You are on page 1of 5

1

LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN LEUKEMIA
Pengertian
Leukemia adalah: penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan abnormal
(neoplastik) dari sel darah putih yang ditandai dengan pembelahan
abnormal dari sel-sel hematopoetik (sel-sel pembentuk darah, khususnya sel
darah putih). Leukemia tidak hanya terkait keganasan limfoid, tetapi juga
keganasan sel-sel sumsum tulang dengan unsure-unsur ganas dalam
sirkulasi (Anies, 2009)
Istilah leukemia menggambarkan suatu bentuk kanker yang timbul pada
organ pembentukan darah pada tubuh (limpa, system limfatik, sumsum
tulang). Organ ini dibedakan sesuai leukositik yang terlibat. Bentuk umum
dari semua leukemia adalah proliferasi tidak teratur dari SDP dalam
sumsum tulang yang menggantikan elemen normal. Ada suatu penampilan
abnormal dalam sel asal hematopoetik, yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk membedakan dari sel normal. Bila sel normal
digantikan oleh sel leukemia, leukemia mielositik akut, yang melibatkan
neutrofil, tipe granulosit. Leukemia kronis paling umum adalah leukemia
limfositik kronis yang dikarakteristikkan oleh peningkatan abnormal pada
limfosit.
Klasifikasi leukemia berdasarkan lama waktu terjadinya penyakit, terdiri
atas leukemia akut, yaitu leukemia yang terjadi dengan proses waktu yang
singkat (dalam hitungan hari bulan). Kelompok yang lain adalah leukemia
kronik, yaitu leukemia yang terjadi dengan proses waktu yang lama (dalam
hitungan tahun). Klasifikasi leukemia yang lain adalah berdasarkan jenis sel
darah putih matang yang terbanyak. Klasifikasi ini terdiri atas leukemia
granulositik/ mielositik dan leukemia limfositik.
Etiologi
Faktor lingkungan dan lingkungan berperan dalam terjadinya leukemia.
Faktor-faktor lingkungan berupa kontak dengan radiasi. Radiasi disini
terutama berupa radiasi pengion, meskipun untuk kondisi tertentu juga
berasal dari radiasi nonpengion. Radiasi nonpengion, termasuk radiasi
elektromagnetik SUTET. Disamping itu, dapat pula berasal dari zat kimia
seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenil butason, dsb.
Prevalensi
Leukemia dapat menyerang pria maupun wanita, tetapi angka kejadian
leukemia pada umumnya menyerang pria sedikit lebih banyak dibandingkan
wanita. Angka kejadian leukemia granulositik sering ditemukan pada orang
dewasa semua usia. Leukemia limfositik akut lebih sering menyerang anak-
anak dibawah umur 15 tahun, dengan puncak kejadian menyerang umur 2
4 tahun. Leukemia granulositik kronis paling sering menyerang usia
pertengahan, tetapi dapat terjadi pada setiap kelompok umur. Leukemia
limfositik kronik ditemukan pada individu yang lebih tua.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala leukemia akut adalah infeksi berat yang berulang disertai
timbulnya luka pada selaput lender, demam, jantung berdetak cepat dan
napas cepat, kemudian timbul juga bintik-bintik perdarahan dikulit,
mimisan, dan perdarahan saluran cerna dan system saluran kemih. Tulang
mungkin sakit dan lunak yang disebabkan oleh kematian jaringan tulang
atau akibat adanya sel-sel tumor dibawah pembungkus tulang. Dapat pula
timbul gejala kurang darah seperti pusing, cepat lelah, susah bernapas
sewaktu bekerja fisik, dan pucat yang nyata. Sedangkan gejala dan tanda
leukemia kronik dapat berupa kelelahan, kehilangan berat badan, produksi
keringat yang meningkat, dan tidak tahan panas. Dapat pula timbul gejala
cepat kenyang, rasa tidak enak pada perut, dan buang air besar tidak teratur.
2

Semua tanda dan gejala pada leukemia, baik akut maupun kronis, dapat
merupakan tanda dan gejala khas dari tiap-tiap leukemia ataupun
merupakan tanda dan gejala gabungan dari kedua jenis leukemia.
Diagnosis
Kelainan laboratorium biasanya mula-mula terbatas pada kenaikan hitung
leukosit, yang dapat melebihi 100,000/m
3
, dengan semua bentuk sel mieloid
tampak diapus darah. Hitung trombosit juga dapat tinggi secara abnormal.
Kelainan laboratorium lain meliputi kenaikan kadar vitamin B12, serum dan
asam urat, dan penurunan atau tidak adanya aktifitas fosfatase alkali
leukosit. Sumsum tulang hiperselular, dengan sel myeloid yang normal pada
semua tingkat diferensiasi, megakariosit dapat lebih bertambah.
Pemeriksaan molekular atau sitogenetik yang menunjukkan kromosom
philadelpia memastikan diagnosis.
Penatalaksaan
Leukositosis dan gejala dapat dikendalikan dengan kemoterapi busulfan
(Myleran) atau hidroksiurea, tetapi kromosom Philadelphia tidak ditekan.
Disamping untuk mengendalikan leukositosis, interferon juga menekan
kromosom Philadelphia secara sempurna, pada kira-kira 20% kasus, dan
tampaknya memperpanjang fase kronis. Namun satu-satunya terapi kuratif
pada waktu ini adalah CST allogenetik. Angka ketahanan hidup jangka
panjang penderita anak yang menerima alograf dari saudara kandung
identik HLA pada fase kronis sekitar 80%. Ini merupakan terapi pilihan jika
terdapat donor yang cocok. Bila donor adalah anggota keluarga yang cocok
sebagian atau donor yang tidak ada hubungan yang cocok, mortalitas terkait
cangkok sangat tinggi dan angka ketahanan hidup (survival) sekitar 50-
60%. Krisis bias limfosid biasanya dapat dibalikkan menjadi fase kronis
dengan terapi baku LLA, sedangkan krisis myeloid umumnya refrakter
terhadap kemoterapi LMA baku. Median pertahanan hidup hanya 3-4 bulan.
Jika CST ditunda sampai krisis bias terjadi, maka ketahanan hidup hanya
16-20%.
Leukemia congenital (Ching Han Pui)
Leukemia congenital sangat jarang terjadi, didiagnosis pada usia bulan
pertama dengan angka 4,7 perjuta kelahiran hidup. Leukemia myeloid
tampaknya predominan pada kelompok ini. Umumnya kasus-kasus
menunjukkan leukositosis berat, ptechie, ekimosis dan keterrlibatan
ekstramodular, dengan hepatosplenomegali massif, nodulus kulit, dan
leukemia sss. Neuroblastoma dan reaksi leukomoid akibat eritroblastosis
fetalis dan infeksi bakteri atau virus congenital dapat mirip leukemia
congenital, tetapi ini dapat disingkirkan dengan pemeriksaan laboratorium
yang tepat. Lebih sulit untuk membedakan dengan kelainan
mieloproliferatif sementara, yang terutama terjadi pada neonatus dengan
trisomi 21 atau mosaikisme kromosom 21. Kebanyakan kelainan
mieloproliferatif sementara mengalami remisi spontan dalam beberapa
minggu. Jadi penderita harus hanya menerima terapi pendukung (suportif)
pada awalnya tetapi memerlukan tindakan lanjut (follow up) yang seksama
karena beberapa penderita akan menderita leukemia beberapa bulan atau
tahun kemudian.
Leukemia congenital mempunyai prognosis jelek, terutama pada kasus
dengan penyusunan kembali (rearrangement) kromosom sel leukemia yang
mempengaruhi region q
23
dari kromosom 11. Meskipun waktu laten yang
pendek member dugaan predisposisi genetic, penelitian member kesan
bahwa pemajanan intrauterine terhadap karsinogen bertanggungjawab
paling sedikit pada beberapa kasus leukemia anak yang amat muda.


3

Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Data Demografi
Usia merupakan data dasar yang penting, karena ada beberapa gangguan
hematologi yang menyebabkan klien tidak berusia panjang (6-7 tahun).
Golongan darah sangat penting bila diperlukan transfusi darah. Tempat
tinggal juga merupakan data yang perrlu dikaji untuk mengetahui
lingkungan klien, karena ada beberapa gangguan hematologi yang
dikaitkan dengan faktor lingkungan.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami
gangguan seperti yang dialami klien atau gangguan tertentu yang
berhubungan langsung dengan gangguan hematologi seperti perdarahan
dan anemia.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Disebut juga sebagai keluhan utama, merupakan factor utama yang
mendorong klien untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan dipusat
pelayanan kesehatan yang meliputi hal-hal berikut:
a. Tanda-tanda infeksi seperti demam dan menggigil
b. Perdarahan epistaksis, perdarahan gusi, ptechie, ekimosis dan
menoragi
c. Perut terasa penuh, mudah kenyang ada splenomegali
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perawat mengkaji kondisi yang pernah dialami oleh klien yang
berhubungan dengan gangguan system hematologi seperti:
- Keganasan, kemoterapi
- Trombosis vena
5. Pemeriksaan fisik
Dilakukan untuk membantu menegakkan diagnose gangguan hematologi.
Diagnosa Keperawatan
1. Kelemahan fisik
2. Intoleransi aktifitas
3. Resiko infeksi
4. Hipertermi
5. Resiko injury
6. Gangguan nutrisi
7. Nyeri akut
Rencana Perawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolik: illness
Peningkatan suhu tubuh diatas nilai normal.
Tujuan: Klien akan mengatakan:
- Temperature dalam batas normal
- Bebas dari komplikasi termasuk kerusakan neurologi dan ARF
- Mengidentifikasi penyebab atau faktor yang berperan dan
penanganan penting terhadap tanda/ gejala sebagai evaluasi dan
intervensi berikutnya.
- Menunjukkan kemampuan untuk monitor dan menormalkan suhu
- Bebas dari pembatasan aktifitas
Kriteria evaluasi (NOC): Dapat mencegah tindakan yang menyebabkan
cedera fisik
Intervensi (NIC): Tindakan pencegahan hipertermi malignant
Ajarkan klien tindakan terbaik:
1. Ajarkan pada orang tua bagaimana mengendalikan suhu anak, obat
yang diberikan dan gejala yang perlu dilaporkan pada dokter
2. Jelaskan kembali pada klien penyebab spesifik hipertermi
4

3. Diskusikan pentingnya untuk pemberian cairan yang adequate setiap
saat dan jalan untuk memperbaiki hidrasi bila sakit atau stress (mis:
latihan, lingkungan panas).
4. Instruksikan keluarga tentang bahaya peningkatan panas dan
heatstroke dan cara untuk mengendalikan lingkungan panas
5. Hindari mandi air panas atau sauna jika memungkinkan
6. Kaji ulang tanda dan gejala hiperterrmi
7. Identifikasi peran komuniti, khususnya pada klien dewasa untuk
memenuhi kebutuhannya.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adequate
Resiko meningkat karena masuknya organisme pathogen.
Tujuan: klien akan:
- Mengerti penyakitnya atau factor resiko
- Mengidentifikasi intervensi untuk menghilangkan/ mengatasi resiko
infeksi
- Mendemonstrasikan tehnik, perubahan gaya hidup
Kriteria evaluasi (NOC):
- Status imun: menghindari masuknya antigen secara internal dan
eksternal
- Pengetahuan: management infeksi: Mengerti penyebab infeksi,
penanganan dan komplikasinya.
- Kontrol resiko: Tehnik pencegahan, menghilangkan atau mengurangi
faktor resiko
Intervensi (NIC): pengawasan: terarah dan berkelanjutan, interpretasi dan
data pasien untuk pengambilan keputusan klinis.
Ajarkan klien untuk meningkatkan status kesehatan:
1. Kaji status nutrisi klien, program latihan yang sesuai dan perlunya
istirahat
2. Ajarkan klien tehnik untuk melindungi kulit, perawatan lesi, suhu
lingkungan dan pencegahan infeksi dirumah.
3. Kolaborasi untuk pemberian antiviral atau antibiotik bila perlu
4. Diskusikan pentingnya untuk tidak minum antibiotik sembarangan
atau berlebihan tanpa intruksi dari pemberi layanan kesehatan.
5. Diskusikan bahwa merokok dan perokok pasif dapat menyebabkan
infeksi pernapasan
6. Batasi pengunjung yang beresiko termasuk petugas kesehatan yang
sedang influenza dan pneumonia.
7. Beri informasi tentang kelompok social dan program pendidikan
nasional.
3. Resiko injury berhubungan dengan abnormal blood profile
Resiko injury dikarenakan interaksi kondisi lingkungan dengan adaptasi
individu dan pertahanan diri
Tujuan: Klien akan bebas dari cedera
Kriteria evaluasi (NOC): Aman dari injury dikarenakan kecelakaan atau
trauma.
Intervensi (NIC): identifikasi resiko: menganalisa atau kemungkinan
faktor resiko, penentuan resiko kesehatan dan memprioritaskan cara
penanganan resiko pada individu atau kelompok.
Membantu klien/ pemberi asuhan untuk mengurangi atau memperbaiki
faktor-faktor resiko:
1. Memberikan layanan kesehatan sesuai kebutuhan
2. Menjaga klien saat duduk, bantu klien memenuhi kebutuhannya bila
memungkinkan.
3. Menjaga tempat tidur atau kursi diposisi rendah dengan roda terkunci
4. Jaga jalan kekamar mandi dan pastikan pencahayaan cukup
5. Instruksikan klien untuk mencari bantuan, bila perlu; yakinkan bel
pemanggil berfungsi dank lien tahu cara menggunakannya
6. Monitor lingkungan yang berpotensi menyebabkan ketidaknyamanan
pada klien atau berbahaya, modifikasi bila perlu
5

7. Beri klien informasi tentang penyakit klien secara spesifik atau
kondisi dan konsekuensi berlanjutnya tindakan kesehatan

You might also like