You are on page 1of 7

PEMANFAATAN RESIN PENUKAR ION

1. TUJUAN
Memanfaatkan resin penukar kation pada penentuan natrium secara kuantitatif dan
penentuan hasil kali kelarutan MC2O4. M = Ca, Mg, dan Ba
2. DASAR TEORI
Resin penukar ion merupakan salah satu metoda pemisahan menurut perubahan
kimia. Resin penukar ion ada dua macam yaitu resin penukar kation dan resin penukar
anion. Jika disebut resin penukar kation maka kation yang terikat pada resin akan
digantikan oleh kation pada larutan yang dilewatkan. Begitupun pada resin penukar
anion maka anion yang terikat pada resin akan digantikan pleh anion pada larutan
yang dilewatkan ( Wahono,2007 ).
Suatu resin penukar ion yang ingin direaksikan dalam suatu sistem dapat dilakukan
dengan memasukkan gugus-gugus dari suatu resin yang terionkan kedalam suatu
matriks polimer organik, yang paling lazim diantaranya ialah polisterina hubungan
silang yang diatas diperikan sebagai absorben. Produk tersedia dengan berbagai
derajat hubungan silang. Suatu resin umum yang lazim ialah resin 8% terhubung
silang yang berarti kandungan divenilbenzenanya 8 %. Resin-resin itu dihasilkan
dalam bentuk manik-manik bulat, biasanya dengan 0,1-0,5 mm, meskipun ukuran
ukuran lain juga tersedia (Svehla, 1985).
(Kapolimer Styren-DVB):
Resin pertukaran ion merupakan bahan sintetik yang berasal dari aneka ragam
bahan, alamiah maupun sintetik, organik maupun anorganik, memperagakan
perilaku pertukaran ion dalam analisis laboratorium dimana keseragaman
dipentingkan dengan jalan penukaran dari suatu ion. Pertukaran ion bersifat
stokiometri, yakni satu H+ diganti oleh suatu Na+. Pertukaran ion adalah suatu
proses kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap, namun tak peduli sejauh
mana proses itu terjadi, stokiometrinya bersifat eksak dalam arti satu muatan
positif meninggalkan resin untuk tiap satu muatan yang masuk. Ion dapat ditukar
yakni ion yang tidak terikat pada matriks polimer disebut ion lawan (Counterion)
(Underwood, 2001).
Syarat-syarat dasar bagi suatu resin yang berguna adalah:
A. Resin itu harus cukup terangkai-silang, sehingga keterlarutannya yang
dapat diabaikannya.
2 Resin itu harus cukup hidrofolik untuk memungkinkan difusi ion-ion melalui
strukturnya dengan laju yang terukur (finite) dan berguna.
3. Resin harus menggunakan cukup banyak gugus penukar ion yang dapat
dicapai dan harus stabil kimiawi.
4. Resin yang sedang mengembang harus lebih besar rapatannya daripada air.
(Harjadi, 1993).
Suatu resin penukar kation adalah sebagai suatu polimer berbobot molekul tinggi,
yang terangkai-silang yang mengandung gugus-gugus sulfonat, karboksilat,
fenolat, dan sebagainya sebagai suatu bagian integral dari resin itu serta sejumlah
kation yang ekuivalen.
MX (aq) + Res-H HX (aq) + Res-M
Suatu resin penukar-anion adalah suatu polimer yang mengandung gugus-gugus
amino (atau amonium kuartener) sebagai bagian bagian integral dari kisi polimer
itu dan sejumlah ekuivalen anion-anion seperti ion klorida , hidroksil atau
sulfat. (Basset,1994)
MX (aq) + Res-H H2O (aq) + Res-X
Di tahun 1935, Adam dan Holmes membuat resin sintesin pertama dengan hasil
kondensasi asam sulfonat fenol dengan formaldehid. Semua resin-resin ini
memiliki gugusan reaktif -OH, -COOH, -HSO3, sebagai pusat-pusat pertukaran.
Gugusan fungsional asam (atau basa) suatu resin penukar ditempati oleh ion-ion
dengan muatan berlawanan. Ion yang labil adalah H+ pada penukar kation. Resin
dengan gugusan sulfonat atau amina kuartener adalah terionisasi kuat, tidak larut
dan sangat reaktif. Resin-resin demikian disebut resin penukar kuat, sedangkan
gugusan ion yang terionisasi secara parsial seperti > COOH, -OH, dan NH2-
dikenal sebagai resin penukar yang lemah. (Khopkar, 1990).
Semua penukar ion yang bernilai dalam analisis, memilih beberapa kesamaan sifat: mereka
hampir-hampir tak dapat larut dalam air dan pelarut organik, dan mengandung ionion katif dan
ion-ion lawan yang akan bertukar secara reversibel dengan ion-ion lain dalam larutan yang
mengelilinginya tanpa terjadi perubahan-perubahan fisika yang berarti dalam bahan
tersebut.penukaran ion bersifat kompleks dan sesungguhnya adalah polimerik. Polimer ini
membawa suatu muatan listrik yang tepat dinetralkan oleh muatan-muatan pada ion-ion
lawannya (ion aktif). Ion-ion aktif ini beruapa kation-kation dalam penukar kation, dan berupa
anion-anion dalam penukar anion (Bassett, 1994).
Larutan yang melalui kolom disebut influent, sedangkan larutan yang keluar kolom
disebut effluent. Proses pertukarannya adalah serapan dan proses pengeluaran ion adalah
desorpsi atau elusi. Mengembalikan resin yang sudah terpakai kebentuk semula disebut
regenerasi sedangkan proses pengeluaran ion dari kolom dengan reagent yang sesuai disebut
elusi dan pereaksinya disebuteluent. Yang disebut dengan kapasitas pertukaran total adalah
jumlah gugusan-gugusan yang dapat dipertukarkan di dalam kolom, dinyatakan dalam
miliekivalen. Kapasitas penerobosan (break through capacity) didefinisikan sebagai banyaknya
ion yang dapat diambil oleh kolom pada kondisi pemisahan; dapat juga dikatakan sebagai
banyaknya miliekivalen ion yang dapat ditahan dalam kolom tanpa ada kebocoran yang dapat
teramati. Kapasitan penerobosan lebih kecil dari kapasitas total pertukaran kolom dan tidak
tergantung terhadap sejumlah variabel, seperti tipe resin, afinitas penukaran ion, komposisi
larutan, ukuran partikel, dan laju aliran (Khopkar, 1990).
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam
etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-
COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam
asetat.Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor. (Wikipedia)
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah
sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida
dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan
ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai
basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen.
Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan,
butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon
dioksidadari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua
cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-
polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan
kertas. ( Wikipedia)
Kelarutan dari suatu garam adalah banyaknya garam yang dapat larut dalam suatu
pelarut sampai garam tersebut tepat akan mengendap. Besarnya kelarutan dari
suatu garam nilainya beragam untuk setiap macam garam dan merupakan salah
satu sifat fisis dari garam tersebut.
Jika suatu garam memiliki tetapan hasil kali larutan yang besar, maka dikatakan
garam tersebut mudah larut. Sebaliknya jika harga tetapan hasil kali larutan dari
suatu garam tertentu sangat kecil, dapat dikatakan bahwa garam tersebut sukar
untuk larut.
Harga tetapan hasil kali kelarutan dari suatu garam dapat berubah dengan
perubahan temperatur. Umumnya kenaikan temperatur akan memperbesar
kelarutan suatu garam, sehingga harga tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut
juga akan semakin besar (Petrucci, 1987).
Suatu indikator asam basa adalah senyawa organik yang mengalami
perubahan warna dengan berubahnya pH. Senyawaan ini digunakan sebagai indika
tor/penunjuk dalam penentuan titik akhir titrasi. indikator yang khas adalah
fenolftalein. fenolftalein berubah warna pada pH di atas 7.Sampai pH = 8,3, fenolft
alein tak berwarna. Pada pH = 10 zat ini berwarna merah. Dalam larutan basa kuat,
zat ini kembali tak berwarna. ( Mudjiran,2002)

3. PROSEDUR KERJA
a. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan pemanfaatan resin penukar ion adalah resin IR-
120, 20-50 mesh, glass wool, NaCl, HCL 5M, NaOH ( 0,2 M dan 0,1 M ), akuades, larutan
Mg(NO3)2, larutan Ca(NO3)2, larutan Ba(NO3)2, Asam Oksalat, padatan H2C2O4.2H2O, indicator
PP (phenolptalin).
2. ALAT
Alat- alat yang digunakan dalam percobaan pemanfaatan resin penukar ion adalah kolom
penukar buret ( buret 50 ml), thermometer, gelas piala, gelas ukur, gelas arloji, gelas pengaduk,
erlenmeyer, buret 5 ml, tabung reaksi, pipet ukur.
3. CARA KERJA
Standardisasi larutan standar NaOH
Buret dicuci dan diisikan dengan larutan NaOH yang akan distandardisasikan ( telah tersedia ).
Ditimbang 0,63 gram H2C2O4.2H2O lalu dilarutkan dalam labu takar 50 ml dengan akuades
hingga volume tepat 50ml, disiapkan Erlenmeyer dan diisi dengan 10 ml larutan asam oksalat.
Selanjutnya ke dalam larutan ini ditambahkan 1-2 tetes indicator pp dan dititrasi dengan larutan
NaOH yang akan distandardisasi.
Titrasi diakhiri pada saat timbul warna merah muda dalam larutan. Titrasi diulangi sebanyak 3
kali dan dicacat volume NaOH yang diperlukan dalam setiap titrasi tersebut, kemudian dihitung
molaritas rata-rata larutan NaOH standar.
Penentuan [ Na +] dengan bantuan resin penukar kation
Disiapkan kolom untuk resin dan disusun seperti pada gambar. Disiapkan pasta yang
mengandung 15 gram resin kation IR-120 dalam akuades, kemudian dituangkan kedalam kolom.
Kran dibuka supaya air mengalir tetapi tinggi cairan selalu dijaga berada di atas resin.
Resin kation dalam bentuk hidrogen dibuktikan dengan cara dicuci dengan larutan 5% HCl.
Dituangkan 20 ml asam tersebut ke dalam kolom dan dibiarkan mengalir dengan kecepatan 40
tetes per menit dengan mengatur kran. Jangan dibiarkan tinggi cairan turun sampai di bawah
permukaan resin. Resin dicuci dengan akuades sampai effluent sama dengan akuades ( pH= 5).
Didihkan 100 ml akuades untuk menghilangakan CO2 yang dapat mengganggu titrasi pada
langkah berikutnya.
Setelah air dingin, ditimbang 0,2 gram NaCl murni, kemudian dilarutkan dengan air tersebut
sampai volume 20 ml. larutan dituang ke dalam kolom penukar ion 3 kali masing-masing dengan
kecepatan 40 tetes per menit, effluent ditampung dalam gelas piala 250 ml. gelas piala dibilas
dengan 5 atau 10 ml akuades mendidih dan dituangkan juga air bilasan tersebut ke dalam kolom.
Selanjutnya kolom dicuci dengan 2 kali 10 ml akuades mendidih dan hasil cucian ditampung
dalam gelas piala yang mengandung effluent dari larutan NaCl.
Disiapkan alat-alat titrasi, buret diisi dengan larutan standar 0,2 M. disiapkan sejumlah effluent
dalm Erlenmeyer kemudian ditambahkan 1-2 tetes indicator pp. selanjutnya larutan dititrasi
dengan larutan NaOH sampai titik ekuivalen ( diperoleh warna merah jambu permanen ).
Volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asam dihitung. Jumlah mol ion hydrogen
dalam effluent dan jumlah mol natrium yang ditambahkan dalam kolom dihitung.
Penentuan Hasil Kali Kelarutan, Ksp MgC2O4
Pembuatan larutan jenuh MgC2O4
Bila belum tersedia padatan MgC2O4, dilarutkan 2,96 gram Mg(NO3)2 dengan akuades sampai
volume jenuh H2C2O4 yang dibuat dengan melarutkan kira-kira sebanyak 2 gram dalam 20 ml
akuades. Asam tersebut ditambahkan kedalam larutan Mg(NO3)2 dan kemudian diteruskan
sampai terbentuk endapan permanen, dan ditambahkan 1-2 ml eksra untuk menyempurnakan
pengendapan. Kelebihan asam harap dihindari.
Endapan yang terjadi disaring kemudian dicuci sebanyak 5 kali dengan menyemprotkan akuades
dari botol pencuci pada endapan secara berulang. Setelah pencucian yang ketiga, endapan
dipindahkan pada kertas saring baru, kemudian dicuci kembali sebanyak 2 kali. Endapan harus
tercuci bersih sehingga tidak menggandung asam yang dapat mempengaruhi proses titrasi.
Padatan MgC2O4 yang tersedia atau hasil pembuatan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Dengan botol pencuci bagian samping tabung dicuci sehingga tidak ada endapan yang tinggal
pada dinding, kemudian dilanjutkan dengan penambahan akuades sampai tingginya kira-kira
5cm di atas endapan. Tabung reaksi dikocok selama 30 detik. Temperaturnya diamati dengan
thermometer.
Penentuan [ Mg
2+]
dalam supernatant
Kation resi disiapkan dalam bentuk asam seperti pada percobaan pertama. Gelas piala 250 ml
ditempatkan di bawah kolom resin untuk tempat effluent dan kemudian dimasukkan ke dalam
kolom sebanyak 10 ml supernatant larutan MgC2O4 yang diambil secara hati-hati ( jangan
terdapat padatan dalam supernatant ). Dilanjutkan dengan penambahan 4 kali 10 ml akuades,
dan tanpa effluent dalam gelas piala yang sama.
Disiapkan buret untuk titrasi dan 25 ml NaOH 0,1 M dimasukkan. Ditambahkan 2 tetes indicator
pp, kemudian effluent dititrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari bening ke
merah muda. Volume NaOH yang diperlukan dicatat. Dihitung konsentrasi [ Mg
2+
] dalam
supernatant kemudian dihitung hasil kali kelarutan MgC2O4 menurut persamaan berikut : Ksp
MgC2O4 =[Mg
2+
][C2O4
2-
] = S
2

Dilakukan juga terhadap padatan CaC2O4 dan BaC2O4
4. DATA HASIL PERCOBAAN
Standardisasi larutan standar NaOH
Volume NaOH yg dipakai NaOH 0,1 M NaOH 0,2 M
V1 21,8 ml 11,3 ml
V2 21,8 ml 11,3 ml
V3 22,2 ml 11,1 ml
V rata-rata 22 ml 11,23 ml
[NaOH] 1 = 0,09 M
Penentuan [ Na+] dengan bantuan resin penukar ion
Volume NaOH yang dipakai NaOH 0,2 M
V1 3,7 ml
V2 3,7 ml
V3 3,4 ml
V rata-rata 3,6 ml
[NaOH] 2 = 0,178 M
Penentuan hasil kali kelarutan, Ksp MgC2O4
Garam T ( Suhu) 0C
MgC2O4 30
CaC2O4 31
BaC2O4 32,5
Penentuan [ kation] dalam supernatant
V NaOH 0,1 M MgC2O4 CaC2O4 BaC2O4
VI 0,3 ml 0,3 ml 0,2 ml
V2 0,2 ml 0,2 ml 0,2 ml
V3 0,2 ml 0,2 ml 0,2 ml
V rata-rata 0,23 ml 0,27 ml 0,2 ml

Ksp BaC2O4 = 4,5 x 10-4
Ksp MgC2O4 = 5,175 x 10-4
Ksp CaC2O4 = 6,075 x 10-4

5. KESIMPULAN
Dari percobaan pemanfaatan resin kation diperoleh kesimpulan :
[NaOH] 1 = 0,09 M
[NaOH] 2 = 0,178 M
Effisiensi = 93,68 %
T MgC2O4 = 300C Ksp MgC2O4 = 5,175 x 10-4
T CaC2O4 = 310C Ksp CaC2O4 = 6,075 x 10-4
T BaC2O4 = 32,50C Ksp BaC2O4 = 4,5 x 10-4
Terjadi pengantian kation antara kation yang berikatan pada resin dengan
kation yang dielusikan ke dalam kolom.

6. DAFTAR PUSTAKA
Bassett, J. dkk,1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Penerbit
buku Kedokteran EGC, Jakarta
Harjadi, W, 1993,Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Khopkar, 1990.Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.
Mudjiran,2002,Kimia Analitik Dasar, Jurusan Kimia FMIPA UGM, Yogyakarta
Petrucci, 1987,Kimia Dasar Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Svehla,1985,Analisis Kualitatif Anorganik Makro dan SemiMikro,Kalman Media
Pustaka, Jakarta.
Underwood, A.L., dan Day R. A,2001,Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam,Erlangga,
Jakarta.
Wahono,2007 Resin Penukar I on,Balai Pustaka, Jakarta
www.wikipedia.com/asam oksalat, natrium hidroksida

You might also like