You are on page 1of 18

Neisseria gonorroe

Rence Pietersz*
102011171
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA

*Alamat Korespendensi:
Rence Pietersz
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510
No. Telp (021) 5694-2061,
e-mail: pietersz_rence@yahoo.com

PENDAHULUAN
Gonore adalah penyakit seksual yang paling sering terjadi. Penyebabnya adalah bakteri
Neisseria gonorrhoeae (diplococus gram negative) dua sampai sepuluh hari setelah terkena
timbul uretritis dan keluar nanah dari uretra. Mungkin disertai rasa gatal, rasa panas, atau sakit di
ujung meatus, terutama sewaktu berkemih; 10-20% tidak bergejala. Pada umumnya
penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genitor-genital, orogenital, dan anogenital.
Tetapi disamping itu dapat juga terjadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk,
thermometer, dan sebagainya.
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis) atau keluarga pasien atau
dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Berbeda dengan wawancara
biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, berdasarkan pengetahuan tentang penyakit
dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari
masalah yang dikeluhkan oleh pasien.
1

Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan menentukan beberapa hal mengenai hal-hal
berikut :
1

1. Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien (kemungkinan
diagnosis)
2. Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan
pasien (diagnosis banding)
3. Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut (faktor
predisposisi dan faktor risiko)
4. Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi)
5. Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien (faktor
prognostik, termasuk upaya pengobatan)
6. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk menentukan
diagnosisnya
Selain pengetahuan kedokterannya, seorang dokter diharapkan juga mempunyai kemampuan
untuk menciptakan dan membina komunikasi dengan pasien dan keluarganya untuk
mendapatkan data yang lengkap dan akurat dalam anamnesis. Lengkap artinya mencakup semua
data yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis, sedangkan akurat berhubungan dengan
ketepatan atau tingkat kebenaran informasi yang diperoleh.
1

Dalam anamnesis yang harus ditanya oleh dokter ke pasien adalah:
1. Terasa nyeri pada saat kencing sejak kapan?
2. Pada saat kencing Apakah terasa gatal dan panas pada ujung kemaluan bapak?
3. Apakah keluar nanah pada ujung kemaluan bapak?
4. Kalo ada nanah, Nanahnya keluarnya banyak?
5. Apakah terjadi pembengkakan dan kemerahan pada kemaluan bapak?
6. Apakah bapak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya?
7. Di keluarga bapak ada yang menderita penyakit yang sama tidak?
8. Sudah pernah berobat sebelumnya ?
9. Kalo sudah, dikasih obat apa?
Berdasarkan keluhan pasien pada scenario 4 didapatkan informasi berupa keluhan kencing
yang terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu. Pasien belum mengobati keluhan tersebut pada
pemeriksaan fisik umumnya didapatkan suhu 37,7
o
C, pembesaran kelenjar getah bening inguinal
dekstra dan sinistra, mobile, nyeri tekan (+). Pemeriksaan venereologikus : Ostium uretra
eksterna eritema, edema, secret (+) banyak, purulent.
Dari keluhan-keluhan tersebut dan dasar teori dari anamnesis, maka dapat kita ketahui data-data
sebagai berikut :
Keluhan utama
Kencing yang terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien belum mengobati keluhan tersebut
Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Pada scenario 4 hasil pemeriksaan fisik didapatkan suhu 37,7
o
C, pembesaran kelenjar
getah bening inguinal dekstra dan sinistra, mobile, nyeri tekan (+). Pemeriksaan venereoligikus :
pada Ostium uretra eksterna ditemukan adanya eritema, edema, secret (+) banyak, purulent.
Pemeriksaan Penunjang
1. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan gonokokus negative
gram intraseluler dan ekstraseluler. Bahkan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa
navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin, serviks,
dan rectum.
2



2. Kultur untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan atau kultur. Dua macam media
yang dapat digunakan :
2

Media transport
Media pertumbuhan
Contoh media transport :
2

Media stuart
Hanya untuk transport saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media
pertumbuhan.
Media transgrow media ini selektif dan nutritive untuk N. gonorrhea dan N.
meningitides; dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan
gabungan media transport dan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam
pada media pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin
dengan menambahkan trimetpoprim untuk mematikan proteus sp.
Contoh media Perumbuhan :
2

Mc Leods chocolate agar
Berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman gonoko, kuman-
kuman yang lain juga dapat tumbuh.
Media Tehayer Martin
Media ini selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk
menekan pertumbuhan kuman positif gram, kolekstrimetat untuk menekan
pertumbuhan bakteri negative-gram, dan gram nistatin untuk menekan
pertumbuhan jamur.
Modified Thayer Martin agar
Isinya ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman
proteus sp.
3. Tes Definitif
2

Tes oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin
hidroklorida 1 % ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria
member reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening
berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung.
Tes Fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltose
dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa.
4. Tes beta-Laktamase
2

Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc BBL 961192 yang
mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna dari
kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase.
5. Tes Thomson
2

Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai dimana enfeksi dudah berlangsung.
Dagulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu itu ialah
pengobatan setempat.
Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan :
Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
Urin dibagi dalam dua gelas
Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus ,mengandung air seni paling sedikit 80-100
ml, jika air seni kuang dari 80 ml, maka gelas II sukar dinilai karena baru meguras uretra
anterior.
Hasil pembacaan
Gelas 1 Gelas II Arti
Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior
Keruh Keruh Panuretris
Jernih Keruh Tidak mungkin


WD
Gonore
Gonore adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoaeae (N.
gonorrhoeae) . Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari,
kadang-kadang lebih lama karena pengobatan diri sendiri tapi dengan dosis yang tidak cukup
atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan. Pada wanita, masa tunas sulit ditentukan
karena pada umumnya asimtomatik.
3

Tempat masuk kuman pada pria di uretra menibulkan uretritis. Yang penting sering ialah
uretritis anterior akut dan dapat menjalar sehinga komplikasi. Komplikasi bisa berupa komplikasi
local yaitu tisonitis, parauretritis, litritis, cowperitis; komplikasi asendens yaitu prostatitis,
vesikulitis, vas deferentitis / funikulitis, epididimitis, trigonitis, dan komplikasi diseminata.
3

Keluhan subjektif berupa rasa gatal, panas dibagaian distal uretra di sekitar orifisium
uretra eksternum, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang disertai
darah, perasaan nyeri saat ereksi. Pada pemeriksaan tampak orificium uretra eksternum, merah,
edema, dan ektropion. Tampak duh tubuh mukopurulen dan dapat terjadi pembesaran kelnjar
getah bening inguinal unilateral atau bilateral.
3

Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda karena perbedaan anatomi
dan fisiologi alat kelamin keduanya. Pada wanita, baik akut maupun kronis, jarang ada keluhan
subjektif dan hampir tidak pernah ada kelainan objektif. Infeksi pada mulanya hanya mengenai
serviks uteri. Dapat asimtomatik, kadang-kadang keluhan berupa rasa nyeri pada pinggul bawah.
Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan secret mukopurulen. Duh tubuh akan
terlihat lebih banyak bila terjadi servisitis akut atau disertai vaginitis yang disebabkan oleh
trichomonas vaginalis.
3

DD
Uretritis nonspesik
Penyebab paling sering ialah Chlamydia trachomatis, Ureplasma urealyticum, Mycoplasama
hominis Gejala klinis dari penyakit ini adalah Pada pria : gejala timbul biasanya 1-3 minggu
setelah kontak seksual dan umumnya tidak seberat gonore. Berupa disuria ringan, perasaan tidak
enak di uretra, sering kencing, dan keluarnya duh tubuh seropurulent. Dibandingkan dengan
gonore, perjalanan penyakitnya lebih lama dan ada kecenderungan residif. Jika tidak terlihat
keluarnya cairan duh tubuh, pemeriksaan labolatorium sangat diperlukan.
3

Pada wanita : tersering terjadi di serviks. Umumnya tidak menunjukan gejala. Sebagian kecil
dengan keluhan keluarnya duh tubuh vagina, disuria ringan, sering kencing, nyeri di daerah
pelvis dan dispareunia. Pada serviks terlihat tanda servisitis yang disertai adanya folikel-folikel
kecil yang mudah berdarah.
3

Gejala klinis
Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang-
kadang lebih lama karena pengobatan diri sendiri tapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala
sangat samar sehingga tidak diperhatikan. Pada wanita, masa tunas sulit ditentukan karena pada
umumnya asimtomatik
3

Tempat masuk kuman pada pria di uretra menibulkan uretritis. Yang penting sering ialah
uretritis anterior akut dan dapat menjalar sehinga komplikasi. Komplikasi bisa berupa komplikasi
local yaitu tisonitis, parauretritis, litritis, cowperitis; komplikasi asendens yaitu prostatitis,
vesikulitis, vas deferentitis / funikulitis, epididimitis, trigonitis, dan komplikasi diseminata.
3

Keluhan subjektif berupa rasa gatal, panas dibagaian distal uretra di sekitar orifisium
uretra eksternum, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang disertai
darah, perasaan nyeri saat ereksi. Pada pemeriksaan tampak orificium uretra eksternum, merah,
edema, dan ektropion. Tampak duh tubuh mukopurulen dan dapat terjadi pembesaran kelnjar
getah bening inguinal unilateral atau bilateral.
3

Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda karena perbedaan anatomi
dan fisiologi alat kelamin keduanya. Pada wanita, baik akut maupun kronis, jarang ada keluhan
subjektif dan hampir tidak pernah ada kelainan objektif. Infeksi pada mulanya hanya mengenai
serviks uteri. Dapat asimtomatik, kadang-kadang keluhan berupa rasa nyeri pada pinggul bawah.
Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan secret mukopurulen. Duh tubuh akan
terlihat lebih banyak bila terjadi servisitis akut atau disertai vaginitis yang disebabkan oleh
trichomonas vaginalis.
3

Patogenesis dan patologi
Invasi mukosa oleh gonokokus menimbulkan respons radang lokal yang menghasilkan
eksudat purulen yang terdiri atas leukosit polimorfonulear, serum, dan epitel yang mengelupas.
Lipoologosakarida gonokokus (endotoksin) menunjukkan sitotoksitas langsung, menyebabkan
silpstatis dan pengelupasan sel epitel bersilia. Bila gonokokus melewati penghalang (barier)
mukosa, lipoologosakarida mengikat antibodi IGM bakterisida dan komplemen serum,
menyebabkan respons radang akut dalam sela subepitel. Faktor nekrosis tumor dan sitokin lain
diduga menengahi sitotoksisitas infeksi gonokokus.
4

Kotoran purulen yang dihasilkan oleh infeksi gonokokus urogenital dapat memblokade
duktus kelenjar paraurethral (skene) atau vagina (bartholini), menyebabkan kista atau abses.
Pada penderita yang tidak diobati, eksudat radang diganti oleh fibroblas, dan jaringan fibrosa
yang menyebabkan striktura urethtra. Gonokokus dapat naik ke saluran urogenital, menyebabkan
endometritis akut, salpingitis dan peritonitis (secara bersama disebut penyakit radang pelvis akut)
pada wanita pasca pubertas dan uretritis atau epididimitis pada orang laki-laki pasca pubertas.
Perihepatitis (sindrom Fitz-Hugh-Curtis) kapsula hati. Gonokokus yang menginvasi limfatik dan
pembuluh darah dapat menyebabkan limfadenopati inguinal, perineum, perianal, iskhiorektal,
dan abses periprostat.
4

Gonokokus menyerang selaput lendir saluran genitourinari, mata, rectum,dan
tenggorokan, mengakibatkan supurasi akut yang dapat menyebabkan invasi jaringan; hal ini
diikuti oleh peradangan kronis dan fibrosis. Pada pria biasanya terdapat uretritis, dengan nanah
yang berwarna krem kuning dan nyeri waktu kencing. Proses dapat menjalar ke epidermis. Pada
infeksi yang tidak diobati, sementara supurasi mereda, terjadi fibrosis, yang kadang-kadang
mengakibatkan striktur uretra. Infeksi uretra pada pria dapat tanpa gejala. Pada wanita, infeksi
primer terjadi di endoserviks dan meluas ke uretra dan vagina, mengakibatkan secret
mukopurulen. Infeksi kemudian dapat menjalar ke tuba uterine dan menyebabkan salpingitis,
fibrosis, dan obliterasi tuba. Infertilisasi terjadi pada 20% wanita yang menderita salpingitis
gonokokus. Servisitis kronis atau proktitis akibat gonokokus sering tanpa gejala.
5

Bakterimia gonokokus mengakibatkan lesi kulit (terutama papula hemoragic dan pustule)
pada tangan, lengan bagian bawah, kaki dan tungkai bawah serta tenosinovitis dan arthritis
supuratif, biasanya pada lutut, pergelangan kaki, dan pergelangan tangan. Gonokokus dapat
dibiakan dari darah dan cairan sendi hanya pada 30 % penderita artiritis gonokokus. Endojarditis
gonokokus tidak umum, tetapi menyebabkan infeksi hebat. Gonokokus kadang-kadang
menyebabkan meningitis dan infeksi mata pada orang dewasa; gejalanya menyerupai penyakit
yang disesbakan meningokokus.
5

Ofthalamia neonatorum gonokokus, infeksi mata pada bayi yang baru lahir, diperboleh
ketika bayi melewati jalan lahir yang terinfeksi. Konjungtivitis yang timbul dapat berkembang
cepat dan, jika tidak diobati, akan mengakibatkan kebutaan. Untuk menghindari penyakit ini di
AS diwajibkan penetesan tetrasiklin, eritromisin, atau perak nitrat ke dalam kantong konjungtiva
bayi yang baru lahir.
5

Gonokokus yang menyebabkan infeksi local sering peka terhadap serum tetapi relative
resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, gonokokus yang masuk ke dalam aliran dalam
dan menyebabkan infeksi yang menyebar biasanya resisten terhadap serum tetapi peka terhadapn
penisilin dan obat antimikroba lainnya serta berasal dari auksotipe yang memerlukan arginin,
hipoxantin, dan urasil untuk pertumbuhannya.
5

Etiologi
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh NEISSER pada tahun 1879 dari
baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam group Neisseria dan dikenal
ada 4 spesies yaitu N. gonorrhoeae dan N. meningitides yang bersifat pathogen serta N.
catarrhalis dan N. pharyngis ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.
2

Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi yang berukuran lebar 0,8
mikrometer dan panjang 1,6 mikrometer, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan
pewarnaan gram bersifat gram negative, terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di
udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39
o
C dan tidak tahan cat
desinfektan.
2

Secara morfologik gonokok terdiri atas 4 tipe yaitu : tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili
yang bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi
radang.
2

Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah darah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis
gepeng yang belum berkembang (immatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.
2


Epidemiologi
Gonorrhea tersebar luas di seluruh dunia. Di Amerika serikat insidennya meningkat
dengan cepat dari tahun 1995 sampai akhir 1970-an ketika insidennya antara 400-500 kasus per
100.000 populasi. Gonorrhea terutama ditularkan melalui kontak sexual, sering oleh pria dan
wanita dengan infeksi asimtomatik. Kemungkinan seorang pria terkena infeksi gonorrhea pada
pajanan tunggal dengan partner seksualnya adalah sebesar 20-30% dan pada wanita
kemungkinannya lebih besar.
5

Pengobatan
Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga dan sesedikit mungkin
efek toksiknya. Dulu ternyata pilihan utama ialah penisilin + probenesid, kedaerah yang tinggi
insiden Neisseria gonorrhea penghasil penisilinase (N.G.P.P). secara epidemiologis pengobatan
yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macam-macam obat yang dapat dipakai
antara lain :
2

Penisilin
Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit + 1 gram probenesid.
Angka kesembuhan di bagian kami pada tahun 1991 ialah 91,2 %. Di RSCM 3 juta unit + 1
gram probenesid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya ialah alergi
penisilin. Mengingat tingginya kasus gonore dengan strain NGPP dan juga dengan tingginya
tingkat resistensi terhadap strain non NGPP, maka pada saat ini pemakaian tidak dianjurkan
lagi.
2

Ampisilin dan amoksisilin
Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram +1 gram probenesid, dan amoksisilin 3 gram + 1 gram
probenesid. Angka kesembuhan di bagian kami pada tahun 1987 hanya 61,4 % sehingga tidak
dianjurkan. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin. Untuk daerah dengan Neisseria gonorrhea
penghasil penisilinase (N.G.P.P) yang tinggi, ampisillin, dan amoksisilin juga tidak tidak
dianjurkan .
2

Sefalosporin
Seftrikson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m. Sefoperazon dengan
dosis 0.50 sampai 1.00 gram secara intramuscular. Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal
member angka kesembuhan >95%.
2

Spektinomisin
Dosisnya ialah 2 gram i.m. Baik, untuk penderita yang alergi penisilin, yang mengalami
kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga tersangka menderita
sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis.
2

Kanamisin
Dosisnya 2 gram i.m. Angka kesembuhan di bagian kami pada tahun 1985 ialah 85%. Baik untuk
alergi penisilin, gagal dengan pengobatan penisilin dan tersangka sifilis.
2

Tiamfenikol
Dosisnya 3,5 gram, secara oral. Angka kesembiuhan di bagian kami pada tahun 1988 ialah
97,7%. Tidak dianjurkan pemakaiannya pada kehamilan.
2

Kuinolon
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pillihan adalah ofloksasin 400 mg secara oral. Angka
kesembuhan di bagian kami pada tahun 1992 untuk ofloksasin masih tinggi, yakni 100%
Mengingat pada beberapa tahun terakhir ini resisten terhadap siprofoksasin dan ofloksasin
semakin tinggi. Maka golongan kuinolon yang dianjurkan adalah levofloksasin 250 mg per oral
dosis tunggal.
2

Komplikasi
1. Pada pria
Uretritis
Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akuta dan dapat menjalar ke proksima,
selanjutnya mengakibatkan komplikasi local, acendens, dan diseminta, keluhan subjektif berupa
rasa gatal, panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul
disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dan
disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi .
2

Pada pemeriksaan tampak orifisium eksternum eritematosa, edematosa, dan ektoprion. Tampak
pula duh tubuh yang mukopurulen, dan pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar
getah bening inguinal unilateral atau bilateral.
2

Tysonitis
Kelenjar Tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya terjadi pada
penderita dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis
dibuat berdasarkan ditemukannya butir pus atau pembengakan pada daerah frenulum yang nyeri
tekan. Bila ductus tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten.
2

Parauretritis
Sering pada orang dengan orificium uretra eksternum terbuka atau hipospadia. Infeksi pada
ductus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra.
2

Littritits
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urion ditemukan benang-benang atau butir butir. Bila
salah satu saluran tersumbat, dapat terjadi abses folikular. Didiagnosis dengan uretroskopi.
2

Cowperitis
Bila hanya ductus yang terkena biasanya tanpa gejala. Kalau infeksi terjadi pada kelenjar
Cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah perineum
disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi , dan disuria. Jika tidak diobati abses
akan pecah melalui kulit perineum, uretra, atau rectum dan mengakibatkan proktitis.
2

Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan suprapubis,
malaese demam, nyeri kencing sampai hematuri, spasme otot, uretra sehingga terjadi retensi
urin, tenesmus ani, sullit buang air besar, obstipasi.
2

Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan, dan
didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak dobati, abses akan pecah, masuk ke uretra
posterior atau kea rah rectum mengakibatkan proktitis.
2

Bila prostatitis menjadi kronik, gejalanya ringan dan intermiten, tetapi kadang-kadang menetap.
Terasa tidak enak pada perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama. Pada
pemeriksaan prostat terasa kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri pada penekanan.
Pemeriksaan dengan pengurutan prostat biasanya sulit menemukan kuman diplokok dan
gonokok.
2

Vesikulitis
Vesikulitis ialah radang akut yang mengenal vesikula seminalis dan ductus ejakulatorius, dapat
timbul menyertai prostatitis akut atau epididimitis akut. Gejala subyektif menyerupai gejala
prostatitis akut, berupa demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada waktu ereksi atau
ejakulasi, dan spasme mengandung darah.
2

Pada pemeriksaan melalui rectum dapat diraba vesikula seminalis yang membengak dank eras
seperti sosis, memanjang di atas prostat. Ada kalanya sulit menentukan batas kelenjar prostat
yang membesar.
2

Vas deferentitis dan funikulitis
Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama.
2


Epididimitis
Epididimitis akut biasanya disertai deferentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya
epididimit ini adalah trauma pada uretra posterior yang disebabkan oleh salah penanganan
kelalaian penderita sendiri. Factor yang mempengaruhi keadaan ini antara lain irigasi yang
terlalu sering dilakukan, cairan irrigator terlalu panas atau terlau pekat. Instrumentasi yang
kasar, pengurutan prostat yang berlebih atau aktivitas seksual dan jasamni yang berlebihan.
2

Epididimitis dan tali spermatika membengkak dan teraba panas, juga testis sehingga menyerupai
hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epididimis dapat
mengakibatkan sterilitas.
2

Trigonitis
Infeksi ascenden dari uretra posterior dapat meenani trigonum vesika urinaria. Trigoniitis memili
gejala poliuria, disuia terminsal, hematuria.
2
2. Pada wanita
Uretritis
Gejala utama ialah disuria, kadang-kadang poliuria. Pada pemeriksaan, orifisium uretra
eksternum tampak merah, edematosa dan ada secret mukopurulen.
2

Parauretritis / Skenitis
Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.
2

Servisitis
Dapat asimtomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung bawah. Pada
pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan secret mukopurulen. Duh tubuh akan
terlihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut atau disertai vaginitis yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis.
2



Bartholinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri tekan. kelenjar bartholin
membengkak terasa nyeri sekali bila penderita berjalan dan penderita sukar duduk. Bila saluran
kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan dapat pecah melalui mukosa atau kulit. Kalau tidak
diobati dapat menjadi rekuren atau menjadi kista.
2

Sporangitis
Peradangan dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa factor predisposisi, yaitu : (1)
masa puerperium (nifas), (2) dilatasi setelah kuretase. (3) pemakaian IUD, tindakan AKDR (alat
kontasepsi dalam rahim).
2

Cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba fallopi sampai pada daerah salping dan ovarium
sehingga dapat menimbulkan penyakit radang panggul (PRP). Infeksi PRP ini dapat
menimbulkan kehamilan ektopik dan sterilitas. Kira-kira 10 % wanita dengan gonorre akan
berakhir dengan PRP. Gejalanya terasa nyeri pada daerah abdomen bawah, duh tubuh vagina,
disuria dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.
2

Harus dibuat diagnosis banding dengan beberapa penyakit lain yang menimbulkan gejala hampir
sama, misalnya kehamilan di luar kandungan, apendisitis akut, abortus septik, endometriosis,
ileitis regional, dan diverticulitis. Untuk menegakan diagnosis dapat dilakukan pungsi kavum
Douglas dan dilanjutkan kultur atau nlebih dengan laparoskopi mikroorganisme.
2

Selain mengenai alat-alat genital , gonore juga menyebabkan infeksi nongenital yang akan
diuraikan bawah ini :
2

Proktitis
Proktitis pada pria dan wanita pada umumnya asimtomatik. Pada wanita dapat terjadi karena
kontaminasi dari vagina dan kadang-kadang karena hubungan genitoanal sperti pada pria.
Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan daripada pria, terasa seperti terbakar pada daerah
anus dan pada pemeriksaan tampak mukosa eritematosa, edematosa, dan tertutup pus
mokopurulen.
2


Orofaringitis
Cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsillitis gonore lebih sering
daripada gingivitis, stomatitis atau laryngitis . keluhan sering bersifat asimptomatik. Bila ada
keluhan sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokanyang disebabkan kuman lain. Pada
pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat mukopurulen yang ringan atau sedang.
2

Konjungtivitis
Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita servisitis gonore.
Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularan pada konjungtiva melalui tangan atau alat-
alat . keluhannya berupa fotofobi, konjungtiva bengkak dan merah dan keluar eksudat
mukopurulen. Bila tidak diobati dapat berakibat terjadinya ulkus kornea, panoftalamitis.
2

Gonore diseminata
Kira-kira 1 % kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore diseminata. Penyakit ini banyak
didapat pada pendertita dengan gonore asimtomatik sebelumnya, terutama pada wanita gejala
yang timbul berupa arthritis ( terutama monoartritis), miokarditis, endokarditis, perikarditis dan
meningitis dan dermatitis.
2

Pencegahan
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan tentang:
3

Bahaya penyakit menular sesksual (PMS) dan komplikasinya
Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tak dapat
dihindarkan .
Cara cara menghindari infeksi PMS di masa datang.
Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya.
Oftalamia neonatorum gonokokus dapat dicegah dengan memberikan larutan perak nitrat
1% kedalam konjungtiva segera sesudah lahir. Salep mata eritromisin (0,5%) atau tetrasiklin
(1%) dapat juga digunakan. Bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan gonorrhea aktif beresiko tinggi
untuk menderita ofthalamitis gonokokus dan harus diberi satu injeksi intramuscular 125 mg
sefriakson untuk profilaksis, untuk bayi berat badan lahir rendah, dosis 25-50 mg/kg.
5

Prognosis
Prognosis pada pasien dengan gonore tergantung cepat terdeteksi dan diobati penyakit. Pasien
mungkin sembuh sepenuhnya jika dilakukan perawatan dini dan lengkap. Tetapi jika pengobatan
terlambat diberikan, kemungkinan menyebabkan komplikasi lebih lanjut.
Kesimpulan
Gonore adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Gonore
mempengaruhi baik laki-laki maupun perempuan yang ditularkan melalui hubungan seksual
Orang bisa juga mendapatkan infeksi dari mata. Pada laki-laki gejala yang timbul berupa terjadi
uretritis, keluar cairan seperti nanah dari penis, uretra meradang, perih saat buang air kecil,
terjadi epididimitis. Sedangkan pada perempuan akan timbul gejala berupa terjadi cervicitis,
keluar cairan seperti nanah dari vagina. Pencegahan untuk penyakit gonore yaitu melakukan seks
yang aman dengan menggunakan kondom. Mengobati gonore dengan menggunakan antibiotik.
Gonore jika didiagnosis dini dan pengobatan tepat dan segera menghasilkan prognosis baik,
tetapi bila telah sampai pada tahap lanjut memberikan prognosis buruk.
Daftar Pustaka
1. Gleadle, Jonathan. Pengambilan anamnesis. Dalam : At a Glance Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2007. h.7-8.
2. Daiili SJ. Gonore. Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Ed.6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.h.369-75.
3. Mansjoer Arif, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. h.141-7.
4. Behrman RE. Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak Nelson.Ed. 15. Jakarta :
EGC; 2001.h.950.
5. Jawetz E. Melnick J, Adelberg E. Mikrobiologi kedokteran. Edisi.23 Jakarta :
EGC;2007.h.304.

You might also like