You are on page 1of 22

Page 1

BAB I
PENDAHULUAN

Bau mulut di dalam dunia kedokteran disebut sebagai halitosis.Tentunya hal
ini terkadang tidak dirasakan penderita, namun amat mengganggu lawan bicara.
Tandanya yaitu kalau lawan berbicara kita cenderung menjauhi kita saat kita
berbicara, maka hal itu ada kemungkinan kita terkena halitosis. Kita dapat bertanya
secara bijaksana kepada sahabat kita apakah mulut kita bau. Tentunya tidak
sembarangan orang yang kita tanya. Sebab mayoritas enggan berterus terang kalau
mulut kita bau, karena takut menyinggung perasaan kita.
Hubungan antara bau mulut dan kesehatan gigi amat erat.Keduanya saling
mempengaruhi.Bila terdapat gangguan di gigi, maka ada kemungkinan terjadi bau
mulut.Nah, berikut ini dikemukakan hubungan antara bau mulut dan kesehatan gigi
ditinjau dari multiperspektif.
Pada dasarnya, semua makanan yang kita makan amat berpotensi
menimbulkan bau mulut.Misalnya saja bawang putih dan brambang merah.Sehingga
kita sebaiknya menghindari kedua makanan ini agar mulut tidak berbau.Hubungan
antara bau mulut dan kesehatan gigi juga ditentukan oleh kebiasaan kita di dalam
menggosok gigi. Idealnya kita menggosok gigi minimal lima kali sehari, yaitu setelah
bangun tidur pagi hari, sebelum dan setelah makan atau sarapan pagi, sebelum dan
setelah makan siang, sebelum dan setelah makan malam, sebelum tidur di malam hari.
Nah, bila kita mengabaikan kebiasaan sikat gigi ini, maka kita berpotensi terkena
halitosis.














Page 2


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HALITOSIS
2.1.1 DEFINISI HALITOSIS
Halitosis berasal dari kata halitos yang berarti nafas dan osis yang berati
kondisi tidak normal, berarti halitosis adalah bau nafas yang tidak sedap. Sekarang ini
istilah halitosis telah digunakan secara bersama untuk menyatakan bau nafas yang
tidak sedap, bahkan halitosis banyak dikenal dan dipergunakan.
Pada tahun 70-an dengan dipelopori oleh Dr Joseph Tonzetich dari
Departement of Oral Biology, Fatulty of Dentistry, University of BritishColumbia
Vancouver Canada, dilakukan penelitian yang mendalam untuk mengetahui
sebenarnya penyebab nafas yang tak sedap pada seseorang. Dr Tonzetich dan kawan-
kawan berhasil mendeteksi bahwa adanya sesuatu senyawa yang berbau yang keluar
dari mulut seorang mengidap bau mulut.
Halitosis telah menjadi masalah yang mengkhawatirkan selama berabad-abad,
hal ini dapat diketaui dari tulisan-tulisan Romawi kuno. Sejak tahun 1550 BC orang
Mesir telah menganjurkan untuk mengatasi nafas tak sedap dengan cara mengunyah
bahan yang baunya wangi seperti mellburry, myrrh (sejenis rempah-rempah), atau
karet dari pohon mastik.
Menurut Fahrudin (2002) pada umumnya halitosis bisa dialami oleh semua
orang, pria-wanita, besar-kecil, tua-muda, bayi ataupun lanjut usia walaupun hanya
sehari. Bau tersebut bisa bersifat sementara bisa berbulan-bulan, atau bertahun-tahun.
Tingkat baunya bermacam-macam, mulai dari yang ringan sampai yang berat.
Meskipun biasanya orang menyebut bau mulut tak sedap, namun sebenarnya
sumber bau mulut itu tidak hanya dari rongga mulut saja, tetapi juga bisa dari rongga
hidung, paru-paru dan lain-lain.
Tetapi bila orang yang bersangkutan itu sediri mempunyai syaraf-syaraf
pembauannya rusak, maka ia tidak mengetahui kalau bau mulutnya berbau. Jadi
hanya orang lain yang berada di depannya saja yang bisa tau. Tidak ada penyakitpun
hanya dari mulut bisa berbau, karena makan-makanan yang berbau merangsang atau
karena obat-obatan yang diminum, bahkan mulut kering karena pernapasan melalui
mulut yang terus-menerus juga menimbulkan halitosis. Halitosis disebabkan oleh

Page 3


faktor-faktor yang berasal dari mulut,sebab-sebab sistemik atau kelainan pada daerah
nasofaringeal.

2.1.2 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB HALITOSIS

a. Faktor lokal
Menurut Djaya (2002) di dalam rongga mulut mempunyai peranan besar
terhadap terjadinya halitosis, dan banyak sekali berpendapat bahwa di dalam mulut
mikroorganisme yang membentuk flora normal mulut. Jutaan koloni berbagai jenis
bakteri di dalam rongga mulut yang berguna untuk membantu pencernaan makanan.
Di dalam rongga mulut juga terdapat gigi yang mempunyai pengaruh terhadap
halitosis seperti kebersihannya dan kesehatannya, jaringan penyangganya
(periodontium). Terdapat juga jaringan lunak mulut seperti gingiva, mukosa serta
lidah.beberapa faktor penyebab halitosis dari halitosis dari rongga mulut:
Lidah
Berdasarkan studi yang dilakukan menyatakan bahwa permukaan lidah bagian
paling belakang lidah merupakan sumber utamanya terjadinya halitosis. Lidah
mempunyai tonjolan-tonjolan halus pada papilla-papila pada seluruh
permukaannya, terdapat tiga jenis papila yang terbesar pada tempat-tempat
tertentu dimana panjang-pendeknya papilla ini bervariasi pada setiap individu.
Permukaan lidah merupakan tempat utama aktivitas serta berkembang biaknya
bakteri. Daerah-daerah di antara papila-papila serta dasar lidah tersebut
merupakan tempat paling disukai oleh bakteri khusus bakteri-bakteri anaerob.
Disamping itu permukaan lidah seperti halnya permukaan gigi juga dapat tertutup
oleh plak yang merupakan lapisan tipis seperti film berasal dari sisa-sisa makanan
terutama bagian posterior. Oleh karena itu membersihkan lidah sangatlah penting
khususnya dalam mencegah halitosis.
Ludah
Ludah atau saliva mempunyai peranan penting terhadap terjadinya halitosis yaitu
adanya suatu aktivitas pembusukan oleh bakteri yaitu adanya degradasi protein
menjadi asam amino oleh mikroorganisme.



Page 4


Stomatitis
Stomatitis yaitu radang pada selaput lendir mulut. Salah satu jenis stomatitis yang
amat jahat yaitu adalah jenis noma, stomatitis yang berbau busuk.
Karies gigi
Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan
sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan. Jika dibiarkan lama kelamaan gigi akan
membusuk dan menimbulkan bau mulut.
Karang gigi / kalkulus
Karang gigi atau kalkulus adalah suatu endapan keras yang melekat pada
permukaan gigi. Karena gigi mempunyai permukaan yang kasar sehingga sisa-
sisa makanan dan air ludah melekat pada permukaan gigi dan menimbulkan bau
mulut. Penyebab timbulnya karang gigi adalah karena penimbunan lapisan
mineral pada gigi yang berbatasan dengan gusi, dan dapat menimbulkan gangguan
gigi serta gusi.
Periodontitis
Radang sekitar gigi ini dapat timbul karena adanya ransangan plak dan kalkulus
yang menyebabkan pembengkakan jaringan gusi dan terjadi poket atau yang lebih
dalam dari normal yang selanjutnya menjadi bertambah dalam diakibatkan adanya
kerusakan serat-serat periodontal dan tulang-tulang alveolar.
Sisa akar gigi
Seandainya kalau karies gigi dibiarkan semakin lama semakin besar dan akhirnya
gigi hancur semua, akhirnya di dalam tulang hanya tertinggal sisa akar
membusuk.
Pemakaian protesa atau gigi palsu
Pemakaian gigi palsu yang tak terawat menimbulkan bau mulut yang tidak sedap
karena tidak dijaga kebersihannya, terutama gigi tiruan, sekarang ini telah jarang
dibuat dan hampir selalu berbau tidak sedap.






Page 5


b. Faktor umum
Yaitu penyebab halitosis yang berasal dari selain dalam rongga mulut :
Rokok/Perokok
Yaitu bau dan rasa dari mulut seorang perokok cukup khas yang biasanya dapat
ditentukan apakah pasien merokok sigaret, cerutu atau dengan pipa. Pasien yang
menghembuskan nafas berarti mengeluarkan bau dari paru-paru. Bronkus, mulut,
hidung dan sinus paranasal, meningkatkan sekresi mukosa dapat memperburuk
bau tersebut.
Diet
Salah satunya diet juga dapat menimbulkan halitosis, makanan yang digoreng juga
dapat melimbulkan bau mulut bahkan setelah gigi di bersihkan. Kopi juga dapat
mempunyai yang khas, tetapi bau hilang setelah dilakukan penyikatan gigi
Kelainan rongga tenggorokan atau nasoparing
Pharingitis yaitu radang selaput lender tenggorokan.
Sinus paranasal, yaitu sinus yang mengalami radang dan menguarkan nanah
sehingga menimbulkan bau.
Tonsilitis akut, dimana tonsil membengkak, dan mengandung nanah sehingga
menimbulkan bau.
Rinitis yaitu peradangan mukosa fosa nasali terutama rhinitis atrofi (ozaena)
yaitu mukosa hidung menjadi sklerotik, fosa nasal tersumbat oleh krusta yang
menghasilkan bau mulut yang busuk.
Penyakit ginjal kronis
Dalam rongga mulut biasanya berbau kurang sedap pada penyakit penyakit ginjal
kronis dengan lidah yang kering dan berubah warna. Urea dikeluarkan melalui
kelenjar ludah bila pasien mengalami uremia yang parah dan bau mulut berbau
urine.
Keadaan hepatikum
Keadaan hepatikum ini terdapat pada fungsi hati yang sangat akut dan dapat
dianggap sebagai tanda kemungkinan terjadinya koma. Bila pasien belum berada
pada keadaan yang sangat akut, bau mulut pasien yang hepatikum yang sering
disebut dalam sejumlah istilah, seperti bau kayu lapuk, tikus, dan bahkan bau
bangkai segar.


Page 6


Paru-paru dan bronkus
Penyakit paru-paru dan bronkus dapat berupa abses, kavitas dan daerah-daeah
strategi dapat memperburuk bau mulut. Keadaan seperti bronkiektasis, abses paru-
paru, enpyema, dan keadaan lain yang dapat menimbulkan pembusukan kavita
paru-paru dapat menimbulkan halitosis.

2.1.3 KLASIFIKASI HALITOSIS
Berdasarkan faktor etiologinya, halitosis dibedakan atasa halitosis sejati,
(genuine) pseudohalitosis dan halitophobia. Halitosis sejati dibedakan lagi atas
fisiologis dan patologis. Halitosis fisiologis merupakan bersifat sementara dan tidak
membutuhkan perawatan, sebaliknya halitosis patologis merupakan halitosis bersifat
permanen dan tidak dapat diatasi hanya dengan pemeliharaan oral hygiene saja , tetapi
membutuhkan suatu penanganan dan perawatan sesuai dengan sumber penyebab
halitosis.
1. Genuine Halitosis (halitosis sejati)
a. Halitosis Fisiologis
Halitosis fisiologis merupakan halitosis yang bersifat sementara dan tidak
membutuhkan perawatan.Pada halitosis tipe ini tidak ditemukan adanya
kondisi patologis yang menyebabkan halitosis.Contohnya adalah morning
breath, yaitu bau nafas pada waktu bangun pagi.Keadaan ini disebabkan tidak
aktifnya otot pipi dan lidah serta berkurangnya aliran saliva selama tidur.Bau
nafas ini dapat diatasi dengan merangsang aliran saliva dan menyingkirkan
sisa makanan di dalam mulut dengan mengunyah, menyikat gigi atau
berkumur.

b. Halitosis Patologis
Halitosis patologis merupakan halitosis yang bersifat permanen dan tidak
dapat diatasi hanya dengan pemeliharaan oral higiene saja, tetapi
membutuhkan suatu penanganan dan perawatan sesuai dengan sumber
penyebab halitosis.Adanya pertumbuhan bakteri yang dikaitkan dengan
kondisi oral higiene yang buruk merupakan penyebab halitosis patologis
intraoral yang paling sering dijumpai.Tongue coating, karies dan penyakit
periodontal merupakan penyebab utama halitosis berkaitan dengan kondisi

Page 7


tersebut.Infeksi kronis pada rongga nasal dan sinus paranasal, infeksi tonsil
(tonsilhlith), gangguan pencernaan, tukak lambung juga dapat menghasilkan
gas berbau. Selain itu, penyakit sistemik seperti diabetes ketoasidosir, gagal
ginjal, dan gangguan hati juga dapat menimbulkan bau nafas yang
khas.Penderita diabetes ketoasidosis mengeluartan nafas berbau aseton. Udara
pernafasan pada penderita kerusakan ginjal berbau amonia dan disertai dengan
keluhan dysgeusi, sedangkan pada penderita gangguan hati dan kantung
empedu seperti sirosis hepatis akan tercium bau nafas yang khas, dikenal
dengan istilah foetorhepaticus.

2. Pseudo Halitosis (Halitosis Semu)
Pada kondisi ini, pasien merasakan dirinya memilki bau nafas yang buruk,
namun hal ini tidak dirasakan oleh orang lain disekitarnya ataupun tidak dapat
terdeteksi dengan tes ilmiah. Oleh karena tidak ada masalah pernapasan yang
nyata, maka perawatan yang perlu diberikan pada pasien berupa konseling
untuk memperbaiki kesalahan konsep yang ada (menggunakan dukungan
literature, pendidikan dan penjelasan hasil pemeriksaan) dan mengingatkan
perawatan oral hygiene yang sederhana.

3. Halitophobia
Pada kondisi ini, walaupun telah berhasil mengikuti perawatan genuine
halitosis maupun telah mendapat konseling pada kasus pseudo halitosis,
pasien masih kuatir dan terganggu oleh adanya halitosis.Padahal setelah
dilakukan pemeriksaan yang teliti baik kesehatan gigi dan mulut maupun
kesehatan umumnya ternyata baik dan tidak ditemukan suatu kelainan yang
berhubungan dengan halitosis, begitu pula dengan tes ilmiah yang ada tidak
menunjukkan hasil bahwa orang tersebut menderita halitosis. Pasien juga
dapat menutup diri dari pergaulan sosial, sangat sensitif terhadap komentar
dan tingkah laku orang lain. Maka dari itu, diperlukan pendekatan psikologis
untuk mengatasi masalah kejiwaan yang melatar belakangi keluhan ini yang
biasanya dapat dilakukan oleh seorang ahli seperti psikiater ataupun psikolog.




Page 8


2.1.4 MEKANISME TERJADINYA HALITOSIS
Mekanisme terjadinya halitosis sangat dipengaruhi oleh penyebab yang
mendasari keadaan tersebut. Pada halitosis yang disebabkan oleh makanan tertentu,
bau nafas berasal dari makanan yang oleh darah ditransmisikan menuju paru-paru
yang selanjutnya dikeluarkan melalui pernafasan. Secara khusus, bakteri memiliki
peranan yang penting pada terjadinya bau mulut yang tak sedap atau halitosis.
Bakteri dapat berasal dari rongga mulut sendiri seperti plak, bakteri yang berasal dari
poket yang dalam dan bakteri yang berasal dari lidah memiliki potensi yang sangat
besar menimbulkan halitosis.
VSC (Volatile Sulfur Compounds) merupakan unsure utama penyebab
halitosis. VPC merupakan hasil produksi dari akrivitas bekteri-bakteri anaerob di
dalam mulut yang berupa senyawa berbau yang tidak sedap dan mudah menguap
sehingga menimbulkan bau yang mudah tercium oleh orang lain disekitarnya. Di
dalam aktivitasnya di dalam mulut, bakteri anaerob bereaksi dengan protein-protein
yang ada, protein di dalam mulut dapat diperoleh dari sisa-sisa makanan yang
mengandung protein, sel-sel darah yang telah mati, bakteri-bakteri yang mati ataupun
sel-sel epitel yang terkelupas dari mukosa mulut. Seperti yang telah diketahui, di
dalam mulut banyak terdapat bakteri baik gram positif maupun gram
negatif.Kebanyakan bakteri gram positif adalah bakteri sakarolitik artinya di dalam
aktivitas hidupnya banyak memerlukan karbohidrat, sedangkan kebanyakan bakteri
gram negatif adalah bakteri proteolitik dimana untuk kelangsungan hidupnya banyak
memerlukan protein. Protein akan dipecah oleh bakteri menjadi asam-asam amino.
Sebenarnya terdapat beberapa macam VSC serta senyawa yang berbau
lainnya di dalam rongga mulut, akan tetapi hanya terdapat 3 jenis VSC penting yang
merupakan penyebab utama halitosis, diantaranya metal mercaptan (CH3SH),
dimetil mercaptan (CH3)2S, dan hidrogen sulfide (H2S). Ketiga macam VSC
tersebut menonjol karena jumlahnya cukup banyak dan mudah sekali menguap
sehingga menimbulkan bau. Sedangkan VSC lain hanya berpengaruh sedikit, seperti
skatole, amino, cadaverin dan putrescine.





Page 9


2.1.5 PENCEGAHAN DAN PERAWATAN HALITOSIS
Penanganan halitosis tergantung pada faktor penyebabnya, yang penting
dokter gigi dapat membedakan penyebab bau mulut sebagai kelainan di dalam atau di
luar mulut. Umumnya halitosis bisa dikurangi atau dihilangkan sama sekali dengan
menjaga kebersihan mulut seperti menyikat gigi, menggunakan benang gigi,
membersihkan lidah, menggunakan obat kumur dan diet sehat, namun kadang-kadang
diperlukan penangganan oleh tenaga profesional untuk melakukan rujukan. Untuk
dapat mengatasi halitosis secara efektif, diperlukan pemeriksaan secara menyeluruh
dan diagnosa yang tepat.
Tindakan pencegahan dan perawatan pada halitosis antara lain,
1. Menyikat Gigi
Sebaiknya gigi disikat dua kali sehari.Gigi disikat dengan bulu sikat yang lembut
dan kepala sikat yang kecil.Hindarkan pemakaian bulu sikat yang kasar karena
bulu sikat yang kasar dapat menyebabkan resesi gingiva.Penyikatan gigi
sebaiknya menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor untuk mencegah
karies gigi sekaligus.
2. Menggunakan Benang Gigi ( Dental Floss )
Benang gigi (dental floss) digunakan untuk membersihkan celah gigi yang sempit
yang tidak dapat dicapai dengan sikat gigi. Hal ini dilakukan dengan cara
memotong benang kira-kira sepanjang 40 cm, kemudian diputarkan di kedua jari
tengah kanan dan kiri. Benang dimasukkan ke celah diantara gigi dan ditahan
dengan ibu jari agar kuat dan tidak lepas ketika dilakukan gerakan seperti
menggergaji.Tindakan ini sebaiknya dilakukan satu kali sehari, namun bila
memungkinkan dilakukan dua kali sehari.Setelah tahap ini diperbolehkan kumur
sampai bersih atau dibilas dengan air.
3. Membersihkan Lidah
Permukaan lidah dibersihkan dengan cara menyikat lidah dua kali sehari
menggunakan sikat gigi atau alat khusus pembersih lidah (tongue scrapper).
Permukaan lidah disikat dengan lembut dan perlahan agar lidah tidak luka. Sambil
lidah dijulurkan ke depan, tempatkan tongue scrapper sejauh mungkin ke
belakang lidah, selama masih tahan, sambil ditarik ke depan dan ke bawah dengan
tekanan ringan. Gunakan kain/kertas tissue bersih atau air mengalir untuk
membersihkan tongue scrapper. Ulangi prosedur ini 2-4 kali sampai seluruh
permukaan dibersihkan.

Page 10


4. Penggunaan Obat Kumur
Obat kumur digunakan paling sedikit sekali sehari.Waktu yang paling tepat
menggunakan obat kumur adalah sebelum tidur karena obat kumur memberikan
efek antibakteri selama tidur saat aktivitas bakteri penyebab bau mulut
meningkat.Obat kumur yang mengandung alkohol dapat mengakibatkan mulut
kering dan apabila digunakan dalam waktu lama dapat menyebabkan mukosa
mulut terkelupas.Oleh karena itu, sebaiknya menggunakan obat kumur non-
alkohol seperti yang mengandung sodium sakarin.Penggunaan tidak perlu terlalu
berlebihan, kurang lebih 10-15 ml sudah cukup untuk membasahi seluruh
permukaan mulut.Kumur sekurang-kurangnya 1-2 menit. Jangan kumur langsung
dari botol, karena apabila tersentuh ludah, bahan akan terkontaminasi, sehingga
bahan aktif selebihnya di dalam botol dapat menjadi rusak, akibatnya tidak
berguna lagi untuk pemakaian selanjutnya.
5. Diet Sehat
Diet sehat dilakukan dengan memakan makanan segar berserat seperti sayuran dan
mempunyai konsistensi kasar yang dapat membantu membersihkan dorsum lidah,
menghindari memakan makanan yang menimbulkan bau, serta banyak minum air
putih setiap hari. Baru-baru ini, penelitian di Jepang melaporkan bahwa yogurt
tanpa gula dapat mengurangi senyawa penyebab halitosis. Hal ini dibuktikan
dengan dijumpai penurunan level senyawa hidrogen sulfida sampai 80% setelah
mengkonsumsi 90 gram yogurt setiap hari selama 6 minggu. Selain itu, hasil
penelitian di Amerika menunjukan bahwa polifenol (seperti catechin dan
theaflavin), senyawa yang terkandung dalam teh juga dapat menghambat
pertumbuhan bakkteri penyebab halitosis.Catechin terkandung dalam teh hijau
maupun teh hitam sedangkan theaflavin lebih dominan pada teh
hitam.Mengurangi konsumsi makanan dengan protein tinggi. Kunyahlah permen
bebas gula (non-kariogenik) khususnya apabila mulut terasa kering.Banyak
minum air dalam sehari.Menghindari konsumsi alkohol, rokok, obat-obatan yang
dapat menurunkan aliran saliva.






Page 11


6. Penanganan Oleh Tenaga Profesional
Apabila karies, penyakit periodontal atau infeksi mulut lainnya yang
menyebabkan timbulnya halitosis, maka diperlukan penanganan khusus oleh
tenaga profesional, misalnya melakukan penambalan, skeling atau tindakan
penyerutan akar gigi (root planning). Selain itu, dokter gigi akan mencabut sisa
akar bila radiks atau akar gigi yang menyebabkan timbulnya halitosis.

2.2 KARIES GIGI
2.2.1 DEFINISI
Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi
yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal
dari makanan yang mengandung gula. Karies gigi merupakan penyakit yang paling
banyak dijumpai di rongga mulut bersama-sama dengan penyakit periodontal,
sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut.
Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan
gigi. Sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu
tertentu berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis
(5, 5). Hal ini menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi.
Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan
demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses karies pun dimulai dari
permukaan gigi (pits, fissur dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa.

2.2.2 FAKTOR ETIOLOGI KARIES
Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi pada anak, diantaranya
adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya
karies gigi. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah host (gigi
dan saliva), substrat (makanan), mikroorganisme penyebab karies dan waktu.



Page 12



Gambar 2.1: Karies Gigi

2.3 HUBUNGAN KARIES GIGI DENGAN HALITOSIS
Karies merupakan salah satu penyebab bau mulut/ nafas (Halitosis). Karies
memicu penumpukan makanan dan karies yang dalam sampai menyebabkan kematian
pulpa dapat membuat gigi tersebut terinfeksi dan sakit mengeluarkan gas gangren
yang baunya menyerupai bau mayat.
Penambalan gigi yang berlubang dan perawatan endodonti pada gigi yang sudah
terinfeksi akan mengatasi sakit dan infeksi tersebut.


Gambar 2.2: Gigi Berlubang

Page 13


Sekresi saliva berkaitan erat dengan kesehatan rongga mulut, terutama
berhubungan dengan pembentukan pada plak, plak adalah Plak gigi adalah lapisan
lembut yang terbentuk dari campuran antara makrofag, leukosit, enzim, komponen
anorganik, matriks ekstraseluler, epitel rongga mulut yang mengalami deskuamasi,
sisa-sisa makanan serta bakteri yang melekat di permukaan gigi. Bakteri yang
berperan penting dalam pembentukan plak gigi adalah bakteri dari genus
Streptococcus, yaitu bakteri Streptococcus mutans.
Jika plak tidak segera dibersihkan maka dapat menimbulkan karang gigi.
Pembentukan karang gigi dimulai dengan pengendapan garam kalsium fosfat yang
dapat terjadi apabila lingkungannya mempuyai ph tinggi yang basa, sehingga plak dan
sisa-sisa makanan menempel pada permukaannya. Akibat adanya pengendapan
kalsium fosfat dalam lingkungan basa dapat memudahkan bakteri dalam
menghasilkan amoniak yang mengandung uriase. Hasil dari metabolisme bakteri ini
berupa gas atau senyawa sulful yang mudah menguap sehingga dapat menyebabkan
bau mulut.
Adanya senyawa sulfur yang mudah menguap atau Volatile sulful Compounds
(VSC), merupakan unsur utama penyebab halitosis. VSC adalah hasil aktifitas
bakteri-bakteri anaerob di dalam mulut berupa senyawa yang berbau tidak sedap dan
mudah menguap hingga menimbulkan bau yang tercium oleh orang lain disekitarnya.
Aktifitasnya di dalam mulut bakteri anaerob bereaksi dengan protein-protein yang
ada, protein di dalam mulut dapat diperoleh dari sisa-sisa makanan yang mengandung
protein, sel-sel darah yang telah mati, bakteri-bakteri yang telah mati ataupun sel-sel
epitel yang terkelupas dari mukosa mulut.
Di dalam mulut normal diperkirakan rata-rata terdapat sekitar 400 macam
bakteri dengan berbagai tipe. Meskipun penyebab bau mulut belum diketahui dengan
jelas, kebanyakan dari bau tersebut berasal dari sisa makanan di dalam mulut.
Masalah akan muncul bila sebagian bakteri berkembang biak. Kebanyakan dari
bakteri ini bermukim di leher gigi bersatu dengan plak dan karang gigi, selain itu di
balik lidah juga ada karena daerah tersebut merupakan daerah yang aman dari
kegiatan mulut sehari-hari.




Page 14


Bakteri tersebut memproduksi toksin atau racun, dengan cara menguraikan
sisa makanan dan sel-sel mati yang terdapat di dalam mulut. Racun inilah yang
menyebabkan bau mulut pada saat bernafas karena hasil metabolisme proses anaerob
pada saat penguraian sisa makanan tersebut menghasilkan senyawa sulfide dan
ammonia. Upaya pencegahan lebih banyak ditujukan untuk mengurangi terjadinya
penumpukan plak yang berlebihan di dalam rongga mulut.




























Page 15


BAB III
KESIMPULAN

Karies merupakan salah satu penyebab bau mulut/ nafas (Halitosis). Karies
memicu penumpukan makanan dan karies yang dalam sampai menyebabkan kematian
pulpa dapat membuat gigi tersebut terinfeksi dan sakit mengeluarkan gas gangren
yang baunya menyerupai bau mayat.
Dari sisa-sisa makanan yang mengandung protein dan kumpulan bakteri yang
melekat pada permukaan gigi terjadi plak gigi. Jika plak tidak segera dibersihkan
maka dapat menimbulkan karang gigi, Karang gigi inilah salah satu yang dapat
menyebabkan bau mulut.

















Page 16



DAFTAR PUSTAKA

1. Eva dkk. 2013. Holitosis. Diunduh dari:
http://www.scribd.com/doc/221057010/Hubungan-Halitosis-Dengan-
Gingivitis. [Diakses pada 8 Juli 2014]
2. Anonim. 2011. Holitosis. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28136/4/Chapter%20II.pdf.
[Diakses pada 8 Juli 2014]
3. Djaya, A., 2000, HALITOSIS: Nafas Tak Sedap, Penerbit : PT. Dental Lintas
Mediatama, Jakarta
4. Anonim. 2011. Holitosis. Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id Informasi.
[Diakses pada 10 Juli 2014]
5. Anonim. 2012. Karies Gigi. Diunduh dari:
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/131087479.pdf. [Diakses pada 10 Juli
2014]
6. Anonim. 2013. Holitosis. Diunduh dari: www.dentist.net/halimeter.asp.
[Diakses pada 11 Juli 2014]
















Page 17




C. Karang Gigi
Karang gigi adalah bakterial plak yang mengalami endapan keras/mineralisasi,
dapat terbentuk pada semua permukaan gigi dan celah gigi yang berwarna mulai
kekuning-kuningan, kecoklat-loklatan, kehijau-hijauan sampai kehitam-hitaman dan
mempunyai permukaan yang kasar. Oleh karena karang gigi yaitu endapan keras dari
plak, maka terbentuknya adalah berdasarkan perkembangan dari plak oleh karena itu
plak harus ada untuk terbentuknya karang gigi. Untuk mengontrol karang gigi harus
dimulai dengan plak kontrol (Sunaryo, 1984).
Teori pembentukan karang gigi sangat bervariasi, tetapi pada umumnya para
ahli berpendapat bahwa antara plak dan karang gigi terdapat hubungan yang erat
sekali, sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, tinggal terlalu lama pada
permukaan gigi yang akan mengeras menjadi karang gigi. Penyebab ini berasal dari
pengendapan bahan-bahan kasar, air ludah dan serum darah, akibat adanya suatu
peradangan. Karang gigi mempunyai permukaan kasar sehingga sisa-sisa makanan
dan air ludah melekat pada permukaan gigi tersebut. Selanjutnya karang gigi akan
terus terbentuk dan bertambah banyak sehingga dapat menutupi sebagian permukaan
gigi dan dapat juga dipermukaan akar gigi dibawah tepi gusi (Djuita, 1995).




1. Klasifikasi Karang Gigi / Kalkulus
Berdasarkan hubungan terhadap gingiva margin, karang gigi dibagi dalam
a) Supra gingival kalkulus
Melekat disebelah korona dari crest gingiva margin dan dapat dilihat.
Warnanya putih kekuningan atau putih keabuan, klasifikasinya terganyung pada
mineral-mineral yang terdapat didalam saliva dan lebih banyak terdapat di daerah
tempat berkumpulnya saliva; misalnya pada daerah lingual gigi daerah anterior
bawah, dan permukaan bukal gigi-gigi molar rahang atas. Supragingival kalkulus
mempunyai konsentrasi seperti tanah liat, warnanya dapat dipengaruhi oleh
pigmentasi yang berasal dari tembakau, makanan atau metabolisme bakteri. Pada

Page 18


kasus-kasus yang eksterim kalkulus dapat membentuk menutupi permukaan oklusi
gigi yang tidak berfungsi (Sunaryo, 1984).
b) Subgingival kalkulus
Melekat disebelah apikal dari crest gingiva margin di dalam sulkus
gingiva dan poket, tidak terlihat pada pemeriksaan. Untuk menentukan adanya
subgingiva kalkulus digunakan sonde. Konsentrasinya padat dan keras, warnanya
coklat tua atau hijau kehitam-hitaman. Bayangan warna ini dapat terlihat berupa
warna gelap membayang disekitar gingival margin. Klasifikasinya sebagian besar
berasal dari mineral-mineral yang terdapat didalam gingival (Sunaryo, 1984).

2. Komposisi Karang Gigi
Komposisi karang gigi bervariasi sesuai dengan lamanya pembentukan.
Terdiri dari 80% masa anorganik, air dan matrik organik dari protein dan karbohidrat.
Fraksi anorganik terutama dari fosfat kalsium, dalam bentuk hidroksid apatid,
brushide, whitlockite, dan fosfat oktakalsium. Selain itu juga terdapat sejumlah kecil
kalsium karbonat, magnesium fosfat, dan fluor. Kandungan fluor dari karang gigi
adalah beberapa kali lebih besar dari pada di dalam plak (Manson, 1993).

Bau mulut yang menetap atau menahun dapat juga menjadi indikasi dini telah terjadi
penyakit di daerah periodontal (gusi).Penyakit gusi ini biasanya disebabkan oleh
karena timbunan plak atau karang gigi.Berbagai bakteri melepaskan toksin (racun) ke
rongga mulut, yang dapat mengiritasi gusi. Nah, kerusakan gusi inilah yang lama-
kelamaan akan menimbulkan bau mulut tak sedap. Selain oleh karena infeksi bakteri,
maka bau mulut juga dapat disebabkan oleh infeksi jamur di mulut dan juga gigi
karies.
Penyebab lain bau mulut adalah mulut kering (dry mouth). Hal ini terjadi saat aliran
air ludah menurun dan dapat disebabkan oleh berbagai obat, permasalahan di kelenjar
ludah, atau kebiasaan bernafas melalui mulut.Tanpa air ludah, sisa partikel makanan
tidak dapat dibersihkan, sehingga terjadi bau mulut.Solusinya mudah, segeralah ke
dokter terdekat untuk berkonsultasi memahami hubungan antara bau mulut dan
kesehatan gigi sekaligus meminta solusinya.



Page 19


Hubungan Halitosis dengan gingivitis
Penyebab Halitosis (Bau Mulut) Halitosis adalah bau nafas yang tidak menyenangkan yang
berasal dari ndalam atau luar mulut. Halitosis hanya merupakan suatu gejala bukan suatu
penyakit
. Halitosis juga dapat menjadi indiaksi adanya transisi dari sehat menjadi gingivitis dan
kemudian menjadi periodontitis
. Dapat terjadi pada semua usia. Jika terus bertahan dapat mempengaruhi kepercayaan
diri.Kondisi gingivitis ditandai dengan perubahan warna gusi yang semula merah muda
menjadi lebih merah atau malah pucat.Gusi membengkak, permukaannya mengkilat dan
licin, mudah berdarah, lebih lunak dari gusi normal, dan biasanya disertai dengan munculnya
halitosis (bau mulut).
Penyebab Halitosis
Bau mulut (Halitosis) dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor fisiologis dan patologis.
1. Faktor fisiologis terdiri dari : a. Kurangnya aliran ludah selama tidur Air liur sangat penting
untuk menjaga kesegaran nafas. Pengeluaran air liur akan berkurang ketika tidur, hal ini
menyebabkan mulut kering dan menimbulkan bau mulut. b. Makanan Bau mulut dapat
terjadi karena pengaruh makanan. Beberapa jenis makanan yang dapat menyebabkan bau
mulut (Halitosis), diantaranya adalah makanan yang mengandung sulfur seperti bawang
putih, kubis, brokoli serta makanan yang berbau khas seperti petai, jengkol, dan durian . c.
Minuman atau alkohol Alkohol dapat mengurangi produksi air ludah sehingga mengiritasi
jaringan mulut yang akhirnya semakin memperparah bau mulut. d. Kebiasaan merokok
Merokok dapat memperburuk status kebersihan gigi dan mulut sehingga bisa memicu
terjadinya radang gusi dan dapat berakibat terjadinya bau mulut (Soemantri, 2008). e.
Menstruasi Wanita dalam masa haid (menstruasi) dapat mengalami bau mulut (halitosis)
disebabkan karena sekresi air ludah dalam mulut berkurang sebagai akibat kekacauan
endokrin yang pada kenyataannya menguntungkan pertumbuhan kuman anaerob, sehingga
halitosis sudah pasti akan terjadi 2. Faktor patologis terdiri dari : a. Oral hygiene buruk
Kebersihan mulut yang tidak baik dapat menyebabkan terjadinya halitosis, misalnya karena
sisa-sisa makanan yang menempel dan sulit dibersihkan terutama pada gigi berbehel. b. Plak
BAU MULUT NAPAS NAGA (HALITOSIS)

Menurut National Institute of Dental Research sekitar 65 juta orang Amerika menderita
Halitosis. Namun hanya beberapa pasien yang mengunjungi dokter gigi karena masalah
halitosis selebihnya hanya menggunakan obat kumur dirumah. Obat kumur hanya berfungsi
untuk menyegarkan aroma nafas yang bersifat sementara bukan mengatasi akar
permasalahan dari bau mulut tersebut.


Page 20


Bau mulut atau halitosis sangat menggangu seorang individu, karena dapat berefek negatif
terhadap hubungan sosial seperti kehilangan percaya diri, dijauhi dari pergaulan dan
pasangan hidup.

Halitosis dapat disebabkan dari lambung, tonsil, hidung, paru-paru, penyakit sistemik dan
yang terutama adalah gigi dan mulut

Page 21









Page 22

You might also like