untuk tanah kohesif
= N/5, untuk tanah lepas (loose)




204






Halaman ini sengaja dikosongkan


205

6.5.1.1.2 Tiang Diameter 406,4 mm
- Menentukan panjang ekivalen penetrasi tiang
Tabel 6.7. Tabel Nilai SPT dan Jenis Tanah Lokasi Trestle
Depth Deskripsi
N SPT
(blows/
15 cm)
0
Lempung lunak
0
2 1
4 2
6
Silt sedikit
berlempung sedikit
berpasir
6
8 10
10 15
12
Silt berpasir, keras
25
14 36

Diameter tiang = 406,4 mm
N
ujung tiang
= 36
N rata-rata 4D ke atas dari ujung tiang =
4D = 4. 406,4 = 1, 626 m ~ 2m
N
rata-rata
= (36 + 25)/2 = 30,25

= (32 + 28,5)/2 = 33,25


206
Lalu dicari panjang penetrasi berdasarkan grafik SPT, sehingga
diperoleh nilai panjang penetrasi sepanjang 1 m.

Gambar 6.35 Panjang Penetrasi Tiang Pancang 406,4 mm
- Daya dukung ujung tiang
L/D = 1/ 0,4064 = 2,46
Qd/ N = 9,84
Qd = 9,84. 33,25
= 327,180 t/m2
Qd. A = 327,180. 0,0149
= 42,441 T

0 10 20 30 40 50
12
14
16
18
DEPTH
N- SPT
1
PANJANG
PENETRASI
33,25
207


Gambar 6.36 Grafik qd/N Tiang Pancang 406,4 mm
- Gaya Geser Maksimum Dinding Tiang
Rf = U. li.fi

Rf = U. li.fi
= 3,14. 0,4064. 149,300 = 190,618 T
- Daya Dukung Tiang Ultimate
Daya dukung tiang ultimate dihitung dengan menggunakan
formula :
Ru = qd. A + U. li.fi
= 42,441 + 190,618
= 233,059 T
- Daya Dukung Ijin
9,84
2,46
UNTUK TIANG PANCANG
BIASA
UNTUK TIANGBAJA
YANG TERBUKA
UJUNGNYA
L /D
qd/ N
5 10 15
10
20
30
40
208
Daya dukung ijin tanah diperoleh dengan cara membagi daya
dukung ultimate dengan faktor keamanan (SF), nilai SF
diambil sebesar 2,5 ( SF akibat beban gempa).
Wp = A
penampang
. L. BJ
baja
= 0,0149. 14. 7,85
= 1,634 T
Ra = Ru/SF Wp
= (233,059 /2,5 ) 1,634
= 121,189 T
91,589 > 19,557 T OK

209

Tabel 6.8 Daya dukung selimut tiang 406,4 mm
KEDALAMAN
TEBAL
LAPISAN
(li)
TANAH
HARGA
N
RATA-
RATA
fi (t/m2) li.fi (t/m)
2.5-11 8.5 Silt, berlempung berpasir 6.8 6.8 57.8
11 - 16.0 5 Silt, berpasir 30.33 30.33 151.67
209.47

Fi = N, untuk tanah kohesif
= N/5, untuk tanah lepas (loose)




210







Halaman ini sengaja dikosongkan
211

6.5.1.2 Kapasitas Daya Dukung Horisontal
Daya dukung horisontal dihitung berdasarkan beban
pergeseran normal yang diijinkan pada kepala tiang, yaitu
pergeseran paling maksimum pada ujung tiang. Bila besarnya
pergeseran normal sudah ditetapkan, maka daya dukung
mendatar yang diijinkan dapat ditentukan berdasarkan
Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, Suyono S, Kazuto
Nakazawa, dengan persamaan 2-75 berikut ini :


dengan :
Ha = kapasitas daya dukung horisontal tiang
E = modulus elastisitas bahan
I = momen inersia penampang
= pergeseran normal (diambil sebesar 1 cm)
k = koefisien reaksi tanah dasar
= k
o
. y
-0,5

k
o
= 0,2 E
o
. D
-3/4
( nilai k apabila pergeseran diambil
sebesar 1 cm)
y = besarnya pergeseran yang dicari
E
o
= modulus elastisitas tanah
= 28 N
h = tinggi tiang yang menonjol di atas permukaan tanah


212
=


- Kapasitas Daya Dukung Horisontal Tiang 609,6
E = 2100000 kg/cm
2

Eo = 28 N
= 28 .3
= 84
h = 1020 cm
Pergeseran tiang di dasar pile cap = 1 cm
I = 80642 cm
4

k = (0,2. 84. 60,96
-3/4
). 1
-0.5

= 0,77 kg/cm3
=


= 0,002885



= 4,126 T
H aktual = 2,15 T
4,126 T > 2,15 T (OK)
- Kapasitas Daya Dukung Horisontal Tiang 406,4
E = 2100000 kg/cm
2

213

Eo = 28 N
= 28 .6
= 168
h = 1020 cm
Pergeseran tiang di dasar pile cap = 1 cm
I = 19640 cm
4

k = (0,2. 168. 40,64
-3/4
). 1
-0.5

= 2,09 kg/cm3
=


= 0,004762




= 3,042 T
H aktual = 0,460 T
3,042 T > 0,460 T (OK)

6.5.2 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang
Digunakannya angka keamanan dalam menentukan daya
dukung tiang pancang dimaksudkan untuk mengantisipasi
kesukaran kesukaran dalam menentukan sifat sifat tanah
ditempat dan didekat tiang pancang setelah tiang pancang
tersebut dipancang atau diberlakukan dengan cara lain. Angka
214
keamanan daya dukung tiang pancang menurut Technical
Standards For Port and Harbour Facilities in J apan (1980)
adalah sebagai berikut :
Tabel 6.9. Angka Keamanan Gaya Tekan
Normal (Biasa) 2,5 atau lebih
Selama
Gempa
Bumi
Tiang Pancang Dukung 1,5 atau lebih
Tiang Pancang
Gesekan 2,0 atau lebih

Untuk angka keamanan yang membagi gaya tarik
maksimum tiang pancang adalah sebagai berikut :
Tabel 6.10. Angka Keamanan Gaya Cabut
Normal (Biasa) 3,0 atau lebih
Selama Gempa Bumi 2,5 atau lebih

215


Resume Daya Dukung Tiang Pancang

Tabel 6.11 Resume daya dukung tiang pancang
JENIS TIANG

P TEKAN
TERJADI
KOMBINASI
P TEKAN
IJIN
TANAH (SF
= 2,5)
SF AKTUAL KETERANGAN
DIAMETER
(mm)

Tiang dermaga

609.6 97.059 DL + EQ Y + LL 141.579 3.696 OK
Tiang trestle

609.6 78.746 DL + EQ Y + LL 137.218 4.406 OK
Tiang berthing
dolphin

609.6 48.243 DL + BF 2 141.579 7.436 OK
Tiang mooring
dolphin

406.4 19.557 DL + MF 2H + EY 91.497 11.829 OK


Satuan : Ton (T)
Safety factor = 2.5


216






Halaman ini sengaja dikosongkan
217

6.5.3 Kekuatan Tiang Pancang
Kekuatan tiang menahan beban vertikal dihitung menurut
persamaan 2-80 :

Dengan :
= tegangan ijin baja
N = gaya tekan pada tiang
A = Luas Penampang tiang
adapun kekuatan tiang diuraikan dibawah ini.
- Tiang 609,6

L tiang = 13,115 m

Gambar 6.37 Asumsi Panjang Tekuk Tiang
L
k

=

1
,
2

L
P
H


218
Dengan asumsi perletakan ujung-ujung adalah jepit -
jepit dengan ujung jepit yang satu bertranslasi bebas maka
penjang tekuk adalah 1,2 L.
Sehingga panjang tekuk adalah :
Lk = 1,2 . 13,115
= 15,739 m
r =


= 211 mm
g =



= 111
Faktor kelangsingan penampang :
= Lk/ r
= 15739/211
= 74,561
s = / g
= 74,561/ 111
219

= 0,671
Dengan nilai 0,183 < s< 1, maka nilai dihitung sebagai
berikut :


= 1,530
P tekan ijin =


P tekan ijin (beban tetap) =


= 249,089 T
249,089 T > P tekan terjadi
249,089 T > 99,483 T (OK)
P tekan ijin (beban sementara) =


= 323,815 T
323,815 T > P tekan terjadi
323,815 T > 99,483 T (OK)
- Tiang 406,4
L tiang = 11,85 m
220

Gambar 6.38 Asumsi Panjang Tekuk Tiang
Dengan asumsi perletakan ujung-ujung adalah jepit - jepit
dengan ujung jepit yang satu bertranslasi bebas maka penjang
tekuk adalah 1,2 L.
Sehingga panjang tekuk adalah :
Lk = 1,2 . 12,041
= 14,449 m
Jari-jari inersia :
r =


= 141 mm
L
k

=

1
,
2

L
P
H
221

g =



= 111
Faktor kelangsingan penampang :
= Lk/ r
= 14,449/ 141
= 103,749
s = / g
= 103,749/ 111
= 0.934
Dengan nilai 0,183 < s< 1, maka nilai dihitung sebagai
berikut :
=
= 2,14.
P tekan ijin =
P tekan ijin (beban tetap) =


= 117,452 T
117,452 T > P tekan terjadi
117,452 T > 19,557 T (OK)



222
P tekan ijin (beban sementara) =


= 152,687 T
152,687 T > P tekan terjadi
152,687 T > 19,557 T (OK)






223

RESUME KEKUATAN TIANG PANCANG

Tabel 6.12 Resume Kekuatan Tiang Pancang
JENIS TIANG

DIAMETER
(mm)
P TEKAN
TERJADI
KOMBINASI
P ijin bahan
(beban tetap)
P ijin bahan
(beban
sementara)
Keterangan
Tiang dermaga

609.6 97.059 DL + EQ Y + LL 249.089 323.815 OK
Tiang trestle

609.6 78.746 DL + EQ Y + LL 255.505 332.156 OK
Tiang berthing dolphin

609.6 48.243 DL + BF 2 249.089 323.815 OK
Tiang mooring dolphin

406.4 19.557 DL + MF 2H + EY 117.452 152.687 OK

Satuan : Ton (T)





224







Halaman ini sengaja dikosongkan

You might also like