You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

Virus herpes simpleks termasuk jenis patogen yang dapat menyesuaikan
diri dengan tubuh host. Ada dua jenis yaitu virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1)
dan tipe 2 (HSV-2). eduanya berkaitan erat tetapi berbeda dalam gambaran
epidemiologinya. HSV-1 dikaitkan dengan penyakit oro!a"ial# sedangkan HSV-2
dikaitkan dengan penyakit genital# namun lokasi lesi tidak selalu menunjukkan
virus type.
1
Sekitar $%& dari in!eksi herpes simpleks tidak menunjukkan gejala.
'ejala in!eksi dapat di"irikan dengan rekurensi yang sering terjadi dimana pada
host yang immunocompromised# in!eksi dapat menyebabkan komplikasi yang
mengan"am ji(a.
1
Herpes simpleks virus (HSV) adalah virus )*A yang patogen pada
manusia yang se"ara intermitten dapat teraktivasi kembali. Setelah replikasi di
kulit atau mukosa# virus mengin!eksi ujung sara! lokal dan menuju ke ganglion
yang kemudian menjadi laten hingga teraktivasi kembali.
2
+revalensi in!eksi HSV di seluruh dunia telah meningkat selama beberapa
dekade terakhir# membuatnya menjadi permasalahan kesehatan masyarakat.
Sehingga deteksi dini in!eksi herpes simpleks dan inisiasi a(al dari terapi adalah
sangat penting dalam pengelolaan penyakit ini.
BAB II
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 1
HERPES SIMPLEKS
DEFINISI
Herpes simpleks adalah in!eksi akut yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks (virus herpes hominis) tipe 1 atau tipe 2 yang ditandai oleh adanya
vesikel yang berkelompok di atas kulit eritematosa pada daerah dekat mukokutan#
sedangkan in!eksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.
,
Virus herpes simpleks tipe 1 sebagian besar terkait dengan penyakit
oro!a"ial# sedangkan virus herpes simpleks tipe 2 biasanya terkait dengan in!eksi
perigenital. -etapi# keduanya dapat mengin!eksi daerah oral dan genital.
2
EPIDEMIOLOGI
Virus Herpes simpleks memiliki distribusi di seluruh dunia dan
menghasilkan in!eksi primer# laten dan berulang. .ebih dari sepertiga populasi
dunia diperkirakan memiliki kemampuan untuk menularkan virus selama periode
penyebaran virus. +ada anak-anak berumur kurang dari 1% tahun# in!eksi herpes
sering asimtomatik dan dengan type tersering adalah HSV-1 ($%-/%&). Analisis
yang dilakukan se"ara global telah menunjukkan adanya antibodi HSV-1 pada
sekitar /%& dari individu berumur 2%-0% tahun. HSV-2 merupakan penyebab
in!eksi herpes genital yang paling banyak (1%-/%&)# meskipun studi terbaru
menunjukkan peningkatan kejadian dapat disebabkan oleh HSV-1 (1%-,%&).
Antibodi untuk HSV-2 jarang ditemukan sebelum masa remaja karena asosiasi
HSV-2 terkait dengan aktivitas seksual.
0#2
HSV dapat mengin!eksi janin dan menyebabkan kelainan. Seorang ibu
yang terin!eksi HSV dapat menularkan virus itu padanya baru lahir selama
persalinan vagina# terutama jika ibu memiliki in!eksi akti! pada saat pengiriman.
*amun# 3% - $%& dari in!eksi HSV didapat oleh bayi yang baru lahir terjadi pada
(anita yang tidak memiliki gejala in!eksi HSV atau ri(ayat in!eksi HSV genital.
3
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 2
Seropositi! HSV-1 biasanya dikaitkan dengan in!eksi orolabial dan virus
herpes simpleks tipe-2 seropositi! biasanya dikaitkan dengan in!eksi kelamin.
HSV-1 sekarang menjadi penyebab signi!ikan genital herpes dan terlibat dalam
2& sampai ,%& dari semua kasus episode pertama. +roporsi HSV-1 pada in!eksi
herpes genital a(al (primer) lebih tinggi di antara pria yang berhubungan seks
dengan pria (03#/&) dibandingkan di kalangan (anita(21#0&) dan terendah di
antara pria heteroseksual (10#3&). Seks oral resepti! se"ara signi!ikan
meningkatkan kemungkinan bah(a penyebab in!eksi a(al adalah HSV-1 daripada
HSV-2. 'enital HSV-1 sering bisa diperoleh melalui kontak dengan mulut mitra.
1
4sia dan jenis kelamin merupakan !aktor risiko penting yang terkait
dengan didapatkannya in!eksi genital HSV-2. 5ahkan# prevalensi in!eksi HSV
sangat rendah di masa kanak-kanak dan remaja a(al tetapi meningkat dengan
usia# men"apai maksimum sekitar 0% tahun.
$
-ingkat in!eksi HSV meningkat dengan prevalensi tertinggi pada pasien
dengan Human 6mmunode!i"ien"y Virus (H6V). +enyakit ulkus genital
merupakan !aktor risiko transmisi Human 6mmunode!i"ien"y Virus-1 (H6V-1).
Virion H6V-1 dapat dideteksi dalam ulkus genital yang disebabkan oleh HSV-2
dimana menunjukkan bah(a in!eksi herpes genital "enderung meningkatkan
e!isiensi transmisi seksual dari H6V-1. +engobatan herpes genital menurunkan
tingkat in!eksi H6V. 7esistensi A"y"lovir lebih umum dalam kelompok ini#
tetapi menggunakan A"y"lovir dapat memperpanjang hidup pada beberapa pasien
seropositi! H6V.
1
ETIOLOGI
elompok virus herpes sebagian besar terdiri dari virus )*A. 8elakukan
replikasi se"ara intranuklear dan menghasilkan inklusi intranuklear khas yang
terdeteksi dalam preparat pe(arnaan. HSV-1 dan HSV-2 adalah virus double-
stranded )*A yang termasuk dalam Alphaherpesvirinae# sub!amily dari Herpes
viridae. edua virus# bertransmisi melalui sel epitel mukosa# serta melalui
gangguan kulit# bermigrasi ke jaringan sara!# di mana mereka tetap dalam keadaan
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 3
laten. HSV-1 lebih dominan pada lesi oro!a"ial dan biasanya ditemukan di
ganglia trigeminal# sedangkan HSV-2 lebih dominan pada lesi genital dan paling
sering ditemukan di ganglia lumbosakral. *amun virus ini dapat mengin!eksi
kedua daerah oro!a"ial dan saluran genital melalui in!eksi silang HSV-1 dan
HSV-2 melalui kontak oral-genital.
/#3#1%
-ransmisi dapat terjadi tidak hanya saat gejala mani!estasi HSV akti!#
tetapi juga dari pengeluaran virus dari kulit dalam keadaan asimptomatis. +un"ak
beban )*A virus telah dilaporkan terjadi setelah 0$ jam# dengan tidak ada virus
terdeteksi di luar /3 jam setelah permulaan gejala. Se"ara umum# gejala mun"ul ,-
3 hari setelah kontak dengan virus# namun mungkin tidak mun"ul sampai untuk
satu bulan atau lebih setelah in!eksi.
1%
8anusia adalah reservoir alami dan tidak ada vektor yang terlibat dalam
transmisi. HSV ditularkan melalui kontak pribadi yang erat dan in!eksi terjadi
melalui inokulasi virus ke permukaan mukosa yang rentan (misalnya#
oropharyn9# serviks# konjungtiva) atau melalui luka ke"il di kulit. Virus ini mudah
dilemahkan pada suhu kamar dan pengeringan.
1#11
PATOGENESIS
6n!eksi virus Herpes simpleks ditularkan oleh dua spesies virus# yaitu virus
Herpes simpleks-6 (HSV-1) dan virus Herpes simpleks 66 (HSV-2). Virus ini
merupakan kelompok virus )*A rantai ganda. 6n!eksi terjadi melalui kontak
kulit se"ara langsung dengan orang yang terin!eksi virus tersebut. -ransmisi tidak
hanya terjadi pada saat gejala mani!estasi HSV mun"ul# akan tetapi dapat juga
berasal dari virus shedding dari kulit dalam keadaan asimptomatis.
1%
+ada in!eksi primer# kedua virus Herpeks simpleks # HSV 1 dan HSV-2
bertahan di ganglia sara! sensoris . Virus kemudian akan mengalami masa laten#
dimana pada masa ini virus Herpes simpleks inib tidak menghasilkan protein
virus# oleh karena itu virus tidak dapat terdeteksi oleh mekanisme pertahanan
tubuh host.

Setelah masa laten# virus bereplikasi disepanjang serabut sara!
peri!er dan dapat menyebabkan in!eksi berulang pada kulit atau mukosa.
/
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 4
Virus Herpes simpleks ini dapat ditularkan melalui sekret kelenjar dan
se"ret genital dari individu yang asimptomatik# terutama di bulan-bulan setelah
episode pertama penyakit# meskipun jumlah dari lesi akti! 1%%-1%%% kali lebih
besar.
/
'ambar 1:
Herpes labialis.
a. 6n!eksi
virus
herpes
simpleks
primer#
virus
bereplikasi
di oro!aringeal dan naik dari sara! sensoris peri!er ke ganglion
trigeminal.
b. Herpes simple9 virus dalam !ase latent dalam ganglion trigeminal
c. 5erbagai rangsangan memi"u reaktivasi virus laten# yang
kemudian turun dari sara! sensorik ke daerah bibir atau perioral
menyebabkan herpes labialis rekuren.
)ikutip )ari epustakaan 2
Herpes simple9 virus sangat menular dan disebarkan langsung oleh
kontak dengan individu yang terin!eksi virus tersebut. Virus Herpes simpleks ini
dapat menembus epidermis atau mukosa dan bereplikasi di dalam sel epitel.
12
Virus Herpes simpleks 1 (HSV-1) biasanya menyerang daerah (ajah (non
genitalia) dan virus Herpes simpleks 2 (HSV-2) biasanya menyerang alat kelamin.
perubahan patologis sel epidermis merupakan hasil invasi virus herpes dalam
vesikel intraepidermal dan multinukleat sel raksasa. Sel yang terin!eksi mungkin
menunjukkan inklusi intranuklear.
12
Manifestasi Klinik
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 5
6n!eksi primer pada HSV yaitu mereka yang tanpa adanya kekebalan baik
terhadap HSV-1 atau HSV-2 dan sering subklinis. *amun bila lesi klinis
berkembang# biasanya lebih parah# dan lebih sering dengan tanda dan gejala
sistemik#dan mereka memiliki tingkat komplikasi yang lebih tinggi dari in!eksi
rekuren. 6n!eksi genital primer lebih sering bergejala dibandingkan dengan oral.
2#/
+ada in!eksi primer# gejala biasanya terjadi dalam (aktu , sampai 1 hari
setelah terpapar dengan masa inkubasi selama 2 sampai 2% hari. 'ejala prodromal
seperti lim!adenopati# malaise# anoreksia dan demam# serta nyeri setempat#
pembengkakan dan rasa terbakar sering terjadi sebelum timbulnya lesi
mukokutan. A(alnya nyeri# kadang-kadang terpusat# vesikel pada dasar
eritematous kemudian mun"ul# diikuti dengan adanya pustul dan ulserasi.
5eberapa vesikel berkelompok dan tersebar. -erbentuk krusta dan gejala resolusi
mun"ul dalam (aktu 2 sampai 3 minggu. 'ejala prodromal serupa dapat
mendahului lesi rekuren# tetapi yang terakhir sering mengalami penurunan dalam
jumlah# tingkat keparahan dan durasi dibandingkan dengan in!eksi primer.
0#1#12
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 6
'ambar 2 : Vesikel +ada )asar ;ang 8erah.
()ikutip dari kepustakaan 1)
Infeksi Orofacial
Herpes <rolabial: Herpes labialis (cold sores, fever blisters) paling sering
dikaitkan dengan in!eksi HSV-1. .esi <ral disebabkan oleh HSV-2 telah
diidenti!ikasi yang biasanya sekunder dari kontak orogenital. 6n!eksi primer HSV-
1 sering terjadi pada masa kanak-kanak dan biasanya asimtomatik.
11
etika timbul gejala (mayoritas in!eksi orolabial primer tidak
menunjukkan gejala)# in!eksi primer herpes orolabial biasanya hadir sebagai
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 7
'ambar , : 5agian -engah 8embentuk
=ekungan (4mbilikasi)
()ikutip dari kepustakaan 1%)
'ambar 0 : rusta )an .esi +enyembuhan
dengan atau -anpa Sikatrik
()ikutip dari kepustakaan 1)
gingivostomatitis pada anak-anak atau sebagai !aringitis pada orang de(asa muda.
Se"ara umum# mulut dan bibir adalah daerah yang paling sering terlibat# dengan
lesi mun"ul pada mukosa bukal# gingival dan membran oro!aringeal lainnya.
>dema signi!ikan# rasa sakit dan ulserasi dari membran oro!aringeal dapat
menyebabkan dis!agia dan pengeluaran air liur terus-menerus.
1#11
'ambar 2 : Herpes
simple9 virus : gingivostomatitis
dikutip dari kepustakaan 2
+enyakit ini dapat dorman untuk beberapa (aktu. HSV-1 reaktivasi di
ganglia sensoris trigeminal menyebabkan rekurensi di (ajah dan oral# labial# dan
mukosa mata. *yeri# panas# gatal# atau paresthesia biasanya mendahului lesi
vesikular berulang yang akhirnya mengalami ulserasi atau membentuk kusta.
.esi yang paling sering terjadi di perbatasan Vermillion# dan gejala dari rekurensi
yang tidak diobati sekitar diobati 1 minggu.
11
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 8
'ambar 3:+aparan matahari memi"u rekurensi.
)ikutip dari kepustakaan 1
Infeksi Genital
Herpes genital adalah presentasi klinis utama dari in!eksi HSV-2# tetapi
dapat juga disebabkan HSV-1 yaitu 1%&-0%& dari kasus# terutama berkaitan
dengan kontak oral-genital.
2#1
Herper genitalis primer terjadi dalam (aktu 2 hari sampai 2 minggu
setelah terpapar virus dan memiliki mani!estasi klinis yang paling parah. 'ejala
episode primer biasanya berlangsung 2-, minggu.
11
Vesikel mun"ul sekitar 3 hari setelah kontak seksual. Vesikel membentuk
"ekungan ditengah (umbilikasi) di hari 2 atau ,# kemudian terkikis. rusta dan
lesi sembuh pada satu atau dua minggu kedepan. ?aringan parut dapat terbentuk
pada in!lamasi yang hebat. Discharge# dysuria# dan lim!adenopati inguinal
biasanya terjadi. Adanya keluhan sistemik# termasuk demam# mialgia# kelesuan#
dan photophobia# terjadi pada 1%& pada pasien dan lebih sering terjadi pada
perempuan. )iagnosis klinis tidak sensiti! dan spesi!ik. *yeri khas vesikel atau
lesi ulserati! tidak tampak pada kebanyakan orang yang terin!eksi.
1
+ada laki-laki# lesi biasanya mun"ul pada glans penis atau batang penis.
+ada pria# nyeri# eritem# lesi vesikular yang mengalami ulserasi paling sering
terjadi pada penis# tetapi mereka juga dapat terjadi di anus dan perineum.
2#11
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 9
+ada (anita# lesi dapat melibatkan vulva# perineum# bokong# vagina# atau
"ervi9. @anita memiliki gejala penyakit yang lebih luas dan insiden yang tinggi
mungkin dikarenakan area permukaan yang terlibat lebih luas. HSV servisitis
terjadi pada $% persen (anita dengan in!eksi primer. )apat tampak sebagai
vaginal discharge purulen atau berdarah # dan pada pemeriksaan menunjukkan
area yang di!us dan kemerahan# lesi ulserati! yang luas di eksoserviks# atau# yang
jarangn terjadi# nekrotik servisitis. Cervical discharge biasanya berbentuk mukoid
tetapi kadang-kadang mukopurulen.
2#1
Adanya keterlibatan lokal yang lebih luas# lim!adenopati regional dan
demam umumnya membedakan in!eksi primer dari in!eksi rekuren. 7ekurensi
lebih sering terjadi pada bulan pertama sampai satu tahun setelah in!eksi pertama.
7eaktivasi HSV-2 pada ganglion lumbosakral menyebabkan rekurensi pada
daerah di ba(ah pinggang. 7ekurensi dari lesi genital dapat didahului dengan
gejala prodromal seperti bengkak# gatal# rasa terbakar# atau geli dan perjangkitan
penyakitan tidah separah pada in!eksi primer.
2#0#11
Infeksi Paa Ba!ian K"lit #an! Lain
Eczema herpeticum yang terlokalisir atau tersebar juga dikenal sebagai
Kaposi varicelliform. )isebabkan oleh HSV-1# Eczema herpeticum adalah varian
dari in!eksi HSV yang biasanya berkembang pada pasien dengan dermatitis
atopik# luka bakar# atau kondisi kulit in!lamasi. Anak-anak yang paling sering
terkena.
11
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 1
'ambar 1 : Herpes simpleks primer. elompok
vesikel yang rupture# meninggalkan erosi. -ampak
vesikel didaerah peri!er.
)ikutip dari kepustakaan 0
Herpetic whitlow merupkan in!eksi herpes simpleks pada jari dan sering
mengenai anak-anak dan tenaga medis dan gigi yang se"ara rutin menggunakan
sarung tangan. 8eskipun Herpetic whitlow yang terdahulu terutama disebabkan
HSV-1# peningkatan jumlah kasus sekarang karena HSV-2 dari jariA kontak
kelamin. +eriungual eritema# nyeri# dan kemudian terbentuk vesikel.
0#13
Herpes gladiatorum disebabkan oleh HSV-1 dan tampak sebagai erosi
papular atau vesikular pada torsos atlet dalam olahraga yang melibatkan kontak
!isik dekat (gulat klasik).
11
PEMERIKSAAN PENUN$ANG
Pe%eriksaan sitolo!ik untuk perubahan sel dari in!eksi herpes virus tidak
sensitive dan tidak spesi!ik baik menggunakan pemeriksaan -Bank (lesi genital)
dan apusan serviks +apani"olaou dan tidak dapat diandalkan untuk diagnosis
konklusi! in!eksi herpes simpleks.
1
?enis yang lebih tua dari pengujian virologi# tes +ap -Ban"k# mengorek
dari lesi herpes kemudian menggunakan pe(arnaan @right dan 'iemsa. +ada
pemeriksaan ditemukan sel raksasa khusus dengan banyak nukleus atau partikel
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 11
!ambar $ : Eczema herpeticum se"ara "epat menyebar# tampak
erosi dan ulserasi bersamaan dengan demam pada anak umur 22
bulan dengan ri(ayat dermatitis atopik parah.
)ikutip dari kepustakaan 0
khusus yang memba(a virus (inklusi) mengindikasikan in!eksi herpes. -es ini
"epat tapi akurat 2%-1%& dari (aktu. Hal ini tidak dapat membedakan antara jenis
virus atau antara herpes simpleks dan herpes Boster.
10
Tes k"lt"r &ir"s dilakukan dengan mengambil sampel "airan# dari luka
sedini mungkin# idealnya dalam , hari pertama mani!estasi. Virus# jika ada# akan
bereproduksi dalam sampel "airan namun mungkin berlangsung selama 1 - 1% hari
untuk melakukannya. ?ika in!eksi parah# pengujian teknologi dapat
mempersingkat periode ini sampai 20 jam# tapi memper"epat jangka (aktu
selama tes ini mungkin membuat hasil yang kurang akurat. ultur virus sangat
akurat jika lesi masih dalam tahap blister jelas# tetapi tidak bekerja dengan baik
untuk luka ulserasi tua# lesi berulang# atau laten"y. +ada tahap ini virus mungkin
tidak "ukup akti!.
10
Tes P'R yang jauh lebih akurat daripada kultur virus# dan =)=
merekomendasikan tes ini untuk mendeteksi herpes dalam "airan serebrospinal
ketika mendiagnosa herpes ense!alitis. +=7 dapat membuat banyak salinan )*A
virus sehingga bahkan sejumlah ke"il )*A dalam sampel dapat dideteksi.
10
Tes serolo!i dapat mengidenti!ikasi antibodi yang spesi!ik untuk virus dan
jenis# Herpes Simple9 Virus 1 (HSV-1) atau Virus Herpes Simpleks 2 (HSV-2).
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 12
'ambar /: Herpes simpleks : Sel 7aksasa 5erinti 5anyak.
()ikutip dari kepustakaan 11)
etika herpes virus mengin!eksi seseorang# sistem kekebalan tubuh tersebut
menghasilkan antibodi spesi!ik untuk mela(an in!eksi. Adanya antibodi terhadap
herpes juga menunjukkan bah(a seseorang adalah pemba(a virus dan mungkin
mengirimkan kepada orang lain.
10
-es tes antibodi terhadap dua protein yang berbeda yang berkaitan dengan
virus herpes yaitu 'likoprotein ''-1 dikaitkan dengan HSV-1 dan 'likoprotein
''-2 berhubungan dengan HSV-2.
10
8eskipun glikoprotein ('') jenis tes-spesi!ik telah tersedia sejak tahun
1///# banyak tes khusus nontipe tua masih di pasar. =)= merekomendasikan
hanya tipe-spesi!ik glikoprotein ('') tes untuk diagnosis herpes.
11
+emeriksaan serologi yang paling akurat bila diberikan 12-13 minggu
setelah terpapar virus. Citur tes meliputi:
>.6SA immunosorbent assay enzim-lin!) atau 6mmunoblot. -es sangat
akurat dalam mendeteksi kedua jenis virus herpes simpleks.
"io!it H#V-$ %uga dipasar!an sebagai #ureVue H#V-$&' -es ini
mendeteksi HSV-2 saja. eunggulan utamanya adalah bah(a hanya
membutuhkan tusukan jari dan hasil yang disediakan dalam (aktu kurang
dari 1% menit. Hal ini juga lebih murah.
(estern "lot )est adalah standar emas untuk peneliti dengan tingkat
akurasi sebesar //&. -es ini mahal# memakan (aktu lama# dan tidak
tersedia se"ara luas sebagaimana tes lainnya.
10
-es serologi herpes terutama dianjurkan untuk:
<rang yang memiliki gejala genital berulang tapi tidak ada kultur virus
negati!.
on!irmasi in!eksi pada orang yang memiliki gejala yang terlihat herpes
genital.
8enentukan jika pasangan seseorang didiagnosa menderita herpes genital.
<rang-orang yang memiliki banyak pasangan seks dan yang perlu diuji
untuk berbagai jenis +8S (+enyakit 8enular Seksual).
10
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 13
DIAGNOSIS
)alam kebanyakan kasus# diagnosis didasarkan pada karakteristik
tampilan klinis lesi. )iagnosis klinis dapat dibuat se"ara akurat ketika beberapa
karakteristik lesi vesikuler pada dasar eritema dan bersi!at rekuren. *amun#
ulserasi herpes dapat menyerupai ulserasi kulit dengan etiologi lainnya. 6n!eksi
mukosa HSV juga dapat hadir sebagai uretritis atau !aringitis tanpa lesi kulit.
-anda-tanda dan simptom yang berhubungan dengan HSV-66 dapat sangat
berbeda-beda. etersediaan pelayanan kesehatan dapat mendiagnosa herpes
genital dengan inspeksi visual jika perjangkitannya khas# dan dengan mengambil
sampel dari luka kemudian mengetesnya di laboratorium. -es darah untuk
mendeteksi in!eksi HSV-6 atau HSV-66# meskipun hasil-hasilnya tidak selalu jelas.
ultur dikerjakan dengan kerokan untuk memperoleh material yang akan
dipelajari dari luka yang di"urigai sebagai herpes
3#1$
DIAGNOSIS BANDING
Herpes simpleks di daerah sekitar mulut dan hidung harus dibedakan
dengan impetigo vesikobulosa. +ada daerah genital harus dibedakan dengan ulkus
durum# ulkus mole# maupun ulkus yang mendahului penyakit lim!ogranuloma
venereum.
,
() I%*eti!o +esiko,"losa
elainan kulit pada impetigo vesikobulosa berupa eritem# bula# dan bula
hipopion. eadaan umum tidak dipengaruhi# kadang-kadang (aktu penderita
datang berobat# vesikelAbula telah meme"ah sehingga yang tampak hanya koleret
dan dasarnya masih eritematosa.
,
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 14

'ambar 1% : #taphylococcus aureus: 6mpetigo 5ulosa.
5ulla Super!isial dan >rosi di )aerah Hidung
()ikutip dari kepustakaan 0)
-) Ulk"s "r"%
=han"re (ulkus durum) si!ilis biasanya mun"ul sebagai lesi tunggal yang tidak
menyakitkan dan tidak berulang. 4lkus tersebut biasanya bulat# dasarnya ialah
jaringan granulasi ber(arna merah dan bersih# diatasnya hanya tampak serum.
;ang khas ialah ulkus tersebut indolen dan teraba indurasi.
,#$
.) '/ancroi 0Ulk"s Mole1
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 15
'ambar 11 : =han"re pada si!ilis primer
()ikutip dari kepustakaan 0)
=han"roid adalah penyakit in!eksi menular ulserati! akut yang disebabkan
oleh organisme Haemophilus ducreyi, sering bermani!estasi sebagai ulkus dengan
eksudat abu-abu kekuningan diatas dasar jaringan granulasi. 4lkus ke"il# lunak
pada perabaan# tidak terdapat indurasi# berbentuk "a(an# pinggir tidak rata# sering
bergaung dan dikelilingi halo yang eritematosa.
2#,
2)Li%fo!ran"lo%a +enere"%
4lkus yang mendahului lim!igranuloma venereum berbentuk tidak khas
dan tidak nyeri# dapat berupa erosi# papul miliar# vesikel# pustul# dan ulkus.
4mumnya penderita tidak datang berobat pada !ase ini# tetapi pada (aktu terjadi
sindrom ingunal yaitu terjadi lim!adenitis dan periadenitis.
,
A B
'ambar 1,: A. >rosi -idak *yeri di +repusium
5.+embesaran dari elenjar 'etah 5ening 6nguinalis
()ikutip dari kepustakaan 2)
PENATALAKSANAAN
E"kasi
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 16
'ambar 12 : +embesaran "han"roid dengan eksudat abu-abu yang
telah merusak !renulum (kissing ul"er).
()ikutip dari kepustakaan 2)
+asien dengan herpes genital harus dinasehati untuk menghindari
hubungan seksual selama gejala mun"ul dan selama 1 sampai 2 hari setelahnya
dan menggunakan kondom antara perjangkitan gejala. -erapi antiviral
supressidapat menjadi pilihan untuk individu yang peduli transmisi pada
pasangannya.
2
A!en Anti&iral
+engobatan dapat mengurangi simptom# mengurangi nyeri dan ketidak
nyamanan se"ara "epat yang berhubungan dengan perjangkitan# serta dapat
memper"epat (aktu penyembuhan. -iga agen oral yang akhir-akhir ini
diresepkan# yaitu A"y"lovir# Cam"i"lovir# dan Vala"y"lovir. etiga obat ini
men"egah multiplikasi virus dan memperpendek lama erupsi. +engobatan peroral#
dan pada kasus berat se"ara intravena adalah lebih e!ekti!. +engobatan hanya
untuk menurunkan durasi perjangkitan.
10
Ac3clo&ir menghambat aktivitas HSV 1 dan HSV-2. +asien mengalami
rasa sakit yang lebih kurang dan resolusi yang lebih "epat dari lesi kulit bila
digunakan dalam (aktu 0$ jam dari onset ruam. 8ungkin dapat men"egah
rekurensi.
6n!eksi +rimer HSV: 2%% mg peroral 2 kaliAhari untuk 1% hari atau 2
mgAkgAhari 6V setiap $ jam.
Herpes oral atau genital rekuren : 2%% mg peroral 2 kaliAhari untuk 2 hari
(non-C)A : 0%% mg peroral , kaliAhari untuk 2 hari)
Supresi herpes genital : 0%% mg peroral 2 kaliAhari
Disseminated disease: 2-1% mgAkg 6V setiap $ jam untuk 1 hari jika D12
tahun.
1/
Fa%ciclo&ir
Herpes labialis rekuren : 12%% mg peroral dosis tunggal pada saat onset
gejala.
>pisode primer herpes 'enitalis :22% mg peroral , kaliAhari selama1% hari
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 17
>pisode primer herpes 'enitalis :1%%% mg peroral setiap 12 jam selama 20
jam pada saat onst gejala (dalam 3 hari gejala pertama)
Supressi jangka panjang: 22% mg peroral 2kaliAhari
H6V-positive individuals dengan in!eksi HSV orolabial atau genital rekuren :
2%% mg peroral 2 kaliAhari untuk 1 hari (sesuaikan dosis untuk insu!isiensi
ginjal)
Supresi herpes simple9 genital rekuren (pasien terin!eksi H6V): 2%% mg
peroral 2 kaliAhari
1/
+alac3clo&ir
Herpes labialis: 2%%% mg peroral setiap 12 jam selama 20 jam (harus
diberikan pada gejala pertamaAprodromal)
'enital herpes# episode primer: 1%%% mg peroral 2kaliAhari selama 1% hari.
Herpes genital rekuren: 2%% mg peroral 2 kaliAhari selama , hari.
Suppressi herpes 'enital (/ atau lebih rekurensi per tahun atau H6V-positi!):
2%% mg peroral 1 kaliAhari.
Herpes simple9 genital rekuren # suppressi( pasien terin!eksi H6V): 2%% mg
peroral 2kaliAhari# jika D/ rekurensi pertahun : 1%%% mg peroral peroral 1
kaliAhari.
Foscarnet
HSV resisten A"y"lovir: 0% mgAkg 6V setiap $-1% jam selama 1%-21 hari
8u"o"utaneous# resisten a"y"lovir: 0% mgAkg 6V# selama 1 jam# setiap $-12
jam selama 2-, minggu atau hingga sembuh.
1/
To*ikal
+en"i"lovir krim 1& (tiap 2 jam selama 0 hari) atau A"y"lovir krim 2& (2
kali sehari selama 2 hari). 6dealnya# krim ini digunakan 1 jam setelah mun"ulnya
gejala# meskipun juga pemberian yang terlambat juga dilaporkan masih e!ekti!
dalam mengurangi gejala serta membatasi perluasan daerah lesi.
0#1/
KOMPLIKASI
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 18
omplikasi jarang tetapi dapat serius. diantaranya:
6n!eksi bakteri sekunder# 6ni biasanya karena Staph. Staphylo"o""us.
)isseminated herpes simpleks# merupakan in!eksi virus herpes yang
menyebar berupa yg terjadi pada bayi baru lahir atau imunosupresi! pasien.
Herpes simpleks kronis# biasa terjadi pada penderita H6V
Herpes ense!alitis. Herpes ense!alitis 6ni adalah komplikasi serius herpes
simpleks# tidak selalu disertai dengan lesi kulit.
arsinoma leher rahim. 6ni lebih umum pada (anita dengan bukti serologi
in!eksi herpes simpleks tipe 2# yang merupakan !aktor predisposisi.
1#13
PROGNOSIS
ematian oleh in!eksi HSV jarang terjadi. 6n!eksi dini yang segera diobati
mempunyai prognosis lebih baik# sedangkan in!eksi rekuren hanya dapat dibatasi
!rekuensi kambuhnya. +ada orang dengan gangguan imunitas# misalnya penyakit-
penyakit dengan tumor di system retikuloendoteial# pengbatan dengan
imunosupressan yang lama# menyebabkan in!eksi ini dapat menyebar ke alat-alat
dalam dan !atal. +rognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia
seperti pada orang de(asa. -erapi anti virus e!ekti! menurunkan mani!estasi klinis
herpes genitalis.
,#13
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 19
BAB III
KESIMPULAN
Herpes simpleks virus (HSVs) adalah virus )*A yang menyebabkan
in!eksi kulit akut dan dikarakteristikan sebagai vesikel berkelompok pada dasar
yang eritema. 8eskipun jarang# virus ini dapat menyebabkan penyakit yang
serius dan dapat mempengaruhi kehamilan# menyebabkan gangguan pada janin.
ebanyakan in!eksi berulang dan "enderung mun"ul pada atau dekat lokasi yang
sama. Herpes labialis adalah in!eksi paling umum disebabkan oleh HSV tipe 1
(HSV-1)# sedangkan herpes genital biasanya disebabkan oleh HSV tipe 2 (HSV-
2). 8ani!estasi klinis in!eksi HSV lain yang kurang umum. 6n!eksi HSV
berlangsung dalam tiga tingkat yaitu in!eksi primer# laten dan rekuren.
11
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 2
Daftar P"staka
1. Salvaggio 87 . Her*es Si%*le4. 2%%/ )ate E"ited 2%1% 8ei# 2%
th
F:
Available !rom: http:AAemedi"ine.meds"ape."om
2. 8arGues A7# Straus S>. Herpes Simple9. 6n: @ol!! # 'oldsmith .A#
editors. Fit5*atrick6s7 Der%atolo!3 In General Meicine. 1
th
ed. *e(
;ork: 8"'ra( HillH 2%%$. 1$1/-1$$2
,. HamBah 8# Aisah S. Il%" Pen3akit K"lit an Kela%in. 2 ed. ?akarta:
C-46H 2%%1.
0. 8adkan V # Sra # 5rantley ?# =arras"o )# 8endoBa *# -yring S.
H"%an Her*es&ir"ses) 6n: 5olognia ?.# ?oriBBo ?.# 7apini 7+#
editors. )ermatology. 2
nd
ed. .ondon: 8osby >lsevierH 2%%$.
5. Arenas 7oberto. Her*es Si%*le48A*t/o"s Ulcer) 6n: Arenas 7#
>strada 7# editors. -ropi"al )ermatology. 4SA: .andes 5ios"ien"eH
2%%1.p231-33
6. )ugdale )=. Her*es Si%*le4. 2%%/ )ate E"ited 2%1% 8ei# 2%
th
F:
Available !rom: http:AAmedlineplus."om
1. Habi! -+. 'linical Der%atolo!37 A 'olor G"ie To Dia!nosis An
T/era*3 2
t/
e. +hiladelphia: 8osbyH 2%%0. p. 20.,03-22
8. AnBivino '# Cioriti

)#dkk. Her*es Si%*le4 +ir"s Infection In
Pre!nanc3 An In Neonate7 Stat"s Of Art Of E*ie%iolo!39
Dia!nosis9 T/era*3 An Pre&ention. 2%%/. )ate ("ited 2%1%# 2%
t/
1)
http:AAvirology journal."om
/. Sterling ?=. Virus 6n!e"tions.6n: 5urns -# 5reathna"h S# =o9 *#
'ri!!iths =# editors. Rook6s Te4t,ook of Der%atolo!3) :
t/
e)
+ictoria7 Black;ell P",lis/in! Lt. 2%%0. p.22.12-22
1%. 8ahler V. Her*es Si%*le4) In7 <illia%s H9 Bi!,3 M9 eitors) BM$
E&ience Base Der%atolo!3 -n)Eition. 4SA: 5la"k(ell
+ublishing: 2%%$
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 21
11.-orres ') Her*es Si%*le4) 2%%/ )ate E"ited 2%1% 8ei# 2%
th
F: Available
!rom: http:AAemedi"ine.meds"ape."om
12. 'a(krodger )?. +iral infections = Her*es Si%*le4 An Her*es
>oster) Der%atolo!3 An Ill"strate 'olo"r Te4t .
r
Eition.
.ondon: 8osby >lsevierH 2%%$.
1,. 5u9ton# 5. AB' OF DERMATOLOG# 2t/ Eition. .ondon:58?
+ublishing 'roupH2%%,p/2-,
14.Anonim. Her*es si%*le4 ? Dia!nosis. 4pdate on 22 8ey 2%1%. =ited
on: 1/ 8ei 2%1%
http:AA(((.umm.eduApatientedAarti"lesAho(IseriousIherpesIsimple9I%
%%%22I2.htm
12. Hudnal S)# Stanberry .7. H"%an Her*es&ir"ses Infections) 6n:
'uerrant 7.# @alker )H# @eller +C editors. -ropi"al 6n!e"tious
)iseases. .ondon: 8osby >lsevierH 2%%3.
16.+inninti S'. Her*es Si%*le4 +ir"s Infection7 Differential Dia!noses
@ <ork"*. 4pdate on 22 8ey 2%1%. =ited on 1/ 8ei 2%1%
http:AAemedi"ine.meds"ape."omAarti"leA/30$33-diagnosis
17.Sterry @# +aus 7# 5urgdor! @ -hieme. 'linical 'o%*anions
Der%atolo!3. *e( ;ork:2%%3.
1$. Cau"i A# asper ).# ongo ).# 5raun(ald ># Hauser S# ?ameson ?.#
.os"alBo ?. HarrisonAs Princi*les of Internal Meicine) *e( ;ork:
-he 8"'ra(-Hill =ompaniesH 2%%$.
19.-orres '. Her*es Si%*le47 Treat%ent @ Meication. 2%%/ )ate
E"ited 2%1% 8ei# 2%
th
F: Available !rom: http:AAemedi"ine.meds"ape."om
Universitas Muhammadiyah Jakarta | 22

You might also like