You are on page 1of 108

LAPORAN PENELITIAN

ABORTUS PROVOCATUS PADA KORBAN


PERKOSAAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA
(Suatu Kajian Normatif
Oleh:
Subaidah Ratna Juita, S.H., M.H.
B. Rini Heryanti, S.H., M.H
Proye Penelitian ini !ibiayai oleh "ni#er$ita$ Se%aran& den&an Surat Per'an'ian
No%or: ()* "SM. H(*L* +,-,
.A/"LTAS H"/"M
"NI0ERSITAS SEMARAN1
SEMARAN1
A&u$tu$, +,-,
1
BAB I
PEN!AH"L"AN
A. Latar Belaan& Penelitian
Abortus provocatus yang dikenal di Indonesia dengan istilah aborsi
berasal dari bahasa latin yang berarti pengguguran kandungan karena
kesengajaan. Abortus Provocatus merupakan salah satu dari berbagai macam
jenis abortus. Dalam kamus Latin - Indonesia sendiri, abortus diartikan sebagai
wiladah sebelum waktunya atau keguguran. Pengertian aborsi atau Abortus
Provocatus adalah penghentian atau pengeluaran hasil kehamilan dari rahim
sebelum waktunya.
1
Dengan kata lain pengeluaran itu dimaksudkan bahwa
keluarnya janin disengaja dengan campur tangan manusia, baik melalui cara
mekanik, obat atau cara lainnya.
Abortus provokatus atau yang lebih popular di Indonesia disebut
aborsi adalah suatu kejahatan dengan !enomena gunung es. "asus-kasus
pengguguran kandungan banyak ditemukan di masyarakat, namun yang
diproses di tingkat Pengadilan hanya sedikit sekali, antara lain disebabkan
sulitnya para penegak hukum dalam mengumpulkan bukti-bukti yang dapat
menyeret pelaku abortus pro#okatus ke meja hijau.
$
%ealitas seperti ini dapat
1
"usmaryanto, &'(., Kontroversi Aborsi. )(akarta* P+. ,ramedia -idiasarana Indonesia.
$..$/, halaman $.0.
$
&uryono 1kotama, dkk., Abortus Provokatus Bagi Korban Perkosaan Perspektif
Viktimologi, Kriminologi dan Hukum Pidana, )2ogyakarta* 3ni#ersitas 4tma (aya, $..1/,
halaman 15.
$
dipahami, karena aborsi tidak memberikan dampak yang nyata sebagaimana
tindak pidana pembunuhan yang secara riil dapat diketahui akibatnya. 4borsi
baik proses dan hasilnya lebih bersi!at pribadi, sehingga sulit dideteksi.
Dampak kasus "ehamilan +idak Dikehendaki )"+D/ khususnya
korban perkosaan, pada dasarnya membawa akibat buruk, selain korban
mengalami trauma yang panjang bahkan seumur hidup, dia tidak dapat
melanjutkan pendidikan, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya.
6egitu juga jika anaknya lahir, masyarakat tidak siap menerima kehadirannya
bahkan mendapat stigma sebagai anak haram yang tidak boleh bergaul dengan
anak-anak lain di lingkungannya serta menerima perlakuan negati! lainnya.
&ementara jika digugurkan )aborsi/, selain tidak ada tempat pelayanan yang
aman dan secara hukum dianggap sebagai tindakan kriminal, pelanggaran
norma agama, susila dan sosial.
"asus "ehamilan +idak Dikehendaki )"+D/ yang berakhir dengan
aborsi tidak aman, hanyalah salah satu kasus yang terjadi di Indonesia. Pusat
Penelitian "esehatan 3ni#ersitas Indonesia menemukan, pertahun rata-rata
terjadi sekitar $ juta kasus aborsi tidak aman.
0
&ementara -78
memperkirakan 1.-9.: dari kasus aborsi tidak aman berakhir dengan
kematian ibu.
;
4ngka aborsi tak aman )unsafe abortion/ memang tergolong
tinggi, diperkirakan setiap tahun di dunia terjadi sekitar $. juta aborsi tak
3
6udi utomo dkk., Angka Aborsi dan Aspek Psiko-sosial di Indonesia: Studi di ! kota
Besar dan " kabupaten. )(akarta* Pusat Penelitian "esehatan 3ni#ersitas Indonesia, $..$/,
halaman <.
4
-78 dalam ,ulardi -ignyosastro. =asalah "esehatan Perempuan 4kibat %eproduksi.
=akalah &eminar Penguatan 7ak %eproduksi Perempuan, diselenggarakan PP >atayat ?3, pada 1
&eptember $..1.
0
aman, $@: dari jumlah tersebut tergolong legal dan lebih <..... aborsi tak
aman di negara berkembang berakhir dengan kematian ibu.
9
=uhajir Darwin dari Pusat Penelitian "ependudukan 3,= dalam
#ound $able %iscussion, tentang 4borsi, 3sia "awin dan Pengaruhnya
terhadap >ertilisasi yang diadakan 6""6?, mengatakan* &... ketika hukum
tidak memberi tempat bagi pelayanan aborsi yang aman, maka para perempuan
yang mengalami kehamilan tanpa dikehendaki terpaksa pergi ke bidan atau
dukun aborsi yang tak kompeten. 4kibatnya, komplikasi kesehatan atau
bahkan kematian mengancamnya.
@
&elanjutnya menurut =uhajir Darwin,
bahwa angka kematian maternal di Indoonesia adalah tertinggi di 4sia yaitu
sekitar 11: di antaranya karena pertolongan aborsi yang tidak aman.
<
=embahas persoalan aborsi sudah bukan merupakan rahasia umum
dan hal yang tabu untuk dibicarakan. 7al ini dikarenakan aborsi yang terjadi
dewasa ini sudah menjadi hal yang aktual dan peristiwanya dapat terjadi
dimana-mana dan bisa saja dilakukan oleh berbagai kalangan, baik itu
dilakukan secara legal ataupun ilegal. Dalam memandang bagaimana
kedudukan hukum aborsi di Indonesia sangat perlu dilihat kembali apa yang
5
4.-idanti &., 4borsi dan Perlindungan 7ak %eproduksi Perempuan, 'akala(,
disampaikan dalam Diskusi Publik 4borsi dan Perlindungan 7ak %eproduksi Perempuan,
diselenggarakan atas "erjasama antara =agister 7ukum "esehatan dan P"6I -ilayah (awa
+engan, &emarang, 0. (anuari $.1., halaman ;.
6
+itik +riwulan +utik, 4nalisis 7ukum Islam terhadap Praktik 4borsi bagi "ehamilan
+idak Diharapkan )"+D/ 4kibat Perkosaan menurut 33 ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan,
)http*BB www. legalitas.org/, diakses 5 (uni $.1..
7
Data tahun 1AA9 menunjukkan dari @...... perempuan meninggal karena kehamilan dan
persalinan. Dari angka itu @@.... perempuan meninggal karena aborsi. &ementara Car!el +a!al dari
>"= 3I dan akti! di P"6I mencatat dari pengalaman praktiknya di sebuah klinik di (akarta ada
kecenderungan permintaan aborsi semakin meningkat. +ahun 1AAA sekitar 1...... perempuan,
namun tahun $...-an sudah menjadi $......-an lebih di 5 klinik. Ibid.
;
menjadi tujuan dari perbuatan aborsi tersebut. &ejauh ini, persoalan aborsi pada
umumnya dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai tindak pidana.
?amun, dalam hukum positi! di Indonesia, tindakan aborsi pada sejumlah
kasus tertentu dapat dibenarkan apabila merupakan aborsi provokatus
medikalis. &edangkan aborsi yang digeneralisasi menjadi suatu tindak pidana
lebih dikenal sebagai aborsi provokatus criminalis)
&elama puluhan tahun aborsi telah menjadi permasalahan bagi
perempuan karena menyangkut berbagai aspek kehidupan baik itu moral,
hukum, politik, dan agama. "emungkinan terbesar timbulnya permasalahan
tersebut berakar dari kon!lik keyakinan bahwa !etus memiliki hak untuk hidup
dan para perempuan memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri, dalam
hal ini melakukan pengguguran kandungan. Perkembangan kon!lik yang tidak
kunjung mendapatkan titik temu mengakibatkan munculnya penganut paham
pro-life yang berupaya mempertahankan kehidupan dan pro-c(oice yang
mendukung supaya perempuan mempunyai pilihan untuk menentukan sikap
atas tubuhnya dalam hal ini aborsi.
5
=encuatnya permasalahan aborsi di
Indonesia, agaknya perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang
memberikan alternati! solusi yang tepat. Pertentangan moral dan agama
merupakan masalah terbesar yang sampai sekarang masih mempersulit adanya
kesepakatan tentang kebijakan penanggulangan masalah aborsi. 8leh karena
itu, aborsi yang ilegal dan tidak sesuai dengan cara-cara medis masih tetap
berjalan dan tetap merupakan masalah besar yang masih mengancam. 4danya
5
Loebby LoDman, *urnal +bsetri dan ,inekologi Indonesia, )2ogyakarta* 2ayasan 6ina
Pustaka &arwono Prawirohardjo, $..0/, halaman $0$.
9
pertentangan baik secara moral dan kemasyarakatan dengan secara agama dan
hukum membuat aborsi menjadi suatu permasalahan yang mengandung
kontoro#ersi. Dari sisi moral dan kemasyarakatan, sulit untuk membiarkan
seorang ibu yang harus merawat kehamilan yang tidak diinginkan terutama
karena hasil perkosaan, hasil hubungan seks komersial )dengan pekerja seks
komersial/ maupun ibu yang mengetahui bahwa janin yang dikandungnya
mempunyai cacat !isik yang berat. Di samping itu, banyak perempuan merasa
mempunyai hak atas mengontrol tubuhnya sendiri. Di sisi lain, dari segi ajaran
agama, agama manapun tidak akan memperbolehkan manusia melakukan
tindakan penghentian kehamilan dengan alasan apapun.
Istilah aborsi dalam hukum pidana di Indonesia dikenal dengan tindak
pidana Pengguguran "andungan. Dan secara umum pengaturan mengenai
aborsi tersebut terdapat dalam Pasal $AA, 0;@, 0;<, 0;5, dan 0;A "37P. Pasal-
pasal ini secara jelas dan tegas mengatur larangan melakukan aborsi dengan
alasan apapun, termasuk aborsi karena alasan darurat )terpaksa/ yaitu sebagai
akibat perkosaan, baik bagi pelaku ataupun yang membantu melakukan
aborsi. 6ahkan dengan hukuman yang dilipatgandakan, yang membantu
melakukan adalah ahli medis. "etentuan ini terasa memberatkan terutama bagi
tim medis yang melaksanakan aborsi dengan alasan medis.
&ebelum dilakukan re#isi terhadap undang-undang kesehatan masih
banyak perdebatan mengenai aborsi yang dilakukan oleh korban perkosaan
termasuk tenaga medis yang membantu melakukan aborsi tersebut. 7al itu
dikarenakan tidak terdapat pasal yang secara jelas mengatur mengenai aborsi
@
terhadap korban perkosaan. &elama ini banyak pandangan yang mena!sirkan
bahwa aborsi terhadap korban perkosaan disamakan dengan indikasi medis
sehingga dapat dilakukan karena gangguan psikis terhadap ibu juga dapat
mengancam nyawa sang ibu. ?amum dipihak lain ada juga yang memandang
bahwa aborsi terhadap korban perkosaan adalah aborsi kriminalis karena
memang tidak membahayakan nyawa sang ibu, dan dalam undang-undang
kesehatan yang lama, yaitu 33 ?o. $0 +ahun 1AA$ tidak termuat secara jelas
di dalam pasalnya.
"eberadaan praktik aborsi kembali mendapat perhatian dengan
disahkannya 3ndang-3ndang ?omor 0@ +ahun $..A +entang "esehatan, dan
sebagai pengganti 33 ?o. $0 +ahun 1AA$. Dengan dikeluarkannya re#isi
undang-undang kesehatan maka mengenai legalisasi aborsi terhadap korban
perkosaan telah termuat dengan jelas di dalam Pasal <9 ayat $ 33 ?o.0@
+ahun $..A tentang kesehatan. =eski demikian 33 ini menimbulkan
kontro#ersi diberbagai lapisan masyarakat karena adanya pasal-pasal yang
mengatur mengenai aborsi dalam praktek medis mengandung berbagai reaksi.
Pasal <9 dan <@ 3ndang-3ndang ?omor 0@ +ahun $..A, kembali menegaskan
bahwa pada dasarnya undang-undang melarang adanya praktik aborsi )Pasal <9
ayat 1/. =eski demikian larangan tersebut dikecualikan apabila ada*
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu danBatau janin, yang menderita penyakit
genetik berat danBatau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandunganE atau
<
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
bagi korban perkosaan )Pasal <9 ayat $/.
+erlepas dari hukum !ormal yang mengatur, aborsi merupakan
!enomena yang terkait erat dengan nilai-nilai sosial budaya agama yang hidup
dalam masyarakat. Dalam konteks Indonesia aborsi lebih condong sebagai aib
sosial daripada mani!estasi kehendak bebas tiap indi#idu. 4borsi merupakan
masalah yang sarat dengan nilai-nilai sosial, budaya, agama, dan politik.
4turan normati! legal !ormal menolak aborsi meski masih ada ruang untuk
hal-hal khusus. 4turan normati! sosial-hudaya-agama yang Fin!ormalF pada
umumnya juga menolak aborsi, meski terdapat #ariasi dan kelonggaran di
sana-sini. Persoalan aborsi penting untuk dibahas karena !enomena ini
berkaitan erat dengan persoalan kesehatan reproduksi perempuan. 3ntuk kasus
Indonesia, seperti diketahui, salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu
)==%/ adalah karena praktek aborsi terutama bagi ibu pada usia belia sebagai
akibat salah pergaulan ataupun belum siap memiliki anak, selain persoalan
pelayanan kesehatan yang tidak memadai dan !aktor struktural lain yang lebih
luas. &elain keterkaitan dengan nilai-nilai sosial, politik, budaya, dan agama,
secara lebih spesi!ik !enomena aborsi tersebut terkait erat dengan isu gender.
6erdasar latar belakang penelitian sebagaimana tersebut di atas, satu
persoalan yang perlu mendapat jawaban dan penjelasan yaitu tentang
pengaturan dan perlindungan hukum terhadap tindakan aborsi )abortus
provocatus/ khususnya yang dilakukan oleh korban perkosaan menurut 7ukum
5
Pidana dalam "itab 3ndang-3ndang 7ukum Pidana )"37P/ dan 33 ?o. 0@
+ahun $..A tentang "esehatan.
B. Peru%u$an Ma$alah
Permasalahan merupakan suatu pernyataan yang menunjukkan adanya
jarak antara harapan dengan kenyataan, antara rencana dengan pelaksanaan
dan antara das sollen dengan das sein.
3ntuk memudahkan pembahasan, maka permasalahan dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut*
1. 6agaimana pengaturan 7ukum Pidana tentang abortus provocatus yang
dilakukan oleh korban perkosaanG
2. 6agaimana perlindungan hukum pidana terhadap korban perkosaan yang
melakukan abortus provocatusG
C. Tu'uan Penelitian
4dapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut*
1. 3ntuk mengetahui perumusan, dan pengaturan hukum pidana tentang
abortus provocatus yang dilakukan oleh korban perkosaan.
2. 3ntuk mengetahui bagaimana hukum pidana melalui peraturan perundang-
undangan yang ada memberikan perlindungan terhadap korban perkosaan
yang melakukan abortus provocatus
A
D. /ontribu$i Penelitian
"ontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut*
-. Se2ara Teoriti$:
&ecara teoritis dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
rangka pengembangan hukum pidana materiil, khususnya yang terkait
dengan abortus provocatus pada korban perkosaan.
+. Se2ara Prati$:
&ecara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan masukan tidak hanya kepada para praktisi hukum yang memiliki
kewenangan dalam penegakkan hukum, tetapi juga kepada para tenaga
medis yang memiliki kewenangan bertindak sesuai dengan sumpah
jabatan dan etika pro!esi yang diembannya khususnya yang berkaitan
dengan masalah abortus provocatus, dan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai
pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, sehingga
perempuan sebagai korban perkosaan tidak lagi menjadi korban secara
terstruktur )second victimi-ation..
E. Si$te%atia Penuli$an
&istimatika ini dimaksudkan agar tidak terjadi penyimpangan dari
judul dan lebih mudah dalam menelaah uraian yang disajikan secara
keseluruhan. Penulisan laporan penelitian disusun dengan sistimatika sebagai
berikut *
1.
646 I * P1?D473L34?
Dalam 6ab I sebagai Pendahuluan, terdiri dari lima sub bab yang
membahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan
masalah sebagai batasan masalah dalam melakukan penelitian.
&elanjutnya akan diuraikan tujuan penelitian, kontribusi
penelitian dan diakhiri dengan sistimatika penulisan.
646 II * +I?(434? P3&+4"4
+injauan pustaka menguraikan landasan teori untuk menganalisa
permasalahan yang akan diteliti. +injauan pustaka ini berisi
kerangka pemikiran atau teori-teori dan asas-asas hukum yang
berkaitan dengan pokok permasalahan. 3raian pertama pada bab
ini berupa tinjauan umum tentang aborsi. 3raian berikutnya akan
menjelaskan tinjauan tentang regulasi aborsi dalam Peraturan
Perundang-undangan Indonesia. Dan uraian ketiga sebagai akhir
dari tinjauan pustaka akan diuraikan mengenai tinjauan tentang
perkosaan sebagai tindak pidana yang menjadikan perempuan
sebagai korban.
646 III * =1+8D1 P1?1LI+I4?
=etode penelitian menjelaskan mengenai metode yang diuraikan
dalam penelitian ini yaitu metode pendekatan, spesi!ikasi
penelitian, metode pengumpulan data dan analisa data.
11
646 IH * 74&IL P1?1LI+I4? D4? P1=6474&4?
&ebagai bagian dari penyajian data dan analisis terhadap data
yang diperoleh dari hasil penelitian, yakni data mengenai
Abortus Provocatus pada "orban Perkosaan dalam Perspekti!
7ukum Pidana. 4dapun dalam menganalisa data tersebut,
penulis melakukan $uatu a'ian yan& ber$i3at nor%ati3
berda$aran etentuan huu% 4idana 4o$iti3 yan& berlau di
Indone$ia, yani /itab "ndan&5"ndan& Huu% Pidana
6/"HP7 yan& berlau $eba&ai huu% 4idana u%u% 6!"#
$"n"ra!"7, dan "ndan&5"ndan& No. 89 Tahun +,,) tentan&
/e$ehatan, yan& berlau $eba&i huu% 4idana hu$u$ 6!"#
%&"'ia!"7 terait den&an Abortus Provocatus yang dilakukan
oleh korban perkosaan . 4dapun dalam 6ab ini data-data hasil
penelitian yang akan disajikan dan dianalisis menyangkut data-
data mengenai *
1. Pengaturan 7ukum Pidana tentang Abortus Provocatus yang
dilakukan oleh korban perkosaan.
2. Perlindungan hukum pidana terhadap korban perkosaan yang
melakukan abortus provocatus.
Data yang disajikan berupa data sekunder. Dengan demikian,
gambaran mengenai permasalahan dalam penelitian ini
diharapkan telah menjadi jelas.
1$
6ab H * P1?3+3P
6erdasarkan proses pembahasan dan penganalisaan permasalahan
yang diuraikan dalam 6ab IH mengenai Abortus Provocatus pada
"orban Perkosaan dalam Perspekti! 7ukum Pidana , maka 6ab
H ini menjadi bagian akhir dari penyusunan laporan penelitian ini,
sehingga pada bagian ini dapat ditegaskan beberapa simpulan dan
saran sebagai penutup.
10
BAB II
TINJA"AN P"STA/A
A. Tin'auan "%u% tentan& Abor$i
-. Pen&ertian Abor$i
Dalam pengertian awam istilah aborsi adalah pengguguran
kandungan, keluarnya hasil konsepsi atau pembuahan sebelum waktunya.
Abortion dalam kamus Inggris Indonesia diterjemahkan dengan
pengguguran kandungan.
A
Dalam Blaks/s 0a1 %ictionar2, kata abortion
yang diterjemahkan menjadi aborsi dalam bahasa Indonesia mengandung
arti* $(e spontaneous or articiall2 induced e3pulsion of an embrio or
featus) As used in illegal conte3t refers to induced abortion)
!
Dengan
demikian, menurut Blaks/s 0a1 %ictionar2, keguguran dengan keluarnya
embrio atau !etus tidak semata-mata karena terjadi secara alamiah, akan
tetapi juga disengaja atau terjadi karena adanya campur tangan
)pro#okasi/ manusia.
11
A
1chols, dan 7assan &haddily, Kamus Inggris Indonesia, )(akarta* ,ramedia,1AA$/,
halaman $.
1.
7enry 'ampbell 6lackIs, Black/s 0a1 %ictionar2, &iJth 1dition, &t. Paul =in -est
Publising 'o, halaman 1.
11
+erjemahan abortion menurut Black/s 0a1 %ictionar2, diambil dari &uryono
1kototama, dkk), Abortus Prookatus bagi Korban Perkosaan Perspektif iktimologi, "riminologi
dan 7ukum Pidana, )2ogyakarta* 3niersitas 4dmajaya, $..1/, halaman 01.
1;
1nsiklopedi Indonesia memberikan penjelasan bahwa abortus
diartikan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi $5 minggu
atau sebelum janin mencapai berat 1.... gram.
1$

3ntuk lebih memperjelas maka berikut ini akan penulis
kemukakan de!enisi para ahli tentang aborsi, yaitu*
10
a. 4astman* 4borsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana
!etus belum sanggup berdiri sendiri di luar uterus. 6elum sanggup
diartikan apabila !etus itu beratnya terletak antara ;.. K 1... gr atau
kehamilan kurang dari $5 mingguE
b. *effcoat: 4borsi yaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum $5
minggu, yaitu !etus belum viable b2 llaousE
c. Holmer* 4borsi yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-1@
dimana plasentasi belum selesai.
Dalam pengertian medis, aborsi adalah terhentinya kehamilan
dengan kematian dan pengeluaran janin pada usia kurang dari $. minggu
dengan berat janin kurang dari 9.. gram, yaitu sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan secara mandiri.
1;
=enggugurkan kandungan atau dalam
dunia kedokteran dikenal dengan istilah aborsi, berarti pengeluaran hasil
konsepsi )pertemuan sel telur dan sel sperma/ sebelum janin dapat hidup
1$
1nsiklopedi Indonesia, Abortus )(akarta* Ikhtiar 6aru an 7oe#e, 1AA5/, I * $$.
10
%ustam =ochtar, Sinopsis +bsetetri, )(akarta* 1,', 1AA5/, halaman $.A.
1;
Lilien 1ka 'handra, +anpa Indikasi =edis Ibu, 4borsi sama dengan "riminal, 0ifest2le,
=ei $..@, halaman 1..
19
diluar kandungan. Dalam kaitanya dengan hal ini, &uryono 1kotama, dkk
mengemukakan pendapat sebagai berikut*
Dari segi medis, tidak ada batasan pasti kapan kandungan bisa
digugurkan. "andungan perempuan bisa digugurkan kapan saja
sepanjang ada indikasi medis untuk menggugurkn kandungan itu.
=isalnya jika diketahui anak yang akan lahir mengalami cacat
berat atau si ibu menderita penyakit jantung yang akan sangat
berbahaya sekali untuk keselamatan jiwanya pada saat melahirkan
nanti. &ekalipun janin itu sudah berusia lima bulan atau enam
bulan, pertimbangan medis masih membolehkan dilakukan
abortus provocatus.
19
Abortus provocatus yang dikenal di Indonesia dengan istilah
aborsi berasal dari bahasa latin yang berarti pengguguran kandungan
karena kesengajaan. Abortus Provocatus merupakan salah satu dari
berbagai macam jenis abortus. Dalam kamus Latin - Indonesia sendiri,
abortus diartikan sebagai wiladah sebelum waktunya atau keguguran.
Pengertian aborsi atau Abortus Provocatus adalah penghentian atau
pengeluaran hasil kehamilan dari rahim sebelum waktunya.
1@
Dengan kata
lain pengeluaran itu dimaksudkan bahwa keluarnya janin disengaja
dengan campur tangan manusia, baik melalui cara mekanik, obat atau cara
lainnya.
Demikian antara lain pengertian aborsi atau pengguguran
kandungan, baik pengertian menurut ilmu kedokteran, pengertian umum,
maupun pengertian menurut ilmu hukum, bahwa pengguguran kandungan
19
&uryono 1kototama, dkk),+p)5it), halaman 09.
1@
"usmaryanto, &'(., Kontroversi Aborsi. )(akarta* P+. ,ramedia -idiasarana Indonesia.
$..$/, halaman $.0.
1@
itu adalah suatu perbuatan yang sengaja dilakukan atau dilakukan sebelum
waktunya.
+. Jeni$5'eni$ Abor$i
Proses abortus dapat berlangsung dengan cara*
1. &pontanBalamiah )terjadi secara alami, tanpa tindakan apapun/E
$. 6uatanBsengaja )aborsi yang dilakukan secara sengaja/E
8. +erapeutikBmedis )aborsi yang dilakukan atas indikasi medis karena
terdapatnya suatu permasalahanBkomplikasi/.
-:
,br) ) Kategorisasi Abortus
4bortus secara medis dapat dibagi menjadi dua macam*
1<
Lilien 1ka 'handra, 0oc)5it)
1<
A(ortu%
A(ortu% %&ontan"u% A(ortu% &ro)o*atu%
A(ortu% &ro)o'atu%
m"+i'ina!i%
A(ortu% &ro)o'atu%
'rimina!i%
1) A(ortu% %&ontan"ou%, adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului
!aktor-!aktor mekanis ataupun medicinalis semata-mata disebabkan
oleh !aktor alamiah. %ustam =ochtar dalam =uhdiono menyebutkan
macam-macam aborsi spontan*
15

a. A(ortu% 'om&!"t"%, )keguguran lengkap/ artinya seluruh hasil
konsepsi dikeluarkan sehingga rongga rahim kosong.
b. A(ortu% in*o&!"tu%, )keguguran bersisa/ artinya hanya ada sebagian
dari hasil konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah deci
dua dan plasenta
c. A(ortu% imin"n, yaitu keguguran yang membakat dan akan terjadi
dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan
memberikan obat-obat hormonal dan anti pasmodica
d. Mi%%"+ a(ortion, keadan di mana janin sudah mati tetapi tetap
berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau
lebih.
e. A(ortu% ,a(itu!i% atau keguguran berulang adalah keadaan dimana
penderita mengalami keguguran berturut-turut 0 kali atau lebih.
!. A(ortu% inf"*%iou% dan a(ortu% %"&ti', adalah abortus yang disertai
in!eksi genital.
15
%ustam =uchtar dalam =uhdiono, 4borsi =enurut 7ukum Islam )Perbandingan
=adLab &ya!iIi dan 7ana!i/, Skripsi, )2ogyakarta* 3I?, $..$/, halaman $11.
15
,br)6) 'acam-macam abortus spontaneus
"ehilangan janin tidak disengaja biasanya terjadi pada kehamilan
usia muda )satu sampai dengan tiga bulan/. Ini dapat terjadi karena
penyakit antara lain* demamE panas tinggiE ginjal +6', &ipilis atau karena
kesalahan genetik. Pada aborsi sepontan tidak jarang janin keluar dalam
keadaan utuh.
1A
"adangkala kehamilan seorang wanita dapat gugur
dengan sendirinya tanpa adanya suatu tindakan ataupun perbuatan yang
disengaja. 7al ini sering disebut dengan keguguran atau aborsi spontan.
Ini sering terjadi pada ibu-ibu yang masih hamil muda, dikarenakan suatu
akibat yang tidak disengaja dan diinginkan atupun karena suatu penyakit
yang dideritanya. Dalam usia yang sangat muda keguguran dapatsaja
terjadi, misalnya karena akti#itas ibu yang mengandung terlalu berlebihan,
1A
2ayasan Pengembangan Pedesaan, Kese(atan #eproduk%i, cet. 1 )=alang* Danar -ijaya,
1AA</, halaman 1;1.
1A
Abortus
infeksious dan
abortus septic
Abortus
(abitulis
'issed
abortion
Abortus
iminen
Abortus
inkopletus
Abortus
completes
Abortus
Spontaneus
stress berat, berolahraga yang membahayakan keselamatan janin seperti
bersepeda dan sebagainya.
$. A(ortu% &ro)o*atu%, adalah aborsi yang disengaja baik dengan
memakai obat-obatan maupun alat-alat.
Aborsi provocatus merupakan istilah lain yang secara resmi
dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Ini adalah suatu
proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk
bertumbuh. =enurut 7act Abortion, Info Kit on 8omen/s Healt( ole(
Institute 7or Social, Studies anda Action, =aret 1AA1, dalam istilah
kesehatan aborsi dide!enisikan sebagai penghentian kehamilan
setelah tertanamnya telur )ovum/ yang telah dibuahi rahim )uterus/,
sebelum janin )fetus/ mencapai $. minggu.
$.
Di Indonesia belum ada
batasan resmi mengenai pengguguran kandungan )aborsi/. aborsi
dide!enisikan sebagai terjadinya keguguran janinE melakukan aborsi
sebagai melakukan pengguguran )dengan sengaja karena tidak
mengiginkan bakal bayi yang dikandung itu/
$1

4da beberapa istilah untuk menyebut keluarnya konsepsi
atau pembuahan sebelum usia kehamilan $. minggu yang biasa
disebut aborsi )abortion/, di antaranya* 4bortion criminalis, yaitu
pengguguran kandungan secara bertentangan dengan hukumE 4bortion
$.
httpBB*www.lbh-apik.or.idB!act-0$.htm, Aborsi %an Hak Atas Pela2anan Kese(atan,
diakses +anggal $$ 4pril $.1..
$1
(s, 6adudu, dan &ultan =ohamad Cair, Kamus 9mum Ba(asa Indonesia, )(akarta*
Pustaka &inar 7arapan, 1AA@/, halaman 19.
$.
4ugenic, yaitu pengguguran kandungan untuk mendapat keturunan
yang baikE 4bortion inducedB provoked: provocatus, yaitu
pengguguran kandungan karena disengajaE 4bortion ;atural, yaitu
pengguguran kandungan secara alamiahE 4bortion Spontaneous, yaitu
pengguguran kandungan secara tidak disengajaE dan 4bortion
$(erapeutic, yaitu pengguguran kandungan dengan tujuan untuk
menjaga kesehatan sang ibu.
$$
4borsi yang dilakukan secara sengaja )abortus provocatus/
ini terbagi menjadi dua*
a. A(ortu% &ro)o'atu% m"+i'ina!i%, adalah aborsi yang dilakukan oleh
dokter atas dasar indikasi medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak
diambil akan membahayakan jiwa ibu.
Abortus provokatus medisinalis:artificialis:t(erapeuticus
adalah aborsi yang dilakukan dengan disertai indikasi medis. Di
Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medis adalah demi
menyelamatkan nyawa ibu. 4dapun syarat-syarat yang ditentukan
sebagai indikasi medis adalah*
1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
keahlian dan kewenangan untuk melakukannya )yaitu
seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan/
sesuai dengan tanggung jawab pro!esi.
2. 7arus meminta pertimbangan tim ahli )ahli medis lain,
agama, hukum, psikologi/.
$$
Lukman 7akim ?ainggolan, 4spek 7ukum terhadap 4bortus Pro#ocatus dalam
Perundang-undangan di Indonesia, *urnal 4<ualit2, Hol.11 ?o. $, 4gustus $..@,halaman A@-A<.
$1
0. 7arus ada persetujuan tertulis dari penderita atau
suaminya atau keluarga terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki
tenagaBperalatan yang memadai, yang ditunjuk oleh
pemerintah.
9. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.
$0
Dalam praktek di dunia kedokteran, abortus provocatus
medicinalis juga dapat dilakukan jika anak yang akan lahir
diperkirakan mengalami cacat berat dan harapan hidupnya tipis,
misalnya janin menderita kelainan ectopia kordis )janin akan
dilahirkan tanpa dinding dada, sehingga terlihat jantungnya/,
rakiskisis )janin akan dilahirkan dengan tulang punggung terbuka
tanpa ditutupi kulit kulit maupun anensefalus )janin akan dilahirkan
tanpa otak besar/.
$;
b. A(ortu% &ro)o'atu% 'rimina!i%, adalah aborsi yang terjadi oleh
karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan
indikasi medis, sebagai contoh aborsi yang dilakukan dalam rangka
melenyapkan janin sebagai akibat hubungan seksual di luar
perkawinan.
&ecara umum pengertian abortus provokatus kriminalis
adalah suatu kelahiran dini sebelum bayi itu pada waktunya dapat
$0
4spek 7ukum dan =edikolegal 4bortus Po#ocatus 'riminalis, (ttp:::situs)kerespro)info,
diakses tanggal 1$ 4pil $.1..
$;
?jowito 7amdani, Ilmu Kedokteran Ke(akiman, 1disi "edua, )(akarta* ,ramedia
Pustaka 3tama* 1AA$/, halaman $19.
$$
hidup sendiri di luar kandungan. Pada umumnya janin yang keluar
itu sudah tidak bernyawa lagi.
$9
&edangkan secara yuridis abortus
provokatus kriminalis adalah setiap penghentian kehamilan
sebelum hasil konsepsi dilahirkan, tanpa memperhitungkan umur
bayi dalam kandungan dan janin dilahirkan dalam keadaan mati
atau hidup.
6ertolak pada pengertian di atas, dapatlah diketahui bahwa
pada abortus provocatus ini ada unsur kesengajaan. 4rtinya, suatu
perbuatan atau tindakan yang dilakukan agar kandungan lahir
sebelum tiba waktunya. =enurut kebiasaan maka bayi dalam
kandungan seorang wanita akan lahir setelah jangka waktu A bulan
1. hari. 7anya dalam hal tertentu saja seorang bayi dalam
kandungan dapat lahir pada saat usia kandungan baru mencapai <
bulan atupun 5 bulan. Dalam hal ini perbuatan aborsi ini biasanya
dilakukan sebelum kandungan berusia < bulan. =enurut pengertian
kedokteran yang dikemukakan oleh Lilien 1ka 'handra, aborsi
)baik keguguran maupun pengguguran kandungan/ berarti
terhentinya kehamilan yang terjadi di antara saat tertanamnya sel
telur yang sudah )blastosit/ dirahim sampai kehamilan $5 minggu.
6atas $5 minggu dihitung sejak haid terakhir itu diambil karena
$9
&ri &etyowati, 'asala( Abortus Kriminalis di Indonesia dan Hubungann2a dengan
Keluarga Berencana %itin=au dari Kitab 9ndang-9ndang Hukum Pidana, )(akarta* +P, $..$/,
halaman AA dan $$.
$0
sebelum $5 minggu, janin belum dapat hidup )#iable di luar
rahim/.
$@
>rekuensi terjadinya aborsi di Indonesia sangat sulit
dihitung secara akurat karena banyaknya kasus aborsi
buatanBsengaja yang tidak dilaporkan. 6erdasarkan perkiraan dari
6"6?, ada sekitar $ juta kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya.
Pada penelitian di 4merika &erikat terdapat 1,$ K 1,@ juta aborsi
yang disengaja dalam 1. tahun terakhir dan merupakan pilihan
wanita 4merika untuk kehamilan yang tidak diinginkan. &ecara
keseluruhan, di seluruh dunia, aborsi adalah penyebab kematian
yang paling utama dibandingkan kanker maupun penyakit
jantung.
$<

8. Metode Abor$i
+indakan aborsi mengandung risiko yang cukup tinggi, apabila
dilakukan tidak sesuai standar pro!esi medis. 6erikut ini berbagai cara
melakukan aborsi yang sering dilakukan*
)1/ =anipulasi !isik, yaitu dengan cara melakukan pijatan pada
rahim agar janin terlepas dari rahim. 6iasanya akan terasa
sakit sekali karena pijatan yang dilakukan dipaksakan dan
berbahaya bagi oragan dalam tubuhE
$@
Lilien 1ka 'handra, 0oc)5it)
$<
http*BBwww.rajawana.comBartikel.htmlB$$<-aborsi.pd!.htm, diakses 1 =aret $.1..
$;
)$/ =enggunakan berbagai ramuan dengan tujuan panas pada
rahim. %amuan tersebut seperti nanas muda yang dicampur
dengan merica atau obatobatan keras lainnyaE
)0/ =enggunakan alat bantu tradisional yang tidak steril yang
dapat mengakibatkan in!eksi. +indakan ini juga
membahayakan organ dalam tubuh.
$5
,br) 6 Beberapa metode aborsi >Sumber: 9tomo, B), 6!!!.
4dapun alasan mereka melakukan tindakan aborsi tanpa
rekomendasi medis adalah*
)1/ Ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah. Perlu dipikirkan
oleh pihak sekolah bagaimana supaya tetap dipertahankan
sekolah meski sedang hamil kalau terlanjurE)$/ 6elum siap
menghadapi orang tua atau memalukan orang tua dan
keluarga. 7al ini juga perlu legawa orang tua karena
psikologis anak sangat besarE
)0/ =alu pada lingkungan sosial dan sekitarnyaE
);/ 6elum siap baik mental maupun ekonomi untuk menikah dan
mempunyai anakE
)9/ 4danya aturan dari kantor bahwa tidak boleh hamil atau
menikah sebelum waktu tertentu karena terikat kontrakE dan
$5
Ibid.
$9
)@/ +idak senang pasangannya karena korban perkosaan.
$A
4borsi yang dilakukan secara sembarangan sangat
membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil bahkan sampai
berakibat pada kematian. Perdarahan yang terus menerus serta in!eksi yang
terjadi setelah tindakan aborsi merupakan sebab utama kematian wanita
yang melakukan aborsi. &elain itu aborsi berdampak pada kondisi
psikologis dan mental seseorang dengan adanya perasaan bersalah yang
menghantui mereka. Perasaan berdosa dan ketakutan merupakan tanda
gangguan psikologis.
6eberapa akibat yang dapat timbul akibat perbuatan aborsi, yaitu*
)1/ Pendarahan sampai menimbulkan s(ock dan gangguan
neurologisBsyara! di kemudian hari, akibat lanjut perdarahan
adalah kematianE
)$/ In!eksi alat reproduksi yang dilakukan secara tidak steril.
4kibat dari tindakan ini adalah kemungkinan remaja
mengalami kemandulan di kemudian hari setelah menikahE
)0/ %isiko terjadinya ruptur uterus )robek rahim/ besar dan
penipisan dinding rahim akibat kuretasi. 4kibatnya dapat
juga kemandulan karena rahim yang robek harus diangkat
seluruhnyaE
);/ +erjadinya !istula genital traumatis, yaitu timbulnya suatu
saluran yang secara normal tidak ada yaitu saluran antara
genital dan saluran kencing atau saluran pencernaan.
0.
$A
Ibid.
0.
Ibid.
$@
%esiko komplikasi atau kematian setelah aborsi legal sangat kecil
dibandingkan dengan aborsi ilegal yang dilakukan oleh tenaga yang tak
terlatih. 6eberapa penyebab utama resiko tersebut antara lain* Pertama,
sepsis yang disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap, sebagain atau
seluruh produk pembuahan masih tertahan dalam rahim. (ika in!eksi ini
tidak segera ditangani akan terjadi in!eksi yang menyeluruh sehingga
menimbulkan aborsi septik, yang merupakan komplikasi aborsi ilegal yang
!atal. Kedua, perdarahan. 7al ini sebebakan oleh aborsi yang tidak
lengkap, atau cedera organ panggul atau usus. Ketiga, e!ek samping telur/
yang menyebabkan kemandulan.
01

,br) ?) Bebarapa faktor pen2ebab kematian Ibu >sbr), +ut 0ook, @@@.
=enurut &o!wan Dahwan dalam =uhdiono, ada beberapa metode
abortus pro#okatus kriminalis yang dapat dilakukan sendiri atau dilakukan
oleh orang lain, dengan cara sebagai berikut*
31
1rica %oyston dan &ue 4rnstrong )1ds/, Preventing 'aternal %eat(s, +erj. %> =aulany,
1AA;, Pencegahan "ematian Ibu 7amil, )(akarta* 6inaputra 4ksara/, halaman 1$$-1$0.
$<
1. =enggunakan kekerasan umum >general violence.. yaitu
dengan melakukan keggiatan !isik yang berlebihan , misalnya
lari-lari.
$. =enggunakan kekerasan lokal >local violence., yaitu
dilakukan tanpa menggunakan alat, misalnya memijat perut
bagian bawahE dengan menggunakan alat medis , misalnya
tang kuretE menggunakan alat-alat non medis, misalnya kawatE
menggunakan Lat-Lat kimia, misalnya larutan -ink c(loride)
0. =enggunakan obet-obatan obortifisien, seperti obat emetika
dan obat omenagoga atau obat pelancar haid.
;. =enggunakan obat-obat ec(olica atau perangsang otot-otot
rahim, seperti kinina.
0$
Ditinjau dari segi usia kehamilan, abortus provocatus medicinalis
dibedakan menjadi 0 )tiga/ yaitu*
00
1. 4borsi pada triwulan pertama sampai dengan 1$ minggu. Pada
kehamilan sampai batas < minggu pengeluaran isi rahim dilakukan
dengan kuret tajam, agar o#um kecil tidak tertinggal, maka o#um uteri
dikerok seluruhnya. 4pabila kehamilan melebihi @ sampai < minggu
digunakan kuret tumpul sebesar yang dapat dimasukkan. &etelah hasil
konsepsi sebagian besar lepas dari dinding uterus maka hasil tersebut
dapat dikeluarkan dengan cunam abortuis dan kemudian dilakukan
kerokan hati-hati dengan kuret tajam yang cukup besar, apabila
diperlukan dimasukkan tampon kedalam uteri dan #agina yang akan
dikeluarkan esok harinya.
0$
=uhdiono, 4borsi =enurut 7ukum Islam )Perbandingan =adLab &ya!iIi dan 7ana!i/,
&kripsi, 2ogyakarta, $..$, halaman $0.
00
2ayasan Pengembangan Pedesaan, "esehatanM, +p) 5it., halaman 1;$-1;0.
$5
$. 4bortus pada kehamilan 1$ sampai 1@ minggu. 4borsi dilakukan
dengan menggunakan perpaduan antara dilatasi, kuret dan pengisapan.
6ahaya dari cara ini adalah terbentuknya luka-luka yang menimbulkan
pendarahan.
0. 4bortus pada triwulan kedua )"ehamilan sampai 1@ minggu/, dilakukan
dengan menimbulkan kontraksi-kontraksi uterus supaya janin dan
plasenta dapat dilahirkan secara spontan. 'ara yang dilakukan adalah
dengan melakukan esantasi )pembiusan lokal/.
;. .ator53ator Penyebab Ter'adinya A(ortu% Pro)o'atu%
=eski demikian, secara kritis bisa ditarik generalisasai bahwa
aborsi dilakukan tidak hanya dikarenakan kehamilan di luar perkawinan
)kehamilan pranikah, dilakukan gadis/, tetapi juga terjadi di dalam
perkawinan, oleh perempuan yang berstatus istri. 6aik abortus dikarenakan
kehamilan di luar perkawinan ataupun dalam perkawinan keduanya
memiliki beberapa alasan yang berbeda, dan keduanya merupakan
!enomena terselubung yang cenderung ditutupi oleh pelakunya. +abel 1
berikut memberikan gambaran beberapa alasan aborsi.
0;
$abel) *enis:Alasan Aborsi
0;
&ur#ei Demogra!i "esehatan Indonesia $..0, 7artono 7adisaputro, 4borsi dan
Perlindungan 7ak %eproduksi Perempuan, 'akala(, disampaikan dalam Diskusi Publik 4borsi
dan Perlindungan 7ak %eproduksi Perempuan, diselenggarakan atas "erjasama antara =agister
7ukum "esehatan dan P"6I -ilayah (awa +engah, )&emarang, 0. (anuari $.1./, halaman $.
$A
Jeni$*Ala$an Melauan Abortu$ <
Abortus Spontaneous $9
Abortus Provokatus $erapikus 1.
Abortus Spontaneous Kriminalis 5
=alu, takut 19
&udah memiliki anak, tidak ingin hamil lagi ;.
6elum ingin memiliki anak 9
Disuruh suami 1
Abortus provocatus berkembang sangat pesat dalam masyarakat
Indonesia, hal ini disebabkan banyaknya !actor yang memaksa pelaku
dalam masyarakat untuk melakukan hal tersebut. Pelaku merasa tidak
mempunyai pilihan lain yang lebih baik selain melakukan tindakan yang
tidak sesuai dengan hukum dan moral yaitu melakukan aborsi. 6erikut ini
disebutkan beberapa !aktor yang mendorong pelaku dalam melakukan
tindakan abortus provocatus menurut 1kotama, yaitu*
a) "ehamilan sebagai akibat hubungan kelamin di luar perkawinan.
Pergaulan bebas dikalangan anak muda menyisakan satu problem yang
cukup besar. 4ngka kehamilan di luar nikah meningakat tajam. 7al ini
disebabkan karena anak muda Indonesia belum begitu mengenal arti
pergaulan bebas yang aman, kesadaran yang amat rendah tentang
kesehatan. =inimnya pengetahuan tentang reproduksi dan kontrasepsi
maupun hilangnya jati diri akibat terlalu berhaluan bebas seperti
negara-negara barat tanpa dasar yang kuat )sekedar tiru-tiru saja/.
7amil di luar nikah jelas merupakan suatu aib bagi wanita yang
bersangkutan, keluarganya maupun masyarakat pada umumnya.
0.
=asyarakat tidak menghendaki kehadiran anak haram seperti itu di
dunia. 4kibat adanya tekanan psikis yang diderita wanita hamil
maupun keluarganya, membuat mereka mengambil jalan pintas untuk
menghilangkan sumberBpenyebab aib tadi, yakni dengan cara
menggugurkan kandungan.
b/ 4lasan-alasan sosio ekonomis. "ondisi masyarakat yang miskin
)jasmani maupun rohani/ biasanya menimbulkan permasalahan yang
cukup kompleks. "arena terhimpit kemiskinan itulah mereka tidak
sempat memperhatikan hal-hal lain dalam kehidupan mereka yang
bersi!at sekunder, kecuali kebutuhan utamanya mencari na!kah. 6anyak
pasangan usia subur miskin kurang memperhatikan masalah-masalah
reproduksi. =ereka tidak menyadari kalau usia subur juga
menimbulkan problem lain tanpa alat-alat bukti kontrasepsi. "ehamilan
yang terjadi kemudian tidak diinginkan oleh pasangan yang
bersangkutan dan diusahakan untuk digugurkan dengan alasan mereka
sudah tidak mampu lagi membiayai seandainya anggota mereka
bertambah banyak.
c/ 4lasan anak sudah cukup banyak. 4lasan ini sebenarnya berkaitan juga
dengan sosio-ekonomi di atas. +erlalu banyak anak sering kali
memusingkan orang tua. 4palagi jika kondisi ekonomi keluarga mereka
pas-pasan. 4da kalanya jika terlanjur hamil mereka sepakat untuk
menggugurkan kandungannya dengan alasan sudah tidak mampu
mengurusi anak yang sedemikian banyaknya. Dari pada si anak yang
01
akan dilahirkan nanti terlantar dan hanya menyusahkan keluarga
maupun orang lain, lebih baik digugurkan saja.
d/ 4lasan belum mampu punya anak. 6anyak pasangan-pasangan muda
yang tergesa-gesa menikah tanpa persiapan terlebih dahulu. 4kibatnya,
hidup mereka pas-pasan, hidip menumpang mertua, dsb. Padahal salah
satu konsekuensi dari perkawinan adalah lahirnya anak. Lahirnya anak
tentu saja akan memperberat tanggung jawab orang tua yang masih
kerepotan mengurusinya hidupnya sendiri. 8leh karena itu, mereka
biasanya mengadakan kesepakatan untuk tidak mempunyai anak
terlebih dahulu dalam jangka waktu tertentu. (ika terlanjur hamil dan
betul-betul tidak ada persiapan untuk menyambut kelahiran sang anak,
mereka dapat menempuh jalan pintas dengan cara menggugurkan
kandungannya. 7arapannya, dengan hilangnya embrioBjanin tersebut,
dimasa-masa mendatang mereka tak akan terbebani oleh kehadiran anak
yang tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk
merawatnya sampai besar dan menjadi orang.
e/ "ehamilan akibat perkosaan. Perkosaan adalah pemaksaan hubungan
kelamin )persetubuhan/ seorang pria kepada seorang wanita.
"onsekuensi logis dari adanya perkosaan adalah terjadinya kehamilan.
"ehamilan pada korban ini oleh seorang wanita korban perkosaan yang
bersangkutan maupun keluarganya jelas tidak diinginkan. Pada kasus
seperti ini, selain trauma pada perkosaan itu sendiri, korban perkosaan
juga mengalami trauma terhadap kehamilan yang tidak diinginkan.hal
0$
inilah yang menyebabkan si korban menolak keberadaan janin yang
tumbuh di rahimnya. (anin dianggap sebagai objek mati, yang pantas
dibuang karena membawa sial saja. (anin tidak diangap sebagai bakal
manusia yang mempunyai hak-hak hidup. )1kotama, $..1/.
Pengguguran kandungan yang terjadi dewasa ini lebih banyak
didasarkan pada alasan sosiologis dibandingkan dengan alasan-alasan
medis. 4lasan-alasan sosiologis ini dilarang dan termasuk perbuatan
pidana yaitu abortus pro#okatus kriminalis yang diancam hukuman
pidana.
4pabila dijabarkan, ada beberapa alasan yang digunakan oleh
wanita dalam menggugurkan kandungannya baik legal maupun illegal
yang disebabkan karena tidak menginginkan untuk meneruskan kehamilan
sampai melahirkan. 4lasan-alasan tersebut sebagaimana tulisan Dewi
?o#ita dalam bukunya Aborsi menurut Petugas Kese(atan dan tulisan
2ayah 'hisbiyah, dkk, dalam bukunya Ke(amilan 2ang tidak dike(endaki,
sebagai berikut*
09
1. 4lasan kesehatan, yaitu apabila ada indikasi #ital yang terjadi pada
masa kehamilan, apabila diteruskan akan mengancam dan
membahayakan jiwa si Ibu dan indikasi medis non #ital yang terjadi
pada masa kehamilan dan berdasar perkiraan dokter, apabila diteruskan
akan memperburuk kesehatan !isik dan psikologis ibu. &elain itu juga
09
Dewi ?o#ita, Aborsi menurut Petugas Kese(atan )2ogyakarta* PPP"-3,=, 1AA</,
halaman 1@-$.. Lihat juga dalam 2ayah 'hisbiyah, dkk, Ke(amilan Aang $idak %ike(endaki,
)2ogyakarta* PPP"-3,=, 1AA</, halaman ;<.
00
didasarkan pada alasan kesehatan janin uyaitu untuk menghindari
kemungkina melahirkan bayi cacat !isik maupun mental, walaupun
alasan ini belum bisa diterima sebagai dasar pertimbangan medis.
$. 4lasan sosial, tidak seluruhnya kehamilan perempuan merupakan
kehamilan yang dikehendaki, artinya ada kehamilan yang tidak
dikehendaki dengan alasan anak sudah banyak, hamil diluar nikah
sebagai akibat pergaulan bebas, hamil akibat perkosaan atau incest,
perselingkuhan dan sebagainya. Perempuan yang mengalami kehamilan
yang tidak dikehendaki berusaha agar kehamilannya gugur baik melalui
perantara medis )dokter/ maupun abortir gelap meskipun dengan resiko
tinggi. 7asil penelitian tentang kehamilan yang tidak dikehendaki
didasarkan pada alasan-alasan melakukan aborsi dari alasan yang
terkuat sampai terlemah yaitu* ingin terus melanjutkan sekolah atau
kuliah, takut pada kemarahan orang tua, belum siap secara mental dan
ekonomi untuk menikah dan mempunyai anak , malu pada lingkungan
sosial bila ketahuan hamil sebelum menikah, tidak mencintai pacar
yang menghamili, hubungan seks terjadi karena iseng, tidak tahu status
anak nantinya karena kehamilan terjadi akibat perkosaan apalagi
apabila pemerkosa tidak dikenal.
0. 4lasan ekonomi, peningkatan kesempatan kereja terutama bagi kaum
perempuan juga dianggap !aktor yang akan mempengaruhi
peningkatan aborsi, perkembangan ekonomi menuju ekonomi industri
melalui ekonomi manu!acur akan secara cepat meningkatkan jumlah
0;
perempuan muda diserap sebagai tenaga kerja, juga mengikuti
pendidikan lebih tinggi. "onsekuensinya penundaan perkawinan
terjadi, padahal secara biologis mereka sudah beranjak pada masa
seksual akti!. 7ubungan seks di luar nikah akan meningkat, terutama
karena dipicu oleh sarana hioburan, media !ilm yang menawarkan
kehidupan seks secara #ulgar. 4borsi juga dianggap sebagai pilihan
yang tepat karena adanya kontrak kerja untuk tidak hamil selama dua
tahun pertama kerja dan apabila tidak aborsi resikonya adalah dipecat
dari pekerjaan. 4lasan ketidaksiapan ekonomi juga seringkali menjadi
pertimbangan bagi perempuan berkeluarga yang tidak menghendaki
kehamilannya untuk melakukan aborsi, seperti kegagalan "6,
pendapatan rendah yang tidak mencukupi untuk menanggung biaya
hidup.
;. 4lasan keadaan darurat )memaksa/, kehamilan akibat perkosaan.
"ehamilan yang terjadi sebagai akibat pemaksaan )perkosaan/
hubungan kelamin )persetubuhan/ seorang laki-laki terhadap
perempuan.
4dapun alasan yang terakhir ini, yaitu alasan keadaan darurat
)memaksa/ berupa kehamilan akibat perkosaan sebagai alasan untuk
melakukan aborsi adalah merupakan !okus dan objek dalam penelitian ini,
dan akan dianalisa lebih lanjut dalam bab hasil penelitian dan pembahasan.
09
B. Re&ula$i A(ortu% Pro)o'atu% dala% Peraturan Perundan&5undan&an
Indone$ia
Pengaturan tentang abortus provocatus terdapat dalam "itab 3ndang-
3ndang 7ukum Pidana )"37P/ yang berlaku sebagai hukum pidana umum
)0e3 ,enerale/, dan juga dalam 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang
"esehatan yang menggantikan 3ndang-3ndang ?o. $0 +ahun 1AA$, dan
berlaku sebagai hukum pidana khusus )0e3 Speciale/. 6erikut ini adalah
pengaturan tentang abortus provocatus yang terdapat dalam kedua peraturan
perundang-undangan tersebut.
1. Re&ula$i A(ortu% Pro)o'atu% dala% /itab "ndan&5"ndan& Huu%
Pidana 6/"HP7
Dalam "itab 3ndang- 3ndang 7ukum Pidana )"37P/ tindakan
pengguguran kandungan yang disengaja )abortus provocatus/ diatur dalam
6uku kedua 6ab NIH tentang "ejahatan "esusilaan khususnya Pasal $AA,
dan 6ab NIN Pasal 0;@ sampai dengan Pasal 0;A, dan digolongkan ke
dalam kejahatan terhadap nyawa. 6erikut ini adalah uraian tentang
pengaturan abortus provocatus yang terdapat dalam pasal-pasal tersebut*
0@
Bab =I0 /"HP:
0@
=oeljatno, Kitab 9ndang-9ndang Hukum Pidana, )(akarta* 6ina 4ksara, 1AA./,
halaman 1;5-1;A.
0@
Pa$al ++)
)1/. 6arang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau
ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat
digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun atau denda palig banyak tiga ribu rupiah.
)$/. (ika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan,
atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau
kebiasaan, atau jika dia seorang dokter, bidan atau juru obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga.
)0/. (ika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam
menjalankan pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk
melakukan pencarian itu.
Dari rumusan Pasal $AA "37P tersebut, dapat diuraikan unsur-
unsur tindak pidana adalah sebagai berikut *
1. &etiap orang yang sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari pengobatan
tersebut kehamilannya dapat digugurkan, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling
banyak tiga ribu rupiah.
0<
2. &eseorang yang sengaja menjadikan perbuatan mengobati
seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati dengan
harapan dari pengobatan tersebut kehamilannya dapat
digugurkan dengan mencari keuntungan dari perbuatan tersebut
atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau
kebiasaan, maka pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. (ika perbuatan mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut
kehamilannya dapat digugurkan itu dilakukan oleh seorang
dokter, bidan atau juru obat maka hak untuk berpraktek dapat
dicabut.
Bab =I0 /"HP:
a. Pa$al 8;9 /"HP :
&eorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
b. Pa$al 8;: /"HP :
)1/ 6arang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
05
)$/ (ika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
c. Pa$al 8;( /"HP:
)1/ 6arang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
)$/ (ika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
d. Pa$al 8;) /"HP :
(ika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan berdasarkan pasal 0;@, ataupun membantu melakukan
salah satu kejahatan dalam pasal 0;< dan 0;5, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga dan
dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana
kejahatan dilakukan.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut di atas dapat diuraikan unsur-
unsur tindak pidana adalah sebagai berikut *
1. &eorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia
menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun penjara.
0A
2. &eseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil,
dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman
penjara 1$ tahun, dan jika ibu hamil tersebut mati, diancam 19
tahun penjara.
3. (ika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 9,9
tahun penjara dan bila ibu hamilnya mati diancam hukuman <
tahun penjara.
4. (ika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus
tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat )tenaga kesehatan/
ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk
berpraktek dapat dicabut.
P.4.>. Lamintang memberi penjelasan terhadap pasal-pasal
tersebut sebagai berikut*
0<
a. Pengguguran anak dari kandungan hanyalah dapat dihukum, jika anak
yang berada dalam kandungan itu selama dilakukan usaha
pengguguran berada dalam keadaan hidup. 3ndang-undang tidak
mengenal anggapan hukum yang dapat memberi kesimpulan bahwa
anak yang berada di dalam kandungan itu berada dalam keadaan hidup
ataupun mempunyai kemungkinan tetap hidup. )7.%. 1 ?opember
15A<. -.<.05/.
b. 3ntuk pengguguran yang dapat dihukum, disyaratkan bahwa anak yang
berada dalam kandungan itu selama dilakukan usaha pengguguran
kandungan berada dalam keadaan hidup. +idak perlu bahwa anak itu
menjadi mati karena usaha pengguguran tersebut. "enyataan bahwa
anak itu dilahirkan dalam keadaan selamat, tidaklah menghapus bahwa
kejahatan itu selesai dilakukan. 3ndang-undang tidak membedakan
0<
P.4.>. Lamintang, Hukum Pidana Indonesia, )6andung* &inar 6aru, 1AA./, halaman $.@.
;.
antara berkurang atau lebih lancarnya pertumbuhan anak yang hidup
didalam kandungan melainkan menetapkan pemisahan dari tubuh si ibu
yang tidak pada waktunya sebagai perbuatan yang dapat dihukum.
)7.%. 1$ 4pril 15A5. -. <110/.
c. Disyaratkan bahwa anak yang berada di dalam kandungan itu hidup dan
si pelaku mempunyai kesengajaan untuk menggugurkan anak yang
berada di dalam keadaan hidup itu. Dianggap bahwa kesengajaan itu
ada, apabila selama proses kelahiran anak itu berada dalam keadaan
hidup dan si pelaku diliputi oleh anggapan bahwa demikianlah halnya.
)7.%. $A (uli 1A.<. -. 595./.
d. 4lat-alat pembuktian yang disebutkan oleh hakim didalam putusannya
haruslah dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa wanita itu hamil dan
mengandung anak yang hidup dan bahwa tertuduh mempunyai maksud
untuk dengan sengaja menyebabkan gugur atau meninggalnya anak
tersebut. )7.%. $. Desember 1A;0, 1AA; ?o. $0$/.

Dari ketentuan Pasal 0;@-0;A "37P dapat diketahui, bahwa
aborsi menurut konstruksi yuridis peraturan perundang-undangan di
Indonesia yang terdapat dalam "37P adalah tindakan menggugurkan atau
mematikan kandungan yang dilakukan oleh seorang wanita atau orang
yang disuruh melakukan itu. -anita dalam hal ini adalah wanita hamil
yang atas kehendaknya ingin menggugurkan kandungannya, sedangkan
tindakan yang menurut "37P dapat disuruh lakukan untuk itu adalah
dokter, bidan atau juru obat.
2. Re&ula$i A(ortu% Pro)o'atu% dala% "ndan&5"ndan& No. 89 Tahun +,,)
tentan& /e$ehatan
;1
Dengan disahkannya 3ndang-3ndang ?omor 0@ +ahun $..A
tentang "esehatan yang menggantikan undang-undang kesehatan
sebelumnya yaitu 3ndang-3ndang ?omor $0 +ahun 1AA$, maka
permasalahan aborsi memperoleh legitimasi dan penegasan. &ecara
eksplisit, dalam undang-undang ini terdapat pasal-pasal yang mengatur
mengenai aborsi, meskipun dalam praktek medis mengandung berbagai
reaksi dan menimbulkan kontro#ersi diberbagai lapisan masyarakat.
=eskipun, undang-undang melarang praktik aborsi, tetapi dalam keadaan
tertentu terdapat kebolehan. "etentuan pengaturan aborsi dalam 3ndang-
3ndang ?omor 0@ +ahun $..A dituangkan dalam Pasal <9, <@ , <<, dan
Pasal 1A; . 6erikut ini adalah uraian lengkap mengenai pengaturan aborsi
yang terdapat dalam pasal-pasal tersebut*
Pa$al :>:
)1/ &etiap orang dilarang melakukan aborsi.
)$/ Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat )1/ dapat dikecualikan
berdasarkan*
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu danBatau janin,
yang menderita penyakit genetik berat danBatau cacat bawaan,
maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi
tersebut hidup di luar kandunganE atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.
)0/ +indakan sebagaimana dimaksud pada ayat )$/ hanya dapat
dilakukan setelah melalui konseling danBatau penasehatan pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
;$
);/ "etentuan lebih lanjut mengenai indikasi dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis kedaruratan
medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat )$/ dan
ayat )0/ diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pa$al :9:
4borsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal <9 hanya dapat dilakukan*
a. sebelum kehamilan berumur @ )enam/ mingguE
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki serti!ikat yang ditetapkan oleh menteriE
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutanE
d. dengan iLin suami, kecuali korban perkosaanE dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh =enteri.
Pa$al :::
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal <9 ayat )$/ dan ayat )0/ yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pa$al -);
&etiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal <9 ayat )$/
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1. )sepuluh/ tahun dan
denda paling banyak %p1............,.. )satu miliar rupiah/.
;0
Penjelasan Pasal <9 ayat )0/ 33 ?o. 0@ +ahun $..A tentang
"esehatan, menyatakan*
2ang dimaksud dengan konselor dalam ketentuan ini adalah
setiap orang yang telah memiliki serti!ikat sebagai konselor
melalui pendidikan dan pelatihan. 2ang dapat menjadi konselor
adalah dokter, psikolog, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
setiap orang yang mempunyai minat dan memiliki keterampilan
untuk itu.
05
&elanjutnya penjelasan Pasal << memberikan penjelasan sebagai berikut*
2ang dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak
aman, dan tidak bertanggung jawab adalah aborsi yang
dilakukan dengan paksaan dan tanpa persetujuan perempuan
yang bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
tidak pro!esional, tanpa mengikuti standar pro!esi dan pelayanan
yang berlaku, diskriminati!, atau lebih mengutamakan imbalan
materi dari pada indikasi medis.
0A
Pengguguran kandungan yang disengaja dengan melanggar
berbagai ketentuan hukum )abortus provocatus criminalis/ yang terdapat
dalam "37P menganut prinsip illegal tanpa kecuali dinilai sangat
memberatkan paramedis dalam melakukan tugasnya. Pasal tentang aborsi
yang diatur dalam "itab 3ndang-3ndang 7ukum Pidana juga
bertentangan dengan Pasal <9 ayat )$/ 33 ?o. 0@ +ahun $..A tentang
"esehatan, di mana pada prinsipnya tindakan pengguguran kandungan
atau aborsi dilarang )Pasal <9 ayat )1//, namun Larangan tersebut dapat
dikecualikan berdasarkan*
05
Penjelasan Pasal <9 ayat )0/ 33 ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan.
0A
Penjelasan Pasal << 33 ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan.
;;
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,
baik yang mengancam nyawa ibu danBatau janin, yang menderita
penyakit genetik berat danBatau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandunganE
atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.
=enurut "usumo yang dikutip dalam buku 1kotama,
menyatakan disini berlaku asas le3 posteriori derogate legi priori. 4sas ini
beranggapan bahwa jika diundangkan peraturan baru dengan tidak
mencabut peraturan lama yang mengatur materi yang sama dan keduanya
saling bertentangan satu sama lain, maka peraturan yang baru ini
mengalahkan atau melumpuhkan peraturan yang lama.
;.
Dengan demikian, Pasal <9 ayat )$/ 3ndang-3ndang ?o. 0@
+ahun $..A tentang "esehatan yang mengatur tentang abortus provocatus
medicinalis tetap dapat berlaku di Indonesia meskipun sebenarnya aturan
itu bertentangan dengan rumusan abortus provocatus criminalis menurut
"37P.
C. Tin'auan tentan& Tinda Pidana Pero$aan
-. Peru%u$an dan Pen&aturan Tinda Pidana Pero$aan
40
&uryono 1kotama, dkk., +p)5it), halaman <<.
;9
&alah satu kejahatan terhadap kesusilaan yang ada pada akhir-
akhir ini, banyak mendapat sorotan, adalah tindak pidana perkosaan.
=asalah perkosaan telah menjadi bahan pembicaraan, baik dikalangan
para ahli hukum, maupun di dalam masyarakat, atau di lingkungan para
wanita. Perhatian masyarakat mungkin, disebabkan karena tindak
kejahatan tersebut dilakukan dengan cara-cara yang keji, di luar
perikemanusiaan dan tidak berdiri sendiri. +indak pidana perkosaan
tersebut, tidak hanya ditujukan pada remaja atau wanita dewasa saja,
melainkan juga ditujukan terhadap anak-anak.
+indak pidana perkosaan walaupun sudah sejak lama ada, namun
hingga sekarang ini masih menimbulkan pro dan kontra atas
pengertiannya, serta cara penanggulangannya, terutama di negara-negara
maju. &ementara itu, kasus-kasus perkosaan akhir-akhir ini telah
menimbulkan reaksi sebagian masyarakat bahkan ketidakpuasan terhadap
sanksi pidana yang dijatuhkan. Dalam kata perkosaan tentu terbayang
kengerian, dan begitu kata perkosaan didengar, seketika itu pula timbul
rasa jijik dan benci disamping kasihan. 6enci kepada ulah pelaku dan
kasihan kepada nasib derita korban.
4da beberapa aspek yang menyebabkan perkosaan itu memiliki
arti yang mengerikan. 4spek-aspek tersebut bisa ditinjau dari segi yuridis
!ormal, segi teologis maupun dari segi sosiologis. "etiga aspek tersebut
;@
sangat mempengaruhi persepsi )pandangan/ masyarakat terhadap
perbuatan yang dinamakan perkosaan itu.
Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum )rechtsstaat/
dan bukan negara yang berdasar atas kekuasaan belaka )machtsstaat/.
Demikian bunyi butir pertama dari tuju sistem pemerintahan negara yang
terdapat dalam penjelasan umum 33D 1A;9. "onsekuensi logis dari
adanya prinsip di atas adalah segala sesuatu di muka bumi Indonesia harus
di atur oleh seperangkat peraturan perundang-undangan. +ujuannya
sebenarnya baik, yakni demi terwujudnya ketertiban umum untuk menuju
masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.
Peraturan perundang-undangan mengatur mengenai hak dan
kewajiban indi#idu sebagai warga negara. "ewajiban adalah segala
sesuatu yang harus dilakukan oleh setiap indi#idu dalam kehidupan sehari-
hari dan kedudukannya sebagai warga negara. 4dapun kewajiban utama
warga negara di sini adalah mentaati peraturan perundang-undangan yang
ada, tidak melakukan pelanggaran atas larangan-larangan yang ditetapkan
oleh negara. Dalam kaitannya dengan hak warga negara, peraturan
perundang-undangan memberikan berbagai batasan atau pelaksanaan hak-
hak pribadi warga negara agar tidak melanggar hak-hak pribadi orang lain.
8leh karena itu, peraturan perundang-undangan biasanya berisi aturan-
aturan yang bersi!at umum. larangan-larangan maupun aturan-aturan yang
bersi!at anjuran, yang harus ditaati oleh setiap penduduk Indonesia.
;<
"itab 3ndang-3ndang 7ukum pidana )"37P/ termasuk salah
satu peraturan perundang-undangan yang bersi!at imperati!, yaitu isinya
berupa larangan-larangan yang bersi!at umum dan siapapun yang
melanggar aturan-aturan tersebut diancam dengan sanksi pidana yang
tegas dan nyata. 2akni berupa pidana badan )pidana penjara/ dan dalam
hal ini adalah pelaku perbuatan pidana perkosaan.
%umusan perbuatan pidana perkosaan terdapat dalam 6uku ke II
6ab NIH "37P tentang kejahatan terhadap kesusilaan, khususnya pasal
$59. 4dapun rumusan selengkapnya pasal $59 "37P adalah sebagai
berikut * 6arangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar pernikahan,
diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun.
;1
=enurut 4ri! ,osita yang seringkali menjadi korban perkosaan
adalah wanita-wanita lemah mental, !isik, dan sosial dalam arti luassud .
;$
2ang dimaksud dengan lemah mental adalah kurang mampu berpikir,
membuat penilaian, pemilihan secara tepat dalam menghadapi persoalan
tertentu. &edangkan yang dimaksud dengan lemah !isik adalah kurang
mampu melawan karena keadaan tubuhnya, tidak mempunyai
keterampilan membela diri, tidak punya sarana melindungi diri, dan
mempenyai kecenderungan tertentu yang dapat menyebabkan perkosaan.
;1
=oeljatno, "itabM., +p)5it., halaman 1.9.
;$
4ri! ,osita, 'asala( Korban Ke=a(atan, )(akarta* 4kademika Pressindo, 1AA0/, halaman
10.
;5
&elanjutnya masih menurut 4ri! ,osita, korban perkosaan dapat dibagi
dalam tiga bagian, yaitu*
1. "orban murni * a. "orban pekosaan yang belum pernah berhu-
bungan )kenal/ dengan para pelaku.
b. "orban perkosaan yang pernah
berhubungan dengan pelaku.
$. "orban ganda, yaitu korban perkosaan yang mengalami
penderitaan selama perkosaan, penderitaan mental, !isik, dan
sosial.
0. "orban semu, yaitu korban perkosaan yang secara materil
menghendaki perbuatan itu dilakukan terhadap dirinya, baik
karena keinginannya sendiri maupun karena suruhan orang
lain.
;0
+. "n$ur5un$ur Tinda Pidana Pero$aan
6erdasarkan rumusan Pasal $59 "37P tentang tindak pidana
perkosaan seperti tersebut di atas, 4bdul -ahid membagi secara rinci
mengenai unsur-unsur obyekti! dari perbuatan pidana perkosaan sebagai
berikut *
1/. 6arang siapa E
$/. Dengan kekerasan E
0/. Dengan ancaman kekerasan E
;/. =emaksa E
9/. &eorang wanita )di luar perkawinan/ E dan
@/. 6ersetubuh.
;;
6erikut ini adalah uraian tentang unsur-unsur tindak pidana
perkosaan*
A+- .- Baran$ %ia&a
;0
Ibid)
;;
4bdul -ahid, Perlindungan $er(adap Korban Kekerasan Seksual >Advokasi Atas Hak
Asasi Perempuan., )6andung * %e!ika 4ditama,$..1/, halaman 1.A.
;A
=enurut 4bdul wahid, 2ang dimaksud dengan barang siapa
atau subjek di sini adalah orang atau manusia.
;9
(adi, unsur ini merupakan
unsur utama perbuatan pidana perkosaan yang menunjuk pada subyek
kejahatan atau pelaku kejahatan perkosaan.
perkosaan umumnya adalah pria. ?amun tidak setiap pria dapat
dituduh melakukan perbuatan pidana perkosaan terhadap seorang wanita.
8leh karena itu pengertian barang siapa di sini adalah pria yang
melakukan perbuatan yang memenuhi unsur-unsur pasal $59 "37P, yakni
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar pernikahan. 7anya pria dengan kuali!ikasi
seperti tersebut di atas, dapat dituduh sebagai pemerkosa.
A+- /- D"n$an K"*"ra%an
=enurut 4bdul -ahid, 2ang dimaksud dengan kekerasan
adalah kekuatan !isik atau perbuatan !isik yang menyebabkan orang lain
secara !isik tidak berdaya, tidak mampu melakukan perlawanan atau
pembelaan.
;@
3ndang-undang dalam hal ini "37P tidak memberikan
pengertian secara terperinci mengenai apa yang dimaksud dengan
kekerasan. Para hakim dalam prakteknya untuk memberikan pengertian
tentang kekerasan merujuk pada pengertian yang tercantum dalam pasal 5A
;9
Ibid., halaman 19.
;@
Ibid., halaman 11..
9.
"37P. Di dalam pasal 5A "37P, disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan kekerasan adalah membuat orang pingsan atau tidak berdaya
disamakan dengan menggunakan kekerasan.
;<
=eskipun demikian, kekerasan bisa dilakukan dengan cara
menganiaya korban dengan tangan kosong, seperti membenturkan kepala
korban ke lantai atau tembok, menampar pipi korban atau meninju
)memukul/ bagian tubuh korban yang lain untuk meniadakan
pemberontakan dari korban. 6isa juga dengan mengikat kaki korban
sebelum diperkosa atau melukai korban dengan senjata tajam.
A+- 0- D"n$an An'aman K"*"ra%an
4bdul -ahid berpendapat bahwa, 4ncaman kekerasan adalah
serangan psikis yang menyebabkan orang menjadi ketakutan sehingga
tidak mampu melakukan pembelaan atau perlawanan atau kekerasan yang
belum diwujudkan, tapi yang menyebabkan orang yang terkena tidak
mempunyai pilihan selain mengikuti kehendak orang yang mengancam
dengan kekerasan.
;5
=engenai unsur ini disyaratkan *
a/. 6ahwa ancaman itu harus diungkapkan dalam suatu keadaan
sedemikian rupa, sehingga dapat menimbulkan kesan pada orang yang
;<
=oeljatno, "itabM., +p) 5it., halaman 0@.
;5
4bdul -ahid, +p)5it., halaman 111.
91
diancam bahwa yang diancamkan itu benar-benar akan dapat merugikan
kebebasan pribadinya.
b/. 6ahwa maksud pelaku memang sengaja ditujukan untuk ancaman itu.
4ncaman kekerasan biasanya ditujukan lewat kata-kata atau bahasa
tubuh pelaku pemerkosaan. =isalnya pemerkosa mengeluarkan kata-
kata Diam "amuO, atau kalau melawan akan saya bunuh O sambil
melotot dan mengeluarlan sebilah pisau untuk menakut-nakuti korban.
4ncaman seperti itu biasanya gampang meruntuhkan mental korban,
sekalipun mungkin pelaku perkosaan hanya main gertak saja.
A+- 1- M"ma*%a
=enurut 4bdul -ahid, =emaksa dalam perkosaan
menunjukkan adanya pertentangan kehendak antara pelaku dengan korban.
Pelaku mau atau ingin bersetubuh sementara korban tidak mau atau tidak
ingin.
;A
3nsur terpenting terjadinya perbuatan pidana perkosaan adalah
terjadinya pemaksaan hubungan kelamin )persetubuhan/ antara seorang
laki-laki )pelaku/ dengan seorang perempuan )korban perkosaan/.
+indakan memaksa itu dapat diwujudkan dengan perbuatan maupun
ucapan. Perbuatan membuat perempuan menjadi terpaksa bersedia
mengadakan hubungan kelamin. keterpaksaan seorang perempuan untuk
berhubungan kelamin dengan laki-laki yang bukan suaminya )pemerkosa/
;A
Ibid., hlm. 11$.
9$
ini erat hubungannya dengan perbuatan kekerasan atau ancaman dari
pelaku. &ebab jika tidak ada kekerasan atau ancaman kekerasan, mustahil
seorang wanita mau berhungan kelamin dengan sembarang laki-laki yang
tidak dikehendakinya. +etapi karena ia menerima perlakuan kasar dari
pelaku maupun ancaman yang bertubi-tubi, mau tidak mau, dengan
terpaksa ia harus menuruti kehendak pemerkosa.
3nsur memaksa ini dapat dipakai untuk membuktikan oleh
jaksa dan hakim yang memeriksa bahwa dalam suatu perbuatan pidana
perkosaan, pelaku melakukan perbuatan tersebut dengan kesengajan,
yaitu membuktikan adanya *
a/. "ehendak atau maksud pelaku memakai kekerasanE
b/. "ehendak atau maksud pelaku untuk mengancam dengan kekerasanE
dan
c/. "ehendak atau maksud pelaku untuk memaksa dengan kekerasan.
(ika dalam pembuktian tersebut tidak terbukti adanya salah satu
maksud pelaku seperti tersebut di atas, maka tidak ada alasan untuk
menyatakan bahwa terdakwa terbukti mempunyai kesengajaan dalam
melakukan perbuatan pidana yang didakwakan kepadanya.
Perlu ditekankan di sini bahwa tiadanya unsur terpaksa bagi
seorang perempuan untuk berhubungan kelamin dengan seorang laki-laki,
dapat menggugurkan tuduhan telah terjadi perbuatan pidana perkosaan.
+iadanya unsur keterpaksaan tersebut dapat dianggap sebagai perbuatan
90
suka sama suka atau kerelaan dari perempuan yang tidak dilarang oleh
undang-undang.
9.
A+- 2- S"oran$ 3anita (+i !uar &"r*a4inan
=engenai hal ini 4bdul -ahid berpendapat bahwa*
3nsur utama yang dipaksa bersetubuh adalah wanita di luar
perkawinan dengan pelaku. Dari adanya unsur ini dapat
disimpulkan bahwa*
a/ Perkosaan hanya terjadi oleh laki-laki terhadap wanitaE
b/ +idak ada perkosaan untuk bersetubuh oleh wanita
terhadap laki-laki atau wanita terhadap wanitaE
c/ +idak ada perkosaan untuk bersetubuh bila dilakukan oleh
laki-laki yang terikat perkawinan dengan wanita yang
menjadi korban. 4tau tidak ada perkosaan untuk
bersetubuh oleh suami terhadap isteri.
91
Istilah perkosaan hanya berlaku bagi wanita. 7al ini berkaitan
erat dengan pengertian persetubuhan. Persetubuhan berarti hubungan
kelamin yang terjadi antara seorang laki-laki dan wanita, dimana alat
kelamin laki-laki tadi dimasukkan ke dalam #agina wanita yang
bersangkutan dan terjadi ejakulasi di dalam #agina wanita tersebut.
Pengertian seorang wanita menurut hemat penulis dalam hal ini
adalah orang yang memiliki ciri-ciri kelamin perempuan, diantaranya
9.
&uryono 1kotama, Abortus Provokatus Bagi Korban Perkosaan, )2ogyakarta * 34(,
$..1/, halaman 199.
91
4bdul -ahid, 0oc)5it.
9;
memiliki #agina dan payudara. Pasal $59 "37P tidak menyebutkan
pengertian seorang wanita ataupun kategori usia tertentu. 8leh karena itu
tindak pidana perkosaan bisa berlaku bagi siapapun yang berkelamin
perempuan tanpa memandang usianya. 4rtinya perkosaan bisa saja
menimpa seorang perempuan yang berusia balita, belasan tahun,
perempuan separuh baya atau bahkan manula )manusia usia lanjut/.
A+-5- B"r%"tu(u,
3ntuk selesainya tindak pidana perkosaan untuk bersetubuh,
maka harus terjadi persetubuhan antara pelaku dengan korban, dalam arti
tidak ada perbuatan untuk bersetubuh manakala tidak terjadi
persetubuhan.
9$
Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa unsur
terpenting perkosaan selain pemaksaan adalah persetubuhan antara pelaku
perkosaan dengan wanita yang menjadi korbannya. Persetubuhan atau
mengadakan hubungan kelamin disini diartikan sebagai masuknya penis
pelaku perkosaan ke dalam #agina wanita yang menjadi korbannya dan
terjadi ejakulasi di dalam #agina tersebut. ?amun demikia, perlu dicatat
bahwa Han 6emmelen Han 7attum berpendapat*
=et ?oyon-Langemeijer ben ik #an oordeel dat ejaculatio
seminis niet #ereist is #oor #leselijke gemeenschap. 7et brengen
#an het mannelijk, geslachtsdeel in het #rouwelijke is
#oldoende. 4rtinya saya berpendapat dengan ?oyon-
Langemeijer bahwa bagi adanya suatu perbuatan mengadakan
9$
Ibid.
99
hubungan kelamin itu tidak disyaratkan telah terjadinya suatu
e=aculatio seminis melainkan cukup jika orang telah
memasukkan penisnya ke dalam #agina.
90
&uatu persetubuhan dikatakan sempurna jika si pemerkosa sudah
mencapai ejakulasi )mengeluarkan cairan sperma/ di dalam #agina seorang
wanita. =asuknya penis ke dalam #agina saja belum cukup sebab
pemerkosaan bukanlah persetubuhan biasa. =enurut &uryono 1kotama,
mungkin pada hubungan suami isteri, ketika penis suami sudah masuk ke
#agina isteri sudah dapat dikatakan mereka melakukan persetubuhan.
&ebab bisa saja si isteri sudah mencapai orgasme dulu dan suami tidak
melakukan aksinya lebih lanjut, atau bisa saja pasangan suami isteri
tersebut melakukan coitus interuptus )senggama terputus/, dimana suami
mengeluarkan cairan mani di luar kemaluan si isteri.
9;
Lain halnya dengan perkosaan. Perkosaan adalah suatu kejahatan.
"ejahatan itu sendiri dilakukan atas dasar niat pelaku untuk melakukan
perbuatan yang dilarang undang-undang. Dan pemerkosa memiliki niat
untuk menyetubuhi seorang wanita serta mencapai kepuasan dari
persetubuhan itu )ejakulasi/. (ika penis baru masuk dan ejakulasi belum
terjadi berarti , itu berarti niat pelaku semula belum sepenuhnya tercapai.
&ebab yang diharapkan adalah kepuasan dari persetubuhan itu. &ehingga
perkosaan dikatakan telah terjadi jika seorang pria memasukkan penisnya
secara paksa ke dalam #agina seorang wanita dan mencapai ejakulasi
dalam #agina tersebut.
90
&uryono 1kotama, +p)5it., halaman 11;-119.
9;
Ibid., halaman 19<.
9@
&elanjutnya masih menurut &uryono 1kotama, adapun jika
seorang pria sudah memasukkan penisnya ke dalam #agina namun belum
sempat ejakulasi, perbuatan tersebut terhenti karena diketahui orang lain,
maka perbuatan itu dianggap sebagai suatu percobaan perkosaan yang
melanggar Pasal 90 ayat )1/ jo. Pasal $59 "37P. 4dapun Pasal 90 ayat
)1/ "37P menyatakan* =encoba melakukan kejahatan dipidana jika niat
untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak
selesainya pelaksanaan itu bukan semata-mata dikarenakan kehendaknya
sendiri.
99
(ika mengacu pada rumusan Pasal 90 ayat )1/ "37P tersebut di
atas, maka perbuatan pria yang memasukkan penisnya secara paksa ke
dalam #agina seorang wanita adalah suatu permulaan pelaksanaan dari
tindak pidana perkosaan. ?amun karena tidak selesainya pelaksanaan
perkosaan itu )pelaku belum mencapai ejakulasi/ semata-mata bukan
karena kehendaknya sendiri, maka perbuatan itu dianggap sebagai
percobaan perkosaan. =eskipun akibat percobaan perkosaan tersebut, alat
kelamin korban mengalami luka misalnya lecet-lecet atau pecahnya
selaput dara.
99
=oeljatno, "itab..., +p)5it., halaman $;-$9.
9<
BAB III
METO!E PENELITIAN

Perkembangan dan pengembangan ilmu pengetahuan, mensyaratkan dan
memutlakkan adanya suatu kegiatan penelitian. +anpa penelitian itu ilmu
pengetahuan tidak dapat hidup dan tidak dapat diyakini kebenarannya. +etapi
lebih dinamis lagi penelitian juga ber!ungsi dan bertujuan in#enti!, yakni secara
terus-menerus memperbaharui lagi kesimpulan dari teori yang telah diterima
berdasarkan !akta-!akta. +anpa penelitian ilmu pengetahuan akan berhenti, bahkan
akan surut kebelakang.
9@
8leh karena itu di dalam setiap penelitian diperlukan
suatu tata cara yang nantinya akan digunakan untuk meneliti objek penelitian.
Proses yang demikian inilah yang disebut dengan =etodologi Penelitian.
Dengan demikian, metodologi merupakan perencanaan penelitian
terhadap objek yang diteliti. 6iasanya objek tersebut adalah berupa !akta empiris
yang terjadi dalam masyarakat, yang kemudian akan dikaji secara metodis dan
disusun secara sistematis kemudian diuraikan secara logis dan analitis. Dari semua
penelitian ini akan mendapatkan suatu pemecahan masalah atau mendapatkan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tertentu, sehingga hasil yang diharapkan
9@
4nton 6akker dan 4hmad 'harris Cubair, 'etodologi Penelitian 7ilsafat )2ogyakarta*
"anisius, 1AA./, halaman 11.
95
dapat benar-benar terwujud dalam suatu penyusunan karya ilmiah atas dasar hasil
penelitian.
4dapun metode-metode yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut*
1. Metode Pendeatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
2uridis-normatif, yaitu metode pengkajian yang didasarkan pada data
sekunder yang berupa bahan-bahan hukum, terutama bahan hukum primer
)dalam hal ini peraturan-perundangan hukum pidana positi! yang rele#an
dengan permasalahan yang ada/ dan bahan hukum sekunder )rancangan
undang-undang hukum pidana atau "onsep "37P/, serta pendapat para
sarjana, para ahli dari berbagai literatur yang terdapat dalam buku-buku,
majalah, surat kabar, dokumentasi data, dan keterangan lainnya yang
mendukung dan melengkapi obyek kajian penulis. Pendekatan tersebut dipilih
karena objek penelitian ini berpijak pada norma-norma hukum yaitu untuk
mengetahui pengaturan 7ukum Pidana tentang abortus provocatus yang
dilakukan oleh korban perkosaan.
$. S4e$i3ia$i Penelitian
6ertitik-tolak dari judul dan permasalahan yang mendasari penelitian
ini, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif- analitis, yaitu
menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku B hukum positi!
dikaitkan dengan teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positi! dalam
9A
masyarakat. Penelitian deskripti! merupakan penelitian untuk memecahkan
masalah yang ada pada masa sekarang )masalah aktual/ dengan
mengumpulkan data, menyusun, mengklasi!ikasikan, menganalisis dan
mengintepretasikannya.
>:
Dengan demikian, dari penelitian ini dapat
memberikan gambaran mengenai pengaturan abortus provocatus, khususnya
pada korban perkosaan dalam hukum pidana.
0. Metode Penentuan Sa%4el
8leh karena penelitian ini lebih menitik-beratkan pada pendekatan
yuridis-normati!, maka penentuan populasi, sample dan teknik sampling
bukan merupakan suatu keharusan.
95
Penelitian ini lebih di!okuskan pada
peraturan perundangan yang mengatur tentang abortus provocatus, yang
lebih spesi!ik lagi tentang pengaturan abortus provocatus yang dilakukan
oleh korban perkosaan, yaitu "itab 3ndang-3ndang 7ukum Pidana )"37P/
yang berlaku sebagai hukum pidana umum )0e3 ,enerale/ dan 3ndang-
3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan, yang berlaku sebagai hukum
pidana khusus )0e3 Speciale/.
;. Metode Pen&u%4ulan !ata
6erdasarkan pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini,
maka metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah studi
9<
6ambang &unggono, 'etode Penelitian Hukum )(akarta* P+. %aja ,ra!indo Persada,
$..$/, halaman 0@.
95
Philipus =. 7adjon, Pengkajian Ilmu 7ukum, 'akala(, PPenataran dan Lokakarya
&ehari =enggagas 3sulan dan Laporan Penelitian 7ukum ?ormati!I, >akultas 7ukum 6rawijaya,
=alang, $$ >ebruari, 1AA<, halaman $-0.
@.
kepustakaan. Data yang dikumpulkan dalam hal ini adalah data sekunder.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung
berdasarkan pengalaman yang mendalam dari pihak lain sebagai sumber data
atau diperoleh berdasarkan studi pustaka, penelitian pihak lain atau studi
dokumen. 4dapun data sekunder yang diperoleh dari bahan-bahan tertulis
terdiri dari bahan-bahan hukum primer dan sekunder serta tersier. Disamping
itu juga dipergunakan dokumen-dokumen )berkas perkara, kertas kerja dll/,
monogra!i dan artikel media massa.
>. Metode Anali$a !ata
4nalisa data dilakukan secara kualitati!, kemudian diidenti!ikasi serta
dilakukan kategorisasi. 4nalisis kualitati! yaitu metode analisis yang pada
dasarnya mempergunakan pemikiran logis, analisis dengan logika, dengan
induksi, deduksi, analogiBintepretasi, komparasi dan sejenis itu.
>)
Data
kuantitati! akan disajikan dalam bentuk tabel untuk mendukung analisis
kualitati!. =etode berpikir yang dipergunakan adalah metode dedukti!, yaitu
dengan berdasarkan pada dasar-dasar pengetahuan yang bersi!at umum untuk
mengkaji persoalan-persoalan yang bersi!at khusus. Dari hasil analisis
tersebut kemudian akan ditarik kesimpulan sebagai jawaban atas
permasalahan yang ada.
9A
Ibid, halaman 05.
@1
BAB I0
HASIL PENELITIAN !AN PEMBAHASAN
A. Pen&aturan tentan& A(ortu% Pro)o'atu% 4ada /orban Pero$aan dala%
Per$4eti3 Huu% Pidana
Pengaturan tentang abortus provocatus dalam perspekti! hukum
pidana Indonesia )ius constitutum/ terdapat dalam "itab 3ndang-3ndang
7ukum Pidana )"37P/ yang berlaku sebagai hukum pidana umum )0e3
,enerale/, dan juga dalam 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang
"esehatan yang menggantikan 3ndang-3ndang ?o. $0 +ahun 1AA$, dan
berlaku sebagai hukum pidana khusus )0e3 Speciale/.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, berikut ini penulis
menguraikan hasil analisa data terkait dengan bagaimana pengaturan hukum
pidana, dalam hal ini adalah hukum pidana yang berlaku di Indonesia )ius
constitutum/ baik yang terdapat dalam "37P maupun dalam 33 ?o. 0@
+ahun $..A tentang "esehatan, dalam kaitannya dengan abortus provocatus
yang dilakukan oleh korban perkosaan sebagai obyek permasalahan yang
terdapat dalam penelitian ini. 4dapun analisa yang dilakukan terkait dengan
permasalahan tersebut dimulai dari pengaturan hukum pidana umum )"37P/
dan kemudian dilanjutkan dengan analisa berdasarkan pengaturan yang
@$
terdapat dalam hukum pidana khusus )33 ?o. 0@ +ahun $..A tetang
"esehatan/.
1. Pen&aturan A(ortu% Pro)o'atu% 4ada /orban Pero$aan dala% /itab
"ndan&5"ndan& Huu% Pidana 6/"HP7
Dalam bab sebelumya sudah diuraikan tentang regulasi tindakan
pengguguran kandungan yang disengaja )abortus provocatus/ dalam "itab
3ndang- 3ndang 7ukum Pidana )"37P/ diatur dalam 6uku kedua 6ab
NIH tentang "ejahatan "esusilaan khususnya Pasal $AA, dan 6ab NIN
Pasal 0;@ sampai dengan Pasal 0;A, dan digolongkan ke dalam kejahatan
terhadap nyawa. 6erdasarkan ketentuan tersebut, berikut ini adalah uraian
analisa tentang pengaturan abortus provocatus pada korban perkosaan
yang terdapat dalam masing-masing pasal tersebut*

Dalam 6ab NIH "37P khususnya Pasal $$A, mengatur tentang*
)1/. 6arang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan
harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda
paling banyak tiga ribu rupiah.
)$/. (ika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau
@0
jika dia seorang dokter, bidan atau juru obat, pidananya dapat
ditambah sepertiga.
)0/. (ika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalankan
pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Dari rumusan Pasal $AA "37P tersebut, dapat diuraikan unsur-
unsur tindak pidana adalah sebagai berikut *
1. &etiap orang yang sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut
kehamilannya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2. &eseorang yang sengaja menjadikan perbuatan mengobati seorang
wanita atau menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari
pengobatan tersebut kehamilannya dapat digugurkan dengan mencari
keuntungan dari perbuatan tersebut atau menjadikan perbuatan
tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, maka pidananya dapat
ditambah sepertiga.
3. (ika perbuatan mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya
diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilannya dapat
digugurkan itu dilakukan oleh seorang dokter, bidan atau juru obat
maka hak untuk berpraktek dapat dicabut.
@;
Pasal $AA "37P dimasukkan dalam titel NIH "37P, adapun
semua titel NIH "37P adalah dikuali!ikasikan sebagai kejahatan
kesusilaan. Dan semua kejahatan kesusilaan jika ditinjau dari sudut
perumusan delik, dikuali!ikasikan sebagai delik aduan. 4rtinya barang
siapa yang melakukan pelanggaran terhadap pasal-pasal delik kesusilaan
maka terhadap pelakunya hanya dapat dituntut melalui proses peradilan
pidana apabila ada aduan )pengaduan/ dari pihak korban )orang yang
dirugikan/ dari perbuatan tersebut. Dengan demikian, perbuatan mengobati
seorang wanita yang sedang hamil atau menyuruhnya supaya diobati
dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilannya dapat digugurkan,
seperti yang dirumuskan dalam Pasal $AA "37P juga merupakan delik
aduan.
2ang dimaksud dengan pelaku seperti yang dirumuskan dalam
Pasal $AA "37P hanya ditujukan terhadap siapa saja dalam hal ini adalah
setiap orang yang melakukan perbuatan mengobati seorang wanita yang
sedang hamil atau menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari
pengobatan tersebut kehamilan dari wanita tersebut dapat digugurkan.
Dengan demikian, menurut ketentuan yang terdapat dalam Pasal $AA
"37P tersebut sepanjang menyangkut pelaku, maka seorang wanita yang
sedang hamil, dan kehamilan tersebut adalah sebagai akibat tindakan
perkosaan yang dialami sebelumnya, dan kemudian menerima penawaran
dari seseorang yang mengobati dirinya atau menyuruhnya supaya diobati
dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilannya dapat digugurkan,
@9
tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pidana. +erhadap wanita yang
sedang hamil, dimana kehamilannya disebabkan karena tindakan
perkosaan yang pernah dialaminya berdasarkan pengaturan Pasal $AA
"37P hanyalah sebagai korban dari perbuatan pengobatan yang dilakukan
oleh pelaku, yakni setiap orang yang melakukan perbuatan mengobati
seorang wanita yang sedang hamil atau menyuruhnya supaya diobati
dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilan dari wanita tersebut
dapat digugurkan. 4dapun setiap orang menurut Pasal $AA "37P
termasuk dokter, bidan, atau juru obat.
Dengan demikian, berdasarkan perumusan dan pengaturan yang
terdapat dalam ketentuan Pasal $AA "37P, perbuatan yang diatur sebagai
tindak pidana yang memiliki korelasi dengan perbuatan pengguguran
kandungan adalah lebih menitikberatkan pada perbuatan mengobati
seorang wanita yang sedang hamil atau perbuatan menyuruh wanita
tersebut supaya diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut
kehamilannya dapat digugurkan. &edangkan pelaku dalam hal ini adalah
setiap orang yang melakukan perbuatan mengobati seorang wanita yang
sedang hamil atau menyuruhnya supaya diobati dengan harapan dari
pengobatan tersebut kehamilan dari wanita tersebut dapat digugurkan.
&ementara sanksi pidana terhadap pelaku yang terbukti melakukan
perbuatan mengobati seorang wanita yang sedang hamil atau menyuruhnya
supaya diobati dengan harapan dari pengobatan tersebut kehamilannya
dapat digugurkan adalah berupa sanksi pidana penjara paling lama empat
@@
tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah. 4dapun jika pelaku
adalah tenaga medis )dokter, bidan, atau juru obat/, maka sanksi pidananya
ditambah sepertiga dari sanksi pidana maksimal dan dicabut haknya untuk
melakukan praktek.
&elanjutnya adalah analisa tentang abortus provocatus pada
korban perkosaan berdasarkan 6ab NIH "37P, khususnya yang terdapat
dalam Pasal 0;@, 0;<, 0;5, dan 0;A "37P.
a. Pa$al 8;9 /"HP :
&eorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.
Dari pengertian yang dimaksud dalam Pasal 0;@ "37P
tersebut, maka yang diancam pidana adalah*
1/ -anita yang dengan sengaja menyebabkan kandungannya menjadi
gugur atau matiE atau
$/ -anita yang dengan sengaja menyuruh orang lain menyebabkan
kandungannya menjadi gugur atau matiE atau
0/ 8rang lain yang disuruh untuk melakukan itu.
6erdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka dalam Pasal
0;@ "37P dapat ditemukan beberapa unsur antara lain*
1/ wanita hamil atau orang yang disuruh untuk lakukan itu,
$/ dengan sengaja,
@<
0/ menyebabkan gugur atau matinya kandungan.
&eseorang dikatakan telah melakukan kejahatan aborsi,
apabila orang tersebut telah memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam
Pasal 0;@ "37P tersebut. =eskipun demikian dalam Pasal 0;< ayat )1/
"37P yang menyebutkan 6arang siapa dengan sengaja menyebabkan
gugur atau matinya kandungan seorang wanita tidak dengan iLin wanita
tersebut, dipidana dengan penjara maksimal dua belas tahun. (adi dari
bunyi pasal tersebut di atas ditambahkan pelaku aborsi tidak hanya
wanita hamil atau orang yang disuruh lakukan itu, tetapi juga oleh
orang yang tanpa iLin wanita hamil tersebut telah melakukan tindak
pidana aborsi.
6erikut ini adalah uraian analisa berdasarkan unsur-unsur
yang terdapat dalam Pasal 0;@ "37P) 9nsur pertama tindak pidana
aborsi yang diatur dalam Pasal 0;@ "37P ialah unsur wanita atau
orang lain yang disuruh lakukan untuk itu )subjek tindak pidana/.
Dalam "37P memang tidak ada penjelasan yang jelas tentang hal ini,
namun wanita hamil dapat diartikan yang sel telurnya telah dibuahi oleh
sel sperma sehingga tidak mengalami menstruasi hingga melahirkan
kandungannya atau dengan kata lain wanita hamil adalah wanita yang
dikandungannya terdapat janin dari hari pertama setelah pembuahan
sampai melahirkan. &edangkan orang yang disuruh lakukan untuk itu
adalah orang yang dengan persetujuan wanita hamil tersebut melakukan
@5
tindak pidana aborsi, misalnya* dokter, bidan, juru obat, dukun, atau
orang yang mempunyai kemampuan untuk itu.
9nsur kedua dari tindak pidana yang diatur dalam Pasal 0;@
adalah unsur dengan sengaja. 2ang dimaksud dengan sengaja
adalah mempunyai niat atau keinginan untuk melakukan sesuatu.
-ujud dengan sengaja dalam tindak pidana aborsi bisa berupa
meminum obat peluruh haid degan dosis yang tinggi, memasukkan
benda tajam kedalam alat kelaminnya untuk menggugurkan kandungan.
9nsur ketiga yang diatur dalam Pasal 0;@ "37P adalah
unsur menyebabkan gugur atau matinya kandungan maksudnya janin
yang berada di dalam kandungan wanita tersebut keluar sebelum
waktunya tiba akibat paksaan atau tindakan yang dilakukan dengan
sengaja, sehingga janin tersebut gugur atau mati. 4borsi yang diatur
dalam Pasal 0;@ "37P berbeda diatur dalam Pasal 0;1 "37P yang
berbunyi &eorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan
anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan
sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak
sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. =enurut
penjelasan Pasal tersebut, yang diancam hukuman dalam Pasal ini
adalah seorang ibu yang membunuh anaknya sendiri, ketika anak itu
dilahirkan atau beberapa saat kemudian setelah anak itu dilahirkan,
kerana takut akan ketahuan oleh orang lain.
@A
b. Pa$al 8;: /"HP :
)1/ 6arang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
)$/ (ika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
c. Pa$al 8;( /"HP:
)1/ 6arang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
)$/ (ika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

d. Pa$al 8;) /"HP :
(ika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan
kejahatan berdasarkan pasal 0;@, ataupun membantu melakukan
salah satu kejahatan dalam pasal 0;< dan 0;5, maka pidana yang
<.
ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah dengan sepertiga dan
dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana
kejahatan dilakukan.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut di atas dapat diuraikan unsur-
unsur tindak pidana adalah sebagai berikut *
1. &eorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia
menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun penjara.
2. &eseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil,
dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman
penjara 1$ tahun, dan jika ibu hamil tersebut mati, diancam 19
tahun penjara.
3. (ika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 9,9
tahun penjara dan bila ibu hamilnya mati diancam hukuman <
tahun penjara.
4. (ika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus
tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat )tenaga kesehatan/
ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk
berpraktek dapat dicabut.
&ecara keseluruhan, dari hasil analisa yang dilakukan terhadap
ketentuan Pasal 0;@-0;A "37P dapat diketahui, bahwa aborsi menurut
konstruksi yuridis peraturan perundang-undangan di Indonesia yang
<1
terdapat dalam "37P adalah tindakan menggugurkan atau mematikan
kandungan yang dilakukan oleh seorang wanita atau orang yang disuruh
melakukan itu. -anita dalam hal ini adalah wanita hamil yang atas
kehendaknya ingin menggugurkan kandungannya, sedangkan tindakan
yang menurut "37P dapat disuruh lakukan untuk itu adalah dokter, bidan
atau juru obat.
Penguguran kandungan yang terjadi secara alamiah tanpa ada
usaha dari luar atau campur tangan manusia menurut "itab 3ndang-
3ndang 7ukum Pidana tidak dapat dipidana karena tidak mengandung
unsur kesengajaan. Dalam usia yang sangat muda keguguran dapat saja
terjadi, misalnya karena akti#itas ibu yang mengandung terlalu berlebihan,
stress berat, berolahraga yang membahayakan keselamatan janin seperti
bersepeda dan sebagainya. -alaupun keguguran menimbulkan korban
dalam hal ini disebut janin tetapi tidak dapat dipidana karena tidak ada
unsur kesengajaan.
Dengan demikian, aborsi yang dimaksud dalam Pasal 0;@ "37P
hanya mencakup mengguguran kandungan karena kesengajaan saja
)abortus provocatus., sedangkan pengguguran kandungan secara alamiah
atau keguguran tidak dapat dimaksud sebagai salah satu tindak pidana
karena tidak mencakup unsur yang terdapat dalam "37P yaitu unsur
kesengajaan.
<$
6erdasarkan perumusan dan pengaturan tentang abortus
provokatus seperti yang terdapat dalam Pasal 0;@ sampai dengan 0;A
"37P, maka kuali!ikasi aborsi dalam "37P termasuk dalam jenis
abortus provokatus criminalis. Pasal-pasal tentang abortus provocatus
tersebut di atas, mengancam siapapun yang dengan senjaga menyebabkan
aborsi )pengguguran kandungan/ baik bagi si pelaku maupun bagi
penolong aborsi seperti dokter, bidan, ahli obat, dukun dan ahli medis
lainnya dengan hukuman dilipatgandakan, tanpa pengecualian dengan
alasan apapun. 4dapun unsur-unsur perbuatan abortus provokatus
criminalis adalah*
1. Adan2a embrio >=anin. atau ibu 2ang mengandung. Ibu yang
mengandung janin merupakan obyek yang harus ada dalam perbuatan
pidana, karena tidak akan ada perbuatan pidana tanpa ada obyeknya.
7al ini penting dalam rangka penjatuhan pidana.
@.

2. Adan2a unsur kesenga=aan dari pelaku. &engaja menurut =emorie #an
+oelichting dalam bukunya =oelyatno berarti melakukan perbuatan
yang dilarang, dengan dikehendaki dan diketahui artinya si pelaku
perbuatan pidana mengetahui dengan betul bahwa perbuatan yang
dilakukan adalah perbuatan yang dilarang oleh undang-undang.
3. Keguguran itu ter=adi sebelum 1aktun2a artin2a sebelum masa
kela(iran alami tiba.
@1
7al ini berarti perbuatan pengguguran harus
@.
=oeljatno6 Asas-asas Hukum Pidana, )(akarta* %ineka 'ipta, 1AA0/6 halaman ;.-;0.
@1
'huLaimah +. 2anggo dan 7a!iL 4nshary 4C, Problematika Hukum Islam Kontemporer,
)(akarta* Pustaka >irdaus, $..;/, halaman 119.
<0
dapat dibuktikan bahwa keguguran itu terjadi ketika anak yang ada
dalam kandungan itu hidup dan belum masanya untuk dilahirkan.
3ntuk kepentingan unsur yang ketiga ini bisa dilakukan oleh dokter
melalui ilmu kedokteran agar bisa memberi keterangan mengenai janin
yang ada dalam kandungan seorang wanita tersebut berada dalam
keadaan hidup atau mati. "arena dala hukum anak yang belum lahir
kedunia bila dapat dibuktikan dalam kandungan bahwa bayi tersebut
mati belum mempunyai hak dan kewajiban di depan hukum.
@$
4. Adan2a =alan untuk melakukan perbuatan tersebut. (alan yang
dimaksud adalah adanya alat-alat yang digunakan unuk melakukan
aborsi. =isalnya dengan bantuan dokter, dukun atau bidan yang
memberi bantuan supaya aborsi dapat terjadi dengan suntik atau diberi
obat yang dapat membunuh janin yang ada dalam tubuh si ibu, bisa
juga dengan memasukkan alat-alat tertentu ke anggota tubuh.
@0

Pada saat ini, aturan tersebut sudah tidak rele#an untuk diterapkan
karena bertentangan dengan politik hukum Indonesia yang melindungi
dan mensejahterakan segenap bangsa Indonesia. &ebagaimana diketahui,
latar belakang pemikiran dari pasal-pasal tentang pengguguran kandungan
berasal dari ?egara 6elanda pada pertengahan abad ke- 1A yang berasal
dari Co+" P"na! Perancis abad ke-15, sudah barang tentu hal ini kurang
sesuai dengan perkembangan masyarakat Indonesia saat ini, terutama
yang menyangkut kepentingan-kepentingan darurat )pengguguran
@$
P.4.>. Lamintang, +p)5it. halaman $.@.
@0
'huLaimah +. 2anggo dan 7.4. 7a!iL 4nshary 4C, +p) 5it., halaman11@.
<;
kandungan yang bersi!at memaksa karena adanya perkosaan/, tapi pasal-
pasal ini sampai saat ini tetap diterapkan. Pasal 0;A "37P merupakan
salah satu pasal yang dilematis apabila diterapkan secara mutlak. Para
dokter, bidan dan perawat serta tenaga medis lainnya dapat diancam
pidanan penjara. Padahal alasan melakukan abortus adalah demi
melindungi jiwa si ibu.
(ika kita menelaah pasal-pasal dalam "37P tersebut, tampaklah
"37P tidak membolehkan suatu abortus provocatus di Indonesia. "37P
tidak melegalkan abortus provocatus tanpa kecuali. 6ahkan abortus
provocatus medicalis atau abortus provocatus t(erapeuticus pun dilarang,
termasuk di dalamnya adalah abortus provocatus yang dilakukan oleh
perempuan korban perkosaan. 8leh karena sudah dirumuskan demikian,
maka dalam kasus abortus provocatus yang dilakukan oleh korban
perkosaan, minimal ada dua orang yang terkena ancaman sanksi pidana
sesuai dengan ketentuan yang terdpat dalam "37P, yakni si perempuan
sendiri yang hamil karena perkosaan serta barangsiapa yang sengaja
membantu si perempuan tersebut menggugurkan kandungannya. &eorang
perempuan yang hamil karena perkosaan dapat terkena ancaman sanksi
pidana kalau ia sengaja menggugurkan kandungan tanpa bantuan orang
lain. Ia juga dapat terkena ancaman sanksi pidana kalau ia meminta orang
lain dengan cara menyuruh orang itu untuk menggugurkan kandungannya.
"hususnya untuk orang lain yang disuruh untuk menggugurkan kandungan
dan ia benar-benar melakukannya, maka baginya berlaku rumusan pasal
<9
0;< dan 0;5 "37P sebagai berikut * Mbarangsiapa dengan sengaja
menggugurkanM(ika terbukti bersalah di muka pengadilan, ia turut
dipidana sebagaimana si perempuan hamil yang melakukan abortus
provocatus tersebut.
2. Pen&aturan A(ortu% Pro)o'atu% 4ada /orban Pero$aan dala%
"ndan&5"ndan& No. 89 Tahun +,,) tentan& /e$ehatan
"etentuan tentang abortus provocatus di dalam hukum pidana
positi! Indonesia diatur di dalam "37P )0e3 ,eneralis/ dan 3ndang-
3ndang "esehatan )0e3 Spesialis/. =enurut &upriyadi
@;
, "37P tidak
membolehkan aborsi dengan alasan apa pun juga dan oleh siapapun juga.
@9
"etentuan ini sejalan dengan diundangkannya di Laman pemerintahan
7india 6elanda sampai dengan sekarang ini tidak pernah berubah, dan
ketentuan ini berlaku umum bagi siapa pun yang melakukan, bahkan bagi
dokter dan tenaga medis lainnya yang melakukan aborsi akan dikenakan
pemberatan pidana. ?amun berdasarkan ketentuan yang terdapat 3ndang-
3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan, apabila terdapat indikasi
kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu danBatau janin, yang menderita penyakit genetik
berat danBatau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
64
&upriyadi, Politik 7ukum "esehatan terhadap Pengguguran "andungan, =akalah
disampaikan dalam Diskusi Ilmiah, $..1,4borsi Dari kajian Ilmu Politik 7ukum )7ukum
"esehatan dan 7ukum Pidana/, )2ogyakarta, $ (uli $..$/, halaman 1$.
65
Lihat "itab 3ndang-3ndang 7ukum Pidana Pasal $50, $AA, 0;@, 0;5, 0;A, 909.
<@
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandunganE atau kehamilan akibat
perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.
@@
-alaupun secara jelas dan tegas aborsi dilarang oleh undang-
undang, dalam realita kehidupan sehari-hari, hal tersebut banyak sekali
terjadi atau dilakukan karena berbagai alasan sebagaimana dikemukakan
oleh 1kotama, dkk.
@<
dan +a!al, dkk.
@5
6ahkan Dewi
@A
mengatakan, bahwa
jumlah aborsi di dalam kehidupan masyarakat cenderung meningkat
karena berbagai !aktor sehingga dia menyimpulkan bahwa moti#asi
perempuan melakukan aborsi berkaitan erat dengan akseptor "6 dan
kehamilan di luar nikah.
6erbeda dengan pendapat di atas, menurut Indraswari, kasus
aborsi tidak menunjukkan karakteristik khusus terutama bila dilihat dari
segi pendidikan dan status pernikahan. 4da kecenderungan, aborsi adalah
suatu !enomena yang menimpa masyarakat lintas strata sosial ekonomi,
pendidikan, budaya, dan agama.
<.

&elanjutnya Indraswati mengatakan* ... terdapat kecenderungan
peningkatan praktik aborsi yang dilakukan oleh pelajar &=P dan &=4,
alumnus &=4 )pekerja/, dan mahasiswa. 7al ini sejalan dengan perubahan
@@
Lihat Pasal <9 ayat )$/ a dan b 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan.
67
&uryono 1kotama, dkk., +p)5it), halaman $@.
68
+a!al, dkk., eds., Keguguran, )(akarta* I+> ?etherlands, IPP>, dan P"6I, 1AAA/, halaman
0;.
69
Dewi, Aborsi: Pro dan Kontra di Kalangan Petugas Kese(atan, )2ogyakarta* Pusat
penelitian "ependudukan 3,= dan >ord >oundation,1AA</, halaman ;..
70
Indraswati, 7enomena Ka1in 'uda dan Aborsi: ,ambaran Kasus, dalam 7asyim, &),
'enakar /Harga/ PerempuanB, )(akarta* =iLan, 1AAA/ halaman 19..
<<
pola interaksi dan pola gaya hidup yang melanda kalangan remaja dan
dewasa muda.
<1

4pa yang dikemukan tersebut cukup beralasan, di wilayah
perkotaan dan semi perkotaan hubungan antar indi#idu secara pelan
namun pasti bertrans!ormasi dari hubungan berpola pagu2uban
)gemeinsc(aft/ ke hubungan berpola patemba2an )gesselsc(aft/.
<$
Pola
hubungan paguyuban yang berciri kebersamaan dan saling peduli pada
masalah sesama anggota komunitas mulai digeser oleh pola patembayan
yang berciri hubungan transaksional. Dalam derajat tertentu, pola
patembayan diikuti dengan lemahnya kontrol sosial masyarakat terhadap
sesama. Dengan pola interaksi seperti ini yang diikuti perubahan pola gaya
hidup yang cenderung Fserba permisi!F mengakibatkan meningkatnya
kasus kehamilan pranikah. Di satu sisi, pola Fserba permisi!F banyak pula
dipengaruhi oleh stimulasi seksual dari lingkungan berupa tayangan media
rnassa dan hiburan komersial dengan beragam bentuk dan intensitas.
&ecara umum budaya pop dan komersialisasi hiburan secara gencar lebih
mengkampanyekan aspek kenikmatan seks daripada aspek tanggung
jawabnya.
<0
Dalam kondisi ini dalam derajat tertentu dapat dipahami
FruntuhnyaF daya tahan remaja dalam menghadapi kebanjiran stimulasi
seksual yang mengakibatkan kehamilan pranikah dan selanjutnya diikuti
oleh tindakan aborsi.
71
Ibid.
72
Ibid.
73
Ibid., halama 0;.
<5
Dengan disyahkannya 3ndang-3ndang ?omor 0@ +ahun $..A
+entang "esehatan menggantikan undang-undang kesehatan sebelumnya
yaitu 3ndang-3ndang ?omor $0 tahun 1AA$. Dalam 3ndang-3ndang ?o.
0@ +ahun $..A tentang "esehatan, permasalahan aborsi memperoleh
legitimasi dan penegasan. &ecara eksplisit, dalam undang-undang ini
terdapat pasal-pasal yang mengatur mengenai aborsi, meskipun dalam
praktek medis mengandung berbagai reaksi dan menimbulkan kontro#ersi
diberbagai lapisan masyarakat. =eskipun, undang-undang melarang
praktik aborsi, tetapi dalam keadaan tertentu terdapat kebolehan.
"etentuan pengaturan aborsi dalam 3ndang-3ndang ?omor 0@ +ahun
$..A dituangkan dalam Pasal <9, Pasal <@ dan Pasal <<. 6erikut ini adalah
uraian lengkap mengenai pengaturan aborsi yang terdapat dalam pasal-
pasal tersebut*
Pa$al :>:
)1/ &etiap orang dilarang melakukan aborsi.
)$/ Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat )1/ dapat dikecualikan
berdasarkan*
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu danBatau janin, yang
menderita penyakit genetik berat danBatau cacat bawaan, maupun
yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandunganE atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.
)0/ +indakan sebagaimana dimaksud pada ayat )$/ hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling danBatau penasehatan pra tindakan dan
diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh
konselor yang kompeten dan berwenang.
);/ "etentuan lebih lanjut mengenai indikasi dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis kedaruratan medis
<A
dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat )$/ dan ayat )0/
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pa$al :9:
4borsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal <9 hanya dapat dilakukan*
a. sebelum kehamilan berumur @ )enam/ mingguE
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki serti!ikat yang ditetapkan oleh menteriE
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutanE
d. dengan iLin suami, kecuali korban perkosaanE dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
=enteri.
Pa$al :::
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal <9 ayat )$/ dan ayat )0/ yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengguguran kandungan yang disengaja dengan melanggar
berbagai ketentuan hukum )abortus provocatus criminalis/ yang terdapat
dalam "37P menganut prinsip illegal tanpa kecuali dinilai sangat
memberatkan paramedis dalam melakukan tugasnya. Pasal tentang aborsi
yang diatur dalam "itab 3ndang-3ndang 7ukum Pidana juga
bertentangan dengan Pasal <9 33 ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan,
di mana dalam satu sisi melarang dilakukannya aborsi dalam segala alasan
dan di sisi lain memperbolehkan tetapi atas indikasi medis untuk
menyelamatkan ibu hamil dan atau janin. =enurut "usumo yang dikutip
5.
dalam buku 1kotama, menyatakan disini berlaku asas le3 posteriori
derogate legi priori. 4sas ini beranggapan bahwa jika diundangkan
peraturan baru dengan tidak mencabut peraturan lama yang mengatur
materi yang sama dan keduanya saling bertentangan satu sama lain, maka
peraturan yang baru ini mengalahkan atau melumpuhkan peraturan yang
lama.
<;
Dengan demikian, Pasal <9 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A
tentang "esehatan yang mengatur tentang abortus provocatus medicinalis
tetap dapat berlaku di Indonesia meskipun sebenarnya aturan itu
bertentangan dengan rumusan abortus provocatus criminalis menurut
"37P.
6erdasarkan ketentuan 3ndang-3ndang ?omor 0@ +ahun
tersebut jika kita kaitkan dengan aborsi karena kehamilan tidak
dikehendaki )"+D/ akibat perkosaan, maka dapat disimpulkan* Pertama,
secara umum paraktik aborsi dilarangE Kedua, larangan terhadap praktik
dikecualikan pada beberapa keadaan, kehamilan akibat perkosaan yang
dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. &elain itu
tindakan medis terhadap aborsi "+D akibat perkosaan hanya dapat
dilakukan apabila*
)1/ setelah melalui konseling danBatau penasehatan pra tindakan
dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan
oleh konselor yang kompeten dan berwenangE
74
&uryono 1kotama, dkk., +p)5it), halaman <<.
51
)$/ dilakukan sebelum kehamilan berumur @ )enam/ minggu
dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal
kedaruratan medisE
)0/ oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki serti!ikat yang ditetapkan oleh
menteriE
);/ dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutanE dan
)9/ penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh =enteri.
7ukum pidana dengan jelas menyebutkan sanksi pidana bagi
pelaku dan orang yang turut serta melakukan aborsi. Pengecualian
diberikan apabila ada alasan-alasan pembenar yang terdapat dalam
undang-undang )Pasal ;;, ;5, 9. dan 91/ "37P dan alasan medis
)kesehatan/ yang terdapat dalam Pasal <9 3ndang-undang ?o. 0@ +ahun
$..A tentang "esehatan. Dengan demikian alasan ekonomis, alasan sosial
dan alasan darurat )pemaksa/ tidak dapat dijadikan sebagai legalisasi dari
perbuatan abortus provocatus.
4pabila dihubungkan dengan aborsi karena kehamilan tidak
dikehendaki )"+D/ akibat perkosaan , dimana kehamilan akibat perkosaan
yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan dapat
dijadikan sebagai alasan darurat )pemaksa/ untuk melakukan aborsi
sebenarnya perlu menjadi pertimbangan dalam menerapkan sanksi pidana,
khususnya bagi para penegak hukum )7akim/. "arena janin yang
5$
diaborsi adalah sebagai akibat pemaksaan hubungan )perkosaan/ dengan
ancaman kekerasan. Perkosaan sendiri merupakan tindak pidana yang
pelakunya harus dijatuhi sanksi pidana penjara maksimal 1$ )dua belas/
tahun sesuai Pasal $59 "37P. &edangkan korbannya harus mendapat
perlindungan hukum yang salah satu caranya adalah mengembalikan
kondisi jiwanya akibat tekanan daya paksa dari pihak lain )tekanan
psikologis/. 4lasan tekanan psikologis akibat perkosaan inilah yang
seharusnya dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan bahwa aborsi
akibat perkosaan sebagai suatu pengecualian, sehingga seharusnya legal
dilakukan.
4ri! ,osita dalam bukunya 'asala( Korban Ke=a(atan
Kumpulan Karangan mengatakan bahwa*
Dalam kasus abortus, janin ditolak sebagai makhluk hidup dan
dianggap sebagai obyek mati. 8leh karena di!ormulasikan
seperti itu maka penghancurannya saat itu tidak dianggap
sebagai sutu pembunuhan dan tidak menimbulkan kemarahan
moral atau pertentangan moral seperti pada kasus pembunuhan
lain.
<9
&udah menjadi opini publik bahwa salah satu latar belakang
abortus dilarang undang-undang adalah karena bertentangan dengan moral
masyarakat dan atau moral agama. 4pabila dihubungkan dengan pendapat
tersebut, sebenarnya yang menentang moral adalah pemerkosannya
bukan orang yang melakukan aborsi. 4borsi hanyalah merupakan akibat
<9
4ri! ,osita, 'asala( Korban Ke=a(atan >Kumpulan Karangan., )(akarta* 4kademika
Presindo, 1A59/, halaman 55.
50
tindakan orang biadab yang memperkosa perempuan, sehingga
perempuan tersebut menjadi hamil. Perempuan dalam hal ini adalah
sebagai korban dari rentetan tindak pidana perkosaan, sehingga apabila
tindak pidana perkosaan yang dilakukan terhadapnya berakibat hamil
maka janin yang dikandungnya adalah dianggap sebagai obyek yang
matiBtidak hidup. 8leh karena dianggap sebagai obyek yang mati maka
penggugurannya, dianggap legal untuk dilakukan.
4pabila dihubungkan dengan Pasal ;5 "37P tentang daya
paksa )overmac(t/, sebenarnya Pasal <9 ayat )$/ huru! b 33 ?o. 0@
+ahun $..A yang mengatur tentang pengecualian melakukan aborsi
terhadap kehamilan akibat perkosaan, mengakui adanya daya paksa bagi
barang siapa yang melakukan aborsi.
"etentuan tentang overmac(t atau daya paksa yang terdapat
dalam pasal ;5 "37P, yaitu * 6arangsiapa melakukan perbuatan karena
pengaruh daya paksa tidak dipidana.
:9
Dari ketentuan pasal ;5 "37P
tersebut dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan daya paksa
adalah suatu paksaan atau tekanan yang tidak dapat dihindarkan. 4dapun
paksaan itu dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dengan suatu
ancaman yang membahayakan diri dan jiwanya. +entu saja dalam hal ini,
orang yang diancam tersebut mempunyai dugaan kuat bahwa ancama itu
benar-benar akan dilaksanakan apabila ia menolak mengerjakan sesuatu
yang dikehendaki pemaksa )pengancam/.
<@
Ibid., hlm. $0.
5;
Daya paksa )overmac(t/ ini merupakan alasan pemaa!. Dalam
alasan pemaa! ini, seseorang yang melakukan perbuatan pidana tidak dapat
dijatuhi pidana karena tidak adanya kesalahan. 4rtinya perbuatan yang
dilakukan oleh terdakwa tetap bersi!at melawan hukum, jadi tetap
merupakan perbuatan pidana. +etapi ia tidak dipidana, karena tidak adanya
kesalahan. Dengan demikian, alasan pemaa! adalah alasan yang
menghapuskan kesalahan terdakwa. "arena overmac(t sebagaimana yang
tercantum dalam pasal ;5 "37P hanya memuat alasan pemaa!, artinya
perbuatan yang dilakukan tetap bersi!at melawan hukum, tetapi
kesalahannya bisa dimaa!kan karena pengaruh daya paksa tadi.
&eseorang yang melakukan perbuatan pidana, sedangkan ia
berada di bawah pengaruh daya paksa sehingga ia terpaksa melakukan
perbuatan tersebut tidak dapat dijatuhi pidana. 7al ini merupakan hal yang
tepat dan mencerminkan rasa keadilan, sebab orang tersebut melakukan
perbuatan pidana karena dorongan yang tidak mampu dilawannya,
misalnya karena mengancam keselamatan jiwanya.
Dalam teori hukum pidana, =oejatno membagi daya paksa
menjadi $ )dua/,yaitu daya paksa dalam arti sempit atau overmac(t dan
daya paksa karena keadaan darurat atau noodtoestand yang terdiri dari 0
kemungkinan yaitu*
a. 8rang terjepit antara dua kepentingan dalam hal adanya
kon!lik diantara dua kepentingan,
b. 8rang terjepit antara kepentingan dan kewajiban,
59
c. 8rang terjepit antara dua kewajiban.
<<
Dihubungkan dengan teori tersebut, dalam kasus abortus
provokatus pada korban perkosaan terjadi kon!lik antara $ )dua/ hak, yakni
hak perempuan yang hamil bertentangan dengan hak janin. Dengan
demikian untuk menentukan apakah perempuan yang melakukan abortus
provokatus atas kandungannya dapat dipidana atau tidak dapat dinilai dari
kepentingan manakah yang lebih utama.
<5
7ak janin untuk tetap hidup atau
hak perempuan untuk tetap menjalankan hidupnya tanpa tekanan
psikologis dan sosial.
=encermati ketentuan yang terdapat dalam 3ndang-3ndang
?o. 0@ +ahun $..A khususnya Pasal <9 ayat )$/ huru! b yang mengatur
tentang aborsi karena alasan darurat )pemaksa/ dalam hal ini adalah
adanya trauma psikologis yang dialami oleh wanita hamil sebagai akibat
tindak pidana perkosaan yang dialaminya. Pada akhirnya penyelesaian
kasus tersebut sangat tergantung pada para penegak hukum untuk
menegakkan keadilan terutama bagi perempuan yang jelas-jelas
berkedudukan sebagai korban perkosaan. Pendapat ahli hukum masa kini,
sudah seharusnya menjadi pertimbangan dalam rangka menjatuhkan
pidana, jadi tidak semata-mata didasarkan pada bunyi undang-undang,
akan tetapi juga memperhatikan latar belakang perbuatan dilakukan. 7al
inipun dalam proses pembuktiannya juga tidak mudah, karena harus
dibuktikan lebih dahulu perkosaannya.
<<
=oljatno, +p) 5it, halaman1;..
<5
&uryono 1kotama, dkk, +p) 5it6 halaman 1A;.
5@
Dengan demikian alasan psikologis tidak cukup dijadikan alasan
aborsi apabila tindakan perkosaannya tidak dapat dibuktikan atau tidak
terbukti. =engingat dewasa ini perkosaan tidak hanya murni dilakukan
oleh orang yang benar-benar belum pernah dikenal oleh korban, tapi juga
telah dikenal sebelumnya bahkan memiliki hubungan dekat dengan korban
)sebagai pacar pisalnya/.
4pabila aborsi karena perkosaan dijadikan pengecualian
sebagaimana alasan medis, maka kriteria yang dijadikan pengecualian
harus benar-benar jelas dan tegas, sehingga tidak disalahgunakan oleh
oknum yang tidak bertanggungjawab, akibatnya aborsi marak dilakukan.
Dengan demikian. 3ndang-3ndang ?omor 0@ +ahun memperbolehkan
praktik aborsi terhadap kehamilan akibat perkosaan dengan persyaratan
dilakukan oleh tenaga yang kompeten, dan memenuhi ketentuan agama
dan perundang-undangan yang berlaku.
&ebagai bagian akhir dari analisa mengenai pengaturan hukum
pidana tentang abortus provocatus khususnya pada korban perkosaan,
berikut ini penulis akan menguraikan tentang pengaturan mengenai sanksi
pidana terhadap pelaku abortus provocatus, yang secara spesi!ik lebih
ditekankan terhadap korban perkosaan berdasarkan pengaturan yang
terdapat baik dalam "37P maupun dalam 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun
$..A tentang kesehatan.
5<
&uatu aturan hukum diadakan pasti diikuti dengan sanksi
hukumnya, sehingga peraturan hukum tidak hanya mengatur akan tetapi
juga bersi!at memaksa bagi anggota masyarakat yang melanggar
peraturan tersebut. 7ukum pidana diadakan pada prinsipnya adalah dalam
rangka memberikan ketertiban dan kepastian hukum agar hak-hak manusia
terlindungi. 8leh karena itu barangsiapa yang melanggar ketentuan yang
ada dalam hukum pidana dalam hal ini "itab 3ndang-3ndang 7ukum
Pidana )"37P/ dan memenuhi unsur-unsur yang ditetapkan dalam
ketentuan tersebut maka dikenakan sanksi pidana. Dalam hukum pidana
terdapat berbagai jenis sanksi pidana mulai yang terberat yaitu sanksi
pidana mati sampai teringan yaitu sanksi pidana denda. "ecuali ada alasan
pembenar yang dapat dijadikan legalisasi dari perbuatan pidana yang
dilakukan, sebagaimana tertuang dalam Pasal ;; )karena jiwanya cacat/,
Pasal ;5 )adanya pengaruh daya paksa/, Pasal 9. )melaksanakan
ketentuan 33/ dan Pasal 91 "37P )melaksanakan perintah jabatan/.
=enanggapi alasan pembenar yang terdapat dalam Pasal ;;, ;5, 9.
dan 91 "37P, 8emar &eno 4dji mengatakan, bahwa ada alasan-alasan
yang dapat dibenarkan yang bukan didasarkan pada alasan-alasan
pembenar yang terdapat dalam undang-undang yaitu yang berada di luar
undang-undang yang dikembangkan oleh ilmu hukum dan 2urisprudensi.
<A
Dengan demikian, dari hasil analisa yang dilakukan terhadap
3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan dalam kaitannya
<A
8emar &eno 4dji, Hukum Pidana, )(akarta, 1rlangga, 1A5./, halaman 1A;.
55
dengan abortus pro#ocatus pada korban perkosaan, dapat penulis
simpulkan, bahwa pada prinsipnya 33 ?o. 0@ +ahun $..A tentang
"esehatan yang berlaku sebagai le3 speciale melarang tindakan aborsi
)Pasal <9 ayat )1//, kecuali abortus provocatus terhadap kehamilan akibat
perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan )Pasal <9 ayat )$/ huru! b/, disamping tindakan abortus
provocatus medicinalisBt(erapeuticus, yakni aborsi yang dilakukan secara
sengaja karena terdapat indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak
usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu danBatau janin
)Pasal <9 ayat )$/ huru! a/.
Pengecualian yang diberikan oleh 33 ?o.0@ +ahun $..A sebagai
legalisasi terhadap abortus provocatus pada korban perkosaan dapat
dilakukan dengan beberapa persyaratan sebagai berikut*
)1/ setelah melalui konseling danBatau penasehatan pra tindakan dan
diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh
konselor yang kompeten dan berwenang )Psl.<9 ayat )0//E
)$/ dilakukan sebelum kehamilan berumur @ )enam/ minggu dihitung dari
hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medisE
)0/ oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki serti!ikat yang ditetapkan oleh menteriE
);/ dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutanE dan
5A
)9/ penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh =enteri.)Psl.<@/.
&anksi pidana bagi pelaku abortus provokatus baru dapat diberikan
apabila memenuhi unsur-unsur perbuatan pidana yaitu unsur-unsur
perbuatan abortus provocatus kriminalis, seperti halnya yang tertuang
dalam Pasal $AA, 0;@, 0;<, 0;5 dan 0;A "37P. &anksi pidana berupa
pidana pidana penjara maksimal, yaitu*
a. Paling lama ; )empat/ tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah
bagi setiap orang yang melakukan perbuatan mengobati seorang wanita
yang sedang hamil atau menyuruhnya supaya diobati dengan harapan
dari pengobatan tersebut kehamilan dari wanita tersebut dapat
digugurkan .
b. ; )empat tahun/ bagi wanita yang dengan sengaja mematikan janinnya
)Pasal 0;@ "37P/E
c. 1$ )dua belas tahun/ bagi seseorang yang menggugurkan kandungan
wanita tanpa persetujuan )Pasal 0;< ayat )1/ "37P/E
d. =aksimal 19 )lima belas tahun/ bagi pengguguran kandungan tanpa
persetujuan wanita yang berakibat matinya wanita tersebut, dan juga
yang dengan persetujuan )Pasal 0;< ayat )$/ "37P/E
e. 9 )lima tahun/ @ )enam bulan/ bagi pengguguran yang disengaja
dengan kesepakatan wanita )Pasal 0;5 ayat )1//E
f. < )tujuh tahun/ pengguguran disengaja dengan kesepakatan yang
berakibat mati )Pasal 0;5 ayat )$/E
A.
g. Ditambah 1B0 )sepertiga/ lebih tinggi bagi ahli medis dibanding
selain ahli medis. 6ahkan ditambah dengan pencabutan iLin praktek
yang digunakan untuk melakukan perbuatan pidana )Pasal $AA jo.
Pasal 0;A "37P/.
&edangkan dalam 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang
"esehatan, menerapkan sanksi pidana penjara paling lama 1. )sepuluh/
tahun, dan denda paling banyak %p1............,.. )satu miliar rupiah/
terhadap setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal <9 ayat )$/ undang-
undang tersebut.
+erhadap orang lain yang ikut melakukan perbuatan abortus baik
melakukan atau membantu melakukan, dapat digolongkan pada turut serta
terhadap perbuatan pidana. Dalam hukum pidana, turut serta digolongkan
menjadi lima macam sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 99 dan 9@
"37P, yaitu*
5.
a. 8rang yang melakukan >Pleger.,
b. 8rang yang menyuruh melakukan >%oen Plegen.,
c. 8rang yang turut melakukan >'edepleger.,
d. 8rang yang membujuk untuk melakukan >9itlokker.
e. 8rang yang membantu melakukan )'edeplic(tige/.
5.
3trecht, Hukum Pidana )&urabaya* Pustaka +inta =as, 1A5</, II, halaman 5. 6andingan
dengan %. &oesilo, Kitab 9ndang-undang Hukum Pidana >K9HP. Serta Komentar-komentarn2a
0engkap Pasal %emi Pasal, )6ogor* Politeia, 1AA1/, halaman <$-<;.
A1
B. Perlindun&an Huu% Pidana terhada4 /orban Pero$aan yan&
Melauan A(ortu% Pro)o'atu%
Perlindungan hukum berarti melindungi hak setiap orang untuk
mendapatkan perlakuan dan perlindungan yang sama oleh hukum dan
undang-undang, maka oleh karena itu untuk setiap pelanggaran hukum yang
dituduhkan padanya serta dampak yang diderita olehnya ia berhak pula untuk
mendapat perlindungan dari hukum yang diperlukan sesuai dengan asas
hukum. +etapi perlu kita ketahui bahwa dalam kasus perkosaan pihak korban
telah terabaikan dari jangkauan hukum. Ini terbukti dari banyaknya kasus
dengan korban perempuan yang tidak mampu terselesaikan secara adil dan
memuaskan.
(-
Persoalan yang menyangkut korban kejahatan ternyata kurang
begitu menarik perhatian orang, sehingga jarang sekali ada kegiatan-kegiatan
keilmuan yang bertujuan untuk membahasnya. Padahal dalam kejahatan pada
umumnya kita tidak dapat memikirkan suatu kejahatan tanpa adanya korban.
(adi, korban merupakan komponen penting dari kejahatan pada umumnya
yang sering dilupakan orang. 4pabila dikaji, dilupakannya persoalan korban
tersebut disebabkan antara lain *
=asalah kejahatan tidak dilihat, dipahami menurut proporsi yang
sebenarnya secara multidimensionalE
51
1rwin 2uliatiningsih, "ebutuhan Perlindungan 7ukum bagi Perempuan "orban +indak
Pidana Perkosaan di Indonesia, (ttp:::111)google)com, diakses 1$ >ebruari $.1..
A$
"ebijakan penanggulangan kejahatan >criminal polic2. yang tidak
didasarkan pada konsep yang integral dengan etiologi kriminalE
"urangnya pemahan bahwa masalah kejahatan merupakan masalah
kemanusiaan, demikian pula masalah korban.
+erjadinya korban pada umumnya tidak dapat dilepaskan dari
terjadinya kejahatan itu sendiri. Dengan kata lain, korban selalu mempunyai
kedudukan !ungsional dalam terjadinya kejahatan. "husus mengenai peranan
pihak korban, seringkali dikatakan bahwa korban dan pelaku mempunyai
hubungan !ungsional. 6ahkan dalam kondisi-kondisi tertentu, korban
termasuk yang bertanggung jawab. 4rtinya, dalam kejahatan-kejahatan
tertentu keberadaan korban merupakan syarat mutlak agar kejahatan tersebut
terjadi. Peranan korban dalam terjadinya kejahatan tersebut dapat disadari
atau tidak disadari.
Perkosaan yang dialami oleh seorang wanita akan menimbulkan
derita !isik, psikis dan sosial pada dirinya. Penderitaan tersebut akan terus
berlanjut apabila korban ternyata mengalami kehamilan. 6erbeda dengan
kehamilan yang tidak dikehendaki lainnya, misalnya karena kegagalan dalam
pemakaian alat kontrasepsi dalam keluarga berencana )"6/ atau karena
dalam hubungan seks pranikah. "ehamilan karena perkosaan lebih sulit dan
berat diterima oleh perempuan atau keluarganya.
&ebenarnya korban perkosaan yang hamil dapat memilih satu dari
dua alternati! untuk menyikapi kondisinya tersebut, meneruskan kehamilan
yang tidak dikehendaki atau melakukan abortus provocatus, tentu dengan
A0
masing-masing resiko. 4pabila memilih untuk meneruskan kehamilannya, ia
harus siap menjadi orang tua tunggal tanpa suami, disamping itu secara
sosiologis hal tersebut merupakan pilihan yang berat mengingat kondisi
sosiokultural masyarakat kita yang masih memandang rendah, bahkan
menabukan seorang perempuan yang hamil tanpa suami sah. &edangkan jika
alternati! kedua yang dipilih, resiko keselamatan jiwa bisa mengancam.
"alaupun abortus provocatus dapat dilakukan dengan selamat, ancaman
sanksi pidana sudah menghadang, apabila terbukti abortus provocatus yang
dilakukan tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditentukan dalam
undang-undang.
=engenai ancaman sanksi pidana bagi pelaku abortus provocatus,
dalam hukum pidana )"37P/ dirumuskan adanya ancaman pidana bagi
mereka yang melakukan pengguguran kandungan. "37P tidak
memperdulikan latar belakang atau alasan dilakukannya pengguguran
kandungan itu. Dengan demikian, apabila abortus provocatus adalah pilihan
yang harus diambil dan dilakukan oleh perempuan korban perkosaan, baik
atas permintaan diri sendiri maupun melalui bantuan orang lain atas
persetujuan ataupun tanpa persetujuan perempuan korban perkosaan, maka
dengan menggunakan ketentuan "37P, perempuan korban perkosaan tidak
dapat lepas dari jeratan hukum, sehingga "37P tidak memberikan
perlindungan hukum terhadap perempuan korban perkosaan yang melakukan
abortus provocatus.
A;
&edangkan dalam 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang
"esehatan, perlindungan hukum yang diberikan terhadap perempuan korban
perkosaan yang melakukan pengguguran kandungan )abortus provocatus/
menjadi hak dari perempuan tersebut. 4rtinya pengguguran kandungan
)abortus provocatus/ yang dilakukan oleh perempuan korban perkosaan
diperbolehkan. &eperti yang disebutkan dalam Pasal <9 ayat )$/ 3ndang-
3ndang ?o. 0@ +ahun $..A, salah satu pengecualian terhadap perempuan
untuk melakukan aborsi adalah kehamilan akibat perkosaan yang dapat
menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan tersebut. +ekanan
psikologis yang dialami oleh perempuan yang mengandung karena perkosaan,
dapat dimasukkan sebagai indikasi medis untuk melakukan pengguguran
kandungan asalkan memenuhi syarat-sayarat sebagaimana yang ditentukan
oleh 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A, sebagai dasar hukum untuk
melegalkan tindakan pengguguran kandungan yang dilakukan oleh korban
perkosaan, termasuk mereka dalam hal ini adalah tenaga kesehatan yang
berkompeten dan memiliki kewenangan yang diberikan oleh undang-undang
untuk melakukan pengguguran kandungan. &yarat-syarat tersebut adalah*
melalui konseling danBatau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten
dan berwenang )Pasal <9 ayat )0//E
4borsi tersebut dilakukan*
a. sebelum kehamilan berumur @ )enam/ mingguE
A9
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
yang memiliki serti!ikat yang ditetapkan oleh menteriE
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan. )Pasal <@/
"arena tekanan psikologis yang dialami oleh perempuan yang
mengandung akibat perkosaan dapat dimasukkan sebagai indikasi medis
untuk melakukan pengguguran kandungan, maka perempuan yang menjadi
korban perkosaan yang kemudian melakukan aborsi dengan memperhatikan
beberapa syarat seperti yang sudah disebutkan di atas mendapatkan
perlindungan hukum, dan tidak dapat dituntut secara pidana karena telah
melakukan abortus provocatus. Dengan demikian, alasan psikologis yang
dialami oleh perempuan korban perkosaan yang melakukan aborsi adalah
merupakan alasan penghapus pidana, oleh karenanya pula menjadi
pertimbangan dalam hukum pidana khususnya melalui 3ndang-3ndang ?o.
0@ +ahun $..A tentang kesehatan untuk memberikan perlindungan hukum
terhadap perempuan korban perkosaan yang kemudian hamil, dan memilih
abortus provocatus sebagai cara untuk mengakhiri kehamilannya.
Dalam "37P juga diakui adanya alasan-alasan tekanan psikologis
tertentu sebagai alasan penghapus pidana. 4pabila hal tersebut dikaitkan
dengan korban perkosaan, pertanyaannya adalah apakah tekanan psikologis
yang dialami korban perkosaan )yang hamil/ dapat juga dinilai sebagi suatu
alasan pnghapus pidanaG 7al itu perlu dipertimbangkan dengan landasan
A@
ber!ikir ilmiah mengingat kenyatannya hampir semua korban perkosaan juga
mengalami tekanan psikologis.
Pasal ;5 "37P mengakui adanya daya paksa yang dapat
menghapuskan pemidanaan bagi barangsiapa yang melakukan tindak pidana.
"orban perkosaan dihadapkan pada dua pilihan antara menggugurkan
kandungan atau meneruskan kehamilannya. Dalam teori hukum pidana,
=oeljatno membagi daya paksa menjadi dua yaitu daya paksa dalam arti
sempit atau overmac(t dan keadaan darurat atau noodtoestand. &edangkan
noodtoestand sendiri ada 0 kemungkinan, yakni *
1. 8rang terjepit antara $ )dua/ kepentingan, dalam hal ini ada kon!lik antara
dua kepentinganE
$. 8rang terjepit antara kepentingan dan kewajibanE
8. 8rang terjepit antara $ )dua/ kepentingan.
(+
Dengan mendasarkan pada perkembangan keadaan di masyarakat,
pasal ini harus dita!sirkan secara luas. =akna pengaruh daya paksa disini
termasuk pula opini publik yang mengancam kesehatan psikis korban
perkosaan yang hamil. ?iat korban perkosaan untuk menggugurkan
kandungannya belum tentu hanya berasal dari nuraninya saja, karena ia sadar
bahwa embrioBjanin tersebut tidak berdosa. ?amun ketakutan akan persepsi
masyarakat bahwa anak yang ia lahirkan adalah anak di luar nikah,
melahirkan anak tanpa suami, anaknya nanti akan dicap sebagai anak haram
dan pandangan-pandangan yang bersi!at minor lainnya cenderung memicu
niat korban perkosaan untuk menggugurkan kandungannya.
5$
=oeljatno, 4sas....,+p)5it),halaman 9;.
A<
8pini masyarakat tersebut dapat dikategorikan sebagai daya
paksa >overmac(t. yang berasal dari luar diri korban perkosaan dan secara
sosiologis memaksa korban perkosaan untuk menggugurkan kandungannya
agar dapat terhindar dari stigma-stigma buruk di masyarakat. 4spek ini harus
diperhatikan dalam proses pemidanaan oleh hakim. 4pabila hal ini diabaikan
ada kemungkinan korban perkosaan akan mengalami tekanan psikis bertubi-
tubi tanpa ada kepedulian sama sekali dari masyarakat, aparat penegak hukum
maupun pemerintah.
Dengan demikian, seorang hakim dalam proses peradilan pidana
khususnya dalam kasus abortus provocatus pada korban perkosaan tidak
hanya berkedudukan sebagai pelaksana undang-undang saja. ?amun lebih
dari itu, hakim harus mampu mena!sirkan hukum agar pemberlakuannya
sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini. Lebih jauh lagi, hakim harus
mampu menemukan hukum >rec(tsvinding. dalam menangani kasus-kasus
yang spesi!ikasinya ada di luar undang-undang. Dengan demikian, hakim
sebagai praktisi hukum juga harus berperan serta dalam mengembangkan
hukum yang mengandung aspek-aspek keadilan dan keman!aatan hukum
sebagaimana ditegaskan dalam 33 ?o. ;5 +ahun $..A tentang "ekuasaan
"ehakiman tidak hanya bagi para pihak yang bersangkutan namun juga bagi
masyarakat luas.
Perumusan delik abortus provocatus tidak terlepas dari proses dan
konteks sosial pada waktu "37P itu dibuat. &eperti diketahui, "37P yang
merupakan induk dari hukum pidana )tertulis/ di Indonesia itu merupakan
A5
hasil konkordansi dari -#& 6elanda. Dari perumusan delik yang berkitan
dengan perempuan sebagai korbannya dapat disimpulkan, bahwa eksistensi
perempuan sebagai manusia utuh belum diakui. 7al ini secara gamblang
dapat dilihat dari pereduksian hakekat perempuan sebagai manusia hanya
terbatas pada alat kelaminnya, seperti yang dapat dilihat pada pasal tentang
perkosaan. =enurut "37P dikatakan ada perkosaan apabila seorang laki-laki
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksakan persetubuhan dengan
perempuan di luar perkawinan. &edangkan menurut batasan medis, dikatakan
ada persetubuhan jika ada penetrasi penis ke dalam #agina. Dengan demikian
seorang laki-laki yang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksakan oral seks atau anal seks, atau bahkan memasukkan benda-benda
lain ke dalam #agina seorang perempuan tidak dapat dijerat dengan pasal
perkosaan ini. Demikian juga jika yang melakukan pemaksaan persetubuhan
adalah suami dari perempuan tersebut.
4borsi memang mengundang banyak kontro#ersi, misalnya
mengenai hak janin dan hak ibu hamil, atau mengenai konsep awal
kehidupan, apakah sejak terjadinya konsepsi atau beberapa mingguBbulan
setelah itu. Perbedaaan pandangan inilah yang menyebabkan timbulnya dua
aliran yang memperdebatkan masalah aborsi. =enurut ". 6ertens dalam
Lukman 7akim ?ainggolan, ,erakan Pro 0ife menekankan hak janin untuk
hidup. 6agi mereka mengaborsi janin sama dengan pembunuhan )murder/
gerakan Pro 5(oice mengedepankan pilihan si perempuan mau melanjutkan
kehamilannya atau mengakhirinya dengan aborsi. 6agi mereka perempuan
AA
mempunyai hak untuk memilih antara dua kemungkinan itu, orang lain dalam
masalah ini tidak dapat ikut campur.
(8
Pereduksian eksistensi perempuan sebagai manusia utuh tersebut
sekaligus menunjukkan kurang diakuinya atau tidak adanya perlindungan
terhadap hak-hak perempuan atas tubuh dan jiwanya. Dalam kasus abortus
provocatus ada hak dari perempuan atas tubuh dan jiwanya )karena abortus
provocatus seringkali juga mengancam jiwa perempuan yang mengandung /.
&oal apakah ada hak dari janin atas tubuh dan jiwanya amat tergantung pada
batasan kapan janin dikatakn mempunyai bentuk tubuh seorang manusia serta
kapan janin dikatakan mempunai jiwaBnyawa. 4pabila janin dianggap
mempunyai hak, tanpa mempersoalkan kapan hak itu muncul atau diakui,
maka sebenarnya pada kasus abortus provocatus terjadi kon!lik antara dua
hak, yaitu hak perempuan yang hamil bertentangan dengan hak janin. Dengan
demikian untuk menentukan apakah perempuan )korban perkosaan/ yang
melakukan abortus provocatus atas kandungannya dapat dipidana atau tidak
dapat dinilai dari kepentingan manakah yang lebih utama.
Pertentangan antara kedua pandangan tersebut memang masih
dirasakan sampai sekarang. 8leh karena itu melalui legalisasi abortus
provocatus pada korban perkosaan dengan memenuhi beberapa syarat seperti
yang diatur melalui 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan,
diharapkan selain memberikan perlindungan hukum terhadap perempuan
korban perkosaan yang kemudian hamil dan memilih abortus provocatus
50
Lukman 7akim ?ainggolan, 4spek 7ukum....., +p)5it., halaman A5.
1..
sebagai cara untuk mengakhiri kehamilannya, juga menjadi alternati!
pemecahan masalah yang objekti! yang dipilih oleh masyarakat khususnya
bagi mereka yang mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki sebagai akiat
dari tindak pidana perkosaan. &ebenarnya, beberapa ?egara yang telah
melegalkan aborsi memberi pilihan yang layak bagi ibu-ibu yang memiliki
anak di luar nikah. &elain tersedianya klinik aborsi di mana-mana, jika
perempuan memutuskan menyimpan janin yang dia kandung, biasanya
tersedia dua alternati!* sebagai single mot(er, atau pengaturan adopsi untuk
bayi tersebut. &ebagai single mother dia beserta bayinya akan mendapatkan
dukungan material, seperti tunjangan makanan, kesehatan, biaya hidup
bahkan sekolah bagi anak dari pemerintah. +etapi pemerintah Indonesia tidak
akan mampu melakukan hal tersebut melihat perekonomian ?egara yang
sedang mengalami krisis, jangankan mengharapkan tunjangan, perlakuan
manusiawi pun sulit di dapat bagi perempuan yang bernasib seperti ini.
Perdebatan antara pandangan pro life dan pro c(oice memang tidak
akan pernah selesai dan merupakan pilihan sulit bagi masyarakat yang
mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki. Pokok dari permasalahan
abortus provocatus ini adalah karena adanya kehamilan yang tidak
dikehendaki, dan untuk mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki tersebut
harus ada upaya-upaya dari pemerintah dan masyarakat dalam mencegah
permasalahan ini. Dan salah satu upaya yang sudah dilakukan adalah
melakukan perubahan yang lebih progresi! melalui legalisasi 3ndang-3ndang
1.1
?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan terhadap abortus provocatus pada
korban perkosaan.
8leh karena itu, perlu segera disosialisasikan kepada masyarakat
bahwa korban perkosaan adalah tetap manusia yang mempunyai hak sama
dengan manusia lainnya. =ereka patut mendapat perlakuan sama dengan
manusia lainnya, termasuk penghargaan dan penghormatan serta
perlindungan atas haknya untuk melakukan abortus provocatus. "eputusan
untuk melakukan abortus provocatus oleh korban perkosaan yang hamil tidak
menimbulkan kerugian bagi orang lain. &atu-satunya akibat yang dirasa
mengganjal adalah karena keputusan itu menimbulkan gesekan-gesekan
dengan norma-norma masyarakat. +api sepenjang tidak merugikan orang lain,
keputusan untuk melakukan abortus provocatus tetap harus dihormati. 7al ini
juga demi kebaikan si korban sendiri daripada meneruskan kehamilannya
tetapi menimbulkan banyak dampak buruk jangka panjang baik bagi dirinya
sendiri, anak hasil perkosaan tersebut maupun masyarakat luas.
6erdasarkan uraian hasil penelitian di atas, berikut ini melalui
ilustrasi bagan yang disajikan, penulis mengharapkan dapat memudahkan di
dalam memahami objek permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini*
1.$
BAB 0
PEN"T"P
A. Si%4ulan
1.0
7asil
Penelitian
Pengaturan Abortus
Provocatus pada
"orban Perkosaan
dalam Perspekti!
7ukum Pidana
Perlindungan
7ukum Pidana
terhadap "orban
Perkosaan yang
=elakukan Abortus
Provocatus
"itab 3ndang-3ndang
7ukum Pidana )"37P/
"37P tidak melegalkan
abortus provocatus tanpa
kecuali, maka abortus
provocatus yang dilakukan
korban perkosaan, dan
mereka yang turut
melakukan pengguguran
kandungan berdasarkan
pengaturan "37P dapat
dikenakan sanksi pidana.
3ndang-3ndang ?o. 0@
+ahun $..A tentang
"esehatan
4borsi karena perkosaan
adalah merupakan
pengecualian, dan tidak
merupakan tindak pidana
apabila dilakukan
berdasarkan beberapa
persyaratan sebagai alasan
medis seperti yang diatur
dalam Pasal <9 ayat )0/
dan Pasal <@
"37P tidak
memberikan
perlindungan hukum
terhadap perempuan
korban perkosaan
yang melakukan
abortus provocatus.
3ndang-3ndang ?o. 0@
+ahun $..A tentang
"esehatan memberikan
perlindungan hukum
terhadap abortus
provocatus pada korban
perkosaan dengan
beberapa persyaratan
sebagai alasan medis
seperti yang diatur
dalam Pasal <9 ayat )0/
dan Pasal <@ 33 ?o. 0@
+ahun $..A.
1. Pengaturan 7ukum Pidana tentang pengguguran kandungan )abortus
provocatus/ terdapat dalam "itab 3ndang-3ndang 7ukum Pidana
)"37P/ yang berlaku sebagai hukum pidana umum )0e3 ,enerale/, dan
juga dalam 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan yang
menggantikan 3ndang-3ndang ?o. $0 +ahun 1AA$, dan berlaku sebagai
hukum pidana khusus )0e3 Speciale/. "37P memberikan status hukum
ilegal terhadap aborsi karena tidak membolehkan aborsi tanpa
pengecualian dengan alasan apapun juga dan oleh siapapun juga. Dengan
kata lain, "37P tidak membedakan antara abortus provocatus
medicinalis:t(erapeuticus dan abortus provocatus crimnalis "etentuan ini
sejak diundangkannya di Laman pemerintahan 7india 6elanda sampai
dengan sekarang ini tidak pernah berubah, dan ketentuan ini berlaku
umum bagi siapapun yang melakukan, bahkan bagi dokter yang
melakukan dapat dikenakan pemberatan pidana. &edangkan dalam
3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang "esehatan, permasalahan
aborsi memperoleh legitimasi dan penegasan. &ecara eksplisit, dalam
undang-undang ini terdapat pasal-pasal yang mengatur mengenai aborsi,
meskipun dalam praktek medis mengandung berbagai reaksi dan
menimbulkan kontro#ersi diberbagai lapisan masyarakat. =eskipun,
undang-undang melarang praktik aborsi, tetapi dalam keadaan tertentu
terdapat kebolehan, yakni membolehkan aborsi berdasarkan indikasi medis
untuk menyeamatkan jiwa ibu dalam keadaan darurat.
1.;
+. Perempuan sebagai korban perkosaan yang kemudian diketahui
mengandung janin sebagai akibat perkosaan yang pernah dialaminya, yang
pada akhirnya memilih untuk melakukan aborsi )abortus provocatus/,
dalam ketentuan hukum pidana khususnya melalui 3ndang-3ndang ?o.
0@ +ahun $..A tetap mendapatkan perlindungan hukum sebagaimana yang
diatur dalam undang-undang tersebut. Dalam pengertian lain, hukum
pidana melalui ketentuan 3ndang-3ndang ?o. 0@ +ahun $..A tentang
"esehatan memberikan perlindungan hukum terhadap tindakan abortus
pro#ocatus pada korban perkosaan dengan beberapa persyaratan sebagai
alasan medis seperti yang diatur dalam Pasal <9 ayat )0/ dan Pasal <@ 33
?o. 0@ +ahun $..A.
B. Saran
1. &eyogjanya pedoman atau prinsip-prinsip pelaksanaan aborsi terhadap
janin hasil perkosaan perlu dirumuskan secara eksplisit di dalam
Peraturan Pemerintah. 3ntuk itu perlu segera diterbitkannya Peraturan
Pemerintah )PP/ sebagai peraturan pelaksana dari 33 ?o. 0@ +ahun $..A
yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan aborsi bagi korban
perkosaan. 2ang menjadi pertimbangan penting sehingga penulis
menganggap perlu untuk segera diterbitkannya Peraturan Pemerintah )PP/
tersebut yaitu, bahwa Peraturan Pemerintah tentang tata cara pelaksanaan
aborsi terhadap janin hasil perkosaan, tidak sembarangan bisa dilakukan
sebagai jalan keluar bagi pelaku aborsi akibat perkosaan. &elain itu agar
1.9
Pasal <9 ayat )$/ sebagai aturan pengecualian terhadap aborsi tidak
dijadikan justi!ikasi sebagaian orang untuk mempermudah terjadinya
aborsi. Dengan demikian sebagai pelaksana lapangan dari 33 ?o. 0@
+ahun $..A ini benar-benar mengetahui kebutuhan nyata masyarakat.
&ehingga, 33 ?o. 0@ +ahun $..A menjadi undang-undang yang lahir
karena respon kebutuhan sebagai jawaban atas persoalan dan bukan
menambah persoalan yang baru. "eberadaan aturan yang dimaksud harus
betul memperhatikan segi positi! dan negati!nya, karena berkaitan dengan
pembentukan moral bangsa secara keseluruhan.
$. Perlu melakukan re#isi terhadap 33 ?o. 0@ +ahun $..A, khususnya
beberapa pasal yang terkait dengan penentuan usia maksimal janin sebagai
akibat perkosaan yang boleh diaborsi. =enurut Pasal <@ huru! a 33 ?o.
0@ +ahun $..A tentang "esehatan, seorang perempuan korban
pemerkosaan hanya boleh mengakses aborsi yang sah jika kehamilannya
kurang dari enam minggu. "erangka waktu yang pendek ini akan
membuat tidak mungkin bagi sebagian besar perempuan yang memerlukan
layanan aborsi untuk mengakses layanan semacam itu secara legal. 6anyak
perempuan tidak menyadari bahwa mereka hamil dalam waktu sesingkat
itu, dan korban pemerkosaan karena trauma yang mereka derita mungkin
baru mengetahui atau dapat mengakui kehamilan mereka setelah periode
enam minggu berakhir. =enurut penulis, pembatasan kehamilan enam
minggu yang bersi!at mutlak merupakan pembatasan atas akses perempuan
1.@
terhadap layanan aborsi. Di samping itu, 33 "esehatan mensyaratkan para
korban pemerkosaan untuk mendapat konseling sebelum dan sesudah
tindakan aborsi oleh konselor guna mengakses layanan aborsi yang sah
)Pasal <9 ayat )0//, tapi tidak merinci prosedur bagi seorang perempuan
yang hamil karena tindakan pemerkosaan untuk bisa membahas hal ini
dengan konselor dengan tujuan mendapatkan aborsi. "egagalan
memperjelas proses ini mendudukkan baik perempuan maupun konselor
dalam posisi di mana hak mereka masing-masing untuk mengakses
layanan medis, dan tanggung jawab untuk menyediakan akses ke layanan
aborsi, tidaklah jelas. "arena ketidakjelasan ini perempuan mungkin
mengalami trauma lagi karena harus menceritakan perincian pemerkosaan,
atau karena tidak memperoleh akses ke aborsi yang berhak mereka
dapatkan, karena konselor tidak tahu kapan boleh secara sah memberikan
aborsi dengan alasan pemerkosaan. "eadaan ini khususnya sulit bagi
kelompok tertentu yang rentan seperti para perempuan dan gadis yang
menjadi pekerja rumah tangga.
3. Perlu kerjasama dari berbagai pihak yang terkait dalam hal memastikan,
bahwa proses pelaksanaan aborsi secara sah tidak memberikan trauma
kedua kalinya kepada para korban perkosaan, dan tidak membebankan
sehingga mungkin mencegah sebagian besar korban, terutama mereka
yang tinggal di komunitas miskin, termarginalisasi dan terpencil, untuk
mengakses pelaksanaan layanan-layanan aborsi yang aman. Disamping
1.<
itu, juga memastikan bahwa program-program khusus dengan konselor,
penyedia layanan dan pemangku kepentingan lainnya diadakan sehingga
para korban perkosaan memiliki akses terhadap layanan-layanan untuk
melakukan aborsi yang aman, dan diiLinkan menurut undang-undang.
1.5

You might also like