You are on page 1of 43

KONSEP KESEHATAN LINGKUNGAN

i. Pengantar konsep kesehatan


Pengertian Kesehatan Lingkungan sehat menurut WHO adalah Keadaan yg
meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas
dari penyakit dan kecacatan. Sedangkan menurut UU No 23 / 1992 Tentang kesehatan
Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Pengertian Lingkungan Menurut A.L. Slamet
Riyadi (1976) adalah Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana
organismenya hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun
tidak dpt diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme
itu. Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian Kesehatan Lingkungan sebagai
berikut :
a. Pengertian Kesehatan Lingkungan Menurut World Health Organisation (WHO) pengertian
Kesehatan Lingkungan : Those aspects of human health and disease that are determined by
factors in the environment. It also refers to the theory and practice of assessing and
controlling factors in the environment that can potentially affect health. Atau bila
disimpulkan Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
b. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) Suatu kondisi
lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia
dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan
bahagia.
c. Apabila disimpulkan Pengertian Kesehatan Lingkungan adalah Upaya perlindungan,
pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi
pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.
Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang
essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor
keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah
kesehatan masyarakat.
a. Menurut WHO
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,
bencana alam dan perpindahan penduduk.
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 3), ruang
lingkup kesehatan lingkungan sebagai berikut :
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit

ii. Konsep ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan
lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos
("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk
hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama
kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup
dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu,
air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup
yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat
dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan
ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan
kesatuan.
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada
tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang
biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan
kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak
hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan
lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa
ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan
rantai makanan manusia dan tingkat tropik.
Para ahli ekologi mempelajari hal berikut :
1. Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang
lain ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
2. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang
menyebabkannya.
3. Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan
antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Kini para ekolog(orang yang mempelajari ekologi)berfokus kepada Ekowilayah bumi
dan riset perubahan iklim.
Konsep Ekologi
Hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem
harus dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang (homeostatis). Perubahan
terhadap salah satu komponen akan memengaruhi komponen lainnya. Homeostatis adalah
kecenderungan sistem biologi untuk menahan perubahan dan selalu berada dalam
keseimbangan.
Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya komponen
penyusunnya yaitu organisme dan populasi. Dengan demikian, ekosistem dapat dianggap
suatu cibernetik di alam. Namun manusia cenderung mengganggu sistem pengendalian
alamiah ini[1].
ekosistem merupakan kumpulan dari bermacam-macam dari alam tersebut, contoh
heewan, tumbuhan, lingkungan, dan yang terakhir manusia
Ekologi dalam politik
Ekologi menimbulkan banyak filsafat yang amat kuat dan pergerakan politik
termasuk gerakan konservasi, kesehatan, lingkungan,dan ekologi yang kita kenal sekarang.
Saat semuanya digabungkan dengan gerakan perdamaian dan Enam Asas, disebut gerakan
hijau. Umumnya, mengambil kesehatan ekosistem yang pertama pada daftar moral
manusia dan prioritas politik, seperti jalan buat mencapai kesehatan manusia dan
keharmonisan sosial, dan ekonomi yang lebih baik.
Orang yang memiliki kepercayaan-kepercayaan itu disebut ekolog politik.
Beberapa telah mengatur ke dalam Kelompok Hijau, namun ada benar-benar ekolog
politik dalam kebanyakan partai politik. Sangat sering mereka memakai argumen dari
ekologi buat melanjutkan kebijakan, khususnya kebijakan hutan dan energi. Seringkali
argumen-argumen itu bertentangan satu sama lain, seperti banyak yang dilakukan
akademisi juga.
Ekologi dalam ekonomi
Banyak ekolog menghubungkan ekologi dengan ekonomi manusia :
a. Lynn Margulis mengatakan bahwa studi ekonomi bagaimana manusia membuat
kehidupan. Studi ekologi bagaimana tiap binatang lainnya membuat kehidupan.
b. Mike Nickerson mengatakan bahwa "ekonomi tiga perlima ekologi" sejak ekosistem
menciptakan sumber dan membuang sampah, yang mana ekonomi menganggap
dilakukan "untuk bebas".
Ekonomi ekologi dan teori perkembangan manusia mencoba memisahkan
pertanyaan ekonomi dengan lainnya, namun susah. Banyak orang berpikir ekonomi baru
saja menjadi bagian ekologi, dan ekonomi mengabaikannya salah. "Modal alam" ialah 1
contoh 1 teori yang menggabungkan 2 hal itu.
Ekologi dalam kacamata antropologi
Terkadang ekologi dibandingkan dengan antropologi, sebab keduanya
menggunakan banyak metode untuk mempelajari satu hal yang kita tak bisa tinggal tanpa
itu. Antropologi ialah tentang bagaimana tubuh dan pikiran kita dipengaruhi lingkungan
kita, ekologi ialah tentang bagaimana lingkungan kita dipengaruhi tubuh dan pikiran kita.
Beberapa orang berpikir mereka hanya seorang ilmuwan, namun paradigma
mekanistik bersikeras meletakkan subyek manusia dalam kontrol objek ekologi masalah
subyek-obyek. Namun dalam psikologi evolusioner atau psikoneuroimunologi misalnya
jelas jika kemampuan manusia dan tantangan ekonomi berkembang bersama. Dengan baik
ditetapkan Antoine de Saint-Exupery : "Bumi mengajarkan kita lebih banyak tentang diri
kita daripada seluruh buku. Karena itu menolak kita. Manusia menemukan dirinya sendiri
saat ia membandingkan dirinya terhadap hambatan".

iii. Indikator lingkungan sehat
Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan
lingkungan sehat telah dipilih empat indikator, yaitu persentase keluarga yang memiliki
akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi
dasar, Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM).
Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah
dilaksanakan oleh berbagai instansi terkait seperti pembangunan sarana sanitasi dasar,
pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan pengendalian kualitas lingkungan.
Pembangunan sarana sanitasi dasar bagi masyarakat yang berkaitan langsung
dengan masalah kesehatan meliputi penyediaan air bersih, jamban sehat, perumahan sehat
yang biasanya ditangani secara lintas sektor, kegiatan yang dilaksanakan meliputi
pemantauan kualitas air minum, pemantauan sanitasi rumah sakit, pembinaan dan
pemantauan sanitasi tempat-tempat umum (Hotel, Terminal), tempat pengolahan makanan,
tempat pengolahan pestisida dan sebagainya.
Didalam memantau pelaksanaan program kesehatan lingkungan dapat dilihat
beberapa indikator kesehatan lingkungan sebagai berikut :
1. Penggunaan Air Bersih : Air merupakan sumber kehidupan/kebutuhan pokok manusia
namun dalam hal penggunaannya berbeda-beda begitu juga kualitas maupun
kwantitasnya.Air merupakan media penularan penyakit yang paling cepat karena
sifatnya yang flesibel untuk tempat berkembangbiak ataupun penularan berbagai
sumber penyakit, maka dari itu perlu menjaga kualitas dan kwantitas air demi
terciptanya kesehatan.
2. Rumah Sehat : Bagi sebagian besar masyarakat, rumah merupakan tempat berkumpul
bagi semua anggota keluarga dan menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga
kondisi kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media penularan penyakit
diantara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya.
Dari data yang ada maka program sosialisasi terhadap masyarakat untuk membangun
rumah sehat perlu terus dilakukan sehingga pencegahan terhadap perkembangan vektor
penyakit dapat diperkecil, demikian pula penyebab penyakit lainnya di sekitar rumah.
3. Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar : Keluarga dengan kepemilikan
sarana sanitasi dasar meliputi persediaan air bersih, kepemilikan jamban keluarga,
tempat sampah dan pengelolaan air limbah keluarga keseluruhan hal tersebut sangat
diperlukan didalam peningkatan kesehatan lingkungan.
Dari data diatas menunjukkan bahwa tahun 2007 kepemilikan sarana sanitasi dasar di
Kab.Tangerang sedikit meningkat dibandingkan tahun 2006, dapat diasumsikan bahwa
kondisi ini menunjukan adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya
sarana sanitasi dasar.
4. Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM) : Makanan termasuk minuman,
merupakan kebutuhan pokok dan sumber utama bagi kehidupan manusia, namun
makanan yang tidak dikelola dengan baik justru akan menjadi media yang sangat
efektif didalam penularan penyakit saluran pencernaan (Food Borne Deseases).
Terjadinya peristiwa keracunan dan penularan penyakit akut yang sering membawa
kematian banyak bersumber dari makanan yang berasal dari tempat pengolahan
makanan (TPM) khususnya jasaboga, rumah makan dan makanan jajanan yang
pengelolaannya tidak memenuhi syarat kesehatan atau sanitasi lingkungan.
Sehingga upaya pengawasan terhadap sanitasi makanan amat penting untuk menjaga
kesehatan konsumen atau masyarakat.

iv. Masalah kesehatan lingkungan diIndonesia dan upaya perencanaan pemerintah
dalam penanggulangannya
1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum
adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan
(maks 500 mg/l)
c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)

2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai
berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air
atau sumur
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal

3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan faktor-faktor/unsur :
a. Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah
jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial
ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi.
b. Penyimpanan sampah.
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.
d. Pengangkutan
e. Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui
hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan
masalah-masalah ini secara efisien.
5. Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut
sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles
sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD),
Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan
dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan
makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida
untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan
menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa
pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah
dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat
menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara
perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat
menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi
bakteri penyebab.
6. Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa
boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan
atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang
disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel). Persyaratan hygiene sanitasi
makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan;
b. Persyaratan fasilitas sanitasi;
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;
e. Persyaratan pengolahan makanan;
f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;
g. Persyaratan peralatan yang digunakan.

7. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran
udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door air
pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung
umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang
sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang
berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga
lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi
anak balita. Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah,
berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa
penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa
kelompok resiko tinggi penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut
adalah 12,5 kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu
akan lebih buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian
atau sekedar diambil kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi
saluran pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual penerbangan,
terganggunya ekologi hutan.

Penyebab masalah kesehatan lingkungan di Indonesia
1. Pertambahan dan kepadatan penduduk.
2. Keanekaragaman sosial budaya dan adat istiadat dari sebagian besar penduduk.
3. Belum memadainya pelaksanaan fungsi manajemen.

Hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan masyarakat di
perkotaan dan pemukiman. Contoh hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan
terhadap kesehatan masyarakat di perkotaan dan pemukiman diantaranya sebagai
berikut :
1. Urbanisasi ->kepadatan kota -> keterbatasan lahan ->daerah slum/kumuh->sanitasi
kesehatan lingkungan buruk.
2. Kegiatan di kota (industrialisasi) -> menghasilkan limbah cair ->dibuang tanpa
pengolahan (ke sungai) ->sungai dimanfaatkan untuk mandi, cuci, kakus -> penyakit
menular.
3. Kegiatan di kota (lalu lintas alat transportasi) -> emisi gas buang (asap) ->
mencemari udara kota -> udara tidak layak dihirup -> penyakit ISPA.
Healthy City (Kabupaten/kota sehat)
Dalam tatanan desentralisasi/otonomi daerah di bidang kesehatan, pencapaian Visi
Indonesia Sehat 2010 ditentukan oleh pencapaian Visi Pembangunan Kesehatan setiap
provinsi (yaitu Provinsi sehat). Khusus untuk Kabupaten/Kota, penetapan indikator
hendaknya mengacu kepada indikator yang tercantum dalam Standard Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Kesehatan. SPM ini dimasukkan sebagai bagian dari Indikator
Kabupaten/Kota Sehat. Kemudian ditambah ha-hal spesifik yang hanya
dijumpai/dilaksanakan di Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Misalnya
Kota/Kabupaten yang area pertaniannya luas dicantumkan indikator pemakaian
pestisida.
Di dalam SPM Kab/kota di Propinsi Jawa Tengah (Keputusan Gubernur Jawa
Tengah ) pada point (huruf) U tentang Penyuluhan Perilaku Sehat disebutkan terdapat
item Rumah Tangga Sehat (item 1), dimana disebutkan bahwa Rumah Tangga sehat
adalah Proporsi Rumah Tangga yang memenuhi minimal 11 (sebelas) dari 16 indikator
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan Rumah Tangga. Lima diantara 16
indikator merupakan Perilaku yang berhubungan dengan Kesehatan Lingkungan, yaitu :
1. Menggunakan Air Bersih untuk kebutuhan sehari-hari
2. Menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan
3. Membuang sampah pada tempat yang disediakan
4. Membuang air limbah pada saluran yang memenuhi syarat
5. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar.
Terdapat juga Penilaian Rumah Sehat (rumah secara fisik : pencahayaan,
kelembaban, ventilasi, dll) Selain Rumah Tangga sehat terdapat pula point R
yakni Pelayanan Kesehatan Lingkungan dimana item pertama (Institusi yang dibina)
meliputi RS, Puskesmas, Sekolah, Instalasi Pengolahan Air Minum, Perkantoran,
Industri Rumah Tangga dan Industri Kecil serta tempat penampungan pengungsi.
Institusi yang dibina tersebut adalah unit kerja yang dalam memberikan
pelayanan/jasa potensial menimbulkan resiko/dampak kesehatan.

Pemerintah Rencanakan Aksi Nasional Kesehatan dan Lingkungan
Jakarta - Pemerintah menyusun rencana aksi nasional kesehatan dan lingkungan
tahun 2010-2015 untuk mengatasi masalah kesehatan terkait lingkungan. Direktur
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan
Tjandra Yoga Aditama yang sedang menghadiri pertemuan tingkat tinggi pada Forum
regional tentang lingkungan dan kesehatan negara Asia Tenggara dan Asia Timur di
Jeju, Korea Selatan, menyampaikan hal itu melalui surat elektronik di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, penyusunan rencana aksi itu diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan
dan Kementerian Lingkungan Hidup dengan melibatkan berbagai kementerian dan
sektor terkait. Ia menjelaskan dalam pertemuan forum beranggotakan 14 negara yang
dibentuk tahun 2007 tersebut pemerintah memaparkan pokok-pokok rencana nasional
mengenai pengendalian dampak lingkungan terhadap kesehatan.
Materi yang disampaikan, kata dia, antara lain meliputi upaya peningkatan kualitas
udara, penanganan limbah berbahaya serta penyediaan air, higiene dan sanitasi.
Selain itu, lanjut dia, dibahas pula upaya penanganan bahan kimia beracun
berbahaya, perubahan iklim, penakaran dampak kesehatan serta penyusunan rencana
persiapan dan respon kedaruratan kesehatan lingkungan.
Ia menjelaskan pada Kamis (15/7) pertemuan mengenai kesehatan dan lingkungan
dalam forum itu akan dilanjutkan dengan forum menteri regional kedua tentang
lingkungan dan kesehatan di Asia Tenggara dan Asia Timur yang akan dihadiri Menteri
Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dan Menteri Lingkungan Hidup Gusti
Muhammad Hatta. Antara Mazpri VOI News

v. Peran perawat dalam pelayanan kesehatan lingkungan
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan
sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari
perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara,
1995:21).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat
dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi
kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara
professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan
sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.
Care Giver :

Pada peran ini perawat diharapkan mampu
1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau
masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat
sederhana sampai pada masalah yang kompleks.
2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus
memperhatikan klien berdasrkan kebutuhan significan dari klien.
Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis
keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis.

Elemen Peran
Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat
professional antara lain : care giver, client advocate, conselor, educator, collaborator,
coordinator change agent, consultant dan interpersonal proses.

Client Advocate (Pembela Klien)
Tugas perawat :
1. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan
informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya.
2. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang
sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan.
Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien,
sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk
didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien
terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).

Hak-Hak Klien antara lain :
1. Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya
2. Hak atas informasi tentang penyakitnya
3. Hak atas privacy
4. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
5. Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.

Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :
1. Hak atas informasi yang benar
2. Hak untuk bekerja sesuai standart
3. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien
4. Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok
5. Hak atas rahasia pribadi
6. Hak atas balas jasa

Conselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan
psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan
untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan
emosional dan intelektual.

Peran perawat :
1. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.
2. Perubahan pola interaksi merupakan Dasar dalam merencanakan metode untuk
meningkatkan kemampuan adaptasinya.
3. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga
dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.
4. Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan



1. Penyediaaan air bersih / Water suplay
Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya. Manusia akan lebih cepat meninggal karena
kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri
sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60 % berat badan terdiri
dari air, untuk anak-anak sekitar 65 % dan untuk bayi sekitar 80%. Air dibutuhkan oleh
manusia untuk memenuhi berbagai kepentingan antara lain: diminum, masak, mandi,
mencuci dan pertanian.
Menurut perhitungan WHO, di negara-negara maju tiap orang memerlukan air
antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia, tiap orang memerlukan air 30-60 liter per hari. Diantara kegunaan-kegunaan
air tersebut yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk
keperluan minum air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak
menimbulkan penyakit bagi manusia.

Air Bersih dan Sehat
Air minum harus steril (steril = tidak mengandung hama penyakit apapun).
Sumber-sumber air minum pada umumnya dan di daerah pedesaan khususnya tidak
terlindung sehingga air tersebut tidak atau kurang memenuhi persyaratan kesehatan.
Untuk itu perlu pengolahan terlebih dahulu.

Pengolahan air untuk diminum dapat dikerjakan dengan 2 cara, berikut :
1. Menggodok atau mendidihkan air, sehingga semua kumankuman mati. Cara ini
membutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat dilakukan secara besar-besaran.
2. Dengan menggunakan zat-zat kimia seperti gas chloor, kaporit, dan lain-lain. Cara ini
dapat dilakukan secara besarbesaran, cepat dan murah.
Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya
diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidaknya diusahakan
mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai
berikut :
1. Syarat fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak
berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya sehingga dalam kehidupan sehari-hari.
Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.
2. Syarat bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama
bakteri patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh
bakteri patogen adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari
pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. coli maka air tersebut sudah
memenuhi syarat kesehatan.
3. Syarat kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu didalam jumlah yang
tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia didalam air akan
menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Sesuai dengan prinsip teknologi
tepat guna di pedesaan maka air minum yang berasal dari mata air dan sumur dalam
adalah dapat diterima sebagai air yang sehat dan memenuhi ketiga persyaratan
tersebut diatas asalkan tidak tercemar oleh kotoran-kotoran terutama kotoran manusia
dan binatang. Oleh karena itu mata air atau sumur yang ada di pedesaan harus
mendapatkan pengawasan dan perlindungan agar tidak dicemari oleh penduduk yang
menggunakan air tersebut.

Sumber-sumber Air Minum

Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-sumber air ini,
sebagai berikut:
1. Air hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum, tetapi air hujan ini tidak
mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat
perlu ditambahkan kalsium didalamnya.
2. Air sungai dan danau
Air sungai dan danau berdasarkan asalnya juga berasal dari air hujan yang mengalir
melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau. Kedua sumber air ini sering juga
disebut air permukaan. Oleh karena air sungai dan danau ini sudah terkontaminasi
atau tercemar oleh berbagai macam kotoran, maka bila akan dijadikan air minum
harus diolah terlebih dahulu.
3. Mata air
Air yang keluar dari mata air ini berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah.
Oleh karena itu, air dari mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat
dijadikan air minum langsung. Tetapi karena kita belum yakin apakah betul belum
tercemar maka alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu sebelum diminum.
4. Air sumur
Air sumur dangkal adalah air yang keluar dari dalam tanah, sehingga disebut sebagai
air tanah. Air berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan
air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke yang lain berbeda-beda.
Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur
pompa dangkal ini belum begitu sehat karena kontaminasi kotoran dari permukaan
tanah masih ada. Oleh karena itu perlu direbus dahulu sebelum diminum.
Air sumur dalam yaitu air yang berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah.
Dalamnya dari permukaan tanah biasanya lebih dari 15 meter. Oleh karena itu,
sebagaian besar air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum
yang langsung (tanpa melalui proses pengolahan).
Pengolahan air minum. Ada beberapa cara pengolahan air minum antara lain sebagai
berikut :
1. Pengolahan Secara Alamiah
Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan dari air yang diperoleh dari
berbagai macam sumber, seperti air danau, air sungai, air sumur dan sebagainya. Di
dalam penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam di tempatnya. Kemudian
akan terjadi koagulasi dari zat-zat yang terdapat didalam air dan akhirnya terbentuk
endapan. Air akan menjadi jernih karena partikel-partikel yang ada dalam air akan
ikut mengendap.
2. Pengolahan Air dengan Menyaring
Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan kerikil, ijuk dan pasir.
Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi dilakukan oleh PAM (Perusahaan Air
Minum) yang hasilnya dapat dikonsumsi umum.
3. Pengolahan Air dengan Menambahkan Zat Kimia
Zat kimia yang digunakan dapat berupa 2 macam yakni zat kimia yang berfungsi
untuk koagulasi dan akhirnya mempercepat pengendapan (misalnya tawas). Zat kimia
yang kedua adalah berfungsi untuk menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang
ada didalam air, misalnya klor (Cl).
4. Pengolahan Air dengan Mengalirkan Udara
Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak,
menghilangkan gas-gas yang tak diperlukan, misalnya CO2 dan juga menaikkan
derajat keasaman air.
5. Pengolahan Air dengan Memanaskan Sampai Mendidih
Tujuannya untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat pada air. Pengolahan
semacam ini lebih tepat hanya untuk konsumsi kecil misalnya untuk kebutuhan rumah
tangga. Dilihat dari konsumennya, pengolahan air pada prinsipnya dapat digolongkan
menjadi 2 yakni :
a. Pengolahan Air Minum untuk Umum
b. Penampungan Air Hujan. Air hujan dapat ditampung didalam suatu dam (danau
buatan) yang dibangun berdasarkan partisipasi masyarakat setempat. Semua air
hujan dialirkan ke danau tersebut melalui alur-alur air. Kemudian disekitar danau
tersebut dibuat sumur pompa atau sumur gali untuk umum. Air hujan juga dapat
ditampung dengan bak-bak ferosemen dan disekitarnya dibangun atap-atap untuk
mengumpulkan air hujan. Di sekitar bak tersebut dibuat saluran-saluran keluar
untuk pengambilan air untuk umum. Air hujan baik yang berasal dari sumur
(danau) dan bak penampungan tersebut secara bakteriologik belum terjamin untuk
itu maka kewajiban keluarga-keluarga untuk memasaknya sendiri misalnya dengan
merebus air tersebut.

6. Pengolahan Air Sungai
Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampung I melalui saringan kasar yang dapat
memisahkan benda-benda padat dalam partikel besar. Bak penampung I tadi diberi
saringan yang terdiri dari ijuk, pasir, kerikil dan sebagainya. Kemudian air dialirkan ke
bak penampung II. Disini dibubuhkan tawas dan chlor. Dari sini baru dialirkan ke
penduduk atau diambil penduduk sendiri langsung ke tempat itu. Agar bebas dari bakteri
bila air akan diminum masih memerlukan direbus terlebih dahulu.

7. Pengolahan Mata Air
Mata air yang secara alamiah timbul di desa-desa perlu dikelola dengan melindungi
sumber mata air tersebut agar tidak tercemar oleh kotoran. Dari sini air tersebut dapat
dialirkan ke rumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa bambu atau penduduk dapat
langsung mengambilnya sendiri ke sumber yang sudah terlindungi tersebut.

8. Pengolahan Air Untuk Rumah Tangga
Air sumur pompa terutama air sumur pompa dalam sudah cukup memenuhi persyaratan
kesehatan. Tetapi sumur pompa ini di daerah pedesaan masih mahal, disamping itu
teknologi masih dianggap tinggi untuk masyarakat pedesaan. Yang lebih umum di daerah
pedesaan adalah sumur gali.

Agar air sumur pompa gali ini tidak tercemar oleh kotoran di sekitarnya, perlu adanya
syarat-syarat sebagai berikut :
a. Harus ada bibir sumur agar bila musim huujan tiba, air tanah tidak akan masuk ke
dalamnya.
b. Pada bagian atas kurang lebih 3 m dari ppermukaan tanah harus ditembok, agar air
dari atas tidak dapat mengotori air sumur.
c. Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bbawah sumur tersebut untuk mengurangi
kekeruhan.
d. Sebagai pengganti kerikil, ke dalam sumur ini dapat dimasukkan suatu zat yang dapat
membentuk endapan, misalnya aluminium sulfat (tawas).
e. Membersihkan air sumur yang keruh ini dapat dilakukan dengan menyaringnya
dengan saringan yang dapat dibuat sendiri dari kaleng bekas.

9. Air Hujan

Kebutuhan rumah tangga akan air dapat pula dilakukan melalui penampungan air hujan.
Tiap-tiap keluarga dapat melakukan penampungan air hujan dari atapnya masingmasing
melalui aliran talang. Pada musim hujan hal ini tidak menjadi masalah tetapi pada musim
kemarau mungkin menjadi masalah. Untuk mengatasi keluarga memerlukan tempat
penampungan air hujan yang lebih besar agar mempunyai tandon untuk musim kemarau.

Most Read Articles
a. Gangguan yang sering terjadi pada Sistem Ekskresi
b. Manfaat dan Bahaya Seks Ketika Hamil
c. Khasiat Buah Mahkota Dewa
d. Kelainan dan Penyakit pada Sistem Pernafasan Manusia
e. Khasiat Pisang untuk Pengobatan
f. Manfaat Kunyit untuk Pengobatan
g. Khasiat Buah Jambu Biji
h. 5 Macam Penyakit Akibat Pencemaran Partikel Debu di Udara
i. Manfaat Pepaya untuk Obat
j. Diet bagi Penderita Hipertensi

Random Artikel
a. Tuberkulosis : Cara dan Resiko Penularannya
b. Manfaat olahraga bagi kesehatan mental
c. Tips Mengatasi Masalah Kecoa
d. Perlukah Makanan Suplemen
e. Melindungi Kesehatan Anak Jalanan
f. Keadaan Fisik Penderita DM
g. Risiko Keracunan Pestisida pada Anak
h. Makin 'Nggigit' dengan Spa Vagina
i. Manfaat Daun Kahitutan
j. Membuat Nata de Coco
k. Cepat Lupa, Cepat Botak dan Gangguan Mental Akibat Rokok
l. Buah dan Sayuran Untuk Mengatasi Encok
m. Empat Pilar Pengelolaan Diabetes
n. Aneka Herbal untuk Awet Muda
o. Serba-serbi Perawatan Rambut Anda


Main Menu

a. Home
b. Anak-anak
c. Arthritis
d. Artikel Kesehatan
e. Diabetes
f. Jantung
g. Kanker
h. Komputer
i. Kulit
j. Lanjut Usia
k. Osteoporosis
l. Makanan dan Gizi
m. Peluang Usaha
n. Yang Unik & Berkhasiat
o. Seksualitas
p. Artikel Lainnya
q. Download Resep Masakan


2. Sanitasi makanan
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut
WHO, yang dimaksud makanan adalah : Food include all substances, whether in a natural
state or in a manufactured or preparedform, wich are part of human diet. Batasan
makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan
untuk tujuan pengobatan.
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut
layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya :
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh
enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan
karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan
oleh makanan (food borne illness).
Higiene dan Sanitasi
Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara
memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan
untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring,
membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara
keseluruhan.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala
bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan
diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada
saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada
masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan
dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan
makanan yang akan merugikan pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan.
Keadaan bahan makanan
Semua jeis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta
kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang mudah membusuk atau
rusak seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam kaleng, buah, dsb. Baham
makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan perjalanan
makanan yang begirtu panjangdan melalui jarngan perdagangan yang begitu luas. Salah
satu upaya mendapatkan bahan makanan yang baika dalah menghindari penggunaan
bahan makanan yang berasal dari sumber tidak jelas (liar) karena kurang dapat
dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.
Cara penyimpanan bahan makanan
Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh masyarakat.
Bahan makanan yang tidak segera diolah terutama untuk katering dan penyelenggaraan
makanan RS perlu penyimpanan yang baik, mengingat sifat bahan makanan yang
berbeda-beda dan dapat membusuk, sehingga kualitasnya dapat terjaga. Cara
penyimpanan yang memenuhi syarat hgiene sanitasi makanan adalah sebagai berikut :
a. Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan memenuhi
syarat.
b. Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil, tidak memberi
kesempatan serangga atau tikus untuk bersarang, terhindar dari lalat/tikus dan untuk
produk yang mudah busuk atau rusak agar disimpan pada suhu yang dingin.
Proses pengolahan
Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian
Yaitu :
1. Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah, tempat
pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang penting dalam
proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya
harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan
sanitasi.
2. Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan
Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara langsung
berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan,
pengolahan pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan,
peran dari penjamah makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini
mempunyai peluang untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi yang ditularkan
melalui penjamah makanan, antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui
hidung dan tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella
dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam
keadan sehat dan terampil.
3. Cara pengolahan makanan
Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan makanan
sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikui kaidah atau prinsip-prinsip
higiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP (good manufacturing practice).
Cara pengangkutan makanan yang telah masak
Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat penyajian atau
penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik dari serangga,
debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan tidak berkarat atau
bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur shunya dalam keadaan panas
60 C atau tetap dingi 4 C. (lebih lengkap, klik disini)
Cara penyimpanan makanan masak
Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tempat
penyimpanan makanan pada suhu biasa dan tempat penyimpanan pada suhu dingin.
Makanan yang mudah membusuk sebaiknya disimpan pada suhu dingin yaitu < 40C.
Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam, disimpan dalam suhu -5 s/d -10C.
Cara penyajian makanan masak
Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan tersebut
terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan bersih,
petugas yang menyajikan harus sopan serta senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan
pakaiannya.
3. Pengolahan bahan bahan buangan (limbah)
Agroindustri atau industri pengolahan hasil pertanian merupakan salah industri
yang menghasilkan air limbah yang dapat mencemari lingkungan. Bagi industri-industri
besar, seperti industri pengolahan kelapa sawit, teknologi pengolahan limbah cair yang
digunakan mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau
sedang. Namun demikian, mengingat tingginya potensi pencemaran yang ditimbulkan
oleh air limbah yang tidak dikelola dengan baik maka diperlukan pemahaman dan
informasi mengenai pengelolaan air limbah secara benar.
Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan pengurangan
(minimization), segregasi (segregation), penanganan (handling), pemanfaatan dan
pengolahan limbah. Dengan demikian untuk mencapai hasil yang optimal, kegiatan-
kegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah perlu dilakukan dan bukan hanya
mengandalkan kegiatan pengolahan limbah saja. Bila pengelolaan limbah hanya
diarahkan pada kegiatan pengolahan limbah maka beban kegiatan di Instalasi Pengolahan
Air Limbah akan sangat berat, membutuhkan lahan yang lebih luas, peralatan lebih
banyak, teknologi dan biaya yang tinggi. Kegiatan pendahuluan pada pengelolaan limbah
(pengurangan, segregasi dan penanganan limbah) akan sangat membantu mengurangi
beban pengolahan limbah di IPAL.
Tren pengelolaan limbah di industri adalah menjalankan secara terintergrasi
kegiatan pengurangan, segregasi dan handling limbah sehingga menekan biaya dan
menghasilkan output limbah yang lebih sedikit serta minim tingkat pencemarnya.
Integrasi dalam pengelolaan limbah tersebut kemudian dibuat menjadi berbagai konsep
seperti: produksi bersih (cleaner production), atau minimasi limbah (waste
minimization).
Secara prinsip, konsep produksi bersih dan minimasi limbah mengupayakan
dihasilkannya jumlah limbah yang sedikit dan tingkat cemaran yang minimum. Namun,
terdapat beberapa penekanan yang berbeda dari kedua konsep tersebut yaitu : produksi
bersih memulai implementasi dari optimasi proses produksi, sedangkan minimasi limbah
memulai implementasi dari upaya pengurangan dan pemanfaatan limbah yang
dihasilkan.
Produksi Bersih menekankan pada tata cara produksi yang minim bahan pencemar,
limbah, minim air dan energi. Bahan pencemar atau bahan berbahaya diminimalkan
dengan pemilihan bahan baku yang baik, tingkat kemurnian yang tinggi, atau bersih.
Selain itu diupayakan menggunakan peralatan yang hemat air dan hemat energi. Dengan
kombinasi seperti itu maka limbah yang dihasilkan akan lebih sedikit dan tingkat
cemarannya juga lebih rendah. Selanjutnya limbah tersebut diolah agar memenuhi baku
mutu limbah yang ditetapkan.
Strategi produksi bersih yang telah diterapkan di berbagai negara menunjukkan
hasil yang lebih efektif dalam mengatasi dampak lingkungan dan juga memberikan
beberapa keuntungan, antara lain :
a. Penggunaan sumberdaya alam menjadi lebih efektif dan efisien;
b. Mengurangi atau mencegah terbentuknya bahan pencemar;
c. Mencegah berpindahnya pencemaran dari satu media ke media yang lain;
d. Mengurangi terjadinya risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan;
e. Mengurangi biaya penaatan hukum;
f. Terhindar dari biaya pembersihan lingkungan (clean up);
g. Produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar internasional;
h. Pendekatan pengaturan yang bersifat fleksibel dan sukarela.
Minimasi limbah merupakan implementasi untuk mengurangi jumlah dan tingkat
cemaran limbah yang dihasilkan dari suatu proses produksi dengan cara pengurangan,
pemanfaatan dan pengolahan limbah.
Pengurangan limbah dilakukan melalui peningkatan atau optimasi efisiensi alat
pengolahan, optimasi sarana dan prasarana pengolahan seperti sistem perpipaan,
meniadakan kebocoran, ceceran, dan terbuangnya bahan serta limbah.
Pemanfaatan ditujukan pada bahan atau air yang telah digunakan dalam proses
untuk digunakan kembali dalam proses yang sama atau proses lainnya. Pemanfaatan
perlu dilakukan dengan pertimbangan yang cermat dan hati-hati agar tidak menimbulkan
gangguan pada proses produksi atau menimbulkan pencemaran pada lingkungan.
Setelah dilakukan pengurangan dan pemanfaatan limbah, maka limbah yang
dihasilkan akan sangat minimal untuk selanjutnya diolah dalam instalasi pengolahan
limbah.
Pada kegiatan pra produksi dapat dilakukan pemilihan bahan baku yang baik,
berkualitas dan tingkat kemunian bahannya tinggi. Saat produksi dilakukan, fungsi alat
proses menjadi penting untuk menghasilkan produk dengan konsumsi air dan energi
yang minimum, selain itu diupayakan mencegah adanya bahan yang tercecer dan keluar
dari sistem produksi.
Dari tiap tahapan proses dimungkinkan dihasilkan limbah. Untuk mempermudah
pemanfaatan dan pengolahan maka limbah yang memiliki karakteristik yang berbeda dan
akan menimbulkan pertambahan tingkat cemaran harus dipisahkan. Sedangkan limbah
yang memiliki kesamaan karekteristik dapat digabungkan dalam satu aliran limbah.
Pemanfaatan limbah dapat dilakukan pada proses produksi yang sama atau digunakan
untuk proses produksi yang lain.
Limbah yang tidak dapat dimanfaatkan selanjutnya diolah pada unit pengolahan
limbah untuk menurunkan tingkat cemarannya sehingga sesuai dengan baku mutu yang
ditetapkan. Limbah yang telah memenuhi baku mutu tersebut dapat dibuang ke
lingkungan. Bila memungkinkan, keluaran (output) dari instalasi pengolahan limbah
dapat pula dimanfaatkan langsung atau melalui pengolahan lanjutan.
Pengolahan limbah adalah upaya terakhir dalam sistem pengelolaan limbah setelah
sebelumnya dilakukan optimasi proses produksi dan pengurangan serta pemanfaatan
limbah. Pengolahan limbah dimaksudkan untuk menurunkan tingkat cemaran yang
terdapat dalam limbah sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan.
Limbah yang dikeluarkan dari setiap kegiatan akan memiliki karakteristik yang
berlainan. Hal ini karena bahan baku, teknologi proses, dan peralatan yang digunakan
juga berbeda. Namun akan tetap ada kemiripan karakteristik diantara limbah yang
dihasilkan dari proses untuk menghasilkan produk yang sama.
Karakteristik utama limbah didasarkan pada jumlah atau volume limbah dan
kandungan bahan pencemarnya yang terdiri dari unsur fisik, biologi, kimia dan
radioaktif. Karakteristik ini akan menjadi dasar untuk menentukan proses dan alat yang
digunakan untuk mengolah air limbah.
Pengolahan air limbah biasanya menerapkan 3 tahapan proses yaitu pengolahan
pendahuluan (pre-treatment), pengolahan utama (primary treatment), dan pengolahan
akhir (post treatment). Pengolahan pendahuluan ditujukan untuk mengkondisikan alitan,
beban limbah dan karakter lainnya agar sesuai untuk masuk ke pengolahan utama.
Pengolahan utama adalah proses yang dipilih untuk menurunkan pencemar utama dalam
air limbah. Selanjutnya pada pengolahan akhir dilakukan proses lanjutan untuk mengolah
limbah agar sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan.
Terdapat 3 (tiga) jenis proses yang dapat dilakukan untuk mengolah air limbah
yaitu : proses secara fisik, biologi dan kimia. Proses fisik dilakukan dengan cara
memberikan perlakuan fisik pada air limbah seperti menyaring, mengendapkan, atau
mengatur suhu proses dengan menggunakan alat screening, grit chamber, settling
tank/settling pond, dll.
Proses biologi deilakukan dengan cara memberikan perlakuan atau proses biologi
terhadap air limbah seperti penguraian atau penggabungan substansi biologi dengan
lumpur aktif (activated sludge), attached growth filtration, aerobic process dan an-
aerobic process. Proses kimia dilakukan dengan cara membubuhkan bahan kimia atau
larutan kimia pada air limbah agar dihasilkan reaksi tertentu.
Untuk suatu jenis air limbah tertentu, ketiga jenis proses dan alat pengolahan
tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau dikombinasikan. Pilihan
mengenai teknologi pengolahan dan alat yang digunakan seharusnya dapat
mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi dan pengelolaannya.
4. AMDAL
Sebagai bentuk upaya pengelolaan lingkungan sebelum melakukan kegiatan usaha
setiap industri wajib untuk mambuat AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup) atau UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan) berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah No.27 tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No.17 thn 2001 ttg Jenis Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan yg
Wajib Dilengkapi AMDAL, jo. PP No.27 tahun 1999 dan Kepmen LH
No.12/MENLH/3/1994 ttg Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan.
Dokumen AMDAL terdiri dari :
1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-
ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) atau UKL-UPL
(Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan) harus dimintakan
persetujuan kepada instansi yang berwenang dalam pengelolaan lingkungan hidup dalam
hai ini dalah komisi penilai AMDAL yang ada di tingkat Kabupaten/Kota, tingkat
Provinsi, Tingkat Pusat tergantung dari paparan dampak yang akan diakibatkan oleh
kegiatan usaha tersebut. Tiga dokumen (ANDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama
untuk dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan
apakah rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan
apakah perlu direkomendasikan untuk diberi ijin atau tidak.
Prosedur AMDAL terdiri dari :
1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL
2. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat
3. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)
4. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL Proses penapisan atau kerap juga
disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL, yaitu menentukan apakah suatu
rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.
Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala
BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya
selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang
diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu sebelum
menyusun KA-ANDAL.
Proses penyusunan KA-ANDAL. Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk
menentukan lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses
pelingkupan).
Proses penilaian KA-ANDAL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan
dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan
peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar
waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali
dokumennya.
Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan
RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian
Komisi AMDAL).
Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa
mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk
dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan
RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk
memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL :
1. Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di
tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi
berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di
tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan
hidup Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga
masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini.
Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi
Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan
Bupati/Walikota.
2. Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
3. Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala
bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain
sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan,
faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan
hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat
berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena
dampak, dan masyarakat pemerhati.
Pada prinsipnya semua kegiatan yang berdampak pada lingkungan wajib
memiliki dokumen pengelolaan lingkungan semabaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah No.27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.17 thn 2001 ttg Jenis Rencana Usaha Dan
Atau Kegiatan yg Wajib Dilengkapi AMDAL, jo. PP No.27 tahun 1999 .
Bila kegiatan tersebut tidak wajib AMDAL maka harus membuat dokumen
pengelolaan lingkungan yaitu UKL-UPL(Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan) berdasarkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No.17 thn 2001 ttg Jenis Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan yg Wajib Dilengkapi
AMDAL, jo. PP No.27 tahun 1999 dan Kepmen LH No.12/MENLH/3/1994 ttg Pedoman
Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak
wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86
tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).
Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Kewajiban UKL-UPL
diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak
kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia.
UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan
keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.
Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan
menggunakan formulir isian yang berisi :
1. Identitas pemrakarsa
2. Rencana Usaha dan/atau kegiatan
3. Dampak Lingkungan yang akan terjadi
4. Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
5. Tanda tangan dan cap
Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :
1. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup
Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah kabupaten/kota
2. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Propinsi
untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota
3. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan
pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu
propinsi atau lintas batas negara



Mendiskusikan topic topic masalah kesehatan lingkungan yang sedang terjadi.
1. Sanitasi Air
Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana
sanitasi berhubungan langsung dengan :
1. Kesehatan. Semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya berkaitan
dengan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak benar.
Memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah tidak efektif.
2. Penggunaan air. Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan
hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah
penggunaan 190 liter air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru
yang menggunakan hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan
air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya,
memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa
meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah
yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa menambah
jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar.
3. Biaya dan pemulihan biaya.
a. Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat
begitu konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air tanpa
memperhitungkan biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan
masalah lingkungan dan biaya tinggi yang tak terantisipasi. Pada tahun 1980, Bank
Dunia melaporkan bahwa dengan menggunakan praktik-praktik konvesional, untuk
membuang air dibutuhkan biaya lima sampai enam kali sebanyak biaya
penyediaan. Ini adalah untuk konsumsi sekitar 150 hingga 190 liter air per kepala
per hari. Informasi lebih baru dari Indonesia, Jepang, Malaysia dan A. S.
menunjukkan bahwa rasio meningkat tajam dengan meningkatnya konsumsi; dari
1,3 berbanding 1 untuk 19 liter per kepala per hari menjadi 7 berbanding 1 untuk
konsumsi 190 liter dan 18 berbanding 1 untuk konsumsi 760 liter.
b. Penggunaan ulang air. Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah
merupakan sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai baik resmi
disetujui atau tidak. Karena itu peningkatan penyediaan air cenderung
mengakibatkan peningkataan penggunaan air limbah, diolah atau tidak dengan
memperhatikan sumber-sumber daya tersebut supaya penggunaan ulang ini tidak
merusak kesehatan masyarakat.

2. Sanitasi Tanah
1. Penetapan lokasi
Lokasi pengambilan sampel tanah adalah di halaman rumah-rumah penduduk
misalnya di desa percontohan kesehatan lingkungan, P2LDT, daerah kumuh, desa
nelayan, daerah transmigrasi dan lain-lain.
Lokasi pengambilan sampel adalah di lokasi yang ada program jambu. Prioritas lokasi
adalah di halaman rumah penduduk yang diperkirakan belum semua anggota
keluarganya menggunakan jamban.
Titik lokasi pengambilan sampel di tempat-tempat sebagai berikut :
a. Di dalam rumah, yang berlantai tanah perlu di ambil sampel tanah, seperti pada
tempat-tempat yang dipakai pada ruang keluarga sekitar dapur dan kamar mandi.
b. Di halaman rumah, seperti sekitar tempat bermain anak-anak, sekitar jamban,
halaman yang lembab atau di halaman rumah yang diperkirakan tercemar kotoran
manusia.
2. Pengambilan sampel
Sampel tanah yang dimaksud adalah tanah permukaan. Tanah permukaan adalah
bagian dari tanah yang berada pada permukaan. Bagian tanah ini diambil dengan
mudah dengan cara pengerokan dengan sendok semen. Hal ini penting diketahui
karena telur/larva cacing usus yang tersebar pada tanah adalah berada pada
permukaan tanah.

3. Peralatan
Alat-alat yang dipergunakan untuk mengambil sampel adalah :
a. Garpu tanah
b. Sendok semen
c. Kantong plastik
d. Spidol

4. Cara pengambilan
Setelah titik lokasi ditentukan lakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Bersihkan titik lokasi tersebut dengan farpu tanah dari dahan-dahan, rumput-rumput
kering dan kerikil.
b. Siapkan kantong plastik kemudian diberi kode lokasi dan tanggal pengambilan sampel
dengan spidol permanen.
c. Keroklah tanah permukaan pada lokasi tersebut seluas 40 x 40 cm2 dengan
menggunakan sendok semen sebanyak 100 gram.
d. Ikatlah kantong-kantong plastik yang telah terisi dengan baik, untuk dikirim ke
laboratorium. Jadi tiap rumah diperoleh 4 kantong sampel tanah.

5. Pengiriman sampel
Pengiriman sampel ke laboratorium hendaknya tidak lebih dari 7 hari. Dalam
perjalanan hendaknya tidak terlalu panas.
Bila laboratorium puskesmas belum dapat melakukan pemeriksaan, dapat dikirim
ke laboratorium Rumah Sakit, atau ke laboratorium lain yang terdekat.

6. Pemeriksaan sampel
1. Sasaran
Sasaran pemeriksaan adalah telur dan larva cacing usus yaitu :
a. Telur untuk cacing : Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, cacing tambang
b. Larva untuk cacing : Strongiloides

2. Reagensia
Reagensi yang diperlukan :
a. Larutan hipoklorid 30%
b. Larutan Magnesium Sulfat (282 gr/liter)
c. Eosin
d. Aquadest
3. Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah :
a. Sendok tanah
b. Sentrifuse lengkap dengan tabung
c. Tabung reaksi dengan rak
d. Obyek glass (kaca benda)
e. Deck glass (kaca tutup)
f. Gelas ukur 1.000 ml
g. Steering rod (kaca pengaduk)
h. Hydrometer (pengukur BD)
i. Mikroskop
j. Kain kasa (5 cm x 5 cm)
k. Kaos kecil
l. Aplikator
m. Corong
n. Timbangan

Prosedur
a. Timbang sampel tanah yang telah dibersihkan dari kerikil dan daun-daunan
(rumput-rumput kering) sebanyak 5 gram.
b. Masukkan tanah ini ke dalam tabung-tabung setrifuse.
c. Tambahkan 20 ml larutan hipokhlorit ke dalam tabung yang berisi tanah.
d. Aduk dengan steering rod hingga merata dan diamkan selama 1 jam.
e. Setelah semua rumah tabung dalam sentrifuse terisi semua, hidupkan sentrifuse
dengan kecepatan 2000 rpm selama kurang lebih 2 menit. Lakukan kegiatan ini
sampai 2 kali.
f. Setelah diputar selama 2 menit, buang cairan supernatant.
g. Endapan tanah yang ada ditambah dengan larutan MgSO4 yang telah disiapkan
sampai mencapai lebih kurang volume tabung.
h. Putar lagi dengan sentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.
i. Sentrifuse dihentikan, ambil tabung-tabung sentrifuse ini, tempatkan dalam rak
yang telah tersedia.
j. Tambahkan larutan MgSO4 dengan BD 1.260 ke dalam tabung-tabung sentrifuse
sehingga mencapai permukaan tabung dan permukaannya sedikit mengembung.
Diamkan beberapa menit.
k. Pengaturan BD MgSO4 dapat dilakukan dengan penambahan air bila BD-nya tinggi
sedangkan bila BD MgSO4 rendah (H.1.260) ditambah dengan larutan MgSO4.
l. Tutupkan deck glass kepada tiap-tiap tabung ini dan tunggu selama 30 menit. Jika
ada telur dan larva cacing dalam tanah tersebut maka telur dan larva tersebut sudah
mengapung dan menempel pada deckglass.
m. Pindahkan deck glass ini ke atas sebuah kaca benda (object glass). Jika perlu
tambahkan eosin sebagai pewarna, maka sediaan telah siap.
n. Periksa sediaan ini di bawah mikroskop dan identifikasi telur/larva cacing usus
yang ada.
o. Lakukan pemeriksaan terhadap semua sampel yang diterima.

7. Intrprestasi hasil pemeriksaan
Suatu titik lokasi dinyatakan positif (+) apabila paling sedikit 1 (satu) di antara
keempat sediaan yang diperiksa dan titik lokasi tersebut positif telur atau larva cacing
tersebut.

3. Pecemaran Udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau
biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan,
dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan
manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi
cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak
pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.
Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan pencemar
sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari
sumber pencemaran udara. Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara
primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi
pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer.
Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara
sekunder.
Belakangan ini tumbuh keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam
konteks global dan hubungannya dengan pemanasan global (global warming) yg
memengaruhi;
Kegiatan manusia
a. Transportasi
b. Industri
c. Pembangkit listrik
d. Pembakaran (perapian, kompor, furnace,[insinerator]dengan berbagai jenis bahan
bakar
e. Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)

Sumber alami
a. Gunung berapi
b. Rawa-rawa
c. Kebakaran hutan
d. Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi
Sumber-sumber lain

a. Transportasi amonia
b. Kebocoran tangki klor
c. Timbulan gas metana dari lahan uruk /tempat pembuangan akhir sampah
d. Uap pelarut organik
Jenis-jenis pencemaran udara

a. Karbon monoksida
b. Oksida nitrogen
c. Oksida sulfur
d. CFC
e. Hidrokarbon
f. Ozon
g. Volatile Organic Compounds
h. Partikulat
Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui
sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada
jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian
atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-
paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISNA (infeksi saluran
napas atas), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya.
Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik. memperkirakan
dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian prematur,
perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISNA pada tahun 1998
senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun
2015.
Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat
terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik
hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses
fotosintesis.
Hujan asam
pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara
seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH
air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain :
a. Mempengaruhi kualitas air permukaan
b. Merusak tanaman
c. Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga memengaruhi
kualitas air tanah dan air permukaan
d. Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan
Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O
di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh
permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan
menimbulkan fenomena pemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah :
a. Pencairan es di kutub
b. Perubahan iklim regional dan global
c. Perubahan siklus hidup flora dan fauna

Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan
pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari.
Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di
stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan
laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga
terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.

4. Higyene makanan
Kita semua perlu makan untuk hidup dan penting bahwa makanan yang kita
konsumsi tidak menyebabkan kita sakit. Untuk menyiapkan dan mensuplai makanan
yang akan dikonsumsi dibutuhkan penanganan yang hati-hati dalam hygiene makanan.
Hal ini untuk menghindarkan terjadi keracunan makanan, terbuangnya bahan makanan,
kerugian bisnis dan terjadinya tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh
personal atau tempat kerja anda.
Apakah Hygiene Makanan ?
Menjaga tempat kerja, staf dan peralatan bersih adalah bagian penting dari
hygiene makanan. Jika bekerja di area yang bersih :
a. Mengurangi resiko terjadi produksi makanan yang berbahaya
b. Mencegah gangguan serangga seperti lalat, tikus dll
c. Lebih menarik konsumen
Hal lain yang juga penting adalah cara penanganan makanan dan
penyimpanannya. Penanganan dan penyimpanan yang buruk dapat menyebabkan
munculnya keracunan makanan, meskipun di tempat kerja yang bersih sekalipun.
Terdapat 40 orang yang mati setiap tahunnya karena keracunan makanan. Mereka
termasuk kelompok yang beresiko tinggi :
a. Anak usia dini
b. Orang tua
c. Orang yang sedang sakit

Mengapa Mempelajari Hygiene Makanan ?
Setiap orang sebaiknya mengetahui tentang Hygiene Makanan. Tidak ada
seorangpun yang mau sakit. Anda harus menerima training sehingga makanan yang
diproduksi benar-benar aman untuk dikonsumsi. Kebiasaan yang baik akan mencegah
terjadinya kontaminasi makanan atau terinfeksi kuman. Makanan harus dimasak secara
teratur untuk mencegah terjadinya sakit. Sebagaimana penyakit, hygiene yang jelek dapat
menyebabkan :
a. Kontaminasi makanan oleh kuman dan sumber lain
b. Terbuangnya makanan
c. Gangguan oleh serangga, seperti lalat dan tikus
d. Kehilangan waktu kerja karena sakit
e. Menurunnya produktivitas dan efisiensi
f. Kehilangan konsumen dan keuntungan
g. Pelanggaran hukum

Hukum dan Hygiene Makanan
Pemerintah menetapkan Food Safety Act (Aturan Keselamatan Makanan) untuk
memastikan bahwa makanan yang dijual aman untuk dikonsumsi. Hal ini mempengaruhi
tiap orang yang bekerja di industri makanan dalam bagian produksi, proses,
penyimpanan, distribusi dan penjualan makanan. Hukum tersebut ditetapkan pada 1
Januari 1991. Hal ini untuk melindungi semua orang. Petugas hukum harus memastikan
bahwa semua orang mematuhi aturan hukum tersebut.
Food Safety Act (Aturan Keselamatan Makanan) 1990 memberikan kewenangan
pada menteri untuk membuat aturan-aturan. Beberapa diantaranya yang berkaitan dengan
Hygiene makanan.
Aturan hukum memberikan kekuatan pada petugas hukum untuk :

a. Memasuki tempat persiapan makanan untuk memeriksa hal-hal yang memungkinkan
terjadinya pelanggaran
b. Menginspeksi makanan untuk memeriksa apakah makanan tersebut aman untuk
dikonsumsi
c. Mengambil makanan yang dicurigai dari tempat persiapan makanan dan
membawanya ke pengadilan jika ternyata makanan tersebut tidak aman
Anda harus memberi keterangan dan membantu petugas hukum anda dapat
didenda jika anda tidak melakukannya
Jika Food Safety Act (Aturan Keselamatan Makanan) dilanggar dapat berakibat :

a. Penutupan usaha
b. Denda 20.000 pound sterling untuk masing-masing pelanggaran
c. Penjara 2 tahun
d. Kompensasi untuk pelanggan yang terpengaruh makanan
Hygiene Makanan Dan Bisnis
Hygiene makanan yang buruk berpengaruh pada bisnis. Tidak ada yang ingin
membeli makanan atau makan di tempat dengan reputasi jelek. Tidak ada orang yang
mau bekerja di tempat tersebut, sehingga akan menyebabkan keluar masuknya karyawan
yang tinggi.
Reputasi yang jelek dapat menimbulkan :
a. Bisnis Berkurang
b. Keuntungan yang rendah
c. Kelebihan yang mungkin

5. Sanitasi lingkungan perumahan dan kerja
Lingkungan kerja yang sehat sangat menentukan kenyamanan, produktivitas dan
prestasi kerja. Selain itu, pada kegiatan industri yang meproduksi produk tertentu seperti
makanan, minuman, jamu, obat, dan kosmetik menuntut kualitas sanitasi yang baik pada
lingkungan kerja, area produksi dan proses produksi. Adapun hotel, restoran atau rumah
makan, selain tuntutan sanitasi yang baik dalam lingkungan kerjanya juga tuntutan
sanitasi yang baik dalam pelayanan terhadap konsumen, seperti bedcover, meubeler,
peralatan makan, dapur, cara preparasi dan penyajian makanan-minuman, dan rest area.
Standarisasi pengetahuan dan praktek sanitasi sangat diperlukan untuk mencapai
kepuasan konsumen dan kualitas layanan yang optimal. Standar sanitasi yang baik dapat
diuji dengan metoda-metoda praktis melalui pengujian-pengujian yang dapat dilakukan
dengan cepat dan akurat terlebih karena saat ini produk-produk pengujian sanitasi
lingkungan telah tersedia dan mudah diperoleh.
Standar sanitasi tidak terlepas dari macam kegiatan yang dilakukan dan resiko-
resiko yang dapat ditimbulkan dari kondisi sanitasi tersebut. Kegiatan usaha berupa
industri makanan-minuman tentu akan berbeda dengan rumah sakit atau hotel dalam hal
standar sanitasi dan parameter yang digunakan.

6. Pengolahan air limbah keluarga
Visit Indonesia adalah semboyan yang beberapa tahun belakangan ini sering kita
lihat di televisi maupun spanduk di tengah keramaian kota. Keindahan alamnya membuat
negara ini dijuluki Zamrud Khatulistiwa, kita patut bangga terhadap kekayaan budaya
dan alam yang dimiliki oleh negara ini. Namun, ada satu hal yang luput dari perhatian
kita, yaitu masalah kebersihan. Tengok saja, sungai-sungai yang ada di Indonesia.
Tingkat pencemaran air sungai di berbagai daerah di Indonesia sangat tinggi.
Sepanjang tahun 2010 terjadi 79 kasus pencemaran lingkungan yang mencemari 65
sungai di Indonesia. Asian Development Bank (2008) pernah menyebutkan pencemaran
air di Indonesia menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun, termasuk kerugian di
bidang pariwisata. Sungguh ironis sekali. Pemerintah telah berupaya membuat Indonesia
menjadi tempat pariwisata, namun kondisi lingkungan masih tidak mendukung. Apalagi,
sumber air untuk kebutuhan kita sehari-hari selama ini berasal dari sungai-sungai
tersebut.
Salah satu sumber pencemar terbesar sungai-sungai di Indonesia adalah limbah
rumah tangga (blackwater dan greywater). Greywater (limbah rumah tangga ringan)
berasal dari air bekas cucian peralatan rumah tangga, seperti peralatan makan, pakaian,
dll. Sedikitnya 1,3 juta meter kubik limbah cair rumah tangga dari 22 juta penduduk
Jabodetabek dialirkan ke sungai, belum termasuk penduduk di daerah perkotaan lain
(Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Jakarta, 2010)
Di beberapa wilayah di Indonesia seperti Jakarta Timur dan Jakarta Utara, air
bersih sudah menjadi barang langka. Tidak hanya di Jakarta, kelangkaan air bersih
sekarang ini menjadi salah satu masalah di dunia. Kenaikan jumlah penduduk membuat
kebutuhan air semakin meningkat. Menurut National Water Company, rata-rata orang di
rumah menggunakan sekitar 1600 liter per hari untuk berbagai kebutuhan. Tiga
kebutuhan air terbesar dalam rumah tangga adalah untuk menyiram tanaman, mandi, dan
mencuci.
Dari sini muncul ide di kepala saya, kenapa kita tidak mengolah air limbah rumah
tangga (greywater) menjadi air bersih yang bisa dimanfaatkan kembali? Tentu banyak
masalah yang dapat teratasi, mulai dari masalah krisis air bersih, masalah lingkungan,
hingga masalah kerugian di bidang pariwisata.
Limbah rumah tangga mengandung bahan-bahan anorganik maupun organik,
seperti bakteri, bahan kimia yang apabila tidak diolah secara tepat dapat menjadi
penyebab penyakit disentri, tipus, kolera, dan lain-lain. Teknologi pengolahan air limbah
rumah tangga yang ada saat ini memerlukan beberapa tahapan agar mendapatkan air
bersih. Tempat pengolahan juga harus dikontrol dan dibersihkan secara berkala. Hal ini
membuat proses pengolahan menjadi tidak praktis. Oleh karena itu, teknologi yang cepat
dan efektif untuk pengolahan air limbah rumah tangga sangat diperlukan.
Salah satu teknologi yang dapat mengolah air limbah rumah tangga adalah
fotokatalisis. Teknologi ini melibatkan reaksi fotokimia oleh suatu katalis. Reaksi ini
mengakibatkan bahan kimia menjadi terurai sehingga menjadi senyawa yang tidak
berbahaya. Katalis yang digunakan, yaitu Titanium oksida (TiO
2
), hanya akan aktif
ketika terkena cahaya, termasuk cahaya matahari dan tergolong aman, murah, serta
ramah lingkungan karena bersifat non toksik. Karena menggunakan energi radiasi sinar
matahari, fotokatalisis termasuk teknologi hemat energi. Selain itu, tidak memerlukan
pengontrolan dan pembersihan tempat pengolahan secara berkala. Dengan demikian,
fotokatalisis merupakan teknologi yang cukup solutif untuk pengolahan greywater rumah
tangga.

You might also like