You are on page 1of 21

NAMA : SETIAWAN DWI PUTRA

NIM : 1004015240
KELAS : 3G
TOKOH-TOKOH PEMBAHARUAN ISLAM
A. Hasan Al-banna
Perintis Negara Islam Modern
Dunia islam mengenal Hasan Al-banna sebagai pejuang dan pembangkit umat islam. Para
pengamat mengaitkan Al-banna dengan pembaru juga yang juga berasal dari Mesir yaitu
Muhammad Abduh, mereka bagai satu badan dan ruh. Abduh yang senior dari Al-bannah
sebagai kepalanya sementara Al-banna sebagai ekornya. Abduh sebagai revolusinya
sedangkan Al-banna sebagai penggerak revolusi kebangkitan perjuangan umat islam
internasional . Keduanya memang tidak bertemu secara fisik tapi pemikiran dan visi
mempersatukan keduanya dalam tujuan yang sama.
Hasan Al-banna dilahirkan didesa Mahmudiyah kawasanBuhairah, Mesir tahun 1906 M,
sejak kecil Al-banna sudah menunjukan kecemerlangan otaknya. Pada usia 12 tahun dia telah
menghafal separuh isi al-Quran. Ayahnya, Syaikh ahmad Al-bannna yang ulama fiqih dan
hadits, terus menerus melengkapi hafalanya. Sejak itu dia mendisiplinkan waktunya menjadi
4 tahap; siang hari dipergunakan untuk belajar disekolah , kemudian belajar dan memperbaiki
jam dengan orang tuanya hingga sore, sore hari digunakan untuk mengulang pelajaran
sekolah hingga malam, dan shubuh untuk menghafal al-Quran. Pada usia 14 tahun dia telah
menghafal al-Quran.
Hasan Al-banna lulus sekolah dengan predikat terbaik di sekolahnya dan lima terbaik di
seluruh Mesir. Pada usia 16 tahun dia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi di Kairo.
Selain prestasinya dibidang akademik, Al-banna memiliki bakat sebagai leadership yang
sangat cemerlang. Dia selalu terpilih menjadi ketua dalam organisasi siswa di sekolahnya.
Pada usia 21 tahun Al-banna telah menamatkan studinya di Dar Al-Ulum dan di tunjuk
menjadi guru Ismailiyah.
Hasan Al-banna sangat prihatin dengan kelakuan koloni yang memperbudak bangsanya. Pada
masa itu adalah masa dimana uamt islam sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekhalifaan
Utsmaniyah di Turki sebagai pengayom umat islam di seluruh dunia runtuh. Sementara kaum
penjajah mempermainkan umat islam dengan seenaknya. Bahkan di Turki , Kemal Attaturk
membengarus islam . ini adalah salah satu penyebab kemunduran islam dan umat islam
bodoh terhadap ajaran islam.
Kenyataan itu yang membuat benar-benar Al-banna bergerak, khususnya dalam bidang
dakwah. Dakwa Al-banna dimulai dari menggalang dari sekolompak orang. Dia berdakwah
dikedai-kedai kopi , hal ini dilakukan teratur 2minggu sekali. Dan usaha Al-banna ini
mendapat banyak sambutan dikalanga umat islam di Mesir. Tercatat kaum muslim dari
kalangan buruh/petani, usahawan, ilmuan, ulama, dokter mendukung dakwahnya.
Saat berdakwah dia lebih suka menyebutkan wahai manusia yang mengacu pada seluruh
umat tanpa memandang ras, kebanggaan, bahkan agama dari pada menyerukan dengan kata-
kata wahai bangsa arab atau wahai kaum muslimin. Bersandar pada nilai-nilai universal,
masalah jarak bukanlah kendala. Kecintaan yang universal pada nila-nilai kemanusiaan dan
komitmennya pada uhkuwah islamiyah mendorong Hasan Al-banna untuk mendirikan
Komite Solidaritas bagi kemerdekaan Indonesia dan dia sendiri yang menjadi ketuanya.

Al-banna dan Ikhwan Al-Muslim
sepak terjang Hasan Al-banna dimulai sejak dia menjadi bocah tanggung. Saat kecilnya dia
bergabung dengan masyarakat untuk tingkah laku moral ini menunjukan bahwa Al-banna
saat kecil sudah tertarik pada masalah keagamaan. Pada tahun 1928, Al-banna mendirikan
IM. Pada 1932, dia pindah ke Kairo. Bersama itu pula gerakannya berpindah dari ismaliyah
ke Kairo. Untuk menyebarkan pemikiran dan gerakan dakwah IM ke masyarakat pada 1352
H/ 1933 M Al-banna menerbitkan sebuah majalah mingguan ikhwan yang di pimpin oleh
Muhibudin Khatib dan kemudian banyak majalah-majalah lanjutan yang diterbitkan.
Pada awal berdirnya, IM hanya beranggotakan 100 orang yang dipilih langsung oleh Al-
banna. Hingga akhirnya terus berkembang, baik keanggotaanya maupun amal usahanya.
Bahkan IM berkembang pesat di luar Mesir, seperti di Jordania dan Syiria, serta Sudan. Di
bidang amal usaha, gerakan ini banyak kesamaan dengan ormas Islam Muhammadiyah, dari
mengelola amal sosial, seperti panti asuhan, rumah sakit, lembaga pendidikan, perdagangan,
hingga para kardernya kini banyak menguasai organisasi profesi seperti persatuan wartawan
Mesir, organisasi kedokteran dan organisasi pengacara, serta perdagangan. Di kancah politik,
pada 1948 turut serta dalam perang palestina. Mereka masuk dalam angkatan perang khusus.
Berkaitan dengan pemikiran dan visi IM sendiri tidak lepas dari cara pandang pendirinya.
Pemahamannya bersifat universal tidak menganal pemisahan dari satu aspek ke aspek yang
lain. Kaitan dengan dakwah, Al-banna mengatakan gerakan ikhwan adalah dakwah salafiah ,
thariqah sunniyah,haqiqqah sufiyah, lembaga politik, klub olahraga, lembaga ilmiyah dan
kebudayaan, peserikatan ekonomi dan pemikiran sosial
Al-banna mengatakan bahwa ciri gerakan IM adalah: jauh dari sumber pertentangan, jauh
dari riya dan kesombongan, jauh dari partai politik dan lembaga-lembaga politik,
memperhatikan kaderisasi dan bertahap dalam melangkah, lebih mengutamakan aspek-aspek
amaliah produktif dari pada propaganda reklame, memberi perhatian khusus kepada para
pemuda, dan cepat tersebar di kampung-kampung dan si kota-kota.
Sebagaimana dakwah yang berkarakter rabbaniyah yang menyeru manusia menjauhi,
menentang, melawan tirani materialisme, dan kembali beriman kepada allah, dan selalu
berada pada pengawasan nya selain itu juga mengandung dakwah yang berkarakter insaniyah
yang mengajak kepada persaudaraan di antar manusiadan berusaha membahgiakan mereka,
karena dakwah ini bersifat islamiah dan islam di peruntunkan untuk setiap manusia.
Sementara masalah ideologi IM banyak mengadopsi dakwah salafiah menjadi gerakan
dakwahnya. Dia menekankan kepada pentingnya penelitian dan pembahasan terhadap dalil
serta kembali kepada al-Quran dan al-Sunnah dan membersihkan diri dari segala bentuk
kemusyrikan untuk mencapai kesempurnaan tauhid. Dakwah nya banyak di pengaruhi oleh
Syaikh Abdul Wahab, Sanusiyyah dan Rasyid Ridha. Pada umumnya dakwa tersebut lanjutan
dari madrasah Ibnu Taimiyah, yang juga kelanjutan madrasah imam Ahmad Hambal. I M
merupakan tasawuf sebagai sarana pendidikan dan peningkatan jiwa seperti pernah dilakukan
para ahli tasawuf terdahulu yang akidahnyabenar dan jauh dari segala bentuk bidah, khurafat,
meghina diri dan sifat negatif.
Namun, jalan yang di tempuhnya tak semulus yang dibayangkan. Serbuan fitnah seakan
mengikuti langkah kaki Hasan Al-banna. Pada suatu ketika, dia dituduh sebagai penganut
komunis yang menentang negara dan Raja Fahd. K esempatan lainya, sebuah petisi seorang
warga menyebutkan dia diskriminatif dengan membeda-bedakan perlakukan terhadap murid-
murid beradama islam dan kristen. Uniknya, pembelaan justru datang dari umat kristen
sendiri. Sekempulan tokoh agama Kristen pun datang dipimpin pastor Gereja Orthodoks
Ismailiyah yang menolak petisi tersebut. Salah satu yang melakukan pembelaan ini adalah
ketua Asosiasi Gereja, Jirjis Sorial Afandi.
Pada sekitar 1930 an Hasan Al-banna kenudian mengajar ke Kairo, dan IM merambah ke
kegiata politik. Mereka berupaya menciptakan islam yang bersih dan menolak sekularisasi
dan westernisasi. Ketika perang dunia II, IM berkembang pesat dan menjadi elemen pentin di
Mesir, dengan itu IM banyak menarik perhatian mahasiswa, pegawai, pekerja kota dan
berbagai kalangan lain nya.
Banyak anggota IM menganggap pemerintah Mesir telah berkhianat pada kepentingan
nasinalisme Mesir sendiri. Demi perbaikan, Hasan Al-banna menjalin kerja sam taktis dengan
pemerintahan, sayang nya dia dan para pengikutnya terlanjur menjadi ancaman bagi
pemerintahan pusat. Para anggota IM mulai mendapatkan serangan fitnah, termasuk pada
Hasan Al-bannah.
Tokoh-tokoh mereka pun di tangkapi, hingga pada akhirnya pada 1949, Al-banna di tembak
oleh penembak misterius yang di yakinin penembak titipan pemerintah. Dua karya
monumentalnya yang diwariskanya adalah Muzdakariyat Al-Dakwah wa Daiyyah dan
Majmuah Rasail.

B. Jamaluddin al-afghani
Jiwa Rainesans Umat
Jamaluddin al-afghani adalah pahlawan besar dan salah seorang putra terbaik islam.
Kebesaran dan kiprahnya membahana hingga keseluruh dunia. Sepak terjangnya dalam
menggerakkan kesadaran umat islam dan gerakan revolusionernya yang membangkitkan
dunia islam, menjadikan dirinya orang yang paling dicari oleh pemerintah kolonial ketika itu,
pemerintah inggris. Tapi, komitmen dan konsistensinya yang sangat tinggi terhadap nasib
umat islam, membuatnya tak pernah kenal lelah apalagi menyerah.
Sastrawan dan pemikir besar muslim abad ke-20 sir muhammad iqbal mengatakan : .jiwa
yang tak mau diam itu selalu mengembara dari negara islam satu ke negara islam lain
memang, jamaludin al-afghani tak pernah menuntut sebutan sebagai pembaharu, akan tetapi
tidak ada seorangpun di zaman ini yang lebih mampu mengungkapkan getaran jiwa agama
islam melebihi dirinya. Semangat dan pengaruhnya masih tetep besar bagi dunia islam, dan
tak ada seorangpun tahu kapan berakhirnya
Dia adalah cahaya besar dalam kegelapan islam abad ke-13 hijrah. Dari afghanistan sinarnya
memancar ke seantero didunia. Jamaludin al-afghani dilahirkan 1838, tempat kelahiranya
sulit dipastikan. Dia mengaku dilahirkan di asabadad, konar distrik kabil, Afghanistan. Versi
lain, terutama dari lawan-lawan politiknya, menyebutkan bahwa jamaluddin dilahirkan di
asabadad dekat hamadan, Iran. Menurut versi ini, jamaluddin mengaku lahir di afghanistan
dengan maksud menyelamatkan dirinya dari kesewenangan penguasa persia (Iran) yang tidak
menyukainya.
Al-afghani menghabiskan masa kecil dan remajanya di Afghanistan, namun banyak berjuang
di Mesir, India bahkan sampai ke Prancis. Pada usia 18 tahun di kabul, jamaluddin tidak
hanya menguasai ilmu keagamaan, tetapi juga mendalami ilmu falsafah, hukum, sejarah,
metafisika, kedokteran, sains, atronomi, dan astrologi. Dia seorang yang sangat cerdas jauh
melampaui remaja-remaja seusianya. Etelah menguasai beberapa disiplin ilmu, jamaluddin ke
India. Dia berkelana ke negri ini. Kemampuanya berbicara dan pengetahuanya yang dalam,
muda usia 18 tahun ini memukau banyak orang. Dia orator yang tangguh. Dia mendorong
rakyat india untuk bangkit melawan kekuasaan inggris. Hasilnya, pada 1857 muncul
kesadaran baru dikalangan pribumi India melawan penjajah. Perang kemerdekaan pertama di
India pun meletus.
Dari India jamaluddi melanjutkan perjalananya ke Mekkah. Di Kabul, sepulang menunaikan
ibadah haji, Jamaluddin diminta penguasa Afghanistan Pangeran Dost Muhammad Khan,
untuk membantunya. Tahun 1864, Jamaluddin yang progresif, menjadi penasehat Sher Ali
Khan. Beberapa tahun kemudian diangkat menjadi perdana mentri Muhammad Azham
Khan. Namun karna campur tangan Inggris dan kekalahanya terhadap golongan yang
disokong Inggris, Jamaluddin akhirnya meninggalkan Kabul ke Mekkah. Inggris yang
menilai Jamaluddin sebagai tokoh yang berbahaya karna ide-ide pambaharunya, terus
mengawasinya. Dia tidak diperkenankan melalui jalur darat, juga tidak diperkenankan
bertemu dengan pemimpin-pemimpin India. Melalui jalur laut, Jamaluddin kemudia pergi ke
Kairo dan menetap disana.
Pada awalnya, Jamaluddin mencoba menjauhi diri dari politik dengan memusatkan diri
mempelajari ilmu pengetehuan dan sastra Arab. Rumahnya dijadikan tempat pertemuan para
pengikutnya. Di sinilah dia memberikan kuliah dan berdiskusi dengan berbagai kalangan,
termasuk intelektual muda, mahasiswa, dan tokoh-tokoh pergerakan. Salah seorang muridnya
adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaglul, pemimpin kemerdekaan Mesir. Melihat campur
tangan Inggris di Mesir, Jamaluddin akhirnya kembali ke politik. Dia melihat Inggris tidak
ingin melihat islam bersatu dan kuat. Jamaluddin memasuki perkumpulan freemason, satu
organisasi yang beranggotakan tokoh-tokoh politik Mesir. Dari sini, 1879, terbentuk partai
politik Hizb Al-Wathani (partai kebangsaan). Partai ini menanamkan kesadaran berbangsa,
memperjuangkan pendidikan Universal, dan kemerdekaan pers. Aktivitas politik Jamaluddin
memberikan pengaruh besar bagi umat islam. Dia mendorong bangkitnya gerakan berfikir
sehingga mesir mencapai kemajuan.
Seperti juga di Kabul dan di India, Inggris memperlihatkan ketidaksenanganya terhadap
Jamaluddin. Inggris menghasut kaum teolog ortodoks melawan Jamaluddin. Ini menjadi
alasan Inggris mengusir Jamaluddin dari Mesir, 1879. Jamaluddin akhirnya pergi ke
Hyderabad Deccau (India). Di sana, dia menulis risalah yang sangat terkenal, Pembuktian
Kesalahan Kaum Materialis. Risalah ini menimbulkan gejolak besar kalangan kaum
materialis.
Pada 1882, Jamaluddin ke Paris. Dia mendirikan perkumpulan Al-Urwat Al-Wuthqa.
Organisasi ini kemudian menerbitkan jurnal dengan nama yang sama- yang mengecam
keras barat. Penguasa barat melarang jurnal ini beredar di negara-negara muslim karna
khawatir akan dapat menimbulkan semangat persatuan Islam. Karna dilarang diedarkan, usia
jurnal ini hanya delapan bulan. Aktivitas Jamaluddin tidak hanya di Paris dia juga bergerak di
berbagai negara Eropa. Dia berdiskusi tentang Islam di London, diantaranya dengan Lord
Salisbury, yang berkuasa ketika itu. Dia pergi ke Rusia, membangun pengaruh dikalangan
cendekiawan Rusia dan menjadi orang kepercayaan Tsar. Karna pengaruhnya itu Rusia
memperkenankan orang Islam mencetak Al-Quran dan buku-buku islam yang sebelumnya
dilarang.
Pengaruh Jamaluddin menyebar ke Persia. Shah Nasiruddin Qochar, penguasa Persia,
menawarkan posisi perdana menteri. Awalnya, Jamaluddin ragu-ragu, namun akhirnya dia
menerima posisi itu. Ide-ide pembaharuan Islam, membuat Jamaluddin semakin populer di
Persia. Ini menghawatirkan Nasiruddin, apalagi Jamaluddin terang-terangan mengkritik
praktik-praktik kekuasaan penguasa Persia itu. Jamaluddin, Revolusioner dan anti-tirani itu
kemudian ditangkap dan diusir, namun kesadaran rakyat untuk menumbangkan Nasiruddin.
Pada 1892, Jamaluddin ke Istanbul, Turki, atas permintaan Sultan Abdul Hamid. Sultan pada
saat itu ingin memanfaatkan pengaruh Jamaluddin atas negara-negara Islam untuk menentang
Eropa, yang ketika itu mendesak kedudukan Kerajaan Utsmani (otonomi) di Timur Tengah.
Namun upaya Sultan itu gagal. Pada satu sisi, Jamaluddin berjuang untuk terbentuknya
pemerintahan demokratis, sedangkan Nasiruddin mempertahankan kekuasaan otokrasi lama.
Jamaluddin wafat di Istanbul, 9 Maret 1897 dalam usia 59 tahun. Sepanjang hayatnya,
Jamaluddin Al-Afghani telah menulis puluhan karya tulis dan buku, antara lain : pembahasan
tentang sesuatu yang melemahkan orang-orang Islam, tipu muslihat Orientalis, Risalah untuk
menjawab golongan Kristen, Hilangnya Timur dan Barat, Hakikat Manusia, dan Hakikat
Tanah Air.
Jamaluddin adalah tokoh pembaharu. Dia melihat kemunduran umat Islam bukan karena
Islam tidak sesuai dengan perubahan zaman, melainkan disebabkan umat islam telah
dipengaruhi oleh sifat statis, fatalis, meninggalkan akhlak yang tinggi, dan melupakan ilmu
pengetahuan. Ini, menurutnya, umat Islam telah meninggalkan ajaran sebenarnya. Islam
menghendaki umatnya dinamis, mencintai ilmu pengetahuan, dan tidak fatalis. Sifat statis
membuat umat Islam tidak berkembang dan hanya mengikuti apa yang telah menjadi ijtihad
ulama sebelum mereka. Mereka hanya pasrah pada nasib.
Faktor lain, menurut Jamaluddin, salah faham terhadap qodha (ketentuan Tuhan yang belum
terjadi) dan qodar (ketentuan Tuhan yang sudah terjadi). Paham itu membuat ummat Islam
tidak mau berusaha dengan sungguh-sungguh. Jamaluddin menyebutkan, qhada dan qadar
mengandung pengertian bahwa segla sesuatu terjadi menurut sebab musabbab (kausalitas).
Lemahnya pendidikan dan kurangnya pengetahuan ummat tentang dasar-dasar ajaran agama,
lemahnya persaudaraan, perpecahan umat Islam yang diikuti pemerintah yang absolut,
mempercayakan kepemimpinan kepada yang tidak dipercaya, dan kurangnya pemerintahan
militer, merupakan faktor-faktor yang membawa kemunduran umat Islam. Faktor-faktor ini
menjadikan umat Islam statis, fatalis, dan mundur.
Jamaluddin menyebutkan, Islam mencakup segala aspek kehidupan, baik ibadah, hukum, dan
sosial. Corak pemerintahan otokrasi harus diubah menjadi demokrasi. Persatuan umat Islam
harus diwujudkan kembali. Menurutnya, kekuatan umat Islam bergantung pada keberhasilan
membina persatuan dan kerja sama. Jamaludiin juga menyorot soal peran wanita. Dian
menilai kaum pria dan wanita, sama dalam beberapa hal. Keduanya mempunyai akal untuk
berfikir. Tidak ada halangan bagi wanita untuk bekerja ketika situasi menuntut untuk itu.
Jamaluddin menginginkan pria dan wanita meraih kemajuan dan bekerja sama mewujudkan
Islam yang maju dan dinamis.
Jamaluddin tak hanya pandai bicara. Malang melintang kebebagai negara dia lakukan bagi
terciptanya renaisans (kebangkitan) dunia Islam. Proyeknya itu kemudian dikenal dengan
Pan-Islamisme, sebuah gagasan untuk membangkitkan dan menyatukan dunia Arab
khususnya, dan dunia Islam umumnya untuk melawan kolonial barat, Inggris dan Prancis
khususnya yang kala itu banyak menduduki dan menjajah dunia Islam dan negara-negara
berkembang. Secara umum, inti Pan-Islamisme Jamaluddin itu terletak pada ide bahwa Islam
adalah satu-satunya ikatan kesatuan kaum muslim. Jika ikatan itu diperkokoh, jika dia
menjadi sumber kehidupan dan pusat loyalitas mereka, maka kekuatan solidaritas yang luar
biasa akan memungkinkan pembentukan dan pemeliharaan negara Islam yang kuat dan stabil.
Berbagai kalangan, seperti ditulis pakar sejarah Azyumardi Azra dalam Historiografi Islam
Kontemporer, menilai ide Jamaluddin itu sebenarnya sebagai entitas politik Islam Universal.
Mau tak mau, dia pun bersentuhan langsung dengan para penjajah itu.
Dengan gagasan ini, Jamaluddin mengubah Islam menjadi ideologi anti-kolonialis yang
menyerukan aksi politik menentang barat. Baginya, Islam adalah faktor yang paling esensial
untuk perjuangan kaum muslimin melawan eropa, dan barat pada umumnya. Namun
demikian, pada saat yang sama Al-Afghani juga mendukung ide semacam nasionalisme,
lebih tepatnya nasionalitas (jinsiyyah) dan cinta tanah air (wathaniyyah). Sepintas, dua
gagasan ini boleh jadi kontradiktif dengan gagasanya tentang Pan-Islamisme. Namun,
tampaknya Jamaluddin tak ambil pusing. Baginya, bial dua entitas itu dapat disatukan
menjadi sebuah kekuatan besar yang dapat merubah nasib dunia Islam, mengapa tidak dicoba
? terlepas dari kekurangan, kelebihan dan sekaligus kontroversi ki kiprah dan pemikiranya,
Jamaluddin pantas dicatat orang besar yang bersaham signifikan bagi kesadaran dan
renaisans umat dan dunia Islam.

C. Muhammad Abduh
Sang Modernis yang Tradisional
Akhir abad ke-18 dunia islam terbantai oleh penjajah. Mesir, Pakistan, Sudan dan
Bangladesh, Malaysia dan Brunei Darussalam diduduki Inggris. Aljazair, Tunisai dan
Maroko dijajah perancis. Italia mendapatkan Libya. Indonesia oleh Belanda. Pada saat itu
juga kekhalifaan yang menjadi kebesaran islam yang ada di Turki yaitu kahlifah Utsmani
dalam keadaan sakit. Dan Muatfa Kamal Attaturk mengganti sistem pemerintahan kesultanan
menjadi republik sekuler untuk menyelamatkan Turki. Sejak inilah dunia islam mengalami
kemunduran.
Sebenarnya kemunduran islam sudah terjadi 6 abad sebelumnya. Yaitu pada pemerintahan
Andalusia dan kekhalifaan Bani Abbasiyah oleh tentara Mongol, selama itulah pemikiran
islam berhenti. Dan pada abad ke 19 kondisi mencair denagn muculnya pelopor yang
mengelaborasikan antara agama yang di sesuaikan pemahaman masyarakat. Nama-nama
seperti Jamaludin Al-afghani, Muhammad Bin Abdul Wahab, Syaikh Muhammad Rasyid
Ridha, dan Syaikh Muhammad Abduh menjadi pelopor cairnya kebekuan pemikiran islam.
Sejarah mencatat, peranan Muhammad Abduh tidak hanya membangkitakan gerakan
revolusioner melalui pemikiranya akan tetapi sebagai pencetus muncul paham islam kiri
dan islam kanan melalui murid-muridnya. Gerakan revolusionernya membuat takut
pemerintahan kolonial. Munculnya gerakan perlawanan umat islam terhadap Eropa juga salah
satu pemikiran Abduh.
Abduh, nama lengkapnya Muhammad Abduh bin Hassan Khair Ullah, lahir di desa Mahalat
Nashr, provinsi Gharbiyah, Mesir pada 1265 H. Dia menganal agama dari orang tuanya. Dia
sudah dapat menghafal seluryh isi al-Quran dari kecil. Dan dia melanjutkan pendidikan
formalnya di Thanta, dis ebuah lembaga pendidikan Masjid Al-Ahmad, milik Al-Azhar.
Gurunya, Syaikh Darwisi membimbingnya dan mengantarkannya dalam kehidupan sufi.
Tahun 1871 Abduh bertemu dengan Jmaludin Al-Afghani. Pada jamaludi Al-Afghani dia
belajar filsafat, ilmu kalam, ilmu pasti, ilmu pengetahuan lain yang juga didapatkan di al-
Azhar metode diskusi yang diterapakan Jamaludin menarik minat Abduh.
Dalam karirnya ia pernah menjadi dosen di Al-Azhar, Dar Al-Ulum dan perguruan bahasa
Khedevi. Ia pernah menjadi mufti Mesir dan menjabat sebagai Hakim agung. Di jurnalistik ia
adalah penulis produktif dari sebuahkoran dan dia menjadi pimpinan redaksi, yaitu koran
Waqai Al-Misriyah yang membahas persoalan politik, sosial, agama dan negara. Dia
meninggal pada tahun 1905.
Gagasan Pembaharuan
Kontribusi pembaharuan pemikiran abduh paling menonjol dan menjadi fokus gerakanya
meliputi dua bidang yaitu teologi dan hukum, dua aspek ini yang dianggapnya vital yang
telah di lupakan oleh umat islam sehingga benih kemunduran di setiap kehidupan tidak dapat
dihindari.
Pemikiran teologi Abduh didasari oleh tiga hal yaitu; kebebasn manusia dalam memilih
perbuatan, kepercayaan yang kuat terhadapsunnah allah dan fungsi akal yang sangat dominan
dalam menggunakan kebebasan. Pandangan Abduh tentang perbuatan manusia bertolak dari
satu deduksi, bahwa manusia adalah mahluk yang bebas dalam memilih perbuatanya, akan
tetapi kebebasan tersebut bukanlah kebebasan tanpa batas.
Abduh memandang akal berperan penting dalam mencapai pengetahuan yang hakiki tentang
iman, bahkan menurut Abduh akal memilik kekuatan yang sangat tinggi. Berkat akal, orang
dapat mengetahui adanya tuhan dan sifat-sifat nya, adanya hidup di akhirat , kewajjiban
terhadap tuhan, kebaikan dan kejahatan, serta mengetahui kewajiban membuat hukum-
hukum. Tapi bukan berarti manusia tidak membutuhkan wahyu. Wahyu tetap dibutuhkan,
sebab wahyu sesungguhnya memiliki dua fungsi utama, yakni menolong akal untuk
mengetahui secara rinci kehidupan akhirat dan menguatkan akal dalam mendidik manusia
untuk hidup damai dalam lingkungan sosialdengan itu maka para mukmin baru dapat
mengenali tuhan dengan baik yang tercermin oleh tindakan baik manusia.
Dalam aspek hukum, pemikiran Abduh tercermin dalam 3prinsip, yaitu: al-Quran sebagai
sumber syariat , memerangi taklid dan berpegang kuat pada akal dalam memahami ayat Al-
Quran.dia membagi syariat menjadi 2: yang pasti (qathi) dan yang tidak pasti (zhani).
Hukum syariat yang pertama wajib mengetahui dan mengamalkan tanpa interpertasi karena
dia jelas dalam al-Quran dan al-Hadits. Yang kedua dengan tunjukan nash dan ijma yang
tidak pasti.
Jenis hukum kedua hukum inilah yang mejadi lapangan ijtihad dan mujtahid. Dalam komteks
ini, ijtihad Abduh tampak begitu jelas. Bebeda pendapat, menurutnya wajar dan merupakan
tabiat manusia. Keseragaman berpikir dalam semua hal adalah sesuatu yang tidak mungkin di
wujudkan. Akan membawa perpecahan jika semua perbedaan pendapat di jadikan sebagai
hukum. Maka dari itu kita harus kembali pada sumber aslinya, yaitu al-Quran dan as-Sunnah.
Bagi yang berilmu pengetahuan wajib berijtihad, sedangkan bagi awam wajib bertanya pada
orang yang ahli dalam agama.
Dia menyarankan agar para ahli fiqih membentuk tim yang bekerja untuk mengadakan
penelitian tentang pendapat yang terkuat di antara di antara pendapat-pendapat yang ada.
Kemudian keputusan itu yang di jadika pegangan umat islam. Tim ahli fiqih itu juga bertugas
mengadaka reinterpretasi terhadap hasil ijtihad ulam amupun mazhab masa lalu, jadi,
menurutnya, bermazhab mencontoh metode ber-instinbath hukum.
Peran dan kiprah Abduh mengangkat citra islam dan kualitas umatnya tidak kecil. Dialah
seorang mujahid dan mujadid sekaligus pada masanya. Bukan saja mengalami tentangan
internal dan eksternal. Berkat upayanya, meski begitu maksimal, modernisme pemikiran
sudah kelihatan. Dalam amatan cendikiawan muslim indonesia Dr. Nurcholis Majid (islam
kemoderenan dan keindonesiaan mizan: 1987), modernisme Abduh, antara lain, tercermin
dalam sikapnya yang apresiatif terhadap filsafat yang di perolah dari gurunya yaitu Jamaludin
al-Afghani, seorang penganjur gigi Pan-Islamisme dan orator politik yang memukau.
Di Indonesia, pemikiran Abduh banyak mempengaruhi pelajaran dan patron ormas lainnya.
Di antara warisan nya adalah Risalah Al-Tauhid sedangkan Tafsir Al-Manar merupakan
kumpulan pidato-pidatonya, pikiran-pikiran, dan ceramah-ceramhanya yan di tulis oleh
muridnya, Syaikh Muhammad Rasyid Ridha.
Kiri dan kanan Islam
Tidak berlebihan jika Abduh dikatakan sebagai seorang figur yang modernis yang
menggerakan kebangkitan umat islam. Karena modernis , Abduh tetap di terima di kalangan
Al-Azhar , terbukti ia tetap menjadi mufti agung Mesir. Dalam hal ini, Abduh sangat pandai
bagaimana bersikap sebagai orang alim dan sekaligus menjadi intelektual modernis. Selama
menjadi mufti, ia mengeluarkan fatwa yang berkaitan dengan persoalan-persoalan modernis.
Tiga fatwa nya yang terkenal dan masih kontroversial yaitu bunga bank, pakaian tradisional
dan tentang daging hasil sembelih non-muslim.
Karena sikapnya yang dua wajah itu ia diterima oleh kalangan tradsional dan modernis,
dengan sama kuatnya. Dalam satu sisi, ia selalu dilihat sebagai seorang tokoh alim, mujtahid
dan penganjur doktrin orisinalitas Islam. Pada sisi lain, Abduh juga dianggap sebagai
reformis yang toleran, liberal dan kaya akan gagasan-gagasan modern. Tidak heran kalau
murid-murid Abduh kemudian terpecah menjadi dua kelompok besar yang oleh Hasan
Hanafi, pemikir Mesir kontemporer, dianalogikan seperti murid-muridnya Hegel dalam
tradisi filsafat Barat.
Sama seperti yang Hegel lahirkan yaitu dikotomi kanan dan kiri, menurut Hasan Hanafi,
murid-murid Abduh juga dapat dikategorikan seperti kelompok kanan yang cenderung
mengembangkan pemikiran-pemikiran keagamaan, dan kelompok kiri Abduh yang lebih
cenderung mengembangkan gagasan modernnya. Di antara murid-murid Abduh yang
memiliki kecenderungan kanan adalah Muhammad Rasyid Ridha (w.)(1935) dan Shakib
Arselan (w.)(1946), Sayyid Qutb dan Hasal al-Banna. Sementara Qasim Amin (w.)(1908),
Thaha Husein, Ali Abduraziq, Hasan Hanafi di anggap sebagai murid-murid Abduh beraliran
kiri. Kecenderungan kanan dan kiri dalam aliran mazhab Abduh ini dalam
perkembangsn selanjutnya mengalami radikalisasi yang cukup signifikan. Baik yang kiri
dan kanan sama-sama menganggap dirinya sebagai penerus Abduh yang paling benar.

D. Muhammad Iqbal
Filosof Agung dari Timur
Iqbal, atau lengkapnya Sir Allama Muhammad Iqbal, adalah fenomena legendaris
intelektualitas dunia Islam abad ke-20 bisa dikatakan, tak ada tokoh sebesar dia di abad ke-20
yang menggabungkan sekaligus potensi kepakaran mistisisme, budaya, dan pemikiran dalam
dirinya. Bahkan, tokoh sufi dan islamologi jerman ternama, Prof. Annemarie Schimmel,
hanya menyebut dua sufi dan pemikir besar muslim yang pemikiran dan karyanya sampai
kini berpengaruh besar di dunia keilmuan barat, yakni Jalaluddin Rumi dan Muhammad
Iqbal.
Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkot, Punjab, Pakistan tidak ada informasi pasti tanggal
dan tahun berapa dia dilahirkan. Tiga pendapat menyatakan, Iqbal dilahirkan pada 22
Februari 1873, antara lain dikemukakan oleh Miss-Luce Claude Maitre, Osman Ralibly, dan
Bachrum Rangkuti. Yang kedua mengatakan Iqbal lahir pada tahun 1876, tanpa menyebut
tanggal, misalkan dikatakan Wilfred Cantwell Smith. Pendapat terakhir Iqbal dilahirkan pada
9 november 1887 (2 Dzulqodah 1294). Tetapi, seperti diungkapkan Syafii Maarif, dari
penelitian terakhir terungkap, pendapat terakhirlah yang benar, dan bukan 22 februari 1873,
sebagaimana yang sering disebut orang. Karna itu, bila orang ingin memperingati hari
kelahiran Iqbal, haruslah disesuaikan dengan hasil penelitian yang baru itu.
Terlahir dari keturunan Brahmin yang hidup di lembah Khasmir, keluarga Iqbal telah
memeluk agama Islam sejak awal. Iqbal melalui masa kecilnya dalam suasana keilmuan yang
kental. Kakeknya, Muhammad Rafiq, adalah seorang sufi terkenal. Sementara ayahnya,
Muhammad Nur, selain orang yang saleh juga seorang sufi yang telah mendorong Iqbal
menghafal dan mengkaji Al-Quran sejak usia dini. Kecenderungan sepiritual yang tinggi
dalam keluarganya, terutama kedua orangtuanya inilah, yang kelak berpengaruh berpengaruh
besar dalam hidup Iqbal. Tidak seperti para pemikir klasik, Iqbal dapat menikmati kehidupan
bahagianya bersama kedua orang tuanya hingga tua. Maklum saja, ayahnya meninggal pada
tahun 1930 dalam usia yang amat senja, 100 tahun. Sementara ibunya meninggal lebih dulu,
16 tahun sebelumnya. Itu artinya hingga usia ke-57, Iqbal masih merasakan keberadaan
kedua orangtua di sisinya.
Sebelum menempuh pendidikan formal, ayah Iqbal memasukkan Iqbal kecil ke maktab
(surau) untuk belajar Al-Quran. Di sini, Iqbal banyak menghafal hampir keseluruhan ayat
Kitab Suci Islam ini, yang kelak di kemudian hari dia jadikan rujukan gagasan dan
pemikiranya. Dari sini Iqbal kemudian dimasukan pendidikan formal sekolah dasar di
Scottish Mission School Sialkot. Stamat dari sini, Iqbal melanjutkan study di Murray College
Sialkot. Sementara pendidikan menengah dia tempuh di Government College di Lahore,
salah satu kota pusat pengetahuan, seni dan kebudayaan di India. Di lembaga studi ternama
inilah, dia berguru pada Sir Thomas Arnold, seorang orientalis asal Inggris yang juga guru
besar di Aligarh University. Melihat potensi yang besar pada anak didiknya inilah, Arnold
menyarankan agar Iqbal meneruskan studinya di Eropa.
Ketika belajar di Lahore ini pula, Iqbal berkenalan dengan Musyaarah para sastrawan, yaitu
pertemuan-pertemuan para sastrawan yang membacakan sajak-sajaknya. Pada tahun 1897
Iqbal menyelesaikan program BA dan dilanjutkan ke program Mater dalam bidang filsafat.
Atas saran Arnold tadi, Iqbal lalu melanjutkan studi ke Inggris. Pada tahun 1905,
berangkatlah Iqbal ke Cambridge University untuk mendalami filsafat. Di sana dia dibimbing
oleh R.A Nicholson, seorang sepesialis sufisme dan Jhon M.E. Taggart, seorang neo-
hegelian. Dua tahun kemudian, Iqbal pindah ke Munich ,Jerman dan disanalah Iqbal
menyabet gelar Ph.D. dalam studi tasawwuf dengan mengajukan desertasi berjudul The
Development of Metaphysics in Persia
Setelah mendapat gelar tersebut, Iqbal pergi ke London dan mulai belajar keadvokatan sambil
mengejar bahasa dan sastra Arab di universitas London. Di sisi lain, dia menggantikan
Thomas Arnold yang telah lanjut usia. Di luar aktivitas akademis, Iqbal, sebagaimana ditulis
Muhammad Iqbal dalam skripsinya Rekonstruksi Pemikiran Islam (1994), juga mendalami
hukum islam dan keadvokatan. Bahkan, setelah mendapat ijazah sebagai advokat, Iqbal
kemudian ditarik oleh Lincoln Inn sebagai pengacara di lembaga hukum yang dipimpinya.
Kembali ke Lahore
Masa-masa periode di eropa ternyata sangat berpengaruh dalam membentuk tipologi
pemikiran keislaman Muhammad Iqbal. Wilfred Cantwel Smith dalam Modern Islam In India
, setidaknya ada 3 hal yang mendasar yang mempengaruhi pemikiran Islam Iqbal ketika di
Erop. Pertama, keleluasaan vitalitas dan aktivitas kehidupan orang Eropa; inisiatif orang-
orang di Eropa yang dilihatnya, bila mereka tak menyenangi sesuatu, mereka akan
mengubahnya. Kedua, Iqbal menangkap visi yang sangat mungkin dikembangkan dalam
kehidupan manusia, suatu potensi yang orang-orang Timur sendiri belum memimpikanya,
sementara orang Barat telah mewujudkanya dan ingin memeliharanya terus menerus.
Terakhir, Iqbal mengkritik secra tajam terhadap bagian-bagian tertentu kehidupan Eropa,
yang menyebabkan pribadi terpecah. Jiwa frustasi dan rusaknya sebagian individu dalam
masyarakat kapitalis yang makmur, dan lebih buruk lagi, kompetensi yang buas antar sesama,
serta lebih nyata lagi, destrukifnya antara suatu negara dengan negara yang lain, dipandang
Iqbal dengan perasaan benci. Atas fakta-fakta inilah Iqbal melihat kehidupan Eropa tidak bisa
dijdikan model yang sempurna.
Pada tahun 1908, Iqbal kembali ke Lahore dan mengajar di Goverment College untuk mata
kuliah filsafat dan sastra Inggris sambil menggeluti profesi sebagai pengacar. Iqbal kemudian
terjun ke dunia politik bahkan menjadi tulang punggung Partai Liga Muslim India. Dia
terpilih sebagai anggota legislatif Punjab dan pada tahun 1930 terpilih sebagai Presiden Liga
Muslim. Karir Iqbal semakin bersinar dan namanya pun semakin harum ketika dirinya diberi
gelar Sir oleh pemerintah Inggris yang aktif melihat sepak terjang Iqbal dibidang intelektual
dan politik. Pada hakikatnya, pemberian gelar ini menunjukkan pengakuan dari pemerintah
kerajaan Inggris akan kemumpunian intelektualitasnya dan memperkuat bargaining position
politik bagi perjuangan umat Islam didunia saat itu.
Iqbal yang juga turut mengilhami berdirinya negara Pakistan melalui gagasan dan karyanya
itu, mengabdikan dan mendedikasikan dirinya pada dunia ilmu, setelah sekian tahun
menerjunkan diri pada dunia ilmu di kampus, Iqbal menghabiskan sisa usia dengan memilih
dunia kepenyairan sebagai pilihanya. Dititik inilah, dia menunjukkan dirinya sebagai penyair
sejati.
Iqbal, penyair dan filsuf Timur, yang meninggal dunia pada 21 april 1938, telah mengukir
hidupnya sedemikian rupa hingga akan dikenang umat manusia ratusan tahun yang akan
datang, sebab seluruh karyanya dalam bentuk puisi dan prosa dalam bahasa urdu, parsi, dan
inggristelah terdokumen dengan baik. Intelektualisme Iqbal dapat ditinjau dari berbagai
jurusan : Puisi, filsafat, hukum, pemikiran islam, dan kebudayaan.
Dalam semua wilayah itu, Iqbal telah mengerahkan hampir seluruh energinya dengan tujuan
tunggal: reorientasi nilai-nilai kemanusiaan, Timur dan Barat, dengan landasan tauhid yang
teramat kokoh. Peradaban Barat, sekalipun dalam beberapa segi dikaguminya, dalam
prespektif moral transendental sudah sangat jauh meluncur ke jurang berbahaya. Sementara
Timur yang terpasung dalam spiritualisme, telah lama pula dalam keadaan steril tanpa
dinamika. Lalu untuk membangun sebuah peradaban baruyang anggun dan segar diusulkanya
agar Barat dan Timur dipertautkan dengan mengawinkan penalaran (ziraki) dan cinta (isyq).
Iqbal, Rekonstruksi, dan Barat
Iqbal adalah suara dari Timur yang menemukan denominator yang sama dengan Barat dan
telah membantu terciptanya sebuah komunitas universal yang berlapang dada terhadap semua
perbedaan ras, agama, dan bahasa. Sekalipun Iqbal putra Pakistan, Kami bangsa Amerika
juga mengakuinya.
Ungkapan William O. Douglas, mantan hakim agung di mahkamah Agung Amerika Serikat,
sesungguhnya mencerminkan intelektualitas Iqbal jauh melebihi dirinya sebagai orang Timur.
Sampai pada batas tertentu di dunia Barat, apresiasi terhadap gagasan dan pemikiran Iqbal
telah menggugah spirit intelektualitas di dunia Barat dan Timur. Pemikiranya yang cukup
beragam, hampir merangkum semua disiplin keislaman, menjadikan dirinya rujukan banyak
kalangan.
Soal dunia Barat dan Timur misalnya, betapa terlihat obsesi besar Iqbal bagi terciptanya
perdamaian antara dua entitas yang selama ini dikenal tidak akur itu. Dia memimpikan
kehidupan indah itu melalui peradaban cinta. Dalam sajaknya tentang kerinduan cinta sebagai
ornamen penting terciptanya perdamaian peradaban berikut ini, tampak jelas betapa rindunya
Iqbal untuk melihat Barat dan Timur tidak lagi berada dalam dua kubu dikotomis, tetapi
dalam posisis yang saling mengisi.
Bagi Barat penalaran (akal) merupakan instrument kehidupan; bagi Timur rahasia alam
semesta terletak pada cinta (isyq). Dengan bantuan cinta akal akan berkenalan dengan
realitas; sedangkan untuk penguatan pondasinya, cinta menerima kekuatan dari akal. Bila
cinta dan akal saling berpelukan, akan terciptalah sebuah dunia baru; (oleh sebab itu),
Bangkitlah dan bangunlah sebuah dunia baru itu, dengan mengawinkan cinta dan
penalaran.
Obsesi Iqbal adalah cepat terwujudnya saling pengetian spiritual antara Barat dan Timur.
Bertolak dari doktrin Al-quran tentang persauaraan universal umat manusia, penyair ini pada
masa hidupya amat gelisah menyaksikan komplik berkepnjangan antara Barat dan Timur.
Boleh jadi, bila dia menyaksikan pemandangan saat ini yang dipenuhi oleh nafsu-nafsu ego
dan kekuasaan yang mengantarkn komplik Barat-Timur semakin menganga, Iqbal akan
merasa betapa prinsip-prinsip kemanusiaan menjadi bualan para pengambil kebijakan bik
di Barat maupun Timur.
Berkait dengan kondisi bangsa-bangsa Asia, Iqbal begitu prihatin atas kemunduran yang
dialami bangsa-bangsa ini. Kondisi seperti ini, menurut Iqbal, tak boleh dibiakan. Harus ada
upaya serius membangkitkan bangsa-bangsa Asia dari ketertinggalan dan kemunduran.
Keprihatinan itu misalnya, terlihat jelas dalam gagasannya tentang khud (pribadi, diri) dan
ishq (cinta Ilahi). Seluruh gagasan dan pemikiran Iqbal tentang kebangunan Islam dan Asia
memancar dari gagasannya tentang pentingnya diri dan cinta tersebut.
Menurut Iqbal, kebangunan Islam merupakan prasyarat bagi renaisans Asia. Bagi Iqbal,
keduanya (kebanguna Islam dalam rainesans Asia) ibarat dua sisi mata uang, satu sama lain
tak terpisahkan. Dengan kata lain, Asia dan Islam tidak boleh dipisahkan, satu pandangan
yang jauh berbeda dari tokoh Asia lain yang sering meletakkan Islam dan khazanah
intelektualnya di luar arus kebangunan global Asia.
Itu sebabnya, tak berlebihan bila mantan deputi PM Malaysia, Anwar Ibrahim, cukup tepat
jika menyebut Iqbal, bersama tokoh Asia lainnya seperti Rabindranath Tagore dan Sun Yan
Set, sebagai tokoh awal Renainsans Asia dan pelopor tradisi humanistik Asia yang
sesungguhnya. Mereka, menurut Anwar Ibrahim, tidak hanya memperjuangkan cita-cita
kemanusiaan akan tetapi juga menumbuhkan dalam diri mereka gairah hidup. Pemikiran,
keseniana dan imajinasi. Mereka melmpaui kekhasan budaya mereka dan hidup dalam dunia
gagasan universal. Mereka menegaskan kembali semangat Asia yang luluh lantak akibat
kolonialisme.
Iqbal memang dikenal sebagai salah seorang pemikir kontemporer yang sangat gigih
melawan kolonialisme dan rasialisme yang telah membelah dan menghancurkan
persaudaraan universal antar umat. Dalam suratnya tertanggal 24 januari 1921 kepada Dr.
Nicholson, Iqbal mengeritik Emest Renan, tentang pemikiran nya yang mengatakan bahwa
ilmu pengetahuan adalah Musuh islam tebesar. Renan sama sekali salah, kata Iqbal, musuh
islam terbesar adalah gagasan tentang ras, yang sebenarnya juga merupakan musuh terbesar
kemanusiaan. Oleh sebab itu, menjadi kewajiban seluruh pencinta kemanusiaan untuk
berontak untuk hasil temuan setan yang mengerikan ini.
Demi penyatuan umat manusia di muka bumi ini kata Iqbal, al-Quran mengabaikan
perbedaan-perbedaan kecil antar sesama. Untuk tujuan ini dia mengutip surat Ali Imran ayat
64, marilah kita bersatu atas platform yang sama antara kita. Bagi Iqbal, gagasan tentang
persaudaraan universal umat manusia ini tidak menjadi kenyataan, bila kekuatan-kekuatan
sejarah masih mendominasi oleh budaya sekularistik-ateistik, sebagaimana yang tercermin
dengan sangat tajam dalam pemikiran Freidrich Nietzsche yang menafikan keabadian ruh
manusia.
Agar Umat Tidak Terlindas zaman
Di bidang pembaharuan pemikiran islam, Iqbal berpendapat bahwa kemunduran umat islam
selama 500 tahun terakhir di sebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran. Dengan alasan untuk
mempersatukan umat, sebagian ulam membuat syaria menjadi alat yang ampuh untuk
membuat umat menjadi jumud dan statis. Dengan cara menutup pintu ijtihad seolah-olah
qaul-qaul ulama terdahulu adalah sesuatu yang sakral dan tak boleh diperdebatkan. Padahal
menurut Iqbal hukum tidak statis, tetapi dapat berkembang sesuai perkembangan zaman.
Ijtihad tidak boleh tertutup, kebebasan menggunakn rasio dan berpikir harus dikembangkan.
Secara prinsip, Islam mengajarkn dinamisme, AL-Quran selalu menganjurkan pemakaian
akal sehat atau tanda yang terdapat di alam seperti pertukaran siang-malam, hewan-hewan
dan lain sebagainya. Orang-orang yang tidak peduli dan tidak memperhatikan tanda-tanda itu
akan Butek (Buta teknologi) dan ketinggalan. Islam mengajarkan dinamisme dan mengakui
adanya gerak dan perubahan dalam hidup sosial manusia, dan hal ini yang prinsipil adalah
ijtihad. Karena itu, Iqbal mengecam fatalisme yang dianut sebagian kau muslim.
Dalam syair-syairnya, Iqbal mendorong umat Islam agar selalu bergerak dan jangan tinggal
diam. Intisari hidup adalah gerak dan hukum hidup adalah berkreasi, maka Iqbal dengan
bersemangat tinggi mengajak umat islam agar bangkit dari tidurya dan berkreasi
menciptakan tatanan dunia baru. Bahkan, begitu tingginya Iqbal menghargai gerak-gerak
sampai menyatakan bahwa seorang kafir yang aktif dan gesit lebih baik dari pada seorang
muslim yang suka tidur.
Walau mengecap pendidikan di barat, negeri asal kapitalime dan imperialisme saat itu, Iqbal
tidak mengambil mentah-mentah paham dari barat. Kapitalisme dan imperialisme barat tidak
disetujuinya karena telah banyak dipengaruhi metrealisme dan lari dari agama. Iqbal justru
bersikap simpatik pada sosialisme, karena melihat ada segi-segi persamaan antara paham
tersebut dengan Islam, bahkan suatu saat dia pernah mengatakan bahwa Bolysevisme plus
Tuhan hampir identik dengan islam, maka dia tak heran jika suatu saat Islam menelan Rusia
atau sebaliknya.
Berkaitan dengan politik, Iqbal melihat tidak ada masalah dalam kaitanya dengan agama.
Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Pandangan inilah yang kemudian
dia kembangkan dalam merumuskan ide berdirinya negara Pakistan yang memisahkan diri
dari India yang mayoritas memeluk Hindu. Hanya dengan adanya pemerintahan yang
tersendiri bagi umat Islam, merek aajan dapat melaksanakan prinsip-prinsip doktrin Al-
Quran dalam kehidupan mereka.
Sementara, sebagian mistikus, gagasan-gagasan sufisme Iqbal, selain dinilai banyak
mengilhami para filosof Barat dan Timur modern, juga dikenal memiliki eksotisme yang
tinggi. Suatu ketika misalnya, dia amat merindukan pada kampung halamanya, yakni
rumah di alam prakehidupan duniawi yang merupakan asal dari semua yang ada di dunia
ini, dalam syairnya :
Kenangan pada kampung halaman menimbulkan kesedihan tanpa sebab. Kadangkala dia
menjelma menjadi kerinduan untuk menatap keindahan dan kadangkala menjadi pencarian
yang menggebu.
Iqbal juga menentang pandangan sempit sebagian ulama (Mullah) yang menganjurkan umat
Islam tidak mempelajari ilmu pengetahuan modern yang datang dari Barat, termasuk bahasa
Inggris. Ketidaksetujuanya itu dengan bagus dia lukiskan dalam sajak berikut :
Agama sejati tenggelam. Kalah pada bukan Agama. Bagi para Mullah agama ialah
kesibukan. Mengecam orang sebagi kafir. Bagi para kafir agama adalah bagaimana mengatur
siasat dan menimbun kekayaan. Bagi para Mullah agama adalah bagaimana mendatangkan
kesulitan atas nama Tuhan.
Meski gagasan dan karyanya paling banyak dikaji, seperti diakui intelektual, Djohan Effendi,
dan dihormati banyak kalangan di Barat dan di Timur, bukan berarti kecaman kepada Iqbal
tidak ada. Setidaknya disebagian sarjana dia dicaci karna keyakinanya yang sangat tinggi
terhadap kekuatan. Kekuatan itu lebih ilahiah dibanding kebenaran. Tuhan adalah
kekuatan.
Banyak aspek gagasan Iqbal yang relevan dengan kondisi umat Islam sekarang. Apalagi
ditengah krisis saat ini, rekonstruksi pemahaman keagamaan dan alam pikiran umat Islam
menjadi penting bila umat ini tak mau ketinggalan zaman.

E. Sayyid Amir Ali
Pemikir-Sejarawan Muslim Modern
Di kalangan pemikir islam dan intelektual barat, Sayyid Amir Ali di anggap dinilai sangat
berjasa bagi perkembangan islam. Gagasan pembaruan dalam pemikiran islam yang di
lontarkan sosok ini banyak mendapatkan apresiasi tak saja di dunia islam, juga di dalam
dunia barat. Pada masa, gagasan dan pemikiran pentingnya rethingking islam marak
digaungkan. Di kawasan anak benua india, atau asia selatan inilah, kiprah Sayyid Amir
Alidalam proyek tersebut. Di kawasan ini, selain dirinya juga ada tokoh pemikir lain semisal
muhammad Iqbal, Ali Jinnah, dan Abul Ala Al-Maududi pada generasi berikutnya. Pada saat
yang sama, pelopor pembaru juga muncul dikawasan dunia Arab. Sebut juga tokoh-tokoh
seperti Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.
Di lahirkan di Cuttack, India, pada 6 april 1849, Amir Ali memiliki garis keturunan dari
keluarga Arab syiah yang pindah dari Khurasan, Persia dan menetap di Mohan, Oudh, India
pada pertengahan abad ke 18. Ayahnya Saadat Ali Khan, adalah dokter dan berasal dari
keluarga kaya dan terhormat dimasa nya. Ali menempuh pendidikan formal di Muhsiniyah
College, Calcutta. Di lembaga pendidikan inilah, dia mendapatkan predikat sebagai pelajar
terbaik dan meraih penghargaan untuk jenjang studi atas dan pendidikan tinggi (S1) pada
bidang hukum, serta master (S2) pada bidang sejarah pada 1868. Dia memperdlam agama
islam dari guru setempat , dengan guru inilah Ali dapat berbahasa Urdu, tak hanya itu
pemerintah Inggris memberika beasiswa untuk mengambil gelar doktor di bidang spesifikasi
hukum islam di London University.
Pada 1873 Ali telah lulus program doktornya dengan baik. Tak lama kemudian, dia kembali
ke India. Ali tertarik pada dunia politik karena itu ia mendirikan sebuah organisasi yang
bernama National Muhammadan Association. Organisasi ini dalam waktu singkat menyebar
keseluruh India. Pembentukan organisasi ini di maksudkan untuk melengkapi kalangan
muslim India dengan pengalan teknik politik Eropa, dan untuk melindungi dan menjaga
kepeningan umat islam.
Atas prestasi studinya itu, pada 1883, pemerintahan mengangkat Ali menjadi anggota The
Viceroys Council di india. Berbekal ilmunya itu Ali mendedikasikan dirinya di negeri
kelahirannya sebagai pengacara, guru besar hukum islam, dan pegawai pemerintahan. Namun
pada 1904, dia memutuskan menetap di Inggris bersama istrinya yang asli Inggris. Keputusan
itu diambil lantaran dia angkat menjadi anggota Judicial Commite Of Privaci Council (dewan
kehormatan komite pengadilan). Prestasinya itu menjadiakn Ali sebagai orang India pertama
yang menduduki jabatan tersebut.
Sebagai tokoh pembaru pemikir islam. AmirAli banyak melontarkan gagasan-gagasan
pemikiran sekitar ijtihad, rasionalisme, dan Ilmu pengetahuan. Pada bidang ijtihad misalnya,
Ali berpendapat bahwa pintu ijtihad telah ditutup dan umat berpegang kepada ulama-ulama
abad ke 19 yang tidak mengikuti perkembangan zaman itu yang membuat dunia islam
mundur. Salah satu pandangan Ali yang sangat di tonjolkan adalah dia merujuk pada surat al-
Rad yang menjelaskan bahwa setiap kaum tidak akan berubah nasibnya sebelum mereka
merubahnya. Dari situ Ali menyimpulkan bahwa Allah Swt memberi kesempatan pada setiap
manusia untuk merubah keadaan, sekaligus menjelaskan bahwa manusia memiliki kebebasan
berkehandak.
Karena itu Ali meminta kepada umat islam agar tidak terpuruk oleh pendapat lama yang
membuat umat tidak maju. Amir Ali berpendapat ijtihad sebagai sarana untuk mencapai
berbagai penemuan haruslah bersifat rasional dan semestinya ia menjadi lebih memajukan
umat islam di bidang ilmu pengetahuan. Ali berpendapat bahwa semangat ijtihad, kecintaan
pada ilmu pengetahun dan sikap rasional umat islam dibangkitkan kembali, ini aspek yang
menurtnya akan membawa kejayaan dunia islam.
Berkaitan dengan kehidupan akhiran , aliran memiliki pemikiran bahwa gagasan hidup di
akhirat merupakan fenomena umum umat islam sejak zaman primitif, ini muncul ketika umat
manusia ingin berkumpul dengan orang yang mereka kasihi dan terpisah dari mereka oleh
kematian. Dengan pelbagai pandangan Ali menjelaskan pandangannya secara kronologis.
Dalam soal wanita dan perbudakan, Amir Ali berpendapat bahwa betapa kejamnya manusia
kepada kaum wanita. Menurutnya hanya islam yang menyajikan cara bagaimana
memperlakukan seorang wanita dan memberantas perbudakan.
Terkait pada perbudakan, Amir Ali berpendapat bahwa hal itu menunjukan kesombongan
manusia. Katanya memang pebudakan ada dalam sejarah hidup manusia dari semua bangsa;
Romawi, Yahudi, Yunani danJerman tapi hal itu bukan berarti itu menjadi alasan untuk
melakukan hal yang sama pada masa modern ini agama kristen bahkan tidak melarang tapi
ketika islam datang, perbudakan secara langsung dihapuskan melalui berbagai cara.
Sayyid Amir Ali dituding sebagai seorang apolog muslim tersebar abad modern menurut
barat. Ini dipahami mengingat posisi dan gagasan pembaruan islam Ali yang merintik
beratkan pada rethingking Islam disertai pembelaan yang pada batas-batas tertentu melewati
pembelaan seperti yang dilakukan pemikir muslim lainya. Pembelaan terhadap islam
terhadap serangan-serangan barat itu jelas terlihat sekali dalam tulisan Ali. Latar belakang
kondisi faktual saat itu sedikit banyak pengaruh yang cenderung apologetik itu.
Walaupun demikian, Amir Ali telah berbuat banyak pada umat ini. Melalui karya-karyanya,
dia berupaya membangkitkan islam yamg sekian lama terlelap dalam mimpi kejayaan masa
lalunya. Hingga akhir hayat nya, Amir Ali telah menulis beberapa buku, antara lain: the spirit
islam, a Critical Examinitation of the life and teaching of mohammed dan A Short History of
the Sarances.

You might also like