You are on page 1of 14

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada ALLAH SWT, karena atas rahmat dan
hidayah_NYA penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini dilakukan
dengan tujuan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik stase obstetric dan ginekologi yang
berjudul Peran RSUD Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensy Komprehensif (PONEK)
dalam meningkatkan kapasitas PONEK menuju akselerasi angka kematian bayi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, diantaranya:
1. Dr. Eva selaku pembimbing
2. Dan teman-teman yang sudah membantu dalam penyelessaian makalah ini
Bila terdapat kesalahan dalam penyusunan dan penulisan makalah ini,penulis mohon
maaf. Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan penulisan yang
akan datang.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
bagi penulis pada khususnya.

Cianjur, November 2013

Penulis














DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR......................................... i
DAFTAR ISI ii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.. 1
1.2 Tujuan Penulisan .. 1
1.3 Ruang Lingkup.. 2

BAB II. TINJAUAN MATERI
2.1 Definisi... 4
2.2 Epidimiologi... 4
2.3 Etiologi... 5
2.4 Patogenesis. 5
2.5 Manifestasi Klinis.. 6
2.6 Gambaran dan Gejala Klinis.. 6
2.7 Pengaruh Terhadap Kehamilan.......... 10
2.8 Diagnosis............ 11
2.8 Diagnosis Banding... 14
2.9 Pengobatan......... 15

BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan. 17
3.2 Saran... 18

DAFTAR PUSTAKA.......... 19



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Seperti kita ketahui bahwa angka kematiaan ibu (AKI) dan Agka kematian Neonatal.
(AKN) di indonesia masih tertinggi di negara ASEAN dan Penurunannya sangat lambat. AKI
248/100.000 kelahiran hidup (SDKI 2007) dan untuk AKN 26,9/1000 kelahiran hidup (SDKI
2007) seharusnya sesuai dengan rencana Strategis Depkes tahun 2005-2009 telah ditetapkan
target penurunan angka kematian bayi dari 35 menjadi 26/1000 kelahiran hidup dan angka
kematian ibu dari 307 menjadi 226/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009.
Berdasarkan data PONEK RSUD Cianjur
Pada konfrensi tingkat tinggi PBB tahun 2000 di sepakati bahwa terdapat * tujuan
pembangunan millenium ( Millenium Development Goals) Pada tahun 2015. 2 diantara tujuan
tersebut mempunyai sasaran dan indikator yang terkait dengan kesehatan ibu, bayi dan anak
yaitu :
1.` Mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari AKB pada
tahun 1990 menjadi 20 dari 25/1000 kelahiran hidup.
2. Mengurang angka kematian ibu sebesar 3per4 dari AKI pada tahun 1990 dari 307
menjadi 125/100.00 kelahiran hidup

Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi, namun tetap dapat dicapai apabila
dilakukan upaya terobosan yang inovatif untuk mengatasi penyebab utama kematian tersebut
yang didukung kebijakan dan sistem yang efektif dalam mengatasi berbagai kendaa yang timbul
selama ini.
Kematian BBL umumnya dapat dihindari penyebabnya seperti BBLR (40,4%), asfiksia
(26,6%) dan infeksi (sekitar 10%). Hali tersebut merujuk dan mengobati . Sedangkan kematian
ibu umumnya disebabkan perdarahan (25%), infeksi (15%), preeklampsi/eklampsi (15%),
persalinan macet dan abortus. Mengingat kematian bayi berhubungan erat dengan mutu
penangan ibu, maka pross persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam sistem terpadu
ditingkat nasional dan regional
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi
ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam benuk Pelayanan Obstetri Nenatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) di Runah Sakit dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) di tingkat Puskesmas.
Rumah Sakit PONEK 24 Jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam pelayanan
kedaruratandalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam menurunkan angka
kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adaah ketersedian tenaga
kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana dan manajemen yang handal.
Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan memerlukan
pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan perilaku
dalam pelayanan kepada pasien.
Pada tahun 2005 telah dilakukan penyusunan buku pedoman manajemen
penyelenggaraan PONEK 24 jam di Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang melibatkan Departemen
Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan sektor terkait lainnya. Telah pila dilakukan bimbingan
teknis tentang manajemen PONEK 24 jam di RS Kabupaten/Kotapada pada RSUD di 4 propinsi
(Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur)untuk mempersiapkan
penyelenggaraan PONEK 24 jam.
Pada tahun 2006 dilanjutkan dengan penyelenggaraan Lokakarya Upaya Peningkatan
Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak melalui Strategi Making Pregnancy Safer (MPS) yang melibatkan
12 propinsi melipui 6 propinsi wilayah Timur dengan AKI dan AKB tertinggi (NTB, Kalimantan
Timur, Sulawesi Tengah, Maluku, dan Papua), dengan melibatkan JPNK-KR, POGI dan IDAI,
dalam rangka mendukung pelaaksanaan program PONEK di RSU Kabupaten/Kota yang
merupakan target UKP Departemen KesehatannRI, yaitu 75% RS Kabupaten menyelenggarakan
PONEK pada tahun 2009.
Pelaksanaan yang sangat bermanfaat tersebut mendaptkna respon yang sangat besar
terutama dari Wilayah Timur karena hampir 15 tahun bidan dan perawat tidak pernah
mendapatkan elatihan kedaruratan maternal dan neonatal. Pelatihan tersebut akan dilanjutkan
dengan kegiatan On The Job Training (OJT) di masing-masing RS yang dilatih yang semula
direncanakan 3 (tiga) tahap menjadi 1 (satu) tahap akibat keterbatasan dana.
Sebagai tindak lanjut perlu dilakukan pelatihan serupa pada tahap berikutnya di propinsi
lainnyahingga tahun 2009 untuk meningkatkan ketrampilan bag tim PONEK di RS
Kabupaten/Kota (Dsp. Anak, Dsp. Kebidanan dan Kandungan, Bidan dan Perawat) dalam rangka
mendukung pelaksanaan program PONEK di RSU Ksbupaten/Kotayang merupakan target UKP
Departemen Kesehatan sebesar 75% pada tahun 2009 dengan melibatkan JNPK-KR, POGI,
IDAI.
Diaharapkan dari dua tahap Pelatihan PONEK tersebut dihasilkan para pelatih regional
yang mampu menjadi pelatih tim PONEK Rumah Sakit yang belum dilatih dapat cepat
bertambah dengan dukungan dana dekonsentrasi pemerintah daerah untuk akselerasi pencapaian
target 2009 tersebut.
Selanjutnya diharapakn Pedoman Penyelenggaraan PONEK di Rumah Sakit ini dapat
dijadikan panduan bagi Tim PONEK RS dalam pelaksanaan program PONEK di RS
Kabupaten/Kotaserta bagi Dinas Kesehtan Propinsi/Kabupaten/Kota dapat dipergunakan untuk
menurunkan Angaka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dinwilayah
kerjanya.

















BAB II
TINJAUAN MATERI
A. Definisi
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif dilaksanakan di rumah sakit dengan
kemampuan untuk memberikan pelayanan 24 jam. Kesiapan sarana rumah sakit meliputi ruang kebidanan
dengan fasilitas gawat darurat untuk memberikan pelayanan terhadap kasus kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal, neonatal risiko tinggi, pelayanan transfusi darah, tindakan operasi seksio sesaria. Rumah sakit
PONEK menerima rujukan dari puskesmas PONED apabila terdapat kasus kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal yang memerlukan penanganan seksio sesarea dan pemberian transfusi darah.
B. Peningkatan sarana prasarana dan pengadaan peralatan kesehatan untuk
program ponek di rumah sakit

1. Persyaratan umum
a. Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergensi baik secara
umum maupun emergency obstetrik - neonatal.
b. Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim PONEK di rumah sakit
meliputi resusitasi neonatus, kegawat-daruratan obstetrik dan neonatus.
c. Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan operasi, bila ada
kasus emergensi obstetrik atau umum.
d. Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara lain dokter
kebidanan, dokter anak, dokter / petugas anestesi, dokter penyakit dalam, dokter
spesialis lain serta dokter umum, bidan dan perawat.
e. Tersedia pelayanan darah yang siap 24 jam.
f. Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu.

2. Persyaratan Teknis
a. Peningkatan Sarana dan Prasarana
1) Rancangan denah dan tata ruang maternal dan neonatal harus memenuhi beberapa
persyaratan teknis sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam di
Rumah Sakit.
2) Persyaratan yang harus diperhatikan:
a) Ruang Maternal
(1) Kamar bersalin:
(a) Lokasi berdekatan dengan kamar operasi dan IGD.
(b) Luas minimal 6 m2 per orang.
(c) Paling kecil, ruangan berukuran 12 m2.
(d) Harus ada tempat untuk isolasi ibu di tempat terpisah.
(e) Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir.
(f) Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang.
(g) Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan tidak
melintas pada ruang bersalin.
(h) Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit umum.
(i) Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk
memudahkan transportasi bayi dengan komplikasi ke ruang rawat.
(j) Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit terintegrasi: kala 1, kala 2
dan kala 3 yang berarti setiap pasien diperlakukan utuh sampai kala 4
bagi ibu bersama bayinya secara privasi. Bila tidak memungkinkan,
maka diperlukan dua kamar kala 1 dan sebuah kamar kala 2.
(k) Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse station)
agar memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum
dibawa ke ruang rawat (post partum). Selanjutnya bila diperlukan
operasi, pasien akan dibawa ke kamar operasi yang berdekatan dengan
kamar bersalin.
(l) Harus ada kamar mandi/toilet yang berhubungan dengan kamar bersalin.

(m) Ruang postpartum harus cukup luas, standar 8 m2 per tempat tidur (bed).
(n) Ruang tersebut terpisah dari fasilitas: toilet, kloset, lemari.
(o) Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat tidur minimal 1
meter.
(p) Jumlah tempat tidur per ruangan maksimum 4 buah.
(q) Tiap ruangan harus mempunyai jendela sehingga cahaya dan udara cukup.
(r) Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan.
(s) Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi tanpa ke koridor.
(t) Kamar periksa/diagnostik harus mempunyai luas sekurang-kurangnya 11 m2
dan berisi: tempat tidur pasien/obsgin, kursi pemeriksa, lampu sorot, troli alat,
lemari obat kecil, USG mobile dan troli emergensi
(u) Ada ruang perawat (nurse station).
(v) Ruang isolasi bagi kasus infeksi perlu disediakan seperti pada kamar bersalin.
(w) Ruang tindakan operasi/kecil darurat/one day care: untuk kuret, penjahitan dan
sebagainya.
(x) Ruang tunggu bagi keluarga pasien.

(2) Unit Perawatan Intensif/Eklampsia/Sepsis
(a) Unit ini harus berada di samping ruang bersalin, atau setidaknya jauh dari area
yang sering dilalui.
(b) Paling kecil, ruangan berukuran 18 m2.
(c) Di ruang dengan beberapa tempat tidur, sedikitnya ada jarak antara ranjang satu
dengan ranjang lainnya.
(d) Ruangan harus dilengkapi paling sedikit enam steker listrik yang dipasang
dengan tepat untuk peralatan listrik.

b) Ruangan Neonatal
(1) Unit Perawatan Intensif
(a) Unit ini harus berada di samping ruang bersalin atau setidaknya jauh dari
area yang sering dilalui.
(b) Minimal ruangan berukuran 18 m2.
(c) Di ruangan dengan beberapa tempat tidur sedikitnya ada jarak antar
ranjang.
(d) Harus ada tempat untuk isolasi bayi di area terpisah.
(e) Ruang harus dilengkapi paling sedikit 6 steker yang dipasang dengan
tepat untuk peralatan listrik.

(2) Unit Perawatan Khusus
(a) Unit ini harus berada di samping ruang bersalin atau setidaknya jauh dari
area yang sering dilalui.
(b) Minimal ruangan berukuran 12 m2.
(c) Harus ada tempat untuk isolasi bayi di tempat terpisah.
(d) Paling sedikit harus ada jarak antara inkubator dengan tempat tidur bayi.
(3) Area laktasi.
Minimal ruangan berukuran 6 m2.
(4) Area pencucian incubator.
Minimal ruangan berukuran 6-8 m2.

Dalam rangka penyelenggaraan PONEK, perlu mempertimbangkan kebutuhan bagi laki-laki dan
perempuan, antara lain:
1. Adanya pemisahan visual antara ruang bersalin satu dengan yang lainnya.
2. Sarana, prasarana dan peralatan yang ada harus mempertimbangkan ergonomis dan
kemudahan aksesibilitas bagi ibu hamil

b. Jenis Peralatan PONEK
1) PERALATAN NEONATAL

2) Peralatan Maternal








B. Penyiapan Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas
Penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi di suatu wilayah, harus melibatkan semua jenjang yang
ada dan memperhitungkan ketersediaan dana atau sumberdaya yang tersedia. Penyiapan fasilitas
pelayanan meliputi:

Penyiapan dan melengkapi sarana pelayanan di RSU dan Puskesmas, termasuk pasokan
peralatan dan instrumen untuk menyelenggarakan program MPS
Menggalang kesepakatan dan menyepakati peran dari setiap unsur yang terlibat
Penyiapan Sistem dan Mekanisme Kerja (termasuk Prosedur Pelaksanaan Baku) di sarana
pelayanan tingkat di Provinsi (Penyiapan Rumah Sakit Provinsi sebagai Pusat Rujukan dan
Pelatihan Tingkat Provinsi)
Standardisasi Keterampilan Klinik untuk penyediaan pelayanan (Rumah Sakit) dan Pelatihan
Klinik (P2KS)

Dengan demikian, untuk menjamin kelancaran proses dan kualitas pelayanan, diperlukan kordinasi antar
departemen atau unit terkait. Yang harus diperhatikan dalam kordinasi internal adalah:
Peralatan dan medikamentosa
Kondisi pelayanan dan sumberdaya yang tersedia
Kebutuhan peralatan dan bahan
Jumlah peralatan dan kebutuhan pasokan
Pengawasan dan pemeliharaan
Kebijakan dan prosedur pengelolaan peralatan dan bahan yang diperlukan
C. Pengembangan keterampilan melalui pelatihan klinik

Pelatihan klinik merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku esensial
bagi petuga kesehatan agar mampu untuk memberikan pelayanan standar atau berkualitas. Untuk
pelatihan standardisasi manajemen klinik atau keterampilan klinik dapat dilakukan langkah-langkah
berikut:

Lakukan analisis dan seleksi faslitas kesehatan yang petugasnya perlu mendapat pelatihan
atau perbaikan kapasitas teknis
Mintakan penilaian dari P2KS/P2KP terhadap pemenuhan kriteria dan peluang untuk
perbaikan kinerja pascapelatihan
Kordinasi dengan P2KS/P2KP untuk menentukan jenis (lihat tabel 5 tentang jenis dan
jenjang fasilitas pelayanan) dan waktu pelatihan untuk perbaikan kinerja
Pastikan biaya pelatihan telah sesuai dengan standar biaya pelatihan JNPK dan tentukan
ketersediaan dan sumber dari dana pelatihan
Laksanaan pelatihan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati dan lakukan
pemantauan/penyeliaan kualitas manajemen pelatihan, termasuk fasilitas praktik klinik
untuk pencapaian kompetensi klinik
Mintakan laporan kegiatan pelatihan serta cermati pencapaian tujuan pelatihan
Berkordinasi dengan P2KS/P2KP untuk melakukan penyeliaan fasilitatif pascapelatihyan
dan penentuan kualifikasi petugas kesehatan serta akreditasi teknis fasilitas pelayanan (lihat
formulir 1, 2 dan 3). Sesuai dengan system pemantauan yang disepakati di masing-masing
Kabupaten/Kota, kualifikasi dan akreditasi tersebut dapat dilakukan setahun sekali atau
menggunakan jadwal tertentu lainnya.
Buat ketetapan bahwa hanya tenaga kesehatan dengan kompetensi dan kualifikasi tertentu
yang dapat melakukan pelayanan kesehatan yang ada di dalam menu, intervensi terpadu dan
peraturan perundang-undangan atau regulasi yang ada
Lakukan pemantauan implementasi hasil pelatihan atau praktik terbaik di fasilitas pelayanan
dan mintakan masukan dari pengguna fasilitas tentang perbaikan kualitas pelayanan

D. Bidan Dalam Pelaksanaan PONEK
Bidan ponek harus memiliki kompetensi yang lebih seperti membaca CTG, melakukan pejahitan
perinium hingga Grade 4, melakukan penjahitan robekan portio dan lainya. Namun, tindakan tindakn
ini hanya dapat di lakukan oleh bidan bidan yang berada di ponek dengan pengawasn dan persetujuan
dokter obgyn.
Untuk memiliki kemampuan ini Bidan diharuskan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh
IBI ataupun pelatihan yang diadakan oleh RS itu sendiri. Contohnya Di RS. Fatmawati Jakarta
Selatan yang selalu mengadakan pelatihan-pelatihan untuk bidan-bidan di Jakarta secara periodik dan
intensif. Setelah mengikuti pelatihan Bidan akan mendapatkan sertifikat yang berarti bahwa ia telah
berkompeten dalam mengatasi hal yang akan terjadi.































BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

AKI dan AKN dapat diturunkan dengan deteksi dini ibu hamil dengan resti dan
sistem rujukan yang cepat dan tepat dan penanganan di tempat rujukan yang cepat dan
memadai. Oleh karena itu, selayaknya medis dan paramedis (bidan) di tempat rujukan
harus memiliki kompetensi lebih untuk dapat menangani pasien dengan baik.

You might also like