You are on page 1of 43

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, jumlah obat-obatan yang
beredar dalam masyarakat pun bertambah banyak. Beberapa obat dapat saja
mengandung zat yang sama, namun beda konsentrasinya. Konsentrasi obat
telah dicantumkan pada etiket dan brosurnya. Namun, kenyataan yang sering
terjadi jumlah yang tercantum pada etiket berbeda dengan yang sebenarnya.
Pengujian unsur dan logam pada suatu sediaan sangat perlu
dilakukan terutama untuk mengetahui adanya kecurangan oleh para
produsen obat.
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis suatu unsur dan logam
yang terkandung dalam suatu sampel dengan menggunakan metode
konvensional.
II.2 Maksud dan Tujuan
II.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara melakukan uji analisis unsur dan
logam dalam suatu sediaan farmasi.
II.2.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui cara melakukan uji analisis unsur dan logam dalam suatu
sediaan farmasi berupa Promag , Cerebrofit, dan Polysilane. Dengan
menggunakan metode konvensional.
I.3 Prinsip Percobaan
a. Melakukan uji analisis unsur pada sampel Promag , Cerebrofit, dan
Polysilane dengan menggunakan metode dekstruksi kering dengan
arangkan terlebih dahulu lalu ditanur pada suhu 500
o
C selama 30 menit
lalu dicampur dengan castellana. Kemudian dimasukkan ke dalam pipet
bersumbat lalu dipijarkan kemudian dicelupkan ke dalam air lalu disaring
dan siap diuji.
b. Melakukan uji analisis unsur pada sampel Promag , Cerebrofit, dan
Polysilane dengan menggunakan metode dekstruksi basah dengan
mencampurkan sampel ke dalam larutan HNO
3
pekat. Kemudian siap
dilakukan uji analisis logam.
c. Melakukan identifikasi kandungan unsur dan logam dari suatu sediaan
farmasi dengan menggunakan metode SSA (Spektrofotometri Serapan
Atom) dimana akan terjadi interaksi antara energi dengan atom bebas
yang menghasilkan absorpsi dan emisi radiasi dan panas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang
disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas
identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang
terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya tujuan analisis
kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis
kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada
dalam sampel atau contoh. (1)
Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan analisis
kualitatif. Ion-ion dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisika dan kimianya.
Beberapa metode analisis kualitatif modern menggunakan sifat fisika seperti
warna, spektrum absorpsi, spektrum emisi, atau medan magnet untuk
mengidentifikasi ion pada tingkat konsentrasi yang rendah.
Namun demikian kita juga dapat menggunakan sifat fisika dan kimia
untuk mengembangkan suatu metode analisis kualitatif menggunakan alat-
alat yang sederhana yang dipunyai hampir semua laboratorium. Sifat fisika
yang dapat diamati langsung seperti warna, bau, terbentuknya gelembung
gas atau pun endapan merupakan informasi awal yang berguna untuk
analisis selanjutnya. (2)
Logam adalah unsur kimia yang mempunyai sifat menghantarkan
listrik, kilap, konduktor panas, dan mudah dibentuk. Unsur logam membentuk
oksida basa, hidroksida dalam bilangan oksidasi +1 atau +2 dan menjadi
kation. Semua unsur transisi adalah logam sementara golongan utama
diklasifikasikan atas logam dan non logam (3).
1. Logam golongan 1
Golongan 1 disebut juga logam alkali. Logam alkali melimpah dalam
mineral dan di air laut. Khususnya, natrium, Na, di kerak bumi adalah
keempat setelah Al, Fe, dan Ca. Walaupun keberadaan ion natrium dan
kalium telah dikenali sejak lama, sejumlah usaha untuk mengisolasi logam ini
dari larutan air garamnya gagal sebab kereaktifannya yang tinggi pada air. (3)
Logam alkali juga aktif pada oksigen atau halogen. Karena logam alkali
adalah reduktor kuat, logam-logam ini juga digunakan untuk sebagai
reduktor. Karena kereaktifannya yang tinggi pada halogen, logam alkali
penting dalam sintesis organik dan anorganik yang menghasilkan halida
logam alkali sebagai hasil reaksi kondensasi dan metatesis. (3)
Logam alkali atau unsur golongan IA (selain hidrogen) adalah reduktor
yang sangat kuat dan bereaksi dengan air menghasilkan gas H
2
disertai
ledakan kecil (tidak membahayakan). Contoh logam alkali yang paling murah
harganya adalah logam Na (natrium). Logam Na bereaksi dengan air
membentuk NaOH dan gas H
2
, tetapi logam Na tidak bereaksi dengan
minyak tanah, sehingga logam Na biasa disimpan dalam kerosin (minyak
tanah). (4,5)
2. Logam golongan 2
Logam golongan 2 dari berilium Be, sampai radium, Ra, disebut juga
logam-logam alkali tanah. Berilium merupakan komponen beril atau emeral.
Logam berilium bewarna putih keperakan dan digunakan dalam paduan
khusus dan untuk jendela dalam tabung sinar-X, atau sebagai moderator
dalam reaktor nuklir, dsb. Karena berilium sangat beracun, berilium harus
ditangani dengan sangat hati-hati. (3)
3. Logam golongan 12
Sulfida logam golongan 12 (zink, kadmium, merkuri) merupakan bahan
baku dalam metalurgi. Logam-logam ini terletak persis setelah logam transisi
tapi tidak berkelakuan seperti logam transisi karena orbitalnya d-nya penuh,
dan zink dan kadmium menunjukkan sifat kereaktifan pertengahan antara
keras dan lunak seperti magnesium. Merkuri adalah logam lunak dan
merupakan cairan, cenderung terikat pada fosfor atau belerang. (3)
4. Logam golongan 13
Aluminum, Al, merupakan anggota golongan 13 (Tabel 5.4) berada
sebagai aluminosilikat di kerak bumi dan lebih melimpah daripada besi. (3)
5. Logam golongan 14
Dari 10 isotop timah, Sn, 118 Sn (24.22%) dan 120Sn (33.59%) adalah
yang paling melimpah. Timah logam ada sebagai timah (timah abu-abu),
yang stabil di bawah 13.2
o
C dan tin yang stabil pada suhu yang lebih tinggi.
Pada suhu rendah, transisi fasanya cepat. Senyawa timah divalen dan
tetravalen umumnya dijumpai, dan senyawa-senyawa divalennya merupakan
bahan reduktor. (3)
Untuk menjalankan fungsinya dengan baik, tubuh kita butuh gizi yang baik
pula. Zat yang diperlukan tubuh ternyata tidak hanya berupa karbohidrat,
protein, atau vitamin saja. Tapi berbagai zat logam juga sangat diperlukan
agar tubuh bekerja dengan maksimal. Beberapa zat yang dibutuhkan oleh
tubuh sebagai berikut.
Zat Besi (Fe)
Zat besi berguna untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh dan menghilangkan racun dari tubuh. Bila tubuh sampai kekurangan
zat besi akan menimbulkan gejala-gejala kekurangan darah. Namun, zat besi
juga dapat membahayakan kesehatan bila terlalu banyak dikonsumsi.
Konsumsi zat besi berlebihan dapat menyebabkan pembengkakan pada hati
dan mengurangi kemampuan tubuh untuk menyerap zat tembaga. Jumlah
yang cukup untuk kebutuhan tubuh, yaitu 8 sampai 18 miligram per hari.
Seng (Zn)
Seng berguna untuk mempertahankan kesuburan, memperkuat daya
tahan tubuh, membantu dalam proses penyembuhan, dan mampu membantu
tubuh agar menghasilkan sekitar 100 enzim yang diperlukan tubuh. Seng
juga berguna untuk kecantikan kulit karena dapat mencegah timbulnya
jerawat, mencegah kulit kering, dan membantu regenerasi kulit. Karena Seng
dapat berfungsi untuk regenerasi kulit, kekurangan Seng dalam tubuh dapat
menyebabkan luka di kulit sulit sembuh. Jumlah yang dianjurkan agar jumlah
seng dalam tubuh mencukupi adalah 12 miligram per hari.
Mangan (Mn)
Mangan merupakan zat logam yang penting untuk menjaga kesehatan
otak, tulang, dan berperan dalam pertumbuhan rambut serta kuku. Mangan
juga diperlukan untuk membantu menghasilkan enzim yang berguna untuk
metabolisme tubuh. Karbohidrat dan protein memerlukan mangan untuk
dapat diubah menjadi energi yang kita gunakan sehari-hari. Bila tubuh
kekurangan mangan, protein dan karbohidrat tidak dapat diubah menjadi
energi. Akhirnya, terdapat penumpukan karbohidrat dan protein yang
menimbulkan risiko diabetes, osteoporosis, rematik, dan kolesterol tinggi.
Namun jika berlebihan akan menyebabkan kadar besi dalam tubuh menurun
sehingga meningkatkan resiko terkena anemia, gangguan kulit, jantung, hati,
pembuluh darah dan kerusakan otak. Selain itu, mangan yang berlebihan
dapat mencegah penyerapan zat tembaga untuk tubuh. Kebutuhan mangan
per harinya sekitar 5 mg.
Kromium (Cr)
Kromium berfungsi mengatur penempatan glukosa dalam darah menuju
ke sel-sel tubuh untuk kemudian diubah menjadi energi. Jika kekurangan
Kromium dapat meningkatkan kadar kolesterol dan lemak dalam darah yang
dapat mengakibatkan penyakit jantung, diabetes, dan obesitas. Namun jika
berlebihan dapat menyebabkan iritasi lambung dan menghambat penyerapan
tembaga oleh tubuh. Kebutuhan sekitar 25 mg/hari.
Tembaga (Cu)
Tembaga memiliki fungsi membentuk hemoglobin, kolagendan menjaga
kesehatan saraf. Jika tubuh kekurangan Tembaga akan menyebabkan
anemia, radang sendi dan mudah lelah. Namun jika kelebihan Dapat
menyebabkan keracunan yang ditandai dengan muntah, pusing, lemas, sakit
perut dan diare. Jika terjadi terus-menerus dapat menyebabkan sakit jantung
dan kerusakan hati yang berakibat pada kematian. Dosis yang dianjurkan 1,2
mg/hari.
Magnesium (Mg)
Magnesium Berperan penting untuk menjaga kesehatan jantung, ginjal
dan otot. Jika tubuh kekurangan Magnesium Dapat menyebabkan serangan
jantung, ginjal, darah tinggi dan serangan asma. Namun jika berlebihan
Dapat menyebabkan diare. Dalam sehari tubuh membutuhkan Magnesium
sekitar 320 mg.
Identifikasi logam dengan uji nyala
Salah satu ciri khas dari logam alkali adalah memiliki spektrum emisi.
Sprektum ini dihasilkan bila larutan garamnya dipanaskan dalam nyala
Bunsen, atau dengan mengalirkan muatan listrik pada uapnya. Ketika atom
diberi energi (dipanaskan) elektronnya akan tereksitasi ke tingkat yang lebih
tinggi. Ketika energi itu dihentikan, maka elektronnya akan kembali lagi ke
tingkat dasar sehingga memancarkan energi radiasi elektromagnetik.
Menurut Neils Bohr, besarnya energi yang dipancarkan oleh setiap atom
jumlahnya tertentu (terkuantitas) dalam bentuk spektrum emisi. Sebagian
anggota spektrum terletak di daerah sinar tampak sehingga akan
memberikan warna-warna yang jelas dan khas untuk setiap atom.
Unsur Natrium Kalium Lithium Kalsium Tembaga Antimon Rubidium Caesium
Warna
Nyala
Logam


Warna nyala dihasilkan dari pergerakan elektron dalam ion-ion logam
yang terdapat dalam senyawa. Sebagai contoh, sebuah ion Na dalam
keadaan tidak tereksitasi memiliki struktur 1s
2
2s
2
2p
6
. Jika dipanaskan,
elektron-elektron akan mendapatkan energi dan bisa berpindah ke orbital
kosong manapun pada level yang lebih tinggi sebagai contoh, berpindah ke
orbital 7s atau 6p atau 4d atau yang lainnya, tergantung pada berapa banyak
energi yang diserap oleh elektron tertentu dari nyala. Karena elektron-
elektron berada pada level yang lebih tinggi dan lebih tidak stabil dari segi
energi, maka elektron-elektron cenderung turun kembali ke level dimana
sebelumnya mereka berada. Perpindahan ini akan melepaskan sejumlah
energi yang dapat dilihat sebagai cahaya dengan warna tertentu.
Akan tetapi, elektron tersebut bisa turun sampai dua tingkat (atau lebih)
dari tingkat sebelumnya. Misalnya pada awalnya di level 5 kemudian turun
sampai ke level 2. Masing-masing perpindahan elektron ini melibatkan
sejumlah energi tertentu yang dilepaskan sebagai energi cahaya, dan
masing-masing memiliki warna tertentu. Sebagai akibat dari semua
perpindahan elektron ini, sebuah spektrum garis yang berwarna akan
dihasilkan. Warna yang terlihat adalah kombinasi dari semua warna
individual. Besarnya lompatan/perpindahan elektron dari segi energi,
bervariasi dari satu ion logam ke ion logam lainnya. Ini berarti bahwa setiap
logam yang berbeda akan memiliki pola garis-garis spektra yang berbeda,
sehingga warna nyala yang berbeda pula.(7)
Nyala Api Bunsen (2)


Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)






Alat Instrumentasi AAS Type Buck 210 VGP
Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan
pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid
yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas. Metode ini
sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini
mempunyai beberapa kelebihan di-bandingkan dengan metode spek-troskopi
emisi konvensional. Memang selain dengan metode serapan atom, unsur-
unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga dianalisis dengan fotometri
nyala, akan tetapi fotometri nyala tidak cocok untuk unsur-unsur dengan
energy eksitasi tinggi. Fotometri nyala memiliki range ukur optimum pada
panjang gelombang 400-800 nm, sedangkan AAS memiliki range ukur
optimum pada panjang gelombang 200-300 nm.Untuk analisis kualitatif,
metode fotometri nyala lebih disukai dari AAS, karena AAS memerlukan
lampu katoda spesifik (hallow cathode). Kemono-kromatisan dalam AAS
merupakan syarat utama. Suatu perubahan temperature nyala akan
mengganggu proses eksitasi sehingga analisis dari fotometri nyala berfilter.
Dapat dikatakan bahwa metode fotometri nyala dan AAS merupakan
komplementer satu sama lainnya.
Absorpsi atom dan spektra emisi memiliki pita yang sangat sempit di
bandingkan spektrometri molekuler. Emisi atom adalah proses di mana atom
yang tereksitasi kehilangan energi yang disebabkan oleh radiasi cahaya.
Misalnya, garam-garam logam akan memberikan warna di dalam nyala ketika
energi dari nyala tersebut mengeksitasi atom yang kemudian memancarkan
spektrum yang spesifik. Sedangkan absorpsi atom merupakan proses di
mana atom dalam keadaan energy rendah menyerap radiasi dan kemudian
tereksitasi. Energi yang diabsorpsi oleh atom disebabkan oleh adanya
interaksi antara satu elektron dalam atom dan vektor listrik dari radiasi
elektromagnetik.
Ketika menyerap radiasi, elektron mengalami transisi dari suatu keadaan
energi tertentu ke keadaan energi lainnya. Misalnya dari orbital 2s ke orbital
2p. Pada kondisi ini, atom-atom di katakan berada dalam keadaan tereksitasi
(pada tingkat energi tinggi) dan dapat kembali pada keadaan dasar (energi
terendah) dengan melepaskan foton pada energy yang sama. Atom dapat
mengadsorpsi atau melepas energi sebagai foton hanya jika energy foton
(h) tepat sama dengan perbedaan energi antara keadaan tereksitasi (E) dan
keadaan dasar (G) seperti Gambar di bawah ini:

Gambar. Diagram absorpsi dan emisi atom
Absorpsi dan emisi dapat terjadi secara bertahap maupun secara
langsung melalui lompatan tingkatan energi yang besar. Misalnya, absorpsi
dapat terjadi secara bertahap dari G E1 E2 , tetapi dapat terjadi juga
tanpa melalui tahapan tersebut G E2. Panjang gelombang yang diserap
oleh atom dalam keadaan dasar akan sama dengan panjang gelombang
yang diemisikan oleh atom dalam keadaan tereksitasi, apabila energi transisi
kedua keadaan tersebut adalah sama tetapi dalam arah yang yang
berlawanan. Lebar pita spektra yang diabsorpsi atau diemisikan akan sangat
sempit jika masing-masing atom yang mengabsorpsi atau memancarkan
radiasi mempunyai energi transisi yang sama. (8)
Gas dan alat pembakar pada spektrophotometer serapan atom dikenal
dua jenis gas pembakar yang bersifat oksidasi dan bahan bakar. Gas
pengoksidasi misalnya udara (O
2
) atau campuran O
2
dan N
2
O, sedangkan
sebagai bahan bakar adalah gas alam, propane, butane, asetilen dan H
2
.
Gas pembakar dapat pula berupa campuran udara dengan propane, udara
dengan asetilen (terbanyak dipakai) dan N
2
O dengan asetilen.
Ada 3 jenis nyala dalam spektrometri serapan atom yaitu:
(a) Udara Propana
Jenis nyala ini relatif lebih dingin (1800
o
C) dibandingkan jenis nyala
lainnya. Nyala ini akan menghasilkan sensitifitas yang baik jika elemen yang
akan diukur mudah terionisasi seperti Na, K, Cu.
(b) Udara Asetilen
Jenis nyala ini adalah yang paling umum dipakai dalam AAS. Nyala ini
menghasilkan temperatur sekitar 2300
o
C yang dapat mengatomisasi hamper
semua elemen. Oksida-oksida yang stabil seperti Ca, Mo juga dapat analisa
menggunakan jenis nyala ini dengan memvariasi rasio jumlah bahan bakar
terhadap gas pengoksidasi.
(c) Nitrous oksida Asetilen
Jenis nyala ini paling panas (3000
o
C), dan sangat baik digunakan untuk
menganalisa sampel yang banyak mengandung logam-logam oksida seperti
Al, Si. Ti, W. (8)





II.2 Uraian Bahan
1. Asam klorida (5)
Nama resmi : Acidum hydrochloridum
Nama lain : Asam klorida
RM / BM : HCl / 34,46
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau
merangsang. Jika diencerkan dengan 2
bagian air, asap dan bau hilang
Kelarutan : Bercampur dengan air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
2. Asam sulfat (5)
Nama resmi : Acidum Sulfuricum
Nama lain : Asam sulfat
RM / BM : H
2
SO
4
/ 98,07
Pemerian : Cairan kentak seperti minyak higroskopik, tidak
berwarna, jika ditambahkan ke dalam air
menimbulkan panas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pereaksi
3. Air suling (5)
Nama resmi : Aqua destillata
Nama lain : Aquades, air suling
RM / BM : H
2
O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
4. Natrium Hidroksida (5)
Nama resmi : Natrii Hydroxidum
Nama lain : Natrium Hidroksida
RM / BM : NaOH / 40,00
Pemerian : Putih atau praktis putih, massa hablur berbentuk
pellet, serpihan atau batang, keras, rapuh dan
menunjukkan pecahan hablur bila dibiarkan
diudara akan cepat menyerap karbondioksida dan
lembab.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pereaksi
5. Asam oksalat (5)
Nama resmi : Acidum oksalate
Nama lain : Asam oksalat
RM / BM : (COOH)
2
.H
2
O / 126,07
Pemerian : Hablur tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam etanol dan etanol (95 %)
Penyimpanan : Pada wadah bersuhu 189,5
o
, terlindung dari
cahaya
Kegunaan : Pereaksi
6. Natrium nitroprusida (5)
Nama resmi : Natrium nitroprusida dihidrat
Nama lain : Natrium nitroprusid
RM / BM : Na
2
Fe(CN)
5
NO
2
H
2
O / 297,95
Pemerian : Hablur atau serbuk, warna merah delima (coklat)
kemerahan, praktis tidak berbau
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol,
sangat sukar larut dalam kloroform, tidak larut
dalam benzena.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Pereaksi
7. Kalium iodida (5)
Nama resmi : Kalii iodidum
Nama lain : Kalium iodide
RM / BM : KI / 166
Pemerian : Hablur heksahedral, transparan / tidak berwarna,
opak dan putih / serbuk butiran putih, higroskopik.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut
dalam air mendidih, larut dalam etanol (95%) P,
mudah larut dalam gliserol P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Pereaksi
8. Barium hidroksida (5)
Nama resmi : Barium hydroxidum
Nama lain : Barium hidroksida
RM : Ba(OH)
2
. 8H
2
O
Pemerian : Hablur, tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam air, terjadi larutan yang agak keruh.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Pereaksi
9. Etanol (5)
Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : Etanol / alcohol
RM / BM : C
2
H
6
O / 46,07
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,
dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas.
Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru
yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam
kloroform, dan eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya ditempat sejuk.
10. Asam sitrat (5)
Nama resmi : Acidum citricum
Nama lain : Asam sitrat
RM / BM : C
6
H
8
0
7
/ 192,19
Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna/ serbuk hablur
sampai halus putih, tidak berbau, rasa sangat
asam.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut
dalam etanol, agak sukar larut dalam eter.
II.3 Uraian Sampel
1. Cerebrofit (6)
Komposisi : Gingkobiloba, asam glutamat, vitamin, mineral
Indikasi : Membantu asupan vitamin yang kurang seperti
gangguan absorpsi vitamin dan meningkatnya
kebutuhan tubuh karena aktivitas yang meningkat;
meningkatkan sirkulasi darah ke otak sehingga
membantu memperbaiki daya ingat.
Kemasan : Dus 10 Kap
2. Promag (6)
Komposisi : Hidrotalsit 200 mg, Mg(OH)
2
15 mg, simetikon.
Indikasi : Kelebihan asam lambung, perut kembung, perut
sakit, dan kolik, kejang pilorus, tukak lambung,
dan usus 12 jari dari lain penyakit saluran cerna.
Kemasan : Dus 12 Tab
3. Polysilane (6)
Komposisi : Dimetilpolisiloksan 80 mg, Al(OH)
3
200 mg,
Mg(OH) 200 mg/5 ml atau tab.
Indikasi : Untuk mengurangi gejala yang berhubungan
dengan kelebihan asam lambung, gastritis, tukak
lambung, tukak usus dua belas jari, dengan gejala
seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati,
kembung, dan perasaan penuh pada lambung.
Kemasan : Botol 100 ml suspensi
II.3 Prosedur Kerja
1. Menurut FI III
1) Identifikasi barium
a. Larutan garam barium dengan asam sulfat encer P membentuk
endapan putih yang praktis tidak larut dalam asam klorida P /
dalam asam nitrit P.
b. Garam barium menimbulkan warna hijau kekuningan dalam nyala
yang tidak berwarna dan jika dilihat dengan kaca hijau, nyala
warna biru.
2) Identifikasi bromida
a. Larutan bromida jika dipanaskan dengan asam sulfat P dan
mangan (IV) oksidasi P atau kalium bikromat P, terjadi brom yang
memberikan warna merah jambu pada kertas saring yang dibasahi
larutan fluresein natrium P 0,2 % b/v dimetanol (95%) P.
b. Pada larutan bromida tambahkan larutan perak nitrat P, terbentuk
endapan kekuningan yang larut dalam amonia P, sukar larut dalam
amonia P encer praktis tidak larut dalam asam nitrat encer P.
c. Pada larutan bromida ditambahkan larutan klor P, terjadi brom
yang larut dalam 2 hingga 3 tetes CO
2
P atau kloroform P dengan
warna kemerahan. Tambahkan larutan fenol P pada lapisan air
yang mengandung brom, terbentuk endapan putih.
3) Identifikasi fosfat
a. Netralkan larutan fosfat hingga pH 7 tambahkan perak nitrat P,
terbentuk endapan kuning muda yang larut dalam larutan amonia
encer P dan dalam asam nitrat encer P.
b. Pada larutan fosfat tambahkan larutan magnesium sulfat amonia P,
terbentuk hablur putih.
c. Pada larutan fosfat dalam asam nitrat encer P, tambahkan larutan
amonium molibdat P volume yang sama, hangatkan endapan
warna kuning kenari terang.
4) Identifikasi iodida
a. Pada larutan iodida ditambahkan larutan perak nitrat P, terbentuk
endapan kuning yang praktis tidak larut dalam amonia encer P dan
dalam asam nitrat P.
b. Pada larutan iodida tambahkan larutan kalium iodida P dan asam
asetat encer P terjadi iodium yang memberikan warna violet
kemerahan dengan kloroform P dan warna biru dengan larutan
kanji P.
c. Pada larutan iodida tambahkan larutan raksa (II) klorida P,
terbentuk endapan merah yang agak sukar larut dalam pereaksi di
atas dan mudah larut dalam larutan kalium iodida P.
5) Identifikasi kalium
a. Basahi senyawa kalium dengan asam klorida P, bakar pada
sebatang kawat platina dalam nyala bunsen tidak berwarna, terjadi
warna violet. Jika diamati dengan kaca biru yang sesuai, warna
nyala ungu kemerahan.
b. Pada larutan pekat garam kalium yang telah dibebaskan dengan
garam amonium dengan pemisahan, tambahkan platina (IV) klorida
P dan asam klorida P terbentuk hablur kuning, pijarkan sisa
pemisahan adalah kalium klorida dan platina.
c. Kocok 2 ml larutan jernih garam kalium yang mengandung tidak
kurang dari 5% b/v dengan 10 tetes larutan jenuh asam tartrat P,
segera terbentuk endapan putih.
6) Identifikasi kalsium
a. Pada larutan garam kalsium tambahkan larutan amonium karbonat
P, terbentuk endapan putih, didihkan, dinginkan, endapan sukar
larut dalam larutan amonium klorida P.
b. Pada larutan garam kalsium tambahkan larutan amonium oksalat
P, terbentuk endapan putih yang larut dalam asam klorida P, tetapi
agak sukar larut dalam asam asetat P.
c. Pada 1 tetes larutan garam kalsium tambahkan 4 tetes larutan
glidetat P 1% b/v dalam etanol (95%) P dan 1 tetes larutan natrium
hidroksida P 10% b/v terbentuk endapan coklat kemerahan yang
larut dalam kloroform P larutan berwarna merah.
7) Identifikasi klorida
a. Panaskan larutan klorida dengan asam sulfat P dan mangan (IV)
oksida P terjadi klor yang memutihkan kertas lakmus P basah dan
terjadi warna biru pada kertas kanji iodida.
b. Pada larutan klorida ditambahkan larutan perak nitrat P, terbentuk
endapan putih yang tidak larut dalam asam nitrat P.
8) Identifikasi magnesium
a. Pada larutan garam magnesium, tambahkan larutan amonium
karbonat P, didihkan terbentuk endapan putih tetapi tidak terbentuk
endapan jika terdapat larutan amonium klorida P.
b. Pada larutan garam magnesium ditambahkan larutan dinatrium
hidrogen fosfat P yang mengandung garam amonium dan
amonium encer P, terbentuk hablur putih.
9) Identifikasi natrium
a. Basahi senyawa natrium dengan asam klorida P, takar pada
sebatang kawat platina dalam nyala bunsen, nyala berwarna
kuning.
b. Asamkan larutan garam natrium dengan asam asetat P saring jika
perlu, tambahkan larutan magnesium lauril sulfat P berlebih,
terlebih hablur kuning.
2. Menurut USP 32 (9)
1) Barium. Larutan dari garam barium akan terbentuk endapan putih
dengan penambahan asam sulfat 2 N. Endapan ini tidak larut dalam
HCl dan HNO
3
.
2) Bismuth. Ketika dilarutkan dengan asam HNO
3
atau HCl berlebih,
garam bismuth akan memberntuk endapan putih ketika diencerkan
dengan air. Endapan ini akan berwarna coklat dengan H
2
S, dan hasil
dari senyawa yang terbentuk dalam campuran panas dari HNO
3
dan
air.
3) Bromida. Larutan dari bromida, ketika ditambahkan dengan klorin tetes
sedikit demi sedikit dapat membebaskan bromida yang mana akan
terlarut dengan pengocokan bersama kloroform, pewarnaan dari
kloroform adalah merah hingga coklat kemerahan. AgNO
3
dihasilkan
dalam larutan bromida yang terbentuk endapan putih kekuningan yang
tidak larut dengan penambahan HNO
3
dan agak larut dalam
penambahan NH
4
OH 6 N.
4) Kalsium. Larutan dari garam kalsium tidak larut dalam oksalat ketika
sebagai pengikut. Untuk larutan dari garam kalsium (1 dalam 20)
tambahkan 2 tetes dari metil merah dan netralkan dengan NH
4
OH.
Tambahkan 3 N HCl, tetes demi tetes, hingga larutan bersifat asam
oleh indicator. Ketika penambahan dari ammonium oksalat, endapan
putih terbentuk. Endapan ini tidak larut dalam asam asetat 6 N tetapi
larut dalam HCl.
5) Klorida. Dengan AgNO
3
, larutan klorida akan berwarna endapan
kekuningan uang tidak larut dalam HNO
3
tetapi larut dalam NH
4
OH 6
N berlebih.
6) Kobalt. Larutan dari garam kobalt (1 dalam 20) dengan HCl 3 N
memberikan endapan merah ketika dipanaskan pada penangas.
Larutan dari garam kobalt akan jenuh dengan KCl dan terbentuk KNO
3

dan asam asetat, yang membentuk endapan kuning.
7) Tembaga. Larutan dari senyawa tembaga, diasamkan dengan HCl,
terbentuk garis merah dari tembaga metalik yang terang, dengan
permukaan tak bernoda dari besi metalik. NH
4
OH 6 N berlebih
ditambahkan dalam garam tembaga akan menghasilkan endapan
kebiru-biruan dan kemudian menjadi larutan biru gelap.
8) Iodida. Larutan dari iodide, yang ditambahkan dengan klorin sedikit
demi sedikit akan membebaskan iodin yang akan memberi warna
kuning hingga merah pada larutan. Ketika larutan dikocok dengan
CCl
4
, akan menjadi violet.
9) Besi. Senyawa Ferro dan Ferri dalam larutan akan membentuk
endapan hitam dengan NH
4
S. Endapan ini larut dalam HCl 3 N dingin
dengan perkembangan dari H
2
S.
10) Timbal. Dengan H
2
SO
4
2 N, larutan dari garam timbale akan
memberikan warna putih yang tidak larut dalam HCl 3 N atau 2 N
HNO
3
, tetapi larut dalam NaOH 1 N panas dan dalam ammonium
asetat.
11) Magnesium. Larutan dari magenesium akan diketahui dengan NH
4
Cl
yang tidak lebih dari endapan kabut yang dinetralkan dengan NH
4
CO
3
,
tetapi pada penambahan NaHPO
4
terbentuk Kristal putih yang tidak
larut dalam NH
4
OH 6 N.
12) Mangan. Dengan NH
4
S, larutan mangan akan memberikan endapan
berwarna merah muda kekuningan yang larut dalam asam asetat.
13) Kalium. Senyawa kalium memberikan warna keunguan hingga nyala
yang berkilauan, tetapi keberadaan dari sedikit natrium akan menutupi
warnanya.
14) Perak. Dengan HCl, larutan perak akan berwarna putih yang tidak larut
dalam HNO
3
tetapi mudah larut dalam NH
4
OH 6 N.
15) Zink. Dalam larutan natrium asetat, alrutan garam zink akan
membentuk endapan putih dengan H
2
S. endapan tidak larut dalam
asam asetat tetapi pada HCl 3 N

3. Menurut Identifikasi Obat (10)
1) Percobaan :Lassaigne. Ke dalam tabung pijar dimasukkan 20-50 g
bahan dan sebutir logam natrium sebesar biji kacang tanah. Tabung
dipanaskan perlahan-lahan dengan api kecil dari bagian atas tabung
sampai ke bagian bawah. Setelah natrium leleh, api dibesarkan,
tabung dipjar beberapa menit. Kemudian ketika masih merah
membara, tabung dijatuhkan ke dalam piala porselin berisi 6 ml air.
Selanjutnya campuran ini disaring. Penyaring dibilas dengan sedikit air
panas. Filtrat dibagi untuk pemeriksaan unsur nitrogen, sulphur, dan
halogen.
a. Pemeriksaan nitrogen. Ke dalam sepertiga filtrat di atas
ditambahkan sebutir garam besi (II) sulfat, kemudian dididihkan
beberapa menit. Sesudah dingin, dengan hati-hati besi hidroksida
dalam tabung dilarutkan dengan 6 N HCl (jangan berlebih). Bila
ragu-ragu, larutan disaring; kertas saring akan berwarna biru berlin.
Jika bahan mengandung banyak nitrogen, lama kelamaan timbul
warna biru pada larutan. Jika setelah didiamkan beberapa lama
larutan berwarna biru-hijau, berarti terdapat sesepora nitrogen. Jika
larutan hanya berwarna kuning, berarti larutan bebas nitrogen. Zat
yang mudah melepaskan nitrogennya dan kaya akan sulphur tidak
akan membentuk rodanida seperti di atas. Pada percobaan di sini
diperlukan logam natrium berlebih.
b. Pemeriksaan belerang. Sepertiga dari filtrat diberi beberapa tetes
larutan natrium pentasiano nitrosilferat 2.5% yang dibuat segar.
Terbentuk warna ungu yang lazimnya menjadi merah darah.
c. Pemeriksaan halogen. Sepertiga filtrate diasamkan dengan HNO
3
3
Nlalu dipanaskan sampai mendidih selama 2-3 menit. Apabila
terdapat lebih banyak brom atau iodium maka timbul warna.
Kepada larutan yang masih panas ditambahkan 5 tetes larutan
perak nitrat 5 %. Jika tak terjadi endapan berarti larutan tidak
mengandung banyak sulfur terjadi pengendaraan perak sulfat.
2) Pemeriksaan sulfur langsung dari bahan. Sejumlah 50 mg bahan
direaksikan dengan 1,0 ml larutan H
2
O
2
30% dan 2 tetes larutan besi
(III) klorida 10%. Terjadi reaksi yang kuat, bila perlu didinginkan.
Kemudian larutan diencerkan dengan air dan dituangi 1,0 ml 3 N HCl
dan 1,0 ml larutan BaCl 5%. Terbentuk endapan putih BaSO
4
.
3) Pemeriksaan halogen langsung dari bahan menurut Beilstein.
Sebagian bahan asal diletakkan pada keeping tembaga (misalnya
uang tembaga) lalu dibakar dengan api Bunsen di bagian nyala yang
tak berwarna. Jika bahan mengandung halogen, nyala berwarna hijau
karena terbentuk tembaha-halogenida yang menguap.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah batang pengaduk, Botol semprot,
Bunsen, Erlemeyer, Gelas piala, Gelas ukur, Pipet tetes, Sendok tanduk,
Tabung reaksi, dan Rak tabung.
III.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah Air suling, Aluminium foil,
Larutan pereaksi AgNO
3
, NH
4
OH, HCl, I
2,
HNO
3
, FeSO
4
, Asam asetat, Asam
pikrat 10%, HCl, H
2
SO
4
, NH
4
-molibdat, dan Tissu gulung.
III.2 Cara Kerja
A. Analisis Unsur
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dicampurkan sebagian sampel dengan serbuk castellana, diaduk
hingga homogen.
3) Dimasukkan ke dalam pipet bersumbat, lalu dipijarkan pada api
bunsen kemudian
4) Dilemparkan ke dalam gelas beaker yang berisi air lalu diaduk hingga
homogen kemudian disaring.
5) Diambil sebagian filtrat yang diperoleh lalu dilakukan uji analisis unsur.
2. Unsur N
a. Diambil filtrat kemudian ditambahkan dengan FeSO
4

b. Lalu dipanaskan, hasil positif terbentuk warna biru berlin
3. Unsur P
a. Diambil filtrat kemudian ditambahkan dengan HNO
3
dan NH
4
OH
b. Dihomogenkan, hasil positif terbentuk endapan kuning yang larut
dengan penambahan NH
4
OH berlebih
4. Unsur Cl
a. Diambil filtrat kemudian ditambahkan dengan AgNO
3

b. Dihomogenkan, hasil positif terbentuk endapan putih yang larut
dengan penambahan NH
4
OH berlebih
5. Unsur Br
a. Diambil filtrat kemudian ditambahkan dengan AgNO
3

b. Dihomogenkan, hasil positif terbentuk endapan kuning yang tidak
larut dengan penambahan NH
4
OH dan terbentuk endapan coklat
jika ditambahkan HCl dan I
2
.
6. Unsur I
a. Diambil filtrat kemudian ditambahkan dengan AgNO
3

b. Dihomogenkan, hasil positif terbentuk endapan kuning yang tidak
larut dengan penambahan NH
4
OH dan terbentuk endapan ungu
jika ditambahkan HCl dan I
2
.

B. Analisis Logam
1) Logam Natrium
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil sampel abu pada objek glass
c. Ditambahkan asam asetat 10% dan ditetesi asam pikrat kemudian
dipanaskan, lalu
d. Diamati di bawah mikroskop, hasil positif terbentuk kristal
2) Logam Kalium
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil sampel abu pada objek glass
c. Ditetesi asam pikrat kemudian dipanaskan, lalu
d. Diamati di bawah mikroskop, hasil positif terbentuk kristal
3) Logam Kalsium
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil sampel abu pada objek glass
c. Ditetesi HCl dan H
2
SO
4
atau asam oksalat kemudian dipanaskan,
lalu
d. Diamati di bawah mikroskop, hasil positif terbentuk kristal
4) Logam Barium
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil sampel abu lalu ditetesi HCl kemudian H
2
SO
4

c. Diamati perubahan, hasil positif terbentuk endapan putih.
5) Logam Zink
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil sampel abu pada objek glass
c. Ditetesi ammonium molibdat kemudian dipanaskan, lalu
d. Diamati di bawah mikroskop, hasil positif terbentuk kristal
6) Logam Boron
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil sampel abu lalu ditambahkan metanol
c. Diamati perubahan, hasil positif terrbentuk nyala hijau
7) Logam Magnesium
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil sampel abu dan ditetesi iodum
c. Diamati perubahan, hasil positif terbentuk endapan berwarna hitam
lama kelamaan menjadi merah.
8) Alumunium
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil sampel abu dan ditetesi HCl
c. Diamati perubahan, hasil positif terbentuk endapan berwarna putih




BAB IV
HASIL PENGAMATAN

IV.1 Tabel Pengamatan
i. Analisis Unsur
Kelompok Kode Sampel Hasil Identifikasi Jawaban Asli
I PINK - C , O
II HIJAU - C , O
III JUJUR Cl P, N, S, O, C
IV COKELAT P C, O, N
V HITAM - C, O
VI PUTIH - N, S, C

ii. Analisis Logam
Kelompok Kode Sampel Hasil Identifikasi Jawaban Asli
I RA Al Al, Zn
II GAS Na, K Na, K, Ca
III ONTA Na, Mg Na, K, Ca
IV AYAM Zn Mg, Zn
V TANUR Mg Mg, Zn
VI APA Ca, Zn, B Al, Mg

IV.2 Reaksi
A. Unsur
1. Nitrogen
6NaCN + 3FeSO
4
Fe
2
(Fe[CN]
6
) + 3Na
2
SO
4

(warna biru bening)
2. Sulfur
Na
2
S + Na[Fe(CN)
4
NO] Na
4
[Fe(CN)
5
NO
3
]
(warna ungu, reaksi dalam suasana basa)
3. Fosfor
PO
4
3-
+ 3NH
4
+
+ 12MoO
4
2-
+ 24 H
+
(NH
4
)
3
[P(NO
3
)
4
] + 12H
+

(endapan kuning)
B. Logam
1. Natrium
2NaO + 2CH
3
COOH 2CH
3
COONa + H
2
O
CH
3
COONa + C
6
H
2
(OH)(NO
2
)
3
C
6
H
2
(ONa)(NO
2
)
3
+ CH
3
COOH
(kristal)
2. Kalsium
CaO + 2HCl CaCl
2
+ H
2
O
CaCl
2
+ H
2
SO
4
CaSO
4
+ 2 HCl
CaCl
2
+

(COOH)
2
Ca(COO)
2
+ 2 HCl
(kristal)
3. Barium
BaO + 2HCl BaCl
2
+ H
2
O
BaCl
2
+ H
2
SO
4
BaSO
4
+ 2 HCl
(putih)
4. Magnesium
MgO + 2HCl MgCl
2
+ H
2
O
MgCl
2
+ 2KI MgI
2
+ 2KCl
(endapan jingga)
5. Zink
ZnO + 2HCl ZnCl
2
+ H
2
O
ZnCl
2
+ 2NH
4
OH Zn(OH)
2
+2NH
4
Cl
(endapan)
6. Alumunium
Al
2
O
3
+ 6HCl 2AlCl
3
+ 3H
2
O
AlCl
3
+ 3NH
4
OH Al(OH)
3
+3NH
4
Cl
(endapan putih)
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan analisis unsur dan logam terhadap
beberapa sampel. Tujuan dilakukan percobaan ini untuk mengetahui
kandungan unsur karbon, nitrogen, oksigen, sulfur, hidrogen,fosfor dan
halogen serta logam-logam natrium, kalsium, magnesium, zink, kalium,
barium dalam suatu sediaan farmasi.
Sampel yang digunakan dalam bentuk sediaan tablet, kapsul, dan
suspensi yang harus terlebih dahulu dilakukan dekstruksi. Ada dua macam
dekstruksi, dekstruksi kering dan basah. Dekstruksi kering dengan
menggunakan pemanasan tinggi pada suhu 500
o
C hingga 1000
o
C.
Sedangkan dekstruksi kering dengan menggunakan HNO
3
pekat atau H
2
SO
4

pekat atau H
2
O
2
pekat. Metode dekstruksi basah ini dilakukan pada suhu
rendah untuk menghindari kehilangan mineral akibat penguapan karena suhu
yang digunakan tidak melebihi dari titik didih dari larutan.
Pada analisis kandungan unsur, sampel terlebih dahulu dicampurkan
dengan serbuk Castellana (terdiri dari campuran Na
2
CO
3
dan Magnesium 2:
1) dengan perbandingan 1: 5. Masukkan dalam pipa kapiler hampir penuh,
panaskan di api bebas sampai berpijar. Masukkan ke dalam aquades (untuk
melarutkan zat-zat organik yang telah dirusak) diaduk lalu didiamkan sampai
terbentuk endapan. Kemudian disaring, filtrat digunakan untuk menyelidiki
unsur-unsur seperti : N, S, P, As dan Halogen.
Pada percobaan ini selain dilakukan analisis unsure juga dilakukan uji
analisis logam dari sampel sebagai berikut.
1. Sampel RA berdasarkan dari hasil uji yang dilakukan diperoleh hanya
ada logam Al, sedangkan berdasarkan jawaban sebenarnya mengandung
logam Al dan Zn.
2. Sampel GAS berdasarkan dari hasil uji yang dilakukan diperoleh hanya
ada logam Na dan K, sedangkan berdasarkan jawaban sebenarnya
mengandung logam Na, K, dan Ca.
3. Sampel ONTA berdasarkan dari hasil uji yang dilakukan diperoleh hanya
ada logam Na dan Mg, sedangkan berdasarkan jawaban sebenarnya
mengandung logam Na, K, dan Ca.
4. Sampel AYAM berdasarkan dari hasil uji yang dilakukan diperoleh hanya
ada logam Zn, sedangkan berdasarkan jawaban sebenarnya
mengandung logam Zn dan Mg.
5. Sampel TANUR berdasarkan dari hasil uji yang dilakukan diperoleh
hanya ada logam Mg, sedangkan berdasarkan jawaban sebenarnya
mengandung logam Zn dan Mg.
6. Sampel APA berdasarkan dari hasil uji yang dilakukan diperoleh hanya
ada logam Ca, Zn dan B, sedangkan berdasarkan jawaban sebenarnya
mengandung logam Al dan Mg.
Berdasarkan dari hasil pengamatan tersebut terjadi berbagai
kesalahan prediksi logam yang dikandung. Hal-hal tersebut dapat terjadi
karena faktor-faktor kesalahan sebagai berikut;
1. Kurang homogennya sampel yang diuji sehingga adanya sampel yang tak
terdeteksi.
2. Kurang banyaknya sampel/cuplikan yang diambil sehingga tidak merata
pengidentifikasian suatu sampel yang sama.

BAB VI
PENUTUP

VI.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut;
1. Sampel RA mengandung logam Al dan Zn.
2. Sampel GAS dan ONTA mengandung logam Na, K, dan Ca.
3. Sampel AYAM dan TANUR mengandung logam Zn dan Mg.
4. Sampel APA mengandung logam Al dan Mg.

IV.2 Saran
Adapun saran yang kami dapat berikan sebagai berikut;
1. Diharapkan alat-alat di laboratorium dapat diperbaiki sehingga praktikum
dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
2. Diharapkan para asisten dapat lebih sabar dalam membimbing dan
membantu praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Day, JR dan Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: ITB Press.
1999.
2. Svehla, G. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro,
Edisi ke-5. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka. 1990.
3. Anonim. Kimia Logam Golongan Utama. Bandung: ITB Press. 2007.
4. Brady, J.E. General Chemistry : Principles and Structure. New York : Fift
Edition. John Willey and Son. 1990.
5. Dirjen, POM. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Depkes RI. 1979.
6. IAI. ISO Indonesia Volume 46.Jakarta: PT. ISFI Penerbitan. 2011.
7. Sutresna, Nana. Kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama. 2008.
8. Rahmawati,Arisna, dkk. Laporan Pelatihan Instrumentasi SSA. Semarang:
Universitas Negeri Semarang. 2012.
9. Anonim. USP-32, NF 27. New York : The United States Pharmacopeial
Convention. 2008.
10. Auterhoff dan Kovar. Indentifikasi Obat. Bandung: Penerbit ITB. 2002.

LAMPIRAN
Tabulasi Unsur
Pereaksi N S P Cl Br I
FeSO
4
Biru
berlin

Na
nitroprussida
Ungu (dlm
alkali)

HNO
3
+
NH
4
OH
berlebih

kuning
larut

AgNO
3
+ NH
4
OH
+ HCl + I
2

putih
Larut

kuning
larut
coklat
kuning
larut
ungu

Tabulasi Logam
Pereaksi Na K Ca Ba Zn B Mg
+ as.asetat + as.
pikrat 10%

Kristal

+as.asetat + Zn uranil
asetat

Kristal

Nyala Kuning hijau
+ as.pikrat kristal
+ Zn uranil asetat kuning
+ HCl

+ H
2
SO
4
putih
+HCl + as.oksalat kristal
+HCl + H
2
SO
4
putih
+NH
4
molibdat kristal
+HCl + NH
4
OH
NH
4
OH berlebih

larut

+NaOH+dithizon+CCl
4
ungu
+HCl pada lakmus Merah
orange

+HCL + KI
KI berlebih
jingga
larut

You might also like