You are on page 1of 19

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF EMOTIONAL INTELLIGENCE ON THE LEVEL OF


UNDERSTANDING ACCOUNTING AMONG THE STUDENT OF
GUNADARMA UNIVERSITY.
Luqman Hakim
Accounting Major, Faculty of Economics, Gunadarma University
This research is to examine the influence of emotional intelligence on the level of
understanding accountancy. Emotional intelligence is measured by self recognition,
self control, motivation, empathy, and social skills, while the level of understanding
of accountancy is measured by using the average of GPA in 8 lectures, consist of PA
1, PA 2, AKM 1, AKM 2, AKL 1, AKL 2, Auditing 1, and Auditing 2. This research
uses questionnaire with likert scale. The tool of the analysis is double linear analysis.
The result of the analysis show the influence of emotional intelligence that consist of
self recognition, self control, motivation, empathy, and social skills. The elements of
emotional intelligence, it is self recognition which has positive influence on the
understanding of accountancy (0,103), on the other hand, others have negative
influence, such as self control (-0,044), motivation (-0,049), empathy (-0,007), social
skills (-0,084). The correlative coefficient between emotional intelligence and the
variables of the level of understanding of accountancy is 0,222 that means there is a
correlation between the level of understanding of accountancy and emotional
intelligence it is 22,2%. The determination coefficient is 0,049, which means 4,9% of
the changes of the level of understanding of accountancy is influenced by the
variables of self recognition , self control, motivation, empathy, and social skills.
Emotional intelligence has no significant influence on the level of understanding
accountancy, this can be caused by some other factors that influence the individual
life of the students of accountancy at Gunadarma University. There are many other
factors that are not observed in this research, like mental force, social environment,
failure trauma, domestic problems, activities outside campus, culture, on the learning
attitude of the students that could also be the influence.
Keywords : Emotional Intelligence, The level of Understanding of Accounting.
ABSTRAK
PENGARUH KECERDASAN EMOSI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN
AKUNTANSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS GUNADARMA.
Luqman Hakim
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Penelitian ini menguji pengaruh kecerdasan emosi t erhadap tingkat pemahaman
akuntansi. Kecerdasan emosi diukur dengan pengenalan diri, pengendalian diri,
motivasi, empati, dan keterampilan sosial, sedangkan tingkat pemahaman akuntansi
diukur dengan menggunakan IPK rata-rata 8 mata kuliah akuntansi yang terdiri dari
mata kuliah PA 1, PA 2, AKM 1, AKM 2, AKL 1, AKL 2, Auditing 1, dan Auditing
2. Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan skala likert. Alat analisis yang
digunakan adalah analisis linier berganda. Hasil analisis menunjukkan pengaruh
kecerdasan emosi yang terdiri dari pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi,
empati, dan keterampilan sosial. Dari pengaruh kecerdasan emosi yang ada dalam
penelitian ini pengaruh positif terhadap pemahaman akuntansi adalah pengenalan diri
(0,103), sedangkan yang lainnya memiliki pengaruh negatif yang terdiri dari
pengendalian diri (-0,044), motivasi (-0,049), empati (-0,007), keterampilan sosial (-
0,084). Koefisien korelasi antara kecerdasan emosi dengan variabel tingkat
pemahaman akuntansi sebesar 0,222 yang bermakna adanya keterkaitan antara
tingkat pemahaman akuntansi dengan kecerdasan emosi sebesar 22,2%. koefisien
determinasi yang diperoleh adalah sebesar 0,049, yang berarti 4,9% perubahan
tingkat pemahaman akuntansi dipengaruhi oleh variabel pengenalan di ri, variabel
pengendalian diri, variabel motivasi, variabel empati, dan variabel keterampilan
sosial. Pengaruh kecerdasan emosi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat pemahaman akuntansi, hal ini bisa saja disebabkan karena banyak faktor -
faktor diluar kecerdasan emosi yang berpengaruh dalam kehidupan individual
mahasiswa akuntansi Universitas Gunadarma. Banyak faktor lain yang tidak teramati
dalam penelitian ini, misalnya faktor tekanan mental, lingkungan pergaulan, trauma
kegagalan, masalah pribadi, kegiatan diluar kampus, budaya, atau bisa saja
disebabkan perilaku belajar mahasiswa.
Kata kunci : Kecerdasan Emosi, Tingkat Pemahaman Akuntansi
PENDAHULUAN
Latar belakang
Berdasarkan suatu penelitian yang telah dilakukan di dunia pendidikan terutama di
perguruan tinggi yang berhubungan dengan pelajaran akuntansi, ternyata tingkat
pemahaman tentang pelajaran akuntansi sangatlah minim. Hasil penelitian ini
didukung oleh fakta yang ada dilapangan bahwa tingkat kemampuan yang dimiliki
para lulusan akademis rata-rata masih dibawah standar dari ilmu akuntansi yang
diberikan di dalam pendidikan. Oleh karena itu, Sundem (1993) dalam Machfoedz
(1998) mengkhawatirkan akan ketidakjelasan industri akuntansi yang dihasilkan oleh
pendidikan tinggi akuntansi. Pendidikan tinggi, tidak sanggup membuat anak
didiknya menguasai dengan baik pengetahuan dan keterampilan hidup (karena yang
diajarkan hanya menghapal). Sekolah yang terbilang mahal pun tidak mampu lagi
membekali mahasiswanya dengan pengetahuan dan pegangan yang memadai untuk
menghadapi tantangan zaman ini (Harefa, 2002). Prakarsa (1996) mengkritisi
pendidikan tinggi akuntansi karena lulusannya kurang memiliki keterampilan dan
orientasi profesional yang diperlukan guna mengimplementasikan pengetahuan yang
diserap dalam dunia nyata. Kelemahan tersebut dip erparah karena peserta didik
kurang mendapat pendidikan yang memadai dalam keterampilan intelektual,
komunikasi, serta interpersonal.
TELAAH PUSTAKA
Kecerdasan Emosi
Berdasarkan pengertian umum, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis,
dan berhitung yang merupakan keterampilan yang menjadi fokus dalam dunia
pendidikan. Menurut Wibowo (2002) (dalam Melandy dan Aziza, 2006) kecerdasa n
emosi adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai dengan keinginan,
kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga memberikan dampak yang positif.
Kecerdasan emosi dapat membantu membangun hubungan dalam menuju
kebahagiaan dan kesejahteraan. Sedangkan menurut Cooper dan Sawaf (1998) (dalam
Mutadin, 2002) kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami, dan
secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi,
informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi. Menurut Salovey dan Mayer
(dalam Rissyo dan Aziza, 2006), Penemu istilah kecerdasan emosi mendefinisikan
kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan
membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan
maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu
perkembangan emosi dan intelektual.
Komponen Kecerdasan Emosi
Menurut Goleman (2000) terdapat lima dimensi atau komponen kecerdasan emosi
(EQ) yaitu:
1. Pengenalan diri (Self awareness), artinya mengetahui keadaan dalam diri, hal
yang lebih disukai, dan intuisi. Kompetensi dalam dimensi pertama adalah
mengenali emosi sendiri, mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri, dan
keyakinan akan kemampuan sendiri.
2. Pengendalian diri (self regulation), artinya mengelola keadaan dalam diri dan
sumber daya diri sendiri. Kompetensi dimensi kedua ini adalah menahan
emosi dan dorongan negatif, menjaga norma kejujuran dan integritas,
bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, dan
terbuka terhadap ide-ide serta informasi baru.
3. Motivasi (motivation), artinya dorongan yang membimbing atau membantu
peraihan sasaran atau tujuan. Kompetensi dimensi ketiga adalah dorongan
untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau
organisasi, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, dan kegigihan dalam
memperjuangkan kegagalan dan hambatan.
4. Empati (empathy), yaitu kesadaran akan perasaan, kepentingan, dan
keprihatinan orang. Dimensi keempat terdiri dari kompetensi understanding
others, developing others, customer service , menciptakan kesempatan-
kesempatan melalui pergaulan dengan berbagai macam orang, membaca
hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok.
5. Keterampilan sosial (Social skills), artinya kemahiran dalam menggugah
tanggapan yang dikehendaki oleh orang lain. Diantaranya adalah kemampuan
persuasi, mendengar dengan terbuka dan memberi pesan yang jelas,
kemampuan menyelesaikan pendapat, semangat leadership, kolaborasi dan
kooperasi, serta team building.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini mengambil sampel mahasiswa akuntansi Universitas Gunadarma
yang sudah menyelesaikan 8 mata kuliah akuntansi karena diasumsikan bahwa
mahasiswa yang sudah menyelesaikan 8 mata kuliah akuntansi telah mendapatkan
manfaat tentang mata kuliah pengajaran akuntansi. Alasan penelitian ini mengambil
sampel mahasiswa jurusan akuntansi Universitas Gunadarma karena ingin
mengetahui sejauh mana variabel kecerdasan emosi mempengaruhi variabel ting kat
pemahaman akuntansi di Universitas Gunadarma agar menghasilkan mahasiswa
akuntansi yang berkualitas.
Metode Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel dilakukan dengan non probability sampling berupa
purposive sampling dan convenience sampling. Dengan menyebarkan 200 eksemplar
kuesioner kepada responden yang sesuai kriteria yang ditetapkan. Komposisi tersebut
peneliti tetapkan dari pertimbangan jumlah populasi mahasiswa akuntansi Universitas
Gunadarma yang dijadikan sampel oleh peneliti
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang dibagi -bagikan kepada
mahasiswa Universitas Gunadarma jurusan akuntansi. Penyebaran kuesioner
dilakukan dengan mendatangi satu persatu calon responden, sehingga dapat
mengecek apakah calon responden memenuhi persyaratan sebagai Calon responden,
lalu menanyakan kesediaan untuk mengisi kuesioner. Prosedur ini penting
dilaksanakan karena peneliti ingin menjaga agar kuesioner hanya diisi oleh responden
yang memenuhi syarat dan ber sedia mengisi dengan kesungguhan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Penyebaran ini dilakukan sendiri oleh peneliti.
Angkatan untuk responden dibatasi hanya untuk angkatan 2006 yang telah
menyelesaikan 8 mata kuliah akuntansi. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur
variabel kecerdasan emosi adalah dengan menggunakan kuesioner yang diadopsi dari
penelitian Eka Indah Trisnawati dan Sri Suryaningsum (2003).
Operasional Variabel dan Hipotesis
Variabel bebas :
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah 5 komponen kecerdasan emosi :
1. Pengenalan diri (1)
Variabel pengenalan diri adalah variabel bebas yang digunakan untuk mengukur
kecerdasan emosi dan diukur dengan menggunakan skala likert. Dalam
mempersiapkan masa depan para mahasiswa akuntansi diharapkan mampu mengenal
diri mereka sendiri untuk dapat mengukur keterampilan dan kecakapan emosinya
masing-masing. Dengan demikian mereka diharapkan dapat belajar dengan sungguh-
sungguh dan sadar sesuai dengan kemampuan dan bagaimana kewajiban yang harus
mereka penuhi serta mempunyai rasa kepercayaan diri yang tinggi. Mahasiswa yang
belajar dengan kecakapan emosi ini sudah pasti akan belajar dengan maksimal.
Berdasarkan uraian diatas diasumsikan bahwa pengenalan diri dapat mempengaruhi
tingkat pemahaman akan mata kuliah akuntansi. Pengenalan diri dianggap dapat
merubah proses belajar mahasiswa dimana mereka memperoleh tingkat pemahaman
yang lebih baik. Oleh karena itu, diajukan hipotesis sebagai berikut :
Ha1 : Pengenalan diri berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Ho1 : Pengenalan diri tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
2. Pengendalian diri (2)
Variabel pengendalian diri adalah variabel bebas yang digunakan untuk mengukur
kecerdasan emosi dan diukur dengan menggunakan skala likert. Menurut Goleman
(2000) pengendalian diri merupakan sikap hati -hati dan cerdas dalam mengatur
kehidupan, keseimbangan dan kebijakan yang terkendali, dan tujuannya adalah untuk
keseimbangan emosi, bukan menekan emosi, karena setiap perasaan mempunyai nilai
dan makna. Sedangkan yang menjadi tanggung jawab bagi mahasiswa dilingkungan
kampus adalah mengendalikan suasana hati mereka sendiri. Suasana hati ini sangat
berpengaruh untuk mengendalikan pikiran, ingatan, dan wawasan dalam pemahaman
belajar.
Berdasarkan uraian ini, dapat diasumsikan bahwa pengendalian diri dapat
mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi. Pengendalian diri mampu membuat
mahasiswa menjadi seseorang yang lebih bertanggung jawab, berhati -hati, dan teliti
dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Setelah melakukan hal yang demikian, sudah
pasti akan menghasilkan prestasi yang baik. Oleh karena itu diajukan hipotesis
sebagai berikut :
Ha2 : Pengendalian diri berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Ho2: Pengendalian diri tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
3. Motivasi (3)
Variabel motivasi adalah variabel bebas yang digunakan untuk mengukur kecerdasan
emosi dan diukur dengan menggunakan skala likert. Menurut Goleman (2000)
motivasi didefinisikan sebagai suatu konsep yang digunakan jika menguraikan
kekuatan-kekuatan yang bekerja terhadap diri sendiri untuk memulai dan
mengarahkan perilaku atau segala sikap yang menjadi pendorong timbulnya suatu
perilaku. Ada banyak faktor yang mempengaruhi motivasi seorang mahasiswa, salah
satunya adalah kepercayaan diri. Mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri kuat
cenderung lebih memiliki motivasi yang tinggi karena dia percaya akan kemampuan
dirinya sendiri dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri
lemah yang cenderung memiliki motivasi yang rendah pula. Motivator yang paling
berdaya guna adalah motivator dari dalam, bukan dari luar. Keinginan untuk maju
dari dalam diri mahasiswa akan menimbulkan semangat dalam meningkatkan kualitas
mereka. Para mahasiswa yang memiliki upaya untuk meningkatkan diri akan
menunjukkan semangat juang yang tinggi ke arah penyempurnaan diri yang
merupakan inti dari motivasi untuk meraih prestasi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diasumsikan bahwa motivasi diri dapat
mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi. Seseorang mahasiswa termotivasi
untuk berprestasi akan lebih baik menemukan cara-cara belajar yang efektif. Oleh
karena itu, hipotesis sebagai berikut :
Ha3 : Motivasi berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Ho3 : Motivasi tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
4. Empati (4)
Variabel empati adalah variabel bebas yang digunakan untuk mengukur kecerdasan
emosi dan diukur dengan menggunakan skala likert. Menurut Goleman (2000) empati
adalah perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain, khususnya untuk berbagi
pengalaman atau secara tidak langsung merasakan penderitaan orang lain.
Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri.
Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan
terampil membaca perasaan orang lain. Orang yang memiliki empati yang tinggi akan
lebih mampu membaca perasaan dirinya dan orang lain yang akan berakibat pada
peningkatan kualitas belajar sehingga akan tercipta suatu pemahaman yang baik
tentang akuntansi. Berdasarkan uraian di atas, maka dengan ini diajukan hipotesis
sebagai berikut :
Ha4 : Empati berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Ho4 : Empati tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahamn akuntansi.
5. Kemampuan sosial (5)
Variabel keterampilan sosial adalah variabel bebas yang digunakan untuk mengukur
kecerdasan emosi dan diukur dengan menggunakan skala likert. Menurut Jones
(1996) (dalam Melandy dan Aziza, 2006), kemampuan membina hubungan dengan
orang lain adalah serangkaian pilihan yang dapat membuat anda mampu
berkomunikasi secara efektif dengan orang yang berhubungan dengan anda atau
orang lain yang ingin anda hubungi. Dalam hubungannya dengan dunia kampus,
keterampilan sosial dapat dilihat dari kedekatan antara dosen dan mahasiswa yang
menunjukkan seberapa jauh hubungan yang mereka rasakan, studi -studi di kelas
membuktikan bahwa semakin erat koordinasi gerak antara dosen dan mahasiswa,
semakin besar perasaan bersahabat, bahagia, antusias, adanya keterbukaan ketika
melakukan interaksi. Perasaan bersahabat antara dosen dan mahasiswa akan
menciptakan sebuah interaksi yang efektif dalam rangka pemahaman di bidang
akuntansi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dengan ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
Ha5 : Keterampilan sosial berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Ho5 : Keterampilan sosial tidak berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Variabel terikat :
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah IPK untuk nilai rata-rata 8 mata kuliah
akuntansi, yaitu :
1. Pengantar Akuntansi 1.
2. Pengantar Akuntansi 2.
3. Akuntansi Keuangan Menengah 1.
4. Akuntansi Keuangan Menengah 2.
5. Akuntansi Keuangan Lanjut 1.
6. Akuntansi Keuangan Lanjut 2.
7. Pemeriksaan Akuntansi 1.
8. Pemeriksaan Akuntansi 2.
Alat Analisis Data
Alat analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 17
(Statistikal Package for Social Science ). Beberapa teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian, yaitu :
Uji Kualitas Kuesioner
a. Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini digunakan untuk menghitung korelasi antara score
masing-masing butir pertanyaan dengan total score setiap konstruknya (Ghozali,
2005). Pengujian ini menggunakan metode Pearson Correlation.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini menggunakan reabilitas konsistensi internal yaitu teknik cronbach
alpha (). Apabila cronbach alpha dari hasil pengujian > 0,6 maka dapat
menunjukkan bahwa kuesioner tersebut cukup handal (reliabel). Uji reliabilitas
digunakan untuk menunjukkan tingkat keandalan kuesioner yang digunakan dalam
penelitian.
Uji Regresi Berganda
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda,
untuk melihat pengaruh kecerdasan emosi yaitu dari variabel 1 adalah pengenalan
diri, variabel 2 adalah pengendalian diri, variabel 3 adalah motivasi, variabel 4
adalah empati, variabel 5 adalah keterampilan sosial terhadap tingkat pemahaman
akuntansi. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y=0 +
11
+
22
+
33
+
44
+
55
+e
Jika koefisien regresi signifikan dan positif (1, 2, 3, 4, 5 > 0) maka kelima
komponen kecerdasan emosi tersebut memiliki pengaruh langsung dan positif
terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Untuk mengetahui kualitas data, maka digunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau tidak. Untuk melihat data dalam uji ini menggunakan analisis grafik dengan
diagram Plot Normal P-P.
b. Uji Multikolinearitas
Untuk mengindikasi apabila terdapat hubungan linier antara variabel -variabel
independen dalam model regresi. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinearitas
maka dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Apabila nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1 maka tidak terjadi multikolinearitas
antar variabel independennya.
c. Uji Heteroskedastisitas
Untuk melakukan pengujian terhadap asumsi ini dilakukan dengan
menggunakan diagram pencar residual. Diagram pencar dilihat dari pola titik -titik
pada grafik regresi.
d.Uji Autokorelasi
Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan
dengan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson. Jika dl > d > 4-du, maka
dikatakan tidak ada autokorelasi.
PEMBAHASAN
Kecerdasan emosi penting bagi lulusan pendidikan tinggi akuntansi. Kecerdasan
emosi menuntun kita untuk mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang
lain serta untuk menggapai suatu prestasi, menerapkannya dengan efektif informasi
dan energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari -hari. Para lulusan akuntansi
juga diharapkan dapat memiliki kemampuan komunikasi organisasi, interpersonal,
dan sikap. oleh karena akuntan harus memiliki kompetensi ini, maka pendidikan
tinggi akuntansi bertanggung jawab mengembangkan keterampilan mahasiswanya
untuk memiliki tidak hanya kemampuan dan pengetahuan di bidang akuntansi tetapi
juga kemampuan lain yang diperlukan dalam berkarier di ling kungan yang selalu
berubah dan ketat persaingannya, dalam hal ini kecerdasan emosi.
Data yang telah diperoleh berupa hasil dari jawaban dari responden yaitu pada
mahasiswa jurusan akuntansi yang terdapat di Universitas Gunadarma. Hasil
pengolahan data berupa informasi untuk mengetahui apakah tingkat pemahaman
akuntansi dipengaruhi oleh variabel kecerdasan emosi. Jumlah kuesioner yang
diberikan kepada mahasiswa Universitas Gunadarma sebanyak 200 kuesioner. Dari
penyebaran data sebanyak 200 kuesioner. Sesuai dengan permasalahan dan
perumusan serta pengujian hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang berbentuk uraian yang
didukung oleh data yang telah diolah kemudian diikhtisarkan. Sedangkan analisis
kuantitatif merupakan analisis yang menggunakan rumus dan teknik perhitungan.
Teknik perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear
berganda.
Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut terlebih dahulu diuji validitas dan realibilitas,
sehingga hasil kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dinyatakan
valid.
Analisis Diskriptif
Analisis Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin,
angkatan, umur, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), dan nilai mata kuliah dibidang
akuntansi. Karakteristik responden tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor yang dapat menentukan penilaian terhadap
pemahaman mata kuliah akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa modus responden
adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 75 orang atau 56,82% dan sisanya
laki-laki sebanyak 57 orang atau 43,18%. Hal ini dapat menyimpulkan bahwa
mahasiswa yang mengambil jurusan akuntansi di Universitas Gunadarma lebih
banyak perempuan dari pada laki-laki.
b. Angkatan
Sesuai dengan objek penelitian yang peneliti tetapkan, maka angkatan mahasiswa
jurusan akuntansi yang dijadikan penelitian hanya angkatan tahun 2006. Hal ini
disebabkan karena angkatan tersebut telah menyelesaikan 8 mata kuliah serta
mendapatkan manfaat tentang mata kuliah akuntansi dan telah ada pada semester
akhir. Dari data yang diperoleh dalam penelitian ini, angkatan tahun yang dijadikan
objek penelitian adalah angkatan 2006 dan semua yang mengisi kuesioner ini telah
sesuai dengan objek penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti dengan 100%
angkatan 2006.
c. Umur Responden
Umur responden terbagi dalam 3 kelompok yaitu berumur 18-20 tahun, 2 1-23 tahun,
dan lebih dari 23 tahun. Dari data yang didapat, diketahui bahwa modus umur
mahasiswa angkatan 2006 adalah antara 2 1-23 tahun yaitu sebanyak 129 orang atau
97,73%. sedangkan umur yang lain antara 18-20 tahun sebanyak 1 orang atau 0,75%
dan lebih dari 23 tahun sebanyak 2 orang atau 1,52%. Dengan demikian mayoritas
mahasiswa yang berumur 21-23 tahun merupakan mahasiswa sudah dewasa dalam
berpikir dan berperilaku, diharapkan mahasiswa akuntansi kelompok ini memiliki
kecerdasan emosi sehingga mempunyai tingkat pemahaman yang tinggi tentang mata
kuliah akuntansi.
d. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) responden yang dijadikan sampel dalam penelitian
ini, hal ini dapat menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa telah memiliki tingkat
kecerdasan diatas rata-rata mampu memahami mata kuliah akuntansi dengan baik.
Dari data yang diperoleh dapat diketahui IPK tertinggi adalah 3,90, terendah 1,90,
sedangkan rata-rata 3,10, dan IPK yang paling banyak adalah 3,20. Dalam penelitian
ini IPK rata-rata yang diperoleh mahasiswa akuntansi Universitas Gunadarma adalah
sebesar 3,10.
e. Nilai Mata Kuliah di Bidang Akuntansi
Mata kuliah di bidang akuntansi digunakan 8 mata kuliah yaitu mata kuliah.
Berdasarkan nilai mata kuliah akunt ansi didominasi oleh nilai A untuk Pengantar
Akuntansi 1 (39,39%), sedangkan Pengantar Akuntansi 2 (43,18%), Akuntansi
Keuangan Menengah 1 (56,82%), Akuntansi Keuangan Menengah 2 (53,03%),
Akuntansi Keungan Lanjut 1 (50,76%), Akuntansi Keuangan Lanjut 2 (5 3,03%),
Pemeriksaan Akuntansi 1 (58,33%), dan Pemeriksaan Akuntansi 2 (49,24%)
didominasi oleh nilai B.
Analisis Diskriptif Variabel
Berikut ini akan dijelaskan hasil rata-rata jawaban responden yaitu menjelaskan
deskripsi data dari seluruh variabel yang akan dimasukkan dalam model penelitian.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1
Hasil Descriptive Statistik
Dari Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa tingkat kecerdasan emosi dan pemahaman
akuntansi pada mahasiswa Akuntansi Universitas Gunadarma dapat ditunjukkan
dengan nilai rata-rata. Untuk variabel kecerdasan emosi yang diukur masing-masing
10 item pertanyaan maka nilai netralnya adalah 3 x 10 = 30, sehingga jika nilai rata -
rata > 30 dapat dinyatakan bahwa tingkat kecerdasan emosi mahasiswa akuntansi
Universitas Gunadarma adalah tinggi. Hasil penilaian responden menunjukkan bahwa
seluruh faktor kecerdasan emosi mahasiswa akuntansi adalah tinggi karena memiliki
nilai rata-rata > 30, dengan kecerdasan tertinggi terjadi pada empati (X4) dan
kecerdasan terendah terjadi pada Motivasi (X3).
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Dalam pengujian ini digunakan analisis korelasi product moment. Uji signifikansi
dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi (p -value) dengan taraf
signifikansi 5% (0,05). Jika nilai p-value lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (0,05)
dan nilai korelasi positif, maka item pertanyaan tersebut dikatakan valid (p-value <
0,0 5).
Dari hasil uji validitas tersebut, ternyata koefisien korelasi semua item pertanyaan
mempunyai skor total probabilitas < 0,05, sehingga dapat disimpulkan semua butir
item pertanyaan untuk variabel kecerdasan emosi yang ada dalam kuesioner yang
disebarkan dapat dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah analisis yang banyak digunakan untuk mengetahui konsist ensi
alat ukur yang menggunakan skala, kuesioner, atau angket. Maksudnya untuk
mengetahui apakah alat ukur tersebut akan mendapatkan pengukuran yang tetap
konsisten jika pengukuran diulang kembali.
Dalam pengujian ini dilakukan dengan uji statistik Cronbac h Alpha (). Suatu
variabel dikatakan reliabel jika mempunyai nilai Cronbach Alpha ( ) > 0,6. Uji
reliabilitas digunakan untuk menunjukkan tingkat kehandalan kuesioner yang
digunakan dalam penelitian.
Hasil uji reliabilitas item pertanyaan tentang variabel kecerdasan emosi, dapat dilihat
dalam Tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.2
Ringkasan Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel Koefisien
Alpha
Status
Pengenalan Diri (X1) 0,625 Reliabel
Pengendalian Diri (X2) 0,624 Reliabel
Motivasi (X3) 0,702 Reliabel
Empati (X4) 0,713 Reliabel
Keterampilan Sosial (X5) 0,734 Reliabel
Sumber : Data Primer yang Diolah 2010
Berdasarkan hasil ringkasan uji reliabilitas seperti yang teringkas pada tabel diatas,
dapat diketahui bahwa nilai koefisien Cronbach Alpha ( ) pada masing-masing
variabel nilainya > 0,6, maka dapat disimpulkan semua item pertanyaan dalam
penelitian ini adalah handal. Sehingga item-item pertanyaan tersebut dapat digunakan
untuk penelitian selanjutnya.
Uji Regresi Berganda
Berdasarkan hasil uji statistik, model regresi yang diajukan sudah memenuhi syarat
uji asumsi klasik. Tetapi agar model tersebut dapat diterima maka harus memenuhi
pengujian asumsi klasik antara lain dengan menggunkan Uji Normalitas, Uji
Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas, dan Uji Autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat
dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk
menguji normalitas data yang digunakan adalah dengan diagram Plot Normal P-P.
Hasil menunjukkan bahwa hipotesis 1 sampai 5 data berdistribusi normal, karena
sebaran plot residual cenderung mendekati garis diagonal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas adalah situasi adanya multi korelasi diantara variabel bebas satu
dengan yang lainnya. Nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1 maka variabel bebas
tidak mempunyai masalah multikolinieritas. Jika dilihat dari hasil uji multikolinieritas
hipotesis 1 sampai 5 tidak terjadi multikolinieritas. Hasil uji multikolinieritas dapat
dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian
dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Pengujian terhadap
heteroskedastisitas dilakukan dengan mempergunakan diagram pencar residual.
Hasil analisis menunjukkan hipotesis 1 sampai 5, memiliki diagram plot yang
menyebar secara acak baik atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y, maka
dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi. Hasil uji
heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 4.11 sebagai beri kut.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan
asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu
pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Untuk mengetahui hasil uji
autokorelasi menggunakan pengujian Durbin-Watson (uji DW). Jika nilai Durbin-
Watson berada diantara DU dan 4-DU maka tidak terjadi autokorelasi. Dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis 1 sampai 5 menghasilkan nilai Dw > Du
(1,760), sehingga model regresi tidak mengandung gej ala autokorelasi. Jika dilihat
dari hasil model summary maka didapat nilai pada (R) adalah sebesar = 0,222. Nilai
R menunjukkan korelasi berganda hal ini diukur dengan nilai R akan semakin kuat
jika mendekati angka 1 dan melemah jika mendekati angka 0. dari penjelasan tersebut
nilai R yang didapat adalah 0,222 yang artinya korelasi antara variabel dependent
dengan variabel independent terjadi hubungan yang lemah. (R Square) atau R
kuadrat menunjukkan koefisien determinasi. Angka ini akan diubah ke bentuk
persentase, artinya persentase akan mempengaruhi besarnya nilai yang ada di variabel
dependent dan independent. Nilai yang didapat dari tabel tersebut adalah (R Square)
= 0,049 atau 4,9%, artinya persentase sumbangan pengaruh variabel dependent
dengan independent sebesar 4,9% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Durbin-Watson merupakan nilai yang
menunjukkan ada atau tidaknya autokorelasi dalam model regresi. Nilai (DW) >
1,760 menunukkan tidak terjadinya autokorelasi terhadap model regresi.
Uji Hipotesis
a. Uji Hipotesis 1
Berdasarkan hasil yang di dapat, dijelaskan bahwa koefisien dari variabel pengenalan
diri (1) adalah 1 = 0,103 yang berarti setiap kenaikan variabel pengenalan diri
sebesar 1 maka tingkat pemahaman akuntansi akan meningkat sebesar 10,3% dengan
asumsi variabel yang lain tetap. Variabel pengenalan diri secara parsial mempunyai
nilai sig.t = 0,081. Hal ini berarti secara parsial hubungan variabel pengenalan diri
(1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman akuntansi ( Y) pada
tingkat 0,05 sehingga hipotesis pertama Ho1 tidak dapat ditolak. Penjelasan yang
dapat diberikan adalah jika pengenalan diri meningkat maka mahasiswa akan
mengenali emosi sendiri, menyadari kekuatan dan keterbatasan diri sendiri, serta
memiliki kepercayaan dan keyakinan akan kemampuan diri sendiri. Hal ini baik
untuk mempersiapkan masa depan para mahasiswa akuntansi dengan demikian
mahasiswa diharapkan dapat belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-
citanya. Pengenalan diri dianggap dapat merubah proses belajar mahasiswa dimana
mereka memperoleh tingkat pemahaman yang lebih baik. Pemahaman yang baik
menyebabkan mahasiswa dapat menguasai akuntansi dengan baik. Akuntansi adalah
jenis ilmu yang membutuhkan pengenalan diri dalam memahami akuntansi.
b. Uji Hipotesis 2
Variabel pengendalian diri (2) menghasilkan koefisien 2 = -0,040 yang berarti setiap
kenaikan variabel pengendalian diri sebesar 1 maka tingkat pemahaman akuntansi
akan turun sebesar 4% dengan asumsi variabel yang lain tetap. Variabel pengendalian
diri secara parsial mempunyai nilai sig.t = 0,443. Ini berarti secara parsial hubungan
pengendalian diri (2) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
pemahaman akuntansi (Y) pada level of significant 0,05 atau Ho2 tidak dapat ditolak.
Penjelasan yang dapat diberikan adalah faktor lingkungan pergaulan yang dapat
mempengaruhinya, akibatnya mahasiswa sulit untuk tetap bersemangat dalam belajar
dan cenderung lebih terpancing unt uk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat
dalam menghabiskan waktu. Pengendalian diri dapat membuat mahasiswa menjadi
seseorang yang lebih bertanggung jawab, berhati -hati, dan teliti dalam mengerjakan
tugasnya. Hal tersebutlah yang dibutuhkan dalam mempel ajari ilmu akuntansi.
Setelah pengendalian diri mahasiswa dapat memahami ilmu akuntansi dengan baik
karena akuntansi membutuhkan pengendalian diri yang baik dalam mempelajarinya.
c. Uji Hipotesis 3
Variabel motivasi (3) memiliki koefisien 3 = -0,049 yang berarti setiap kenaikan
variabel motivasi sebesar 1 maka tingkat pemahaman akuntansi akan turun sebesar
4,9% dengan asumsi variabel lain tetap. Variabel motivasi secara parsial mempunyai
tingkat sig.t = 0,297. Hal ini berarti secara parsial hubungan vari abel motivasi (3)
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi pada =
5% (0,05) atau Ho3 tidak dapat ditolak. Hal ini bisa saja terjadi disebabkan karena
faktor trauma kegagalan yang pernah dialami oleh mahasiswa. Akibatnya mahasiswa
merasa tidak mampu dan tidak berani untuk mencoba kembali. Tentu saja hal ini
dapat mengurangi semangat untuk belajar dan memperoleh prestasi. Para mahasiswa
yang memiliki upaya meningkatkan diri menunjukkan semangat juang ya ng tinggi
untuk meraih prestasi. Motivasi adalah alat untuk menumbuhkan hasrat berprestasi
dalam kehidupan dan dalam belajar, jika mahasiwa yang sedang menuntut ilmu tidak
memiliki motivasi maka akan mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran
tersebut. Hasrat dalam berprestasi dengan memotivasi diri sendiri sangat dibutuhkan
dalam memahami akuntansi, karena jika mahasiswa tidak memiliki motivasi yang
tinggi dalam memahami akuntansi maka mahasiswa tersebut tidak dapat berusaha,
menemukan cara-cara yang lebih baik, membuat inovasi, atau memiliki keunggulan
kompetitif dalam berprestasi.
d.Uji Hipotesis 4
Variabel empati (4) memiliki nilai koefisien 4 = -0,007 yang berarti setiap
kenaikan variabel empati sebesar 1 maka tingkat pemahaman akuntansi akan turu n
sebesar 7% dengan asumsi variabel yang lain tetap. Variabel empati secara parsial
mempunyai nilai sig.t = 0,896. Hal ini secara parsial hubungan variabel empati tidak
berpengaruh sinifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi pada = 0,05 atau Ho4
tidak dapat ditolak. Hal ini bisa saja disebabkan karena faktor masalah pribadi yang
dialami oleh mahasiswa sehingga mahasiswa cenderung tidak dapat berkonsentrasi
dalam setiap perkuliahan. tidak mendengarkan dosen artinya tidak dapat memahami
apa yang sedang diajarkan dip erkuliahan dan mungkin akan terlihat murung dalam
raut wajahnya. Keadaan ini akan membuat mahasiswa menjadi malas dalam belajar
dan lebih memikirkan masalah pribadinya. Prasyarat untuk empati adalah pengenalan
diri, mengenali sinyal-sinyal perasaan yang tersembunyi dalam reaksi tubuh sendiri.
e. Uji Hipotesis 5
Variabel keterampilan sosial (5) memiliki koefisien 5 = -0,084 yang berarti setiap
kenaikan variabel keterampilan sosial sebesar 1 maka tingkat pemahaman akuntansi
akan turun sebesar 8,4% dengan asumsi variabel lain tetap. Variabel keterampilan
sosial secara parsial mempunyai nilai sig.t = 0,090. Ini berarti secara hubungan
parsial variabel keterampilan sosial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat pemahaman akuntansi pada = 0,05 (5%) atau Ho5 tidak dapat ditolak. Hal
ini bisa saja terjadi karena interaksi yang kurang efektif dan baik dengan orang lain
terutama dosen atau lingkungan kampus. Dalam hubungan dengan dunia kampus
jelas terlihat interaksi yang terjadi adalah antara mahasiswa dengan dosen dalam
kegiatan belajar mengajar. Mahasiswa yang tidak memiliki keterampilan sosial yang
mahir maka akan sulit membina hubungan yang baik pada saat kegiatan belajar
mengajar sedang berlangsung. Hal inilah yang memberikan pengaruh dalam
pemahaman akuntansi pada mahasiswa, sehingga dapat menurunkan minat dan
semangat dalam belajar. Semakin besar pengaruh interaksi yang terjalin maka akan
menciptakan komunikasi interaksi yang positif dan efektif dengan lingkungannya
sehingga dapat membantu dalam pemahaman akuntansi. Keterampilan sosial dalam
memahami akuntansi sangat berperan untuk melakukan kerjasama dan berinteraksi
dalam tim atau organisasi. Akuntansi adalah ilmu yang memiliki hubungan dengan
orang lain melalui kerjasama dan kepercayaan.
4.4.1 Hasil Uji Hipotesis
Hasil uji hipotesis 1 sampai 5 dilakukan dengan analisis regresi linier berganda. Dari
output yang dihasilkan analisis regresi pada tabel hasil analisis regresi, adalah :
Y = 28,166 + 0,1031 ? 0,0442 ? 0,0493 ? 0,0074 ? 0,0845 + e
Dari hasil pengujian diatas, menjelaskan bahwa pengaruh kecerdasan emosi dengan
variabel pengenalan diri, variabel pengendalian diri, variabel motivasi, variabel
empati, dan variabel keterampilan sosial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat pemahaman akuntansi.
Tabel 4.4
Hasil Analisis Regresi
Variabel Koefisien Regresi sig. t Hasil
Constant 28,166
Pengenalan Diri (1)
0,103 0,081 X1 tidak
berpengaruh
Pengendalian Diri (2)
-0,044 0,433 X2 tidak
berpengaruh
Motivasi (3)
-0,049 0,297 X3 tidak
berpengaruh
Empati (4)
-0,007 0,896 X4 tidak
berpengaruh
Keterampilan Sosial (5)
-0,084 0,090 X5 tidak
berpengaruh
Dari hasil pengujian diatas pengaruh kecerdasan emosi yang diukur oleh variabel
pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial terbukti
tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Variabel pengenalan diri terbukti tidak pengaruh signifikan tetapi memiliki niliai
koefisien yang positif terhadap tingkat pemahaman akuntansi karena mahasiswa
menyadari kemampuan yang terdapat dalam dirinya dan lebih mudah memahami
akuntansi dengan baik.
Variabel Pengendalian diri terbukti tidak berpengaruh signifikan dan memiliki nilai
koefisien yang negatif terhadap tingkat pemahaman akuntansi karena mahasiswa
cenderung dipengaruhi oleh faktor lingkungan pergaulan sehingga mengalami
kesulitan dalam memahami akuntansi dengan baik.
Variabel motivasi terbukti tidak berpengaruh signifikan dan memiliki nilai koefisien
yang negatif terhadap tingkat pemahaman akuntansi karena mahasiswa kurang
memiliki hasrat untuk berprestasi dan trauma akan kegagalan yang pernah dialaminya
akan suatu pelajaran sehingga mengalami kesulitan meningkatkan semangat dalam
memahami akuntansi dengan baik.
Variabel empati terbukti tidak berpengaruh signifikan dan memiliki nilai koefisien
yang negatif terhadap tingkat pemahaman akuntansi karena mahasiswa cende rung
memikirkan masalah pribadi dibandingkan dengan mata kuliah akuntansi sehingga
mahasiswa tersebut sulit untuk berkonsentrasi dan kesulitan dalam memahami
akuntansi dengan baik.
Variabel keterampilan sosial terbukti tidak berpengaruh signifikan dan memiliki nilai
yang negatif terhadap tingkat pemahaman akuntansi karena mahasiswa kurang
memiliki interaksi yang baik dilingkungan kampus terutama interaksi yang terjadi
dalam kegiatan belajar mengajar dengan dosen didalam kelas sehingga mahasiswa
mengalami kesulitan dalam memahami akuntansi dengan baik.
Goleman, Daniel. (2000). Working With Emotional Intelegence . (Terjemahan
Alex
Tri Kanjono W.). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan :
1. Pengenalan diri mempunyai pengaruh positif terhadap pemahaman akuntansi,
tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
2. Pengendalian diri mempunyai pengaruh negatif terhadap pemahaman akuntansi,
dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
3. Motivasi mempunyai pengaruh negatif terhadap pemahaman akuntansi, dan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
4. Empati mempunyai pengaruh negatif terhadap pemahaman akuntansi, dan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
5. Keterampilan sosial mempunyai pengaruh negatif terhadap pemahaman akuntansi,
dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Keterbatasan Penelitian
Sampel yang diperoleh adalah 200 mahasiswa jurusan akuntansi Universitas
Gunadarma, namun demikian yang dapat diolah hanya 132 mahasiswa jurusan
akuntansi Universitas Gunadarma sehingga dari hasil penelitian ini tidak sepenuhnya
dapat diandalkan untuk lingkup yang lebih luas.
Tingkat pemahaman akuntansi pada penelitian ini hanya ditinjau dari kecerdasan
emosi, padahal masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi suatu proses
pembelajaran. Masih banyak hal lain yang dapat terkait seperti perilaku belajar
mahasiswa jurusan akuntansi Universitas Gunadarma yang ditinjau dari kebiasaan
mahasiswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dikampus, membaca buku,
kunjungan keperpustakaan, dan kebiasaan dalam menghadapi ujian.
Saran
1. Studi mendatang diharapkan dapat menggunakan sampel yang lebih banyak
dengan melihat pengaruh kecerdasan emosi pada mahasiswa jurusan akuntansi
Universitas Gunadarma dengan memasukkan perguruan tinggi negeri yang ada
dilingkungan dekat kampus dengan sampel yang lebih besar sebagai pembandin g.
2. Dalam penelitian ini digunakan nilai rata-rata mata kuliah akuntansi, diharapkan
pada penelitian selanjutnya bisa menggunakan variabel dependen seperti IPK
keseluruhan sebagai tolok ukur keberhasilan meraih kesuksesan belajar di
Universitas Gunadarma.
DAFTAR PUSTAKA
Harefa, Andrias. (2000). Perlukah Sekolah/Universitas dipertahankan? Buletin
Indonesia Belajarlah. Jakarta: Indonesia School of Life.
Masud Machfoedz. (1998). Survey Minat Mahasiswa Untuk Mengikuti Ujian
Sertifikasi akuntan Publik (USAP) . Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol
13, No. 4,, 110-124.
Maslahah, Ratna Eka. (2007). Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat
Pemahaman Akuntansi Dengan Kepercayaan Diri Sebagai Variabel
Pemoderasi. Skripsi. Universitas Islam Indonesia.
Melandy, Rissyo dan Aziza, Nurna. (2006) Pengaruh Kecerdasan Emosional
Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Kepercayaan Diri Sebagai Variabel
Pemoderasi, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
Mutadin, Zainun (2002). Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja, Jakarta.
http://e-psikologi.com/remaja/250402.htm.
Nuraini, Maya (2007). Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Minat Belajar
Mahasiswa Akuntansi Terhadap Tingkat Pemahaman akuntansi , Jurnal BETA,
Gresik, Maret.
Prakarsa, Wahyudi. (1996). Transpormasi Pendidikan Akuntansi Menuju Globalisasi.
Konvensi Nasional Akuntansi III . Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia.
Sari, Indah Permata. (2008). Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat
Pemahaman Akuntansi Pada Mahasiswa Jurusan Akuntansi (Survey di
Perguruan Tinggi Wilayah Surakarta). Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Suwardjono. (1991). Akuntansi Pengantar: Konsep Proses Penyusunan Laporan
Pendeka tan Sistem dan Terpadu. BPFE. Yogyakarta.
Trisnawati, Eka Indah dan Sri Suryaningsum. (2003). Pengaruh Kecerdasan
Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi . Jurnal Simposium
Nasional Akuntansi VI, SESI 5/E. Surabaya.
Winataputra, Udin, S. (2001). Model-model Pembelajaran Inovatif. Bahan Ajar
PEKERTI-AA, Dirjend DIKTI, Depdiknas.

You might also like