PASIEN YANG DILAKUKAN GENERAL ANESTHESIA DENGAN TINDAKAN EXPLORATORY LAPAROTOMY Oleh: Rifqi Aulia Destiansyah !"#"$$" Pe%&i%&in': ()* Ristia+an Mu,i La-s.n./ S0*An LA1ORATORIUM SM2 ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSI2 2AKULTAS KEDOKTERAN UNI3ERSITAS 1RA4IJAYA RUMA5 SAKIT UMUM DR* SAI2UL AN4AR MALANG 6"7 1A1 I PENDA5ULUAN Anestesi yang berarti pembiusan, merupakan kata berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa". Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes, Sr pada tahun !"#. $erdapat beberapa %enis anestesi, antara lain lokal & in'iltrasi, blok & regional, umum & general. Anestesia umum adalah tindakan menghilangkan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersi'at dapat pulih kembali (reversibel). *omponen anestesia yang ideal terdiri dari+ hipnosis (hilang kesadaran), analgesi (hilang rasa sakit), dan relaksasi. ,ersiapan pra-bedah harus diperhatikan untuk menghindari ter%adinya e'ek samping dari anestesia. $u%uan utama kun%ungan pra anestesia ialah untuk mengurangi angka kesakitan operasi, mengurangi biaya operasi dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. ,ersiapan prabedah yang kurang memadai merupakan 'aktor risiko ter%adinya kecelakaan anestesia. .okter spesialis anestesi seharusnya mengun%ungi pasien sebelum pasien dibedah untuk menyiapkan pasien agar pasien dalam keadaan bugar pada /aktu pasien dibedah. 0erbagai penilaian harus dibuat termasuk anamnesis yang lengkap, pemeriksaan 'isik dan pemeriksaan laboratorium sehingga kebugaran 'isik pasien dapat diklasi'ikasi. *lasi'ikasi yang digunakan berasal dari The American Society of Anesthesiologists (ASA). Anestesi pada pembedahan darurat menghadapkan ahli anestesi dengan se%umlah tantangan tersendiri. .engan tingkat aspirasi yang tinggi dalam kasus-kasus darurat dan pasien dengan gangguan kesadaran. Antasida dan obat-obatan prokinetic belum menun%ukkan hasil yang memuaskan dalam menurunkan ke%adian aspirasi. Sebuah anestesi datang di beberapa unik. $indakan dalam penanganan anestesi dalam keadaan darurat merupakan masalah tersendiri. 1asalah yang paling sering ditemui adalah pencegahan aspirasi isi lambung dalam beberapa tipe operasi darurat. Anastesi untuk pasien dengan kondisi emergensi terutama pasien trauma, pasien dengan cedera kepala, pasien kebidanan untuk operasi sesar darurat yang perlu penanganan khusus. .urante operasi, dilakukan premedikasi yaitu pemberian obat satu hingga dua %am sebelum induksi anestesia dengan tu%uan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesia. Setelah itu, dilakukan induksi anestesia yaitu membuat pasien dari sadar men%adi tidak sadar sehingga memungkinkan dimulainya anestesia dan pembedahan. Sebelum memulai induksi anestesia selayaknya disiapkan peralatan dan obat-obatan yang diperlukan sehingga seandainya ter%adi kega/atan dapat diatasi dengan cepat dan baik. Setelah itu rumatan anestesia dapat diker%akan dengan secara intravena atau dengan inhalasi atau dengan campuran intravena inhalasi dan biasanya mengacu pada trias anestesia yaitu tidur ringan (hipnosis) sekedar tidak sadar, analgesia cukup, diusahakan agar pasien selama bedah tidak menimbulkan nyeri dan relaksasi otot lurik yang cukup. ,erhimpunan .okter Spesialis Anestesiologi Amerika Serikat (ASA) pada 2!# menentukan monitoring standar untuk oksigenasi, ventilasi, sirkulasi dan suhu badan perianestesia untuk semua kasus termasuk anestesia umum, analgesia regional dan pasien dalam keadaan diberikan sedativa sehingga in'ormasi organ vital selama peri anestesia dapat dimonitoring. Setelah pembedahan, pemulihan dari anestesia umum atau dari analgesia regional secara rutin dikelola di kamar pulih atau unit pera/atan pasca anestesi (33, Recovery Room atau ,A45, Post Anesthesia Care Unit). Idealnya bangun dari anestesia secara bertahap, tanpa keluhan dan mulus. Sering ditemukan hal-hal tidak menyenangkan akibat stres pasca bedah atau pasca anestesia yang berupa gangguan napas, gangguan kardiovaskular, gelisah, kesakitan, mual-muntah, menggigil dan kadang-kadang perdarahan. 1A1 6 TINJAUAN PUSTAKA 6*" Pe)it.nitis 6*"*" Definisi ,eritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh in'eksi pada selaput rongga perut&peritoneum. ,eradangan ini merupakan komplikasi berbahaya yang sering ter%adi akibat penyebaran in'eksi dari organ-organ abdomen seperti apendisitis, salpingitis, per'orasi ulkus gastroduodenal, ruptur saluran cerna, atau luka tembus abdomen. ,ada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap in'eksi bakteri secara inokulasi kecil. *ontaminasi yang terus-menerus, bakteri yang virulen, penurunan resistensi dan adanya benda asing atau en6im pencernaan akti' merupakan 'aktor yang memudahkan ter%adinya peritonitis. 6*"*6 Manifestasi Klinis 1ani'estasi klinis dari peritonitis adalah penderita tampak tidak bergerak, bunyi usus hilang, nyeri pada saat batuk, nyeri pada saat gerak, nyeri pada saat lepas, terdapat de'ans muskuler, serta terdapat tanda in'eksi seperti panas tinggi, leukositosis, perubahan mental seperti takut, gelisah atau somnolen (Ibrahim, 788") 6*6 Mana,e%en Jalan Nafas 8Airway9 ,ada pasien dalam keadaan anestesia posisi terlentang dan tidak sadar, tonus otot %alan napas atas, otot genioglossus hilang sehingga lidah akan menyumbat hipo'aring dan menyebabkan obstruksi %alan napas baik total maupun parsial. *eadaan ini sering ter%adi dan harus cepat diketahui serta dikoreksi dengan beberapa cara misalnya manuver triple %alan na'as, pemasangan pharyngeal airway, pemasangan laryngeal mask airway (91A), pemasangan endotracheal t!e (:$$). Obstruksi %uga dapat disebabkan karena spasme laring pada saat anestesia ringan dan mendapat rangsangan nyeri atau rangsangan oleh sekret. $anda-tanda obstruksi %alan na'as+ Suara na'as tambahan (Stridor, gargling, snoring) ;a'as cuping hidung 3etraksi trakea 3etraksi dinding dada $idak adanya udara ekspirasi . $riple Air/ay 1aneuver 1anuver ini terdiri dari + *epala ekstensi pada sendi atlanto-oksipital 1andibula didorong ke depan pada kedua angulus mandibula 1ulut dibuka .engan manuver ini diharapkan lidah terangkat dan %alan na'as bebas sehingga gas atau udara lancar masuk trakea le/at hidung atau mulut. 7. ,haryngeal Air/ay <ika manuver triple kurang berhasil, maka dapat dipasang oro-pharyngeal air/ay (O,A) atau naso-pgaryngeal air/ay (;,A). O,A + berbentuk pipa pipih lengkung seperti huru' 4 berlubang di tengahnya dengan salah satu u%ungnya bertangkai dengan dinding lebih keras untuk mencegah kalau pasien menggigit lubang tetap paten sehingga aliran udara tetap ter%amin. O,A %uga dipasang bersama pipa trakea atau sungkup laring untuk men%aga patensi kedua alat tersebut dari gigitan pasien. ;,A + berbentuk pipa bulat berlubang tengahnya dibuat dari bahan karet lateks lembut. ,emasangan harus hati-hati dan untuk menghindari trauma mukosa hidung pipa diolesi dengan %elly. "# $ace mask $ace mask mengantar udara&gas anestesi dari alat resusitasi atau sistem anestesi ke %alan na'as pasien. 0entuknya dibuat sedemikian rupa sehingga ketika digunakan untuk berna'as spontan atau dengan tekanan positi' tidak bocor dan gas masuk semua ke trakea le/at mulut atau hidung. 0entuk sungkup muka sangat beragam bergantung usia dan pembuatnya. 5kuran 8= untuk bayi baru lahir, 87-8 untuk anak kecil, 7-= untuk anak besar dan "-> untuk de/asa. Sebagian sungkup muka dari bahan transparan supaya udara ekspirasi kelihatan (berembun) atau kalau ada muntahan atau bibir ter%epit terlihat. %# &aryngeal 'ask Airway 91A adalah alat %alan na'as berbentuk sendo terdiri dari pipa besar berlubang dengan u%ung menyerupai sendok yang pinggirnya dapat dikembangkempiskan seperti balon pada pipa trakea. $angkai 91A dapat berupa pipa keras dari polivinil atau lembek dengan spiral untuk men%aga supaya tetap paten. 4ara pemasangan 91A dapat dilakukan dengan atau tanpa bantuan laringoskop. Sebenarnya alat ini dibuat dengan tu%uan di antaranya supaya dapat dipasang langsung tanoa bantuan alat dan dapat digunakan %ika intubasi trakea diramalkan mengalami kesulitan. 91A memang tidak dapat mengganti kedudukan intubasi trakea, tetapi terletak di antara sungkup mua dan intubasi trakea. ,emasangan hendaknya menunggu anestesia cukup dalam atau menggunakan pelumpuh otot untuk menghindari trauma rongga mulut, 'aring-laring. Setelah alat terpasang, untuk menghindari pipa na'asnya tergigit maa dapat dipasang gulungan kain kasa atau O,A. (# )ndotracheal T!e :$$ atau pipa trakea mengantar gas anestesi langsung e dalam trake dan biasanya dibuat dari bahan standar polivinil-klorida. ,ipa trakea dapat dimasukkan melalui mulut (endotracheal tube) atau melalui hidung (nasotracheal tube). #. 9aringoskopi dan intubasi ?ungsi laring adalah mencegah benda asing masuk ke paru. *esulitan memasukan pipa trakea berhubungan dengan variasi anatomi yang di%umpai. *lasi'ikasi tampakan 'aring pada saat mulut terbuka maksimal dan lidah di%ulurkan maksimal menurut 1alampati dibagi men%adi " gradasi + G)a(asi Pila) fa)in' U:ula Palatu% M.lle " @ @ @ 6 - @ @ $ - - @ 7 - - - Indikasi intubasi trakea + Intubasi trakea adalah tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima glotis sehingga u%ung distalnya berada kira-kira di pertengahan trakea antara pita suara dan bi'ukarsio trakea. Indikasi sangat bervariasi dan umumnya digolongkan sebagai berikut+ 1en%aga patensi %alan na'as oleh sebab apapun + kelainan anatomi, bedah khusus, bedah posisi khusus, pembersihan sekret %alan na'as dan lain-lain 1empermudah ventilasi positi' dan oksigenasi. 1isalnya, saat resusitasi memungkinan penggunaan relaksan dengan e'isien, ventilasi %angka pan%ang ,encegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi *esulitan intubasi+ ) 4ongenital + ,ierre 3obin syndrome. 7) Anatomical + variasi dari gigi, dagu, mandibula, leher yang pendek dan tebal, kehamilan =) AcAuired + e.g. scarring, s/elling, malignancy, rheumatoid arthritis. *omplikasi intubasi + Selama intubasi + trauma gigi-geligi, laserasi bibir gusi laring, merangsang sara' simpatis, intubasi bronkus, intubasi eso'agus, aspirasi, spasme bronkus Setelah ekstrubasi+ spasme laring, aspirasu, gangguan 'onasi, edema glotis- subglotis, in'eksi laring 'aring trakea. 6*$ 1)eathin' %ana'e%ent <enis-%enis gangguan na'as + . Hipoventilasi pada pasien hipoventilasi dapat diberikan oksigen dengan + nasal canule 7-=lpm dapat meningkatkan 'raksi =8B simple mask #-!lpm dapat meningkatkan 'raksi #8B ;301 7-=lpm dapat meningkatkan 'raksi !8B 0ag mask&<ackson reese 7-=lpm dapat meningkatkan 'raksi 88B 7. Aspirasi paru Aspirasi paru dapat disebabkan oleh cairan yang masuk ke trakea dan bronkus, menyebabkan ter%adinya oksigen sulit masuk ke alveoli sehingga darah di kapiler paru kurang memba/a O7. ,ada pasien dengan aspirasi paru harus segera dilakukan + 1engeluarkan cairan dengan cara meletakkan posisi kepala lebih rendah, tepuk- tepuk dada, bantu batuk, apabila ada alat bantu suction dapat digunakan untuk mengeluarkan cairan. 0eri O7 0eri na'as buatan =. Apneu & gagal na'as ,ada pasien dengan gagal na'as harus segera dilakukan rescue breathing. Ada beberapa cara memberikan na'as bantuan + 1outh to mouth 0ag valve mask (ambubag) Intubasi trakea Centilator 1A1 $ LAPORAN KASUS $*" I(entitas Pasien ;ama + $n. Sai'ul An/ar 5sia + 7> tahun <enis *elamin + 9aki-laki Alamat + ,asuruan 0erat 0adan + >7 kg 3egister + !8DDD .ira/at di + 3.2 $anggal dilakukan Anestesi + > <uni 78" 9ama anestesi + E 7 %am =8 menit (88.=8 - 8=.88) .iagnosis pra bedah + ,eritonitis Feneralisata dt Appendicitis Akut ,er'orata <enis pembedahan + :ksplorasi 9aparotomi <enis anestesi + Feneral Anaesthesia (FA) via Intubasi $*6 P)e;O0e)asi 8< Juni 6"79 $*6*" Ana%nesa P)e;O0e)asi A (Alergy) + $idak didapatkan Alergi terhadap obat, asma (-) 1 ('edication) + Selama minggu dira/at di 3SI Aisyah 1alang diberikan obat- obaran seperti 3anitidin, Ondansentron, Antrain, 1agtral syrup. , (Past *istory of 'edication) + 3i/ayat .1 (-), H$ (-), icterus (-), pasien tidak pernah mengecek ri/ayat penyakitnya. 9 (&ast 'eal) + ,asien terakhir makan E 7 hari S13S, mual (@), muntah (-) : ()licit *istory) + ;yeri perut di seluruh lapangan perut kanan ba/ah yang dia/ali dengan nyeri di ulu hati se%ak minggu S13S. $*6*6 Pe%e)i-saan 2isi- P)e;O0e)asi 0 + Air/ay paten, na'as spontan, 33 7"D&mnt, 3h (-), Wh(-), mallampati , leher ektensi bebas, %arak tiromental lebih dari # cm, buka mulut lebih dari = %ari, 07 + akral hangat, kering, merah, nadi 28D&mnt, $. 78&!8, 43$ G 7", SS7 single regular, murmur (-) 0= + F4S ">#, pupil bulat isokor, re'lek cahaya @&@ 0" + 0A* (@), kateter urin (@), urin /arna kuning (@), produksi urine >88cc (dibuang) 0> + slight distended, rigid, 05 (@) menurun, de'ance muscular (@) 0# + edema (-) $*6*$ Pe%e)i-saan La&.)at.)iu% P)e;O0e)asi .arah 9engkap Hb +=,8 gr&dl (; + - #,> gr&dl) 9eukosit + 2.888 &Hl (; + =.>88 - 8.888 &Hl) $rombosit + =8.888 &Hl (; + "7.888 - "7".888 &Hl) Hematokrit+ "8,"8 B (; + =>,8 - >8,8 B) Serum :lektrolit ;atrium + =7 mmol&l (; + =# - "> mmol&l) *alium + ".= mmol&l (; + =,> - >,8 mmol&l) 4hlorida + 22 mmol&l (; + 2! - 8# mmol&l) ?aal Hemostasis ,,$ + 8,I detik (*ontrol ,8 detik) A,$$ + 7,# detik (*ontrol 7#," detik) ?aal Fin%al 5reum + I,28 mg&d9 (;+ #,# J "!,>) 4reatinine + 8,2! mg&d9 (;+ G,7) 0erdasarkan pemeriksaan 'isik dan laboratorium, maka pasien ini dikategorikan ke dalam ASA 7 dengan masalah slight distended abdomen dan hiponatremi (=7) 3encana tindakan anestesi K FA (intubasi) $*$ Du)ante O0e)asi $*$*" La0.)an Anestesi Du)ante O0e)atif <enis anestesi + Feneral anaesthesia $eknik anestesi + Intubasi 9ama anestesi + 88.=8 - 8=.88 9ama operasi + 8.88 - 87.=8 ,remedikasi +. *alneD g 7. 1etoclopramide mg =. 3anitidin >8mg ". *etorolac =8mg >. Ondansentron "g $*$*6 Pe%&e)ian =ai)an 4airan masuk+ ,re operati' + 39 #28 cc .urante operati' + 39 #8 cc 4airan keluar+ ,erdarahan + @ =88 cc ,roduksi urin + ,reoperat' + >88 cc (dibuang) .urante operati' + =88 cc :0C+ =#"8 cc A09+ "88 cc 1+ 27 cc&%am O # + =7cc $*7 P.st.0e)atif $*7*" La0.)an Anestesi P.st.0e)atif (i RR ,a% *$ *eluhan pasien+ m ual (-), muntah (-), pusing (-), nyeri (-) ,emeriksaan 'isik+ 0+ Air/ay paten, na'as spontan dengan O7 nasal canul = lpm, 33 78D&menit, 3H(-),Wh(-). 07+ akral hangat, kulit merah, nadi 2D&menit, $. 7=&! mmHg 0=+ F4S ">#, pupil bulat isokor, re'lek cahaya @&@ 0"+ .4 (@) ,roduksi 5rin >8cc&7 %am 0>+ 05 (@), soe'l, mual (-), muntah (-) 0#+ mobilitas terbatas $erapi ,asca 0edah IC?. ;S+.>&7 ;S K 7+ In% cipro'loDacin 7D"88mg In% metronida6ole =D>88mg In% ketorolac =D=8mg In% ranitidin 7D>8mg In% metoclopramide =D8mg In% alinamin ? D amp $*7*6 R* "! >?>?6"7@@@@@@@@@@@ 0+ air/ay paten, 33 #D&menit, 3H(-), Wh(-), oksigen ! lpm 07+ akral hangat, ;adi I8 D&menit, $. 78&!8 mmHg 0=+ F4S ">#, pupil bulat isokor, re'lek cahaya @&@ 0"+ .4(@) ,5+ 788cc&7" %am 0>+ 05 (@), soe'l, mual (-), muntah (-) 0#+ mobilitas terbatas Te)a0i: IC?. ;S+.>&7 ;S K 7+ In% cipro'loDacin 7D"88mg In% metronida6ole =D>88mg In% ketorolac =D=8mg In% ranitidin 7D>8mg In% metoclopramide =D8mg In% alinamin ? D amp 1A1 I3 PEM1A5ASAN ,ada tanggal > <uni 78", pasien Sdr. Sai'ul An/ar, laki-laki berusia 7# tahun datang ke Instalasi 3a/at .arurat 3SSA 1alang dengan ru%ukan dari 3SI Aisyiyah 1alang dengan keluhan utama nyeri pada seluruh bagian perut se%ak minggu, bersi'at progresi' dan a/alnya hanya di ulu hati kemudian semakin lama semakin menyebar dan semakin sakit. .ari anamnesis didapatkan pasien tidak memiliki ri/ayat alergi terhadap obat- obatan, pemakaian obat %angka pan%ang disangkal, %uga tidak memiliki ri/ayat .1, hipertensi maupun asma sebelumnya. .ari pemeriksaan 'isik didapatkan + 0 + Air/ay paten, na'as spontan, 33 #-78D&mnt, 3h (-), Wh(-), , leher ektensi bebas, %arak tiromental lebih dari # cm, buka mulut lebih dari = %ari, ronchi (-), /hee6ing (-) 07 + akral hangat, kering, merah, nadi !!D&mnt, $. 7>&I>, 43$ G 7", SS7 single regular, murmur (-) 0= + F4S ">#, pupil bulat isokor, re'lek cahaya @&@ 0" + 0A* spontan (@), urin /arna kuning (@), produksi urine 788cc (dibuang) 0> + 05 (@) mual (-), muntah (@) de'ans muskular (@) distended (@) 0# + akral hangat .ari pemeriksaan 'isik di atas, pasien tidak dalam kondisi shock. .an dari hasil laboratorium didapatkan kelainan berupa hiponatremia senilai =7 mg&dl. Sehingga dari seluruh hasil pemeriksaan, pasien dikategorikan sebagai ASA 7 dengan distensi abdomen dan hiponatremia. Operasi eksplorasi laparotomi dilakukan pada tanggal > <uni 78", telah dilakukan visite pre-operasi pada pasien, dengan diagnosis peritonitis generalisata et causa appendisitis per'orata. ,ada pasien direncanakan untuk dilakukan general anestesi dengan teknik intubasi. .alam menilai %alan na'as terdapat beberapa tahap yang harus diker%akan, dimulai dari membuka %alan na'as terlebih dahulu, evaluasi %alan na'as (look, listen,'eel),periksa %alan na'as apakah ada benda asing atau tidak %ika ada maka lakukan 'inger s/ep, selan%utnya pertahankan %alan na'as %ika sudah dipastikan bah/a air/aynya patent. .ari pemeriksaan 'isik yang telah dilakukan, pasien masih mampu melakukan komunikasi, itu membuktikan bah/a %alan na'as pasien tersebut masih patent. ,ada pasien ini tidak didapatkan kelainan pada air/ay maupun breathing tapi untuk mencegah ter%adinya hipoksia, pasien diberikan tambahan oksigen, berupa nasal canule = lpm untuk mencegah ter%adinya hipoksia pada pasien. 1A1 3 PENUTUP ,ada tanggal > <uni 78", pasien Sdr. Sai'ul An/ar, laki-laki berusia 7# tahun datang ke Instalasi 3a/at .arurat 3SSA 1alang dengan ru%ukan dari 3SI Aisyiyah 1alang dengan keluhan utama nyeri pada seluruh bagian perut se%ak minggu, bersi'at progresi' dan a/alnya hanya di ulu hati kemudian semakin lama semakin menyebar dan semakin sakit. .ari seluruh hasil pemeriksaan, pasien dikategorikan sebagai ASA 7 dengan distensi abdomen dan hiponatremia. Operasi eksplorasi laparotomi dilakukan pada tanggal > <uni 78", telah dilakukan visite pre-operasi pada pasien, dengan diagnosis peritonitis generalisata et causa appendisitis per'orata. ,ada pasien direncanakan untuk dilakukan general anestesi dengan teknik intubasi. ,ada pasien ini diberikan pemberian oksigen dengan nasal canul = lpm saat pre operasi, durante operasi hingga post operasi, dengan tu%uan mencegah ter%adinya hipoksia.