You are on page 1of 21

ASUHAN KEBIDANAN PADABAYI BARU LAHIR DENGAN A

SFIKSIA SEDANG DI RSUD WONOSARI YOGYAKARTA


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut world healt organitation (WHO) dalam laporannya menjelaskan
bahwa asfiksia neonatus merupakan urutan pertama penyebab kematian neonatus
dinegara berkembang pada tahun 2007 yaiyu sebesar 21,1% setelah itu pnemonia
dan tetanus neonatrum masing-masing sevesar 19,0% dan 14,1%. Dilaporkan kem
atian neonatal adalah asfiksia neonatus (33%), BBLR (19%), prematuritas (10%).
Bahwa setiap tahunnya, di perkirakan 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir menga
lami asfiksia, dan hampir 1 juta bayi mengalami kematian. Di indonesia, dari selur
uh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bula
n). Setiap 6 menit terdapat 1 BBL yang meninggal. Penyebab kematian BBL diind
onesia adalah BBLR (29%), asfiksia (27%), traumalahir, tetanus neonatrim, infeks
i lain dan kelainan kongenetal (JNPK-KR 2007).
Menurut data survei demografi dan kesehatan Di donesia (SDKI) tahun 20
07 angka kematian bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup. Angka kemati
an bayi ini sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal. Penyebab kematian bay
i baru lahir se indonesia, salah satunya asfiksia yaitu sebesar 27% yang merupaka
n penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah bayi baru lahir rendah (BBLR) (
Dinkes RI,2007).
Berdasarkan data profil kesehatan provinsi DIY angka kematian bayi tahu
n 2010 mencapai 1 per 1000 kelahiran hidup (SP 2010). Angka tersebut lebih rend
ah di bandingkan hasil survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) 2007 ya
ng sebanyak 19 per 1000 kelahiran hidup (statistik daerah istimewa yogyakarta) 2
012).
Asfiksia neonatrum adalah kemtian di mana bayi batu lahir tidak segera be
rnafas secara spontan dan teratur setelah di lahirkan. Hal ini di sebepabkan oleh hi
poksia janin dalam rahim yang berhubungan dengan faktor-fakror yang timbul dal
am kehamilan, persalinan, dan setelah kelahiran (manuaba 2007)

Kematian bayi akibat asfiksia salah satunya bisa di akibatkan karena kuran
g terampilnya tenaga kesehatan dalam penanganan asgiksia pada bayi batu lahir.
Untuk mengarungi angka kematian tersebut dibutuhkan pelayanan antenatal yang
berkualitas, asuhan persalinan normal dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tena
ga yang profesional terutama memiliki keterampilan dan kemampuan menejemen
asfiksia pada bayi baru lahir. Untuk mengantisipasi hal ini perlu dilakukan suatu
menejemen asuhan kebidanan agar mampu menangani asfiksia pada bayi baru lahi
r (BBL). Dengan harapan penerapan tersebut dapat menekan angka kematian bayi
akibat asfiksia (Asuhan Persalinan Normal,2007).
Pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan telah mencapai 73,14% d
an sebagian besar persalinan tersebut dilakukan oleh bidan. Bidan sebagai penolo
ng persalinan, seringkali di hadapkan dengan keadaan bayi lahir mengalami asfiks
ia. Dimana asfiksia dapat menyebabkan cacat mental, pnemonia, dan kematian.
Dalam keadaan demikian bidan harus melakukan tindakan tertentu agar BBL dapa
t bernafas spontan dan sesegera mungkin. Untuk dapat melakukan tindakan terseb
ut, Bidan harus terampil dan kompeten dalam menejemen asfiksia BBL dan juga
di perlukan perawatan yang intensif. (Profil Kesehatan Indonesia, 2004)
Pegangan hidup umat islam didunia adalah Al-Qur'an dan Al-Hadist. Sesu
ai firman Allah SWT dalam QS.Al Mu'minun (23) ayat 12-14.

(12)

(13)




Yang aryinya: dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia itu dari suayu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani iu kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan aegumpal daging, dan seg
umpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang nelulang itu kami bun
hkus dengan daging. Maka maha sucilah Allah. Pencipta yang pqling baik.

Dari ayat di atas dapat kita ketahui bahwa terbentuknya manusia melalui b
eberapa tahap, dan kandungan menjadi jadin, lalu janin tersebut tumbuh dan berke
mbang dalam rahim sampai lahir menjadi bayi, lalu tumbuh berkembang menjadi
manusia dewasa. Bayi dengan asdiksia sedang adalah ganhhuan dari salah satu pr
oses yang di ceritakan dalam ayat tersebut, sehingga kita perlu melakukan tindaka
n yang cepat dan tepat guna menolong bayi tersebut.
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik mengambil kasus mengenai
"Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan asfiksia sedang di yogyakarta".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan permasalahan
yaitu Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia Seda
ng di RSUD Wonosari Yogyakarta?

C.TUJUAN

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan
Asfiksia Sedang di RSUD Wonosari Yogyakarta.
2.Tujun Khusus
a. Pengumpulan data dasar secara subyektif dan obyektif pada kasus Asfiksia
Sedang di Yogyakarta.
b.Interpretasi data klien meliputi, diagnosa, masalah, dan kebutuhan kasus
Asfiksia sedang.
c. Diagnosa potensial dan antisipasi yang harus dilakukan bidan dari kasus
asfiksia sedang.
d. Kebutuhan dan tindakan segera, kolaborasi, merujuk kasus asfiksia sedang
e. Rencana asuhan kebidanan untuk kasus asfiksia sedang.
f. Pelaksanaan tindakan untuk kasus asfiksia sedang.
g. Menganalisa kesenjangan antara teori dengan kasus nyata di lapangan.

D. Manfaat
1. Bagi Institusi
a. Menambah wacana dan wawasan tentang kejadian asfiksia sedang di RSU
D Wonosari Gunung Kidul Yogyakarta.
b. Dapat di jadikan masukan bagi RSUD Wonosari Gunung Kidul Yogyakart
a untuk membuat kebijakan agar angka kejadian asfiksia sedang dapat men
urun dan termotifasi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya
kesehatan ibu dan bayi
2. Bagi Pengguna
a. Ibu hamil
Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat menambah informasi bagi ibu
hamil bahwa asfiksia sedang merupakan salah satu penyebab kematian
bayi baru lahir, sehingga di harapkan pada ibu hamil dapat mencegah terja
dinya asfiksia dengan meminimalkan faktor resiko yang ada dengan melak
ukan ANC secara ateratur.
b. Tenaga Kesehatan
agar dapat melakukan asuhan kebidanan dan tindakan tepat pada BBL den
gan Asfiksia Sedang.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Setiap kejadian dimuka bumi ini merupakan takdir yang sudah digariskan
oleh Allah SWT. Demikian juga dengan dari mana asal mahkluk hidup ters
ebut. Sesuia firman Allah SWT dalam surat AL-Araf (7) ayat 189 :

Yang artinya: Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari
padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. M
aka setelah di campurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ring
an, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia
merasa berat, keduanya (suami isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya
seraya berkata: Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sale
h, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.

Dari ayat yang di atas sudah di jelaskan bahwa manusi di lahirkan dari rahi
m seorang ibu. Dari sepasang lelaki dan wanita. Maka /kejadian dan proses
pembentukan dan kelahiran bayi sudah di ceritakan Allah SWT dalam fir
mannya, sehingga tidak ada keraguan untukNya.
Bayi baru lahir juga di sebut sebagai neonatus merupakan individu yang se
dang ber/tumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta haus dap
at melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ek
strauterine (Dewi, 2011).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir usia 0 28 hari dari kehamil
an 27 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram dengan
4000 gram (Arief dan Sari, 2009).



b. Ciri ciri bayi lahir normal

1. Lahir aterem antara 37 42 minggu.
2. Berat badan 2500 4000 gram.
3. Panjang badan 48 52 cm.
4. Lingkar dada 30 38 cm.
5. Lingkar kepala 33 35 cm.
6. Lingkar lengan 11 12 cm.
7. Frekuensi denyut jantung 120 160 x/menit.
8. Pernapasan + 40 60 x/menit.
9. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subcutan yang cukup.
10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
11. Kuku agak panjang dan lemas.
12. Nilai Apgar > 7.
13. Gerak aktif.
14. Bayi lahir langsung menangis kuat.
15. Reflek rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan
daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.
16. Reflek sukhing (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
17. Reflek morro (gerakan memeluk ketika di kagetkan) sudah terbentuk denga
n baik.
18. Reflek grasping (menggenggam) sudah baik.
19. Genetalia:
a. Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum
penis yang berlubang.
b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlub
ang serta adanya labora minora dan mayora.
20. Eliminsi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pert
ama dan berwarna hitam kecoklatan.

c. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus.
1. Pernapasan

Selama dalam uterus, janin mendapatkn oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas harus melalui paru-paru. Rangsa
ngan untuk gerakan pernapasan pertama ialah:
a. Tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan lahir.
b. Penurunan pa O2 dan kenaikan pa CO2 perangsang kemoresetor yang terlet
ak disinuskarotis.
c. Rangsangan dingin didaerah muka dapat merangsang permukaan gerakan pe
rnapasan.

Pernapasan pertama pada bayi baru lahir terjadi normal dalam waktu 30 deti
k setelah kelahiran tekanan rongga dada bayi pada saat itu melalui jalan lahi
r pervagina mengakibatkan cairan paru-paru pada bayi normal jumlahnya 80
-100 ml kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut sehingga cairan yang hila
ng ini digantikan dengan udara.

Paru-paru berkembang sehingga rongga dada kembali pada bentuk s
emula pernapasan pada neonatus terutama pernapasan diafragmatik dan abd
ominal biasanya masih tidak teratur frekuensi dan dalamnya pernapasan (Ar
ief dan Sari, 2009).
2. Peredaran dara
Pada masa fetus peredaran darah dimulai dari placenta vena umbilika
lis lalu sebagian lainnya langsung keserambi kiri jantung kemudian kebilik
kiri jantung. Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh se
dangkan yang dibilik kanan darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian
melalui duktus arteriosus ke aorta.
Setelah bayi lahir paru berkembang yang akan mengakibatkan tekan
an arteriol dalam paru menurun yang diikuti denganmenurunnya tekanan pa
da jantung kanan.
Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan den
gan tekanan jantung kanan dan ha l tersebutlah yang membuat foramen
ovale secara fungsional menutup.
Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan
dalam paru turun dan tekan aorta desenden naik dan juga karena rangsangan
biokimia (PaO2 yang naik) serta duktus arteriosus yang berobliterasi.
Hal ini terjadi pada hari pertama. Aliran darah paru pada hari pertam
a kehidupan adalah 4-5 liter per menit/m
2
. Aliran drah sistolik pada hari pert
ama rendah yaitu 1,96 liter/m
2
dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,
54 liter/m
2
) karena penutup duktus arteriosus. Tekanan darah pada waktu la
hir di pengeruhi oleh jumlah darah yang melalui transfuse placenta yang pad
a jam-jam pertama sedikit menurun untuk kemudian naik lagi dan menjadi k
onstan kira-kira 85/40mmHg (Dewi, 2011).

3. Perubahan suhu tubuh
Ketika bayi lahir berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah dar
i suhu di dalam rahim ibu. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25
o
C maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi radiasi dan evapora
si sebanyak 200kal/kg. Sedangkan produksi panas yang dihasilkan tubuh
bayi hanya 1/100 nya. Keadaan ini menyebabkan penurunan suhu sebany
ak 2
o
C dalam waktu 15 menit akibat suhu rendah metabolisme jaringan
meningkat dan kebutuhan oksigenpun meningkat. Dapat kemungkinan m
ekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas tubu
hnya (Arief dan Sari, 2009).
a. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak l
angssung dengan tubuh bayi (memindahkan panas dari tubuh bayi ke o
bjek lain melalui kontak langsung). Sebagai contoh konduksi bisa terja
di ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi saat t
angan dingin dan menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan B
BBL.

b. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang berger
ak (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara).
Sebagai contoh konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menempatk
an BBL dekat jendela atau membuarkan BBL diruangan yang terpasang ki
pas angin.

c. Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya kelingkungan yang leb
ih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu yan
g berbeda). Sebagai contoh membiarkan BBL dalam ruangan ber AC t
anpa diberikan pemanas (radians warner) membiarkan BBL berdekata
n dengan ruangan yang dingin (dekat tembok).

d. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada kecep
atan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara mengubah
cairan mencadi uap). Evaporasi ini dipengaruhi oleh jumlah panas yan
g dipakai tingkat kelembapan udara dan aliran udara yang melewati. A
pabila BBL dibiarkan dalam suhu kamar 25
o
C maka bayi akan kehilan
gan panas melalui konveksi radiasi dan evaporasi yang besarnya 20 kg,
sedangkan yang di bentuk hanya seper sepuluh saja. Agar dapat menc
egah terjadinya kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal berikut:

1. Keringkan bayi secara seksama.
2. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan hangt.
3. Tutup bagian kepala bayi.
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
5. Jangan segera menimbang dan memandikan bayi baru lahir.
6. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.

4. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relativ lebih luas dari tubuh ora
ng dewasa, sehingga metabolisme basal per kg berat badan akan lebi
h besar. Oleh karena itulah BBL harus menyesuaikan diri dengan lin
gkungan baru sehingga energy dapat diperoleh dari metabolisme kar
bohidrat dan lemak.
Pada jam-jam pertama kehidupan energy di dapatkan dari perub
ahan karbohidrat. Pada hari kedua energy berasal dari pembakaran le
mak. Setelah mendapatkan susu sekitar dihari keenam energy diperol
eh dari lemak karbohidrat yang masing-masing sebesar 60 dan 40% (
Dewi, 2011).

5. Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Tubuh BBL mengandung relative banyak air. Kadar natrium jug
a relative besar dibandingkan dengan kalium karena ruangan ekstraselul
er yang luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena :
a. Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
b. Ketidakseimbangan luas permukaan glomerules dan volume tubulu
s proksimal.
c. Renal blood flow kurang dibandingkan dengan orang dewasa (Dew
i, 2011).

6. Imunoglobuin
Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada sumsum tulang j
uga tidak memiliki lamina propia ilium dan apendiks. Pada BBL hanya
terdapat gamaglobulin sehingga imunologi dari ibu dapat berpindah mel
alui placenta (lues, toksoplasma, herpes, simpleks, dll) reaksi imunologi
s dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta antibody gamaglob
ilin (Dewi, 2011)


7. Traktus digestivus
Traktus digestivus relative lebih berat dan lebih panjang dibandi
ngkan dengan orang dewasa. Pada noenates traktus digestivus mengandu
ng zat berwarna hitam kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida atau
disebut juga dengan mekonium. Pengeluaran mekonium biasanhya pada
10 jam pertama kehidupan dan dalam 4 hari setelah kelahiran biasanya fa
ces sudah berbentuk dan berwarna biasa. Ensim dalam traktur digestivus
biasanya sudag terdapat pada neonates kecuali enzim amylase pangkreas
(Dewi. 2011)

8. Hati
Segera setelah lahirmenunjukan perubahan kimia dan morfologi y
ang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta glik
ogen. Sel hermopoetik juga mulai berkurang walaupun dalam waktu yan
g agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir da
ya detoksifikasi hati pada neonates juga belum sempurna contohnya pem
berian obat cloramfenikol dengan dosis lebih dari 50 mg atau kg BB atau
hati dapat menimbulkan grey baby syndrome (Dewi, 2011)

9. Keseimbangan asam basa
Tingkat keasaman (Ph) darah pada waktu lahir umumnya rendah
karena glikolisi anaerobic. Namun dalam waktu 24 jam neonates telah m
engompensasikan asidosis ini (Dewi, 2011)

d. Bayi baru lahir bermasalah
Masalah yang perlu tindakan segera dalam 1 jam menurut (Dewi, 2
011) :
1. Tidak bernapas atau sulit bernapas. Penanganan umum yang bisa dib
erikan adalah:
a. Keringkan bayi atau ganti kain yang basah dan bungkus dengan
pakaian hangan dan kering.
b. Segera lem dan potong tali pusat.
c. Letakan bayi pada tempatnya yang keras dan hangat.
d. Lekukan pedoman pencegahan infeksi dalam setiap melakukan ti
ndakan.
e. Lakukan resusitasi bila terdeteksi adanya kegagalan napas setelah
bayi lahir.
f. Jika resusitasi tidak berhasil maka berikan ventilasi.

2. Sianosi / kebiruan atau sukar bernapas
Jika bayi mengalami sinosi (kebiruan) sukar bernapas (freku
ensi <30 atau >60x / menit) ada tarikan dinding dada kedalam ata
u merintih maka lakukan hal berikut ini:
a. Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan napas tidak tersum
bat.
b. Berikan oksigen 0,5 liter/menit.
c. Rujuk kekamar bayi atau tempat pelayanan yang mensuport kondi
si bayi.
d. Tetap menjaga kehangatan bayi.

3. BBLR (<2500 gram)
Ada dua macam BBLR yang pertama bayi lahir kecil akibat
kurang bulan dan yang kedua adalah bayi lahir dengan BB yang seh
arusnya untuk masa gestasi (dismature).
a. Bayi lahir kecil akibat kurang bulan (premature):
1. Masa gestasi <37 minggu
2. Factor penyebab a/dalah sebagai berikut:
a. Ibu mengalami pendarahan antepartum trauma fisik/psikolo
gi dan DM atau usia ibu masih terlalu muda (<20 tahun) dan
multigravida dengan jarak kehamilan yang dekat.
b. Keadaan social ekonomi rendah.
c. Kehamilan ganda.
3. Ciri-ciri bayi premature adalah sebagai berikut:
a. Berat <2500 gram.
b. Lingkar dada <30 cm.
c. Panjang badan <45 cm.
d. Lingkar kepala <33 cm.
e. Kepala lebih besar dari badannya.
f. Kulitnya tipis transparan dan banyak lanugo.
g. Lemak subcutan minimal.

b. Bayi lahir kecil dengn berat badan yang seharusnya untuk mas
a gestasi (dismature). Kondisi ini dapat terjadi praterm aterm
maupun posterm. Bayi yang lahir dengan berat sangat kecil (
BB<1500 gram atau usia <32 minggu) sering mengalami mas
alah berat seperti :
1. Sukar bernapas.
2. Sukar minum (menghisap).
3. Ikterus berar.
4. Infeksi.
5. Rentan hipotermi.
6. Segera rujuk jika bayi mengalami kondisi-kondisi tersebut.

4. Latergis
Tonus otot rendah dan tidak ada gerakan sehinggA sangat
mungkin bayi sedang sakit berat. Jika ditemukan kondisi demikian ma
ka segera rujuk.

5. Hipotermi (suhu <36
o
C)
Bayi mengalami hipotrmi berat jika suhu aksila <37
o
C. Unt
uk mengatasi kondisi tersebut lakukan hal tersebut:
a. Gunakan alat yang ada incubator radian heater. Kamar hangat
atau tempat tidur hangat.
b. Rujuk ke pelayanan kesehatan yang memiliki neonatal instensi
f care unit (NICU).
c. Jika bayi sinosis sukar bernapas atau ada tarikan dinding dada
dan merintik segera 28 hari sesudah lahir.

6. Kejang
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa
neonates atau dalam 28 hari sesudah lahir.

7. Diare.
Bayi dikatakan mengalami diare jika terjadi pengeluaran fa
ces yang tidak normal baik dalam jumlah maupun bentuk (frekuens
i lebih dari normal dan bentuknya cair). Bayi dikatakan diare bila s
udah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonates dikataka
n diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar.

8. Obstipasi
Obstipasi adalah penimbunan faces yang keras akibat adany
a penyakit atau adanya obstraksi pada saluran cerna atau bisa didefin
isikan sebagai tidak adanya pengeluaran faces selama 3 hari atau lebi
h. Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium dal
am 24 jam pertama pedangkan sisa akan mengeluarkan mekonium d
alam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi maka harus
dipikirkan adanya obstipasi. Namun harus diingat bahwa ketidakterat
uran defekasi bukanlah suatu obstipasi pada bayi yang menyusu kare
na pada bayi yang mengkonsumsi ASI umumnya sering tidak menga
lami defekasi selama 5-7 hari dan kondisi tersebut tidak menunjukan
faces dalam jumlah yang cukup banyak sewaktu defekasi. Sering de
ngan bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya lambat laun defek
asi akan menjadi lebih jarang dan faces yang dikeluarkan menjadi le
bih keras.
9. Infeksi
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi a
da masa antenatal intranatal dan postnatal.

10. Sindrom kematian bayi mendadak sudden infant death syindrome
(SIDS).
SIDS terjadi pada bayi yang sehat secara mendadak ketika s
edang di tidurkan tiba-tiba di temukan meninggal beberapa jam kem
udian. Angka kejadian SIDS sekitar 4 dari 1.000 kelahiran hidup. Ins
iden pucak dari SIDS terjadi pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun.

11. Neonatus resiko tin ggi. Berikut adalah kondisi-kondisi yang
menjadikan neonatus beresiko tinggi :
a. Asfiksia neonatorum
Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara s
pontan dan teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak dapat
memasukan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam aran
g dari tubuhnya.
b. Pendarahan tali pusat
Pendarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul karena t
rauma pengikatnya tali pusat yang kurang baik atau kegagalan pr
oses pembetukan thrombus normal. Selain itu pendarahan pada ta
li pusat juga bisa sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi.
c. Kejang neonatus
Kejang pada neonatus bukanlah suatu penyakit namun mer
upakan suatu gejala penting akan adanya penyakit lain sebagai pe
nyebab kejang atau adanyaa kelainan susunan saraf pusat. Penye
bab utama terjadi kejang adalah kelainan bawaan pada otak seda
ngkan sebab sekunder adalah hangguan metabolic atau penyakit l
ain seperti penyakit infeksi.

Di negara berkembang kejang pada neonatus sering di sebabkan
oleh tetanus neonatrus, sepsis, meningitis, ensefalitis, pendarahan
otak dan cacat bawaan.




























BAB III
METODELOGI

A. Jenis penelitian
Penulisan karya tulis ilmiah ini merupakan metode observasional
deskriftif dengan pendekatan studi kasus. Deskritif adalah studi kasus y
ang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang s
uatu keadaan secara obyektif. Observasional adalah penelitian yang dila
kukan terhadap sampel atau populasi untuk mencari keterangnan secara
factual dan memperoleh intervensi. Studi kasus yaitu penelitian untuk
memberi gambaran secara rinci tentang latar belakang. Karakteristik ya
ng khas dari kasus, yang kemudian di jadikan informasi atau referensi y
ang bersifat umum. (Notoadmojo, 2010)

B. Lokasi penelitian
Lokasi merupakan tempat dimana pengembalian kasus akan dilak
ukan (Notoadmojo, 2010). Proposal CSR ini disusun berdasarkan studi k
asus yang dilakukan di RSUD Wonosari dengan judul studi kasus Asuh
an Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Ny, X dengan Asfiksia Sedang di Ba
ngsal Teratai RSUD Wonosari

C. Subyek penelitian
Subyek penelitian yakni seseorang yang dijadikan sampel pelaksa
naan penelitian (Notoadmojo, 2010). Subyek dalam penelitian ini yajni ba
yi Ny.X dengan Asfiksia Sedang.

D. Waktu penelitian
Waktu penelitian yakni waktu yang di gunakan penulis untuk mel
aksanakan penelitian (Notoadmojo. 2010). Pengambilan kasus bayi Ny. X d
engan Asfksia Sedang dilaksanakan pada bualn april hingga mei 2014.
E. Jenis data
Jenis data yang digunakan penulis ada 2 macam yaitu :
1. Data primer
Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan :
a. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan memeriksa pasien secara i
nspeksi, palpasi, dan auskultasi.
1. Inspeksi
Adalah suatu observasi yang dilakukan secara sistematis da
ri ujung kepala sampai ujung kaki. Pada kasus asfiksia sedang i
ni, peneliti melakukan pemeriksaan segera pada bayi dengan m
elihat frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot, reflek, warna,
dan warna kulit.
2. Palpasi
Adalah suatu teknik yang menggunakan tndra peraba jari ta
ngan, Instrument yang sensitiv dapat digunakan utnuk mengum
pulkan data. Dalam kasus ini peneliti melakukan pemeriksaan p
alpasi untuk mengetahui pernafasan dan reflek.

3. Auskultasi
Adalah pemeriksaan dengan mendengarkan suara yang diha
silkan oleh tubuh. Pada kasus ini peneliti melakukan pemeriksa
an frekuensi jantung pada bayi Ny.X dengan menggunakan stet
oskop.
b. Wawancara
Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secar
a lisan dari seseorang sasaran peneliti (Responden). Atau bercakap-
cakap pengan berhadapan muka dengan orang tersebut (Notoadmoj
o, 2010).


c. Observasi
Pada jenis pengamatan ini, pengamat (observer) benar-bena
r bagian dari kegiatan-kegiatan yang di lakukan oleh sasaran penga
matan (Observer). Dengan kata lain , pengaamat ikut serta aktif ber
partisipasi dalam aktifitas kontak dengan klien (Notoadmojo, 2010)

2. Data Sekunder
a. Telaah Dokumentasi
Data yang diperoleh dengan cara mempelajari status pasien,
cacatan asuhan kebidanan. Studia dokumentasi merupakan semua
bentuk informasi yang berhubungan dengan dokumentasi pasien at
au status pasien.
b. Studi Kepustakaan
Data yang di peroleh dari bahan pustaka yang sangat pentin
g dalam menunjukan latar belakang teoritis suatu penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara atau metode ya
ng digunakan untuk mengumpulkan data (Notoadmojo, 2010). Teknik p
engumpulan data dalam studi kasus adalah :
1. Wawancara
Adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk mendapatkank
eterangan lisan dari pasien. Jadi data tersebut langsung dari pasien (
Notoadmojo, 2010). Dalam kasus ini peneliti bidan yang memberik
an asuhan dan orang tua dari objek peneliti.
2. Observasi
Adalah suatu prosedur yang berencana antara lain meliputi
melihat, mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubun
gannya dengan masalah yang diamati (Notoadmojo, 2010). Dalam k
asusu ini peneliti akan mengobservasi penelitian yaitu bayi dengan a
sfiksia sedang.
3. Studi Dokumentasi
Adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan
dengan dikumentasi resmi maupun tidak resmi (Notoadmojo, 2010).
Pada kasus ini peneliti mendapatkan data dari rekan medis di Ruma
h Sakit Wonosari.

G. Analisa Data
Dilakukan secara deskriftif menggunakan prinsip-prinsip m
enejemen asuhan kebidanan menurut varney.

You might also like