You are on page 1of 9

Jurnal MEDTEK, Vol u m e 1, N om or 2, Ok t ob er 20 0 9

PEMAHAMAN TENTANG GAYA BELAJAR



Hasrul
Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNM
e-mail: hasrulbakri_unm@yahoo.co.id

Abstrak

Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang
menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar bukan
hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis
dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi sekunsial, analitik, global atau
otak kiri dan otak kanan. Aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas
lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan konkret). Terdapat tiga tipe gaya
belajar yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu visual (cenderung belajar
melalui apa yang mereka lihat), auditorial (belajar melalui apa yang mereka dengar)
dan kinestetik (belajar melalui gerak dan sentuhan). Sebagai pengajar, guru atau
dosen tidak hanya melakukan proses transformasi ilmu pengetahuan kepada
peserta didik, akan tetapi lebih dari itu seorang pengajar harus berperan sebagai
motivator, inspirator, fasilitator dan mediator dalam proses belajar peserta didik.
Olehnya itu seorang guru atau dosen tidak hanya melakukan proses pengajaran
tetapi juga dituntut melakukan proses pembelajaran. Efektivitas pembelajaran
mengacu kepada pencapaian tujuan pembelajaran yang merupakan hal sangat
penting dalam proses belajar mengajar karena model, pendekatan, strategi, metode
dan teknik pembelajaran sangat menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan.
Untuk menetapkan metode dan teknik pembelajaran yang efektif dan efesien
diperlukan pedoman yang bersumber dari berbagai faktor yaitu tujuan
pembelajaran, peserta didik, dan sarana/ prasarana yang mendukung.

Kata Kunci: Gaya belajar, Visual, Auditorial dan Kinestetik

































Belajar pada manusia merupakan suatu
proses psikologis yang berlangsung dalam
interaksi aktif antara subjek dengan
lingkungan dan menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang bersifat
konstan/ menetap. Belajar merupakan hal
yang kompleks. Kompleksitas belajar dapat
dipandang dari dua subyek yaitu peserta
didik dan pengajar (guru atau dosen).
Sebagai tindakan belajar, hal ini
dialami oleh peserta didik sendiri. Peserta
didik adalah penentu terjadinya atau tidak
terjadinya proses belajar. Proses belajar
terjadi berkat peserta didik memperoleh
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya
baik berupa keadaan alam,

































benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan
belajar.
Sebagai pengajar, guru atau dosen
tidak hanya melakukan proses transformasi
ilmu pengetahuan kepada peserta didik,
akan tetapi lebih dari itu seorang pengajar
harus berperan sebagai motivator, inspirator,
fasilitator dan mediator dalam proses belajar
peserta didik. Olehnya itu seorang guru atau
dosen tidak hanya melakukan proses
pengajaran tetapi juga dituntut melakukan
proses pembelajaran. Pengajaran
(instructional) lebih berpusat kepada guru,
artinya guru lebih berperan dalam proses
belajar mengajar. Peran peserta didik sangat
terbatas dan cenderung hanya menerima apa
H a sr u l , Pem a ha m a n Tent a ng Ga ya Bela j a r

yang disampaikan oleh guru atau dosen.
Tetapi dalam proses pembelajaran, kegiatan
belajar mengajar berpusat pada siswa,
artinya seorang guru berperan untuk
membelajarkan peserta didik.
Efektivitas pembelajaran mengacu
kepada pencapaian tujuan pembelajaran
yang merupakan hal sangat penting dalam
proses belajar mengajar karena model,
pendekatan, strategi, metode dan teknik
pembelajaran sangat menentukan berhasil
tidaknya pencapaian tujuan. Untuk
menetapkan metode dan teknik
pembelajaran yang efektif dan efesien
diperlukan pedoman yang bersumber dari
berbagai faktor yaitu tujuan pembelajaran,
peserta didik, dan sarana/ prasarana yang
mendukung.
Pembelajaran dapat dikatakan efektif
jika mampu memberikan pengalaman baru,
dan membentuk kompetensi peserta didik,
serta menghantarkan mereka ke tujuan yang
dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai
dengan melibatkan peserta didik dalam
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
pembelajaran. Seluruh peserta didik harus
dilibatkan secara penuh agar bergairah
dalam pembelajaran, sehingga suasana
pembelajaran betul-betul kondusif dan
terarah pada tujuan dan pembentukan
kompetensi peserta didik. Pembelajaran
efektif menuntut keterlibatan peserta didik
secara aktif, karena merupakan pusat
kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi. Peserta didik harus didorong
untuk menafsirkan informasi yang disajikan
oleh guru sampai informasi tersebut dapat
diterima oleh akal sehat dalam
pelaksanaannya. Hal ini memerlukan proses
pertukaran pikiran, diskusi dan perdebatan
dalam rangka pencapaian pemahaman yang
sama terhadap materi standar.
Demi terwujudnya pembelajaran yang
efektif, hal yang harus diketahui seorang
pengajar adalah mengetahui gaya belajar
peserta didiknya. Peserta didik merupakan
individual yang unik artinya tidak ada dua
orang peserta didik yang sama perisis, tiap
peserta didik mempunyai perbedaan satu
dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat
pada karakteristik psikis, kepribadian, dan
sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini
berpengaruh pada cara belajar dan hasil
belajar siswa. Karenanya, perbedaan
individual perlu diperhatikan oleh pengajar
dalam upaya pembelajaran. Sistem
pendidikan klasikal yang dilaksanakan
selama ini belum memperhatikan masalah
perbedaan individual, umumnya
pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan
melihat peserta didik sebagai individu
dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan
yang kurang lebih sama, demikian pula
dengan pengetahuannya.
Gaya belajar merupakan suatu
kombinasi dari bagaimana seseorang
menyerap dan kemudian mengatur serta
mengolah informasi. Gaya belajar bukan
hanya berupa aspek ketika menghadapi
informasi, melihat, mendengar, menulis dan
berkata tetapi juga aspek pemrosesan
informasi sekunsial, analitik, global atau otak
kiri dan otak kanan. Aspek lain adalah ketika
merespon sesuatu atas lingkungan belajar
(diserap secara abstrak dan konkret).
Terdapat tiga tipe gaya belajar yang akan
dibahas dalam dalam tulisan ini, yaitu visual
(cenderung belajar melalui apa yang mereka
lihat), auditorial (belajar melalui apa yang
mereka dengar) dan kinestetik (belajar
melalui gerak dan sentuhan). Prestasi belajar
masih tetap menjadi indikator untuk menilai
tingkat keberhasilan peserta didik dalam
proses belajar. Prestasi belajar yang baik
dapat mencerminkan gaya belajar yang baik
karena dengan mengetahui dan memahami
gaya belajar yang terbaik bagi dirinya akan
membantu siswa dalam belajar sehingga
prestasi yang dihasilkan akan maksimal.

GAYA BELAJAR
Gaya belajar adalah kunci untuk
mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di
sekolah dan dalam situasi situasi antar
pribadi. Ketika sesorang menyadari
bagaimana ia dan orang lain menyerap dan
mengolah informasi, maka ia dapat
menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih
mudah dengan gaya Anda sendiri.
Jurnal MEDTEK, Vol u m e 1, N om or 2, Ok t ob er 20 0 9


Di beberapa sekolah dasar dan sekolah
lanjutan di Amerika, para guru menyadari
bahwa setiap orang mempunyai cara yang
optimal dalam mempelajari informasi baru.
Mereka memahami bahwa beberapa murid
perlu diajarkan cara-cara yang lain dari
metode mengajar standar. Jika murid-murid
ini diajar dengan metode standar,
kemungkinan kecil mereka dapat memahami
apa yang diberikan. Mengetahui gaya belajar
yang berbeda ini telah membantu para guru
dimana pun untuk dapat mendekati semua
atau hampir semua murid hanya dengan
menyampaikan informasi dengan gaya yang
berbeda-beda.
Menurut Rita Dunn seperti dikutip
oleh Bobbi DePorter dan Mike Hernacki
telah menemukan banyak variabel yang
menpengaruhi cara belajar orang. Ini
mencakup faktor-faktor fisik, emosional,
sosiologis, dan lingkungan. Sebagian orang,
misalnya dapat belajar paling baik dengan
cahaya terang, sedang sebagian orang lain
dengan pencahayaan suram. Ada orang yang
belajar paling baik secara berkelompok,
sedang yang lain lagi memilih adanya figur
otoriter seperti orang tua atau guru, yang
lain lagi merasa bahwa bekerja sendirilah
yang paling efektif bagi mereka. Sebagian
orang memerlukan musik sebagai latar
belakang, sedangkan yang lain tidak dapat
berkonsentrasi kecuali dalam ruangan sepi.
Ada orang yang yang memerlukan
lingkungan kerja yang teratur dan rapi,
tetapi yang lain lagi lebih suka menggelar
segala sesuatunya supaya semua dapat
terlihat.
Telah disepakati secara umum adanya
dua kategori utama tentang bagaimana kita
belajar. Pertama, bagaimana kita menyerap
informasi dengan mudah (modalitas). Dan
kedua, cara kita mengatur dan mengelola
informasi tersebut (dominasi otak). Gaya
belajar seseorang adalah kombinasi dari
bagaimana ia menyerap kemudian mengatur
serta mengelolah informasi.
Jika seseorang akrab dengan gaya
belajarnya sendiri, ia dapat mengambil
langkah-langkah penting untuk membantu
dirinya belajar lebih cepat dan lebih mudah.
Dan juga, dengan mempelajari bagaimana
memahami cara belajar orang lain, seperti
atasan, rekan, guru, suami/ istri, orangtua
dan kanak-kanak seseorang dapat
memperkuat hubungan dengan mereka.
Pada awal pengalaman belajar, salah
satu diantara langkah-langkah pertama
adalah mengenali modalitas sebagai
modalitas visual, auditorial, atau kinestatik
(V-A-K). Seperti yang diusulkan istilah-
istilah ini, orang visual belajar melalui apa
yang mereka lihat, pelajar auditorial
melakukannya melalui apa yang mereka
dengar, dan pelajar kinestatik belajar lewat
gerak dan sentuhan. Walaupun masing-
masing dari manusia belajar dengan
menggunakan ketiga moidalitas ini pada
tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih
cenderung pada salah satu diantara
ketiganya.
Michael Grinder, pengarang Risgting
The Egucation Conveyor Belt, telah
mengajarkan gaya-gaya belajar dan mengajar
kepada banyak instruktur. Ia mencatat
bahwa dalam setiap kelompok yang terdiri
dari tiga puluh murid, sekitar dua puluh dua
orang mampu belajar secara cukup efektif
dengan cara visual, auditorial, dan kinestetik
sehingga mereka tidak membutuhkan
perhatian khusus. Dari sisa delapan orang
sekitar enam orang memilih satu modalitas
belajar dengan sangat menonjol melebihi dua
modalitas lainnya. Sehingga, setiap saat
mereka harus selalu berusaha keras
memahami perintah, kecuali jika perhatia
khusus diberikan kepada mereka dengan
menghadirkan cara yang mereka pilih. Bagi
orang-orang ini, mengetahui cara belajar
terbaik mereka bisa bearti perbedaan antara
keberhasilan dan kegagalan. Dua orang
murid lainnya mempunyai kesulitan belajar
karena sebab-sebab eksternal.

MENGETAHUI KARAKTERISTIK
PELAJAR VISUAL, AUDITORIAL
DAN KINESTETIK
Banyak ciri-ciri perilaku yang
merupakan kecenderungan belajar. Berikut
ciri-ciri modalitas belajar yang terbaik.
H a sr u l , Pem a ha m a n Tent a ng Ga ya Bela j a r

1) Orang-orang Visual:
a) Rapi dan teratur
b) Berbicara dengan cepat
c) Perencana dan pengatur jangka
panjang yang baik
d) Teliti terhadap detail
e) Mementingkan penampilan, baik
dalam hal pakaian maupun
presentasi
f) Pengeja yang baik dan dapat melihat
kata-kata yang sebenarnya dalam
pikiran mereka
g) Mengingat apa yang dilihat,
daripada yang didengar
h) Mengingat dengan asosiasi visual
i) Biasanya tidak terganggu oleh
keributan
j) Mempunyai masalah untuk
mengingat instruksi verbal kecuali
jika ditulis dan sering kali minta
bantuan orang untuk
mengulanginya
k) Pembaca cepat dan tekun
l) Lebih suka membaca daripada
dibacakan
m) Membutuhkan pandangan dan
tujuan yang menyeluruh dan
bersikap waspada sebelum secara
mental merasa pasti tentang suatu
masalah atau proyek
n) Mencoret-coret tanpa arti selama
berbicara ditelpon dan dalam rapat
o) Lupa menyampaikan pesan verbal
kepada orang lain
p) Lupa menjawab pertanyaan dengan
jawanban singkat ya atau tidak
q) Ledih suka melakukan demonstrasi
daripada berpidato
r) Lebih suka seni daripada musik
s) Seringkali mengetahui apa yang
harus dikatakan, tetapi tidak pandai
memilih kata-kata
t) Kadang-kadang kehilangan
konsentrasi ketika mereka ingin
memperhatikan
2) Orang-orang Auditorial
a) Berbicara kepada diri sendiri saat
kerja
b) Mudah terganggu oleh keributan
c) Menggerakan bibir mereka dan
mengucapkan tulisan dibuku ketika
membaca
d) Senang membaca dengan keras dan
mendengarkan
e) Dapat mengulangi kembali dan
menirukan nada, birama, dan warna
suara
f) Merasa kesulitan untu menulis,
tetapi hebat dalam bercerita
g) Berbicara dengan irama yang
terpolah
h) Biasanya suka musik daripada seni
i) Belajar dengan mendengarkan dan
mengingat apa yang didiskusikan
daripada yang dilihat
j) Suka berbicara, suka berdiskusin
dan menjelaskan sesuatu panjang
lebar
k) Mempunyai masalah dengan
pekerjaan-pekerjaan yang
melibatkan visualisasi seperti
memotong bagian-bagian hingga
sesuai satu sama lain
l) Lebih pandai mengeja dengan keras
daripada menuliskannya
m) Lebih suka gurauan lisan daripada
membaca komik
3) Orang-orang kinestatik
a) Berbicara dengan perlahan
b) Menanggapi perhatian fisik
c) Menyentuh orang untuk
mendapatkan perhatian mereka
d) Berdiri dekat ketika berbicara
dengan orang
e) Selalu berorientasi pada fisik dan
banyak bergerak
f) Mempunyai perkembangan awal
otot-otot yang besar
g) Belajar melalui memanipulasi dan
peraktik
h) Menghafal dengan cara berjalan dan
melihat
i) menggunakan jari sebagai penunjuk
ketika membaca
j) Banyak menggunakan isyarat tubuh
k) Tidak dapat duduk diam untuk
waktu lama
Jurnal MEDTEK, Vol u m e 1, N om or 2, Ok t ob er 20 0 9


l) Tidak dapat mengingat geografi,
kecuali jika mereka memang telah
pernah berada di tempat itu
m) Menggunakan kata-kata yang
mengandung aksi
n) Menyukai buku-buku yang
berorientasi pada plot mereka
mencerminkan aksi dengan gerakan
tubuh saat membaca
o) Kemungkinan tulisannya jelek
p) Ingin melakukan segala sesuatu
q) Menyukai permainan yang
menyibukkan
Adalah mudah untuk mengetahui
orang lain dalam hidupnya dengan
memperhatikan kata-kata proses. Ketika
suatu situasi diserap dalam pikiran
seseorang, ia memproses modalitas pilihan
orang itu, kata-kata dan frase-frase yang
digunakan orang itu untuk menjelaskannya
menunjukan modalitas pribadi orang
tersebut. Begitu Anda mengenali predikat
seseorang. Anda dapat menjadikannya satu
sarana untuk menyesuaikan dengan bahasa
mereka ketika Anda berbicara dengan
mereka.
Menyesuaikan modalitas seseorang
dengan orang lain adalah cara sangat baik
untuk menciptakan keakraban dan suasana
saling pengertian. Ini adalah daftar ucapan-
ucapan yang biasa dipakai oleh modalitas
tertentu :
1) Visual
a) Tampak bagi saya
b) pandangan menyeluruh
c) Melihat sekilas
d) Nyata pasti, tidak diragukan
e) Pandangan yang kabur
f) Tepat, pas
g) mempunyai ryang lingkup tentang
sesuatu
h) Gagasan yang samar
i) Dalam cahaya
j) Secara pribadi
k) Dalam pandangan
l) Mirip
m) Citra diri
n) Mata hati
o) Indah bagai lukisan
p) Melihat
q) Pandangan sempit
r) Pamer
s) Visi lurus
2) Audotorial
a) Mendengarkan dengan seksama
b) Menyeru
c) Jelas bagai bunyi bel
d) Diunkapan dengan jelas
e) Dijelaskan secara terperinci
f) Pendengar yang baik
g) Dengarkan baik-baik
h) Mendengar suara-suara
i) Pesan yang tersembunyi
j) Percakapan yang membosankan
k) Jelas dan tegas
l) Terus terang
m) Mengoceh seperti burung
n) Mengingatkan akan sesuatu
o) Mengatakan yang sejujurnya
p) Mendengarkan/ tidak mendengarkan
q) Tak mendengar tentang sesuatu
r) Menyuarakan pendapat
s) Selalu dalam batas pendengaran
3). Kinestetik
a) Rajin
b) Mempersingkat hingga
c) Berpikir serius
d) Menyebar kemana-mana
e) Bisa merasakan
f) Bagai disambar halilintar
g) Berhubungan/ kontak
h) Menagkap alur
i) Bertahanlah!
j) Tahanlah!
k) Pemarah
l) Berterus terang
m) Mengatur
n) Sangat rapi
o) Menyimpangkan pikiran saya
p) Mulai dari awal
q) Pendiam
r) Berahasia, tidak jujur, curang
s) Berahasia
Mengenali modalitas belajar peserta
didik adalah kunci penting untuk
pembelajaran yang efektif. Misalnya bila
seorang pengajar mengetahui bahwa
muridnya adalah orang visual, akan lebih
efektif untuk menyampaikan materi
pembelajaran menggunakan material visual,
H a sr u l , Pem a ha m a n Tent a ng Ga ya Bela j a r

seperti slide dan makalah dalam suatu
presentasi.

b. Mengolah Informasi
Sistem indentifikasi V-A-K
membedakan bagaimana kita menyerap
informasi. Untuk menentukan dominasi otak
dan bagaimana anda memproses informasi.
Model ini awalnya dikembangkan oleh
Anthony Gregorc, profesor di bidang
kurikulum dan pengajaran di Universitas
Connecticut. Kajian investigatifnya
menyimpulkan adanya dua kemungkinan
dominasi otak :
1) Persepsi konkret dan abstrak dan
2) Kemampuan pengaturan secara
sekuensial (linear) dan acak (nonlinear)
Ini dapat dipadukan menjadi empat
kombinasi kelompok perilaku yang kita
sebut gaya berpikir. Gregorc menyebut gaya-
gaya ini dengan skusensial konkret,
skuensial abstrak, acak konkret, acak abstrak.
Orang yang termasuk dalam kategori
sekuensial cenderung memiliki dominasi
otak kiri, sedang orang-orang yang berpikir
secara acak biasanya termasuk dalam
dominasi otak kanan.
Mengenai indentifikasi V-A-K, tidak
setiap orang harus masuk ke dalam salah
satu klasifikasinya. Walaupun demikian,
kebanyakan orang cenderung pada yang satu
daripada yang lain. Dengan mengetahui ciri
dominasi otak, membuat seseorang bekerja
dengannya dan juga menetapkan cara-cara
tersebut untuk menjadi lebih seimbang.
Aktivitas-aktivitas yang berbeda
memerlukan cara berpikir yang berbeda
pula, jadi keuntungan untuk mengetahui
dominasi otak adalah: pertama, yang mana
cara dominan yang dapat dilakukan dan
kedua, apa yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan cara berpikir yang lain.

1) Pemikir Sekuensial Konkret (SK)
Pemikir sekuensial konkret
berpegang pada kenyataan dan proses
informasi dengan cara yang teratur, linear,
dan sekuensial. Bagi para SK, realitas terdiri
dari apa yang dapat mereka ketahui melalui
indra fisik mereka, yaitu indra penglihatan,
peraba, pendengaran, perasa dan pencuiman.
Mereka memperhatikan dan mengingat
realitas dengan mudah dan mengingat fakta-
fakta, informasi, rumus-rumus dan aturan-
aturan khusus dengan mudah. Catatan atau
makalah adalah cara baik bagi orang-orang
ini untuk belajar. Pelajar SK harus mengatur
tugas-tugas menjadi proses tahap demi tahap
dan berusaha keras untuk mendapatkan
kesempurnaan pada setiap tahap. Mereka
menyukai pengarahan dan prosedur khusus.
Karena kebanyakaan dunia bisnis yang
sangat baik.

2) Pemikir Acak konkret (AK)
Pemikir Acak Konkret mempunyai
sikap eksperimental yang diiringi dengan
perilaku yang kurang terstruktur. Seperti
pemikir sekuensial konkret, mereka
berdasarkan pada kenyataan, tetapi ingin
melakukan pedekatan coba-salah (trial and
error). Karenanya, mereka sering melakukan
lompatan intuituf yang diperlukan untuk
pemikiran kreaktif yang sebenarnya.
Mereka mempunyai dorongan kuat
untuk menemukan alternatif dengan
mengerjakan segala sesuatu dengan cara
mereka sendiri. Waktu bukanlah perioritas
bagi orang-orang AK, dan mereka cenderung
tidak menperdulikannya terutama jika
sedang terlibat dalam situasi yang menarik.
Mereka lebih terorientasi pada proses
daripada hasil; akibatnya, proyek-proyek
sering kali tidak berjalan sesuai dengan yang
mereka rencanakan karena kemungkinan
yang muncul dan yang mengandung
ekplorasi selama proses.

3) Pemikir Acak Abstrak (AA)
Dunia nyata untuk pelajar acak
abstrak adalah dunia persasaan dan emosi.
Mereka tertarik pada nuansa, dan sebagian
lagi cenderung pada mistisisme. Pikiran AA
menyerap ide-ide, informasi, dan kesan dan
mengaturnya dengan reflek ( Kadang-
kadang hal ini memakan waktu lama hingga
orang lain tidak menyangka bahwa orang
AA mempunyai reaksi dan pendapat ).
Mereka mengingat degan sangat baik jika
informasi sipersonihikasikan. Perasaan juga
Jurnal MEDTEK, Vol u m e 1, N om or 2, Ok t ob er 20 0 9


lebih meningkatkan atau mempengaruhi
belajar mereka. Mereka merasa dibatasi
ketika berada dilingkungan yang dangat
teratur hingga Anga tidak menemuka
banyak dari mereka beketja diperusahaan
asuransi, bank atau sejenisnya. Mereka
berkiprah dilingkungan yang tidak teratur
yang berkaitan dengan orang-orang.
Pemikir AA mengalami peristiwa
secara holistik. Mereka perlu melihat
keseluruhan gambar sekaligus, bukan
bertahap. Dengan alasan inilah, mereka akan
terbantu jika mengetahui bagaimana segala
sesuatu terhubung dengan keseluruhanuya
sebelum masuk ke dalam detail.
Walaupun orang-orang AA cukup
banyak junlahnya, dunia tidak berjalan
dengan gaya AA. Orang-orang dengan cara
pikir seperti ini bekerja dengan baik dalam
situasi-situasi yang kreatif dan harus bekerja
lebih giat dalam situasi yang lebih teratur.
Inilah beberapa cara bagi orang-orang AA
untuk memanfaatkan bakat mereka degan
sebaik-baiknya.

4) Pemikir Sekuensial Abstrak (SA)
Realitis bagi para pemikir sekuensial
Abstrak adalah dunia teori metafisis dan
pemikiran abstrak. Mereka suka berpikir
dalam konsep dan menganalisa informasi.
Mereka sangat menghargai orang-orang dan
peristiwa-peristiwa yang teratur dan rapi.
Adalah mudah bagi mereka meneropong
hal-hal penting., seperti titik-titik kunci dan
detail-detail penting. Proses berpikir mereka
logis, rasional, dan intelektual.
Aktifitas favorit pemikir sekuensial
abstrak adalah membaca dan jika suatu
proyek perlu diteliti, mereka akan
melakukannya dengan mendalam. Mereka
ingin mengetahui sebab-sebab dibalik akibat
dan memahami teori serta konsep. Seperti
yang dapat anda bayangkan, orang-orang ini
adalah filosof-filosof besar dan ilmuwan-
ilmuwan peneliti. Biasanya, mereka lebuh
suka bekerja sendiri daripada berkelompok.

e. Menyeimbangkan Kekuatan Pikiran
Ketika Anda mengetahui cara berpikir
Anda, Anda akan menjadi pemikir yang
lebih seimbang dengan sesekali memaksa
diri Anda untuk menyerap informasi yang
kurang sesuai bagi anda. Inilah beberapa
latihan yang diusulkan oleh Ned Hermann,
seorang ahli dominan otak, untuk membantu
mengembangkan kuadran-kuadran yang
tidak begitu anda sukai.
1) Jika Anda adalah Pemikir Dominan Otak
Kanan (AA atau AK)
a) Pelajarilah bagaimana sebenarnya
cara kerja mesin yang sering anda
gunakan.
b) Aturlah foto-fota anda kedalam
album
c) Usahakalah untuk tepat waktu
sepanjang hari
d) Aturlah pengeluaran prubadi
e) Rangkailah rakitan model
berdasarkan instruksi
f) Bergabunglah dengan klub insvestasi
g) Atasi masalah yang ada dan
analisalah bagian-bagian utama.
h) Belajarlah untuk mengoprasikan
komputer pribadi
i) Tulislah tinjauan kritis terhadap film
favorit anda
j) Aturlah buku-buku Anda menurut
urutan jenisnya
2) Jika Anda adalah Pemikir Dominan Otak
Kiri (SA atau SK)
a) Usahakalah untuk memahami
perasaan binatang peliharaan anda
b) Temukan resep masakan dan
siapkanlah
c) Bermainlah dengan tanah liat dan
temukan hakikatnya
d) Buatlah lima ratus foto tangpa
menghawatirkan biayanya
e) Ciptakalah logo pribadi Anda
f) Kemudikanlah mobil ke mana saja
tanpa merasa bersalah
g) Bermainlah-mainlah dengan anak-
anak Anda dengan cara yang mereka
inginkan
h) Sisihkan waktu jeda perasaan
sepuluh menit setiap hari
i) Pasang musik yang Anda suka ketika
Anda ingin mendengarkannya.
j) Alami spiritualitas dengan cara non-
religius
H a sr u l , Pem a ha m a n Tent a ng Ga ya Bela j a r

k) Ambilah belokan yang keliru dan
telisuri lingkungan yang baru.
Orang-orang berbakat tampaknya
dapat belajar dengan cara yang sama baik
secara visual, auditorial, dan kinestetik.
Mereka lebih seimbang dalam mengunakan
belahan otak kanan dan otak kiri. Anda
dapat meningkatkan kemampuan Anda
untuk belajar dan berhubungan dengan
orang lain dengan mengembangkan
modalitas yang paling tidak Anda sukai.
Seorang visual dapat mengembangkan
cara-cara auditorial dan kinestetik dengan
berbicara mengenai berbagai hal dan
melakukannya dengan gerakan tubuh.
Misalnya, setelah menghadiri suatu seminar
ceritakanlah kepada seseorang secara
terperinci dengan menggunakan tangan dan
tubuh anda untuk menekankan hal-hal dan
informasi penting. Seorang auditorial,
tunggulah seminar selesai buatlah peta
pikiran dari informasi yang anda tangkap,
dengan menggunakan beraneka macam
warna, simbol, dan grafik. Seperti orang-
orang visual, Anda juga dapat
mengembangkan cara kinestetik dengan
melakukan konsep-konsep kunci dengan
gerakan tubuh, atau dengan benar-benar
membentuk model untuk
mendemonstrasikannya, kalau ini
memungkinkan. Seorang kinestetik, juga
dapat membuat peta pikiran dari materi
yang Anda dapatkan dan menarik gambaran
dari hal tersebut (orang kinestetik suka
menggambar) untuk mengembangkan gaya
visual Anda. Lalu bicarakanlah dengan suara
keras, dengan mengatur atau mengubah-
ubah nada dan keras suara Anda untuk
menekankan bagian-bagian penting. Cobalah
untuk berbicara dengan irama.

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan:
1. Gaya belajar manusia terdiri dari tiga,
yaitu: visual, auditorial dan kinestetik.
2. Gaya belajar merupakan modalitas belajar
seseorang yang built up sejak manusia
lahir. Tidak ada modalitas belajar yang
lebih baik antara ketiga modalitas belajar,
tergantung bagaimana
memaksimalkannya.
3. Dalam mengolah informasi, dapat
dipadukan menjadi empat kombinasi
kelompok perilaku yang kita sebut gaya
berpikir. Yaitu: skusensial konkret,
skuensial abstrak, acak konkret, acak
abstrak.
4. Observasi dan penelitian gaya belajar
siswa sangat diperlukan oleh pengajar
(guru, dosen, instruktur, tentor) untuk
mendesain model, pendekatan, strategi
dan metode pembelajaran.
Berdasarkan simpulan di atas, disarankan
beberapa hal:
1. Secara personal, diharapkan seseorang
dapat mengetahui gaya belajarnya
sehingga dapat memaksimalkan secara
maksimal potensi dan modalitas belajar
yang dimiliki.
2. Dalam hubungannya dengan
pembelajaran, pengajar seharusnya
melakukan obserbasi, eksplorasi dan
penelitian sebelum melakukan kegiatan
pembelajaran, sehingga dapat
menentukkan model, pendekatan, strategi
dan metode pembelajaran yang tepat
untuk mengakomodasi keseluruhan gaya
belajar peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA
Abdul Haling, 2007. Belajar dan
Pembelajaran. Makassar : Badan
Penerbit UNM.
Amstrong, Thomas, 2000. Sekolah Para
Juara: Menerapkan Multiple
Intellegences di Dunia Pendidikan,
Jakarta: Kaifa.
Bobbi Deporter & Hernacky, Mike, 2004.
Quantum Learning, Jakarta: Kaifa.
_______________________, Mike, 2004.
Quantum Teaching, Jakarta: Kaifa
Budiningsih, C. Asri, 2005. Belajar dan
Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Campbell, Linda, Bruce Campbell, Dee
Dickinson, 2004. Metode Praktis
Jurnal MEDTEK, Vol u m e 1, N om or 2, Ok t ob er 20 0 9


Pembelajaran Berbasis Multiple
Intellegences, terjemahan Tim Inisiasi,
Jakarta: Inisiasi Press.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Effendi, Agus, 2005. Revolusi Kecerdasan
Abad 21, Bandung: Alfabet.
Gardner, Howard, 1993. Frame of Mind: The
Theory of Multiple Intellegences, New
York: Basic Book.
______________, 2003. Kecerdasan
Majemuk: Teori dalam Pratek,
terjemahan Alexander Sindoro, Batam:
Interaksara.
Mohammad Surya. 2003. Psikologi
Pembelajaran & Pengajaran. Bandung:
Pusaka Bani Quraisy.
























Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ruslan, dkk. Edisi 2006. Panduan Penulisan
Skripsi dan Tugas Akhir. Fakultas
Teknik Universitas Negeri Makassar.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sternberg, Robert J, 1988. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian
Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Suparno, Paul, 2004. Teori Intelegensia Ganda
dan Aplikasinya di Sekolah, Yogyakarta:
Kanisius.

You might also like