You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agen termal, kimiawi, atau listrik.
Keparahan luka bakar dikaji dengan menentukan kedalaman cedera luka bakar, persentase area
permukaan tubuh yang terkena, dan keterlibatan bagian tubuh khusus.
Luka bakar secara klasik, dibagi atas derajat satu, derajat dua, dan derajat tiga
1
. Luka derajat satu
hanya mengenai epidermis luar dan tampak sebagai daerah hyperemia dan eritema, sedangkan
luka derajat dua mengenai lapisan epidermis yang lebih dalam dan sebagian dermis disertai
dengan lepuh dan atau edema dan juga basah, dan luka derajat tiga mengenai seluruh bagian
epidermis dan dermis dan biasanya tampak sebagai luka yang kering
1
.
Statistik menunjukan bahwa 60% luka bakar yang terjadi disebabkan karena kecelakaan rumah
tangga, 20% kecelakaan kerja, dan 20% karena sebab-sebab lainnya
2
. Puncak insiden pasien
dengan luka bakar adalah pada kelompok anak-anak usia di bawah 6 tahun, sedangkan puncak
insiden kedua adalah pada kelompok usia 25-35
3
. Insiden luka bakar umumnya terjadi pada
kaum pria dan umumnya lebih sering melibatkan kelompok ekonomi yang kurang beruntung
3
.
Luka bakar mempunyai dampak langsung terhadap perubahan lokal maupun sistemik tubuh yang
tidak terjadi pada luka jenis lain. Pada pasien yang mendapatkan perawatan di rumah sakit
dengan luka bakar memiliki masa perawatan yang lebih panjang dibandingkan dengan pasien
dengan kasus luka lainnya. Hal ini dikarenakan mudahnya terjadi komplikasi berupa terjadinya
infeksi, gagal ginjal, ARDS, multiple organ failure terutama pada luka bakar berat
2
.
Pengetahuan tentang luas permukaan luka bakar amatlah penting, hal ini dikarenakan pokok-
pokok tindakan pertolongan pada luka bakar ialah untuk mencegah atau untuk mengobati syok,
mengurangi rasa sakit, dan mencegah infeksi. Apabila pernafasan buatan diperlukan, maka hal
ini harus dikerjakan terlebih dahulu. Luka bakar harus dirawat secara terpadu dan ketat dari
beberapa disiplin ilmu, di tempat yang mempunyai fasilitas tempat perawatan, laboratorium,
kamar operasi yang memadai, dan tentunya SDM dengan kemampuan dan jumlah yang
memadai
2
.
Perawatan penderita luka bakar mungkin menampilkan banyak tantangan bagi para tenaga
medis, kususnya para dokter. Dengan penerapan prinsip umum perawatan penderita trauma dan
pengetahuan patofisiologi luka bakar, maka terapi dapat dilakukan dengan cara yang rasional dan
tentunya memberikan prognosis yang lebih baik dan maksimal. Oleh sebab itulah referat ini kami
susun, dengan harapan dapat membantu para pembaca, kususnya dari kalangan medis untuk
lebih memahami tentang luka bakar sehingga dapat memberikan terapi pada kasus-kasus luka
bakar secara rasional. Kami juga berharap referat ini dapat menambah wawasan masyarakat
umum tentang luka bakar.













BAB II
ISI

1. Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit terdiri dari 2 lapisan yaitu epidermis dan dermis, yang terletak diatas lemak
subkutan (panniculus adiposus). Epidermis berasal dari ectoderm namun didalamnya terdapat
melanosit dan sel Merkel (neural crest origin), serta Langerhans (bone marrow origin).
Dermis berasal dari mesoderm dan mengandung kolagen, serat elastin, pembuluh darah, dan
fibroblast.Kulit adalah organ dinamis yang selalu berganti dan memiliki siklus tersendiri.
Tergantung kepada lokasi, jenis kelamin, dan usia, kulit memiliki variasi dalam ketebalan.
Kulit paling tebal berada di telapak tangan dan kaki, sementara kulit tertipis ada di lipatan
mata dan telinga belakang.

1.1. Epidermis
Epidermis tidak mengandung pembuluh darah dan bergantung pada dermis untuk
pemberian nutrisi dan pembuangan bahan sisa melalui difusi melalui dermoepidermal
junction. Terdiri dari berlapis epitel berbentuk pipih yang terutama mengandung
keratonosit.
.
Epiodermis memiliki beberapa lapis yaitu stratum germinativum/membrane
basalis, stratum spinosum, stratum granulosum, dan stratum korneum.

1.1.1. Keratinosit
Keratinosit membelah dan berdifensiasi di lapisan membrane basalis dan
semakin lama naik ke lapisan permukaan. Pada stratum korneum, keratinosit
sudah berdifierensiasi sempurna. Keratinosit berfungsi sebagai pelindung dari
lingkungan luar.

1.1.2. Melanosit
Mempunyai fungsi utama untuk menghasilkan pigmen melanin yang
menyerap energi radiasi dan meloindungi kulit dari radiasi ultraviolet. Produksi
melanin dipengaruhi oleh paparan matahari, melanocyte-stimulating hormone
(MSH), adrenocorticotropic hormone (ACTH), estrogen, dan progesterone yang
merangsang produksi melanin.
1.1.3. Langerhans
Ditemukan pada bagian basal, spinous, dan lapisan granulasi epidermis.
Berfungsi sebagai APC (Antigen Presenting Cell).
1.1.4. Merkel
Sel Merkel berfungsi sebagai persepsi dari rangsangan sentuh ringan.

1.2. Dermis
Fungsi utama dermis adalah untuk mempertahankan dan mendukung epidermis.
Dermis dibagi 2 lapisan, yaitu superficial papillary dermis dan deeper reticular dermis.
Dermis papilaris lebih tipis, mengandung jaringan ikat longgar, kapiler, serat elastin,
serat reticuler, dan kolagen. Dermis retikularis mengandung jaringan ikat dengan
pembuluh darah besar serat elastin, dan kolagen.
Fibroblas adalah sel terbanyak di dermis. Sel ini memproduksi prokolagen dan
serat elastin. Prokolagen akan diproses oleh proteolitik untuk menjadi kolagen. Serat
elastin berfungsi untuk menahan tekanan dan mempertahankan bentuk kulit dalam bentuk
istirahat.
Area dari kerusakan kutis dibagi dalam 3 zona, yaitu :
1. Zona koagulasi : area nekrotik dengan kerusakan jaringan yang ireversibel pada saat
perlukaan,
2. Zona statis : area jaringan dengan penurunan perfusi, yang bisa bertahan ataupun menjadi
nekrotik. Pada zona ini, berhubungan dengan kerusakan pembuluh darah,
3. Zona hiperemis : dikarakteristikan dengan vasodilatasi sebagai akibat inflamasi dan tidak
berisiko menjadi nekrosis.

2. Patofisiologi
Luka bakar menyebabkan nekrosis koagulatif dari epidermis dan jaringan dibawahnya.
Derajat kedalaman tergantung pada temperature dan lama kontak. Penyebab luka bakar bisa
karena api, cairan panas, kontak dengan benda panas/dingin, zat kimia, dan aliran listrik.
Tiga penyebab diawal menyebabkan kerusakan seluler dan nekrosis koagulatif. Zat kimia dan
listrik menyebabkan kerusakan langsung membran sel bersamaan dengan transfer panas.
Perubahan sistemik :
1. Inflamasi dan edema
Luka bakar menyebabkan pelepasan mediator inflamasi baik pada luka atau pada
jaringan lain. Mediator ini menimbulkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler,
dan edema local. Dengan penurunan tekanan plasma onkotik dan peningkatan tekanan
onkotik interstitial, terbentuk edema terutama pada jaringan yang terbakar.
Sel mast pada jaringan yang terbakar melepaskan histamine dalam jumlah besar,
yang menyebabkan pembentukan ruang pada intercellular junction. Penggunaan
antihistamin memiliki kesuksesan yang terbatas. Platelet yang beragregasi melepaskan
serotonin. Serotonin meningkatkan resistensi vascular paru-paru dan secara tidak
langsung memperburuk efek vasokonstriksi. Agen ini juga menurunkan konsumsi
oksigen setelah kejadian. Anti serotonin mengurangi edema pada bintang percobaan.
Pemberian vitamin C membantu karena efek anti inflamasi yang dimiliki.
Tromboxan A2 mempunyai peranan dalam permeabilitas dan pergeseran cairan.
Zat ini menyebabkan vasokonstriksi dan agregasi platelet pada luka, menyebabkan zona
statis meluas.
Cardiac output menurun karena penurunan volum darah dan peningkatan
kekentalan darah, sementara terjadi penurunan kontraksi otot jantung.

2. Pengaruh pada sistem renal
Penurunan cardiac output dan volum darah menyebabkan penurunan aliran derah
ginjal dan glomerular filtratuin rate (GFR). Madiator-madiator lain juga berperan
menurunkan aliran darah ke ginjal, seperti angiotensin, aldosteron dan vasopressin. Efek
ini menyebabkan oliguria yang jika tidak ditangani akan menjadi gagal ginjal. Resusitasi
awal menurunkan risiko gagal ginjal.

3. Pengaruh pada sistem GIT
Respon GIT terhadap luka bakar adalah mukosa atrofi, perubahan fungsi absorpsi,
dan peningkatan permeabilitas usus. Atrofi mukosa terjadi dalam 12 jam setelah kejadian.
Hal ini bergantung pada luas luka bakar dan kematian sel epitel (apoptosis).
Luka bakar juga menyebabkan penurunan penyerapan glukosa dan asam amino,
asam lemak. Umumnya fungsi kembali normal dalam 48-72 jam.
Peningkatan permeabilitas usus meningkat setelah luka bakar. Peningkatan ini
menjadi lebih parah jika luka telah terinfeksi dan sejalan dengan luasnya kematian sel
epitel (apoptosis).

4. Pengaruh pada sistem imun
Luka bakar menyebabkan penurunan fungsi imun, yang ditandai dengan lamanya
allograft skin pada luka. Penurunan fungsi imun ini terjadi pada semua bagian imun,
termasuk aktivasi neutrofil, makrofag, limfosit T dan B.
Produksi makrofag menurun, berhubungan dengan regulasi negative spontan dari
pertumbuhan myeloid. Jumlah neitrofil meningkat pada luka bakar. Namun neutrofil
tersebut mengalami disfungsi yang disebabkan oleh defisiensi ekspresi CD11b/CD18
setelah stimulasi inflamasi. Setelah 48-72 jam jumlah neutrofil menurun.
Penurunan fungsi T-helper berhubungan dengan polarisasi dari IL-2 dan
interferon- cytokinebased T-helper 1 (T
H
1). Semakin meningkat polarisasi yang terjadi,
semakin tinggi tingkat kematian.

5. Hipermetabolisme
Hipermetabolisme dikarakteristikan dengan takikardi, peningkatan cardiac outpit,
peningkatan pemakaian energy, peningkatan konsumsi oksigen, proteolisi dan lipolisis.
Hal ini terjadi setelah luka bakar berat dan resusitasi. Hipermetabolisme ini dapat terjadi
selama berbulan-bulan dan menyebabkan penurunan berat badan. Perubahan metabolism
ini disebabkan oleh pelepasan hormone katabolic, seperti katekolamin, glukokortikoid,
dan glucagon.


3. Perjalanan Penyakit
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
1. Fase akut
Pada fase ini masalah yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena adanya
cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan
sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
2. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah syok berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit
dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan penguapan cairan
tubuh disertai panas/energi.
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah
pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik,
kontraktur, dan deformitas lainnya.


4. Klasifikasi luka bakar
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar
diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka, yakni :

1. Berdasarkan penyebab
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Laka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).

2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
- Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
- Kulit kering, hiperemi berupa eritema
- Tidak dijumpai bulae
- Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari


b. Luka bakar derajat II
- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai
proses eksudasi.
- Dijumpai bulae.
- Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
- Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
Derajat II dangkal (superficial)
1. Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
2. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih
utuh.
3. Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
Derajat II dalam (deep)
1. Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
2. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagian besar masih utuh.
3. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
c. Luka bakar derajat III
1. Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
2. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan.
3. Tidak dijumpai bulae.
4. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih
rendah dibanding kulit sekitar.
5. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
6. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan/kematian.
7. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar
luka.

3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor
1. Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada
anak-anak.
2. Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
3. Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
4. Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan
luasnya luka.
5. Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
1. Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
2. Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
3. Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992)
adalah :
1. Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 %
pada anak-anak.
2. Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
3. Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
4. Luka tidak sirkumfer.
5. Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

Ukuran luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode yaitu :
1. Rule of nine
Kepala dan leher : 9%
Dada depan dan belakang : 18%
Abdomen depan dan belakang : 18%
Tangan kanan dan kiri : 18%
Paha kanan dan kiri : 18%
Kaki kanan dan kiri : 18%
Genital : 1%

2. Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund dan Browder
sebagai berikut:

LOKASI USIA (Tahun)
0-1 1-4 5-9 10-15 DEWASA
KEPALA 19 17 13 10 7
LEHER 2 2 2 2 2
DADA &
PERUT
13 13 13 13 13
PUNGGUNG 13 13 13 13 13
PANTAT
KIRI
2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
PANTAT
KANAN
2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
KELAMIN 1 1 1 1 1
LENGAN
ATAS KA.
4 4 4 4 4
LENGAN
ATAS KI.
4 4 4 4 4
LENGAN
BAWAH KA
3 3 3 3 3
LENGAN
BAWAH KI.
3 3 3 3 3
TANGAN
KA
2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
TANGAN KI 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
PAHA KA. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
PAHA KI. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
TUNGKAI
BAWAH KA
5 5 5,5 6 7
TUNGKAI
BAWAH KI
5 5 5,5 6 7
KAKI
KANAN
3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
KAKI KIRI 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5



5. Penatalaksanaan Penderita Luka Bakar Fase Akut
Pertolongan pertama :
4
1. Jauhkan dari sumber trauma
2. Bebaskan jalan napas contoh:buka baju,lender dihisap,trakeostomi
3. Resusitasi pernapasan
4. Perbaiki sirkulasi dengan pemasangan infuse Nacl atau RL
5. Terbakardi ruangan tertutup,prasangka keracunan CO diberikan O2 murni
6. Trauma asam basa bilas dengan air mengalir terus menerus

1. Evaluasi Pertama (Triage)
A. Airway,Breathing,Circulation
Prioritas pertama pada penderita luka bakar adalah A,B,C.Apabila perlu lakukan
pemasangan intubasi endotrakeal dan pemasangan infus.Tidak lupa untuk melakukan
stabilisasi cervical spine.
2

B. Pemeriksaan fisik lengkap
Pemeriksa memakai sarung tangan,bebaskan penderita dari baju yang terbakar,penderita
luka baker juga dapat megalami trauma lain misalnya bersamaan dengan trauma
kapitis,trauma thoraks,trauma abdomen dan trauma lainnya.

C. Anamnesis
Penting untuk mengetahui mekanisme trauma,apakah penderita terjebak dalam ruang
tertutup sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan napas.Kapan kejadiannya terjadi
dan ditanyakan riwayat penyakit sebelumnya.

D. Pemeriksaan Luka Bakar.
Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka baker berat,sedang atau ringan.
Tentukan luas luka bakar.Dipergunakan Rule of Nine untuk menentukan luas luka
bakarnya.
Tentukan derajat kedalaman luka bakarnya

2. Penanganan di ruang Emergency
a) Diwajibkan memakai sarung tangan STERIL
b) Bebaskan pakaian yang terbakar
c) Pemeriksaan fisik yang teliti dan menyeluruh
d) Membebaskan jalan napas.
e) Pemasangan intravenous catheter yang cukup besar dan tidak dianjurkan pemasangan
scalp vein.Diberikan cairan Ringer Laktat dengan jumlah 30-50cc/jam untuk dewasa dan
20-30cc/jam untuk anak-anak diatas 2 tahun dan 1cc/kg/jam untuk anak di bawah 2
tahun.
f) Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk memonitor jumlah produksi urin.Dicatat
jumlah urin per jam.
g) Pemasangan Nasogstric Tube untuk dekompresi lambung dengan pengisapan intermitten.
h) Nyeri hebat diberikan morvin intravena jangan secara intramuskuler.
i) Timbang berat badan.
j) Diberikan Tetanus Toxoid bila diperlukan terutama bila penderita belum pernah
mendapatkan atau booster dalam 5 tahun terakhir.
k) Pencucian luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum.Luka
dicuci,debridement dan didesinfeksi dengan savlon 1:30. Setelah bersih tutup dengan
tulle kemudian olesi dengan Silver Sulfa Diazine sampai tebal. Rawat tertutup dengan
kasa steril yang tebal.Pada hari ke-5 kasa dibuka dan penderita dimandikan dengan air
dicampur Savlon 1:30
l) Eskarotomi dan fasiotomi/insisi relaksasi dilakukan pada penderita luka bakar derajat II
dalam dan derajat III pada tangan,leher,dan penis. Tindakan ini dilakukan sebelum terjadi
ketegangan pada daerah luka bakarnya.


Penanganan Pernapasan
Trauma inhalasi merupakan faktor yang memiliki korelasi tertinggi dengan angka
kematian.Kematian pada trauma inhalasi terjadi dalam waktu 8-24 jam pertama pasca
kejadian.Angka kematian karena trauma inhalasi berkisar 45-78%.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau jika luka bakar mengenai daerah wajah dapat
menimbulkan kerusakan mukosa jalan napas akibat gas,asap, atau uap panas yang
terhisap.Edema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena
edema laring.
2

Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar mengalami hal sebagai
berikut.
Riwayat terjebak dalam ruang tertutup.
Sputum tercampur arang
Luka bakar perioral,termasuk hidung,bibir,mulut,atau tenggorokan.
Penurunan kesadaran termasuk confusion
Terdapat tanda distress pernapasan seperti rasa tercekik,tersedak,malas
bernapas,wheezing,rasa tidak nyaman pada mata dan tenggorokan yang menandakan
adanya iritasi mukosa
Takipnea dan kelainan auskultasi seperti krepitasi atau ronchi
Adanya sesak napas atau hilangnya suara

Bila ada 3 tanda/gejala diatas sudah cukup dicurigai adanya trauma inhalasi.

Pengelolaan utama pada smoke inhalation injury berupa:
Menjamin jalan napas agar terbuka
Pembersihan saluran napas yang agresif
Stabilisasi status hemodinamik

Tatalaksana penderita tanpa distress pernapasan:
2

1) Intubasi dengan pipa endotrakeal yang berukuran besar agar dapat dilakukan bronchial
toilet dan bronchoscopy dengan mudah.
2) Pemberian oksigen 2-4 liter/menit
3) Penghisapan sekret secara berkala
4) Humidifikasi dengan nebulizer
5) Pemberian bronkodilator(Ventolin inhalasi)
6) Pemantauan tanda dan gejala distress pernapasan
A. Gejala subjektif: gelisah, sesak napas
B. Gejala objektif: frekuensi pernapasan (>30 kali/menit),sianotik,stridor,aktivitas otot
pernapasan tambahan,perubahan nilai AGD 8 jam pertama pasca kejadian,infiltrate paru baru
ditemukan >24 jam hingga 4-5 hari .
C. Pemeriksaan:
1. Analisa gas darah
a. saat resusitasi(pertama kali)
b. 8 jam pertama
c. 24 jam pasca kejadian
d. selanjutnya sesuai kebutuhan
2. Foto thoraks 24 jam pasca kejadian.foto thoraks yang diambil segera setelaj kejadian
seringkali normal,kelainan baru terlihat setelah 24-36 jam kemudian berupa patchy atelectasis.
3. Pemeriksaan radiologik(foto thoraks) dilakukan bila ada masalah pada jalan napas
4. Posisi penderita duduk/setengah duduk,dirawat di bed observasi
5. Pelaksanaan di bed instalasi gawat darurat

Penanganan sirkulasi
Pada luka bakar berat terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan diikuti ekstravasasi
cairan sehingga terjadi hipovolemik intravaskuler dan edema interstitial. Volume untravaskular
mengalami defisit sehingga akan menimbulkan syok.Penatalaksanaan syok dengan
menggunakan resusitasi cairan konvensional dengan penatalaksanaan syok dalam waktu
singkat,menunjukan perbaikan prognosis,derajat kerusakan jaringan diperkecil,hipotermi
dipersingkat,dan koagulatif diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki nilai
prognostik terhadap angka mortalitas.
2


Pada penanganan perbaikan sirkulasi luka bakar dikenal beberapa formula berikut:
Evans formula
Baxter formula
Brooke formula
Parkland formula

BAXTER formula:
2
Hari Pertama
Dewasa:Ringer Laktat 4ccx BB x% luas luka bakar per 24 jam
Anak : Ringer Laktat :Dextran=17:3
(2ccx BB x % luas luka bakar ) + kebutuhan faali

Kebutuhan faali :
<1 tahun :BB x 100 cc
1-3 tahun :BB x 75 cc
3-5 tahun :BB x 50 cc

jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama
diberikan 16 jam berikutnya

Hari Kedua
Dewasa : Dextran 500-2000cc + D5%
Albumin =(3 x X) x 80 x BB (g)/hari
100

6. Komplikasi

Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk
diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidak seimbangan elektrolit (inbalance elektrolit) dan
masalah distress pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga
menyebabkan distress emosional (trauma) dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat
luka bakar dan bekas luka (scar).
6

- Fase Akut: syok, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Luka bakar luas bisa menyebabkan hilangnya cairan tubuh, karena itu untuk menggantikannya
diberikan cairan melalui infus.
7


- Fase Subakut: infeksi dan sepsis
Jika lapisan kulit paling atas (epidermis) mengalami kerusakan maka bisa terjadi infeksi yang
dengan mudah akan menyebar.
7

- Fase Lanjut: parut hipertropik
Kulit yang terbakar akan membentuk permukaan yang keras dan tebal yang disebut eskar, yang
bisa menyebabkan terhalangnya aliran darah ke daerah tersebut.
7


Luka bakar dalam bisa menyebabkan mioglonulinuria, yaitu suatu keadaan dimana protein
mioglobulin dilepaskan dari otot yang rusak dan menyebabkan kerusakan ginjal.
7



7. Prognosis
Pemulihan tergantung kepada kedalaman dan lokasi luka bakar.
Pada luka bakar superfisial (derajat I dan derajat II superfisial), lapisan kulit yang mati akan
mengelupas dan lapisan kulit paling luar kembali tumbuh menutupi lapisan di bawahnya.
Lapisan epidermis yang baru dapat tumbuh dengan cepat dari dasar suatu luka bakar superfisial
dengan sedikit atau tanpa jaringan parut. Luka bakar superfisial tidak menyebabkan kerusakan
pada lapisan kulit yang lebih dalam (dermis).
6


Luka bakar dalam menyebabkan cedera pada dermis. Lapisan epidermis yang baru tumbuh
secara lambat dari tepian daerah yang terluka dan dari sisa-sisa epidermis di dalam daerah yang
terluka. Akibatnya, pemulihan berlangsung sangat lambat dan bisa terbentuk jaringan parut.
6

Daerah yang terbakar juga cenderung mengalami pengkerutan, sehingga menyebabkan
perubahan pada kulit dan mengganggu fungsinya.

Luka bakar ringan pada kerongkongan, lambung dan paru-paru biasanya akan pulih tanpa
menimbulkan masalah.
6

Luka yang lebih berat bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut dan penyempitan. Jaringan
parut bisa menghalangi jalannya makanan di dalam kerongkongan dan menghalangi pemindahan
oksigen yang normal dari udara ke darah di paru-paru.
6


8. Pemberian Nutrisi
Respon terhadap trauma yang dikenal sebagai hipermetabolisme terjadi secara dramatis setelah
kasus terbakar yang berat. Respons ini dapat mencapai 200% laju metabolik normal dan dapat
kembali ke normal hanya apabila terjadi penyembuhan luka total. Karena laju metabolik yang
tinggi ini, maka kebutuhan energi besar sekali. Kebutuhan ini dipasok dari cadangan karbohidrat,
lemak dan protein. Karena pemasokan ini terjadi dalam waktu lama, cadangan energi berkurang
dengan cepat , dan menyebabkan hilangnya jaringan aktif otot dan malnutris.
Malnutrisi pada pasien luka bakar dapat dicegah hingga batas tertentu dengan asupan nutrisi
eksogen. Beberapa formula digunakan untuk menghitung kebutuham kalori total pada pasien
luka bakar. Salah satuny adalah formula Curreri yang merumuskan 25kkal/kg/hari ditambahkan
40kkal tiap persen luas area permukaan tubuh (LAPT). Formula ini menghitung kebutuhan kalori
pemeliharaan serta kebutuhan kalori ekstra oleh luka bakar. Formula ini dirancang dari regresi
keseimbangan nitrogen pada luka bakar berat dewasa. Pada anak-anak, formula yang didasarkan
pada area permukaan tubuh lebih sesuai untuk digunakan disebabkan karena permukaan tubuh
per kilogram berat badan yang lebih luas.

Formula untuk memprediksi kebutuhan kalori pada anak dengan luka bakar berat
Kelompok Usia Kebutuhan pemeliharaan Kebutuhan luka bakar
Infant (0-12 bulan) 2100kkal/LAPT
terbakar/24jam
1000 kkal/LAPT
terbakar/24jam
Anak (1 12 tahun) 1800kkal/LAPT terbakar/24
jam
1300 kkal/LAPT
terbakar/24jam
Adolesen (12 18 tahun) 1500kkal/LAPT terbakar/24 1500 kkal/LAPT
jam terbakar/24jam


Komposisi dari supplementasi nutrisi juga penting untuk diperhatikan. Komposisi diet optimal
mengandung protein 1-2g/kg/hari. Nilai ini menyediakan kebutuhan protein pasien juga untuk
proteolisis yang terjadi pada jaringan otot. Kalori non protein juga dapat diberikandalam bentuk
karbohidrat atau lemak. Karbohidrat memiliki keuntungan menstimulasi produksi insulin
endogen, yang berfungsi sebagai hormon anabolik bagi otot dan luka.
Pemberian diet dapat dilakukan melalui dua cara, secara enteral atau parenteral.nutrisi parenteral
total tidak disarankan karena berhubungan dengan meningkatn komplikasi dan mortalitas
dibandingkan dengan permberian makanan enteral.

9. Perawatan Luka
Terapi bergantung dari ukuran dan karakteristik dari luka. Segala eapi bertujuan untuk
penyebuhan yang cepat dan bebas nyeri. Terapi yang diberikan langsung pada luka dibagi atas 3
tahapan: penilaian, manajemen dan rehabilitas. Setelah penilaian kedalaman luka, pembersihan
dan debridemen, fasa manajemen dimulai. Setiap luka hendaknya dirawat dengan balutan luka
yang sesuai dan memiliki beberapa fungsi. Pertama, hendaknya dapat memproteksi epitel yang
rusak, meminimalisasi koloni bakteri dan jamur, dan memberikan ruang untuk menggerakkan
tubuh. Kedua, balutan luka harus mampu mengurangi evaporasi panas dan mengurasi stress dari
suhu dingin. Ketiga, balutan harus memberi kenyamanan terhadap luka yang nyeri.
Pemilihan balutan tergantung dari karakteristik dari luka. Luka baka deajat satu tidak
memerlukan balutan, dan diperlakukan dengan salep topikal untuk mengurangi nyeri dan
mempertahankan kelembapan kulit. Anti inflamasi dan NSAID diberikan secara topikal untuk
mengontrol nyeri. Luka bakar derajat dua diberikan balutan harian dengan antibiotik topikal,
kasa, dan selubung elastik. Luka bakar derajat dua yang dalam dan derajat tiga membutuhkan
eksisi dan pemindahan kulit, penanganan awal pada luka ini ditujukan untuk mencegah
proliferasi bakteri dan menutup luka hingga operasi dilakukan.
Deskripsi balutan luka
Balutan luka Keuntungan dan Kerugian
Salep Antimikroba
Silver sulfadiazine Antimikroba spektrum luas, tidak nyeri,
dapat meninggalkan bekas hitam dari ion
perak, inhibisi ringan terhadap epitelisasi
Mafenide acetae Antibiotik spektrum luas, penetrasi eskar,
menyebabkan nyeri, penggunaan luas
menyebabkan asidosis metabolik, inhibisi
ringan terhadap epitelisasi
Bacitracin Mudah digunakan, tidak nyeri, spektrum
antimikroba tidak seluas di atas
Neomycin Mudah digunakan, tidak nyeri, spektrum
antimikroba tidak seluas
Polymixin B Mudah digunakan, tidak nyeri, spektrum
antimikroba tidak seluas
Nystatin Efektif menginhibisi hampir seluruh
pertumbuhan kuman, tidak dapat
dikombinasikan dengan mafenide acetate
Mupirocin Lebih efektif terhadap staphylococcus, tidak
menginhibisi epitelisasi, mahal
Penutup sintesis
OpSite Menyediakan barier lembab, tidak mahal,
mengurangi nyeri luka, penggunaan
dikomplikasikan dengan akumulasi transudat
dan eksudat sehingga harus diganti, tidak
memiliki efek antimikroba
Biobrane Menyediakan barier lembab, mengurangi
nyeri luka, penggunaan dikomplikasikan
dengan akumulasi eksudat sehinga memiliki
risiko infeksi luka invasif, tidak memiliki
efek antimikroba
Transcyte Menyediakan barier lembab, mengurangi
nyeri luka, memperceoat penyembuhan luka,
penggunaan dikomplikasikan dengan
akumulasi eksudat, tidak memiliki efek
antimikroba
Integra Menyediakan penutupan luka secara
sempurna, membutuhkan waktu untuk
terjadinya kolonisasi, tidak memiliki efek
antimikroba
Penutupan biologis
Xenograft (kulit babi) Menutup luka dengan sempurna, memberi
beberapa fungsi immunologik, harus
diangkat kembali
Allograft (homograft, cadaver) Memberi fungsi normal dari kulit, epitelium
harus dibilangkan







Gambar biobrane diunduh dari
http://www.familypracticenews.com/fileadmin/content_images/fpn/archive_image/vol38iss11/70
718_fx2.jpg

10. Management Luka pada Luka Bakar

Nyeri adalah pengalaman yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan
yang nyata atau potensial terhadap jaringan. Karakter rasa sakit bersifat objektif.

Mengacu pada rasa sakit yang disebabkan oleh luka bakar, kita harus fokus pada karakteristik
rasa sakit dalam kaitannya dengan trauma akut. Derajat pertama luka bakar hanya merusak
lapisan luar kulit (epidermis) tetapi menyebabkan rasa sakit ringan dan ketidaknyamanan,
terutama ketika sesuatu seperti pakaian bersentuhan terhadap area yang terbakar.

Luka bakar deajat dua memiliki sensasi nyeri yang bergantung dari kerusakan dermis. Luka
bakar dermis superfisial mulanya terasa paling sakit, bahkan hembusan udara dapat memberikan
rasanyeri hebat. Tanpa penuutp untuk membalut epidermis, ujung akhir syaraf tersensitisasi dan
terekspos terhadap stimulasi. Sebagai tambahan, proses inflamasi terus berlanjut dengan
bertambahnya bengkak dan pelepasan substansia vasoaktif, nyeri menjadi semakin hebat.
Daerah luka bakar derajat dua yang dalam mungkin menampilkan pola rasa sakit yang
membingungkan selama beberapa hari pertama. Daerah ini mungkin menunjukkan sedikit atau
tidak ada tanggapan terhadap rangsangan yang tajam seperti tusukan jarum, namun pasien
mungkin mengeluh rasa sakit sakit yang mendalam terkait dengan respon inflamasi. Luka ini
lebih mirip dengan luka bakar derajat 3 dan 4. Dalam luka bakar derajat 4, dermis, dengan
jaringan kaya ujung saraf, benar-benar hancur. Ini mengarah pada respons awal luka yang tidak
memberikan reaksi nyeri terhadap stimulus tajam. Namun, pasien sering mengeluh rasa
penekanan di daerah ini. Setelah jaringan dilakukan vitalisasi kembali, yakni dengan eschar,
pasien lagi mengalami sensasi rasa sakit yang tajam bila terkena rangsangan
Beberapa faktor dapat mempengaruhi rasa sakit dapat dibagi menjadi dua kategori, faktor
eksternal dan faktor pasien. Berdasarkan faktor eksternal, nyeri tergantung pada terapi lokal luka
bakar, balutan, kasur atau tempat tidur, posisi pasien, penyembuhan daerah luka bakar
dengan bedah operasi yang dilakukan.

Berdasarkan faktor pasien, nyeri tergantung pada luka bakar itu sendiri (kedalaman, luas,
penyebab, usia pasien), pasien umum kondisi (diabetes mellitus mengurangi rasa sakit, penyakit
saraf meningkatkannya).

Rasa sakit diungkapkan dengan membakar pasien sangat bervariasi. Para terapis harus selalu
mengingat bahwa penggantian balutan dan hari-hari awal operasi memberi sensasi nyeri yang
lebih hebat, sehingga analgetik perlu untuk digunakan.

11. Terapi Komplikasi
1. Luka Parut

Setelah sembuh dariluka, dapat terbentuk jaringan parut hipertrofik atau keloid karena reaksi
serat kolagen yang berlebihan dalam proses penyembuhan luka. Luka parut hipertrofik dapat
dicegah dengan memberikan kompresi atau tekanan langsung pada luka parut untuk
mempertahankan luka tetap datar dengan cara menggunakan adhesive tape, pressure garment,
atau masker utnuk wajah. Dengan pemberian tekanan sekitar 24 mmHg selama 18-24 jam sehari
selama 6 bulan, luka parut yang terbentuk akan lebih tipis dan fleksibel. Selain dari tekanan,
pemakaian kain ketat pada luka juga dapat meningkatkan suhu sehingga terjadi kolagenolisis dan
maturasi jaringan parut.
Untuk terapi bedah dapat dilakukan eksisi, laser, dan cryoterapi. Eksisi hanya dapat dilakukan
untuk luka parut yang kecil dan tingkat rekurensinya tinggi (>50%). Dengan bedah laser,
peredaran darah ke luka parut dikurangi sehingga luka parut lebih fleksibel dan tidak eritema.
Dengan cryoterapi, terjadi gangguan mikro sirkuler sehingga terjadi kerusakan pada fibroblas
yang membentuk luka parut. Biasanya pendekatan bedah dikombinasikan dengan terapi lain
seperti kortikosteroid, medikamentosa lain, dan terapi biofisika seperti kompresi.
Pemberian lembaran gel silicon yang difiksasi dengan karet dan dipakai selama beberapa bulan
untuk memertahankan hidrasi dapat meningkatkan maturasi luka parut dan mengurangi
hipertrofi.
Untuk terapi farmakologis, dapat diberikan NSAID, antihistamin, kortikosteroid, danprotein
kinase C inhibitor. NSAID bekerja dengan cara inhibisi IL-1 dan prostanoid yang menstimulasi
fibrosis. Antihistamin seperti dopexin mengatasi pruritus yang terjadi dan menghambat agen-
agen proliferative pada jaringan. Penyuntikan steroid dapat membuat luka parut mengalami
involusi, mengurangi angiogenesis, dan menginhibisi sintesa kolagen dan sintesa protein matriks
ekstraselular, tetapi prosesnya menyakitkan dan dapat terjadi penipisan jaringan sekitar tempat
penyuntikan, absorpsi sistemik, dan luka parut rekuren.
Jaringan parut dapat berkembang menjadi kontraktur kulit yang dapat mengganggu fungsi dan
menyebabkan kekakuan sendi, atau menimbulkan cacat estetis berat. Kekakuan sendi
memerlukan program fisioterapi ekstensif dan kontraktur memerlukan tindakan bedah dengan
flap atau skin graft.
Pada cacat estetik yang berat mungkin diperlukan ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan rasa
percaya diri penderita, dan diperlukan pertolongan ahli bedah rekonstruksi, terutama jika cacat
mengenai wajah atau tangan.

2. Komplikasi Renal

Padapasien luka bakar, kondisi hipovolemia, nekrosis jaringan masif, sepsis atau
bakteremia, dan kondis ihiperkatabolik, dapat menyebabkan nekrosis tubulus dan gagal ginjal
akut.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi renal seperti gagal ginjal akibat nekrosis tubular,
harus segera dilakukan resusitasi cairan dan kontrol keseimbangan elektrolit. Pada tahap awal (
0-36 jam setelah kejadian ), terjadi penurunan natrium dan peningkatan kalium sehingga harus
segera diberikan cairan dan dilakuakan tindakan untuk menurunkan kadar kalium. Untuk
mengurangi efek kalium dalam membrane selular, diberikan kalsium klorida 10% sebanyak 10
ml dalam 10 menit. Untuk transfer dari kalium ekstrasel ke intrasel, dapat diberikan natrium
bikarbonat sebanyak 50-100 mEq selama 5-10 menit. Untuk mengeluarkan kalium dari dalam
tubuh dapat diberikan diuretic atau hemodialisis pada kasus berat.
Keseimbangan elektrolit, urine output, dan EKG harus senantiasa dipantau untuk
memonitor keberhasilan resusitasi. Walaupun telah dilakukan resusitasi, kegagalan dapat terjadi
akibat usia ekstrem, keterlambatan resusitasi, luka bakar masif, trauma inhalasi, sirosis, penyakit
jantung, dan gagal ginjal.
Resusitasi dapat ditambahkan dengan dopamine dosis rendah, digitalis, vasodilator
(nitroprusside, hydrazaline), beta blocker, calcium channel blocker, dan diuretic sesuai dengan
kondisi pasien.
Setelah diagnose nekrosis tubulus akut ditegakkan, tidak ada terapi yang dapat dilakukan
untuk memperbaiki kondisi tersebut. Maka dasar dari terapi yaitu nutrisi klinis dan hemodialisis
atau hemofiltrasi.
Untuk nutrisi klinis diberikan glukosa untuk inhibisi lipogenesis dan katekolamin, serta
mengurangi konsumsi oksigen serta produksi karbondioksida tubuh. Hemodialisis dengan
continuous renal repalcement therapy (CRRT) atau hemofiltrasi dilakukan atas indikasi gagal
ginjal yang terjadi bersifat oliguria dan terdapat myoglobinuria masif.

12. Rehabilitasi
Tahap rehabilitasi tidak dimulai setelah terapi selesai diberikan, melainkan dimulai sejak tahap
mangemen akut. Terapi rehabilitasi yang diberikan dapat berupa fisioterapi, terapi okupasi, serta
terapi psikis. Fisioterapi pada awalnya penting untuk mengatasi permasalahan pulmonal dan
selanjutnya penting untuk mobilisasi dan mengembalikan kekuatan pasien. Pasien dengan
kontraktur dilatih untuk melakukan gerak aktif dan pasif untuk mempertahankan fungsi resistif,
peregangan, kekuatan, serta ambulasi. Sementara terapi okupasi penting untuk manajemen luka
parut. Selain itu, psikolog klinis atau psikiater juga berperan penting untuk membantu mengatasi
trauma psikis yang signifikan pada pasien luka bakar. Pembedahan rekonstruktif yang kecil
sekalipun dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien, terutama bila luka bakar terdapat pada
daerah wajah dan tangan. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil yang baik, dibutuhkan
kerjasama yang baik antara berbagai disiplin untuk merawat pasien luka bakar.


















BAB III
KESIMPULAN
Luka bakar merupakan suatu bentuk cedera berat yang memerlukan penanganan dan
penatalaksanaan yang sangat kompleks dan memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang
tinggi. Hal-hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat kompleks, diantaranya
adalah faktor penderita, faktor pelayanan petugas medis, faktor fasilitas perawatan, dan faktor
cedera itu sendiri. Dalam menangani kasus luka bakar, ada baiknya kita memahami lebih dahulu
fase luka bakar, penyebab luka bakar, derajat kedalaman luka bakar, dan luas luka bakar. Seperti
pada penanganan pada kasus trauma lainnya, pada penanganan luka bakar haruslah ditangani
secara teliti dan sistematik. Penatalaksanaan sejak awal harus dilakukan dengan sebaik-baiknya
karena sangat menentukan perjalanan penyakit ini selanjutnya.
Dalam referat ini telah kami uraikan bagaimana tata cara penatalaksanaan yang bisa dipakai
sebagai pedoman dalam menanggulangi kasus luka bakar pada fase akut. Kami berharap referat
ini benar-benar dapat memberikan gambaran dan informasi pada kasus luka bakar secara utuh,
senhingga para pembaca, kususnya yang bekerja pada bidang medis, ke depannya dapat
menangani kasus luka bakar dengan lebih teliti dan lebih sistematik sehingga memberikan hasil
yang maksimal.







Daftar Pustaka

1. James J. Gallagher, Steven E. Wolf, David N. Herndon. Burns. Sabiston Textbook of
Surgery, 18th ed. Saunders. 2007
2. Noer, Sjaifuddin M; Saputro, Iswinarno Doso; etc. Penanggulangan Luka Bakar.
Airlangga University Press. 2006
3. Schwartz, Seymour I, Shires, G. Tom; etc. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta;
EGC, 2000.
4. http://emedicine.medscape.com/article/1294744-overview#a1
5. Reksopoadjo,Soelarto,dkk.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.Binarupa Aksara.Jakarta:1995
6. Winkipedia http://id.m.wikipedia.org/wiki/Luka_bakar
7. Kusman Ambar Pamungkas.Luka bakar. Dapat diunduh di :
http://medicastore.com/penyakit/987/Luka_Bakar.html pada 28 April 2011 pukul 14.43

You might also like