You are on page 1of 5

Sistem Pengendali Aliran (Flow)

Pengendalian flow mempunyai sifat khusus karena cepatnya proses. Elemen proses flow,
baik flow gas maupun flow zat cair, bereaksi cepat terhadap perubahan bukaan control valve.
Dinamika proses pengendalian flow adalah proses orde satu dengan time constant-nya relatif
kecil, yaitu berkisar antara 0.5 sekon sampai 1 sekon. Padahal, time constant elemenn-elemen
lain seperti transmitter, transmisi sinyal pengukuran pneumatic, transmisi controller ke control
valve, dan time constant dari control valve itu sendiri jauh lebih besar dari time constant elemen
proses. Jadi, dalam bentuk loop periode response sistem pengendalian flow lebih ditentukan oleh
elemen-elemen instrumentasi dari pada elemen prosesnya dengan periode berkisar antara 1
sampai 10 sekon sehingga setting time-nya sekitar 1 menit. Karena time constant elemen proses
sangat kecil, time constant transmisi pneumatic bisa jadi lebih menonjol dari time constant
elemen proses. Itulah sebabnya kalau loop menggunakan instrumentasi pneumatik, sistem
transmisi sinyal perlu dibuat sependek mungkin. Walaupun akhirnya prioritas ada pada
kebutuhan operasi, kita perlu tahu konsekuensi panjangnya transmisi pneumatic, khususnya pada
elemen proses flow.
Berdasarkan sifat sinyalnya, sistem pengukuran flow dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian besar yaitu sinyal linear dan tidak linear. Pada dasarnya semua metode yang
menggunakan asas differential head akan menghasilkan sinyal yang tidak linear. Untuk metode
ini, di tengah-tengah pipa dipasang sebuah constriction element. Beda tekanan di antara
constriction element itulah yang dibaca sebagai cerminan laju flow yang lewat (flow rate). Pada
pengendalian flow minyak mentah (Crude Oil) yang berasal dari Heat Exchanger (H.E) masuk
ke STAB Drum yang mana memiliki fungsi untuk menstabilkan tekanan dan aliran/flow dari
minyak mentah yang berasal dari H.E. Kemudian minyak mentah tersebut dialirkan menuju
empat buah furnace dimana sebelum masuk ke dalam furnace aliran dari minyak mentah ini
diukur laju flow yang lewat(flow rate) dengan menggunakan metode pengukuran yang
menggunakan asas differential head seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Pada flange pipa
yang menuju furnace yang akan diukur flow rate-nya dipasang sebuah sensing element(SE) yaitu
berupa sebuah contriction element. Contriction element yang dipakai di lapangan menggunakan
orifice plate, yaitu sebuah plat yang berbentuk lingkaran dimana di bagian tengahnya terdapat
lubang dengan ukuran dan posisi tertentu.(lihat gambar)



High pressure didapatkan dari tekanan aliran yang berasal dari sumber aliran, sedangkan
Low preassure diperoleh dari aliran setelah melewati orifice. Prinsip kerjanya berdasarkan
Hukum Bernoulli yaitu apabila Orifice Plate dipasang pada pipa beraliran fluida maka aliran
yang melewati lubang akan dipersempit oleh Orifice Plate sehingga dihasilkan perbedaan
tekanan (P, dibaca delta Pi) pada fluida sebelum dan sesudah melewati Orifice Plate. Dengan
mengetahui data tentang Orifice Plate, maka besarnya kecepatan aliran dapat dihitung. Aliran
berbanding lurus dengan P, sedangkan besaran lainnya sama harganya untuk orifice dan fluida
tertentu. Prinsip pengendalian aliran minyak pada furnace adalah prinsip perbedaan tekanan,
perbedaan tekanan yang diperoleh dari pemasangan orifice menciptakan high pressure dan low
pressure yang mana akan menstimulasi Differential Pressure Transmitter yang juga terhubung
ke controller untuk beroperasi dan mengirimkan sinyal ke Flow Control Valve untuk mengatur
bukaannya. Ciri lain dari pengendalian flow adalah sifat sinyal pengukuran flow yang selalu
mengandung riak, gelombang atau noise. Karena alasan ini, kebanyakan flow transmitter
dilengkapi dengan damping. Semua riak, gelombang, dan noise dapat diredam dengan fasilitas
damping yang ada di transmitter maupun controler. Namun, damping bukan berarti tanpa resiko,
pemakaian dumping dapat memperlambat sistem pengukuran. Bahkan dumping yang terlalu
besar dapat menipu hasil pengukuran.
Salah satu resiko adanya riak dan gelombang pada pengukuran flow, unsur
PB(Propotional Band) tidak boleh dibuat terlalu kecil agar gain tidak menjadi terlalu besar dan
semakin kecil PB maka sistem akan semakin sensitive dan cenderung tidak stabil.
Pengaruh Bias dan PB pada Daerah Kerja Pengendali
Dalam praktek, akan semakin jelas bahwa segala hasil perhitungan matematis tidak
sebanding dengan kebutuhan lapangan. Semua hasil perhitungan matematis pada akhirnya tidak
dapat memberikan banyak manfaat. Selain karena banyaknya pendekatan yang mesti dilakukan,
petugas lapangan juga tidak membutuhkan perhitungan response seakurat perhitungan
gambar
matematis. Kerja kendali proporsional sebenarnya sangat sederhana, sesederhana kerja batang
pengungkit yng diterapkan pada [gambar.1.4]


Kalau x diandaikan sebagai gerak input, dan y diandaikan sebagai gerak output, besar gerak y
tergantung pada besar gerak x kali perbandingan A dan B. Perbandingan A dan B. Perbandingan
A dan B sama dengan gain yang juga dinyatakan dalam 100% dibagi PB. Hal yang sama terjadi
pada kerja sistem pengendalian proporsional. Andaikata sebuah sistem pengendalian
proporsional dengan PB 40%, berarti gain 2,5 dan bias disetel 50%, maka kerja pengendali dapat
digambarkan seperti [gambar 6.12]


Pada gambar ditunjukkan waktu set point dan measurement variable sama dengan 50%, output
controller juga 50% karena bias juga 50%. Kerja control valve pada skala kanan dimulai dari
sinyal 0% sampai 100%. Sinyal itu sama dengan 3-15 psi untuk pengendalian pneumatic dan
sama dengan 4-20mA untuk pengendali elektronik. Selain karena sinyal 0-100%, kerja control
valve memang terbatas karena unsur mekanis. Walaupun akhirnya sinyal pengendalian bisa
berada di bawah 3psi (atau 4mA) dan di atas 15 psi (atau 20mA), control valve karena
keterbatasan mekanismenya tidak dapat lebih terbuka dari 1000% dan tidak dapat tertutup lebih
dari 0%.
Secara teoritis kalau PB 40% (gain 2,5) error sebesar 20% harus menghasilkan
manipulated variable sebesar 50%. Kalu error sebesar 30%, seharusnya menghasilkan
manipulated variable sebesar 75%. Dari gambar 6.12, jelas bahwa walaupun error besarnya
sampai 30%, manipulated variable tidak akan pernah menjadi 125% (bias 50% ditambah
proportional action 75%). Karena control valve tidak dapat lebih terbuka lagi. Dengan demikian,
koreksi untuk error 20% sama saja dengan koreksi untuk error 30%. Kenyataan ini sangat
Gambar 1.4
Gambar 6.12
penting pada aktivitas kerja sistem pengendalian. Karena PB dibuat 40%, aktivitas kerja sistem
pengendalian benar-benar hanya 40%, yaitu pada measurement variable 30% sampai 70%.
Sistem pengendalian tidak mampu mengoralsi measurement variable di bawah 30% dan
di atas 70%. Itu berarti bahwa kerja mata rantai pegendalian seolah-olah terputus di langkah
mengkoreksi pada saat measurement variable ada di luar daerah proportional band. Istilah
proportional band kini tidak sekedar berarti 100% dibagi gain, tetapi mencakup pengertian yang
lebih luas, yaitu daerah dimana kerja pengendali proporsional masih tetap efektif (pada gambar
6.12 ditunjukkan sebagai daerah kerja measurement variable dari titik 30% sampai titik 70%)
Perubahan daerah kerja ternyata tidak hanya tergantung pada PB, tetapi juga tergantung pada
bias, bila diambil contoh PB sama dengan 40% seperti contoh di atas, tetapi bias sekarang dibuat
75%. Daerah sekarang berubah seperti yang ditunjukkan pada [gambar 6.13]


Pada saat set point dan measurement variable kedua-duanya di 50%, output kini menjadi sebesar
75% (sebesar biasnya). Dengan keterangan yang sama dapat dimengerti bahwa daerah kerja
measurement variable sekarang tidak lagi 30%-70%, tetapi 40%-80%. Ini berarti bahwa
perubahan bias juga menyebabkan tergesernya seluruh daerah kerja pengendali proporsional.


Gambar di atas menunjukkan bahwa daerah kerja measurement variable sekarang begeser
menjadi 50%-90%. Itu berarti sistem tidak mampu lagi mengendalikan measurement variable
dari 0%-50% dan dari 90%-100%. Kerja pengendali proporsional hanya benar-benar efektif di
daerah proportional band saja. Mata rantai sistem pengendalian seolah-olah tidak bekerja atau
bekerja dengan tidak sempurna setelah measurement variable berada di luar daerah proportional
band. Tentu saja daerah kerja proportional band tersebut juga sangat ditentukan oleh
rangeability dari control valve. Rangeability yang sempit praktis juga akan mempersempit
Gambar 6.13
Gambar 6.14
proportional band. Kenyataan bergesernya daerah proportional band juga akan bermanfaat
dalam memahami sistem pengendalian proses batch.

You might also like