Untuk mengantisipasi risiko krisis listrik beberapa tahun mendatang, kedua kubu capres punya solusi serupa. PASANGAN capres dan cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla menjajaki penyediaan energi murah lewat percepatan konversi bahan bakar minyak (BBM) ke gas. Untuk menekan subsidi dan impor BBM, caranya dengan konversi minyak ke gas untuk transportasi dan pembangkit listrik. Tentu untuk memanfaatkan gas, perlu infrastruktur memadai karena pengelolaannya tidak sesederhana BBM, jelas Tim Sukses Jokowi-JK Bidang Energi, Darmawan Prasodjo, dalam diskusi di Jakarta, kemarin. Menurutnya, selisih harga BBM yang kini Rp10.500 per liter amat jauh dari harga gas yang hanya berkisar Rp4.000-Rp5.000 setara per liter. Dengan beralih ke gas, subsidi BBM lambat laun tidak lagi diperlukan. Selama empat tahun mendatang, kami akan kurangi subsidi BBM secara bertahap, imbuh Darmawan. Ia tidak menampik, pada realitasnya, kini rencana konversi BBM ke BBG jalan di tempat. Selain pengadaan alat konverter, ada pula kendala dari para prinsipal, umpamanya kendaraan yang kelak dipasangi converter kit akan kehilangan garansi dari pihak produsen. Itu gampang saja. Perintahkan Ditjen Pajak untuk beri pajak 200% bagi para prinsipal yang tidak mau beri garansi dan converter kit. Tapi kalau mereka mau beri, kita kasih insentif pajak jadi 5%, paparnya. Di samping gas, pihaknya pun berencana menggenjot konsumsi energi berbasis kelapa sawit untuk meredam impor solar. Dulu kita pernah konversi minyak tanah ke gas. Pada saat elpiji disediakan, minyak tanah dikurangi. Yang terjadi, rakyat mau pakai energi yang lebih murah, imbuhnya. Untuk tahun ini, pemerintah mengajukan revisi subsidi BBM menjadi Rp284,99 triliun dari plafon awal Rp210,74 triliun. Kebutuhan BBM nasional 1,4 juta ton barel per hari, sedangkan produksi hanya 850 ribu bph. Alhasil, sisanya ditutupi impor. Soal subsidi BBM, kubu capres dan cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa justru akan mempertahankannya. Walakin, akan ada pengaturan via instrumen pajak dan cukai untuk mengantisipasi bocornya subsidi ke orang-orang kaya. Kami tidak akan naikkan harga, tapi akan kurangi subsidi BBM khususnya untuk orang kaya. Kalau subsidi dihapus dalam empat tahun, harga BBM premium justru jadi Rp10.750 atau hampir sama dengan pertamax, kata anggota Tim Sukses Prabowo-Hatta, Dradjad Wibowo, dalam forum diskusi serupa. Dengan mengutak-atik pajak dan cukai, imbuhnya, rakyat miskin tidak akan terbebani. Kalau pajak dan cukai kan spesifik, bisa orang tertentu yang dikenai. Subsidi tetap, jadi kenaikan harga hanya akan dirasakan orang kaya. Krisis listrik Soal ancaman krisis listrik yang menghadang Indonesia, khususnya Jawa, beberapa tahun mendatang, kedua kubu punya solusi senada. Baik tim Jokowi-JK maupun tim Prabowo- Hatta mengusung pemanfaatan energi alternatif sebagai sumber pembangkit listrik yang selama ini didominasi BBM. Harga listrik per kWh kalau pembangkitnya pakai BBM Rp3.000, tapi kalau pakai gas bisa Rp700-Rp900 per kWh, papar Darmawan. Maka, pemanfaatan sumber pembangkit listrik dari gas, batu bara, air, ataupun geotermal perlu diintensifkan. Dradjad pun mengemukakan hal serupa. Jika sumber pembangkit listrik masih berbasis BBM, harganya akan mahal sehingga subsidi pemerintah pun besar. Mau tidak mau harus diganti ke sumber yang lebih murah yaitu gas dan energi terbarukan lainnya, jelas Dradjad dalam diskusi yang sama di Jakarta. (*/Ant/E-2) rizkynoor@mediaindonesia.com JK-Hatta Bergandengan Tangan di Sunda Kelapa
ADA yang menarik dalam pernikahan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin, 71, dengan Wury Estu Handayani, 40, di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, kemarin. Ma'ruf `berhasil' mempertemukan dua calon wakil presiden (cawapres), Jusuf Kalla (JK) dan Hatta Rajasa. Keduanya berhadap-hadapan saat menjadi saksi pernikahan. Sejumlah wartawan pun tidak menyangka JK bertemu dengan Hatta. Awalnya, awak pers mendapat undangan bahwa cawapres Jusuf Kalla diminta menjadi saksi pernikahan KH Ma'ruf, yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Wajar bila JK menjadi saksi pernikahan keluarga elite politik ataupun tokoh publik. Namun, yang istimewa, ternyata yang menjadi saksi pernikahan tersebut bukan hanya JK, pendamping calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi). Ma'ruf Amin ternyata juga meminta Hatta Rajasa, pendamping capres Prabowo Subianto, menjadi saksi pernikahannya. Hatta terlihat tiba lebih dahulu di lokasi, sekitar pukul 09.30 WIB. Sekitar 15 menit kemudian, JK datang. Mereka bertemu di ruang VIP dan kemudian berjalan bersama-sama mengapit Ma'ruf masuk ke masjid untuk menjalani akad nikah. Dengan menggunakan pakaian yang mirip, jas hitam lengkap dengan peci, jadilah keduanya duduk berhadapan bersama pengantin dan penghulu. Seusai akad nikah, kedua cawapres itu terlihat berbincang dengan akrab. Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, dalam kata sambutannya, melontarkan candaan. Dua cawapres mengapit mempelai pria, ujar Din yang langsung disambut tawa para undangan. Ini pernikahan kedua beliau (KH Ma'ruf) setelah ditinggal meninggal istri pertamanya, kata Din. Jaga kesantunan JK meminta pertemuan dengan Hatta tidak dikait-kaitkan dengan urusan persaingan dalam pemilu presiden. Enggak ada politik, kita di sini jadi saksi, kata JK yang menjadi saksi pengantin pria. Hal senada disampaikan Hatta. Saya jadi saksi (pengantin) perempuan, ujar Hatta sambil tersenyum. Dalam acara pernikahan itu, tampak banyak karangan bunga dari sejumlah tokoh nasional yang berjajar rapi di depan masjid, di antaranya dari Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang juga Menakertrans Muhaimin Iskandar dan Menko Perekonomian Chairul Tanjung. Konsultan politik Jokowi-JK, Eep Saefulloh Fatah, dalam akun Twitter-nya, kemarin, berkicau, Inilah politik yang beradab. Dua cawapres yang sedang berkompetisi melepas semua atribut dan menjadi saksi akad nikah. Ma'ruf Amin berharap kerukunan bangsa tetap terjaga walaupun kondisi politik tengah menghangat jelang pilpres. Ketika ditanya siapa yang akan didukung, Ma'ruf mengaku belum bisa menentukan pilihan. Masih netral, jadi belum tahu, tegasnya. Selain itu, Ma'ruf berharap kedua pasangan capres dan cawapres mempertahankan kesantunan dalam berkampanye dan tidak saling menyerang dengan melemparkan isu SARA. Itu yang paling penting. (Emir Chairullah/X-4)
Momentum Revolusi Mental
NUR AIVANNI
Calon pemimpin harus mampu menghapus praktik politik kotor yang merusak sistem demokrasi bangsa. PRAKTIK politik kotor yang menghalalkan segala cara serta sikap intoleran masih banyak terjadi dalam pemilihan umum dan menjelang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014. Itu terjadi terutama karena masih rendahnya peradaban politik di Indonesia. Sejumlah tokoh dan peneliti mengemukakan hal itu saat dimintai tanggapan mereka tentang bagaimana Pancasila mampu menangkal maraknya politik kotor di negeri ini. Para tokoh tersebut sepakat bahwa hari lahir Pancasila 1 Juni yang diperingati hari ini merupakan momentum penting untuk merevolusi mental rakyat melalui keteladanan pemimpin. Kita berasal dari kultur kumuh karena peradaban politik kita masih rendah. Kondisi tersebut harus diperbaiki pemimpin mendatang. Mereka harus bisa mengukuhkan pilar-pilar peradaban bangsa, kata mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif, kemarin. Pemimpin bangsa, lanjut Syafii, harus bisa menerjemahkan Pancasila dan UUD 1945 dalam kepemimpinan mereka sehari-hari. Mereka harus menghapus praktik politik kotor yang dilakukan para pembonceng yang merusak sistem demokrasi bangsa. Ia mengkritik demokrasi yang sebatas seremonial sehingga menanggalkan substansi. Substansinya kan tegaknya keadilan, kebersamaan, dan kesejahteraan. Namun, itu masih jauh, papar Syafii. Dalam pandangan peneliti Centre for Strategic of International Studies (CSIS) J Kristiadi, keserakahan telah membuat nilai-nilai luhur yang bisa mengantarkan bangsa ini ke arah kemakmuran luntur. Karena itu, kita perlu revolusi mental yang akan membentuk bangsa Indonesia yang berkarakter dan bisa mengalahkan nafsu-nafsu keserakahan, cetusnya. Gerakan perlunya revolusi mental digemakan kembali oleh capres Joko Widodo. Dalam Rakernas NasDem pekan lalu (Selasa, 27/5), capres yang diusung PDIP, NasDem, PKB, dan Hanura serta didukung PKPI tersebut menegaskan percuma membangun infrastruktur dan fisik yang baik jika mental bangsa ini buruk. Pancasila dilupakan Kepala Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada Sudjito mengemukakan karut-marut persoalan bangsa terjadi terutama karena elite dan pemerintah telah melupakan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup. Ada rencana besar yang dibangun untuk sengaja melupakan Pancasila sebagai dasar NKRI, tutur Sudjito. Salah satu bentuk melupakan itu, tukas dia, adalah sistem politik yang selalu mengedepankan politik dagang sapi yang memperkaya diri sendiri atau kelompoknya dan tidak memperhatikan hajat hidup orang banyak. Itu diperparah keterputusan informasi Pancasila di kalangan generasi sekarang. Hasil penelitian Pusat Studi Pancasila UGM di 10 kota besar di Indonesia sejak 2011-2013 menunjukkan ada keterputusan pendidikan mengenai Pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa. Bahkan informasi mengenai Pancasila tidak ada dalam pendidikan. Keterputusan itu, menurut peneliti PSP UGM Surono, karena sistem pendidikan tidak memperkenalkan dan mengajarkan tentang Pancasila sebagai pandangan hidup. Banyak pelajar dan mahasiswa tidak memahami apa dan bagaimana Pancasila seharusnya diterapkan dalam kehidupan. Kejadian penyerangan terhadap kelompok yang sedang beribadah menunjukkan belum dilaksanakannya nilai Pancasila. (FU/AT/X-2) aivanni@mediaindonesia.com Kirimkan tanggapan Anda atas berita ini melalui e-mail: interupsi@mediaindonesia.com Facebook: Harian Umum Media Indonesia Twitter: @Midotcom. Tanggapan Anda bisa diakses di metrotvnews.com
Dahlan Mendukung tanpa Syarat
KEKUATAN pasangan capres Joko Widodo dan cawapres Jusuf Kalla (Jokowi-JK) bertambah. Dahlan Iskan, pemenang konvensi capres Partai Demokrat, dan mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Soetrisno Bachir, mendukung pasangan Jokowi-JK dalam pemilu presiden mendatang. Kedua tokoh nasional itu membawa jutaan kader yang siap memenangkan Jokowi-JK. Dukungan tersebut ditunjukkan Dahlan yang membawa Relawan demi Indonesia (ReDI) menyesaki Sentul International Convention Center (SICC), Kabupaten Bogor, kemarin. Sementara itu, Soetrisno membawa Relawan Matahari Indonesia (RMI) yang merupakan komponen organisasi Muhammadiyah. Dahlan mengaku sempat didekati tim sukses pasangan Prabowo-Hatta. Namun, setelah mempertimbangkan dengan matang, menteri BUMN itu akhirnya memilih Jokowi-JK. Jokowi menegaskan tidak ada transaksi politik, seperti dijanjikan menjadi menteri atau posisi tertentu di pemerintahan, terkait dengan dukungan Dahlan kepada dirinya. Tanpa syarat. Tanya Pak Dahlan Iskan sendiri, tandas Jokowi. Dahlan pun langsung mengamini, Tidak ada transaksi dan negosiasi. Ini saya baru bertemu di sini, kata dia. Di hari yang sama, mantan Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir dan RMI juga mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi-JK. Memang keputusan tanwir, Muhammadiyah harus netral. Tapi warga Muhammadiyah sangat dekat dengan Pak JK. Seperti Pak Din Syamsuddin, kalau dibuka dadanya, di situ ada JK, kata Soetrisno. Sementara itu, pasangan Prabowo-Hatta mendapat dukungan Rhoma Irama yang merupakan ketua Forum Silaturahmi Tamir Masjid dan Mushola Indonesia (Fahmi Tamami). Kami menilai pasangan Prabowo-Hatta yang ideal dengan kondisi bangsa saat ini, ujar Rhoma, kemarin. (TS/DD/Nur/X-9)
Boleh Menyumbang asal Terang
MENYUMBANG kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden yang berlaga dalam pemilu tidak dilarang. Donasi demi membiayai kampanye politik boleh asalkan identitas penyumbang dan besaran uang yang diberikan terang-benderang dalam lampiran laporan dana yang telah diaudit. Seperti diketahui, pasangan capres dan cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla menggalang dukungan dana dari masyarakat untuk menciptakan pemilu sehat dan bebas dari politik uang. Komisioner Komisi Pemilihan Umum Ida Budhiati menilai langkah tersebut sah. UU dan peraturan Komisi Pemilihan Umum tidak membatasi minimal sumbangan, melainkan batas maksimal. Lantas, setiap penyumbang wajib menyertakan identitas. Ini berarti sekecil apa pun sumbangan harus ada identitas dan formulir pernyataan penyumbang, kata Ida di Gedung KPU, Jakarta, kemarin. Tujuan keterangan identitas penyumbang dana kampanye hanyalah untuk menciptakan demokrasi yang berintegritas dengan menegakkan asas transparansi dan akuntabilitas. Dengan demikian, sumber dana kampanye dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, tim pemenangan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota berkewajiban membuka rekening bank khusus dana kampanye. Ini agar aliran dana dari rekening tim pusat ke bawah dan sebaliknya dapat dilacak. Pasal 103 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden menyebutkan bahwa pasangan calon dilarang menerima sumbangan yang berasal dari pihak asing, yang tidak benar atau tidak jelas identitasnya, hasil tindak pidana, pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, pemerintah desa, dan badan usaha milik desa. Menurut Direktur Gratifikasi KPK Giri Suprapdiono, kemarin, larangan menerima sumbangan dari pihak tersebut karena berpotensi menimbulkan konflik kepentingan, apalagi jika salah satu calon merupakan penyelenggara negara. Meski sudah cuti, calon tersebut tetap berstatus sebagai pejabat publik. Bila ragu, sebaiknya dilaporkan ke KPK untuk dianalisis, katanya. Di sisi lain, kemarin, Komisi Pemilihan Umum menetapkan Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa secara resmi sebagai dua pasangan yang bersaing memperebutkan kursi presiden dan wakil presiden setelah dua minggu melakukan verifikasi dokumen. Komisioner KPU Hadar Nafis Gumay di Gedung KPU, Jakarta, menyatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Kepolisian RI agar pasangan calon beserta keluarga mendapatkan fasilitas pengamanan dan pengawalan yang melekat. Ada 93 pengawal untuk setiap calon. Jadi, total 372 personel yang dibagi dalam tiga sif, kata Hadar. KPU akan melakukan pengundian untuk nomor urut pasangan calon pada hari ini. (Ben/I-4)
Abu Sangeangapi Terjang Enam Kabupaten
"Semua sudah dievakuasi langsung ke desa masing-masing. Tidak ada korban jiwa." --A Wahab Kepala BPBD Kabupaten Bima PASCAMELETUSNYA Gunung Api Sangeangapi di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (30/5), hujan abu yang dimuntahkan dari puncak gunung api itu telah mencapai enam kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT). Keenam kabupaten yang terdampak hujan abu Gunung Api Sangeangapi yaitu Sumba Tengah, Sumba Timur, Manggarai Barat, Sumba Barat, Manggarai, dan Sabu Raijua. Kami sudah instruksikan kepada seluruh BPBD di kabupaten yang terkena abu vulkanis agar segera membagikan masker kepada masyarakat, kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT Tini Thadeus, kemarin. Hujan abu yang meluas itu juga telah mengganggu jalur penerbangan internasional. Humas PT Angkasa Pura I Ngurah Rai Sherly Yuanita mengungkapkan penerbangan Jetstar jurusan Darwin-Denpasar terpaksa dibatalkan karena abu Gunung Api Sangeangapi menyelimuti jalur penerbangan tersebut. Sementara itu, Virgin Air yang menurut jadwal tiba di Bandara Ngurah Rai pukul 14.45 akhirnya dialihkan ke Adelaide, Australia, ujarnya. Untuk penerbangan domestik, maskapai Garuda Indonesia membatalkan penerbangan Lombok-Denpasar dan rute Denpasar-Labuan Bajo-Ende untuk sementara sampai batas waktu tidak ditentukan. Pekatnya abu vulkanis Gunung Api Sangeangapi juga memaksa Bandara Sultan Muhammad Salahuddin, Kabupaten Bima, NTB, ditutup sejak pukul 12.00 Wita, kemarin. Kita tutup dulu karena jarak pandang di landasan sangat terbatas. Untuk besok kita akan lihat perkembangannya, kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi (Dishubkominfo) NTB Agung Hartono, saat dihubungi. Hingga kemarin malam, Gunung Api Sangeangapi masih dinyatakan dalam status siaga (level III). Semburan partikel abu vulkanis masih membubung tinggi hingga 3.000 meter. Wilayah Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, yang berjarak sekitar 14 kilometer dari Gunung Api Sangeangapi diselimuti awan gelap dan jarak pandang hanya sekitar 10 meter. Kepala BPBD Kabupaten Bima A Wahab mengungkapkan Bupati Bima H Syafruddin telah menetapkan tanggap darurat selama tujuh hari dengan mendirikan tim posko yang dikomando Dandim Kabupaten Bima. Saat ini seluruh petani dan nelayan yang bermukim sementara di sekitar gunung yang berada di Pulau Sangeangapi itu telah dievakuasi ke rumah mereka di tiga desa, yaitu Desa Sangiang, Oi Toi, dan Sadewa. Semua sudah dievakuasi langsung ke desa masing-masing. Tidak ada korban jiwa, kata Wahab, kemarin. (YR/PO/ OL/X-9)
KPK Diminta Selidiki Dirjen Haji sebelum Anggito
Penyelenggaraan haji tidak bisa lagi dilaksanakan ditjen, tetapi oleh institusi tersendiri yang independen dan profesional. KOMISI Pemberantasan Korupsi diminta menyelidiki kemungkinan keterlibatan pejabat Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama sebelumnya menyusul mundurnya Anggito Abimanyu. Jika Anggito (Dirjen PHU) diduga terlibat pada 2013, dirjen sebelumnya, Slamet Riyanto, serta pejabat lain yang mungkin terkait pada penyelenggaraan haji 2012 juga harus diperiksa, kata pemerhati haji dari Rabithah Haji Indonesia (RHI) Ade Marfuddin di Jakarta, kemarin. Menurut dia, Slamet dan para pejabat Kemenag sebelumnya diduga berkontribusi pada kasus penyelewengan dalam penyelenggaraan haji 2012 dan 2013 yang diungkap KPK baru-baru ini. Kasus itu pula yang telah menyeret Menteri Agama Suryadharma Ali sebagai tersangka. RHI mendukung penuh KPK mengusut secara tuntas dan mengungkap berbagai kecurangan dalam penyelenggaraan haji sekaligus menangkap para pelakunya dengan memberi hukuman maksimal atas perbuatan mereka yang melawan hukum dan menodai kesucian nilai-nilai agama, tegas Ade yang juga dosen UIN Jakarta. Lebih jauh, ia mendesak Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 diamendemen karena dinilai tidak relevan dan sejalan dengan semangat reformasi penyelenggaraan haji. Amendemen itu lebih fokus kepada agenda pemisahan secara jelas antara fungsi regulator dan eksekutor penyelenggaraan haji. Penyelenggaraan haji tidak bisa lagi dilaksanakan ditjen, tetapi oleh institusi tersendiri yang independen dan profesional. Adapun fungsi regulator masih bisa dipegang kementerian, tandasnya. Secara terpisah, Koordinator Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran, Uchok Sky Khada sepakat agar KPK memeriksa pejabat Kemenag sebelumnya termasuk anggota DPR. Di sisi lain, ia mengkritik kebijakan pemerintah dengan menurunkan biaya penyelenggaraan ibadah haji 2014 sebesar 8,2% saja daripada sebelumnya. Itu terlalu kecil, seharusnya bisa 10%-20% jika pemerintah mau mengadakan sistem lelang. (Bay/Vei/S-3)
Kasus Intoleransi tidak Boleh Terulang
Sejumlah komisi nasional mendesak pemerintah menuntaskan kasus-kasus intoleransi. KOMISI Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyesalkan masih ada kasus intoleransi yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sangat menyesalkan kejadian tersebut, apalagi pelakunya diduga tetangga kampung. Tidak boleh terulang, kata Ketua Komnas HAM Siti Nurlaila di Yogyakarta, kemarin. Ia menegaskan saat ini para korban kekerasan butuh perlindungan karena mereka merasa terancam. Terlebih korban dan pelaku saling kenal. Kami minta Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ikut turun guna memastikan korban merasa aman, tegas Siti Nurlaila. Komnas HAM juga menyoroti kinerja kepolisian di DIY yang hingga sekarang masih memiliki sejumlah kasus pelanggaran HAM yang belum terselesaikan. Agar kasus serupa tidak terulang lagi, Siti meminta fungsi intelijen dalam pengendalian aksi-aksi kekerasan dapat dimaksimalkan, untuk memetakan potensi gangguan keamanan. LPSK, Komnas Perempuan, dan KPAI pun langsung berkomitmen mendampingi para korban dan saksi, agar kekerasan yang terjadi di Kompleks Perumahan YKPN, Sleman, bisa ditangani secara adil. Lili Pintauli, penanggung jawab bidang perlindungan dari LPSK, mengatakan hingga kemarin belum ada permohonan saksi atau korban untuk dilindungi. Lili juga mendapat informasi ada institusi yang hendak mengajukan permohonan untuk melindungi saksi dan korban. Penyerangan yang dilakukan sekelompok orang di rumah Julius Felicianus saat melakukan ibadah mendapat perhatian banyak pihak, termasuk Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat (Almisbat). Kami sangat prihatin dengan kasus penyerangan ini. Padahal Yogyakarta dikenal sebagai the city of tolerance, tapi masih ada tindakan intoleran. Tindakan kekerasan yang terjadi harus ditanggapi dengan cerdas dan santun, kata Tri Agus seusai mendeklarasikan Almisbat, Yogyakarta. Ketua Komnas Perempuan Yuniati Chuzaifah mendesak pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyelesaikan kasus-kasus kekerasan atas nama agama. Termasuk penyerangan terhadap ibu-ibu yang sedang beribadah di Sleman, tegasnya dalam siaran pers yang dikeluarkan Sejuk. Yuni pun akan terus menagih keseriusan pemerintah dalam menyikapi intoleransi dan kekerasan atas nama agama yang tidak kunjung menurun. Komisioner KPAI Maria Ulfah Anshor juga menyayangkan jatuhnya korban anak-anak dalam kasus penyerangan di rumah Julianus. KPAI akan membahas kasus ini Senin (2/6). Surat permohonan dari teman-teman atau pendamping para korban kami tunggu untuk mempercepat gerak KPAI, bersama-sama dengan komisi nasional lainnya menginvestigasi dan menyusun rekomendasi untuk negara, tegas Maria Ulfah. Kasus penyerangan dengan kekerasan ini menyebabkan enam orang yang terdiri dari dua pria dewasa dan empat perempuan, serta satu anak mengalami luka-luka. Dari tiga orang korban yang dirawat di rumah sakit, kini tinggal dua orang yang masih dirawat yakni Julius Felicianus dan Nur Wahid. Adapun seorang anak berusia 8 tahun sudah diperbolehkan pulang. (N-3)
Pemilu Serentak, Capres Lebih Banyak
PENYELENGGARAAN pemilu serentak akan membuka peluang bagi semua partai politik yang lolos verifikasi untuk mengajukan pasangan calon presiden dan wakil presiden. Partai yang lolos verifikasi otomatis memiliki hak konstitusional untuk mengusung pasangan calon. Hal ini akan membuka peluang jumlah capres dan cawapres menjadi lebih banyak bila dibandingkan dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 saat ini, kata Ketua KPU Pusat Husni Kamil Manik dalam Konferensi Nasional Hukum Tata Negara di Sawahlunto, Sumatra Barat, Jumat (30/5) sore. Konferensi yang diikuti sekitar 200 dosen hukum tata negara, penyelenggara pemilu, praktisi, dan aktivis di bidang kepemiluan itu ditutup dengan pemberian anugerah konstitusi Muhammad Yamin Award. Menurut Husni, jumlah capres dalam pemilu serentak dapat saja lebih sedikit bila terjadi komunikasi politik yang intens antarpartai politik dan terbangun koalisi sebelum tahapan pendaftaran calon dibuka. Lebih jauh, menurut Husni, pemilu serentak masih dapat diperluas dengan menambah paket pemilu kada. Pemilu serentak dengan memasukkan pemilu kada akan mendorong partai membangun koalisi dari tingkat nasional sampai ke daerah, cetus Husni. Bila terjadi, menurutnya, itu akan menjawab problem koordinasi dan sinkronisasi yang selama ini kurang terbangun antara pemerintah pusat dan daerah sejak pelaksanaan otonomi daerah. Meski demikian, menurut dosen Hukum Tata Negara Universitas Andalas Charles Simabura, pemilu serentak yang memasukkan pemilu kada perlu dikaji lebih dalam. Perlu ditetapkan terlebih dahulu, apakah pemilu serentak memasukkan pemilu kada atau tidak. Bila iya, aturan tentang pemilu kada mesti masuk ke kompilasi undang-undang pemilu, ujar Charles yang memfasilitasi diskusi tentang pemilu serentak dalam konferensi tersebut. Selain membahas pemilu serentak, tiga komisi dalam diskusi paralel di konferensi tersebut membahas pemilu kada serentak, kompilasi UU Pemilu, dan dana pemilu. (HR/P-4)
Harapan di Balik Angkot Day
BUNYI klakson, teriakan-teriakan, salib-menyalib, angkot ngetem, sudah menjadi pemandangan umum di Bandung. Tidak ada lagi kenyamanan bertransportasi. Kondisi itu mengusik Shendi Abdi Maulana, 31, dan Seterhen Akbar, 29, dua pemuda lulusan ITB yang dikenal sebagai pendiri Komunitas Riset Indie. Kita kuliah lama di Bandung dan melihat langsung ada perubahan yang signifikan di wilayah transportasi, yang dulu aman nyaman sekarang semrawutan, tutur Shendi yang sedari SMA menetap di Bandung. Merespons persoalan tersebut, mereka mulai memikirkan solusi apa yang kira-kira bisa dipakai agar angkot bisa efektif, efisien, dan kepentingan publik bisa tersaranai dengan baik. Angkot Day Mereka kemudian mencanangkan program Angkot Day. Intinya, ada satu hari yang angkot dibuat ideal, aman, nyaman, tertib, tanpa asap rokok dan sebagainya. Kita sewa angkot satu trayek Kelapa-Dago dari pukul 05.00 sampai pukul 22.00 malam. Sekitar 270 sopir angkot jurusan Kalapa-Dago dibayar Rp350 ribu sehari untuk berkendara dengan tertib dan memuaskan penumpang. Orang yang mau naik angkot gratis, angkot gak akan ngetem karena mereka sudah tidak cari setoran lagi, jelas Seterhan yang akrab dipanggil Aska soal konsep yang mereka lakukan tahun lalu. Biaya riset menurut Aska, didapat dari patungan, donasi, dan bantuan pemerintah kota melalui Bandung Creative City Forum. Apa hasil dari program tersebut? Dari segi interaksi, terang Aska, muncul hal menarik. Ada kecenderungan penumpang mengucapkan terima kasih kepada supir. Itu interaksi yang jarang terjadi, sudah lama hilang, papar Shendi dan Aska. Mereka menyimpulkan, kesemrawutan terjadi karena bisnis tidak berjalan. Dari 1970-an sampai sekarang, angkot masih begitu-begitu saja, sementara dunia sudah berubah. Mereka tidak siap untuk menghadapi perubahan yang canggih ini, simpul Aska. Solusi Tahun ini, Komunitas Riset Indie akan melanjutkan program Angkot Day yang rencananya akan dimulai setelah Lebaran. Mereka juga tengah menggodok pilot project model bisnis integrasi angkutan feeder. Bagi Riset Indie, masalah angkot harus diselesaikan melalui temuan cara bisnis baru. Konsep mereka itu diikutsertakan dalam lomba community entrepreneurship dari British Council dari 2013 dan menjadi salah satu pemenang yang mendapat grant untuk betul-betul diwujudkan. Intinya kita mau bekerja sama dengan operator angkot yang sudah ada, lalu membuat sistem koperasi penumpang, terang Aska. Kemungkinan koperasi penumpang di Bandung itu akan menawarkan kartu untuk digunakan sebagai alat ganti pembayaran. Dengan demikian, diharapkan akan terbangun sistem yang memungkinkan mekanisme penggajian bagi supir angkot. Nah kalau supir angkot mendapat gaji pasti tiap bulan. Mereka tidak akan lagi kejar setoran, sehingga lebih mudah mengontrol ketertiban berlalu lintas di jalan. Namun, kami masih memikirkan dan menggodok sistem pastinya. Semoga nanti bisa menjadi solusi. (Her/M-7)
Tidak Mau Terjebak Status Unggulan
ACHMAD MAULANA
Hasil imbang 4-4 kontra Swedia di babak kualifikasi membuktikan bahwa Jerman masih memiliki kelemahan. DENGAN rekor tidak terkalahkan selama babak kualifikasi, plus status sebagai tim tersubur di zona Eropa dengan 36 gol, tidak berlebihan sepertinya jika Jerman dijagokan bakal menjuarai Grup G sekaligus sebagai salah satu penantang serius gelar juara Piala Dunia 2014. Lewat permainan menyerang yang memikat, juara dunia tiga kali itu seolah ingin mendemonstrasikan mengapa mereka layak menjadi salah satu kandidat juara. Apalagi di empat turnamen mayor terakhir, Piala Dunia 2006 dan 2010 serta Piala Eropa 2008 dan 2012, Jerman juga setidaknya selalu masuk semifinal. Tidak kurang legenda Jerman Franz Beckenbauer pun mengungkapkan keyakinannya akan peluang Der Panzer di Brasil nanti. Menurut sang `Kaisar', tim Panser telah memainkan sepak bola yang luar biasa di bawah bimbingan Joachim Loew dan dengan pengalaman mereka, sudah saatnya Die Mannschaft mengangkat trofi Piala Dunia keempatnya. Saya pikir ini saat yang tepat bagi Jerman untuk memenangi Piala Dunia lagi, ujar Beckenbauer. Loew akan dinilai berdasarkan trofi Piala Dunia. Ekspektasi di Jerman sangat tinggi, tapi itu bisa dipahami karena tim memiliki kualitas untuk memenangi Piala Dunia, timpal mantan kapten Jerman Michael Ballack. Ekspektasi besar publik Jerman terhadap tim besutannya itu bukan tidak disadari Loew. Karena itu, ia dan skuatnya terus bekerja keras untuk mewujudkan harapan tersebut. Kami sudah bekerja keras dan saya yakin sudah ada perkembangan signifikan, baik teknik maupun fisik. Semua pemain sangat fokus dalam latihan dan berambisi menjadi juara. Itu menunjukkan atmosfer yang bagus, ujar Loew. Secara logika, kami memang memiliki tim yang kompetitif dan layak menjadi salah satu favorit di Brasil. Namun, kami tidak boleh terjebak pada prediksi itu, imbuhnya. Butuh perbaikan Diakui Loew, timnya masih jauh dari kata sempurna. Masih ada banyak ruang bagi mereka untuk perbaikan. Itu bisa dilihat dari hasil pertandingan melawan Swedia di Berlin pada 17 Oktober 2012 silam. Ketika itu, Philipp Lahm dan kawan-kawan hanya mampu bermain imbang 4-4. Padahal, mereka sempat memimpin 4-0. Kami masih harus bekerja keras sebelum Piala Dunia. Saya melihat ada dua area yang menjadi kelemahan kami. Pertama kami masih butuh stabilitas di baris kedua pertahanan kami dan kedua, membenahi permainan kami di baris ketiga. Pernyataan Loew itu memang tidak berlebihan. Faktanya, memang tidak ada lawan yang mudah di Piala Dunia. Di Brasil nanti, Die Mannschaft tergabung di Grup G bersama Portugal, Amerika Serikat, dan Ghana. Dari ketiga lawan tersebut, jelas tidak ada yang bisa dipandang sebelah mata. Untuk Portugal, misalnya, berkali-kali Cristiano Ronaldo cs menunjukkan kapabilitas untuk bersaing dengan Jerman. Mereka bahkan hanya kalah tipis 0-1 dari Spanyol di semifinal Piala Eropa 2012. Begitu pula dengan Ghana. Wakil Afrika itu amat mungkin mengusung dendam terhadap Die Adler atas kekalahan mereka di Piala Dunia 2010. Sementara itu, Amerika Serikat juga mengalami kemajuan pesat. Apalagi mereka kini ditukangi mantan pemain dan arsitek Jerman Jurgen Klinsmann, yang sudah pasti tahu betul kelebihan dan kelemahan timnas negaranya. Saya pikir tingkat ekspektasi publik akan berubah. Betul, dengan skuat ini, kami harus optimistis. Namun, ada beberapa tim lain yang juga punya peluang sama dengan kami. Akan tetapi, sama seperti kita, peluang mereka pun ada sedikit di belakang Brasil, tandas Loew. Saya pikir Jerman selalu memiliki peluang. Saya sangat yakin karena pernah jadi bagian dari tim dan kami punya manajemen pemain yang baik. Saat ini, tim diisi para pemain hebat. Saya rasa setidaknya kami akan melaju ke semifinal, kata mantan bek timnas Jerman, Christoph Metzelder. (Berbagai sumber/X-3) maulana@mediaindonesia.com
PELATIH Sandang Beban Berat
SALAH besar jika menganggap menjadi arsitek tim nasional Jerman itu mudah. Persoalannya bukan bagaimana membuat skuat yang tangguh dan mencapai hasil, tapi lebih karena faktor nonteknis. Dengan sumber daya mereka yang banyak, tidak sulit bagi siapa pun untuk membuat skuat yang tangguh. Pun soal dana. Hampir dipastikan semua program yang dipunyai seorang pelatih bakal bisa dilaksanakan. Masalahnya ialah tuntutan publik Jerman begitu besar. Hal inilah yang menjadi beban bagi semua juru taktik Die Mannschaft, terutama saban kali menghadapi turnamen major. Tuntutan prestasi atau gelar juara selalu disandang para arsitek Der Panzer. Bahkan terkadang mereka harus mempertaruhkan jabatannya, termasuk yang dialami Joachim Loew. Hal itu disadari betul oleh mantan asisten Juergen Klinsmann itu. Meski begitu, dia sudah siap dengan konsekuensi tersebut. Tingkat ekspektasi publik Jerman memang sangat tinggi. Namun, saya percaya akan berubah dalam seminggu atau sebulan. Apabila saya mengatakan sesuatu sekarang, itu bukan untuk menyadarkan orang, tetapi cuma sekadar cara pandang saya melihat sesuatu, tegas juru taktik kelahiran Schoenau, Jerman, pada 3 Februari 1960 silam itu. Secara logika, kami memang memiliki tim yang bagus dan kompetitif. Kami juga layak menjadi jadi salah satu tim favorit di Piala Dunia 2014. Namun, sebagai tuan rumah, Brasil punya keunggulan. Karena merekalah yang paling mengerti kondisi. Jadi bersama tim favorit lainnya, kami berada sedikit di belakang Brasil, imbuhnya. Sejak kegagalan di Piala Eropa 2012, masa depan Loew memang mulai disorot. Ketika itu, Jerman kalah 1-2 di semifinal dari Italia. Kontrak Loew sendiri akan berakhir pada 2016 mendatang. Jadi hampir dipastikan keberhasilan atau kegagalan Philipp Lahm dan kawan-kawan di Brasil nanti akan menjadi bahan pertimbangan Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) untuk memperpanjang atau memutus kontraknya. Loew akan dinilai berdasarkan trofi Piala Dunia. Ekspektasi di Jerman sangat tinggi dan itu bisa dipahami karena kami memiliki kualitas untuk menjadi juara. Saya pikir dia (Loew) tidak akan melanjutkan jika (Jerman) tersingkir lebih cepat, tukas mantan kapten Jerman Michael Ballack. (Berbagai sumber/Mln/X-3)
BINTANG
Wujudkan Impian Jerman
HANYA semifinalis di empat turnamen mayor terakhir jelas bukan prestasi yang membanggakan bagi Jerman. Dengan segudang talenta yang mereka punyai, trofi juara menjadi target yang tidak bisa ditawar-tawar. Itulah ekspektasi publik Jerman saban kali tim kesayangan mereka tampil di sebuah turnamen. Apalagi mereka sudah lama tidak melihat Nationalmannschaft mengangkat trofi juara. Kali terakhir Jerman menjadi kampiun di Piala Dunia yakni pada 1990 silam. Itulah gelar ketiga mereka dan sekaligus menjadi gelar terakhir. Di Piala Eropa, kali terakhir Jerman menjadi juara yakni pada 1996 silam. Sudah cukup lama memang. Tidak berlebihan jika publik begitu bernafsu ingin melihat Die Mannschaft menjadi kampiun. Impian itulah yang coba diwujudkan para punggawa Der Panzer di putaran final Piala Dunia 2014 Brasil nanti. Gelandang Thomas Mueller mengungkapkan menjadi kampiun Piala Dunia 2014 memang menjadi impian seluruh rakyat Jerman sejak lama, termasuk dirinya. Itu sebabnya ia akan memanfaatkan momentum tersebut untuk merealisasikan impian tersebut dan sekaligus mencatatkan diri sebagai pemain pertama dalam sejarah yang mampu menyabet gelar top scorer Piala Dunia dua kali berturut-turut. Mempertahankan Sepatu Emas di Piala Dunia memang tebersit di benak saya, tapi itu bukan fokus utama. Tujuan utama kami ialah menjadi juara, tegas gelandang Bayern Muenchen itu. Saya tahu itu bukan target yang mudah. Tidak ada seorang pun yang pernah melakukan itu (top scorer dua kali) sebelumnya. Pun banyak tim dan pemain hebat di Piala Dunia. Namun, saya akan mengerahkan segalanya untuk mencapai kedua target itu, lanjut pemain kelahiran Weilheim, Jerman, pada 13 September 1989 silam itu. Dengan semakin menurunnya kemampuan seniornya, Miroslav Klose, peluang Mueller untuk unjuk kemampuan memang semakin besar karena Joachim Loew tentu akan memberikan porsi yang lebih besar untuknya. Kesempatan itulah yang dimanfaatkan Mueller. Saya ingin memanfaatkan kesempatan ini. Saya tidak ingin kami tersingkir di semifinal lagi ataupun di babak-babak awal karena kami datang ke Brasil bukan untuk menikmati matahari. Kami datang dengan satu tujuan, yakni menjadi juara, tandas pemain yang mengawali karier juniornya di klub TSV Pahl tersebut. (Berbagai sumber/ Mln/X-3)
Costa Masuk Skuat Negredo, Llorente Dicoret
ACHMAD MAULANA
Meski hanya uji coba, kemenangan atas Peru menjadi begitu penting bagi Inggris lantaran Piala Dunia 2014 hanya tinggal menghitung hari. PERFORMA apik Atletico Madrid musim ini sepertinya menjadi salah satu pertimbangan utama arsitek Spanyol Vicente del Bosque dalam memilih pemain yang akan dibawanya ke Piala Dunia 2014 di Brasil. Terbukti, ia tetap memilih Diego Costa yang masih dalam masa penyembuhan cedera ketimbang dua pemain lainnya, Alvaro Negredo dan Fernando Llorente. Kedua pemain itu, Negredo dan Llorente, harus melupakan impian mereka tampil di Brasil. Padahal, penampilan mereka di klub masing-masing musim ini juga cukup bagus. Keduanya bahkan turut berperan dalam mengantarkan klub masing-masing menjadi juara di kompetisi domestik. Negredo bersama Manchester City di Liga Primer, sedangkan Llorente meraih gelar scudetto bersama Juventus. Namun, Del Bosque sudah berketetapan hati. Dari 23 pemain yang dibawanya ke Brasil, ia tidak mencantumkan Negredo dan Llorente. Padahal, Costa masih berjuang memulihkan cedera hamstring yang dideritanya menjelang akhir kompetisi 2013-2014. Meski berisiko, faktanya penyerang yang membantu Atletico Madrid menjuarai La Liga dan lolos ke final Liga Champions itu tetap dipilih sang arsitek. Kami sudah memantau proses pemulihannya hingga menit-menit terakhir sebelum mengambil keputusan ini, tegas Del Bosque. Alih-alih memilih kedua pemain tersebut, mantan arsitek Real Madrid itu masih akan mengandalkan dua striker kawakan Fernando Torres dan David Villa. Demikian juga dengan pemain tengah. Selain Koke (Atletico), para pemain lainnya ialah muka-muka lama seperti Xabi Alonso (Madrid), Santi Cazorla (Arsenal), David Silva (Manchester City), Juan Mata (Man United), Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Cesc Fabregas, Sergio Busquets, dan Pedro Rodriguez (Barcelona). Beberapa saat sebelum pengumuman tersebut, La Furia Roja sukses mengalahkan Bolivia 2-0 dalam sebuah laga uji di stadion Ramon Sanchez Pizjuan. Kedua gol tim `Matador' tersebut dicetak Fernando Torres (50') dan Andres Iniesta (83'). Bekal sempurna Kemenangan serupa dicatat Inggris. Dalam uji coba melawan Peru di Wembley, kemarin, `Tiga Singa' sukses memuaskan para pendukung mereka lewat kemenangan telak 3-0. Atas hasil tersebut, arsitek the Three Lions Roy Hodgson mengaku sangat puas. Ia pun menyebut hasil positif itu sebagai modal bagus bagi mereka menjelang Piala Dunia. Kemenangan ini menjadi sesuatu yang sempurna bagi kami untuk menghadapi Piala Dunia. Ini merupakan sebuah persiapan yang luar biasa, ujar Hodgson dikutip Sky Sports. Kami memang tampak canggung di babak pertama. Namun, setelah Daniel mencetak gol, performa kami menjadi lebih baik. Saat menghadapi tim yang cenderung bertahan, Anda harus sabar, tukas Hodgson. Ketiga gol Inggris dalam laga itu dicetak Daniel Sturridge (32'), Gary Cahill (65'), dan Phil Jagielka (70') sekaligus memastikan kemenangan. (AP/Rtr/X-3) maulana @mediaindonesia.com
Suara 1
TAUFIK IKRAM JAMIL
TAK ada keistimewaan khusus dari upacara kematian yang diceritakan Murad sampai ia harus membatalkan janjinya dengan saya. Membatalkan pekerjaan besar yang telah kami rancang berbulan-bulan. Melalui pesan pendek (SMS) yang tiba di telepon genggam saya, Murad menulis, Maafkanlah kalau aku tidak meminta maaf karena pembatalan ini, sebab aku harus mengikuti upacara kematian itu. Diakuinya bahwa sosok yang mati tersebut bukanlah saudara, bukan kaum kerabat. Bukan kawan, terutama bukanlah lawan. Tidak sosok terhormat, tak pula tokoh terpandang. Mengenalnya, pasti. Tapi ya sekadar kenal, tidak sampai menjadi sahabat, menjadi orang yang dapat dijadikan obat karena kepadanya semua persoalan dapat disampaikan. Saya paham kalau ia harus melayat. Saya paham kalau ia harus memandikannya, menyalatkannya, dan menguburkannya. Saya paham, kalau ia dapat larut sebegitu jauh karena menghayati kematian yang berada di pelupuk matanya. Bukankah kematian merupakan satu dari dua warisan besar manusia yang senantiasa memberi ingatan tanpa kata- kata. Sesuatu yang paling dekat tanpa dapat diraba dalam bentuk apa pun, tetapi dapat menjauh tanpa jejak, tanpa bekas walau sekelibas bayangan. Cuma saja, penyelenggaraan suatu kematian tidak mungkin menelan masa demikian panjang, sampai Murad harus membatalkan janjinya dengan saya--membatalkan pekerjaan besar yang kami rancang berbulan-bulan. Satu, dua, tiga, bahkan tiga hari, kurasa cukup untuk menempatkan kematian sebagai sesuatu yang meski datang setiap saat, pada tempat yang semestinya. Tempat di mana kematian bukanlah cerita kosong, tetapi awal dari cerita panjang sesungguhnya. Kalau bukan kaum kerabat, apalagi kalau bukan anggota keluarga, bisa saja kan Murad meninggalkan beberapa saat upacara kematian itu, untuk memenuhi janjinya dengan saya. Ia pergi dulu ke tempat kematian itu, memanjang-manjangkan doa dan mengucapkan belasungkawa agak satu atau dua jam, waktunya tak akan sampai setengah hari. Bahkan, bukan mustahil ia dapat menyalatkan jenazah yang selalu dilakukan bakda zuhur. Masih banyak waktu tersisa untuk menunaikan janjinya dengan saya, sebab untuk memenuhi janji tersebut, kami harus bertemu dulu sekitar pukul 14.00. Kalaupun jenazah akan dikebumikan setelah sanak-keluarga datang, itu pun pasti dilakukan tidak mungkin menjelang malam. Tinggal waktu pertemuan kami untuk memenuhi janji yang sudah dirancang sedemikian lama, digeser menjelang malam. Pasalnya pasti, pelaksanaan janji yang kami buat itu dilakukan pada sepertiga awal malam. Jadi, masih banyak waktu, masih banyak waktu. Murad tidak harus membatalkan janji dengan saya untuk suatu pekerjaan yang sudah kami rancang berbulan-bulan, bahkan nyaris menjadi obsesi kami, hanya karena upacara kematian tersebut. Suatu upacara yang saya kira tidak istimewa. Bagaimana dikatakan istimewa, sebab yang mati itu hanya kenalannya yang biasa-biasa saja, juga dari kalangan awam? Sementara janji kami? Janji saya dan Murad. Suatu pekerjaan besar yang sudah kami rancang berbulan-bulan, bahkan hampir menjadi obsesi kami sepanjang waktu. *** Tak habis pikir saya, mengapa Murad membatalkan janjinya hanya karena upacara kematian yang tidak sedikit pun terkesan istimewa, baik dalam pengertian bentuk maupun sifatnya itu. Masih saya terima kalau pelaksanaan janji tersebut ditunda agak beberapa jam, bahkan satu sampai tiga hari. Tetapi membatalkannya secara permanen sebagaimana pesan pendek Murad kepada saya dengan kalimat, Sampai batas waktu yang tak dapat ditentukan, sungguh telah memukul-mukul batin saya. Sungguh telah mengguncang-guncangkan batin saya. Saya harus berbicara dengannya, tak puas kalau dalam suasana batin semacam ini, berkomunikasi dengan hanya menggunakan pesan pendek. Saya pencet huruf M sebagai bunyi awal dari nama Murad di papan huruf telepon genggam. Tak perlu waktu lama kemudian, jaringan telepon genggam kami tersambung. Saya menunggu Murad menjawab panggilan saya lewat benda kecil itu. Sekali, dua kali, tiga kali....Murad tak menyambut juga. Tapi, saya sabar-sabarkan diri. Saya ulangi tindakan memencet tanda panggilan kepadanya. Berkali-kali, berkali-kali, entah berapa kali. Untuk memelihara kesabaran, saya bayangkan Murad tengah sibuk menyelenggarakan jenazah. Barangkali ia ikut memandikan tubuh yang tak berdaya itu, mengafaninya sekaligus. Ia menyobek kain putih dengan teliti untuk membungkus jenazah, sambil tak putus-putus berdoa. Mulutnya komat-kamit, penuh dengan kata-kata khidmat yang meminta. Telah ia simpan dalam-dalam apa pun yang terlihat dari tubuh jenazah. Membayangkannya pun harus disingkirkannya, apalagi mengungkapkannya kepada orang lain. Di sisi lain, barangkali Murad membayangkan, bagaimana sekiranya jenazah itu ialah dirinya sendiri. Tanpa daya, kemudian berucap sesuatu yang sama sekali tidak terdengar oleh makhluk hidup di sekitarnya. Untuk tenteramnya, ia bayangkan bahwa ucapan jenazah itu tak lain agar bagaimana pengebumiannya disegerakan sehingga makin sempurnalah ia menempuh jalan awal dari satu jalan yang teramat panjang, menuju keabadian dalam kasih sayang langsung dari si Pencipta. Sesekali dibayangkannya Murad harus menasihati sanak-keluarga dari jenazah. Menangis tentu saja boleh, tetapi janganlah meratap. Ia katakan bahwa sesungguhnya jenazah menuju keabadian, menunaikan janjinya sejak awal. Tempatnya sudah jelas, apalagi ia meninggal dalam keadaan baik-baik dengan berbagai kebaikan semasa hidup. Tinggal kita yang berada di dunia, menanti misteri kematian. Hubungan dengan jenazah akan terus berlanjut, sejauh kebaikan yang dapat dipersembahkan orang-orang yang hidup. Amal jariah dan doa anak yang saleh menjadi harapan jenazah untuk menemaninya di alam sana. Alhamdulillah, akhirnya Murad menjawab panggilan saya. Langsung saja saya berujar, Assalamualaikum. Bagaimana? Masih di tempat upacara kematian itu kan? *** TAK ada suara Murad yang terdengar untuk membalas sapaan saya. Meski demikian, saya masih berpikir, mungkin suara saya kurang kuat, sedangkan di sana, Murad berada di tengah keramaian orang. Suara saya mungkin tertindih oleh suara-suara ramai, apalagi perhatian Murad bercabang-cabang, sehingga sapaan saya menjadi amat kabur dalam alam perhatiannya. Tak pelak lagi, saya kuatkan suara saya dengan sapaan serupa, Bagaimana? Masih di tempat upacara kematian itu kan? Waduh, tetap tak ada jawaban, sementara sambungan telepon genggam antara saya dengannya masih berlangsung. Saya masih mengucapkan sapaan serupa tadi, yang juga tidak dibalas sedikit pun oleh Murad. Saya jauhkan pesawat telepon dari telinga agar saya dapat membelek-beleknya, melihat keadaan fisik benda itu sacera teliti, seolah-olah alat itu bermasalah. Tidak juga, telepon genggam saya terlihat baik-baik saja. Ketika benda itu kembali saya tempelkan di telinga, sambungannya ke telepon genggam Murad masih berlangsung. Kontan saja saya berucap, Halo, halo. Murad! Ini aku. Hanya diam, ya hanya diam. Tak ada jawaban, tak ada apa-apa. Ya, benar-benar tidak ada apa-apa. Kalaupun Murad tak menjawab, tak mungkin pula tidak ada sekecil suara pun yang terdengar. Pasalnya, bukankah ia pasti berada di tengah keramaian orang, di tengah sejumlah orang. Di tengah orang yang berkomunikasi atau entah apa namanya, kemudian tersambar oleh penangkap suara di telepon genggamnya, kemudian secara otomatis tersadap oleh telepon saya. Murad!, teriak saya, mungkin lebih dapat dikatakan melolong. Kesabaran saya rupanya sudah tinggal setitik. Begitu saja kemudian saya berpikir harus menemuinya sekarang. Sekarang juga, tak dapat ditunda lagi. Berbagai persoalan segera menyerbu benak saya yang sejak tadi hanya berupa pertanyaan, tetapi kini telah menjadi hujatan. Misalnya, saya menjadi tidak bisa menerima keputusan Murad yang membatalkan janjinya kepada saya, sebuah pekerjaan besar yang telah kami rancang, hanya karena upacara kematian. Kawasan rumah Murad tidak sulit saya capai, tak sampai satu jam. Saya langsung masuk ke dalam gang yang menuju rumahnya. Dari sekian ratus meter, saya memang sudah melihat kerumunan orang yang seolah-olah mempercepat langkah saya. Tetapi kemudian langkah saya melambat, bahkan terhenti ketika membaca sederetan papan duka cita yang bertuliskan, Ikut Berduka atas Meninggalnya Suara, semoga diterima di sisi-Nya. Suara? Suara telah meninggal, tanya saya dalam hati. Dalam pikiran yang kacau, saya langsung teringat permintaan Murad untuk membatalkan janjinya dengan saya, membatalkan pekerjaan besar yang telah kami rancang sekian lama. Ya, bagaimana pula kami dapat menculik Suara, setelah Suara itu sendiri meninggal? Menculik agar Suara terselamat dari diperjualbelikan, dipecundangi, dinodai, dan berbagai hal buruk yang menimpanya selama ini. Ya Allah, begitu cepat Engkau ambil Suara dari dunia, kata saya dalam hati. Tapi belum sempat kalimat itu saya cernai ulang, hati saya berkata lagi, Suara yang mana? Selanjutnya, saya tak mau melayani kata-kata hati itu. Saya harus menemui Wahab. === Taufik I kram J amil, sastrawan, tinggal di Pekanbaru, Riau. Buku puisinya, Tersebab Aku Melayu (2010) Redaksi menerima kiriman naskah cerpen, ketik sebanyak 9.000 karakter, karya orisinal dan belum pernah diterbitkan di media massa lain. Kirim e-mail ke cerpenmi@mediaindonesia.com dan cerpenmi@yahoo.co.id @Cerpen_MI
PIGURA
Politik Bermoral
ONO SARWONO
ADA secercah etika politik sebagian elite yang menyejukkan. Mereka memberikan edukasi berpolitik yang berbudi pekerti. Yang sebelumnya, umumnya, mengedepankan kepentingan pribadi dan kelompok atau berpolitik transaksional, tetapi kini ada yang memulai mengedepankan keakhlakan. Ini langkah awal yang sangat berharga akan idaman terwujudnya politik yang bermoral. Praktik politik elegan itulah yang ditunjukkan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh ketika menyatakan partainya berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan mendukung pencalonan Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden. Surya menegaskan tidak ada pitukon atau prasyarat apa pun untuk itu. Sikap Surya Paloh tersebut kemudian diikuti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Partai yang dipimpin Muhaimin Iskandar itu juga mendukung Jokowi tanpa embel-embel. Menyusul bergabung Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) yang diketuai Wiranto, juga kalis syarat. Apa yang bisa digarisbawahi dari peristiwa politik tersebut? Selain, itu merupakan semburat tradisi baru elite partai yang menjunjung pakem kepatutan, itu juga cermin dari watak tahu diri dan tahu malu. Ini kesadaran diri mulia para insan di negeri ini yang lama melangka. Ketika hasil pemilu legislatif menunjukkan bahwa rakyat kurang berpihak, saat itulah elite partai yang bersangkutan memang harus introspeksi. Jika tidak, yang terjadi ialah lupa diri, yang bila berlarut-larut, akan menjerumuskan ke jurang dalam. Realitas politik tersebut juga secara langsung menunjukkan kualitas pribadi seorang pemimpin. Bagi pemimpin sejati, kekuasaan bukan segala-galanya karena tujuan utama ialah terwujudnya kemakmuran rakyat. Itulah misi perjuangan meski tidak harus menjadi pemimpin langsung. Dalam cerita wayang, kualitas pribadi yang berfondasi pada kesadaran diri serta tahu diri dan tahu malu itu dicontohkan kesatria dari Ayodya bernama Raden Barata. Ia adalah salah satu putra Raja Ayodya Prabu Dasarata. Penuhi janji Dikisahkan, Dasarata memiliki tiga istri, yakni Kosalya, Sumitra, dan Kekayi. Mereka hidup rukun dan bahagia. Dari istri-istrinya itu, menurut satu versi, Dasarata memperoleh keturunan empat anak laki-laki dan seorang perempuan. Dari Kosalya lahir anak laki-laki yang diberi nama Ramawijaya (Rama) alias Regawa. Kemudian, dari Sumitra lahir anak laki-laki bernama Leksmana Widagdo, sedangkan dari Kekayi lahir tiga anak, yakni Barata, Satrugna, dan Dewi Kanwaka. Pada suatu ketika, Dasarata bermaksud lengser keprabon karena merasa sudah sepuh. Sudah saatnya estafet kekuasaan di Ayodya berlanjut ke tangan keturunannya. Apalagi, anak sulungnya, Rama, baru saja menikah dengan putri dari Kerajaan Mantili bernama Sinta. Jadi, sepertinya terbentang lapang jalan bagi Dasarata untuk pensiun dan kemudian menebalkan laku mahas ing semun (semedi) guna menggayuh memanise pati atau mati husnul khatimah. Berdasarkan konstitusi, ketika raja lengser atau mangkat, yang menggantikan menjadi raja ialah anak sulung dari permaisuri pertama. Dengan demikian, yang berhak menjadi raja di Ayodya ialah Rama. Dasarata berharap pergantian penguasa di Ayodya berjalan mulus. Untuk itu segala sesuatunya telah dipersiapkan dengan baik. Istana pun telah berhias untuk menyambut datangnya penguasa baru, Rama. Rakyat pun menyambut dengan sukacita gawean tersebut. Akan tetapi, semua itu jadi berantakan ketika Kekayi menghadap sang raja untuk menagih janji. Dengan agak gemetar dan muka memerah, Kekayi menanyakan janji yang telah terucap Dasarata ketika meminangnya. Ketika itu, Dasarata berjanji akan memenuhi apa pun yang diminta Kekayi jika bersedia dipersunting. Dasarata kaget. Ia mencoba untuk mengingat kembali kata yang terucap saat berjanji. Tidak lama, Dasarata mengakuinya dan kemudian bertanya kepada Kekayi, apa yang diminta. Saat itulah, Kekayi meminta Dasarata mengangkat Barata, anaknya, menjadi raja Ayodya. Selain itu, untuk mengamankan takhta Barata, Rama harus diusir dari istana kerajaan dan hidup di Hutan Dandaka selama 13 tahun. Setelah mendengar permintaan itu, Dasarata langsung terduduk lemas. Keringat dingin mengguyur sekujur tubuh. Sebagai raja, ia tidak berani mencabut pernyataannya. Sabda pendhita ratu tan kena wola-wali, raja tidak boleh mencla-mecle. Maka, meski dengan berat hati ia meluluskan permintaan Kekayi. Namun tidak lama kemudian, Dasarata jatuh sakit. Ia merasa bersalah dan menyesal, apalagi memikirkan Rama dan Sinta hidup ngulandara (berkelana) di belantara Dandaka. Ikut menemani mereka Leksmana. Beban pikiran yang berat itulah yang akhirnya mengakibatkan kesehatan Dasarata terus memburuk hingga akhirnya meninggal dunia. Menolak Ternyata, perjuangan Kekayi ditolak anaknya sendiri. Barata membangkang kehendak sang ibu. Ia merasa tidak berhak menduduki singgasana dan menurutnya, yang harus menjadi raja menggantikan ayahnya hanyalah Rama. Selain konstitusinya demikian, rakyat juga hanya menghendaki Rama-lah yang harus menjadi raja di Ayodya. Maka, dengan kebulatan tekat, Barata menyusul Rama ke Hutan Dandaka. Setelah bertemu, Barata memohon sang kakak agar kembali ke Ayodya menjadi raja. Akan tetapi, Rama menolak dan tidak ingin membuat Kekayi susah. Ia justru meminta Barata yang menjadi raja. Sebagai bekalnya, Rama memberikan santiaji berupa pegangan laku delapan watak alam untuk pemimpin yang terkenal dengan sebutan astabrata. Barata menuruti kehendak sang kakak. Namun, ia hanya bersedia kembali ke Ayodya bila diperbolehkan membawa terompah Rama. Terompah itulah yang kemudian ia letakkan dhampar kencana (tempat duduk raja) sebagai simbol raja sesungguhnya, sedangkan Barata hanya menduduki dampar lainnya. Ia menegaskan bahwa dirinya bukan raja, tetapi bertugas untuk sementara menggantikan Rama. Nilai utama yang ditunjukkan Barata dalam kisahnya itu ialah menjunjung moralitas. Ia sejujurnya merasa tidak berhak dan malu dijadikan raja. Dasarnya, ia sadar bahwa dirinya tidak memenuhi syarat yang ditentukan konstitusi dan juga rakyat tidak menghendakinya. (M-3)
Ikan Menghilang Hikayat Penombak Menguap
IWAN KURNIAWAN
Ketika ikan di Siak tergusur oleh industri sawit, kayu, dan kertas, tradisi yang menyertakan kekayaan sungai pun turut sirna. BUTIRAN embun pagi luruh perlahan dari ranting pohon rindang. Matahari belum muncul sempurna dari ufuk timur. Di selingkung taman di muka Istana Siak, Sri Inderapura, Kabupaten Siak, Riau, warga mulai beraktivitas. Ada yang bergegas ke pasar untuk berdagang, sebagian mulai sibuk membersihkan pekarangan rumah. Sebuah pagi yang jauh dari hiruk-pikuk. Di balik aktivitas itu, Siak sedang mempersolek wajahnya. Apalagi, kini sudah jadi destinasi sejarah dan budaya Melayu. Banyak pemerhati sejarah, sejarawan, dan sastrawan berkunjung ke sana meninjau bekas peradaban raja-raja Siak tempo dulu. Di pagi itu, kapal-kapal pengangkut milik industri sawit, kayu, dan kertas hilir mudik melintasi Sungai Siak. Sungai yang juga menghubungkan Siak dengan Pekanbaru itu berada tepat sekitar 200 meter dari pintu pagar istana yang kini telah jadi museum. Air sungai Siak, yang konon pada masa lalu jernih, kini sudah kecokelatan. Rumah ikan Ada yang hilang di Siak. Salah satunya, tradisi menombak ikan. Mungkin saja punah, ujar Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Siak, Said Muzani, 48, dua pekan lalu. Sebagai putra asli Siak, Said mengaku cemas tradisi menombak ikan menggunakan kayu pulai (ringan) yang pada era 80-an masih bisa ia lihat kini berangsur sirna. Bila di NTT ada tradisi menombak ikan paus, di sini juga ada tradisi menombak ikan tapah dan ikan juara. Salah satunya karena sungai tercemar limbah, papar Said. Tradisi terkait dengan kekayaan sungai yang juga hampir lenyap, kata Said, ialah mengguntang, mencari ikan dengan jaring bulat. Mengguntang juga sudah mulai hilang dan jarang dilihat di sekitar Sri Inderapura. Tradisi mengguntang merupakan kegiatan nelayan mencari ikan dengan pelampung bermata kail. Kail yang disediakan akan dilempar ke tengah sungai. Bila dimakan ikan, akan lengket pada ikannya, kata Said. Ada pula tradisi melanggai, menangkap ikan di malam hari dengan cara menyauk atau menimba di tengah sungai. Tradisi itu pun mulai ditinggalkan warga. Dulu, banyak penombak ikan di Sri Inderapura, tetapi sudah mulai hilang sehingga tinggal cerita saja, jelas Lukman, 69, warga setempat. Sungai Siak pada masa lalu memang menjadi rumah bagi berbagai ikan air sungai, di antaranya ikan juara, tapah, dan udang. Bahkan, pada era 80-an, warga juga masih bisa menggunakannya untuk mandi dan mencuci. Namun, kini cemaran membuat sungai tak lagi akrab dengan keseharian mereka. Tepung tawar Jika dirunut ke akarnya, Istana Siak tak lekat dengan tradisi mencari ikan. Mencari ikan biasanya hanya dilakukan hulubalang atau rakyat jelata. Namun, karena hormatnya, warga yang sukses menangkap ikan akan menyerahkan sebagian hasil tangkapannya buat sang baginda. Kerajaan Siak dirintis Sultan Abdul Jalil Rakhmad Syah pada 1723 dan berlangsung hingga Sultan Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin di 1946. Di Siak, tradisi Melayu dipengaruhi Minangkabau, Batak, hingga Tiongkok. Jika tradisi terkait dengan sungai sudah nyaris punah, penanda budaya Siak lainnya ada yang masih dijaga betul oleh masyarakat, salah satunya upacara adat tepung tawar. Upacara itu prosesi memberikan doa selamat dalam menempuh kehidupan serta kelimpahan rahmat dari Sang Khalik. Di mata Al Azar, budayawan dari Lembaga Adat Melayu Riau, tradisi tersebut terawat karena terkait erat dengan lingkungan kerajaan. Kosmopolitan Siak di abad ke-19 dan 20 ini harus dipandang lewat pendekatan kultural, kata Al Azar. (M-3) miweekend @mediaindonesia.com
ADNAN BUYUNG : ASPIRASI PEMERINTAHAN KONSTITUSIONAL
Mengembalikan Pamor Konstituante
Buku ini menggali kembali pikiran-pikiran pemuka bangsa tentang gagasan demokrasi, hak asasi manusia, dan negara hukum. DEMOKRASI parlementer merupakan salah satu bagian sejarah Indonesia dalam kurun waktu 1950-an. Pengambilan keputusan dan undang-undang ketika itu dijalankan oleh para wakil rakyat yang tergabung dalam Majelis Konstituante. Namun, majelis tersebut hanya berfungsi sampai 1959 sebelum dibubarkan Presiden Soekarno. Anggapan umum, demikian juga pemikiran sejumlah pakar, ialah Konstituante gagal menjalankan tugasnya karena mengalami deadlock atau jalan buntu. Konstituante juga dituding tidak sanggup mengambil keputusan dan mengancam kesatuan bangsa. Selain itu, Konstituante dianggap menjalankan demokrasi ala Barat yang asing dan tidak sesuai dengan kebudayaan serta kepribadian Indonesia. Pendapat-pendapat itu berkembang menjadi mitos kuat yang terus diutarakan oleh para pemegang kekuasaan dalam sistem politik Indonesia. Namun, benarkah pendapat-pendapat tersebut? Pengacara kondang Adnan Buyung Nasution mencoba merekonstruksi pola pandang yang menyatakan Konstituante sebagai sebuah kegagalan. Hal itu dituangkan dalam studi doktoralnya yang berbahasa Inggris di Universitas Leiden Belanda pada 1992. Disertasi itu lalu dibukukan PT Pustaka Utama Grafiti pada 1995 dengan judul Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia: Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956-1959. Buku ini penting karena memberikan pemahaman bahwa perjuangan menegakkan pemerintahan konstitusional berdasar pada pengakuan hak asasi manusia (HAM) masih relevan untuk kehidupan bangsa dan negara Indonesia kapan pun. Aspirasi demokrasi di Republik Indonesia ternyata tidak pernah pupus hingga sekarang. Kehadiran buku ini juga sangat tepat karena ketika itu terbit di masa Orde Baru yang melakukan banyak pelanggaran terhadap hak rakyat dan makna demokrasi. Adnan Buyung bekerja keras untuk mampu menghasilkan disertasi tersebut. Selama lima tahun penuh dia dibantu timnya meneliti seluruh risalah sidang-sidang Konstituante yang terjadi sejak 10 November 1956 sampai 2 Juni 1959. Hasilnya ternyata di luar dugaan. Buyung berpendapat bahwa para wakil rakyat yang berada di dalam Konstituante telah benar-benar memperjuangkan aspirasi rakyat yaitu mewujudkan konstitusi yang demokratis. Tonggak pendahulunya ialah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 serta maklumat Wakil Presiden No X pada 16 Oktober 1945 serta tindakan-tindakan pelaksanaannya. Maklumat Wakil Presiden itu penting karena mencabut kekuasaan presiden sehingga pemerintah harus bertanggung jawab kepada Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Lalu setiap rancangan undang-undang harus lebih dulu dibahas di KNIP. Menurut Buyung, anggota Konstituante sudah berjuang untuk mencapai pengakuan dan jaminan bagi hak-hak asasi warga negara dan batas-batas kewenangan pemerintah serta kewajiban pemerintah untuk mempertanggungjawabkan penggunaan kekuasaan itu kepada rakyat. Lalu, kenapa upaya itu gagal dan Konstituante malah bubar? `Ada rekayasa politik', tulis Buyung. Perdebatan seru Konstituante berawal dari hasil Pemilu 1955 yang kemudian menghasilkan 544 anggota. Mereka dibagi ke dalam sejumlah organ dan komisi lalu berdebat di sidang pleno. Melalui bukunya, Adnan Buyung mengulas risalah sidang pleno yang hampir 10 ribu halaman jumlahnya. Perdebatan seru terjadi untuk sejumlah topik seperti falsafah atau dasar negara, hak asasi manusia, dan tentang pemberlakuan kembali UUD 1945 pada 1959. Adnan Buyung berpendapat bahwa Konstituante ternyata telah mampu menghasilkan suatu terobosan besar di bidang demokrasi, HAM, dan pengaturan penggunaan kekuasaan yang sah. Contoh konkretnya yaitu kesepakatan tentang daftar 22 hak asasi dan hak warga negara yang perlu masuk ke pasal-pasal Undang Undang Dasar. Daftar HAM tersebut, yang muncul justru ketika perasaan anti-Barat memuncak, merupakan norma konstitusional substantif dari Republik Indonesia. Ini merupakan proklamasi kemerdekaan ke dalam dari warga negara Indonesia, yang statusnya sama dengan proklamasi 17 Agustus 1945, yang merupakan pernyataan kemerdekaan Indonesia pernyataan kemerdekaan Indonesia keluar, tegas Adnan Buyung. Sayang, di era Konstituante tersebut timbul juga berbagai masalah di dalam negeri. Tingkat ekonomi merosot dan banyak terjadi pemberontakan di daerah. Akibatnya, muncullah keinginan akan orang kuat yang mampu membenahi pemerintahan meski lebih otoriter. Presiden Soekarno lalu menyampaikan usul kepada Konstituante untuk meninggalkan UUD 1950 dan memberlakukan kembali UUD 1945. Alasannya, UUD 1945 dianggap dia mampu menjamin kesatuan nasional dan pemerintahan yang stabil. Langkah tersebut didukung militer karena Pasal 2 UUD 1945 dapat ditafsirkan bahwa tentara dapat turut dalam pemerintahan. Perdebatan untuk kembali ke UUD tersebut makin menghangat karena munculnya keinginan-keinginan spesifik dan pertentangan ideologis dari berbagai partai. Akhirnya, Ketua Konstituante memutuskan agar persidangan ditunda sambil menunggu hasil perundingan dengan pemerintah. Namun, nyatanya Konstituante tidak pernah bersidang lagi karena dibubarkan melalui Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959. Sejak saat itu pulalah Indonesia masuk ke era Demokrasi Terpimpin yang memusatkan kekuasaan absolut di tangan presiden. Absolutisme kekuasaan itu kembali terjadi di era Orde Baru, di saat penafsiran Demokrasi Pancasila dimonopoli pemerintah. Meski usianya singkat, Konstituante bukanlah suatu kegagalan. Konstituante telah menjadi pengantar bagi perjuangan menegakkan aspirasi asli kemerdekaan yaitu bebas dari belenggu penjajahan dan tegaknya kedaulatan rakyat. (War/M-2) miweekend@mediaindonesia.com
Bergerak untuk Demokrasi
ADNAN Buyung dalam buku Aspirasi Pemerintahan Konstitusional menyebut keputusannya menyusun buku itu berawal dari rasa kecewa.
Seusai proklamasi kemerdekaan, penguasa negara, yang mengemban amanat dari rakyat, dianggapnya kian otoriter dan menekan rakyat yang mendambakan pemerintahan demokratis konstitusional. Berbagai aturan dan larangan menjadikan kebebasan berekspresi dan kebebasan pers semakin mahal. Baginya, hal tersebut tidak bisa dibenarkan. Pria kelahiran 20 Juli 1934 di Batavia (Jakarta) ini memang konsisten dalam perjuangan demokrasi dan hukum. Lulusan Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan Universitas Indonesia ini bergerak untuk perjuangan hukum dengan mendirikan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (LBH) pada 1970. Seperti diungkap Edward Aspinall dalam buku Opposing Suharto (2005), tujuan LBH yaitu penegakan hukum dan mendukung hak sipil hingga hak politik dan legal. Dengan demikian, LBH merupakan organisasi yang khas dari suatu masyarakat sipil, dengan fokus kepada perlindungan masyarakat yang otonom dari tekanan negara. Tujuan lain yaitu menempa calon-calon ahli hukum yang benar-benar idealis. Adnan Buyung membangun LBH dengan tujuan membantu rakyat kecil yang buta tentang masalah hukum. Itu berawal dari pengalamannya menjadi jaksa pada 1957-1961. Ketika itu, dia menemukan banyak orang masih buta hukum dan perlu dibantu. Kemudian dia menemukan model lembaga pemberi bantuan hukum seperti itu di Australia. Melalui LBH, Adnan Buyung bersama rekan-rekannya berjuang membantu `wong cilik' dalam masalah hukum. Dia mengecam pengacara yang berorientasi semata-mata kepada harga kekayaan. Baginya, profesi hukum seperti jaksa hingga hakim dan pembela harus memiliki tujuan yang sama, yaitu menegakkan kebenaran dan keadilan. Pahit-manis dirasakan Adnan Buyung dalam kehidupannya. Ia dinobatkan sebagai man of the year oleh harian Indonesia Raya pada 1972. Namun, dua tahun kemudian, setelah terjadi huru-hara Malari, dia diseret ke pengadilan dan harus mendekam di belakang jeruji besi selama dua tahun. Dia juga harus meninggalkan bisnis pengacaranya dan kembali dari titik nol setelah cuti belajar ke Belanda. Hal itu dipilihnya karena penguasa Orde Baru yang makin tidak kooperatif. Kegiatannya sebagai pengacara juga pernah kandas. Bermula pada 1986-1987, saat Adnan Buyung menjadi pembela HR Dharsono yang didakwa melakukan tindak pidana subversi. Karena protes, dia dituding melakukan contempt of court atau menghina pengadilan. Dampaknya, keluarlah surat keputusan Menteri Kehakiman RI yang menghentikan profesinya selama setahun. HR Dharsono divonis penjara selama 10 tahun. Dalam sepak terjangnya di dunia hukum, Adnan yang akrab dipanggil Abang tak luput dari kontroversi. Dia misalnya pernah menjadi ketua tim pembela bagi Abu Bakar Ba'asyir, Gayus Tambunan, Anas Urbaningrum sampai tersangka korupsi Tubagus Chaeri Wardana. Dia juga mengundurkan diri dari Dewan Pertimbangan Presiden periode 2007-2009. (War/M-2)
BUKU BARU Mengungkap Jejaring Teror di Indonesia
SETELAH 12 tahun memerangi terorisme, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Ansyaad Mbai menuliskan pengalamannya itu ke dalam sebuah buku berjudul Dinamika Baru Jejaring Teror di Indonesia. Keinginannya menulis buku ialah untuk melawan aksi dari kelompok radikal. Selain itu, dengan terbitnya buku ini, ia berharap dapat menjawab pertanyaan mengenai jejaring teror di Indonesia. Buku ini diharapkan menjelaskan pertanyaan jejaring teror di Indonesia.Buku ini juga menyediakan peta jaringan terorisme di Indonesia semenjak awal berkembangnya. Mbai ingin membeberkan jawaban-jawaban tersebut ke dalam bentuk buku. Pertanyaan- pertanyaan itu tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri. Dalam buku ini juga diceritakan, Jaringan Islamiah (JI) telah lumpuh pascatragedi bom JW Marriott dan Ritz Carlton (2009) dengan tertangkapnya pelaku. Namun, sialnya, pada tahun yang sama banyak tokoh JI keluar dari penjara, seperti Abu Bakar Ba'asyir, Umar Patek, dan Dulmatin. Lalu mereka punya ide untuk mengadakan suatu reuni, membuat pusat pelatihan di Aceh, berjalan beberapa bulan, kemudian terungkap dan disergap. Namun, dia melanjutkan, banyak juga dari mereka yang lolos, lalu terpencar menjadi kelompok-kelompok kecil seperti perampokan Bank CIMB di Medan dan Jawa Tengah. Sementara itu, di Poso, muncul lagi Mujahidin Indonesia Timur. Di Jakarta muncul NII, faksi Abu Umar, sempalannya ada kelompok Abu Roban, Abu Sofyan, mereka mengkhususkan diri mencari dana, fai, merampok bank. Jaringan Indonesia Barat itu berhubungan dengan Indonesia Timur. Pusatnya di Poso, sebagai tempat pelatihan yang baru, setelah sebelumnya di Aceh. Buku ini mencoba memaparkan dinamika dan metamorfosis jaringan terorisme di Indonesia pada periode 2010-2013. Pemahaman soal jaringan masa lalu dan kaitannya dengan jaringan terorisme saat ini menjadi penting karena akan memberikan pemahaman lebih utuh tentang seluk-beluk terorisme di Indonesia. Untuk itu, kehadiran buku ini akan menambah pengetahuan pembaca tentang jejaring teror masa depan. (M-2)
BIDASAN BAHASA
Investasi
SUPRIANTO ANNAF Tim Redaksi Bahasa Media Indonesia
Dari segi bahasa, pemakaian kata `investasi' di atas dimaknai sebagai gejala perluasan makna. Apa pun yang berkaitan dengan biaya atau bayaran dianggap investasi. TAHUN ajaran baru sekolah masih beberapa bulan lagi. Namun, beberapa sekolah swasta sudah gencar berpromosi `berebut' siswa baru. Bahkan, promosi itu sudah dimulai sejak Januari. Bahasa promosi di spanduk dan brosur pun cukup menarik perhatian, yakni mencantumkan kata `investasi'. Kata `investasi' sering ditemukan di bidang bisnis atau perdagangan. Pemakaian kata itu dikaitkan dengan pembiayaan yang menguntungkan. Misalnya, kita dengar orang menawarkan `berinvestasi di bidang perumahan', `investasi di bidang saham', dan `investasi logam mulia'. Kali ini saya menemukan kata `investasi' di brosur pendidikan di sekolah unggulan di kawasan di sekolah unggulan di kawasan Tangerang Selatan. Kalau merujuk KBBI, lema investasi berarti `penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan'. Dalam arti leksikal itu dapat digarisbawahi bahwa pada kata `investasi' setidaknya terkandung dua hal utama: modal dan keuntungan. Tentu saja itu sejalan dengan contoh `berinvestasi' seperti di atas. Menjadi tidak biasa bila kata `investasi' itu ada di brosur pendidikan. Mengapa sekolah tidak memakai kata `biaya pendidikan', `biaya bangunan', `biaya uang pangkal', atau `biaya SPP dan BP3' saja seperti lazimnya? Bukan rahasia lagi, saat ini, biaya sekolah dari SD, SMP, hingga SMA relatif mahal. Terutama di sekolah unggulan dan berkurikulum internasional, biaya sekolah bahkan jauh lebih tinggi. Terlebih-lebih bila dibandingkan dengan di sekolah negeri. Apa kaitan antara biaya sekolah mahal dan kata `investasi'? Mahalnya biaya sekolah, mulai uang pembangunan hingga SPP, memunculkan klise baru bahwa biaya itu tak ubahnya sebagai investasi. Bayangkan saja, uang pangkal sebesar Rp10 juta-Rp70 juta bukan lagi termasuk uang kecil. Belum lagi SPP per bulan Rp2 jutaRp5 juta. Nah, alih-alih menyebut `uang sekolah', `uang pangkal', atau `uang bangunan', sekolah lebih memilih perumpamaan dengan kata `investasi'. Pergeseran makna kata `investasi' yang merujuk `uang pangkal', `uang sekolah', atau 'uang SPP' merupakan penyamaran bahwa investasi di sekolah juga tidaklah sedikit. Lalu kapan investasi di sekolah mendapat keuntungan? Tentu saja batasannya merujuk pada prestasi akademik siswa. Pralogika itu menjadi daya tarik dan menunjukkan bahwa yang berbau `investasi' itu akan menguntungkan. Padahal, semua belum tentu. Perlu kecermatan dan kejelian memilih sekolah untuk si buah hati. Banyak faktor yang menentukan sebuah sekolah dikatakan `unggulan', mulai fisik bangunan, tenaga pengajar, hingga keamanan. Dari segi bahasa, pemakaian kata `investasi' di atas dimaknai sebagai gejala perluasan makna. Apa pun yang berkaitan dengan biaya atau bayaran dianggap investasi. Gejala bahasa seperti itu sebetulnya kerap terjadi pada kosakata lain. Misalnya kata `hibrida', di KBBI dimaknai `turunan yg dihasilkan dari perkawinan di antara dua jenis yg berlainan (tentang hewan atau tumbuhan)'. Namun, akhir-akhir ini kita menemukan kata itu dalam bidang teknologi modern, khususnya otomotif. Begitu pula kata `bisnis' yang bermakna leksikal `usaha komersial dalam dunia perdagangan; bidang usaha; usaha dagang'. Namun, sekarang, apa pun yang berkaitan urusan atau masalah disebut `bisnis'. Seakan-akan kata `bisnis' berbanding lurus dengan arti kata business dalam bahasa Inggris. === Media Indonesia menerima kiriman artikel yang terkait dengan bahasa, dengan panjang naskah 440 kata dan berformat .doc (word document). Naskah dikirim ke alamat surat elektronik bahasa@mediaindonesia.com.