You are on page 1of 9

TUGAS TINJAUAN PUSTAKA

BLOK XI : HEMATOPOETIK DAN LIMFORETIKULER



TRYPANOSOMIASIS


ELINA INDRASWARI
H1A012016





FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2014

PENDAHULUAN
Darah memiliki komponen yang bermacam-macam. Komponen tersebut berupa
plasma darah, eritrosit, leukosit, trombosit, dan berbagai faktor yang membantu untuk
terjadinya pembekuan. Sistem limfatik juga memiliki komponen di dalamnya, seperti limpa,
kelenjar limfe, dan pembuluh limfe. Dalam melaksanakan tugasnya, sistem perdarahan dan
sistem limfatik bekerja sama untuk melawan agen infeksi yang masuk dalam tubuh.
Namun, tidak semua agen infeksi berhasil dilumpuhkan oleh sistem-sistem tersebut.
Karena sifat agen yang sangat progresif dalam menyebarkan infeksi, agen tersebut dapat
melawan sistem pertahanan yang ada di dalam tubuh. Salah satu penyakit yang disebabkan
oleh agen tersebut adalah Trypanosomiasis.
Trypanosomiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh Trypanosoma.
Trypanosomiasis dibagi menjadi 2, yaitu Trypanosomiasis Afrika dan Trypanosomiasis
Amerika. Trypanosomiasis Afrika atau yang disebut sebagai sleeping sickness disease adalah
penyakit yang disebabkan oleh Trypanosoma brucei rhodesiense dan Trypanosoma brucei
gambiense.
1
Sesuai nama penyakitnya, Trypanosoma ini tersebar di daerah Afrika.
Trypanosomiasis Amerika atau yang disebut Chagas disease adalah penyakit yang
disebabkan oleh Trypanosoma cruzi yang tersebar di daerah Amerika.
2


ETIOLOGI
Trypanosomiasis Afrika atau sleeping sickness disease disebabkan oleh spesies
Trypanosoma brucei. Trypanosoma brucei memiliki 2 jenis, yaitu T. brucei rhodesiense dan
T. brucei gambiense. T. brucei gambiense adalah protozoa berflagella yang hidup dalam
darah. Lalat tsetse, baik jantan maupun betina, bertindak sebagai pembawa parasit ini,
terutama Glossina palpalis. Lalat ini banyak terdapat di sepanjang tepi-tepi sungai yang
mengalir di bagian barat dan tengah Afrika.
3

Trypanosomiasis Amerika atau penyakit Chagas disebabkan oleh Trypanosoma cruzi.
Vektor utama parasit ini adalah Triatoma infestans, Triatoma sordida, Panstrongylus
megistus, dan Rhodnius prolixus. Penularan pada inang terjadi melalui kontaminasi tinja
sesudah berlangsung reproduksi siklik selama 8 sampa 20 hari di dalam usus serangga. Pada
saat vektor menggigit inang, vektor tersebut juga membuang kotoran sekaligus mengotori
luka gigitan sehingga mengkontaminasi inang.
3


EPIDEMIOLOGI
Kedua spesies ini, T. brucei rhodesiense dan T. brucei gambiense, ditemukan di
daerah Afrika tropik. Penyakit yang disebabkan oleh T. brucei rhodesiense sangat jarang,
tetapi sangat bahaya. Spesies ini ditemukan di bagian timur. Hospes perantaranya adalah lalat
Glossina morsitans yang hidup di daerah padang rumput. Baik lalat jantan maupun betina
dapat menularkan penyakit. Penularan terjadi dari lalat ke manusia. Hospes perantara untuk T.
brucei gambiense adalah lalat Glossina palpalis yang terdapat di daerah dataran rendah
dengan hutan yang lebat dan keadaan lembab. Spesies ini ditemukan di bagian tengah dan
barat. Penularan terjadi dari lalat ke manusia dan manusia ke manusia lainnya. Pengawasan
terhadap penyakit ini sulit dilakukan karena penduduk Afrika pada umumnya sering
berpindah tempat.
3
Selama beberapa periode epidemik, prevalensi meningkat 50% di
beberapa tempat di Kongo, Angola, dan Sudan. Trypanosomiasis Afrika menjadi nomor satu
dalam penyebab kematian terbesar di komunitas tersebut.
1

Spesies T. cruzi ditemukan di Amerika Selatan, Amerika Tengah, dan Amerika
Serikat. Manusia merupakan hospes parasit ini dan Triatoma berperan sebagai hospes
perantara. Hospes perantara lainnya adalah Rhodnius prolixus dan Panstrongylus megistus
yang hidup di sela-sela dinding rumah yang terbuat dari papan dan batu.
3
Menurut PAHO,
negara yang sangat terinfeksi oleh penyakit Chagas adalah Bolivia (6,8%), Argentina (4,1%),
El Salvador (3,4%), Honduras (3,1%), Paraguay (2,5%), Guatemala (2%), Ekuador (1,7%),
Venezuela (1,2%), Brazil (1%), dan Meksiko (1%).
2


PATOFISIOLOGI
Trypanosoma brucei adalah parasit dengan siklus kehidupan pada 2 host, yaitu
mamalia dan artropoda. Siklus kehidupan dimulai ketika Trypanosoma masuk selama darah
dihisap oleh lalat tsetse dari reservoir manusia maupun reservoir hewan. Trypanosoma
memperbanyak diri dan bermigrasi ke kelenjar saliva.
1

Manusia terinfeksi oleh T. brucei setelah terkena gigitan lalat. Parasit yang sudah
masuk akan menjadi matang dan membelah diri dalam darah dan sistem limfatik yang
menyebabkan malaise, demam intermiten, dan ruam. Pada akhirnya, parasit mencapai CNS
yang menyebabkan perubahan perilaku dan gangguan saraf. Kematian dapat terjadi karena ini.
Reaksi hipersensitivitas dapat menyebabkan masalah pada kulit seperti urtikaria persisten dan
edema wajah. Peningkatan limfosit pada limpa dan nodus limfe yang dipenuhi parasit akan
menyebabkan fibrosis dan jarang menyebabkan splenomegali. Aritmia atau gagal jantung
dapat menyebabkan kematian sebelum manifestasi CNS berkembang.
1

Pada fase akut Trypanosomiasis Amerika, parasit secara langsung merusak sel host.
Pembengkakan nodul atau chagoma berkembang pada titik masuk. Area ini menjadi
terinfiltrasi oleh makrofag yang dikelilingi oleh limfosit, eosinofil, dan neutrofil. Ketika T.
cruzi masuk ke tubuh manusia, tubuh menghasilkan reaksi inflamasi lokal akut. Limfatik
menyebar dan membawa organisme tersebut ke nodus limfe regional. Ketika sel inflamatori
yang lain mengingesti parasit, mereka berubah menjadi amastigot. Dengan bentuk amastigot,
parasit dapat memperbanyak diri di dalam sel setiap organ maupun jaringan. Setelah
memperbanyak diri, parasit menjadi tripomastigot dan masuk ke dalam peredarah darah,
membawa infeksi ke seluruh bagian tubuh.
2

Pada fase akut, jantung adalah organ target pertama. Pada semua kasus, parasit dapat
masuk ke setiap sel tubuh dan membentuk pseudosit yang berisi ratusan hingga ribuan
amastigot. Orang yang telah teratasi dari fase akut akan membawa parasit intraselular
sepanjang hidupnya. Pada fase kronik, sel ganglion dirusak secara progresif. Miokardium
sering mengalami fibrosis. Fungsi jantung menjadi sangat turun ketika 20% saraf mengalami
kerusakan, sedangkan fungsi esofageal masih normal bahkan ketika 80% saraf tidak
berfungsi. Pada fase kronik awal, ukuran jantung masih normal atau sedikit mengalami
pembesaran yang selanjutnya dapat mengalami dilatasi.
2


MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada Trypanosomiasis Afrika terbagi menjadi 2 stage, yaitu:
Stage 1 (early or hemolymphatic stage)
Demam intermiten dan sakit kepala
Nyeri otot dan sendi
Limfadenopati
Edema pada wajah
Takikardi, ruam, dan penurunan berat badan
Organomegali terutama splenomegaly
Stage 2 (late or neurologic stage)
Sakit kepala persisten dan insomnia
Depresi dan perubahan perilaku
Tremor dan ataksia
Koma
Gangguan sensoris
1


Manifestasi klinis pada Trypanosomiasis Amerika terdiri dari fase akut dan fase
kronik seperti berikut:
Fase Akut
Malaise, anoreksia, myalgia, dan sakit kepala
Demam intermiten
Hepatomegali dan splenomegali
Takikardi dan Romana sign
Fase kronik
Penurunan berat badan dan kakeksia
Hipertrofi kelenjar saliva
Pneumonitis
Tanda tromboemboli pada otak, paru-paru, dan ekstremitas
Tanda kongesti karena gagal jantung kiri
2



DIAGNOSIS
Abnormalitas yang signifikan pada Trypanosomiasis Afrika adalah:
Anemia
Hipergammaglobulinemia
LED elevasi
Trombositopenia
Hipoalbuminemia
1


Untuk mendeteksi Trypanosoma brucei dan Trypanosoma cruzi dapat dilakukan:
Blood smear
Aspirasi nodus limfe
Aspirasi sumsum tulang
Elektroensefalografi (EEG)
1,2


TATALAKSANA
Tatalaksana pada Trypanosomiasis Afrika dilakukan dengan farmakologi sesuai
dengan stage yang dialami dan jenis tripanosomiasisnya, yaitu:
Trypanosomiasis Afrika Timur stage 1: Suramin
Trypanosomiasis Afrika Timur stage 2: Melarsoprol
Trypanosomiasis Afrika Barat stage 1: Pentamidin isetionat atau suramin
Trypanosomiasis Afrika Barat stage 2: Melarsoprol atau eflornitin
1

Untuk pengobatan pada Trypanosomiasis Afrika Barat stage 2 dapat menggunakan
kombinasi seperti melarsoprol-nifurtimox atau nifurtimox-eflornitin. Dengan pengobatan
kombinasi, dapat memberikan efektivitas yang lebih daripada monoterapi. Sampai saat ini,
belum ada vaksin untuk Trypanosomiasis Afrika.
1

Dosis pengobatan pada Trypanosomiasis Afrika adalah sebagai berikut:
1) Trypanosomiasis Afrika Timur
Stage 1
Suramin 100-200 mg IV lalu 1 gram IV pada hari 1, 3, 7, 14, dan 21
Stage 2
Melarsoprol 2-3,6 mg/kgBB/hari IV untuk 3 hari. Setelah 1 minggu, 3,6
mg/kgBB/hari untuk 3 hari.
2) Trypanosomiasis Afrika Barat
Stage 1
Pentamidin isetionat 4 mg/kgBB/hari IM untuk 10 hari atau suramin 100-200 mg IV
lalu dilanjutkan 1 gram IV pada hari 1, 3, 7, 14, dan 21.
Stage 2
Dosis sama dengan Trypanosomiasis Afrika Timur stage 2 atau diberikan eflornitin
400 mg/kgBB/hari IV dibagi 4 selama 14 hari.
1


Tatalaksana pada penyakit Chagas fase akut adalah diberikan nifurtimox atau
benznidazole. Kedua obat ini dapat menurunkan durasi dan keganasan penyakit Chagas akut
dan kongenital. Terapi ini juga diindikasikan pada pasien dengan HIV yang memiliki
reaktivasi trypanosomiasis. Nifurtimox memiliki tingkat keefektivitasan yang cukup tinggi.
Namun, pada beberapa area seperti Brazil masih belum terlalu efektif. Benznidazole memiliki
efek yang hampir sama dan lebih dapat ditoleransi daripada nifurtimox.
4

Dosis nifurtimox adalah:
Dewasa : 8-10 mg/kgBB/hari peroral dibagi setiap 6-8 jam selama 90-120 hari
1-10 tahun : 15-20 mg/kgBB/hari peroral dibagi setiap 8 jam
11-16 tahun : 12,5-15 mg/kgBB/hari peroral dibagi setiap 8 jam selama 90 hari
2




PROGNOSIS
Prognosis pada pasien penyakit Chagas dengan gagal jantung cukup buruk, serupa
dengan prognosis pada pasien yang mengalami gagal jantung karena penyebab yang lain.
5

Namun, secara keseluruhan, prognosis pada pasien dengan indeterminate phase adalah baik
dan hanya 10-30% dari orang-orang yang terinfeksi mengalami tanda dan gejala dari penyakit
ini.
2

Pada stage 1 dari Trypanosomiasis Afrika, banyak pasien yang sembuh total setelah
melakukan terapi. Pada stage 2, manifestasi CNS seperti perubahan perilaku, insomnia, dan
koma akan sangat fatal bahkan dapat menyebabkan kematian jika tidak diterapi.
1


PENUTUP
Dalam keadaan normal, sistem pertahanan tubuh dapat melawan agen infeksi dan
melumpuhkannya. Tetapi, jika agen tersebut sangat progresif, sistem pertahanan tubuh dapat
melemah dan infeksi dapat menyebar. Salah satu penyakit infeksi tersebut adalah
Trypanosomiasis. Penyakit ini ada 2 macam sesuai tempat penyebarannya, yaitu
Trypanosomiasis Afrika atau sleeping sickness disease dan Trypanosomiasis Amerika atau
Chagas disease. Kedua penyakit ini disebabkan oleh Trypanosoma yang berbeda jenis pula.
Gejala secara umum terlihat sama, contohnya demam intermiten, sakit kepala, myalgia, dan
organomegali. Diagnosis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan hapusan darah tepi untuk melihat adanya Trypanosoma di dalam darah. Setelah
diagnosis ditegakkan, dapat dilakukan tatalaksana dengan segera agar prognosis dapat lebih
baik.


DAFTAR PUSTAKA

1. Odero, Randy O. African Trypanosomiasis. 23 Desember 2013. Tersedia di
http://emedicine.medscape.com/article/228613-overview diakses pada 28
April 2014.
2. Kirchhoff, Louis V. Chagas Disease (American Trypanosomiasis). 3 Juni 2011.
Tersedia di http://emedicine.medscape.com/article/214581-overview diakses
pada 28 April 2014.
3. Rasidi, Rochida dan Muljono, Rusli. Parasitologi Kedokteran edisi Keempat. Jakarta:
FKUI. 2008.
4. Tolan, Robert W. Trypanosomiasis. 12 April 2013. Tersedia di
http://emedicine.medscape.com/article/1000389-overview diakses pada 28
April 2014.
5. Sosa, Estani S. Therapy, Diagnosis, and Prognosis of Chronic Chagas Disease: Insight
Gained in Argentina. Juli 2009. Tersedia di
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19753472 diakses pada 30 April 2014.

You might also like