You are on page 1of 26

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN GOUT ARTRITIS (ASAM URAT)




Disusun Guna untuk Memenuhi Tugas Praktik
Keperawatan Komunitas Keluarga







Disusun oleh:
PITOYO
J230135066





PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014





LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN GOUT ARTRITIS
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa
keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial setiap anggota.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga
sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah,
ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta mempertahankan
budaya.
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).
Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit
terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997)
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua
orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan
emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan
untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan


perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam
rangka mencapai tujuan bersama.
2. Tipe Keluarga
a. Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga,
yaitu :
1) Keluarga Tradisional
a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-
anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
b) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya
dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah,
atau ditinggalkan.
c) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak
atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
d) Bujang dewasa yang tinggal sendiri
e) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari
nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau
bekerja.
f) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih
atau anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah
geografis.
2) Keluarga non tradisional
a) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak
menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
b) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai
anak
c) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin
sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
d) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang
sama.



b. Menurut Allender dan Spradley (2001)
1) Keluarga tradisional
a) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat
b) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya
kakek, nenek, paman, dan bibi
c) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak
d) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
perceraian atau kematian.
e) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang
dewasa saja
f) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
yang berusia lanjut.
2) Keluarga non tradisional
a) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian
darah hidup serumah
b) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah
c) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup
bersama dalam satu rumah tangga
c. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan
(2005)
1) Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.
2) Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
3) Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan.



3. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985
dan Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
a. Tahap I : Keluarga Pemula
Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap
pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah membangun
perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana.
b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai
umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan
keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek
dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing
pasangan.
c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur
2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan
anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar
keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan
kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan
bermain anak.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13
tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan
anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan
hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik


anggota keluarga, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak
saat menyelesaikan tugas sekolah.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan
perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-
anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan
tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup
anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda
dengan tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus
keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari
hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut
usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan.
Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan
berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya adalah
menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang
memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh
hubungna perkawinan yang kokoh.
h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa
pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal
dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan
keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan


hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.
4. Struktur keluarga
Struktur keluarga terdiri atas:
a. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui
garis keturunan ayah.
b. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui
garis keturunan ibu.
c. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah dari istri.
d. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah dari suami.
e. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
dari keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
Ciri-ciri struktur keluarga:
a. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan
tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi
dan tugas masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012)
membagi struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran
keluarga, nilai dan norma keluarga, dan kekuatan keluarga.
a. Struktur komunikasi keluarga.
Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara
emosional, komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkular.
Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu dalam keluarga


dapat mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau marah
diantara para anggota keluarga. Pada komunikasi verbal anggota
keluarga dapat mengungkapkan apa yang diinginkan melalui kata-kata
yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh. Komunikasi
sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga,
misalnya pada saat istri marah pada suami, maka suami akan
mengklarifikasi kepada istri apa yang membuat istri marah.
b. Struktur peran keluarga
Peran masing masing anggaota keluarga baik secara formal
maupun informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan
keluarga.
c. Struktur nilai dan norma keluarga
Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah
baik atau bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran-peran yang
dilakukan manusia, berasal dari nilai budaya terkait. Norma mengarah
kepada nilai yang dianut masyarakat, dimana norma-norma dipelajari
sejak kecil. Nilai merupakan prilaku motivasi diekspresikan melalui
perasaan, tindakan dan pengetahuan. Nilai memberikan makna
kehidupan dan meningkatkan harga diri (Susanto, 2012, dikutip dari
Delaune, 2002). Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan
yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam
satu budaya. Nilai keluarga merupakan suatu pedoman perilaku dan
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola
prilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam
keluarga.
d. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun
potensial dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku
orang lain berubah kearah positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga
antara lain: hak untuk mengontrol seperti orang tua terhadap anak
(legitimate power/outhority), seseorang yang ditiru (referent power),
pendapat, ahli dan lain-lain (resource or expert power), pengaruh


kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima (reward power),
pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya (coercive power),
pengaruh yang dilalui dengan persuasi (informational power), pengaruh
yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan
seksual (affective power).
5. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur
keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan
Darmawan (2005), yaitu:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan
sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak,
memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,
meneruskan nilai-nilai budaya anak.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga
dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga
serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan
spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta
mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti
sandang, pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan
sumber daya keluarga.
e. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn
keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk
kelanjutan generasi selanjutnya.


f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih
saying dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga,
membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan
identitas keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan
anak untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
6. Tugas Keluarga dalam bidang kesehatan
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.
Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai
paparan etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat
penjajagan tahap II bila ditemui data malaadapti pada keluarga. Lima tugas
keluarga yang diaksud adalah:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda
dan gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah
yang dialami keluarga.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana
masalah dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah
yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat
negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system
pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota
keluarga yang sakit.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan
perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada


dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang
sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang
dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan
keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam
dan lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan
keluarga.
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada,
keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah
pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang
kurang baik yang dipersepsikan keluarga.

B. KONSEP PENYAKIT GOUT ARTRITIS
1. Pengertian
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan
defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia (Brunner & Suddarth,
2004). Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan
asam urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. Artritis pirai (gout) merupakan
suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal asam urat di daerah persendian yang
menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut.
Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (goutartritis).
Selain osteoartritis, asam urat merupakan jenis rematik artikuler terbanyak yang
menyerang penduduk indonesia. Penyakit ini merupakan gangguan metabolik
karena asam urat (uric acid) menumpuk dalam jaringan tubuh, yang kemudian
dibuang melalui urin. Pada kondisi gout, terdapat timbunan atau defosit kristal
asam urat didalam persendian (Wijayakusuma, 2006).
Selain itu asam urat merupakan hasil metabolisme normal dari pencernaan
protein (terutama dari daging, hati, ginjal, dan beberapa jenis sayuran seperti
kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin yang seharusnya akan
dibuang melalui ginjal, feses, atau keringan (Sustrani, 2004).


Jadi, Gout atau sering disebut asam urat adalah suatu penyakit metabolik
dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan
asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.

2. Etiologi
Menurut (Ahmad, 2011) penyebab asam urat yaitu :
1. Faktor dari luar Penyebab asam urat yang paling utama adalah makanan atau
faktor dari luar. Asam urat dapat meningkat dengan cepat antara lain
disebabkan karena nutrisi dan konsumsi makanan dengan kadar purin tinggi.
2. Faktor dari dalam Adapun faktor dari dalam adalah terjadinya proses
penyimpangan metabolisme yang umumnya berkaitan dengan faktor usia,
dimana usia diatas 40 tahun atau manula beresiko besar terkena asam urat.
Selain itu, asam urat bisa disebabkan oleh penyakit darah, penyakit sumsum
tulang dan polisitemia, konsumsi obat obatan, alkohol, obesitas, diabetes
mellitus juga bisa menyebabkan asam urat.

3. Jenis-jenis Gout Arthritis
Menurut (Ahmad, 2011) jenis asam urat yaitu :
1. Gout primer
Pada gout primer, 99 persen penyebabnya belum diketahui (idiopatik).
Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
meningkatnya produksi asam urat atau bisa jugadiakibatkan karena
berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
2. Gout sekunder
Pada gout sekunder disebabkan antara antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar
purin tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun
asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk asam amino, unsur pembentuk
protein. Produksi asam urat juga akan meningkat apabila adanya penyakit
darah ( penyakit sumsum tulang, polisetemia), mengonsumsi alkohol, dan
penyebab lainnya adalah faktor obesitas (kegemukan), penyakit kulit
(psoriasis), kadar trigiserin yang tinggi.




4. Tahap Perkembangan Penyakit Gout Arthritis
Menurut (Wijayakusuma, 2006) ada 4 tahap penyakit gout yaitu :
1. Asimptomatik
Pada tahap ini, meskipun kadar asam urat dalam darah meningkat, tetapi
tidak menimbulkan gejala.
2. Akut
Serangan pertama mendadak dan memuncak, menyebabkan rasa nyeri
yang hebat pada sendi yang terkena. Biasanya, disertai tanda peradangan,
seperti pembengkakan sendi, panas, dan tampak kemerahan. Serangan
dapat cepat berlalu dan kembali lagi dalamwaktu tertentu.
3. Interkritikal
Merupakan masa bebas dari gejala sakit diantara dua serangan gout akut.
Banyak penderita yang mengalami serangan kedua dalam 6 bulan sampai 2
tahun. Serangan yang tertunda tersebut dapat terjadi karena tidak diobati
secara terus menerus.
4. Kronis
Jika gout tidak dirawat secara baik, akhirnya akan menjadi kronis. Pada
kondisi ini, rasa nyeri di sendi berlangsung secara terus-menerus serta
terdapat timbunan kristal asam urat yang banyak didalam jaringan lunak,
tulang rawan, selaput diantara tulang dan tendo, timbunan asam urat tersebut
membentuk tofus. Adapun radang kronik dan endapan asam urat, membuat
persendian susah digerakan.

5. Tanda dan Gejala
Pada gout biasanya serangan terjadi secara mendadak (kebanyakan
menyerang pada malam hari). Jika gout menyerang sendisendi yang terserang
tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit diatasnya terasa panas disertai rasa
nyeri yang hebat, dan persendian sulit digerakan ( Wijayakusuma, 2006).
Gejala lain adalah suhu badan menjadi demam, kepala terasa sakit, nafsu
makan berkurang, dan jantung berdebar. Serangan pertama gout pada umumnya
berupa serangan akut yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki. Namun, gejala-
gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain seperti tumit, lutut dan siku.
Dalam kasus encok kronis, dapat timbul tofus (tophus), yaitu endapan seperti
kapur pada kulit yang membentuk tonjolan yang menandai pengendapan kristal
asam urat (Wijayakusuma,2006).


1. Gout arthritis akut
- Diakibatkan oleh trauma, konsum alkohol, atau stress
- Biasanya monoartikuler. menyerang sendi metatarsofalangeal dari ibu jari,
ankle, lutut, tumit atau siku
- Nyeri Akut
- Terlihat warna kemmerahan pada sendi yang terserang. panas, bengkak,
dan sendi lembut.
- Demam
- Malaise
- Peningkatan angka leukosit
2. Gout arthritis kronik
- Terdapat tofi yaitu nodul yang berwarna kemerahan yang dapat digerakkan,
sering terjadi pada helik daun telinga, jaringan disekeliling sendi dan bursae,
terutama mengelilingi siku dan lutut, disepanjang tendon jari, tumit, ankle
dan pergelangan tangan, dipermukaan ulnar tangan, disepanjang kaki serta
pada dearah-daerah tertekan. Kulit pada area tofi mengalami ulserasi,
pengeluaran eksudat yang berisi sel inflamase dan kristal urat.
- Range of motion terbatas dan kekakuan sendi
Ulserasi pada tofi dengan mengeluarkan eksudat.

6. Patofisiologi
Asam urat adalah produk sisa metabolisme purin. Pada keadaan normal terjadi
keseimbangan antara produksi dan ekskresi. Sekitar dua pertiga (2/3) Jumlah
yang, diproduksi setiap hari diekskresikan melalui ginjal dan sisanya melalui
feses. Serum asam urat normal dipertahankan antara 3,4 7,0 mg/dl pada pria
dan 2,4 6,0 pada wanita, pada level lebih dari 7,0 mg/dl akan terbentuk kristal
monosodium urat.
Faktor-faktor yang merupakan presipitasi pembentukan kristal dan deposit di
jaringan antara lain :
Penurunan PH cairan ekstraseluler
Penurunan protein plasma pengikat kristal-kristal urat
Trauma jaringan
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besardari 7,0
mg/dl) dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodiumurat. Peningkatan
atau penurunan kadar asam urat serum yang mendadak mengakibatkan serangan


gout. Apabila kristal urat mengendap dalam sebuah sendi, maka selanjutnya
respon inflamasi akan terjadi dan serangan gout pun dimulai. Apabila serangan
terjadi berulang-ulang, mengakibatkan penumpukan kristal natrium urat yang
dinamakan tofus akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki,
tangan, dan telinga (Smeltzer & Bare, 2001). Pada kristal monosodium urat yang
ditemukan tersebut dengan imunoglobulin yang berupa IgG. Selanjutnya
imunoglobulin yang berupa IgG akan meningkat fagositosis kristal dengan
demikian akan memperlihatkan aktivitas imunologik (Smeltzer & Bare, 2001).
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat
yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh,
penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut
dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi
juga menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat
maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini akan
menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak.
Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri
yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang
sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudian
mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanya
disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung
berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan
gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2
tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan
polyarticular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan
yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau gout
kronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar
pada kartilago, membrane synovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di
jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles dan organ
internal seperti ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan mengeluarkan
pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal asam urat.



7. Pemeriksaan Penunjang
1. Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan
hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
2. Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm
3
selama
serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas
normal yaitu 5000 - 10.000/mm
3
.
3. Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate
mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di
persendian.
4. Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan
asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam
asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level
asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan
gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam urat.
Instruksikan pasien untuk menampun semua urin dengan peses atau tisu
toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet purin normal
direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada
waktu itu diindikasikan.
5. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau material
aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang tajam,
memberikan diagnosis definitif gout.
6. Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan
tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit
berkembang progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang
berada di bawah sinavial sendi.

8. Komplikasi
1. Radang sendi akibat asam urat (gout arthritis)
Komplikasi hiperurisemia yang paling dikenal adalahradang sendi (gout).
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa, sifatkimia asam urat cenderung


berkumpul di cairan sendi ataupunjaringan ikat longgar. Meskipun
hiperurisemia merupakan faktorresiko timbulnya gout, namun hubungan secara
ilmiah antarahiperurisemia dengan serangan gout akut masih belum
jelas.Athritis gout akut dapat terjadi pada keadaan konsentrasi asam uratserum
yang normal. Akan tetapi, banyak pasien denganhiperurisemia tidak mendapat
serangan athritis gout.
Keluhan utama serangan akut dari gout adalah nyeri sendi yang amat
sangat yang disertai tanda peradangan (bengkak, memerah, hangat dan nyeri
tekan). Adanya peradangan juga dapat disertai demam yang ringan. Serangan
akut biasanya puncaknya 1-2 hari sejak serangan pertama kali. Namun pada
mereka yang tidak diobati, serangan dapat berakhir setelah 7-10 hari.
Serangan biasanya berawal dari malam hari. Awalnya terasa nyeri yangsedang
pada persendian. Selanjutnya nyerinya makin bertambahdan terasa terus
menerus sehingga sangat mengganggu.
2. Komplikasi Hiperurisemia pada Ginjal
Tiga komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal, gangguan
ginjal akut dan kronis akibat asam urat. Batuginjal terjadi sekitar 10-25% pasien
dengan gout primer. Kelarutankristal asam urat meningkat pada suasana pH
urin yang basa.Sebaliknya, pada suasana urin yang asam, kristal asam urat
akanmengendap dan terbentuk batu.
Gout dapat merusak ginjal, sehingga pembuangan asam urat akan
bertambah buruk. Gangguan ginjal akut gout biasanyasebagai hasil dari
penghancuran yang berlebihan dari sel ganas saatkemoterapi tumor.
Penghambatan aliran urin yang terjadi akibatpengendapan asam urat pada
duktus koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal ginjal akut.
Penumpukan jangka panjang darikristal pada ginjal dapat menyebabkan
gangguan ginjal kronik.

9. Pencegahan
1. Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu : Jeroan
(jantung, hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacang-
kacangan, Bayam, Udang, Daun melinjo.
2. Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan
dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita
gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus


diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori
yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya
badan keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urine.
3. Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi
sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.
4. Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang
mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal,
otak, paru dan limpa.
5. Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin.
Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya
dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
6. Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan
segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah
semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain
buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena
buah-buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya
dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan
lemak yang tinggi.
7. Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat
mereka yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang
tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan
asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat
dari tubuh

10. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas
Nama, umur (sekitar 50 tahunan), alamat, agama, jenis kelamin (biasanya
95% penderita gout adalah pria), dll
b) Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari
kaki (sendi lain)
c) Riwayat Penyakit Sekarang


P (Provokatif) : Kaji penyebab nyeri
Q (Quality / qualitas) : Kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan klien
R (Region) : Kaji bagian persendian yang terasa nyeri (biasanya
pada pangkal ibu jari)
S (Saverity) : Apakah mengganggu aktivitas motorik ?
T (Time) : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan ? (Biasanya
terjadi pada malam hari)
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal ?
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita
penyakit yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.
f) Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Psikologi : Biasanya klien mengalami peningkatan stress
Sosial : Cenderung menarik diri dari lingkungan
Spiritual :Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien menjalankan
ibadah menurut agamanya
g) Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
Kebutuhan nutrisi
Makan :Kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan
kaya protein)
Minum :Kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)

Kebutuhan eliminasi
BAK : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
BAB : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara mandiri akibat nyeri dan pembengkakan
h) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :
1) Tingkat kesadaran
2) GCS
3) TTV
b. Peningkatan penginderaan


1) Sistem integument
Kulit tampak merah atau keunguan, kencang, licin, serta teraba
hangat
2) Sistem penginderaan
Mata : Kaji penglihatan, bentuk, visus, warna sklera, gerakan
bola mata
Hidung : Kaji bentuk hidung, terdapat gangguan penciuman atau
tidak
Telinga : Kaji pendengaran, terdapat gangguan pendengaran
atau tidak, biasanya terdapat tofi pada telinga
3) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : Apakah ada pembesaran vena jugularis
Palpasi : Kaji frekuensi nadi (takhikardi)
Auskultasi : Apakah suara jantung normal S1 + S2 tunggal /
ada suara tambahan
4) Sistem penceranaan
Inspeksi : Kaji bentuk abdomen, ada tidaknya pembesaran
pada abdomen
Palpasi : Apakah ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : Apakah kembung / tidak
Auskultasi : Apakah ada peningkatan bising usus
5) Sistem muskuluskeletal
Biasanya terjadi pembengkakan yang mendadak (pada ibu jari)
dan nyeri yang luar biasa serta juga dapat terbentuk kristal di
sendi-sendi perifer, deformitas (pembesaran sendi)
6) Sistem perkemihan
Hampir 20% penderita gout memiliki batu ginjal
i) Pemeriksaan diasnostik.
Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat perubahan yang berarti
dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada kasus lebih lanju,
terlhat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil (punch out).

2. Diagnosa keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian
3. Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah.


















3. Intervensi keperawatan
No Diagnose
keperawatan
Intervensi keperawatan Rasional
1. Nyeri berhubungan
dengan proses
penyakit
Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas
(skala 0-10).
Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-
tanda rasa sakit yang nonverbal.
Berikan posisi yang nyaman, sendi yang nyeri
(kaki) diistirahatkan dan diberikan bantalan.

Berikan kompres hangat atau dingin.




Cegah agar tidak terjadi iritasi pada tofi, misal
menghindari penggunaan sepatu yang sempit, terantuk
benda yang keras.
Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien
untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit,
hindari gerakan yang menyentak.
Berikan masase lembut.
Membantu dalam mengendalikan kebutuhan
manajemen nyeri dan keefektifan program.
Istirahat dapat menurunkan metabolisme setempat dan
mengurangi pergerakan pada sendi yang sakit.
Bantalan yang empuk/lembut akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat dan
menempatkan stress pada sendi yang sakit.
Pemiberian kompres dapat memberikan efek
vasodilatasi dan keduanya mempunyai efek
vasodilatasi dan keduanya mempunyai efek membantu
pengeluaran endortin dan dingin dapat menghambat
impuls-impuls nyeri.
Bila terjadi iriitasi maka akan semakin nyeri. Bila terjadi
luka akibat tofi yang pecah maka rawatlah sucara steril
dan juga perawatan drain yang dipasang pada luka.
Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan
sendi.

Meningkatkan relaksasi atau mengurangi tegangan


Dorong penggunaan tehnik manajemen stress,misalnya
relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, vuasualisasi,
pedoman imajinasi, hipnosis diri dan pengendalian
nafas.
otot.
Meningkatkan relaksasi, memberikan kontrol dan
mungkin meningkatkan kemampuan koping.
2. Gangguan mobilitas
fisik berhubungan
dengan nyeri
persendian
Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi atau rasa sakit
pada sendi.
Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
Jadwal aktifitas untuk memberikan periode istirahat yang
terus menerus dan tidur malam hari yang tidak
terganggu.
Lakukan ambulasi dengan bantuan misal dengan
menggunakan tongkat atau "walker", dan berikan
lingkungan yang aman misalnya menggunakan
pegangan tangga pada bak atau pancuran dan toilet.
Laukan latihan ROM secara hati-hati pada sendi yang
terkena gout jika memungkinkan.


Tingkatkan kembali pada aktifitas yang Kurang
pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan
Tingkat aktifitas / latihan tergantung dari
perkembangan atau resolusi dan proses inflamasi.
Istirahat yang sistemik selama eksaserbasi akut dan
seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah
kelelahan, mempertahankan kekuatan.
Menghindari cedera akibat kecelakaan atau jatuh.



Meningkatkan atau mempertahankan fungsi sendi,
kekuatan otot dan stamina umum. Latihan yang tidak
adekuat dapat menimbulkan kakakuan sendi dan
aktifitas yang berlebihan dapat merusak sendi.
Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan
mobilitas.


dirumah.
3. Kurang pengetahuan
tentang pengobatan
dan perawatan
dirumah.
Jelaskan pada pasien tentang asal mula penyakit.

Berikan Jadwal obat yang harus di gunakan meliputi
nama obat, dosis, tujuan dan efek samping.
Diskusikan pentingnya diit yang terkontrol misal
dengan menghindari makanan tinggi purin sepertl hati,
ginjal, sarden, memenuhi intake cairan yang cukup dan
output antara 2000-3000 ml perhari.

Bantu pasien dalam merencanakan program latihan
dan istirahat yang teratur.

Berikan informasi mengenai alat-alat bantu yang
mungkin dibutuhkan.


Dorong untuk mempertahankan posisi tubuh yang
Memberikan pengetahuan pasien sehingga pasien
dapat menghindari terjadinya serangan berulang.
Penjelasan ini dapat meningkatkan koordinasi dan
kesadaran pasien terhadap pengobatan yang teratur.
Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan
inflamasi sendiri/jaringan lain untuk
memperahankanfungsi sendi dan mencegah
doformitas dan meningkatkan perasaan sehat umum
serta untuk perbaikan jaringan.
Memberikan struktur dan mengurangi kecemasan pada
waktu menangani proses penyakit yang kronis
kompleks.
Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan
memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih
nyaman dalam aktifitas yang dibutuhkan atau
diinginkan.


benar dalam setiap melakukan aktifitas.

Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari
gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi
dan nyeri.



DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S., Anuntyo, J., Malemud, C. J., dan Haqqi, T. M., 2011, Review : Biological
Basis for The Uses of Botanicals in Osteoarthritis dan Rheumatoid Arthtritis : A
Review, Departement of Medicine,Division of Rheumatic Diseases, Cleveland,
OH-44106-4946,USA.doi:10.1093/ecam/neh.117
Brunner& Suddarh. 2004. Keperawatan Medikal bedah. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J.2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Kane, R.A. 2002. Long-term Care and a Good Quality of Life: Bringing ThemCloser
Together. The Gerontologist 41(3), 293-304.
Lueckenotte, A.G. 2002. Gerontologic Nursing. (2nded.). Missouri : Mosby.
Lukman, Ningsih, Numa. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Muskuloskeletal. Cet 1. Jakarta : EGC.
Mansjoer Arief, 2002. Kapita Selekta Kedokteran., Ed.3, Jakarta: Media Aesculapius.
McCarty. 2003. Gout, Hyperuricemia, and Crystal-Associated Arthropathies . Best
Practice of Medicine.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
Prince, Sylvia Anderson, 2008., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.,Ed.
4, Jakarta: EGC.
Suratun. 2008. Asuhan KeperawatanKlien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
Sustrani, dkk,. 2004. Asam Urat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wijayakusuma Hembing. 2006.Atasi rematik dan asam urat ala Hembing. Jakarta: Puspa
Swara.

You might also like