You are on page 1of 10

PRAKTIKUM ILMU FAAL

KELELAHAN OTOT

KELOMPOK A2 A

021211131015 Rizki Tri Handayani


021211131016 Ni Luh Desy Ayu Susilahati
021211131019 Angelina Putri Lestari
021211131020 Beta Novia Rizky
021211131023 Ingrid Widanty
021211131025 Anissa Alda Germanyta
021211131028 Ranggi Hardian Nugro Astuti

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013

Bab I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap orang memiliki kemampuan otot yang berbeda-beda. Kontraksi
otot yang berlebihan akan membuat otot lelah dan nyeri. Selain itu, adanya
metabolisme anaerobik di dalam tubuh juga bisa menghasilkan sisa-sisa asam
(seperti asam laktat) akan menimbulkan kelelahan otot.
Otot yang nyeri pasti akan membuat kerja seseorang terhambat. Hal ini
akan menghambat seseorang bisa menghasilkan sesuatu secara optimal. Bila
sirkulasi darah terganggu, metabolisme ototo akan terganggu sehingga
kekuatan kontraksi akan berkurang. Pemberian istirahat dan pemijatan
(massage) pada otot yang lelah memperbaiki sirkulasi darah sehingga proses
pemulihan dari kelelahan berjalan lebih cepat.
Pada percobaan ini kita akan mengetahui dan mempelajari bagaimana
pemulihan otot dari kelelahan sempurna setelah melakukan kerja, pengaruh
peredaran darah, dan pengaruh pemberian istirahat dan pemijatan (massage)
terhadap kelelahan otot.
1.2 MASALAH
1.2.1 Apakah terjadi kelelahan pada otot setelah melakukan kerja dengan
frekuensi rendah?
1.2.2 Bagaimana pengaruh peredaran darah selama terhadap kelelahan ?
1.2.3 Bagaimana pengaruh istirahat dan pemijatan (massage) terhadap
kelelahan ?
1.2.4 Mengapa timbul rasa nyeri karena kekurangan aliran darah ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui dan mempelajari bagaimana pemulihan otot dari kelelahan
sempurna setelah melakukan kerja.
1.3.2 Mengetahui dan mempelajari pengaruh peredaran darah terhadap
kelelahan otot.
1.3.3 Mengetahui dan mempelajari pengaruh pemberian istirahat dan pemijatan
(massage) terhadap kelelahan otot.

Bab II
METODE KERJA
2.1 ALAT
a. Ergograf jari
b. Manset sphygmomanometer
c. Metronom
2.2 TATA KERJA
2.2.1 Pemulihan sempurna dari kelelahan otot setelah melakukan kerja
frekuensi rendah
1. Siapkan ergograf (perhatikan kertas, penulis, panjang tali dsb)
2. Orang percobaan meletakkan lengan bawah kanannya di atas meja,
kemudian memegang pegangan ergograf, sedangan jari telunjuknya
diletakkan/dimasukkan pada penarik.
3. Pasanglah beban 1/3 dari beban maksimal yang dapat di tarik.
4. Lakukan tarikan setiap 4 detik mengikuti irama metronom sampai
melampaui panjang kertas pencatat.
5. Orang percobaan hendaknya memusatkan perhatian pada tugas ini tanpa
melihat hasilnya pada kertas pencatat dan melakukan setiap tarikan
sekuat-kuatnya dengan jari telunjuk tanpa mengikutsertakan otot jari
lainnya, seperti otot tangan dan otot lengan.
2.2.2 Pengaruh gangguan sirkulasi darah terhadap kelelahan
1. Pakailah kertas erograf baru.
2. Pasanglah manset sphymomanometer pada lengan atas kanan orang
percobaan yang sama.
3. Besarnya beban tetap seperti pada percobaan
4. Lakukan tarikan setiap 4 detik mengikuti irama metronom sebanyak 12
tarikan.

5. Pada tarikan ke-13 manset mulai dipompa sampai denyut arteria radialis
tidak teraba lagi.
6. Tarikan dilakukan sehingga amplitudo tarikan mengecil hingga
amplitudo awal, turunkan tekanan di dalam manset agar peredaran darah
pulih kembali. Berilah tanda pada egogram pada saat tekanan di dalam
manset mulai dinaikkan dan diturunkan.
7. Tarikan dilakukan terus sehingga amplitudo tarikan kembali seperti pada
awal percobaan.

Bab III
HASIL
3.1 Percobaan I Pemulihan Sempurna dari Kelelahan Otot setelah Melakukan
Kerja Frekuensi Rendah

Gambar 3.1 grafik percobaan I

3.2 Percobaan II Pengaruh Gangguan Sirkulasi Darah terhadap Kelelahan

Gambar 3.2 grafik percobaan II

Bab IV
PEMBAHASAN
4.1 Diskusi Hasil
1. Percobaan pertama
Dilihat dari hasil percobaan I,

panjang amplitudo yang dihasilkan

semakin lama semakin menurun dengan penurunan yang tidak signifikan.


Penurunan amplitudo disebabkan oleh kelelahan otot yang dialami jari
orang coba akibat aktivitas yang dilakukan secara terus menerus tanpa
adanya istirahat. Hal tersebut dikarenakan oleh metabolisme anaerob yang
menghasilkan ATP lebih sedikit dan penumpukan asam laktat sehingga
kelelahan otot pun terjadi.

2. Percobaan kedua
Pada

percobaan

ini,

tangan

orang

coba

dipasang

manset

spygmomanometer. Pada awal percobaan, manset masih dalam keadaan


normal (belum dipompa), panjang amplitudo yang dihasilkan konstan.
Sedangkan, pada saat manset dipompa, terjadi penurunan panjang
amplitudo. Hal ini disebabkan sirkulasi darah terhambat ketika manset
dipompa sehingga darah tidak bisa mengantar oksigen menuju mitokondria
sebagai bahan utama metabolisme aerob penghasil ATP. Akibatnya, terjadi
metabolisme anaerob yang menghasilkan

ATP lebih sedikit dan

penumpukan asam laktat. Berkurangnya ATP yang dibutuhkan untuk


melakukan aktivitas jari, menyebabkan kelelahan otot yang ditandai dengan
penurunan amplitudo yang lebih signifikan daripada percobaan I

4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan


4.2.1 Percobaan I
Apakah terjadi kelelahan pada percobaan ini?
Menurut percobaan yang telah kami lakukan, memang benar terjadi
kelelahan pada orang percobaan tersebut tetapi tidak terlalu besar, hal ini
dikarenakan otot tidak mengalami oklusi sehingga otot masih dapat
bergerak bebas. Terbukti dari tangan orang coba tersebut yang berubah
memerah walaupun dengan frekuensi yang rendah dan terlihat pada grafik
ergograf semakin menurun dan amplitudo juga menurun. Selain itu, sela
waktu 4 detik sebelum tarikan menyebabkan otot dapat melakukan kontraksi
dan relaksasi dalam waktu yang cukup. Sela waktu 4 detik memungkinkan
pengangkutan oksigen dari peredaran darah ke otot secukupnya agar
glikolisis aerob dapat berlangsung untuk mendapatkan tenaga agar tarikan
dapat terjadi. Asam laktat yang dihasilkan lebih terorganisir dengan baik,
hal ini menyebabkan proses pemulihan dari kelelahan otot.
Kelelahan otot dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
waktu istirahat otot yang kurang, kontraksi yang terus-menerus; meningkat;
atau berlangsung dalam waktu lama, asam laktat yang meningkat, sumber
energi berkurang, dan kerja enzim yang berkurang.3
4.2.2 Percobaan II
Terangkan pengaruh perubahan peredaran darah terhadap kelelahan

Kelelahan otot dapat diakibatkan bila kerja otot yang dilakukan


melebihi kerja otot steady state. Apabila kerja otot terlalu keras, akan
menyebabkan pasokan oksigen berkurang sehingga penghasilan energi
harus melewati proses anaerob (tanpa oksigen). Pada proses ini, selain ATP
yang dihasilkan 18X lebih sedikit (2 ATP), proses anaerob menghasilkan
lebih banyak asam laktat. Karena oksigen tidak mencukupi, asam laktat
akan menumpuk dan berdifusi ke dalam cairan darah.1
Keberadaan asam laktat di dalam cairan darah akan merangsang
pusat pernapasan sehingga frekuensi dan kedalaman napas meningkat. Hal
ini akan terus berlangsung, sampai jumlah oksigen cukup untuk
memungkinkan sel otot dan hati mengoksidasi asam laktat dengan sempurna
dengan mengubahnya menjadi glikogen. Oksigen ekstra yang dibutuhkan
untuk membuang tumpukan asam laktat disebut oxygen debt.1
Salah satu zat nutrisi yang paling penting adalah oksigen. Kapanpun
persediaan oksigen ke jaringan menurun, seperti pada ketinggian tempat,
pada pneumonia, pada keracunan karbon monoksida (yang meracuni
kemampuan hemoglobin untuk mengangkut oksigen), atau pada keracunan
sianida (yang meracuni kemampuan jaringan untuk memanfaatkan oksigen),
aliran darah melalui jaringan akan meningkat dengan nyata. Terdapat dua
teori dasar untuk pengaturan aliran darah lokal bila derajat metabolisme
jaringan berubah atau persediaan oksigen berubah, yaitu teori vasodilator
dan teori kebutuhan oksigen.2
Dalam percobaan ini lebih mengacu kepada teori vasodilator, dimana
menurut teori ini, makin besar derajat metabolisme atau makin kurang
persediaan oksigen atau zat makanan lainnya ke suatu jaringan, makin besar
kecepatan pembentukan bahan vasodilator. Bahan vasodilator kemudian
dianggap berdifusi kembali ke sfingter prekapiler, metarteriol, dan arteriol
untuk menimbulkan vasodilatasi. Berbagai macam bahan vasodilatasi yang

telah dikemukakan adalah adenosin, karbon dioksida, asam laktat, adenosin,


senyawa fosfat adenosin, histamin, ion kalium, dan ion hidrogen.2
Sebagian besar teori vasodilator menganggap bahwa zat vasodilator
dibebaskan dari jaringan terutama sebagai reaksi terhadap defisiensi
oksigen. Sebagai contoh, beberapa percobaan telah memperlihatkan bahwa
persediaan oksigen yang menurun dapat menyebabkan asam laktat maupun
adenosin dibebaskan dari jaringan; bahan ini dapat menyebabkan
vasodilatasi hebat dan karena itu dapat dianggap bertanggung jawab, atau
sedikit bertanggung jawab, terhadap pengaturan aliran darah lokal.
Adenosin sejauh ini merupakan vasodilator lokal yang paling penting bagi
pengendalian aliran darah lokal.2

Bab V
DAFTAR PUSTAKA
1. Watson R. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Ed 10. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Arthur C. Guyton, John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Ed 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3.Watson R. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Ed 10. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

10

You might also like