You are on page 1of 16

Kimia Dasar 06 Reguler

GARAM DAPUR, BAHAN KIMIA MULTI MANFAAT


Problem Based Learning 2

KELOMPOK 4

Faculty of Engineering
7. Defiana Darmastuti (1306367990) 8. Hero Suspadama Budiman (1306368002)

Fakultas Teknik UNIVERSITAS INDONESIA 2013


1

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang . 1.2. Problem Statement ...................................................................................................... 1.3. Informasi Yang Diperlukan ........................................................................................... 3 4 4

BAB 2 ISI 2.1. Pembahasan Isu-isu Pembelajaran .............................................................................. 11

BAB 3 PENUTUP 3.1. Kesimpulan 3.2. Lampiran .......................................................................................... .. ......................................................................................... .. ........................................................................................ ... 15 15

DAFTAR PUSTAKA

. 17

BAB I Pendahuluan

I.I Latar Belakang


Garam merupakan bahan kimia yang sangat banyak manfaatnya dalam kehidupan keseharian. Dari sebuah data penelitian diketahui ada sekitar 14.000 kegunaan dar garam. Bahkan seluruh makhluk hidup membutuhkan baik itu unsur Natrium dan Klorida untuk kehidupan dan kesehatan. Tubuh tida bisa memprodukasi unsur Natrium dan unsur Klorida , maka kedua zat tersebut merupakan suatu nutrisi yang baik bagi tubuh dan banyak manfaatnya bagi tubuh. Dalam suatu survey di Amerika Serikat dalam penggunaan garam. Diketahui bahwa setiap orang Amerika mengkonsumsi 16 ton garam selama hidupnya, 402 pon setahun untuk setiap orang. Hanya sedikit saja dari jumlah yang besar tesebut dikonsumsi sebagai makanan. Dari suatu survey, salah satu penggunaan terbesar dari garam di Amerika Serikat adalah sebagai highway salt. Di negara -negara 4 musim, garam digunakan untuk mencairkan es atau salju di jalan raya ataupun jalan umum lainnya. Saat ini, garam merupakan pencair es jalan raya yang paling efektif, mudah diperoleh, dan ekonomis. Lebih dari 40% garam kering yang dihasilkan di Amerika Serikat digunakan sebagai pencair es. Secara visual, garam tidak jauh berbeda dengan gula, namun apabila kita melarutkan masingmasing garam dan gula dengan air maka ada sesuatu hal yang dapat membedakan, Yakni larutan garam bisa menyalakan sebuah bohlam karena zat listrik Garam paling banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan-bahan kimia. Contoh suatu proyek industry yang menggunakan garam sebagai bahan material adalah industry kertas (pulp) untuk menghasilkan klorin dan soda. Klorin dihasilkan melalui elektrolisis. Arus listrik dialirkan melalui garam NaCl cair menghasilkan klorin dan sebuah ion sodium (Na ) yang dapat bereaksi dengan air di dalam sel elektrolisis menjadi soda kaustik dan gas hidrogen sebagai produk samping.
+

I.2

Problem Statement
a. Secara kimia, apa yang terjadi jika garam ditebarkan di atas es atau salju? Mengapa es mencair setelah berkontak dengan garam? b. Jika kita gunakan garam lain selain garam dapur untuk mencairkan sejumlah tertentu es, bagaimana kuantitas (jumlah) dari garam tersebut dibandingkan dengan garam dapur? Samakah? Jelaskan! c. Jika kita menjerang sejumlah air pada 2 panci yang berbeda, dimana satu panci ditambahkan 100 gram garam dan panci yang lainnya tidak, bagaimana dengan temperatur air pada kedua panci tersebut saat air di panci telah mendidih? Apakah sama atau berbeda? Mengapa? d. Tuliskan persamaan reaksi yang terjadi pada pembuatan klorin e. Jika satu ton garam diproses untuk menghasilkan klorin dan soda kaustik, (i) berapa tekanan gas pada sel elektrolisis setelah reaksi berlangsung sempurna? O Asumsikan bahwa temperatur di dalam sel adalah 25 C. (ii) Berapa tekanan parsial dari hydrogen? (iii) Berapa jumlah kostik soda yang dihasilkan dan berapa air yang dibutuhkan dalam proses ini? f. Jika dua atau lebih gas dicampur, masing-masing gas akan mempunyai tekanan sendiri yang disebut tekanan parsial. Jelaskan mengenai tekanan parsial! g. Bisakah gas membentuk larutan? Apakah yang dimaksud dengan larutan? h. Jika kita mencampur minyak dan air, mereka akan membentuk campuran yang immiscible. Apakah yang dimaksud dengan immiscible? Apakah ada campuran gas yang immiscible? Mengapa?

I.3

Informasi Yang Diperlukan

LARUTAN
1. Sifat Dasar Larutan Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagianbagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol. 2. Kelarutan Sebutir kristal gula pasir merupakan gabungan dari beberapa molekul gula. Jika kristal gula itu dimasukkan ke dalam air, maka molekul-molekul gula akan memisah dari permukaan kristal gula menuju ke dalam air (disebut melarut). Molekul gula itu bergerak secara acak seperti gerakan molekul air, sehingga pada suatu saat dapat menumbuk permukaan kristal gula atau molekul gula yang lain. Sebagian molekul gula akan terikat kembali dengan kristalnya atau saling bergabung dengan molekul gula yang lain sehingga kembali membentuk kristal (mengkristal ulang). Jika laju pelarutan gula sama dengan laju pengkristalan ulang, maka proses itu berada dalam kesetimbangan dan larutannya disebut jenuh. Kristal gula + air larutan gula

Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara solute yang terlarut dan yang tak terlarut. Banyaknya solute yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh

disebut kelarutan (solubility) zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan tak larut (insoluble). Jika jumlah solute yang terlarut kurang dari kelarutannya, maka larutannya disebut tak jenuh (unsaturated). Larutan tak jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh. Jika jumlah solute yang terlarut lebih banyak dari kelarutannya, maka larutannya disebut lewat jenuh (supersaturated). Larutan lewat jenuh lebih pekat daripada larutan jenuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain: 1. Jenis zat terlarut 2. Jenis pelarut 3. Temperatu 4. Tekanan. a. Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like). Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely immiscible). b. Pengaruh Temperatur pada Kelarutan Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936) kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi. c. Pengaruh tekanan pada kelarutan Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut hukum Henry (William Henry: 17741836) massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan pasrsialnya dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air. Gambar 1. Kurva hubungan antara kelarutan beberapa garam dengan temperatur.

3. Konsentrasi Larutan Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah tertentu larutan. Secara fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen) atau ppm (part per million) = bpj (bagian per juta). Dalam kimia, konsentrasi larutan dinyatakan dalam molar (M), molal (m) atau normal (N).

a. Molaritas/Kemolaran (M) : Jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan M=

mol Liter

atau

M=

mmol mL

Jika mol = M=

gram Mr

maka

gr gr 1000 = x Mr x Ltr Mr mL
M=

atau

mgr Mr x mL

Misalnya : Larutan NaOH 1M artinya : dalam 1 liter larutan terdapat NaOH sebanyak 1 mol (40 gram) Ingat : volume pelarut H2O dan zat terlarut NaOH = 1Liter Beberapa jenis larutan pekat yang terdapat di laboratorium seperti asam-asam pekat dan amoniak, selalu dinyatakan dalam persen dan massa jenis, oleh karena itu kita harus menentukan Molaritas larutan tersebut dengan rumus :

Dimana : M = molaritas larutan = massa jenis larutan % massa = kadar Mr = Massa molekul relatif

M=

Pengenceran : Mengubah konsentrasi larutan dari larutan pekat (konsentrasi yang lebih tinggi) menjadi larutan encer (konsentrasi yang lebih rendah) dengan menambahkan sejumlah air Jadi pada pengenceran volume larutan menjadi lebih besar dari volume semula (sebelum pengenceran), sedangkan mol zat terlarut tidak berubah (tetap)

n1 = n2 n1 = mol zat sebelum pengenceran n2 = mol zat sesudah pengenceran jika n1 = M1 . V1 dan n2 = M2 . V2
maka pada pengenceran berlaku : Pencampuran

M1 x V1 = M2 x V2
V2 = V1 + Vair Jadi Volume Air yang ditambahkan = V2 V1

Pencampuran melibatkan dua atau lebih larutan yang sejenis dengan konsentrasi yang berbeda, misalnya pencampuran larutan asam dengan asam lain atau larutan basa dengan basa lain dengan konsentrasi tertentu.

Pada proses pencampuran dari beberapa larutan yang sejenis, konsentrasi akhir larutan dapat ditentukan dengan rumus :

Mc =

V1 M 1 V2 M 2 V3 M 3 .... V1 V2 V3 ....

dimana : Mc = Molaritas campuran V1 = Volume larutan 1 M 1 = Molaritas larutan 1 V2 = Volume larutan ke-2 M2 = Molaritas larutan ke-2 V3 = Volume larutan ke-3 M3 = Molaritas larutan ke-3
dst... b. Molalitas (m)

Kemolalan / molalitas adalah suatu besaran konsentrasi larutan yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1000 gram (1 Kg) pelarut Rumus molalitas Keterangan : m = ( g x 1000 ) g = massa zat terlarut (gram) p = massa pelarut (gram) ( Mr x p ) Mr = Massa molekul relatif d. Fraksi mol: Suatu besaran konsentrasi larutan yang menyatakan perbandingan jumlah zat terlarut dalam jumlah mol larutan. Fraksi mol komponen , dilambangkan dengan adalah jumlah mol komponen dibagi dengan jumlah mol semua komponen dalam larutan. Fraksi mol dari semua komponen adalah 1. Rumus fraksi mol : Keterangan : Xi = fraksi mol zat terlarut ni= mol zat terlarut nj = mol pelarut e. Normalitas (N) Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan. adalah dan seterusnya Jumlah fraksi mol

= = =
4. Daya Hantar Listrik Larutan

= = =

Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dapat bersifat elektrolit atau nonelektrolit. Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan yang bersifat elektrolit. Larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan yang bersifat nonelektrolit. Pada larutan elektrolit, yang menghantarkan arus listrik adalah ion-ion yang terdapat di dalam larutan tersebut. Pada elektroda negatif (katoda) ion positip menangkap elektron (terjadi reaksi reduksi), sedangkan pada elektroda positip (anoda) ion negatif melepaskan elektron (terjadi reaksi oksidasi). Jika di dalam larutan tidak terdapat ion, maka larutan tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik. Senyawa elektrolit adalah senyawa yang jika dilarutkan ke dalam air akan terion (atau

terionisasi). Senyawa elektrolit dapat dibedakan menjadi senyawa elektrolit kuat dan senyawa elektrolit lemah. Senyawa elektrolit kuat adalah senyawa yang di dalam air terion sempurna atau mendekati sempurna, sehingga senyawa tersebut semuanya atau hampir semua berubah menjadi ion. Senyawa yang termasuk senyawa elektrolit kuat adalah: a. Asam kuat, contohnya: HCl, HBr, HI, H2SO4, HNO3, HCLO4 b. Basa kuat, contohnya: NaOH, KOH, Ba(OH)2, Sr(OH)2 c. Garam, contohnya: NaCl, KCl, MgCl2, KNO3, MgSO4 Partikel-partikel yang ada di dalam larutan elektrolit kuat adalah ion-ion yang bergabung dengan molekul air, sehingga larutan tersebut daya hantar listriknya kuat. Hal ini disebabkan karena tidak ada molekul atau partikel lain yang menghalangi gerakan ion-ion untuk menghantarkan arus listrik, sementara molekul-molekul air adalah sebagai media untuk pergerakan ion. Misalnya HCl dilarutkan ke dalam air, maka semua HCl akan bereaksi dengan air dan berubah menjadi ion-ion dengan persamaan reaksi berikut: HCl (q) + H2O Reaksi ini bisa dituliskan HCl(aq) H
+ (aq) +

H3O + Cl(aq)

Cl (a

Senyawa elektrolit lemah adalah senyawa yang di dalam air terion sebagian atau senyawa tersebut hanya sebagian saja yang berubah menjadi ion dan sebagian yang lainnya masih sebagai molekul senyawa yang terlarut. Larutan yang terbentuk daya hantar listriknya lemah atau kurang kuat karena molekul-molekul senyawa (yang tidak terion) dalam larutan tidak dapat menghantarkan listrik, sehingga menghalangi ion-ion yang akan menghantarkan listrik. Senyawa yang termasuk senyawa elektrolit lemah adalah: a. Asam lemah, contohnya: HF, H2S, HCN, H2CO3, HCOOH, CH3COOH b. Basa lemah, contohnya: Fe(OH)3 , Cu(OH)2 , NH3, N2H4, CH3NH2, (CH3)2NH Misalnya CH3COOH dilarutkan ke dalam air, maka sebagian CH3COOH akan terion dengan persamaan reaksi seperti berikut: CH3COOH (s) + H2O ( l ) H3O +
(aq)

CH3COO (aq)

CH3COOH yang terion reaksinya biasa dituliskan: + CH3COOH (aq) H (aq) + CH3COO(aq) Ion-ion yang telah terbentuk sebagian bereaksi kembali membentuk CH3COOH, sehingga dikatakan CH3COOH yang terion hanya sebagian. Reaksinya dapat dituliskan: + CH3COOH (aq) H (aq) + CH3COO (aq) di dalam larutan adalah molekul-molekul senyawa + CH3COOH yang terlarut dan ion-ion H dan CH3COOH . Molekul senyawa CH3COOH tidak dapat menghantarkan arus listrik, sehinggga akan menjadi penghambat bagi ion-ion H+ dan CH COO untuk
3

Partikel-partikel

yang

ada

menghantarkan arus listrik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa larutan elektrolit lemah daya hantar listriknya kurang kuat. Senyawa nonelektrolit adalah senyawa yang di dalam air tidak terion, sehingga partikel-partikel yang ada di dalam larutan adalah molekul-molekul senyawa yang terlarut. Dalam larutan tidak terdapat ion, sehingga larutan tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik. Kecuali asam atau basa, senyawa kovalen adalah senyawa nonelektrolit, contohnya: C6H12O6, CO(NH2)2, CH4,

C3H8, C13H10O. 5. Sifat Koligatif Larutan Non-elektrolit Sifat larutan berbeda dengan sifat pelarut murninya. Terdapat empat sifat fisika yang penting yang besarnya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut tetapi tidak bergantung pada jenis zat terlarutnya. Keempat sifat ini dikenal dengan sifat koligatif larutan. Sifat ini besarnya berbanding lurus dengan jumlah partikel zat terlarut. Sifat koligatif tersebut adalah tekanan uap, titik didih, titik beku, dan tekanan osmosis. Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murninya, berbanding langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut. Larutan yang bisa memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati ideal hanya jika sangat encer. a. Tekanan Uap Larutan Tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarut murninya. Pada larutan ideal, menurut hukum Raoult, tiap komponen dalam suatu larutan melakukan tekanan yang sama dengan fraksi mol kali tekanan uap dari pelarut murni. PA Keterangan: PA XA P0A = XA . P0A

= tekanan uap yang dilakukan oleh komponen A dalam larutan. = fraksi mol komponen A. =tekanan uap zat murni A.

Dalam larutan yang mengandung zat terlarut yang tidak mudah menguap (tak-atsiri atau nonvolatile), tekanan uap hanya disebabkan oleh pelarut, sehingga PA dapat dianggap sebagai tekanan uap pelarut maupun tekanan uap larutan. b. Titik Didih Larutan Titik didih larutan bergantung pada kemudahan zat terlarutnya menguap. Jika zat terlarutnya lebih mudah menguap daripada pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih rendah), maka titik didih larutan menjadi lebih rendah dari titik didih pelarutnya, atau dikatakan titik didih larutan turun. Contohnya larutan etil alkohol dalam air titik didihnya lebih rendah dari 100 C tetapi lebih tinggi dari 78,3 C (titik didih etil alkohol 78,3 C dan titik didih air 100 C). Jika zat terlarutnya tidak mudah menguap (tak-atsiri atau nonvolatile) daripada pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih tinggi), maka titik didih larutan menjadi lebih tinggi dari titik didih pelarutnya, atau dikatakan titik didih larutan naik. Pada contoh larutan etil alkohol dalam air tersebut, jika dianggap pelarutnya adalah etil alkohol, maka titik didih larutan juga naik. Kenaikan titik didih larutan disebabkan oleh turunnya tekanan uap larutan. Berdasar hukum sifat koligatif larutan, kenaikan titik didih larutan dari titik didih pelarut murninya berbanding lurus dengan molalitas larutan. tb = kb . m tb = kenaikan titik didih larutan. kb = kenaikan titik didih molal pelarut. m = konsentrasi larutan dalam molal.

c. Titik Beku Larutan Penurunan tekanan uap larutan menyebabkan titik beku larutan menjadi lebih rendah dari titik beku pelarut murninya. Hukum sifat koligatif untuk penurunan titik beku larutan berlaku pada larutan dengan zat terlarut atsiri (volatile) maupun tak-atsiri (nonvolatile). Berdasar hukum tersebut, penurunan titik beku larutan dari titik beku pelarut murninya berbanding lurus dengan molalitas larutan. tf = kf . m tf kf . Besarnya tetapan titik didih molal (k b) dan titik beku molal (kf) beberapa pelarut adalah = penurunan titik beku larutan. = penurunan titik beku molal pelarut m = konsentrasi larutan dalam molal

seperti pada tabel berikut:

Pelarut Air Asam asetat Benzena Kamfor Nitrobenzena Fenol

Titik beku ( C) 0,0 16,6 5,50 179,8 5,7 40,90

kf ( C /m) 1,86 3,9 4,9 39,7 7,0 7,4

Titik didih ( C) 100,0 117,9 80,1 207,42 210,8 181,75

kb ( C /m) 0,512 3,07 2,53 5,61 5,24 3,56

Tabel 2. Tetapan titik beku molal dan titik didih molal beberapa pelarut. d. Tekanan Osmose Larutan Peristiwa lewatnya molekul pelarut menembus membran semipermeabel dan masuk ke dalam larutan disebut osmose. Tekanan osmose larutan adalah tekanan yang harus diberikan pada larutan untuk mencegah terjadinya osmose (pada tekanan 1 atm) ke dalam larutan tersebut. Hampir mirip dengan tekanan pada gas ideal, pada larutan ideal, besarnya tekanan osmose berbanding lurus dengan konsentrasi zat terlarut. .

= tekanan osmose (atm). n = jumlah mol zat terlarut (mol). R = tetapan gas ideal = 0,08206 L.atm/mol.K T = suhu larutan (K). V = volume larutan (L). M = molaritas (M = mol/L). Jika tekanan yang diberikan pada larutan lebih besar dari tekanan osmose, maka pelarut murni akan keluar dari larutan melewati membran semipermeabel. Peristiwa ini disebut osmose balik (reverse osmosis), misalnya pada proses pengolahan untuk memperoleh air tawar dari air laut. 6. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit Larutan elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih besar dari hasil perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit di atas. Perbandingan antara sifat koligatif larutan elektrolit yang terlihat dan hasil perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit, menurut Van't Hoff besarnya selalu tetap dan diberi simbul i (i = tetapan atau faktor Van't Hoff ). Dengan demikian dapat dituliskan: sifat koligatif larutan elktrolit dengan konsentrasi m sifat koligatif larutan nonelektrolit dengan konsentrasi m Semakin kecil konsentrasi larutan elektrolit, harga i semakin besar, yaitu semakin mendekati jumlah ion yang dihasilkan oleh satu molekul senyawa elektrolitnya. Untuk larutan encer, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang dari 0,001 m, harga i dianggap sama dengan jumlah ion. Larutan NaCl KCl K2SO4 H2SO4 HCl 0,1 m 1,87 1,86 2,46 2,22 1,91 0,05 m 1,89 1,88 2,57 2,32 1,92 0,01 m 1,93 1,94 2,77 2,59 1,97 0,005 m 1,94 1,96 2,86 2,72 1,99 Jumlah ion 2 2 3 3 2

i=

Tabel 3. Harga i untuk beberapa larutan elektrolit Ionisasi senyawa KCl dan K2SO4 adalah seperti berikut: KCl (aq) K+ (aq) + Cl (aq) + K2SO4 (aq) 2K (aq) + SO42 (aq)

; jumlah ion = 1 + 1 = 2 ; jumlah ion = 2 + 1 = 3

Empat macam sifat koligatif larutan elektrolit adalah: a. Penurunan tekanan uap, P = i.P0.XA b. Kenaikan titik didih, tb = i.kb.m c. Penurunan titik beku, tf = i.kf.m

Elektrolisis
Natrium hidroksida merupakan nama lain dari caustic soda, coustic soda biasa diproduksi secara komersial melalui dua metode dasar yaitu sel elektrolisis dan proses kimia. Kebanyakan produk soda kaustik dihasilkan dari sel elektrolitik. Bahan baku proses pembuatan caustic soda adalah garam, air, dan listrik. Soda kaustik atau soda api atau natrium hidroksida sering digunakan di industri deterjen sebagai penambah sifat alkalinitas karena sifatnya yang basa kuat. Produksi soda kaustik dengan cara elektrolitik sudah dikenal pada abad ke delapan belas, tetapi barulah pada tahun 1890 soda kaustik diproduksi dengan cara lain. Sampai beberapa tahun sebelum perang dunia I, kuantitas soda kaustik yang dihasilkan sebagai koproduk klordari proses elektrolitik sudah boleh dikatakan dapat diabaikan bila dibanding dengan yang dibuat dari soda abu dengan kaustisasi gamping. Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia. Komponen yang terpenting dari proses elektrolisis ini adalah elektrode dan larutan elektrolit. Elektroda yang digunakan dalam proses elektolisis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 1. Elektroda inert, seperti kalsium (Ca), potasium, grafit (C), Platina (Pt), dan emas (Au). 2. Elektroda aktif, seperti seng (Zn), tembaga (Cu), dan perak (Ag). Elektrolitnya dapat berupa larutan berupa asam, basa, atau garam, dapat pula leburan garam halida atau leburan oksida. Kombinasi antara larutan elektrolit dan elektrode menghasilkan tiga kategori penting elektrolisis, yaitu: a. Elektrolisis larutan dengan elektrode inert b. Elektrolisis larutan dengan elektrode aktif c. Elektrolisis leburan dengan elektrode inert Pada elektrolisis, katode merupakan kutub negatif dan anode merupakan kutub positif. Pada katode akan terjadi reaksi reduksi dan pada anode terjadi reaksi oksidasi. Elektrolisis berperan penting dalam industri manufaktur danpemurnian zat kimia. Beberapa zat kimia yang dapat diperoleh dengan proses elektrolisis adalah natrium, kalsium, magnesium, aluminium, tembaga, seng, perak, hidrogen, klor, fluor, natrium hidroksida, kalium dikromat, dan kalium permanganat. Salah satu proses elektrolisis yang penting untuk keperluan komersial adalah elektrolisis larutan natrium klorida. Proses elektrolisis larutan natrium klorida disebut proses klor-alkali. Elektrolisis larutan NaCl menghasilkan natrium hidroksida di katode dan gas klor di anode. Reaksi secara keseluruhan sebagai berikut. 2 Na
+ (aq)

+ 2 Cl

(aq)

2 Na

(aq) +

2OH

(aq) +

H2(g) + Cl2(g)

BAB 2 ISI
a. Pada saat es diberi garam, maka lapisan air yang berada dalam bentuk cair yang ada di permukaan es akan melarutkan garam. Hal tersebut akan memengaruhi lapisan-lapisan air berikutnya, sehingga pada saat itu titik beku air akan menurun dari 0 derajat Celsius atau dari 32 derajat Fahrenheit menjadi 20 derajat Fahrenheit. Jadi, pada ruang dengan temperature 0 derajat Celsius, air yang telah bercampur dengan garam tidak lagi membeku dan es akan mencair. Penurunan titik beku air dari 32 derajat Fahrenheit menjadi 20 derajat Fahrenheit disebut dengan sifat koligatif larutan. Percobaan di laboratorium dengan kondisi yang terkontrol bahkan menunjukkan bahwa larutan garam akan membeku pada temperatur -6 derajat Fahrenheit. b. Berbeda karena jika saya mengambil contoh perbandingan penurunan titik beku antara garam dapur NaCl dengan CaCl2 massa yang sama Berikut perbandingannya: NaCl Na + Cl
+ -

= = = = = =
2+ -

= = =

CaCl2

Ca +2Cl = = = =

= =

= 0 - 1,56 = Perbandingan yang di dapat = =

Maka dapat dinyatakan bahwa Bila menggunakan molal yang sama antara NaCl dan CaCl2 untuk mencairkan salju dalam jumlah atau kuantitas yang sama maka kita diperkirakan massa antara 58,5 gram untuk NaCl akan mendapat perbandingan

dan CaCl2 sebanyak 111 gram, sehingga dapat lebih sedikit dapat lebih cepat

dinyatakan bahwa garam dapur dalam jumlah yang mencairkan salju

12

c.

Berbeda, karena ketika penambahan NaCl pada air yang mendidih terjadi penurunan tekanan uap, sehingga larutan tersebut yang mendidih menjadi idak mendidih. Kemdian untuk menaikan tekanan uap maka suhu larutan harus dinaikan dengan cara pemanasan kembali untuk beberapa sesaat. Setelah larutan NaCl mendidi maka yang terjadi suhunya akan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan Suhu larutan pada panci yang tidak ada penambahan garam.

d.

Persamaan reaksi dari elektrolisis larutan NaCl

NaCl Katoda (-) : 2H2O(aq)+2 eAnoda(+) : 2Cl-(aq) 2H2O(l)+2ClSecara lengkap reaksi yang terjadi

Na+ (aq) + Cl- (aq) 2OH-(aq)+H2(g) Cl2(g) + 2e+

2OH-(aq)+H2(g ) +Cl2(aq)

2H2O(l)+NaCl(aq)

2NaOH(aq) +H2(g) +Cl2

e. (i). NaCl Na + Cl
+ -

Persamaan reaksi: 2H2O + 2NaCl 2NaOH + H2 +Cl2

1 ton=1000.000 gram Mol NaCl= Mol NaOH Mol Cl2 dan H2 = = mol

STP= n x 22,4 RTP= n x 24,4

V Hidrogen saat suhu 25 = Mol H2 x 24,4 = 8547 mol x 24,4 = 208,546. 8 L

= =

= = 1atm

13

(II). NaCl

2NaOH+ H2O

Kp = [H2] [Cl2] Tekanan Total = H2 + Cl2 =1

P H2 =

total

= 0,5 atm (tekanan parsian Hidrogen)


(III). Jumlah Gram Soda Kaustik dan Volume air Gram NaOH=

= 17094 mol x 40 = 68376 gram (jumlah soda kaustik)

karena

= Mol NaCl

Mol H2O

= 17094 mol 17094 mol

Volume air (H2O) = 17094 mol x 24,4 =417.093,6 Liter

f.

Penjelasan Mengenai Tekanan Parsial

Tekanan parsial adalah tekanan yang akan diberikan oleh gas tertentu dalam campuran seandainya gas tersebut sepenuhnya mengisi wadah. Dalton meyatakan hukum tekanan parsial yang menyatakan tekanan total P gas sama dengan jumlah tekanan parsial kedua gas. Jadi, P = pA + pB = (nA + nB)RT/V Hukum ini mengindikasikan bahwa dalam campuran gas masing-masing komponen memberikan tekanan yang independen satu sama lain. Walaupun ada beberapa gas dalam wadah yang sama, tekanan yang diberikan masing-masing tidak dipengaruhi oleh kehadiran gas lain. Bila fraksi molar gas A, xA, dalam campuran xA = nA/(nA + nB), maka pA dapat juga dinyatakan dengan xA. pA = [nA/(nA + nB)]P Dengan kata lain, tekanan parsial setiap komponen gas adalah hasil kali fraksi mol, xA, dan tekanan total P.

g. Ya, Sebuah gas bisa menajdi sebuah larutan, Jika dua buah gas bercampur secara homogen, maka gas tersebut akan membentuk larutan yang dinamakan larutan gas

14

Definisi Larutan: campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik.

h.

Immiscible: Tidak Bercampur, ada sebuah gas yang immiscible karena bila diketahui adanya perbedaan massa jenis antar gas. Misalnya Gas sarin memiliki massa jenis yang lebih ringan dbandingkan dengan oksigen sehingga posisinya diatas

BAB 3 PENUTUP

a. Kesimpulan 1. Sifat koligatif suatu larutan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu


1. 2. 3. 4. 2 penurunan tekanan uap (P), kenaikan titik didih (T b), penurunan titik beku (Tf) dan tekanan osmotic ().

Sifat-sifat koligatif larutan banyak berpengaruh dan manfaat pada kehidupan keseharian kita.

3. Garam memiliki banyak kemanfaatan dan keuntunganbagi kehidupan masyarakat 4. Klorin dihasilkan melalui elektrolisis. Arus listrik dialirkan melalui garam NaCl cair menghasilkan klorin dan sebuah ion sodium (Na+) yang dapat bereaksi dengan air di dalam sel elektrolisis menjadi soda kaustik dan gas hidrogen sebagai produk samping.

b. Lampiran (peta konsep koligatif dan Elektrolisi berada pada halaman setelah ini)

15

Daftar Pustaka

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/sifat-koligatif-dankoloid/tekanan-osmotik/ http://www.ausetute.com.au/chloralkali.html http://www.chemistry.mcmaster.ca/~aph/chem1a3/lectures/lec12/sld018.html http://www.britannica.com/EBchecked/topic/343026/liquid/51898/Colligativeproperties

16

You might also like