You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
UIN (Universitas Islam Negeri) adalah salah satu perguruan tinggi negeri
Islam di Indonesia yang sangat berkembang pesat. Pada mulanya UIN adalah
IAIN yang dibentuk oleh pemerintah pada tahun 1960 di kota Yogyakarta dengan
nama IAIN Al Jami'ah al-Islamiah al-Hukumiyah, yakni gabungan
dari Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) dan Akademi Dinas Ilmu
Agama (ADIA) Jakarta. Sejak tahun 1963, berdirilah cabang-cabang IAIN yang
terpisah dari pusat. Salah satu cabangnya berada di Provinsi Sulawesi selatan
Kota Makassar, yaitu UIN Alauddin Makassar yang didirikan tahun 2005.
UIN Alauddin Makassar mempunyai dua kampus cabang yaitu kampus 1
yang betempat di jalan Sulatan Alauddin Makassar, dan kampus 2 yang
bertempat di jalan Samata Gowa. Dominan bagi mahasiswa yang mengambil
program sarjana (S1) ditempatkan di kampus 2 begitupun bangunan-bangunan
penting seperti rektorat dan auditorium. Karena terlihat dari kondisi tempat
berdirinya kampus 2 UIN Alauddin Makassar terdahulu sebelum didirikannya
merupakan hutan dan padang rumput, ada baiknya bagi mahasiswa yang
mengambil konsentrasi sains fisika bumi mengadakan suatu penelitian untuk
mengetahui material dan struktur bawah permukaan tanah di pekarangan kampus,
guna mengetahui potensi adanya tanah longsor mengingat banyaknya bangunan
penting yang berdiri di atasnya. Sekaligus juga memanfaatkan lingkungan
kampus sebagai sarana pembelajaran. Dikarenakan faktor alat bumi yang terbatas
di daerah Sul-Sel, maka digunakan metode sederhana yaitu metode geolistrik
resistivity (tahanan jenis) dengan konfigurasi Wenner.
Metode geolistrik merupakan salah satu metode Geofisika yang mempelajari
sifat aliran listrik di dalam bumi dan cara untuk mendeteksi aliran di permukaan
bumi. Hal ini meliputi pengukuran potensial dan pengukuran arus yang terjadi
baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus kedalam bumi. Oleh karena itu
metode geolistrik mempunyai banyak macam, salah satunya adalah metode
geolistrik tahanan jenis (resistivitas).
Tujuan survei geolistrik adalah untuk menentukan distribusi resistivitas
bawah permukaan dengan cara membuat pengukuran di permukaan tanah.
Pengukuran resistivitas yang normal dibuat dengan cara menginjeksikan arus ke
dalam tanah melalui dua elektroda arus dan mengukur beda tegangan yang
dihasilkan pada dua elektroda potensial. Sehingga resistivitas bawah permukaan
dapat diperkirakan. Resistivitas tanah berkaitan dengan berbagai parameter
geologi seperti mineral dan konten cairan, porositas, derajat patahan, persentase
patahan yang terisi air tanah dan derajat saturasi air di batuan.
Dari uraian-uraian tersebut di atas, dilakukanlah penelitian Identifikasi
Material Penyusun Struktur Permukaan Bawah Tanah Kampus 2 UIN Alauddin
Makassar dengan Menggunakan Metode Geolistrik Resistivity (Tahanan Jenis)
Konfigurasi Wenner.
B. Tujuan
1. Menganalisis material penyusun struktur bawah tanah kampus 2 UIN
Alauddin Makassar
2. Membandingkan hasil yang diperoleh berdasarkan jarak elektroda yang
berbeda.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menganalisis material penyusun struktur bawah tanah kampus 2
UIN Alauddin Makassar?
2. Bagaimana membandingkan hasil yang diperoleh berdasarkan jarak elektroda
yang berbeda.?


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Komposisi dan Lapisan Bumi
Keadaan dalam bumi selama ini hanya dikemukakan berdasarkan hipotesis-
hipotesis. Penyelidikan tentang isibumi sebenarnya hanya meliputi daerah dengan
kedalaman tidak lebih dari dalamnya terowongan tempat pengeboran atau
kedalaman sungai bawah tanah.
Massa bumi kira-kira adalah 5,981024 kg. Kandungan utamanya adalah besi
(32,1%), oksigen (30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), sulfur (2,9%),
nikel (1,8%), kalsium (1,5%), and aluminium (1,4%); dan 1,2% selebihnya terdiri
dari berbagai unsur-unsur langka. Karena proses pemisahan massa, bagian inti
bumi dipercaya memiliki kandungan utama besi (88,8%) dan sedikit nikel
(5,8%), sulfur (4,5%) dan selebihnya kurang dari 1% unsur langka.
Ahli geokimia F. W. Clarke memperhitungkan bahwa sekitar 47% kerak
bumi terdiri dari oksigen. Batuan-batuan paling umum yang terdapat di kerak
bumi hampir semuanya adalah oksida (oxides); klorin, sulfur dan florin adalah
pelengkap dan jumlahnya di dalam batuan biasanya kurang dari 1%. Oksida-
oksida utama adalah silika, alumina, oksida besi, kapur, magnesia, potas dan
soda. Fungsi utama silika adalah sebagai asam, yang membentuk silikat. Ini
adalah sifat dasar dari berbagai mineral batuan beku yang paling umum.
Berdasarkan perhitungan dari 1,672 analisa berbagai jenis batuan, Clarke
menyimpulkan bahwa 99,22% batuan terdiri dari 11 oksida . Konstituen lainnya
hanya terjadi dalam jumlah yang kecil.

Tabel 2.1 senyawa kerak oksida menurut F. W. Clarke

Salah seorang ahli yang yang pertama kali mengemukakan pendapatnya
tentang materi dan bentuk dalam bumi adalah Plato. Menurutnya, bumi terdiri
dari masa cair yang pijar dan dikelilingi oleh lapisan batuan yang keras yang
disebut kerak bumi. Masa cair yang pijar itu berasal dari dalam bumi dan kadang-
kadang ke luar mencapai permukaan bumi dalam bentuk lava melalui pipa-pipa
gunung api.
Namun, penyelidikan tentang gempa bumi (seismologi) memberikan
pandangan yang lain tentang keadaan dalam bumi. Berdasarkan penyelidikan
seismologi diketahui bahwa perambatan geolombang gempa dipengaruhi oleh
zat-zat penyusun bumi. Penyelidikan seismologi juga membuktikan bahwa bumi
terdiri dari lapisan-lapisan yang dibatasi oleh lapisan yang tidak bersambung
(diskontinu).

Berbagai kajian dan penelitian geofisika telah membuktikan bahwa bumi
terbentuk dari 7 lapisan tertentu dari dalam ke luar dengan susunan sebagai
berikut:

Gambar 2.1 Pembagian Lapisan penyusun bumi

Secara struktural bumi dibagi menjadi 3 lapisan utama, yaitu kerak bumi (crust),
selimut (mantle), dan inti (core). Struktur bumi seperti itu mirip dengan telur,
yaitu cangkangnya sebagai kerak, putihnya sebagai selimut, dan kuningnya
sebagai inti bumi.
Kerak Bumi (Crust)
Kerak bumi merupakan lapisan kulit bumi paling luar (permukaan bumi).
Kerak bumi terdiri dari dua jenis, yaitu kerak benua dan kerak samudra.
Lapisan kerak bumi tebalnya mencapai 70 km dan tersusun atas batuan-
batuan basa dan masam. Namun, tebal lapisan ini berbeda antara di darat dan
di dasar laut. Di darat tebal lapisan kerak bumi mencapai 20-70 km,
sedangkan di dasar laut mencapai sekitar 10-12 km. Lapisan ini menjadi
tempat tinggal bagi seluruh makhluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak
bumi mencapai 1.100C.
Kerak bumi merupakan bagian terluar lapisan bumi dan memiliki
ketebalan 5-80 km. kerak dengan mantel dibatasi oleh Mohorovivic
Discontinuity. Kerak bumi dominan tersusun oleh feldsfar dan mineral
silikat lainnya. Kerak bumi dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si, Fe, Mg yang
disebut sima. Ketebalan kerak samudra berkisar antara 5-15 km (Condie,
1982)dengan berat jenis rata-rata 3 gm/cc. Kerak samudra biasanya
disebut lapisan basaltis karena batuan penyusunnya terutama
berkomposisi basalt.
Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si dan Al, oleh
karenanya di sebut sial. Ketebalan kerak benua berkisar antara 30-80 km
(Condie !982) rata-rata 35 km dengan berat jenis rata-rata sekitar 2,85
gm/cc. kerak benua biasanya disebut sebagai lapisan granitis karena
batuan penyusunya terutama terdiri dari batuan yang berkomposisi
granit.
Disamping perbedaan ketebalan dan berat jenis, umur kerak benua
biasanya lebih tua dari kerak samudra. Batuan kerak benua yang diketahui
sekitar 200 juta tahun atau Jura. Umur ini sangat muda bila dibandingkan
dengan kerak benua yang tertua yaitu sekitar 3800 juta tahun. Tabel Skala
waktu geologi dapat dilihat di Skala Waktu Geologi.
Selimut (Mantle)
Selimut atau selubung bumi merupakan lapisan yang letaknya di bawah
lapisan kerak bumi. Sesuai dengan namanya, lapisan ini berfungsi untuk
melindungi bagian dalam bumi.Selimut bumi tebalnya mencapai 2.900 km
dan merupakan lapisan batuan yang padat yang mengandung silikat dan
magnesium. Suhu di bagian bawah selimut mencapai 3.000 C, tetapi
tekananannya belum mempengaruhi kepadatan batuan.
Inti bumi dibungkus oleh mantel yang berkomposisi kaya magnesium. Inti
dan mantel dibatasi oleh Gutenberg Discontinuity. Mantel bumi terbagi
menjadi dua yaitu mantel atas yang bersifat plastis sampai semiplastis
memiliki kedalaman sampai 400 km. Mantel bawah bersifat padat dan
memiliki kedalaman sampai 2900 km.
Mantel atas bagian atas yang mengalasi kerak bersifat padat dan bersama
dengan kerak membentuk satu kesatuan yang dinamakan litosfer. Mantel
atas bagian bawah yang bersifat plastis atau semiplastis disebut sebagi
asthenosfer.
Selimut bumi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu litosfer, astenosfer, dan
mesosfer.
a. Litosfer merupakan lapisan terluar dari selimut bumi dan tersusun atas
materi-materi padat terutama batuan. Lapisan litosfer tebalnya mencapai
50-100 km. Bersama-sama dengan kerak bumi, kedua lapisan ini disebut
lempeng litosfer.
b. Astenosfer merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan litosfer.
Lapisan yang tebalnya 100-400 km ini diduga sebagai tempat formasi
magma (magma induk).
c. Mesosfer merpakan lapisan yang terletak di bawah lapisan astenosfer.
Lapisan ini tebalnya 2.400-2.700 km dan tersusun dari campuran batuan
basa dan besi.
Inti (Core)
Dipusat bumi terdapat inti yang berkedalaman 2900-6371 km. Terbagi
menjadi dua macam yaitu inti luar dan inti dalam. Inti luar berupa zat cair
yang memiliki kedalaman 2900-5100 km dan inti dalam berupa zat padat
yang berkedalaman 5100-6371 km. Inti luar dan inti dalam dipisahkan oleh
Lehman Discontinuity.
Dari data Geofisika material inti bumi memiliki berat jenis yang sama
dengan berat jenis meteorit logam yang terdiri dari besi dan nikel. Atas dasar
ini para ahli percaya bahwa inti bumi tersusun oleh senyawa besi dan nikel.
Inti bumi merupakan lapisan paling dalam dari struktur bumi. Lapisan
inti dibedakan menjadi 2, yaitu lapisan inti luar (outer core) dan inti dalam
(inner core).

B. Metode Geolistrik Tahanan Jenis (Resistivity)

Metode geolistrik merupakan salah satu metode Geofisika yang mempelajari
sifat aliran listrik di dalam bumi dan cara untuk mendeteksi aliran di permukaan
bumi. Hal ini meliputi pengukuran potensial dan pengukuran arus yang terjadi
baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus kedalam bumi. Oleh karena itu
metode geolistrik mempunyai banyak macam, salah satunya adalah metode
geolistrik tahanan jenis (resistivitas) (Hendrajaya, 1990).
Tujuan survei geolistrik adalah untuk menentukan distribusi resistivitas
bawah permukaan dengan cara membuat pengukuran di permukaan tanah.
Pengukuran resistivitas yang normal dibuat dengan cara menginjeksikan arus ke
dalam tanah melalui dua elektroda arus dan mengukur beda tegangan yang
dihasilkan pada dua elektroda potensial. Sehingga resistivitas bawah permukaan
dapat diperkirakan. Resistivitas tanah berkaitan dengan berbagai parameter
geologi seperti mineral dan konten cairan, porositas, derajat patahan, persentase
patahan yang terisi air tanah dan derajat saturasi air di batuan (Singh, 2004).
Berdasarkan hukum Ohm diketahui bahwa besar tegangan V suatu material
bergantung pada kuat arus I dan hambatan listrik R yang dirumuskan sebagai
berikut:
V = IR (1)
Studi hambatan listrik dapat dipahami dalam konteks dari aliran arus melalui
medium di bawah permukaan yang terdiri dari lapisan bahan dengan resistivitas
yang berbeda. Secara sederhana semua lapisan dapat diasumsikan horisontal.
Resistivitas bahan merupakan parameter ukur seberapa baik bahan menghambat
aliran arus listrik.


Gambar 1 Arus yang dialirkan di dalam material konduktif berbentuk silinder
(Telford dkk, 1976)

Jika suatu material konduktif berbentuk silinder yang homogen memiliki panjang
sebesar L dan luas penampang A maka resistivitasnya sebesar:

(2)

Persamaan (1) dan persamaan (2) saling disubstitusikan dan menjadi persamaan
(3)

(3)

dimana V merupakan beda potensial (Volt) dan I merupakan kuat arus yang
melalui bahan (Ampere) (Telford dkk, 1976).

Batuan umumnya mempunyai sifat kelistrikan yang berupa daya hantar listrik
(konduktivitas) dan konstanta dielektrik. Konstanta dielektrik merupakan
polarisasi material dalam suatu medium listrik. Konstanta dielektrik menentukan
kapasitas induktif efektif dari suatu material batuan dan merupakan respon statik
untuk medan listrik AC maupun DC (Dobrin, 1998). Menurut Telford (1982)
harga resistivitas listrik batuan dan mineral dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu:
1. Konduktor baik : 10-8 < < 1m
2. Konduktor prtengahan : 1< < 107m
3. Isolator : 1< < 107m
Sedangkan menurut Roy mengklasifikasikan sesuai dengan tabel di bawah
Tabel 2 Daftar harga resistivitas tanah/batuan

Jenis tanah/Batuan Resistivity
(m)
Tanah lempung, basah lembek 1,5 - 3,0
Tanah lanau & tanah lanau basah
lembek
3 - 15
Tanah lanau, pasiran 15 - 150
Batuan dasar berkekarterisi tanah
lembab
150 - 300
Pasir kerikil terdapat lapisan lanau 300
Batuan dasar terisi tanah kering 300 - 2400
Batuan dasar tak lapuk >2400









DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Komposisi dan Lapisan Bumi.
http://tambangunp.blogspot.com/2013/05/komposisi-dan-lapisan-bumi-
struktur.html.
Hendrajaya, Lilik dan Idam Arif. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis. Bandung :
Laboratorium Fisika Bumi Jurusan Fisika FMIPA ITB.
Roy, E. 1984. Geotechnical EngineeringInvestigation Manual. New York: Mc Graw
Hill.
Singh, K.B, Lokhande, R.D and Prakash, A.2004. Multielectrode resistivity imaging
technique for the study of coal seam. Central Mining Research Institute.
Journal of Scientific and Industrial Research. Vol. 63. pp 927-930.
Telford, W.M, Geldart, L.P., Sheriff, dan Keys, D.A.1976. Applied Geophysics.
London: Cambridege University Press.

You might also like