You are on page 1of 95

KUMPULAN

ABSTRAK PENELITIAN
TAHUN 2009
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)
Universitas Hasanuddin
Kampus Unhas Tamalanrea
Jln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar
Telp. : 0411 587032, , 582500, 588888 Fax.(0411) 587032, 584024
Website : http://www.unhas.ac.id/lppm email : lp2m@unhas.ac.id
PENELITIAN 2009
I. ABSTRAK PENELITIAN HIBAHBERSAING2009
BIDANG ILMU TEKNOSAINS
1. Bidang Kajian Ilmu MIPA
FI TOAKUMULASI LOGAM BERAT TI MBAL,KROM,
DAN KADMI UM DARI TANAH MENGGUNAKAN TANAMAN KANGKUNG DARAT
(I pomea reptans poir)
Syarifuddin Lion, Paulina Taba dan Asmawati A
ABSTRAK :
Telah dilakukan penelitian fioakumulasi spesies logam berat Cd,cr,dan Pb pada tanah tercemar dengan
menggunakan tanaman kangkung darat (Ipomoae reptans Poir) pada variasi waktu panen dan konsentrasi
masing-masing logam pada media tanaman kangkung tersebut. Hasil analisis ketiga logam dengan
spektrofotometer serapan atom menunjukkan bahwa konsentrasi maksimum ketiga logam ini masing-masing
adalah ; 1342,01; 1067,55; dan 1627,90 mg/kg berat dengan waktu tanam 21 hari. Sedangkan distribusi ketiga
logam ini pada morpologi tanaman kangkung darat makin ditemukan sesuai urutan akar >batang> daun. Hasil
perhitungan factor biokonsentrasi pada umumnya lebih besar dari satu sedangkan hasil perhitungan factor
translokasi lebih kecil dari satu. Nilai ini mengindikasikan bahwa mekanisme fitoakumulasi yang terjadi dalam
proses ini adalah fitostabilasasi.
Kata Kunci : Logam berat,Fitoakumulasi, kangkung darat,analisis
EKSPLORASI ENZI M KI TI NOLI TI K DARI BAKTERI TERMOFI L : OPTI MASI
PRODUKSI ,KARAKTERI SASI DAN KERAGAMAN GENETI K GEN
PENYANDI KI TI NASE SERTA APLI KASI NYA SEBAGAI AGENSI A HAYATI
Hasnah Natsir, Seniwati Dali dan Mahdalia
ABSTRAK :
Enzim kitinase (EC.3.2.1.14) merupakan enzim hidrolitik yang dapat menghidrolisis kitin pada ikatan B-1,4-
glikosidiknya dengan menghasilkan derivat-derivat kitin seperti oligomer kitin. Kitinase meluas digunakan
sebagai agensia hayati (agent biocontrol) karena dapat fungsi yang menyerang akar,batang atau buah dari
tanaman. Selain itu kitinase juga digunakan untuk memproduksi senyawa kitoheksosa dan kito-heptosa (kito-
oligomer kitin) yang dapat bermanfaat dalam kedokteran seperti sebagai antitomur,antigastritis,dan lain-
lain..Penelitian ini bertujuan untuk optimasi produksi,karakterisasi kitinase,permurniaan dan keragaman genetic
gen penyandi bakteri penghasil kitinase dengan pendekatan PCR-based primer spesifik untuk bakteri serta
penggunaanya sebagai agensia hayati.Optimasi produksi enzim dilakukan dengan melihat waktu produksi
optimum kemudian melakukan variasi konsentrasi induser pada medium terhadap waktu inkubasi. Kitinase
ekstrak kasar hasil optimasi dikarakterisasi sifat biokimianya meliputi: pengaruh suhu dan pH,kestabilan suhu
dan pH,pengaruh ion logam serta penentuan berat molekul enzim dengan metode SDS-PAGE..Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh data yang menunjukkan bahwa enzim kitinase dari bakteri termofil isolate SA,3-1a dan
ST,3-2b memiliki kondisi optimum produksi pada:konsentrasi koloidal kitin sebagai induser enzim adalah 0,5%
suhu 60oC;pH 7,0 selama waktu fermentasi 72 jam. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa kitinase dari isolate
SA,3-1a memiliki kondisi optimum:suhu 60oC;pH 7,0; 7,0; serta diaktikan oeh kation divalent CaC
l2
,MgC
l2
,CuC
l2
dan MnC
l2
1
mM
dan berat molekul masing-masing 18,20,26,30 dan 43 kDa. Sedang kitinase dari isolate ST,3-2b
memiliki oleh ion CaCl2,dan PH optimum:suhu 60oC;pH 7,0; konsentrasi substrat 0,3% diaktikan oleh ion
CaCl2,MgC
l2
,CoC
l2
dan MnC
l2
1
mM
dan dihambat oleh CuC
l2
,NiC
l2
,FeC
l2
,dan ZnC
l2
1
mM
dan
5mM.
Kata Kunci :
PRODUKSI DAN PENGGUNAAN BI OSURFAKTAN PADA
BI ODEGRADASI HI DROKARBOB OLEH I SOLAT BAKTERI
LAUT DARI PERAI RAN PELABUHAN MAKASSAR
Dirayah R.Husain dan Prastawa Budi
ABSTRAK :
Telah dilakukan penelitian tentang kemampuan dua isolate bakteri laut secara bersama-sama dalam
memproduksi biosurfaktan dan penggunaannya selama mendegradasi hidrokarbon minyak bumi pada kondisi
mikrokosmos. Sebagai sumber hidrokarbon digunakan minyak bumi jenis Angsi dan 2(dua)isolate bakteri laut
masing-masing bersifat Gram negative dan Gram positif secara bersamaan (kultur campur) serta air laut natural
steril. Produksi biosurfakatan dilakukan secara in vitro dan selanjutnya dilakukan percobaan penggunaan
biosurfaktan pada kondisi mikrokosmos. Percobaan biodegrasi masing-masing dilakukan selama 45 hari dengan
pengukuran kapasitas biodegrasi pada setia interval 15 hari. Analisis kemampuan biodegradasi dilakukan secara
kualitatif dengan menggunakan Kromatografi fase gas terhadap ektrak hidrokarbon yang diperoleh. Hasil
percobaan tanpa penambahan biosurfaktan menunjukkan adanya pemutusan bebagai rantai karbon n-alkana
seperti butane (C4),pentane (C5),heksana hingga heptana (7) dmulai pada hari 15 hingga hari ke 45. Secara
visual diamati adanya perubahan pada karakter fisik dari hidrokarbon minyak bumi yang digunakan antara lain
teremulsifikasi yang ditandai oleh berubahnya warna media pertumbuhan menjadi berwarna coklat kekuningan.
Selain itu minyak bumi mengalami pengendapan pada dasar mikrosmos dimana fenmena tersebut tidak teramati
pada mikrokosmos control. Kapasitas emulsifikasi juga dapat diamati selama terjadinya proses degradasi
hidrokarbon minyak bumi. Kapasitas emulsifikasi mencapai antara 0,13 sampai 0,93 yang cenderung meningkat
seiring terjadinya pertumbuhan ke dua isolate bakteri pada substrat hidrokarbon yang digunakan.
Kata Kunci :
APLI KASI DI NAMI KA NONLI NEAR PADA EEG (ELECTROECEPHALOGRAPHY)
UNTUK MERAMALKAN SERANGAN PADA PENDERI TA EPI LEPSI
Wira B Nurdin,Bualkar Abdullah dan J uliani N.
ABSTRAK
Epilepsi adalah gangguan neurologis dapat berwujud serangan (seizures) akibat dari abnormalitas otak dalam
waktu yang lama. Selama serangan terjadi,motor control dan kapasitas mental penderita menjadi terganggu.
Diagnosa pasien epilepsy didasarkan pada analisis ED (epilepticform disharges) dalam EEG
(electroenchepalography). Aktifitas listrik pada otak yang diukur EEG merefleksikan perilaku chaos system
saraf,mesti pada individu yang sehat sekalipun. Analisis deret nonlinear dari waktu (nonlinear time series) akan
melengkapi informasi proses epileptogenik dan menyokong perbaikan dan evaluasi sebelum operasi.
Interprestasi besaran eksponen Lyapunov dan besaran lain memberikan karakter rasional dari fungsi otak
normal dan patologis. Ekstraksi ukuran nonlinear dari intracranial dari rekaman EEG menyajikan hal penting
dalam epileptologi berupa kemampuan melokalisasi area epilepsy primer dalam otak, menyelidiki efek obat
antiepilepsi,Menganalisis interaksi ruang waktu zona epileptogenik dan daerah otak lain, serta mendeteksi
gambaran prediktif aktifitas serangan yang segera akan terjadi. Belum terdapat aktifitas diagnose fisiologis yang
efektif tentang kemungkinan serangan epilepsy serta belum ada pola utama yang member informasi tentang
kemungkinan serangan epilepsy. Dengan meneliti data EEG dari 1 orang sehat sebagai control,dan 4 orang
penderita epilepsy diharapkan bias diperoleh gambaran kemungkinan penderita mengalami serangan
epilepsy,sehingga bias member bantuan maksimal dalam penyembuhan penyakit tersebut. J umlah empat orang
diambil berupa 2 laki-laki,dua perempuan,2 orang dewasa dan 2 orang anak-anak merupakan pasien yang
sudah diskrining dan dipastikan sebagai pasien epilepsy unntuk diuji kebenaran datanya. Pembatasan jumlah
pasien ini menggunakan system stratified sample yang mengabaikan efek deviasi akibat jumlah sampel terbatas.
Dari kegiatan pada tahun pertama telah berhasil diperoleh data EEG dari manusia yang normal, dan penderita
epilepsy untuk diolah lebih lanjut menggunakan metode dinamika nonlinear berupa analisis dengan metode
spasio-temporal,fungsi korelasi,besar dimensi atraktor dan koefisien Lyapunov dan korelasi antar atraktor ketiga
variasi pada tahun kedua.
PENGEMBANGAN MODEL PELABELAN GRAF DALAM
PENDI STRI BUSI AN SALURAN FREKUENSI ONLI NE PADA J ARI NGAN SELULER
Nurdin dan Firman
ABSTRAK :
Masalah pendistribusian saluran frekuensi online (SFO) pada suatu jaringan adalah masalah menandai (member
label) saluran frekuensi pada suatu jaringan komunikasi. Kebutuhan akan jaringan bervariasi terhadap waktu
yang akan melalui jaringan. Tersedianya bandwidth yang mahal memototikasi para operator untuk
mengoptimaumkan channel reuse.Channel reuse adalah penggunaan secara bersamaan suatu saluran pada
lokasi yang berbeda dalam suatu jaringan. Dalam suatu jaringan seluler,distribusi saluran frekuensi online (SFO)
sangat penting dan mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengaturan jaringan sehingga semua
jaringan dapat terlayani dengan baik walaupun terdapat beberapa gangguan atau hambatan. Untuk
mengoptimalkan suatu jaringan,diperlukan suatu disain/model yang tepat dan efisien.Dalam penelitian ini
jaringan seluler dinyatakan dengan sel-sel jaringan dan sisi di E menyatakan sel-sel yang bertangga. Untuk hal
ini dilakukan pengembangan model pelabelan grat yang didasarkan pada model jaringan dalam bentuk graf segi
enam (heksagon) dimana taraf gangguan hanya tergantung pada jarak antar sel. Dengan terbentuknya jaringan
seluler heksagonal diharapkan dapat meminimumkan terjadinya kesalahan informasi akibat adanya gangguan
dan memaksimalkan pelayanan jaringan. Dengan demikian dapat mengefisienkian sumber daya yang ada dan
dapat meminimumkan biaya yang dibutuhkan. Dalam suatu system jaringan telekomunikasi,pengaturan dan
pendistribusian saluran yang tepat dan efisien sangat penting.Hal ini disebabkan karena apabila dalam
pendistribusian saluran frekuensi online terjadi kekeliruan dalam penentuan model saluran yang
digunakan,maka dapat mengakibatkan tingginya biaya operasional. Pendistribusian saluran frekuensi online
pada jaringan seluler dapat dianalogikan dengan pelabelan total tak teratur dimana jaringan seluler dinyatakan
sebagai suatu graf G dengan himpunan titik V dan himpunan sisi E,dimana titik dinyatakan dengan sel-sel
jaringan dan sisi di E menyatakan sel-sel yang bertetangga,Dengan sifat-sifat istimewa yang dimiliki oleh
pelabelan total dan sederhana (model heksagonanl)dengan tingkat kesalahan yang relative kecil yang dapat
diaplikasikan pada pendistribusian saluran frekunsi online pada suatu jaringan seluler.Dengan demikian,dapat
dirangcang suatu jaringan seluler yang sederhana dan efisien,sehingga biaya dan waktu yang dibutuhkan dapat
menjadi efisien. Pada penelitian ini dikaji dua model jaringan yang disederhanakan dalam bentuk graf,Kedua
model tersebut adalah model jaringan yang dibentuk dari dua buah model jaringan yaitu jaringan hasil operasi
korona antara jaringan lintasan dengan jaringan bintang.Disamping itu diperoleh suatu algoritma sebagai
berikut:1.Membuat desain saluran frekuensi online pada jaringan seluler ke dalam model pelabelan
graf.2.Membuat algoritma pelabelan tak teratur pada graf hexagonal.3. Beri label pada setiap sisi dari graf yang
ada.4.Hitung jumlah label sisi yang terkait pada suatu titik, 5.Pilih jumlah terkecil pada no.2.6. Beri label titinya
berdasarkan no.3.hingga bobot titik berbeda.7.Ulangi no.6 sampai semua titik diberi label.
Kata Kunci :
EFEK WAKTU PEMYI MPANAN DAN SUHU TERHADAP
VI ABI LI TAS VI RUS DENGUE
Syahribulan, Munif. S.Hassan dan Isra Wahid
ABSTRAK :
Telah dilakukan penelitian mengenai efek waktu penyimpanan dan Suhu Terhadap Viabilitas Virus Dengue yang
bertujuan untuk mengetahui peranan factor waktu penyimpanan dan suhu terhadap penetasan telur nyamuk
Ae.Aegypti L., waktu penyimpanan dan suhu optimal yang berpengaruh terhadap penetasan,dan daya
tahan/viabilitas virus dengue dalam tubuh nyamuk Ae.Aegyptil L. Sampel nyamuk diambil dari Kelurahan
Barombong kec.Tamalate Kota Makassar.Metode penelitian dilakukan dengan jalan menginfeksi nyamuk betina
dengan virus dengue secara artificial kemudian dibiarkan bertelur,sampel telur diinkubasi pada suhu 28,30,dan
32
oC
selama 1,2,dan 3 bulan,selanjutnya ditetaskan untuk memperoleh sampel larva/nyamuk dewasa untuk
deteksi virus dengue. Primer dengue virus yang digunakan berdasarkan Lanciotti et.al.(1989).Deteksi virus
dilakukan dengan metode one step RT QPCR dan elektroforesis.Hasil pengujian memperoleh jumlah dan suhu
memperoleh larva/nyamuk menetes sebanyak 22 ekor.Kurangnya telur yang menetes (n=22) dipengaruhi oleh
waktu penyimpanan dan suhu yang digunakan dalam proses perendaman,cara serta lamanya perendaman yang
berakibat pada ditemukannya telur-telur yang rusak.Telur paling banyak menetes diperoleh pada perlakuan 1
bulan pada suhu 30
oC
.Hasil deteksi RT QPCR menujukkan bahwa tidak ada sampel telur,larva dan nyamuk
dewasa Ae,Aegypti L.yang terinfeksi virus dengue. Meskipun jumlah sampel yang diperoleh/mentes sangat
sedikit akan teapi sudah dapat menjadi penjelasan awal mengenai peranan factor waktu penyimpanan dan suhu
terhadap penetasan telur meskipun tidak dapat membuktikan bahwa ada virus yang diturunkan ke generasinya
secara transovarial.
Kata Kunci :
SI NTESI S p-t-BUTI LKALI KS(4) ARENA-TETRA-N-(ETI LGLI SI L)-ASETAMI DA
UNTUK DI GUNAKAN SEBAGAI PENGEMBAN I ON PADA PEMI SAHAN
I ON-I ON LOGAM BERAT DENGAN TANSPOR MEMBRAN CAI R.
Maming, Firdaus dan Yusafir Hala
ABSTRAK :
Tanspor membrane cair merupakan metode pemisahan yang dapat dikembangkan untuk pengolahan limbah cair
yang mengandung ion logam berat atau analisis kimia,terutama bilamana konsentrasinya dalam larutan/limbah
sangat rendah.Dalam metode pemisahan ini,ion logam tertranspor dari fasa sumber ke fasa target melewati fasa
membrane yang mengandung suatu molekul pengeman ion.Efisiensi dan selektivitas transport ion logam sangat
tergantung pada sifat pengemban ion dalam hal ini adalah struktur,gugus fungsi,dan kepolaran molekulnya.
Berdasarkan struktur, sifat gugus fungsi,dan kepolaran senyawa maka senyawa p-t-butikaliks(4)arena-tetra-N-
(etiglisil)asetamida sangat berpotensi sebagai pengemban ion selektif terhadap ion logam yang bersifat asam
sedang hingga lunak.Struktur molekulnya berongga dengan gugus amida dan ester yang dapat berperan
sebagai ionofore yang selektivitasnya tergantung pada kesesuaian ukuran rongga molekul dan kebasaan gugus
terhadap sifat ion logam yang diemban,seperti ukuran,muatan,dan keasaman. Upaya mensintesis molekul
pengemban ion p-t-butilkaliks(4)arena-tetraN-(etilglisi) asetatmida telah dilakukan dengan dua jalur reaksi,yaitu
amidasi melalui reaksi antara p-t butilkaliks (4) arena-tetraasetilklorida dengan HCI.H-GLY-OEt dalam system
pelurut THF kering pada kondisi refluks,dan reaksi antara N-etilgisil-2-kloroasetamida dengan p-t butilkaliks (4)
arena dalam pelarut aseton kering yang mengandung padatan Nal dan K
2
CO
3
pada kondisi reflusks.Pereaksi-
pereaksi yang disintesis berhubungan dengan jalur reaksi tersebut adalah p-t butilkaliks (4) arena,p-t-butilkaliks
(4) arena-tetractilasetat, asamp-t-butil-kaliks(4)arena-tetrasetat,dan N-etilgilisil2-Kloroasetamida.Kebenaran
produk sintesis tersebut diidentifikasi dengan metode t.L.,IR,
1
HNMR,dan
13
CNMR. Sentesis Senyawa
pengembang ion yang melalui jalur reaksi antara p-t-butilkasiks(4)arena-tetrasetatillorida dengan HCI.H-Gly-OEt
menghasilkan senyawa berupa padatan putih (15%), t.L.(240
0
C), IR(KBr) cm
1
:3402,4 (0H),
3300(NH),3000(=CH),1735,8(C=0), sedangkan untuk jalur reaksi antaraN-etilglisil 2-kloroasetamida dengan p-t-
butilkaliks(4)arena menghasilkansenyawa berupa padatan Kristal yang berwarna coklat kekuningan
(75%),t.L.65oC,IR(KBr),cm-13348,6 dan 1542,1 (N-H),30566,4(=C-H),1751,4(C=0ester),1681,0(C=0
amida),1613,5(C=O). Hasil analisis kedua yang sesuai dengan senyawa target sintesis,p-t-butilkaliks(4)arena-
tetra-N-(etilglisil)-asetamida.
Kata Kunci :
POLA RESPONS I MUNOPATOBI OLOGI K PADA I NFEKSI
HELI COBACTER PYLORI PASCA PEMBERI AN ANTI HELI COBACTER
DARI LACTOBACI LLUS SP
Zaraswati Dwyana
ABSTRAK:
Penyakit Tukak Lambung adalah penyakit dimana terjadi robekan mukosa berdiamater 5 mm atau lebih sampai
submukosa usus.Salah satu penyebabnya adalah infeksi dari Helicobacter pylori.Pengobatan dengan tujuan
membasmi Helicobacter tidak semuanya efektif sehingga terjadi kekambuhan dan berakibat fatal. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah mencari bahan bioterapi alami yang dapat digunakan dalam meningkatkan respon
terhadap pembentukan system pertahanan tubuh terhadap infeksi Helicobacter pylori. Tujuan penelitian ini
mengetahui imunopatobiogenesis pada infeksi dengan penggunaan antihelicobacter dari Lactobacillus sp
sebagai penghasil antihelicobacter. Lactobacillus ditumbuhkan media tumbuh dan difermentasi lalu disentrifus
sehingga diperoleh kultur Lactobacillus cair. Selain itu digunakan pula kultur lactobacillus kering dimana
Lactobacillus dikeringkan dengan cara liofilisasi.Tujuan penggunaan kedua kultur ini untuk mengetahui efektifas
dalam memproduksi sel imun seara in vivo pada hewan uji.Kemudian dilakukan pengamatan terhadap viabilitas
kultur,jumlah limfosit dan produksi LgM..Hasil penelitian menunjukkan bahwa kultur Lactobacillus berpotensi
meningkaktkan respon imun pada infeksi kuman Helicobacter pylori.
Kata Kunci :
PENGGUNAAN BAHAN ORGANI K WETLAND DALAM MENI NGKATKAN
KAPASI TAS BAKTERI PEREDUKSI SULFAT (BPS) UNTUK MEREDUKSI
SULFAT DAN PRESI PI TASI LOGAM DALAM LI MBAH ASAM TAMBANG (AAT)
Fahruddin dan M.Syahrul
ABSTRAK:
Dalam pengolahan limbah tambang AAT secara biologis belum menunjukkan hasil yang maksimal,karena BPS
atau Sulphate reduction Bacteria (SRB) yang berperan dalam mereduksi sulfat dan mengendapkan logam tidak
didukung oleh kapasitas nutrient dan lingkungan yang baik. Hasilnya pada tahun 1 telah diperoleh hasil satu
perlakuan paling efektif dalam menangani limbah AAT yaitu perlakuan sedimen rawa,dengan indicator dapat
meningkatkan nilai PH,reduksi sulfat dan kemampuan menurunkan konsentrasi logam berat.J adi obyek utama
mengaplikasikan perlakuan yang paling efektif tersebut pada dalam suatu biorektor pengolahan AAT kemudian
diikuti pengamatan.peningkatan PH,pengendapan logam dan beberapa parameter lain sebagai indicator.Tujuan
penelitian adalah penggunaan sedimen rawa dalam mereduksi sulfat dan mengendapkan logam berat dalam
limbah asam tambang (AAT). Perlakuan dibuat dalam mikrokosmos air yaitu kompos,sedimen dan AAT masing-
masing dimasukkan ke dalam kolom pengolahan secara berhati-hati.Kompos berfungsi sebagai penyedian bahan
organic sederhana,kemudian berikutnya ditambahkan jenis sedimen wetland yang berperan sebagai penyedia
karbob,dan juga secara alami terdapat banyak populasi BPS,lalu disi dengan AAT hasil penelitian diperoleh PH
perlakuan meningkat sampai pada PH 6,9 terjadi pada hari ke 25 dari PH awal 3,4 diikuti dengan penurunan
organic terlarut dalam AAT setelah ditambahkan sedimen rawa.Peningkatan jumlah populasi bakteri pereduksi
sulfat diikuti dengan penurunan populasi bakteri.Kadar logam Mn yang paling banyak mengalami
penurunan,kemudian diikuti dengan logam Cu dan Fe.
Kata Kunci :
PEMANFAATAN FI TOPLANKTON LAUT TETRASELMI S
CHUI L DAN CHAETOCEROS CALCI TRANS SEBAGAI FI TOREMEDI ATOR
PERAI RAN TERCEMAR I ONLOGAM CD2+ DAN CR6+
M.Sjahrul, Paulina Taba dan Indah Raya
ABSTRAK:
Dalam penelitian ini, tokasisitas dan mekanisme bioakumulasi cadmium pada Tetracelmis chuii dipelajari dalam
rangka kemunkinan penggunaan Tetracelmis chuii sebagai suatu bioindikator pemamtauan pencemaran perairan
laut. Dalam pelaksanaannya,satu seri kultur Tetracelmis vhuii dengan dan tanpa paparan pencemar cadmium
dalam medium Walne. Uji toksisitas dilakukan dengan menentukan laju pertumbuhan spesifik (U) persentasi
Hambatan Pertumbuhan (PGI) konsentrasi cadmium yang tidak mempengaruhi pertumbuhan (NEC),konsentrasi
cadmium maksimum yang dapat ditolenransi (MTC) dan konsentrasi cadmium yang menyebabkan penurunan
laju pertumbuhan sebesar 50% relative terhadap blanko (EC50) Parameter kinetika yang akan diteliti adalah
orde reaksi proses bioakumulasi cadmium dan untuk pengaruh pH medium terhadap kemampuan akumulasi
cadmium cadmium oleh T.chuii. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi paparan cadmium yang tidak
mempengaruhi pertumbuhan T.chuii adalah 0,01 hingga 0,20 ppm; dan harga konsentrasi tertinggi yang dapat
ditoleransi oleh T.chuii adalah 0,20 ppm dengan harga EC50 sebesar 7,7 ppm, proses bioakumulasi cadmium
oleh T. chuii mengikuti kinetika orde-1,dengan harga tetapan laju pengambilan ki sebesar 0,2539/menit dan
harga tetapan laju pelepasan k2 sebesar 0,0299/menit.Selanjutnya,kemampuan akumulasi sangat dipengaruhi
oleh pH medium,yakni meningkat seiring dengan naiknya pH medium dan optimum pada pH=8; dengan
kemampuan akumulasi 0,5223 mg Cd2+/gram adsorben T. chuii
Kata Kunci : Toksisitas,Mekanisme,Bioakumulasi,Kadmium,Tetracelmis chuii
BI OAKTI VI TAS ANTI KANKER PTEROSPERMUM CELEBI CUM MI Q
DAN ELUSI DASI TERHADAP STRUKTUR MOLEKUL PROSPEKTI F
Asnah Marzuki, Usmar dan Nurisyah
ABSTRAK :
Penelitian bioaktivitas antibakteri estrak n-HEksan, ekstrak Klorofom dan ekstrak Etil asetat kayu batang
Pterospermum celebicum Miq telah dilakukan dengan menggunakan metode MTT (3-(4,5- Dimethylthiazol-2-yl)-
2,5-diphenyletrazollum bromide) Uji dilakukan dengan cara menginkubasi 2x104/sumuran sel HEla dan ekstrak
konsentrasi 1000,500,250,125,62,5,31,25,15,625,7,8125 ug/ml pada suhu 37. Pengamatan dilakukan dengan
penambahan larutan MTT (3-(4,5-Dimethylthiazol-2-yl)-2,5-dipehenytetrazolium bromide), selama 24 jam,
absorbansi diukur menggunakan alat Spektrometer ELISA reader pada panjang gelombang 550 nm dengan
pembanding Doksorubisin. Hasil penelitian diperoleh nilai IC5
0
ekstrak n-Heksan,ekstrak Kloroform dan ekstrak
Etil asetat kayu batang Pterospermun celebicum Miq yaitu 69,9 ug/ml,19,1 ug/ml dan 102,5 ug/ml, memakai
control positif doksorubisin 68,8 ug/ml Ternyata ekstrak klorofom dan ekstrak n-heksan kayu batang
Pterospermum celebicum sangat berpotensi sebagai bioaktivitas antibakteri.
Kata Kunci : Pterospermum celebicum Miq,antikanker,sel HeLa,MYY assay
PRODUKSI STEM CELL SPERMATOGONI A DARI GONAD J ANTAN PASCA PRESERVASI DAN KULTUR
I N VI TRO DALAM UPAYA PENGEMBANGAN TRANSPLANTASI STEM CELL SPERMATOGONI A I KAN
GURAME (OSPHRONEMUS GOURAMY)
Irma Andriani
ABSTRAK:
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode disosiasi jaringan gonad jantan dan produksi stem cell
spermatogonia (SSC) dari gonad jantan yang telah dipreservasi serta produksi stem cell spermatogonia melalui
kultur stem cell spermatogonia secara in vitro dengan menggunakan limbah gonad ikan yang berasal dari
tempat-tempat pemotongan ikan atau pasar-pasar ikan dengan ikan gurame sebagai model. Produksi SSC ini
ditujukan untuk mengatasi kendala jumlah and sinkronisasi ketersediaan sel donor dan resipien dalam kegiatan
transplantasi sel germinal spermatogonia ikan gurame ke resipien. Penelitian ini direncanakan berlangsung
selama 2 tahun. Tahun pertama adalah menentukan metode disosiasi jaringan gonad jantan dan produksi stem
cell spermatogonia ikan gurame dari jaringan gonad segar dan pasca dipreservasi. Parameter yang diamati
adalah jumlah dan viabilitas pada lama masa inkubasi berbeda serta viabilitas dan perubahan morfologi gonad
dan sel spermatogonia pasca preservasi. Gonad ikan gurame disimpan dalam larutan NaCl fisiologis 0,7% dan
dipreservasi pada suhu 4
o
C selama periode waktu 0 jam (sebagai kontrol), 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam.
J aringan testes segar dan pasca preservasi didisosiasi dengan menggunakan larutan tripsin 0,5% dalam 1ml
PBS
+
, 5% serum dan Dnase 10U/ml. Sel spermatogonia yang diamati adalah sel testikular dengan diameter
berukuran >10 m (stem cell spermatogonia dan spermatogonia). Pengujian viabilitas stem cells spermatogonia
setelah dipreservasi dilakukan dengan pewarnaan trypan blue. Sel yang hidup berwarna putih transparan,
sedangkan sel mati berwarna biru. Perubahan morfologi gonad jantan dan stem cell spermatogonia diamati
secara histologis. Data viabilitas sel pasca preservasi dianalisis dengan analisis sidik ragam yang dilanjutkan
dengan uji beda nyata. Hasil penelitian pada tahun I menunjukkan bahwa presentase stem cell spermatogonia
dan spermatogonia sebagai sel donor pada jaringan testes ikan berukuran <1 kg (IGS =6x10
-5
10x10
-5
) kurang
dari 5%. Lama waktu inkubasi tidak berpengaruh nyata pada jumlah dan viabilitas sel (P>0,05) namun
viabilitas mulai menurun menjadi 98% setelah 120 menit inkubasi dan jumlah sel terbanyak dihasilkan pada
lama inkubasi 300 menit dengan rata-rata jumlah sel hidup 56466 sel/mg gonad. Sedangkan stem cell
spermatogonia yang diisolasi dari gonad yang dipreservasi menunjukkan bahwa semakin lama waktu preservasi
jaringan gonad, semakin rendah viabilitas stem cell spermatogonia. Pada preservasi 48 jam, viabilitas stem cell
yang masih dapat dipertahankan atau digunakan sebagai sumber sel donor mencapai 52%. Pada tahun kedua,
diharapkan sejumlah sel SSC tersebut dapat dipertahankan viabilitasnya dan dikultur secara in vitro sehingga
ketersediaan SSC sebagi sumber donor dapat terpenuhi secara kualitas maupun kuantitasnya.
BI OAKTI VI TAS ANTI KANKER PTEROSPERMUM
CELEBI CUM MI Q DAN ELUSI DASI TERHADAP STRUKTUR MOLEKUL PROSPEKTI F
Asnah Marzuki, Usmar dan Nurisyah
ABSTRAK :
Penelitian bioaktivitas antibakteri estrak n-HEksan, ekstrak Klorofom dan ekstrak Etil asetat kayu batang
Pterospermum celebicum Miq telah dilakukan dengan menggunakan metode MTT (3-(4,5- Dimethylthiazol-2-yl)-
2,5-diphenyletrazollum bromide) Uji dilakukan dengan cara menginkubasi 2x104/sumuran sel HEla dan ekstrak
konsentrasi 1000,500,250,125,62,5,31,25,15,625,7,8125 ug/ml pada suhu 37. Pengamatan dilakukan dengan
penambahan larutan MTT (3-(4,5-Dimethylthiazol-2-yl)-2,5-dipehenytetrazolium bromide), selama 24 jam,
absorbansi diukur menggunakan alat Spektrometer ELISA reader pada panjang gelombang 550 nm dengan
pembanding Doksorubisin. Hasil penelitian diperoleh nilai IC5
0
ekstrak n-Heksan,ekstrak Kloroform dan ekstrak
Etil asetat kayu batang Pterospermun celebicum Miq yaitu 69,9 ug/ml,19,1 ug/ml dan 102,5 ug/ml, memakai
control positif doksorubisin 68,8 ug/ml Ternyata ekstrak klorofom dan ekstrak n-heksan kayu batang
Pterospermum celebicum sangat berpotensi sebagai bioaktivitas antibakteri.
Kata Kunci : Pterospermum celebicum Miq,antikanker,sel HeLa,MYY assay
2. Bidang Kajian Ilmu Teknik
PRESI SI LAPI SAN ENDAPAN NI KEL DAN KOBAL LATERI T
BERDASARKAN MODEL GEOKI MI A BATUAN ULTRABASA
DAERAH MALI LI SULAWESI SELATAN
Adi Tonggiroh
ABSTRAK :
Pembentukan endapan nikel laterit dipengaruhi oleh factor topografi (kemiringan lereng,muka air tanah,iklim
tropis,jenis batuan ultrabasa) dan mineral laterit. Dari beberapa factor tersebut yang menjadi focus penelitian
pada tahun pertama adalah lereng topografi,keterdapatan mineral laterit pada setiap lapisan endapatan nikel
laterit dan jenis batuan ultrabasa. Tujuan penelitian ini adalah : (a) kehadiran mineral laterit yang menjadi
penciri lapisan endapan nikel laterit,(b) menentukan model geokimia lapisan endapatan nikel laterit Daerah
Malili. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lapisan endapatn nikel dan kobal laterit terdiri dari 3 lapisan,yaitu a)
lapisan atas atau lapisan limonit,lapisan ini dicirikan oleh tanah kehadiran mineral besi,mineral serpentin,b)
lapisan tengah atau lapisan saprolit,lapisan ini dicirikan tanah laterit oleh kehadiran mineral serpentin,mineral
garnierite,c) lapisan bawah atau batuan ultrabasa,lapisan ini dicirikan oleh batuan ultramafik harsburgit,lherzolit.
SIfat geokimia mobile mineral sepentin mengikuti pembentukan lapisan saprolit,namun sifat mobile akan
terubah menjadi immobile apabila berada pada lapisan bawah muka air tanah.Mineral serpentin akan mengikuti
perkembangan pengkayaan nikel dalam tanah dan pada akhirnya akan berasosiasi dengan mineral kobal.
KARAKTERI STI K RUMAH SWADAYA YANG MENDUKUNG USAHA
BERTUMPU PADA RUMAH TANGGA DI WI LAYAH PESI SI R SUL-SEL
Mimi Arifin, Isfa Sastrawati dan Hj.Suriana La Tanrang
ABSTRAK :
Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi karakteristik rumah swadaya yang mendukung usaha bertumpu
pada rumah tangga di wilayah pesisir Sulawesi Selatan.Karakteristik rumah yang diidentifikasi berkaitan dengan
kondisi fisik rumah,kondisi sosial,ekonomi,budaya (sosekbud) masyarakat di wilayah pesisir Sulawesi
Selatan.Adapun tahap pencapaian tujuan adalah : 1.Mengidentifikasi karakteristik fisik rumah swadaya yang
mendukung usaha bertumpu pada rumah tangga di wilayah pesisir Sulawesi Selatan. 2.Mengidentifikasi
pengaruh aspek sosial,budaya dan ekonomi terhadap pembangunan rumah swdaya yang mendukung usaha
rumah tangga di wilayah pesisir. Mengidentifikasi karakteristik rumah swadaya dalam standar rumah sehat.
Menemukan pengembangan rumah swadaya yang sesuai pola sosial,ekonomi,budaya dan kondisi fisik bagi
masyarakat di wilayah pesisir Sulawesi Selatan. Obyek dalam penelitian ini adalah rumah swadaya yang
mempunyai usaha yang dikembangkan pada rumahnya di wilayah pesisir.Rumah swadaya dianalisis dengan
mengidentifikasi karakteristik fisik rumah swadaya dan kondisi non fisik (sosial,ekonomi dan budaya) masyarakat
pesisir.Kemudian dilakukan komparasi karakteristik rumah swadaya pada beberapa lokasi penelitian,yaitu
dipesisir kelurahan Cambaya Kota Makassar dan Desa Tamalate Kabupaten Takalar.Variabel penelitian adalah
elemen fisik bangunan,penataan ruangan,bahan bangunan yang digunakan.Rumah swadaya juga dikomparasi
dengan standar rumah sehat.Target akhir dari analisis adalah menemukan bentuk pengembangan rumah
swadaya yang sesuai pola kehidupan masyarakatnya berdasarkan kondisi sosial,ekonomi dan budaya. Bentuk
pengembangan rumah swadaya yang mendukung usaha bertumpu pada rumah tangga dipesisir Kelurahan
Cambaya Kota Makassar dan Desa Tamalate Kabupaten Takalar memanfaatkan ruangan di kolong rumah,namun
tidak sedikit rumah dikembangkan tanpa mempertimbangkan factor kenyamanan dan kesehatan di dalam rumah
dan lingkungannya. Pengembangan rumah swadaya selayaknya tetap mempertimbangkan kualitas rumah
sehingga selain dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,juga memenuhi syarat rumah sehat dengan
mempertimbangkan penghawaan,pencahayaan dan kelembaban dalam ruangan. Manfaat dari hasil penelitian
antara lain,bagi masyakat pesisir dapat menambah wawasan dalam membangun dan mengembangkan
rumahnya dengan mempertimbangnkan factor kesehatan dan peningkatan perkonomian,bagi pemerintah
daerah,hasil penelitian dimanfaatkan sebagai masukan dalam penyusunan program bidang perumahan swadaya
dan program peningkatan kualitas rumah.
PEMETAAN KAWASAN KEBI SI NGAN KOTA MAKASSAR
Zenaide Toba, Rahmi Amin Ishak dan Imriyanti
ABSTRAK:
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan peta kontur kebisingan,dengan menetapkan tingkat bising yang
obyektif di tiap bagian wilayah kota,berdasarkan tempat,waktu dan jenis sumber bising.Menyediakan dasar yang
dapat dijadikan pedoman dalam perencanaan dan perancangan kota,serta perancangan arsitektur dan sains
bangunan. Penelitian ini bersifat eksploratif dan merupakan penelitian interdisipliner yang didukung oleh bidang
ilmu. : perencanaan kota,arsitektur dan sains bangunan,fisika teknik dan analisis computer,Metode penelitian
yang digunakan adalah kuantitatif,dan dilaksanakan dalam dua tahap berdasarkan pembangian fungsi kota
dalam Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RTRW).Penelitian dilaksanakan pada bagian wilayah kota :
A,B,C,D,E dan F,dalam waktu 8 bulan dan dibagi dalam tiga tahap kegiatan,yaitu,tahap klasifikasi kawasan
kota,tahap pengukuran tingkat bising lingkungan,dan tahap pemetaan kawasan kebisingan.Berdasarkan standar
NP (Noise Pollution),kawasan kebisingan dibagi atas 4 tingkatan.Tingkat 1 merupakan area bising normal- jelas
dapat diterima,tingkat 2 area bising normal dapat diterima,tingkat 3 area bising normal tidak dapat
diterima,dan tingkat 4 merupakan area bising yang jelas tidak dapat diterima. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat bising lingkungan dan polusi bising tertinggi terjadi pada kawasan bandara (83,32 dBA dan 88,44
dBNP),perdagangan (82,45 dBA dan 87,57 dBNP) dan pusat kota (80,29 dBA dan 87,33 dBNP).Fungsi-fungsi
aktifitas yang cenderung memusat pada satu kawasan mempengaruhi tingkat kepadatan jalan dan
bangunan,sehingga dibutuhkan perencanaan yang lebih baik pada pengadaan infrastruktur dan tatanan
lingkungan.
Kata kunci : kota Makassar,peta,tingkat bising.
MODEL SARANA PELAYANAN AKSESI BI LI TAS PENYANDANG
CACAT PADA BANGUNAN UMUMDI KOTA MAKASSAR
M.Fathien Azmy, Arifuddin Akil dan H.A.Yusran Aminy
ABSTRAK:
Aksesibilitas bagi penyadang cacat diatur dalam UURI No.4 tahun 1997,No.18 tahun 1999,PP No.43 tahun
1998,Kepmenhub No,KM.71 tahun 1999 dan Peraturan Menteri PU.No.30/PRT/M/ 2006 tentang pedoman teknis
fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan.Berdasarkan perangkat hokum tersebut maka
tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi tentang sejauhmana ketersedian sarana pelayanan
asksesibilitas bagi penyadang cacat pada bangunan umum dengan meninjau (a) fasilitas perkantoran;(b)
fasilitas ibadah;(c)fasilitas komersil;(d)fasilitas pendidikan;(e)fasilitas pelayanan tranportasi; dan (f) fasilitas
pelayanan kesehatan,selanjutnya menjaring aspirasi stakeholder meliputi (a) penentu kebijaksanaan/pejabat;(b)
praktisi/jasa konstruksi;(c) akademisi bidang perencanaan dan perancangan bangunan;(d)penyadang cacat
sebagai pemakai sarana aksesibilitas yang terdiri dari tuna netra,tuna rungu/wicara,tuna daksa dan pengguna
kursi roda yang pada prinsipnya ada 4 (empat)azas yang ia inginkan yaitu azas kemudahan,azas
keselamatan,azas kegunaan dan azas kemandirian. Temuan yang diperoleh dalam penelitian ini pada fasilitas
perkantoran secara umum fasilitas dan aksesibilitas sudah tersedia,namun bila ditinjau dari standar berdasarkan
azas bagi penyadang cacat masih perlu penyempurnaan berdasarkan Kepmen PU,khusus kantor Gubernur
Sulawesi Selatan,kantor dinas prasarana wilayah dan kantor dinas tata ruang dan permukiman sudah tersedia
jalur pemandu berikut rambu penca.Pada fasilitas ibadah yang paling menonjol pada masjid raya adalah
terdianya ramp dari tempat parker menuju lantai dua,namun masih landai sebagai pemakai kursi roda,hal ini
tidak memenuhi azas kemudahan dan azas kemandirian.Sedangkan pada masjid Al-Markasz AL-Islami agar sulit
diakses bagi pengguna kursi roda mulai dari tempat parker hingga masuk ke ruang ibadah karena semua
lahannya bertrap dan bertangga tanpa ada ramp. Panakkukang mall sebagai fasilitas komersil,aksesibilitas yang
memenuhi syarat akses bagi penca adalah lift yang memenuhi dari keempat azas (difabel)dengan tersedianya
lebar pintu yang memenuhi syarat,ukuran ruangan,tinggi tombol,info audio,tombol brailed an
pengangan/railing,sedang pula ekskalator kecepatan perlu dikurangi khususnya bagi tuna netra.Untuk sarana
aksesbilitas lain di panakkukang mal masih perlu penyempurnaan.UNM dan Universitas Hasanuddin sebagai
fasilitas pendidikan sebagai fasilitas pelayanan transportasi,aksesibilitas bagi penca sudah tersedia,namun secara
umum belum memenuhi pedoman teknis PU.Bandara Internasional Sultan Hasanuddin sebagai fasilitas
pelayanan transportasi,aksesibilitas yang tersedia bagi penca hamper sempurna,kekurangannya tidak adanya
tempat parker khusus penca,rambu penca dan jalur pemandu dari tempat parker menuju ruang dalam. Untuk
terminal regional angkutan darat daya relative aksesibilitas yang tersedia sangat minim,khusus pengguna kursi
roda ruang geraknya sangat terbatas karena tak sedia ramp.Pada RS regional Wahidin Sudirohusodo,akses yang
tersedia adalah ramp yang mempunyai sudut < 60
0
yang memenuhi syarat azas penca,tangga dari lantai ke
lantai tanpa braile,lift bagi pasien yang tidak memenuhi pedoman teknis PU.J aring aspirasi stakeholders
menunjukkan bahwa perangkat hokum aksesibilitas penca yang mash berlaku dijabarkan lebih lanjut dalam
peraturan pemerintah daerah sebagai dasar mengimplementasikan pada bangunan gedung yang dibiayai oleh
Negara dan bangunan umum swadaya berskala besar di kabupaten/kota.Mengimplementasikan aksesibilitas
pada bangunan umum sebagai wujud perhatian bagi penyadang cacat dan pemenuhan HAM.Rekomendasi
penelitian ini adalah pemerintah pusat dan propinsi mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk menyiapkan
perangkat hukumnya sebagai dasar pelaksanaan dilapangan dan anggaran yang disiapkan mempertimbangkan
pemenuhan sarana aksesibilitas penyadang cacat.
KAJ I AN DAN PEMETAAN I NTENSI TAS POLUSI PADA I SOLATOR
TEGANGAN TI NGGI DI DAERAH SULAWESI SELATAN
Salama Manjang, Muh.Arief, Firman dan Akhmad Taufik
ABSTRAK
Keandalan isolator jaringan 20 kV dan 150 kV untuk mengisolir tegangan operasional jaringan yang digunakan
sangat dipengaruhi oleh keadaan kondisi lingkungan disekelilingnya (Seperti suhu,tekanan,kelembaban,air hujan
dan polusi udara) dan jarak rambat isolator. Perbedaan kondisi lingkungan di suatu tempat berneda dengan
tempat lainnya,maka terdapat perbedaan kinerja isolator,semisal tegangan gagalnya. Pada daerah yang memiliki
tingkat polusi yang besar,kandungan bahan-bahan yang mudah menghantarkan arus listrik,seperti garam,akan
menyebabkan peningkatan arus bocor lewat permukaan isolator yang berpolutan. Penelitian ini bertujuan
mengetahui intensitas polusi dan tegangan gagal dari isolator berpolutan sebagai sampel dari populasi isolator
daerah Sulselbar. Hasil akhir yang direncanakan dari penelitian ini adalah peta digital intensitas polusi dan
tegangan gagal daerah Sulsebar dan pedoman pemilihan jenis isolator di daerah Sulselbar. Untuk mencapai
tujuan tersebut di tahun pertama ini,digunakan metode pengujian di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi dan
Laboratorium Kimia. Pengambilan sampel polutan pada isolator keramik tonggak saluran pada switchyard gardu
induk tiap kawasan dilakukan pada dua titik berbeda,yakni pada bagian atas sirip isolator dan bagian bawah
sirip isolator.Dari sampel-sampel tersebut,dilakukan pengukuran komposisi unsure polutan dan konduktivitas
larutan polutan,serta pengujian tegangan tinggi untuk menguji konduktivitas permukaan isolator dalam kondisi
bersih dan terpolusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas polusi untuk setiap kawasan gardu I nduk
pada konsentrasi 0,50 g/l memiliki nilai ESDD sebagai berikut : GI.Makale sebesar 2,1819 mg/cm
2
,
GI.Sungguminasa sebesar 3,3536 mg/cm
2
,GI. Tello sebesar 3,2224 mg/cm
2
,GI Tallo lama sebesar 3,8909
mg/cm
2
GI.Pangkep sebesar 3,2043 mg/cm
2,
dan dikategorikan sebagai tingkat polutan terlarut berat (> 0.1
mg/cm
2
).I ntensitas polusi untuk setiap kawasan Gardu Induk memiliki nilai NSDD sebagai berikut : GI .Makale
sebesar 0,1280 mg/cm
2
,GI . Sungguminasa sebesar 0,1349 mg/cm
2
, GI.Tello sebesar 0,1432 mg/cm
2
GI Tallo
lama sebesar 0,1124 mg/cm
2
GI.Pangkep sebesar 0,0808 mg/cm
2
dan dikategorikan sebagai tingkakt polutan
tak larut rendah. Nilai arus bocor maksimum diperoleh pada kondisi pengujian terpolusi basah dengan
penyemprotan polutan Gardu Induk tiap kawasan sebagai berikut GI.Makele sebesar 4,73 mA,GI .Sungguminasa
sebesar 4,47 mA,GI.Tello sebesar 4,60 mA,GI ,Tallo lama sebesar 4,67 mA dan GI.sebesar 4,87 mA. Penelitian
selanjutnya yang direncanakan di tahun ke-2 dengan memanfaatkan hasil penelitian di tahun ke-1 adalah
mengevaluasi isolator terpasang pada Gardu Induk yang merupakan tempat pengambilan sampel polusi.
Selanjutnya,dilakukan pemetaan digital intensitas polusi dan tegangan gagal isolator dan menentukan pemilihan
isolator yang tepat untuk kondisi polusi pada gardu induk tiap kawasan.
STUDI PENYUSUNAN KRI TERI A STABI LI TAS KAPAL-KAPAL
PENYEBERANGAN ANTAR PULAU
Daeng Paroka, M.Rusydi Alwi dan Hasnawiah
ABSTRAK
Penyeberangan antar pulau merupakan salah satu sub system transportasi yang memegang peranan penting
dalam system transportasi nasional.Oleh karena itu tingkat pelayanan angkutan penyeberangan antar pulau
harus terus ditingkatkan guna mendukung kelancaran system transportasi nasional.Salah satu aspek yang perlu
diperhatikan dalam pengoperasian angkutan penyeberangan antar pulau adalah tingkat keselamatan
pelayaran.Hal ini disebabkan oleh tingkat keselamatan kapal-kapal penyeberangan antar pulau relative tinggi
terutama dalam satu dejade terakhir.Salah satu factor penting sehubungan dengan keselamatan dalam
pelayaran adalah kondisi stabilitas.Organisasi maritime Internasional (IMO) memberikan criteria stabilitas yang
diadopsi oleh banyak Negara termasuk Indonesai sebagai standar kelailautan kapal termasuk kapal
penyeberangan antar pulau. Dengan diberlakukannya peraturan yang mewajibkan pemakaian kapal buatan
dalam negeri dan pembatasan umur kapal yang diizinkan untuk beroperasi.PT I ndonesai Ferry membuat desain
khusus kapal angkutan penyeberangan. Desain tersebut mulai diperoduksi dan dioperasikan sejak tahun
1996.Hingga saat ini,kebanyakan lintasan penyeberangan yang telah dilayani menggunakan kapal desain
tersebut.Bentuk dan karakteristik dari desain tersebut mempunyai karakteristik dimensi dan bentuk yang
berbeda dengan kapal-kapal penyeberangan generasi sebelumnya yang umumnya merupakan kapal impor
terutama dari jepang.Perbedaan karakteritik tersebut mengakibatkan perbedaan karakteristik stabilitas.Oleh
karena itu,perlu dilakukan evaluasi terhadap stabilitas serta membuat criteria stabilitas khusus untuk kapal
tersebut yang mana dapat memperbaiki tingkat keselamatan penyeberangan antar pulau. Untuk mencapai
tujuan tersebut,stabilitas kapal yang sudah dibangun perlu dihitung dan dievaluasi terhadap criteria stabilitas
yang berlaku di Indonesia (criteria stabilitas IMO).Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap stabilitas
diidentifikasi berdasarkan hasil perhitungan stabilitas pada berbagai kondisi pemuatan.Selain Evaluasi terhadap
criteria stabilitas tingkat keselamatan dalam pelayaran juga diestimasi sehingga diperoleh batasan yang.
KAJ I AN EKSPERI MENTAL POROUS CONCRETE YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND
POZZOLAN DAN SERAT POLYPROPYENE
M.Wihardi Tjaronge dan Rita Irmawaty
ABSTRAK
Porous concrete adalah beton tanpa agregat halus dan hanya terdiri dari agregat kasar,semen dan air serta
bahan kimia tambahan.Porositas atau lubang-lubang pada porous concrete bermanfaat untuk menyaring
kotoran sehingga tidak terbawa ke dalam tanah atau saluran air.Selain itu,lubang-lubang tersebut diharapkan
dapat menyerap energy sinar matahari.Porous concrete telah banyak digunakan sebagai lapisan permukaan
jalan pada daerah pedestrian seperti tempat-tempat untuk pejalan kaki (pedestrian walkways) di taman-
taman,trotoar dan untuk kendaraan ringan (linght vehicle). Pencampuran abu terbang yang mengandung
pozzolan dengan klinker semen Portland untuk membuat sejenis semen Portland-komposit akan memberikan
keuntungan ekonomi dan pelestarian lingkungan.Penggunaan serat polypropylene dalam campuran beton
konvensional akan meningkatkan kemampuan beton menghadapi perubahan panas dan serangan sulfat,serta
meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi pada temperature tinggi. Penelitian ini menggunakan semen
Portland pozzolan,serat polyropyene dan agregat kasar yang mudah diperoleh untuk membuat porous
concrete.Bentuk penelitian ini adalah eksperimental sunguhan (true experimental research).Pengujian yang
bersifaf kualitatif dan kuantitatif dilaksanakan untuk mengevaluasi sifat-sifat fisik porous concrete dan menguji
pemanfaatan porous concrete.
KAJ I AN RANGKAI AN BAMBU SEBAGAI ALAT PEREDAM OMBAK (APO) UNTUK MELI NDUNGI AREAL
PENANAMAN MANGROVE
Muh.Arsyad Thaha, A.Suriamiharja dan Chairul Paotonan
ABSTRAK
Kegiatan penanaman kembali mangrove untuk rehabilitasi pantai masih banyak menemui kendala terutama
tingkat keberhasilan pertumbuhan mangrove yang rendah.Hal ini disebabkan oleh terkikis dan tercabutnya
mangrove yang baru ditanam oleh gelombang.Alat pemecah ombak (APO) dari bahan bamboo telah digunakan
oleh masyarakat di beberapa tempat untuk memproteksi areal penanaman dari gangguan gelombang dengan
cara menancapkan tiang-tiang bambu di depan areal penanaman,namun karena belum didukung oleh suatu
pedoman teknik perancangan,maka efektifitas dan efisiensi tidak bias terukur.Penelitian tipe APO tancap ini
telah diselesaikan pada tahun I penelitian (2008) dan telah menghasilkan pedoman teknis perancangan.Melalui
interaksi dengan masyarakat didapatkan masukan berarti bahwa pekerjaan memancang tiang-tiang relative sulit
dilakukan di laut oleh masyarakat,sehingga masih diperlukan tipe-tipe APO lainnya dengan pelaksanaan yang
lebih mudah. Penelitian ini bertujuan mengkaji APO Semi Terapung dan Terapung. Eksperimen dengan simulasi
model fisik dilakukan di Laboratorium Hidrodinamika J urusan Perkapalan Unhas.Model rakit bamboo semi
terapung dan terapung penuh dengan skala geometric 1:5 dan 1:7,5 dibuat dari bahan bamboo yang dibelah 4
untuk semi terapung dan bamboo-bambu kecil berdiameter 2 cm untuk terapung penuh dengan asumsi ukuran
prorotip bamboo adalah berdiameter 15 cm.Enam macam model untuk masing-masing semi terapung dan
terapung penuh disimulasikan dengan 3 macam tinggi gelombang dan 3 macam periode gelombang.Simuasi
dilakukan pada saluran gelombang berukuran panjang 17m,lebar 1,20 m dan tinggi 1,0 m yang dilengkapi
dengan motor pemangkit gelombang dengan strok dan fully yang dapat divariasikan ukurannya.Pengambilan
data tinggi gelombang sebelum model dan sesudah melalui model dilakukan pada masing-masing 9 titik
pengamatan dengan cara membaca fluktuasi muka air pada skala yang telah ditempatkan pada titik
pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecuraman gelombang (H
i
/L) sangat signifikan berpengaruh
terhadap gelombang yang ditransmisikan dan direfleksikan yang direpresentasikan oleh Koefisien Tranmisi (K
t
)
dan Koefisien Refleksi (K
r
) untuk semua model.Pada semua model yang dikaji didapatkan bahwa semakin
panjang struktur APO (P),semakin miring struktur APO semi terapung (Sin @ atau d/B semakin kecil), semakin
rapat batang-batang rakit (s),semakin tebal struktur rakit (h); maka semakin memperkecil tinggi gelombang
yang ditransmisikan (K
t
semakin kecil) dan semakin memperbesar gelombang yang direfleksikan. Meskipun
demikian,gelombang refleksi terlihat meningkat meskipun peningkatannya cukup kecil. Telah ditemukan
pedoman teknis perancangan APO Semi Terapung dan Terapung penuh dalam bentuk kurve dan persamaan
yang menyajikan hubungan parameter yang berpengaruh dalam bentuk hubungan parameter tak berdimensi.
DESAI N KENDALI UMPAN BALI K LI NEAR QUADRATI C GAUSSI AN (LQG) PADA STATI C
SYNCHRONOUS COMPENSATOR (STATCOM)
Indar Chaerah Gunadin dan Mukhtar Saleh
ABSTRACT
Static Synchronous Compensator (STATCOM) is ones of fact devices that have functions as power factor
correction,voltage regulation and improve system stability.STATCOM is a multiple input and multiple output
system (MIMO),so control design with control multi variable is needed.There are e few kind of control method
without considering disturbance and noise.In implementation of STATCOM have to attended influence of
harmonic in system,so the two kind of method control;PI and LQR are not good to get best performance of
control.if used LQG method we will get best performance,because this method has considering the real condition
of system.
BIDANG ILMU AGROKOMPLEKS
1. Bidang Kajian Ilmu Kelautan dan Perikanan
I DENTI FI KASI DAN PEMETAAN LOKASI PENANGKAPAN I KAN (FI SHI NG GROUND) MENGGUNAKAN
KOMBI NASI MODEL HI DRODI NAMI KA DENGAN TEKNOLOGI CI TRA SATELI T (STUDI KASUS:
KEPULAUAN SPERMONDE,SULAWESI SELATAN)
Amiruddin, Mukti Zainuddin dan Samsu Arif
ABSTRAK
Telah dilakukan pemodelan sirkulasi laut di Kepulauan Spermonde dengan menggunakan model hidrodinamika
tiga dimensi. Persamaan pengatur yang digunakan adalah kombinasi dari persamaan kontiuitas dan persamaan
gerek yang diselesaikan secara numeric dengan teknik mode splitting. Data input dari model ini adalah data
batimetri kepulauan Spermonde dan data angin yang diperoleh dari http:/www.ncep.gov. Output dari model ini
berupa distribusi kecepatan horizontal dan profil kecepatan vertical pada setiap lapisan untuk empat musim
yaitu : monsoon barat,transisi dari monsoon barat ke monsum timur,monsoon timur dan transisi dari monsoon
timur ke monsoon barat. Hasil simulasi memperlihatkan bahwa pola arus permukaan sesuai dengan hasil
observasi yang dilakukan oleh Wyrtki, kecuali pada zona dangkal. Pada monsoon barat,arus laut cenderung
megalir ke tenggara dengan kecepatan arus maksimum mencapai 0.24 m/s. Pada musim transisi dari monsoon
barat ke monsoon timur,arus laut masih mengalir ke tenggara dengan kecepatan maksimum 0.15 m/s dan juga
pada musim transisi dari monsoon timur ke monsoon barat,arus laut juga masih mengalir ke barat dengan
kecepatan maksimum sebesar 0.045 m/s. Dari profil kecepatan vertical ditemukan lokasi terjadinya upwelling
dan downwelling pada beberapa tempat di kepulauan spermonde.
Kata Kunci :
UJ I COBA,EFEKTI VI TAS DANKERAMAHAN LI NGKUNGAN ALAT TANGKAP SET NET DI TELUK BONE
SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN NELAYAN PESI SI R
Sudirman, Musbir, M.Abduh Ibnu Hajar dan Safruddin
ABSTRAK
Perikanan pantai di Perairan Selatan telah berkembang dengan baik dengan pemanfaatan penangkapan ikan
tradisional.Banyak nelayan yang beroperasi di perairan pantai di Sulawesi Selatan melakukan persaingan daerah
penangkapan dengan alat tangkap lainnya dengan alat tangkap yang bersala besar selama proses operasi
penangkapan. Disamping masalah tersebut diatas,nelayan pantai tertekan oleh naiknya harga bahan bakar
minyak yang meningkatkan biaya operasional,terbatasnya kemampuan managemen dan kondisi cuaca yang
kurang dapat diprediksi.Untuk mengurangi masalah-masalah tersebut diatas,maka pemberdayaan kelompok
nelayan,pemberian subsidi harga bahan dan introduksi teknologi alat tangkap baru menjadi sangat urgen untuk
dilakukan.Transfer teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan yang ditujukan ke nelayan local di Teluk Bone
Sulawesi Selatan merupakan salah satu solusi dari masalah-masalah tersebut di atas. Di Bawah J ICA Grass-root
Partnership Program,Tokyo University and Marine Science and Technology (TUMSAT) dan Universitas
Hasanuddin (UNHAS) melakukan suatu proyek Technology Transfer alat tangkap set net di Teluk Bone Sulawesi
Selatan yang dimulai pada tahun 2007 sampai 3 tahun ke depan. Tulisan ini mendiskusikan mengenai introduksi
alat penankapan ikan set net di Sulawesi Selatan,mulai dari persiapan,konstruksi alat,proses
penangkapan,efektivitas hasil tangkapan termasuk keramahan lingkungan dari alat tangkap tersebut.Paper ini
diharapkan menjadi rujukan dalam pengembangan perikanan set net di perairan pantai di I ndonesia.
Kata kunci: Set net,Teluk Bone,Sulawesi Selatan.
ESTI MASI KONDI SI PADANG LAMUN BERBASI S TANSFORMASI
NI LAI RADI ANSI CI TRA ALOS AVNI R-2
M.Ansar Amran dan Rohani
ABSTRAK
Kendala utama dalam pemnfaatan penginderaan jauh untuk pemetaan obyek dasar perairan adalah sifat kolom
air yang menyerap dan menghamburkan energy gelombang elektromagnetik sehingga mengurangi daya tembus
cahaya ke dalam perairan. Kedalaman penetrasi gelombang elektromagnetik ke dalam kolom air bergantung
pada panjang gelombang dan bahan-bahan terlarut dan tersuspensi yang ada dalam kolom air tersebut.Hasil
penelitian jupp (1988) menunjukkan bahwa band-band yang bekerja pada spectrum cahaya tampak dapat
mendetksi obyek yang berada di bawah permukaan air. Salah satu citra penginderaan jauh satelit yang tersedia
saat ini adalah ALOS ANVI R-2.Citra tersebut mempunyai resolusi spasial 10 meter dengan sensor-sensor yang
bekerja pada band biru (o,42-0,50 um),hijau (0,52 0,60um),merah (0,61-0,69um) dan infra merah (o,76 -0,89
um). Ketersediaan band-band biru,hijau dan merah pada citra tersebut memungkinkan pemanfaatannya untuk
mendeteksi obyek di bawah permukaan air. Kendala lainnya adalah tercampurnya pantulan obyek dasar
perairan dengan pantulan kolom air sehingga radiansi yang terekam oleh sensor tidak secara langsung
menggambarkan obyek dasar perairan. Oleh karena itu diperlukan suatu algoritma yang dapat memisahkan
antara radiansi obyek dasar perairan dan radiansi kolom air. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun algoritma
pemisahan antara radiansi obyek dasar perairan dan radiansi kolom air yang terekam pada citra ALOS AVNI R-2.
Pemisahan antara radiansi kolom air dan radiansi dasar perairan yang didasarkan pada rumusan :L
bi
= L
ei
e
2kiz

L
wi
(e
2kiz
-1). Pengaruh kedalaman perairan (Z) terhadap radiansi kolom air (L
wi
) pada citra ALOS AVNIR-2 dapat
dinyatakan sebagai fungsi pangkat negative (negative power),yakni : Band-1 : L
wi
= 96,473 z-
0,980 ,
Band-2 : L
w2
= 83,169z-
0,658,
Band-3 : L
w3
= 61,219 z-
1,263
Pemisahan antara radiansi kolom air dan radiansi dasar perairan
menghasilkan citra yang dapat menampilkan obyek dasar perairan secara lebih jelas. Klasifikasi maximum
likelihood pada citra radiansi dasar peraiaran menghasilkan peta sebaran obyek dasar perairan dengan tingkat
ketelitian mencapai 86 %.
Kata kunci : radiansi kolom air,radiansi obyek dasar perairan,citra ALOS AVNIR-2
PENGEMBANGAN VAKSI N REKOMBI NAAN YANG MENGEKSPRESI KAN GEN SI NTESI K VP26 UNTUK
PENGENDALI AN I NFEKSI WSSV PADA UDANG WI NDU (Penaeus monodon)
Sriwulan dan Hilal Anshary
ABSTRAK
White Spot Syndrome Virus (WSSV) adalah virus yang sangat pathogen dan dapat menyebabkan kematian
missal (100%) pada udang windu dalam 3-5 hari setelah infeksi awal.Penggunaan vaksin rekombinan
memungkinkan dilakukan untuk pengendalian infeksi virus karena udang diketahui memiliki quasi-immune
respon. Salah satu komponen virus yang terkonservasi dan dapat dijadikan sebagai kandidat vaksin adalah
protein virus VP26.Rekayasa DNA rekombinan dengan menggunakan gen sintesik VP26 akan menghasilkan sel
yang mengekspresi protein VP26 dan memiliki efek imunomodulasi tinggi sebagai kandidat vaksin.Teknik yang
digunakan untuk mensintesis gen adalah Thermodinamically Balanced I nside Out (TBIO) memiliki kelebihan
karena memungkinkan untuk mensintesis gen dengan tingkat ketelitian yang cukup tinggi dan ekspresi gen
pada E.coli dapat ditingkatkan karena dengan menggunakan gen sintetik dimungkinkan penyesuaian kodon gen
VP26 terhadap kodon inangnya,yaitu E.coli. Pada penelitian ini gen pengode protein VP26 pertama-tama
dikontruksi secara sintetis dengan melakukan optimasi menggunakan software DNAworks yang menggunakan
system TBIO,namun karena oligonucleotida VP26 cukup panjang yaitu 615 bp dan dari analisis DNAworks
diperoleh 33 pilihan,maka akan memerlukan waktu yang lama untuk optimasinya.Akhirnya digunakan software
DNA 2.0 untuk optimasi,dikloning pada plasmid pUC 19 dan selanjutnya ditransformasi pada Escherichia
coli.Untuk menguji kebenaran transformasi dilakukan uji lisis cepat dan pemotongan dengan menggunakan
enzim restriksi BamHI dan EcoRI. Pada tahun II akan dilakukan cloning dengan menggunakan vector ekspresi
p3535 dan setelah itu dilakukan uji lisis cepat dan sequencing untuk memastikan kebenaran cloning.Dan pada
tahun III Setelah diperoleh E. Coli/Lactocococcus lactis rekombinan yang mengekspresikan protein VP26,efek
protektifnya diuji pada udang windu terhadap infeksi WSSV.
Kata Kunci :
PENGENDALI AN MULTI PLE I NFEKSI EKTOPARASI T PADA I KAN BERANONG (SI GANUS sp) MELALUI
STI MULASI SI STEM KEKEBALAN NON-SPESI FI K
Hilal Anshary, Sriwulan dan Haryati
ABSTRAK
Perkembangan budidaya ikan-ikan air laut termasuk ikan beronang (Siganus spp) seringkali mendapat hambatan
akibat berjangkitnya berbagai jenis penyakit parasite,terutama golongan protozoa,monogenea,dan
Crustacea.Penyakit parasite ini sangat sering menyebabkan kematian missal pada ikan-ikan yang
dibudidayakan.Banyaknya jenis parasit yang menginfeksi ikan pada waktu yang bersamaan menjadikan ikan
sangat beresiko mengalami kematian terutama pada saat kondisi fisika-kimia lingkungannya mengalami
penurunan kualitas sehingga menyebabkan ikan mudah stress,dan dilain pihak menstimulasi perkembangan
parasit.Parasit berbahaya yang sering menyerang ikan beranong dan menyebabkan kematian missal adalah
parasit protozoa Amyloodinium ocellatum (Anshary,Haliotrema sp,Pseudohaliotrema sp) Crustacea caligus
spp,dan Lepeoptheirus sp dapat berkembang sangat pesat sehingga dapat menyebabkan kematian missal pada
ikan beranong dalamwaktu yang relative singkat. Pada Tahun 1,penelitian dilakukan dengan memberikan bahan
imunostimulant pada ikan melalui pakan untuk meningkatkan system pertahanan non-spesifik dalam melawan
infeksi terhadap parasit terutama parasit Pseuducaligus uniatus,yang dapat menginfeksi mulai dari fase
copepodid,chalimus dan fase dewasa.Saat penelitian,parasit ini sangat dominan menginfeksi dan hanya
ditemukan beberapa jenis parasit lain seperti Gyrodactylus sp.Sehingga infeksi ikan hanya dilakukan terhadap
parasit P. uniartus. Penelitian diawali dengan mengumpulkan ikan beranong dari alam,karena ikan beranong
hasil budidaya yang rencana awalnya akan digunakan pada penelitian ini ternyata tidak mencukupi dari segi
kualitas dan kuantitas,sehingga peneliti memutuskan untuk menggunakan spesies ikan beranong yang
ditangkap dari alam. Ikan ini terlebih dahulu ditampung dalam keramba jaring apung untuk aklimatisasi
terhadap lingkungan dan pakan,selama kurang lebih 2 bulan. Selama dalam massa aklimatisasi tingkat kematian
mencapai lebih dari 50%,dan ikan yang bertahan hidup adalah ikan yang sudah dapat menerima pakan buatan
yang diberikan.Ada dua jenis spesies ikan beranong yang digunakan sebagai hewan uji Siganus guttatus dan
S.vermiculatus. Sebelum digunakan,hewan uji direndam dalam larutan formalin 150 ppm selama 1 jam untuk
menghilangkan parasit yang kemungkinan diperoleh dari alam,dan ikan ditempatkan pada wadah dalam
karamba sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.Ada 3 jenis percobaan yang dilakukan,yaitu percobaan
dengan menggunakan bahan Kitin,dan bahan herbal E-immune,Khitin di ekstrak dari cangkang kepiting yang
dilakukan pada Laboratorium Kimia Universitas Hasanuddin,sedangkan herbal E-immune adalah bahan yang
dijual komersial.Dosis bahan imunostimulant yang digunakan pada penelitian ini adalah 2% dari pakan yang
diberikan untuk semua perlakuan.Imunostimlant tersebut dicampur pada pakan ikan dengan menggunakan
minyak ikan sebagai bahan perekat (binder) agar bahan imunostmulant tersebut tidak larut dalam air ketika
diberikan.Pakan diberikan secara addlibitum sebanyak 3 kali dalam sehari.Pemberian pakan yang mengandung
imunostimulan diberikan selama 10 hari dan selanjutnya ikan diuji tantang secara kohabitasi dengan
menggunakan induk ikan yang terinfeksi berbagai jenis parasit.Lama uji tantang disesuaikan dengan lama siklus
hidup parasit P.uniartus.,yaitu sekitar 10 hari dari telur sampai dewasa.Tiga hari setelah uji tantang beberapa
ikan mengalami kematian ikan,Setelah uji tantang dilakukan pengamatan terhadap tingkat kematian ikan,jenis
dan jumlah parasit yang menginfeksi,respon imun ikan serta kerusakan jaringan akibat infeksi parasit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa infeksi eksperimen berhasil dilakukan secara kohabitasi.Namun
demikian,intensitas infeksi parasit yang sangat tinggi menyebabkan ikan uji coba tidak dapat menahan infeksi
sehingga mengalami kematian.Lama infeksi tampaknya penyebab tingginya tingkat infeksi tersebut,sehingga
infeksi seperti ini tidak alamiah.Efek dari bahan imunostimulant yang digunakan secara umum dapat menekan
tingkat kematian akibat infeksi dari multiple stadia P. uniartus disbanding dengan control,meskipun tingkat
kematian pada perlakuan dan kotrol cukup tinggi,Analisis terhadap parameter darah dan respon imun
memperlihatkan bahwa bahan imunostimulant ini dapat meningkatkan system kekebalan nonspesifik meskipun
tidak dapat menahan infeksi yang sangat tinggi. I kan yang teinfeksi berat mengalami erosi pada permukaan
tubuh dan siripnya.Semua jenis ikan yang mengalami kematian,siripnya menjdi tidak utuh.Luka-luka akibat
infeksi ini mengakibatkan keseimbangan osmoregulasi menjadi terganggu sehingga menyebabkan kematian
pada ikan.Luka-luka ini juga diduga menjadi jalan masuk bagi infeksi sekunder seperti infeksi bakteri.Secara
histology,jaringan epidermis dan dermis pada kulit dan sirip mengalami disintegrasi dan tampak adanya respon
inflamasi pada organ terinfeksi yang ditandai dengan bertumpuknya sel-sel darah putih. Pada Tahun
II,digunakan herbal E-Immune dan ekstrak microalgae yang dijual komersial dan kitin hasil ekstraksi dari
cangkang udang yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Universitas Hasanuddin.Ikan contoh yang digunakan
berasal dari Budidaya I kan di BBAP Takalar dan tangkapan dari alam di sekitar Perairan Siddon Kabupaten
Barru.Ikan yang berukuran 5-8 cm terlebih dahulu diaklimatisasi dalam wadah fiberglass selama seminggu dan
selanjutnya dilakukan treatment perendaman terhadap larutan formalin 150 ppm selama 1 jam dan perendaman
dalam air tawar selama 10 menit untuk menghilangkan kemungkinan infeksi dari parasit. Herbal dan kitin
diberikan ke ikan dengan cara mencampur ke dalam pakan ikan.Pakan dicampur dengan herbal sebanyak 3%
dari pakan yang diberikan dan digunakan perekat dari miyak ikan untuk mencampur antara pakan dengan
herbal,dan kitin. Sumber infeksi parasit diperoleh dari Induk ikan beranong Siganus quttatus yang terinfeksi di
station penelitian BRPBAP Maros di Siddo Kabupaten Barru.Ikan beranong sebanyak 50 ekor yang sebelumnya
bebas dari parasit,dinfeksi secara kobabitasi dengan induk terinfeksi di BRPBAP selama 5 hari.Selanjutnya ikan
yang telah terinfeksi dipindahkan ke station penelitian di Kupa Kabupaten Barru. Percobaan dirancang dengan
melalkukan 3 rangkaian penelitian,yaitu penelitian dengan menggunakan: 1 herbal microalgae,2 herbal E-
immune,dan 3.Kitin penelitian dirancang dengan menggunakan 6 bak fiber berkapasitas 20 L yang masing-
masing terdiri dari perlakuan (3% herbal) dan control,dengan masing-masing 3 ulangan,Ikan diberi makan 3 kali
sehari secara adibitum,serta dilakukan penyiponan serta pergantian air sebanyak 100% setaip hari. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa penggunaan herbal E-imumune dan herbal microalagae dapat memberikan
efek imunomodulasi pada ikan dengan terjadinya peningkatan aktivitas lysozme serta meningkatnya leukosit
dalam darah.Uji tantang dengan multiple parasit relative dapat menekan tingkat infeksi parasit untuk
penggunaan herbal,microalgae dan kitin.
Kata Kunci :
KAJ I AN POTENSI FARMAKOLOGI S TAHAP AWAL KARANG LUNAK (OCTOCORALLAI A: ALCYONACEA)
DI KEPULAUAN SPERMONDE, KOTA MAKASSAR
Abdul Haris, Shinta Werorilagi dan Sulaiman Gosalam
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Kepulauan Spermonde, Kota Makassar,pada bulan J uni sampai September 2009
dengan tujuan (a) untuk mengetahui distribusi karang lunak,(b) mengetahui jenis-jenis karang lunak yang
ekstrak kasarnya (crude extract) mempunyai bioaktivitas terhadap Artemia salina. Identifikasi sampel karang
lunak berdasarkan petunjuk Fabricus dan Alderslade (2001),fossa dan Nilsen (1998),dan Williams (2006),yaitu
dengan melihat morfologinya berdasarkan gambar karang lunak yang diambil di lapangan.Ekstraksi dilakukan
dengan metode maserasi menggunakan pelarut methanol dan kloroform sesuai dengan petunjuk Suradikusuma
(2001).Uji bioaktivitas sitotoksik dilakukan dengan menggunakan Brine Shrimp Lethality Test (BST) yang
digunakan oleh Suradikusama (2001).Konsentrasi untuk larutan uji dalam BST digunakan tiga kosentrasi,yaitu
10 ug/ml,100 ug/ml,dan 1000 ug/ml.LC50 ditentukan dengan menggunakan metode probit.J ika LC50 dibawah
1000 ug/ml dinyatakan toksik dan berpotensi antikanker sedangkan jika nilai LC50 diatas 1000 ug/ml dinyatakan
tidak toksik. J umlah jenis karang lunak yang ditemukan pada seluruh lokasi penelitian (Pulau Barrang
Lompo,Pulau Lumu Lumu,Pulau Lanjukang)ini yaitu 23 jenis 10 genera,dan 3 famili,Alcyoniidae,Nephteidae,dan
Xeniidae.Hasi; uji terhadap Artemia salina menujukkan semua jenis karang lunak yang ditemukan memiliki
bioaktivitas yang cukup tinggi untuk aktivitas antikanker,dimana LC50 yang ditemukan berkisar 5,98 -21,62
ug/ml. Dari 23 jenis karang lunak yang ditemukan terdapat 4 spesies yang highly toxic pada sinularia sp.2
sedangkan dari esktrak kloroform terdapat 4 jenis yang highly toxic, yaitu Dendronephthya spi,Dendronephthya
sp 3,Lobophytum spi,dan Discosoma sp.1.Dari ke delapan jenis yang highly toxic,Sinularia sp2 yang memiliki
daya racun yang tertinggi dan memiliki komponen aktif yang bersifat polar karena terdapat pada ekstrak
methanol. Sedangkan jenis Dendronephtya sp1 memiliki bahan aktif yang highly toxic pada kedua esktrak baik
methanol maupun kloroform.
Kata kunci : Ekstrak Karang Lunak,Spermonde,Makassar,Bioaktivitas
2. Bidang Kajian Ilmu Pertanian
PENERAPAN BI OTEKNOLOGI DALAM KONSERVASI DAN REKAYASA GENETI KA
ANGGREK LANGKA ENDEMI K SULAWESI SELATAN
Rinaldi Sjahril, Muh.Riadi dan Muh.Danial Rahim
ABSTRAK
Penelitian kultur in vitro ini dilakukan di Laboratorium Kultur J aringan Tanaman J urusan Budidaya
Pertanian,Fakultas Pertanian,Universitas Hasanuddin dari bulan Maret sampai September 2009.Tujuan penelitian
untuk melestarikan plasma nutfah anggrek langka endemic Sulawesi khususnya Phalaonopsis amboinensis
melalui koleksi plasma nutfah secara ex situ melalui kultur in vitro berupa kallus dan protococorm-like bodies
(PLB) untuk keperluan konservasi dan pemuliaan lanjutan berupa rekayasa genetika. Penelitian dilakukan dalam
dua set percobaan yang diinisiasi dari eksplan daun,akar dan pangkal batang anggrek Phalaoenopsis
amboinensis,menggunakan media dasar pada New Dougashima Medium (NDM) dan disusun dalam Rangcangan
Acak Kelompok (RAK) pola factorial dua factor. Pada set percobaan pertama,factor pertama adalah konsentrasi
auksin jenis NAA (N) yang terdiri dari 4 taraf,yaitu konsentrasi 0,0 mg 1
-1
;0,1 mg 1
-1
; 0,5 mg 1
-1
(N2);dan 1,0
mg 1
-1
(N3).Faktor kedua adalah konsentrasi sitokini jenis BAP (B)yang terdiri dari 4 taraf,yaitu konsentrasi 0,0
mg1
-1
(A0);1,0 mg 1
-1
(B
0
) ;0,1 mg 1
-1
(B
1
); 0,5 mg 1-1 (B
2
);dan 1,0 mg 1
-1
(B3). Pada set percobaan
kedua,factor pertama adalah konsentrasi auksin 2,4-D (A) yang terdiri dari 3 taraf,yaitu konsentrasi 0,0 mg 1
-1
(A0);1,0 mg1
-1
(A1) dan 2,0 mg 1
-1
(A2).Faktor kedua adalah konsentrasi sitokinin TDZ (B) yang terdiri dari 5
taraf,yaitu konsentrasi 0,0 mg 1
-1
(B0);0,5 mg 1
-1
(B1);1,0 mg1
-1
(B2);2,5 mg 1-
1
(B3) dan 5,0 mg1
-1
(B4). Hasil
percobaan pertama menunjukkan bahwa perlakuan NAA 0,5 mg 1
-1
dan BAP 1,0 mg 1
-1
merupakan kombinasi
terbaik untuk mendorong pembentukan kallus,dan perlakuan NAA 0,1 mg 1
-1
dan BAP 1,0 mg 1
-1
merupakan
kombinasi terbaik untuk mendorong pembentukan PLB.Sedangkan pada hasil percobaan kedua menunjukkan
bahwa perlakuan 2,4-D,TDZ dan kombinasinya tidak menunjukkan bahwa perlakuan,namun perlakuan TDZ 1,0
mg 1
-1
tanpa 2,4-D merupakan konsentrasi terbaik untuk mendorong inisiasi multiplikasi tunas dan
daun.Terdapat indikasi bahwa penggunaan 2,4-D menekan efek TDZ bila penggunaannya dikombinasikan.
PENGGUNAAN TEKNI K I NDUKSI RESI STENSI SECARA I N VI TRO UNTUK MENUNJ ANG
PENGEMBANGAN BI BI T PI SANG TAHAN PENYAKI T LAYU (fusarium oxysporum f.sp cubense) DAN
PENYAKI T DARAH (Pseudomonas celebensis)
Rialid Halide, Tutik Kuswinanti dan Baharuddin
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bibit tanaman pisang yang mempunyai ketahanan lebih tinggi
terhadap penyakit layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp.cubense/Foc) dan penyakit darah (Pseudomonas
celebensis) dari hasil seleksi in vitro menggunakan agen penginduksi : kultuur filtrate Foc dan EPS dari.P
celebensis. Pada penelitian ini toxin dari kedua jenis pathogen diisolasi dan dipurifikasi untuk digunakan sebagai
agen penginduksi pada kultur jaringan pisang,dengan konsentrasi sebesar 2,5% untuk Foc dan 10% untuk
EPS.Konsentrasi ini didasarkan pada hasil pengujian sebelumnya.Tahapan penelitian selanjutnya dilakukan
dengan pengamatan enzim yang terkait dengan system pertahanan tanaman yang terbentuk sesaat setelah
induksi.Selain itu juga diamati profil protein total dan isozim plantlet 4 varietas pisang melalui elektroforesis
pada gel poliakrilamid. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa pada sampel yang diinduksi kandungan proteinnya
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang tidak diinduksi.Terdapat 3 protein yang khas dengan berat
molekul antara 32-80 kD yang hanya diamati pada sampel hasil induksi. Aktifitas enzim B-1,3 Glucanase dan
Chiitinase mulai meningkat pada24 jam setelah infeksi dan mencapai nilai maksimal pada 48 jsi. Planlet hasil
induksi selanjutnya diperbanyak secara kultur jaringan untuk tahapan persiapan uji ketahanan pada kondisi
terkontrol di dalam green house.Tahapan pengujian akan dilakukan pada tahun 2010,dengan menghitung berat
ringannya intensitas penyakit.Pengujian di lahan endemis akan dikombinasikan dengan antagonis Trichoderma
sp dan p.fluorescens untuk mengoptimalkan penekanan penyakit.Selaian itu juga akan memanfaatkan teknik
deteksi dini dengan PCR untuk mengantispasi kemungkinan tanaman hanya sebagai pembawa tak bergejala.
Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh suatu paket teknologi produksi bibit pisang yang mempunyai
tingkat ketahanan yang tinggi terhadap penyakit layu Fusarium dan penyakit darah di lapangan,serta
tersedianya mikroba antagonis yang efektif menekan penyakit layu dan darah di lapangan.
Kata Kunci : I nduksi resistensi,F.o.F.sp.cubense,P,celebensis,kultur jaringan,PCR
ANALI SI S DAERAH RESAPAN PENYEBAB BANJ I R KOTA MAKASSAR
PROPI NSI SULAWESI SELATAN
Totok Prawitosari, A.M.Imran dan Rafiuddin
ABSTRAK
Pembangunan fisik di kota Makassar telah berpengaruh terhadap pola pemanfaatan lahan.Lahan yang selama ini
merupakan daerah genangan air sebagian besar telah dikonversi untuk berbagai keperluan pembangunan
fisik,termasuk pemukiman,tempat niaga ataupun perkantoran.Fenomena tersebut berdampak pada pola aliran di
permukaan (suface flow) dan wilayah resapan air.Penelitian ini dilakukan di Kota Makassar sebagai ibukota
Propinsi Sulawesi Selatan. Terdapat beberapa parameter yang digunakan dalam penelitian ini yaitu,laju
infiltrasi,sifat fisik tanah,airtanah dan topografi serta hidro-oseanografi.Masing-masing menghasilkan peta
berupa zonasi yang kemudian ditumpangtindihkan dan akhirnya menghasilkan peta zona potensi banjir.
Terdapat 5 zona potensi banjir di Kota Makassar yaitu a) Potensi Banjir Tinggi meliputi sekitar aliran Sungai
Tallo meliputi Kecamatan Tamalanrea,Biringkanaya,Ujung Tanah,Wajo dan sebagaian kecil Kecamatan Tallo
atau sekitar 18% luas Kota Makassar,b) POtensi Banjir Sedang,sebagaian besar Kecamatan Tallo,sebagian
Kecamatan Tamalanrea,Kecamatan Tamalate atau sekitar 22% luas Kota Makassar,c,) Potensi Banjir
Rendah,sebagian besar Kecamatan Tamalate, Ujung Pandang, Mamajang, Mariso, Manggala, Tamalanrea,
Biringkanaya, sebagian Kecamatan Rappocini,Panaikang,Tallo dan Makassar atau sekitar 4% luas Kota
Makassar;d) Potensi Banjir Sangat Rendah,Kecamatan Tamalate dan Rappocini atau sekitar 5% luas Kota
Makassar;dan e) Bebas Banjir Kecamatan Tamalate dan Rappocini atau sekitar 15% luas meliputi Kota
Makassar. There are 5 flooding zones in Makassar namely a) High flooding potential zone covering around Tallo
River,Tamalanrea Biringkanaya,Ujung Tanah,Wajo and small area at Tallo District or around 18% of Makassar
area;b)Middle flooding potential zone covering Tallo,Tamalanrea,Tamalate Districts or around 22% of
Makassar;c) Low flooding potential zone covering Tamalate, Ujung Pandang,Mamajang,Mariso,Manggala,
Tamalanrea, Biringkanaya Districts and small area of Rappocini,Panaikang,Tallo and Makassar Districts or
around 40% of Makassar;d) Very low flooding potential zone covering Tamalate and Rappocini District or around
5% of Makasar area;and e) Zone of free flooding covering Tamalate and Rappocini District or around 15% of
Makassar area.
Key Word : Infiltrasi,Resapan,Banjir,Makassar
PENGEMBANGAN BUMBU BUBUK DARI PRODUK FERMENTASI I KAN DENGAN PENAMBAHAN
BUMBU DAN REMPAH SEBAGAI PENGHAMBAT AKTI FI TAS HI STI DI N DEKARBOKSI LASE (HDC)
Meta Mahendradatta, Februadi dan Kasmiati
ABSTRAK
Pada tahun kedua penelitian ini dilakukan penentuan umur simpan produk bumbu bubuk berbahan baku ikan
peda dan terasi yang disimpan dalam kemasan aluminium foil pada dua variasi suhu. Penentuan masa simpan
produk dilakukan dengan metode Arrbenius sedangkan parameter pengujian mutu produk adalah konsentrasi
histamine, total bakteri, kadar air dan uji organoleptik meliputi warna, tekstur dan aroma. Berdasarkan
pengujian terhadap kandungan histamine, kadar air dan total bakteri mesofil Nampak bahwa kandungan
histamine meningkat selama penyimpanan baik pada kedua produk tersebut. Demikian halnya pada kadar air
dan total bakteri mesofil yang meningkat selama penyimpanan. Peningkatan yang drastic pada suhu kamar
setelah penyimpanan minggu ke 3, sedangkan pada suhu chilling, peningkatan terjadi setelah penyimpanan
minggu ke 4 (untuk produk bumbu bubuk dari terasi ikan). Bumbu bubuk dari terasi mengalami peningkatan
setelah minggu ke 5 pada perlakuan suhu kamar,sedangkan untuk suhu chilling,tidak terjadi peningkatan yang
signifikan sampai penyimpanan minggu terakhir Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa bumbu bubuk ikan
peda dapat disimpan pada suhu kamar selama 10 minggu sedangkan bumbu bubuk terasi dapat disimpan pada
suhu kamar selama 12 minggu . Berdasarkan pengujian organoleptik bumbu bubuk berbahan baku ikan peda
dan terasi masih disukai sampai penyimpanan 8 minggu (selama penelitian berlangsung) Produk inovatif bumbu
bubuk yang dihasilkan diharapkan dapat memperkaya khasanah produk bumbu berbahan baku peda dan terasi
dengan menitiberatkan pada pengendalian aktivitas HDC pada produk tersebut.
1. Bidang Kajian Ilmu Peternakan
PRODUKSI PAKAN BUATAN ULAT SUTERA DENGAN PENAMBAHAN ZAT ANTI MI KROBI AL ALAMI
UNTUK PENI NGKATAN KUALI TAS DAN KUANTI TAS BENANG SUTERA DI SULAWESI SELATAN
J amilah, J asmal A. Syamsu dan Syatrawati
ABSTRAK
Penelitian ini mengupayakan pembuatan pakan buatan untuk ulat sutera dengan menyusun formula pakan yang
ditambahkan dengan antimikroba yang disesuaikan dengan strain ulat sutera yang cocok untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas benang sutera. Penelitian ini menggunakan ulat sutera (Bomhyx mori) strain Perum-
perhutani dari Balai Persuteraan Alam Soppeng dan strain China. Hal-hal yang diukur selama berlangsungnya
penelitian adalah menentukan kebutuhan nutrisi ulat sutera pada setiap instar,penentuan bahan dasar
pakan,analisa proksimat bahan-bahan pakan buatan,Formulasi pakan buatan,Uji efektivitas berbagai
antimikroba,pemilihan strain yang cocok dengan pakan buatan dan Uji kualitas kokon pada penelitian ini
mencakup berat kokon dan persentase kokon terhadap pupa. Hasil analisis sidik ragam yang didapat pada
penelitian ini menujukkan bahwa ketiga antimikroba mempunyai perbedaan yang berarti (<0.05) dalam
menghambat pertumbuhan jamur,uji lanjutan menunjukkan bahwa yang terbaik adalah pada penggunaan
garam disbanding dengan kalsium propionate dan kalium sorbet.Hasil analisis sidik ragam pada kualitas kokon
yang mencakup berat kokon,berat kulit kokon dan persentase kulit kokon menunjukkan tidak ada pengaruh
interaksi antara antimikroba dengan strain ulat sutera yang digunakan,tetapi pada strain hasil analisis statistic
berpengaruh nyata. Ini menunjukkan bahwa strain ulat sutera perum-perhutani mempunyai respon yang
relative lebih baik terhadap pakan buatan dibandingkan dengan strain china.
POTENSI MI KROBA SELULOLI TI K DAN LI GNOLI TI K DALAM MENGDERADASI SELULOSA DAN
LI GNI N LI MBAH PERTANI AN
Harfiah, Muhammad Zain Mide dan Sjamsuddin Rasjid
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan nilai nutrisi,palatabilitas dan daya cerna limbah pertanian (jerami
padi) sebagai pakan ruminansia,dan untuk menjamin ketersediaan pakan secara berkesinambungan (terutama
pada musim kemarau).Kegunaan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas/nilai nutrisi jerami padi
dengan system perenggangan ikatan logno-selulosa dan beberapa perlakuan untuk merenggangkan ikatan
lingo-selulosa,diharapkan jerami padi dapat menggantikan pakan tambahan seperti pemberian konsentrat yang
harganya mahal untuk memacu produktifitas ternak ruminansia. Perlakuan dalam penelitian ini akan meniru
proses pengolahan pakan yang terjadi di dalam rumen-retikulum,dimana pengolahan pakan dilaksanakan secara
holistic.Mulai dari penggunaan larutan basa (air kapur),penggunaan NH
3
/urea (amoniasi),penggunaan
asam(lactobacillus sp) dan pemanfaatan koloni bakteri selulotik (Ruminicoccus albus)dan hemiselulosa,Sehingga
daya cerna serat kasar,daya cerna selulosa dan hamiselulosa serta protein kasar jerami padi (terutama tanaman
yang sudah tua) dapat ditingkatkan.Dengan demikian jerami padi dapat dioptimalkan sebagai pakan ruminansia.
Kajian tentang upaya untuk meningkatkan nilai nutrisi limbah pertanian dan hijauan sudah banyak
dilakukan,baik secara fisik,kimia mapun biologi. Namun upaya tersebut masih sebatas penggunaan bahan secara
parsial atau sendiri-sendiri,belum dilaksanakan secara holistic seperti yang terjadi pada rumen-
retikulum,Sehingga penggunaan limbah pertanian (jerami padi) belum dapat digunakan sebagian pakan tunggal
untuk memenuhi kebutuhan hidup poko ternak ruminansia. Dalam penelitian ini akan dilakukan produksi bakteri
selulolitik,bakteri asam laklat,dan penggunaan mikroba lognolitik (kapan pelapuk putih/white rot fung),pengujian
inokulum mikroba dan pengujian jerami padi hasil fermentasi dengan beberapa perlakuan secara diuji secara in
vitro dan in vivo.Pada tahun pertama penelitian ini,bakteri asam laktat (lactobacillus sp) dan bakteri selulitik
(kapan pelapuk putih)difermentasikan pada jerami padi hasil fermentasi tersebut dilanjutkan dengan teknik in
vitro. Pada tahun kedua jerami padi hasil fermentasi diujikan pada ternak percobaan (kambing)parameter yang
diamati adalah konsumsi pakan (feef intake)daya cerna pakan,palatabilitas dan pertamabahan berat badan
ternak percobaan.Pada tahun ketiga akan dicoba memproduksi pakan dari jerami padi hasil fermentasi dalam
bentuk wafer dan silase,untuk memperpanjang lama penyimpanan. Diharapkan dari penelitian ini didapatkan
suatu paket teknologi pakan dan temuan baru tentang teknik/system perenggangan ikatan lingo-selluso dalam
meningkatkan kemampuan mikroba rumen mencerna sellulosa dan hemisellulosa dengan meniru proses
pengolahan pakan yang terjadi secara holistic pada rumen-retikulum. Hasil penelitian pada tahun 1
menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan dengan meniru proses pengolahan pakan yang terjadi di dalam
rumen-retikulum ruminansia,yaitu perlakuan alkali,amoniasi,fermentasi dengan bakteri asam (Lactobacillus
sp)bakteri selulotitik (Ruminococcus albus) yang diisolasi dari cairan rumen kambing dan penggunaan mikroba
lignolitik (kapan peelapuk putih.white rot fungsi) sebagai pendegradasi lignin berpengaruh nyata (P<0,01)
antara perlakuan satu dengan perlakuan lainnya.Kadar protein kasar dan BETN meningkat dan serat kasar
menurun secara signifikan. Peningkatan kadar hemaselulosa dan selulosa dan penurunan kadar NDF,ADF ligin
dan silica dipengaruhi oleh komposisi perlakuan.Peningkatan kadar hemaselulosa dan selulosa tidak bermasalah
bagi ternak ruminansia karena ternak ruminansia dapat memanfaatkan hemaselulosa dan selulosa sebagai
sumber energy,asalkan tidak dalam bentuk kristalisasi selulosa.Persentase kecernaan in vitro bahan
kering,bahan organic,NDF,dan ADF jerami padi hasil fermentasi menunjukkan peningkatan yang signifikan.Hal
ini dipengaruhi oleh aktifitas enzim yang dihasilkan oleh mikroba dalam mencerna bahan kering,bahan
organic,NDF,dan ADF jerami padi yang telah mengalami proses perennggangan ikatan lignoselulosa sebelum
difermentasi,dengan perlakuan alkali (larutan kapur).Hal ini membuktikan bahwa jerami padi yang rendah nilai
gizinya dapat ditingkatkan melalui proses fermentasi sesuai perlakuan.Dengan demikian jerami padi yang
ketersediaannya melimpah,mampu memenuhi kebutuhan pokok ternak ruminansia.
BIDANG ILMU EKOSOSBUDKUM
1. Bidang Kajian Ilmu Ekonomi
DESAI N PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERI NTAH DAERAH DALAM PENI NGKATAN EFEKTI FI TAS
PENGELUARAN DAN PELAYANAN PUBLI K STUDI KASUS KABUPATEN SI DRAP
Nursini , A.Amrullah, Muh.Yusri Zamhuri dan Tawakkal
ABSTRAK
Peningkatan efektifitas pengeluaran dan pelayanan public sangat tergantung pada kapabilitas aparat pemerintah
daerah dalam mengelola keuangan daerah. Upaya peningkatan pengelolaan keuangan daerah merupakan kunci
utama menuju kepada terciptanya :Good Governance. Penelitian ini menggunakan model analisis deskriptif
yang bersumber dari data primer (questioner). Kegiatan pertama adalah mengujicobakan atau melokakaryakan
modul pelatihan yang lebih relevan dengan peningkatan efektifitas pengeluaran dan pelayanan public sesuai
dengan kondisi riil di Kabupaten Sidenreng Rappang.Keempat modul tersebut adalah;(i) Keterkaitan dan
konsistensi dokumen perencanaan dan penyusunan KUA dan PPAS,(ii) Prioritasasi program dan kegiatan (iii)
perhitungan potensi penerimaan pajak dan retribusi,dan (iv) penyusunan Laporan Keuangan. Hasil penelitian
menemukan bahwa isi/subtansi model pelatihan sangat relevant dengan kebutuhan pemerintah
daerah.Beberapa alas an penting dalam kaitan ini antara lain : a) Bahasa modul sangat sederhana dan aplikatif
sehingga mudah dipahami,b) Menambah wawasan secara mendalam baik konsep maupun aplikasi tentang
konsistensi dan keterkaitan antara perencanaan dan penganggaran,c) Contoh aplikasi yang terdapat dalam
modul sesuai dengan kondisi daerah,d) Sangat relevan dengan peraturan yang baru seperti Permendagri
13/2006 dan 59/2007.e) Menambah pengetahuan praktis seperti prioritisasi program,dst. Pelaksanaan pelatihan
berjalan efektif dan direnspons secara positif oleh peserta pelatihan.Diskusi antara pemateri dan peserta
pelatihan berkembang selama pelatihan khususnya pemberian contoh kasus seperti prioritisasi program.Dengan
demikian,pelaksanaan pelatihan tersebut akan member kontribusi kepada pemerintah daerah khususnya di
Kabupaten Sidenreng Rappang di masa akan dating.
Kata Kunci : Manajemen Keuangan Daerah,Pengeluaran Publik,Pelayanan J Aa,Penguatan Kelembagaan.
PENGARUH FAKTOR EKSTERNAL DAN FAKTOR I NTERNAL TERHADAP KI NERJ A USAHA MI KRO
DAN KECI L (UMK) DI SULAWESI SELATAN
(Studi Empiris dalam Rangka Disain Model Alternatif Pembinaan UMK di Sulawesi Selatan)
Musran Munizu, H.Syamsu Alam dan Hendragunawan
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis pengaruh factor-faktor eksternal yang terdiri atas aspek
kebijakan pemerintah,aspek 24ocial budaya dan ekonomi,dan aspek peranan lembaga terkait terhadap kinerja
Usaha Mikro dan Kecil ;(2) Menganalisis pengaruh factor-faktor internal yang terdiri atas aspek sumber daya
manusia,aspek keuangan,aspek teknik produksi dan operasional,dan aspek pasar dan pemasaran terhadap
kinerja Usaha Mikro dan Kecil;(3) Menganalisis pengaruh factor-faktor eksternal terhadap factor-faktor internal
usaha mikro dan kecil di Sulawesi Selatan; dan (4) Mengetahui hubungan dan pengaruhnya yang terjalin antar
variable dalam model yang dikonstruksi sebagai dasar atau acuan untuk membuat rancangan atau disain model
alternative pengembangan Usaha Mikro dan Kecil di Sulawesi Selatan. Penelitian dilakukan di Kota Makassar,dan
Kota Pare-pare.Penentuan sampel dilakukan dengan cara random sederhana (simple random sampling).J umlah
sampel ditetapkan sebanyak 300 orang pengusaha usaha mikro kecil dengan rincian 150 responden masing-
masing di kota Makassar,dan di Kota Pare-pare. Motode analisis yang digunakan adalah analisis desakriptif;dan
Structural Equation Modeling (SEM).Pengolahan data menggunakan bantuan software AMOS 4.01,serta SPSS
windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Faktor-faktor eksternal yang terdiri atas aspe kebijakan
pemerintah,aspek 24ocial budaya dan ekonomi,dan aspek peranan lembaga terkait mempuyai pengaruh yang
sangat kuat terhadap factor-faktor internal usaha mikro dan kecil dengan kontribusi sebesar 0,980 atau 98% (2)
Faktor-faktor eksternal yang terdiri atas aspek kebijakan pemerintah,aspek 24ocial budaya dan ekonomi,dan
aspek peranan lembaga terkait mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kinerja usaha mikro dan kecil dengan
kontribusi sebesar 0,792 atau 72,9% dan (3) Faktor-faktor internal yang terdiri atas aspek sumber daya
manusia,aspek keuangan,aspek teknik produksi/operasional,dan aspek pasar dan pemasaran mempunyai
pengaruh yang cukup kuat terhadap kinerja usaha mikro dan kecil dengan kontribusi sebesar 0,254 atau
25,4%.(4) Formulasi model dan strategi pengembangan usaha mikro dan kecil diawali dengan identifikasi factor-
faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi kinerja usaha. Kemudian dari hasil identifikasi tersebut
disusunlah dokumen model alternative,strategi,program dan rencana aksi (action plan) sebagai pedoman bagi
lembaga terkait dalam aktivitas pengembangan usaha mikro dan kecil di Sulawesi Selatan.
Kata Kunci : Faktor-faktor Eksternal,Faktor-faktor Internal,dan Kinerja Usaha Mikro,d,an Kecil (UMK)
PENGARUH DI NAMI KA LI NGKUNGAN TERHADAP STRATEGI OPERASI DAN KI NERJ A PERUSAHAAN
(Studi Pada I ndustri Manufaktur di Sulawesi Selatan)
Maat Pono, Musran Munizu dan H.Syamsu Alam
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis pengaruh factor dinamika lingkungan terhadap strategi operasi
industry manuaktur di Sulawesi Selatan,(2) Menganalisis pengaruh factor dinamika lingkungan terhadap kinerja
industry manufaktur di Sulawesi Selatan,(3) Menganalisis pengaruh strategi operasi terhadap kinerja industry
manufaktur di Sulawesi Selatan,(4) Membuat rancangan atau desain model alternative pengembangan industry
manufaktir yang lebih efektif dan relevan dengan kondisi daerah di Sulawesi Selatan pada umumnya dan
khususnya di Kota Makassar,Maros dan Pangkep. Penelitian dilakukan di propinsi Sulawesi Selatan,tepatnya di
kota Makassar,Maros dan Pangkep.Lama penelitian direncanakan selama 2 (dua) tahun yaitu tahun 2009 dan
2010.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh industry manufaktur yang tercatat pada Dinas/Instansi terkait
di Kota Makassar,Maros dan Pangkep.Penarikan sampel dilakukan secara random sederhana (simple random
sampling).J umlah sampel di tetapkan sebanyak 120 manajer.97 sampel di Kota Makassar,10 sampel di maros
dan 13 sampel di pangkep. Untuk mencapai tujuan penelitian ini digunakan 2 (dua) peralatan analisis yaitu (1)
Analisis Deskriptif dan (2) Structural Equation Modelling (SEM).Analisis deskriptif digunakan untuk
menggambarkan secara jelas karakteristik responden dan variable penelitian yang terdiri dari modus,rata-rata
digunakan untuk menguji hubungan antara satu variable dengan variable lainnya yang memungkinkan
pengujian sebuah rangkaian model hubungan yang relative rumit dan simultan.Pengolahan data menggunakan
bantuan software AMOS versi 4.01 serta SPSS versi 13.00. Hasil penelitian sementara menunjukkan bahwa
sebagian besae responden adalah jabatan manager produksi (32,5%),manager umum (28,3%),pimpinan/wakil
(27,5%) manager pemasaran (7,5%) dan manager keuangan 4,10%).Rata-rata umur sebagian besar responden
31 keatas (82,50%).Sebagian besar manger adalah berjenis kelamin laki-laki (80,80%). Senagian besar
responde memiliki tingkat pendidikan sarjana (61,67%) SMU (29,17%,dan pacsarjana (9,16%).Sebagian besar
responden memiliki masa verja antara 6-10 tahun (32,50%),1- 5 tahun (25% antara 11 -15 tahun (15%) dan
lebih dari 15 tahun (22,50%). Secara rata-rata indicator yang mempunyai skon tertinggi pada variable dinamika
lingkungan adalah pemasok,kemudian disusul perubahan ekonomi makro,teknologi dan perubahan
konsumen,Sedangkan indicator strategi operasi yang sangat doniman adalah strategi pengiriman,kemudian
disusul oleh indicator kualitas dan biaya serta indicator fleksibilitas.Sedangkan indicator kinerja yang sangat
dominan adalah tingkat produktivitas,kemudian disusul oleh tingkat pertumbuhan penjualan dan ROI (return on
invenstment).
Kata Kunci :
2. Bidang Kajian Ilmu Sosial dan Politik
OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALI SASI DESA :
Upaya Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah
Andi Yakub, Aspianur Masrie dan Sakinah Nadir
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memotret upaya-upaya pemberdayaan masyarakat menuju demokratisasi Desa
dalam skema pelaksanaan Otonomi daerah,Sejak berlakunya UU No.32 tahun 2004,dan adanya Badan
Permusyawartan Desa (BPD),maka diharapkan demokratisasi desa dapat terealisasi secara maksimal.Dalam hal
ini realisasi tidak hanya pada aspek formal saja melainkan secara substasial. Permasalahan yang kemudian
timbul adalah apakah kehadiran sosok Badan Permusyawaratan Desa yang ada dalam skema otonomi desa saat
ini telah menjadi jawaban atas berbagai kendala serta permasalahan mengenai keterlibatan masyarakat desa
dalam berbagai aspek kehidupan baik sosial maupun politik yang dirasakan selama ini.Selain itu apakah otonomi
desa juga akan dapat menjamin keberlangsungan partisipasi masyarakat yang cukup aktif dalam berbagai
dinamika masyarakat khususnya menyangkut permasalahan mereka. Dengan menggunakan metode
deskriftif,peneliti mencoba menemukan dan menjelaskan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat desa dalam
pelaksanaan otonomi daerah.Penelitian ini dilaksanakan di Desa Allaere dan Desa Sudirman Kecamatan Tanralili
dalam wilayah Kabupaten Maros.Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara langsung
dengan pedoman interview (interview guide).Informan dalam penelitian ini terdiri dari pemerintah
daerah,DPRD,pemerintah desa,dan masyarakat desa. Selain itu data diperoleh pula dari dokumen-dokumen
yang terkait dalam penelitian.Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode
kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa skema otonomi daerah yang dikembangkan dengan
menempatkan pemerintah daerah sebagai penentu utama segala kebijakan di daerah,membawa dampak pada
interpretasi pemerintah daerah bahwa otonomi desa yang dilaksanakan merupakan bagian integral dari
pelaksanaan otonomi daerah.Artinya skema otonomi desa yang dilaksanakan merupan bagian integral dari
pelaksanaan otonomi daerah dimana pemerintah daerah yang menjadi actor utama dalam pelaksanaanya.Dalam
kondisi yang demikian,amat sulit bagi kita untuk membayangkan akan hadirnya pemberdayaan bagi masyarakat
desa melalui otonomi desa.Kehadiran Badan Permusyawaratan Desa sebagai cikal bakal terjadinya demokratisasi
dis didesa belum menunjukkan perubahan signifikan dalam proses pemberdayaan masyarakat desa menuju
masyarakat desa yang lebih demokratis. Hambatan yang dijumpai dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa
antara lain:Faktor sumberdaya manusia (SDM),pendanan dan pola piker pragmatis,ini berhubungan dengan
sebuah kondisi dimana masyarakat desa telah terbentuk dalam pola piker yang sangat pragmatis dalam
menyikapi hadirnya kebijakan-kebijakan dari pemerintah termasuk otonomi desa,Selain factor tersebut terdapat
pula factor ekstern yang menghambat upaya-upaya pemberdayaan bagi masyarakat desa yang berasal dari
pihak pemerintah daerah sendiri.
Kata kunci : Otonomi Daerah,Otonomi Desa,Demokratisasi,Pemberdayaan
POLI TI K I DENTI TAS DALAM KONSTRUKSI I DENTI TAS ETNI K MANDAR
SEBAGAI UPAYA REI NVENTI ON OF I DENTI TY
(Studi Kualitatif Komunitas Mandar dalam Pembentukan I dentitas Etniknya)
Gustiana A. Kambo, Armin Arsyad dan Sukri Tamma
ABSTRAK
Otonomi daerah telah member tempat yang baik etnik tertentu untuk menunjukkan identitas politiknya.Identitas
politik etnik dikonstruksi oleh elite dalam melakukan tindakan-tindakan yang terkait pada kepentingan wilayah
etnik. Sebagian elite memandang etnisitas sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan,persaingan untuk
memperoleh sumberdaya,menciptakan solidaritas dan kebersamaan,mengukuhkan dan memperkuat
identitas,serta membedakan dengan kelompok etnik yang lain. Studi ini mengambil setting pada komunitas etnik
mandar,yang sebelumnya bergabung dalam wilayah Sulawesi Selatan.Etnik ini secara historis pernah Berjaya
pada masa kerajaan Balanipa,yang kemudian membentuk konfederasi dengan 14 kerajaan lain di wilayah
Mandar dengan sebutan Pitu Babana Binanga dan Pitu Ulunna Salu.Dalam perkembangannya etnik ini berusaha
mengukuhkan kehormatan etnik dan sejarah dengan melepaskan diri dari propinsi induknya (Sulawesi Selatan)
dan membentuk propinsi baru,yaitu propinsi Sulawesi Barat. Provinsi Sulawesi Barat terbentuknya tidak lepas
dari konstruksi politik sebagian elite yang berupaya mereduksi dan memanipulasi kepentingannya menjadi
sebuah keinginan mengatasnamakan masyarakat Mandar untuk mendapatkan kembali (re-invented) hak-hak
kepemilikan etnik dan hak kepemilikan sejarah.Bertitik tolak dari pemahaman tersebut,dapat disimpulkan bahwa
pemikiran,perilaku dan tindakan komunitas etnik mandar,khususnya yang dibangun etile bertujuan untuk
memproduksi kesadaran aktif politik etnik..Terdapat dua kesimpulan umum dalam penelitian ini,pertama
identitas yang dikonstruksi oleh elite sangat jelas bertujuan untuk menjaga dan mengamankan kehormatan
etnik,dalam hal ini etnik dijadikan sebagai sumber identitas masyarakat mandar.Identitas Mandar menjadi
sangat penting sebagai pemersatu ketika diperhadapkan pada kondisi marginalisasi etnik dalam memperoleh
akses politik dan ekonomi.Idedentitas mandar dibangun dengan merespon kembali elemen kecintaan dan
symbol utama seperti pada masa kejayan Mandar pada ke-16 yang lalu.Kedua,konstruksi yang dilakukan oleh
elite merupakan indikasi politik identitas yang menempatkan Mandar sejajar dengan etnik lain di Sulawesi
Selatan. Artinya,terbentuknya propinsi Sulawesi Barat menunjukkan bahwa Mandar sama dengan etnik lain yang
memiliki komunitas sendiri yang patut untuk diperhitungkan.Dengan demikian konstruksi identitas Mandar
merupakan pengakuan etnik dan politik sekaligus. Secara teoritis,penelitian ini memperkuat persektif
konstruktivis,bahwa segala tindakan komunitas etnik Mandar dalam hubungannya dengan etnik lain dapat
diterjemahkan melalui persektif interaksi simbolik.Teori ini berusaha memahami perilaku manusia sebagai proses
keterlibatan individu dengan mempertimbangkan ekspektasi orang yang berinteraksi dengan mereka,sekaligus
memahami makna dibalik perilaku interaksi tersebut. Sementara itu dalam rangka pengupayaan identitas,dalam
penelitian ini dimotori oleh elite (baik elite intelektual maupun tradisional)dapat ditelusuri melalui pemikiran
Bradley,Hale dan Castell,bahwa tindakan elite tersebut sebagai bentuk keinginan kaum minoritas dan
termarginal untuk memperoleh hak-haknya. Studi ini menghasilkan pemahaman teoritik tentang perilaku elite
yang mengatasnamakan etnik untuk mendapatkan kembali (re-invented)identitas yang dianggap terkubur.
Etnisitas kenyataannya meleburkan saling silang kepentingan politik dan etnik,karena keduanya merupakan
legitimasi untuk memperoleh identitas. Pemahaman seperti ini dalam studi identitas etnik dikategorikan dalam
persektif konstruktivis interpretivis (instrumentalis). Bradley,1997;Hale,2004;Castell,2004). I nti dari persepektif
ini menyebutkan bahwa identitas etnik adalah sesuatu yang muncul tidak secara alamiah,karena keberadaannya
merupakan sumber politik sekaligus sebagai instrument artikulasi politik demi kepentingan individu dan
kelompoknya.Disimpulkan dalam penelitian ini,bahwa pemikiran teritorialisasi identitas terutama pembentukan
daerah administratif dengan pemisahan diri secara politik dari kelompok dominan ditelusuri melalui persektif
konstruktivitas.
PENGKAJ I AN SI STEM SOSI AL BUDAYA PANGAN TERHADAP POLA KONSUMSI MAKANAN
BAGI PENDERI TA DI ABETES MELLI TUS DALAM KOMUNI TAS MAKASSAR
DI SULAWESI SELATAN
Supriadi Hamdat, Veny Hadju dan Nurhadelia FL.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memahami system sosial budaya pangan idiologi makanan,prilaku makan,jenis
makanan,dan latar belakang system sosial budaya keluarga dan penderita penyakit diabetes mellitus dalam
komunitas Makassar di Takalar,Memahami system budaya kesehatan dan penyakit penderita diabetes mellitus
dalam komunitas Makassar di Takalar. Penelitian ini mengkaji prilaku makan dan penyakit diabetes mellitus
suatu kasus kebiasaan makan keluarga dalam komunitas Makassar di Kabupaten Takalar Sulawesi.Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif yang dipadukan dengan survey kuisioner dan metode riwayat pangan. Data yang
dikumpulkan terdiri dari dua macam yaitu : (1) Data primer dikumpulkan melalui wawancara dan Interview
guidesurvey rumah tangga dan riwayat pangan keluarga(2)Data sekunder diperoleh dari instansi terkait.Metode
atau teknik yang digunakan dalam menganalisis data yakni dengan menggolong-golongkan data ke dalam
domain-domain analisis menurut kategori Rumah tangga,jenis kelamin,latar belakang sosial budaya,system
budaya pangan dan kesehatan,idiologi pangan,kebiasaan pangan keluarga gaya hidup dan pemilihan makanan.
Studi ini menghasilkan temuan pokok,bahwa,dalam hal kebiasaan makan dan memilih makanan bagi keluarga
maupun individu menunjukkan bahwa kebudayaan berperang dalam menentukan makanan di dalam komunitas
tersebut.Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan makanan pada diri seseorang tidak begitu saja secara otomatis
terjadi. Faktor sosial budaya merupakan salah satu unsure yang dijadikan pegangan bagi seseorang di dalam
memilih makanannya.
PEMANFAATAN TEKNOLOGI I NFORMASI DAN KOMUNI KASI UNTUK
MENI NGKATKAN DAYA SAI NG UNI VERSI TAS HASANUDDI N
Muh.Nadjib, Sitti Murniati Muhtar dan Andi Subhan Amir
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan hipotesis tentang hubungan antara teknologi informasi dan
komunikasi dengan peningkatan daya saing Universitas Hasanuddin.Variabel-variabel yang dianalisis adalah
1.Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi,2.Pengelolaan Sumber Daya. Data yang dianalisis adalah hasil
survey para pejabat Universitas,dosen dan mahasiswa (survey data),dan hasil pencatatan dan pengumpulan
informasi dari buku-buku laporan,literature,dan keadaan lapangan yang berisi (hard data).Survey data dan hard
data ini dinilai dalam bentuk skala 1 s/d 5 untuk memenuhi standar pengukuran relative sebagai indicator
penelitian. I nstrumen yang digunakan adalah indeks daya saing yang digunakan WEF (World Economic Forum)
dan 2 Competitiveness Scoreboard yang dikembangkan oleh IMD (International Institute for Management
Development). Variabel Penerapan Teknologi I nformasi dan Komunikasi,secara bersama-sama dengan variable
pengelolaan sumber daya akan digunakan untuk mengukur tingkat daya saing lembaga (perguruan tinggi)
Secara internal. Hasil analisis dari tabulasi variable-variabel dan indicator-indikator tersebut digunakan untuk
mengukur apakah lembaga atau perguruan tinggi yang memiliki nilai tinggi pada variable-variabel Penerapan
Teknologi I nformasi dan Komunikasi juga rata-rata memiliki nilai yang tinggi pada variable pengelolaan sumber
daya.Peringkat lembaga atau fakultas pada kedua variable tersebut di atas menjadi ukuran peringkat lembaga
atau fakultas tersebut dalam indeks daya saing internal Universitas Hasanuddin,berdasarkan ukuran-ukuran
yang ditetapkan dalam WEF dan IMD di atas.
MENGGALI PENGETAHUAN LOKAL DAN KREATI VI TAS PETANI YANG MENUNJ ANG BAGI DI NAMI KA
SI STEM PERTANI AN DI KAWASAN LUMBUNG PADI (Studi Komparatif pada Dua Komunitas Petani
di Sidrap dan Maros Sulawesi Selatan)
FI NDI NG LOCAL KNOWLEDGE AND FARMERS CREATI VI TY SUPPORTI NG FOR DYNAMI C OF
AGRI CULTURAL SYSTEM I N RI CE BARN ZONE, SOUTH SULAWESI (Comparative Study in Two Rice
Field Peasant Communities of Sidrap and Maros Regencies)
Munsi Lampe
ABSTRAK:
Tulisan ini bermaksud menunjukkan pengetahuan lokal dan kreativitas petani di kedua lokasi penelitian
Kelurahan Manisa dan Desa Soreang yang masih difungsikan dalam sistem pertaniannya sehari-hari, meskipun
dalam konteks penerapan revolusi hijau yang berlangsung kurang lebih empat dasawarsa terakhir di Indonesia.
Sebuah asumsi bahwa petani di mana-mana adalah produsen pengetahuan, pencipta dan modifikator teknik
pertanian yang bersumber dari luar. Dengan metode etnografi, diketahui bahwa petani memiliki pengetahuan
lokal dan potensi kreatif-inovatif yang diterapkan dalam siklus kegiatan pertanian. Diketahui pula bahwa
penerapan pengetahuan lokal dan kreativitas petani tersebut banyak ditunjang oleh implementasi program
Pengelolaan Hama Terpadu dengan paket Sekolah Lapang sejak periode 1990-an hingga sekarang. Dinilai
bahwa pengetahuan lokal dan kreativitas petani potensial dijadikan bahan bagi penyusunan model
pengembangan sistem pertanian adaptif, produktif, dan berwawasan lingkungan ke depan.
Kata Kunci : pengetahuan lokal, kreativitas petani, sistem pertanian adaptif, produktif, dan berwawasan lingkungan.
ABSTRACT :
This article aims to indicate the local knowledge and farmers creativity practiced in their daily farming activity,
although, in the context of green revolution era during more or less than four decades in Indonesia. An
assumption that farmers anywhere are knowledge producers, technical creators, modificators or adoptors of
uitside farming innovation for their knowledge and technical diversity and variation. By qualitative or
ethnography method known that the farmers in two research locations (Sidrap and Maros) have local knowledge
and creative-innovative potentialities practiced in cycle of farming activities, beginning from using planting
period, cultivating or tilling the land, handing the seedling and choicing varities of rice field, planting technics,
ricing the plant, using organic fertilizer and natural medicine, organizing irrigation, controlling and storing the
harvest product. From the field study known also that implementation of program of Integrated Pest
Management with Field School packet contributes significantly on functioning of the local knowledge and famers
creativities. Assessed that local knowledge and farmers creativities are fotential material for constructing the
development model of future adative-productive-environmental friendly rice field farming system.
Key Words : local knowledge, farmers creativity, and adaptive-productive-envinronmental friendly farming system.
3. Bidang Kajian Ilmu Hukum
PENERAPAN KONSEP BANK TANAH DALAM RANGKA MEWUJ UDKAN KOTA SATELI T GUNA
MENDUKUNG KAWASAN MAMMI NASATA DI KABUPATEN GOWA SULAWESI SELATAN
Sri Susyanti Nur, Kahar Lahae, Harustiati A.Moein dan Alfiah Firdaus
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis sejauhmana perencanaan peruntukan,penggunaan dan
pemanfaatan tanah dalam rangka mendukung Kawasan Metropolitan Mamminasata di Kab Gowa;(2)
Menganalisis sejauhmana konsep Bank Tanah dalam kegiatan penyediaan tanah dan pengadaan tanah telah
dilaksanakan dalam rangka mendukung Kawasan Metropolitan Mamminasata;(3) Menganalisis sejauhmana
partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengadaan tanah guna mendukung Kawasan Metropolitan Mamminasata
di Kab.Gowa. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan,sebagai salah satu
Kabupaten yang tengah mempersiapkan daerahnya dalam mendukung pembangunan Kawasan Metropolitan
Mamminasata (Makassar,Maros,Sungguminasa dan Takalar), tepatnya di kota Sungguminasa sebagai kota
penyangga,Kecamatan Palangga, Kecamatan Bontomarannu sebagai kawasan Permukiman,dan Kecamatan
Pattalassang sebagai Kawasan Industri.Pengambilan data primer melaui teknik wawancara dengan para Nara
sumber serta dengan teknik kuesioner dilakukan pada100 responden yang dilakukan secara random sederhana
(simple random sampling),sedangkan untuk memperoleh data sekunder dilakukan pengambilan data pada
Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Gowa serta pada Kantor Dinas Tata Ruang dan Permukiman
Kabupaten Gowa. Di samping dilakukan pula Penyuluhan Hukum tentang Mekanisme dan Prosedural Sertifikasi
Tanah yang dirangkaian dengan kegiatan Mahasiswa KKN-Profesi Hukum Unhas di Kota Sungguminasa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pemerintah Kabupaten Gowa telah mempunyai perangkat hokum berupa
Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 18 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa,yang
mempunyai legalitas hokum sebagai pedoman dan acuan dalam proses pengembangan wilayah Kabupaten
Gowa Tahun 2004-2013;(2) Penerapan konsep bank tanah sebahagian kawasan Industri telah dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Gowa, yaitu kegiatan penyediaan tanah melalui pembukaan lahan,pematangan
lahan,pendistribusian lahan,sesuai dengan tujuan pemanfaatan lahan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Gowa;(3) Partisipasi Masyarakat dalam mendukung Kawasan Metropolitan
Mamminasata belum optimal,sehingga diperlukan informasi dan pendekatan lebih intensif oleh Pemerintah
dalam rangka mendukung terwujudnya Kota Satelit Kabupaten Gowa 2010-2015.
Kata Kunci : Kota Satelit dalam mendukung Kawasan Metropolitan Mamminasata di Kabupaten Gowa.
4. Bidang Kajian Ilmu Sastra dan Ilmu Budaya
PEMBUATAN KARAKTER ANGKA DAN DI AKRI TI K SERTA PEMANFAATAN PROGRAM MULTI MEDI A
I NTERAKTI F UNTUK PEMBELAJ ARAN BAHASA MAKASSAR DI SULAWESI SELATAN
Yusring Sanusi Baso, Ery Eswary dan Paharuddin
ABSTRAK
Penelitian ini dimaksudkan untuk membuat arsip dan dokumentasi pembelajaran secara digital tentang bahasa
Makassar.Batasan dokumentasi pembelajaran dalam penelitian adalah membuat dokumen tentang bahasa
Makassar dan menyiapkan materi pembelajarannya.Dalampenelitian ini,berbagai ahli dari bidang yang berbeda
terlibat, di antaranya adalah dosen yang sudah terbiasa dalam bidang penggunaan computer dalam pengajaran
bahasa (Computer Assisted Language Learning),linguistic terapan (applied Linguistics) dan Dosen dalam bidang
database dan jaringan.Penelitian akan dimulai dengan pembuatan karakter untuk ANGKA dan Diaktritik yang
baru tersebut,pengembangan materi ajar bahasa Makassar yang menggunakan medis pembelajaran multimedia
berbasis CD dan WEB online (yang dapat diakses dan didownload oleh pengguna dan para pengajar bahasa
daerah ini),dan terakhir adalah implementasi model dan metode pengajaran bahasa. Makassar yang berbasis
Student Center Learning (SCL). Dengan demikian,hasil akhir dari penelitian ini adalah tersedia karakter lontara
tambahan,yaitu file ANGKA dan DIAKTRITIK dengan jenis ttf.Di samping itu,akan tersedia pula materi
pembelajaran bahasa Makassar secara online dan dapat diakses oleh para guru Tingkat Sekolah Dasar (SD) dan
yang sederajat (Madarasah Ibtidaiyah atau MI).Materi ajar tersebut dapat didownload dan digunakan dalam
pembelajaran di SD atau MI.
II. ABSTRAK PENELITIAN HIBAH PEKERTI TAHUN 2009
BIDANG ILMU AGROKOMPLEKS
1. Bidang Kajian Ilmu Kelautan dan Perikanan
STRATEGI PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA USAHA WANI TA NELAYAN DI KABUPATEN TAKALAR
PROPI NSI SULAWESI SELATAN
H.M.Chasyim Hasani dan A.Amidah Amrawaty
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan profil usaha wanita nelayan dan bentuk-bentuk kelembagaan pada
pengembangan usaha wanita nelayan di kabupaten Takalar serta faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
kelembagaan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai bulan November 2009 di kecamatan
Galesong Utara dan kecamatan Mangarambobang,kabupaten Takalar,Propinsi Sulawesi Selatan.Pemilihan
daerah tersebut sebagai lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan
daerah pesisir pantai. Data yang diperoleh dari primer dan data sekunder.Data primer diperoleh diperoleh
wawancara langsung kepada wanita nelayan sementara data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait
dengan penelitian.Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil usaha wanita nelayan di kabupaten Takalar
sebahagian besar adalah perorangan dan bentuk lembaga-lembaga yang ada antara lain lembaga peminjam
modal yaitu bank,ponggawa dan lembaga pemasaran yaitu langsung ke konsumen dan juga diserahkan ke
ponggawa,sementara factor yang mempengaruhi yaitu kurangnya koordinasi antara lembaga sehingga
pendapatan yang diperoleh wanita nelayan masih rendah.
2. Bidang Kajian Ilmu Peternakan
KARAKTERI SASI DAN PURI FI KASI PROTEASE BAKTERI Bacillus Sp dan J AMUR Aspergillus Sp
SERTA APLI KASI NYA SEBAGAI SOAKI NG AGENT PADA PROSES PENYAMAKAN KULI T KAMBI NG
Muhammad Irfan Said dan Endah Murpi Ningrum
ABSTRAK
Tahapan prose perendaman (soaking) merupakan tahapan terpanjang pada proses penyamakan kulit.Kerusakan
dan tingginya kandungan bahan kimia berbahaya dalam limbah industry penyamakan kulit diduga terjadi pada
proses tersebut. Pemberian biokatalis berupa enzim protease diduga dapat memperpendek waktu proses
soaking dan mengurangi kandungan bahan kimia pada limbah. Kebutuhan enzim protease di I ndonesia semakin
meningkatkan seiring dengan kemajuan industry,sedangkan ketersediaanya semakin berkurang dan
harganyapun cukup mahal. Bakteri Bacillus sp dan jamur Aspergillus sp merupakan mikroorganisme yang
berpotensi sebagai penghasil enzim protease untuk dimanfaatkan sebagai biokatalis dalam proses penyamakan
kulit.Bioakatalis asal mikroorganisme ini diharapkan mampu memperpendek waktu soaking dan menurunkan
kandungan bahan kimia limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri dan
jamur yang terdapat pada limbah industri pengolahan kulit maupun tanah disekitar lingkungan
industri,mengetahui karakteristik enzim protease yang dihasilkan dan menyediakan isolate sebagai sediaan
soaking agent dalam proses penyamakan kulit. Materi penelitian diperoleh dari Unit Instalasi Pengolah Air
Limbah (IPAL) industry pengolahan kulit PT.Adhi Satria Abadi (ASA),Sitimulyo,Bantul,Yogyakartya.Materi Yang
digunakan adalah sampel limbah padat,limbah cair dan tanah di sekitar industry.Proses isolasi,identifikasi dan
karakterisasi dilaksanakan di Laboratorium Hasil I kutan dan Lingkungan serta Laboratorium Pangan HAsil TErnak
Fakultas Peternakan UGM.Metode penelitian meliputi proses isolasi dan identifikasi,pengukuran Indeks Proteolitik
(IP),pengujian biokimia,penyiapan inokulum,produksi enzim dan pengujian aktivitas proteolitik. Hasil penelitian
menujukkan bahwa pada proses screening awal,dengan pH media berbeda telah diperoleh 1.264
koloni.Sebanyak 31 koloni dapat membentuk zona bening (Halo) sedangkan 1.233 isolat tidak membentuk zona
bening.Isolat bakteri dari Limbah dan Tanah berpotensi sebagai sumber protease pada pH 12. Pada pH10 dan
12 seluruh sampel masih berpotensi sebagai sumber protease,namun pada pH 8 tidak dijumpai pertumbuhan
koloni bakteri yang membentuk zona bening. Koloni yang tumbuh dan membentu zona bening,tidak semuanya
mampu menghasilkan enzim protease secara maksimal. Koloni yang berasal dari limbah padat pada pH 12
jumlahnya lebih besar disbanding berasal dari Tanah,namun dari segi kemampuan dalam menghasilkan enzim
protease,koloni dari Tanah lebih besar disbanding Limbah Padat. Koloni dengan IP>3 mencerminkan
kemampuan menghasilkan enzim protease yang maksimal.Sampel dari Tanah meliputi 6 koloni
bakteri,sedangkan dari Limbah PAdat hanya 2 koloni.Potensi sampel sari limbah Cair masih tergolong sedang
(IP-1-3). Bentuk sel dan koloni dari ketiga isolate tersebut hamper sama. Koloni ketiga isolate melekat erat pada
medium,bulat,putih dengan tepian menyerupai wol,cembung dan tampak seperti kerak putih. Hasil uji katalase
dan No
3
ketiga isolate menujukkan reaksi positif. Aktivitas protease tertinggi isolate terpilih (tanah)dicapai pada
suhu 50
0
C waktu inkubasi yang lama,aktivitas enzim semakin tinggi sampai dicapai waktu inkubasi optimum dan
selanjutnya mengalami penurunan.I solat jamur dari Limbah Cair menghasilkan aktivitas protease tertinggi
disbanding Limbah Padat,Tanah maupun control (A.oryzae dan A.Sojae). Hasil akhir disimpulkan bahwa bakteri
dan jamur penghasil protease Alkalin dapat diisolasi dari Limbah Padat,Limbah Cair dan Tanah serta
diidentifikasi berasal dari genus Bacillus sp dan jamur Aspergillus sp.Isolat bakteri yang memiliki I ndeks
Proteolitik (IP)>3 paling banyak berasal dari Tanah dan paling sedikit berasal dari Limbah Cair. ISolat bakteri
dari Limbah Padat dan Tanah bekerja pada pH optimum 10-12,suhu 50
0
C dengan waktu inkubasi optimum 60
menit.Aktivitas proteolitik isolate jamur tertinggi diperoleh dari Limbah Cair.
BIDANG ILMU EKOSOSBUDKUM
1. Bidang Kajian Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
PENGEMBANGAN MODEL LEMBAGA I NOVATI F PADA LI NGKUNGAN PEMUKI MAN
KUMUH DI KOTA MAKASSAR
Muh. Basir Said
ABSTRAK
Isu tentang kawasan kumuh perkotaan menarik untuk diteliti,paling tidak karena tiga hal yakni : Berdasarkan
dimensi fisik,kawasan kumuh mengindisikan borok-borok tataruang yang mengganggu keindahan
kota,berdasarkan dimensi sosial ekonomi,kawasan kumuh menggambarkan kelompok penduduk kota yang
miskin dan terkebelakang; dan berdasarkan dimensi moral,kawasan kumuh menjadi basis terjadinya
kriminalitas,kenakalan remaja dan perilaku menyimpan.Bahkan dilihat dari dimensi kesehatan,kawasan kumuh
dapat menjadi temapt penyebaran penyakit infeksi,terutama infeksi menular yang membahayakan penduduk
kota. Latar belakang inilah yang menarik untuk diteliti sehingga memunculkan satu judul penelitian
Pengembangan Model Lembaga Inovatif pada Lingkungan Pemukiman Kumuh di kota Makassar. Metodelogi
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriftif kualitatif dengan desain
penelitian studi kasus. Adapun metode pengumpulan datanya yakni pengamatan dan wawancara mendalam
ditambah dengan studi dokumen. Hasil penelitian diperoleh bahwa kondisi sosial budaya dan ekonomi pada
masyarakat pemukiman kumuh di kelurahan Pampang Kota Makassar dapat dilihat pada pola hubungan antara
anggota kerabat dan daerah asal,pola hubungan dalam berteman, pola hubungan dalam bertentangga,
kegiatan,gotong royong, tolong menolong dalam kesukaan misalnya saat ada pesta perkawinan atau
hajatan,tolong menolong dalam keduaan misalnya karena adanya tetangga yang meninggal. Tetapi sering pula
ada hubungan dalam bentuk persaingan ataupun konflik,hubungan-hubungan sosial yang disebut di atas,wujud
yang paling nyata dapat dilihat pada saat adanya aktivitas perayaan hari-hari raya, baik itu hari raya agama
islam maupun hari raya nasional yakni hari kemerdekaan RI 17 Agustus. Adapun deskripsi tentang pemenuhan
kebutuhan ekonomi masyarakat pemukiman kumuh di kelurahan Pampang adalah merupakan hasil dari proses
adaptasi terhadap lingkungan fisip dan sosial warga agar tetap bertahan hidup,yakni dengan melakukan
pekerjaan sebagai tukang becak,buruh bangunan,pemulung dan jual-jualan. Selain kondisi sosial budaya dan
ekonomi,hasil penelitian juga mendeskripsikan tentang bagaimana wujud tataruang,pemukiman kumuh yang
dapat dilihat pada pola tataruang pemukiman,bentuk ruang dalam rumah yang seakan menyatu antara tamu,
ruang tidur dan dapur. Selain itu ciri kekumuhan dapat juga dilihat pada aspek sarana dan prasarana,seperti
jalanan,sampah,dan pembuangan air tinja. Sedangkan akses masyarakat kawasan pemukiman kumuh terhadap
beberapa fasilitas sosial,nampaknya kurang terjangkau seperti akses terhadap perumahan yang layak,akses
terhadap pelayanan kesehatan,akses terhadap air bersih,dan akses terhadap jamban keluarga,serta akses
terhadap kesehatan lingkungan.
Kata Kunci : Model, lembaga, inovatif, masyarakat social budaya, ekonomi dan pemukiman kumuh
RESI STENSI ORANG KOTABENGKE SEBAGAI KELOMPOK MARGI NAL DAN HARMOMI SASI
KELOMPOK DALAM STRUKTUR MASYARAKAT BUTON
Tasrifin Tahara
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi etnografi (kualitatif) orang Katobengke sebagai kelompok marginal dalam struktur
masyarakat Buton. Penelitian dilakukan di bekas wilayah Kesultanan Buton Kota Bau-Bau Provinsi Sulawesi
Tenggara. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur (manuskrip), wawancara (interview) dan
pengamatan (observasi). Hasil penelitian menunjukan bahwa kesejarahan sejak masa Kerajaan/Kesultanan
Buton memberi makna yang bertebaran di sepanjang lintasan waktu. Posisi orang Katobengke hari ini adalah
akumulasi dari dinamika dan interaksi yang berjalan sejak masa silam. Posisi mereka yang marginal adalah buah
dari proses-proses sejarah yang mereka jalani sehingga memberikan kemampuan pada orang Katobengke untuk
menegosiasikan posisinya, kemudian memberikan horison pandang kesejarahan tertentu yang melihat sejarah
dari pinggiran dan selama ini terabaikan dalam berbagai studi tentang sejarah. Persepsi orang Katobengke
terhadap sistem hirarki dan tata pemerintahan di Kerajaan/Kesultanan Buton memiliki pengaruh tertentu dalam
berbagai tingkatan dan kesempatan. Secara spesifik orang Katabongke sedikit banyaknya diremehkan oleh
masyarakat sekitar Keraton Wolio hanya karena mereka dari kelompok papara atau lapis terendah dari
stratifikasi sosial. Kondisi ini direproduksi terus menerus, meskipun ada banyak masyarakat papara di seluruh
komunitas Buton atau dapat dikatakan bahwa kebanyakan penduduk dalam masyarakat tersebut dapat
dikelompokkan sebagai papara, karena papara diartikan sebagai orang-orang yang tidak menggunakan
Bahasa Wolio (Bahasa resmi Kesultanan). Proses ini kemudian menjadi pintu masuk untuk mengetahui
bagaimana stereotipe yang ada pada masyarakat Buton dialamatkan kepada orang Katobengke. Dalam
penelitian ini, stereotipe maupun stigma adalah produk kultural yang menyejarah. Makanya, dalam kehidupan
sehari-hari (everyday life) orang Katobengke merupakan jendela melihat bekerjanya stereotipe. Peristiwa konflik
yang sering terjadi merupakan sebuah titik intip atau jendela untuk melihat dinamika atau intearksi pada
masyarakat Katobengke dengan kelompok lain dalam struktur masyarakat Buton.
Kata Kunci: Sejarah, Marginal, dan Konflik
III. ABSTRAK PENELITIAN HIBAH FUNDAMENTAL 2009
BIDANG ILMU TEKNOSAINS
1. Bidang Kajian Ilmu MIPA
PEMETAAN ZONASI GEMPABUMI BERBASI S POLA PENYEBARAN
GEMPA DAN PERCEPATAN TANAH MAKSI MUN UNTUK KEPERLUAN MI TI GASI
Lantu, Bambang Harimelab
ABSTRAK :
Zonasi peta gempabumi di kab.Majene dan kab. Mamuju Prop.Sulbar telah dibuat untuk keperluan identifikasi
zona gempabumi untuk keperluan mitigasi bencana alam. Dalam Penelitian ini invenstigasi zona gempabumi
berdasar pada magnetudo gempa, kedalaman hypocernter dan percepatan tanah maksimum. Dengan
mengkorelasikan dengan peta geology dan peta administrative untuk mendapatkan zona rawan bencana alam,
Dari Analisis dan interprestasi sejarah kejadian gempa dari tahun 1967-2007, terinvestigasi sekitar 189 kejadian
gempa di kab. Majene dan 870 di kab, Mamuju yang bermagnetude di atas 4 SR dan di temukan bahwa wilayah
yang rawan akan efek gempabumi di kab.Majene adalah kecamatan Palundan, Labulabuang,Salotambung dan
Tobu adalah daerah-daerah yang rawan efek gempabumi. Diwilayah ini percepatan tanah maksimun berkisar
antara 110-122 gal Sedang Kec. Majene dan Galunggalung merupakan daerah yang cukup aman dari efek
gempa. Daerah ini memiliki percepatan tanah maksimun antara 78-83 gal. Untuk Kabupaten Mamuju wilayah
yang termasuk rawan efek gempa adalah kec. Tapalang, Mamuju,Kalumpang,Papalang dan Salumpang adalah
zona yang rawan gempa dengan nilai PGA 116-463 gal. Sedang Tommo, Pangale, Budong-budong,Tapoya dan
Karossa termasuk wilayah yang aman dari pengaruh gempa.Percepatan tanag diwilayah ini lebih kecil dari 100
gal. Dalam kasus lain.wilayah yang rawan akan gelombang tsunami adalah wilayah pesisir kab. Majene karena
di wilayah ini umumnya gempa bersumber dari laut (teluk Mandar dan Selat Makassar).
Kata Kunci : Earhguake,PGA,and magnitude
PENGEMBANGAN KAJ I AN BI LANGAN RAMSEY
UNTUK GRAF BI NTANG
Hasmawati, Budi Nurwahyu dan Andi Kresna J aya
ABSTRAK :
Bilangan Ramsey R(G,H) untuk suatu graf G dan H Adalah bilangan bulat terkecil n sedemikian sehingga untuk
sebarang graf F dengan n titik memenuhi sifat:F memuat G atau komplemen dari F memuat H.Batas bawah
bilangan Ramsey R(G,H) yang diberikan oleh Chvatal dan Harary adalah R(G,H)> (X(H)-1)(C(G)-
1+,denganX(H)adalah bilangan kromatik graf H dan C(G) adalah banyaknya titik pada komponen tersebasar
graf G.Sejak adanya batas bawah ini, kajian bilangan Ramsey untuk graf pohon.Hal ini disebabkan oleh struktur
pohon yang berbeda-beda.Struktur yang paling sederhana adalah lintasan dan bintang. Karena itu,pengkajian
bilangan Ramsey untuk graf pohon umumnya dimulai dengan pengkajian bilangan Ramsey untuk lintasan atau
bintang. Hasil kajian Baskoro dkk.(2002) tentang bilangan Ramsey untuk pohon dan roda menunjukkan bahwa
struktur yang paling berpengaruh pada penentuan bilangan Ramsey untuk pohon adalah bintang,meskipun
struktur bintang tersebut adalah struktur pohon yang paling sederhana.Dalam penelitian ini,kami mengaji
penentuan bilangan Ramsey untuk bintang versus beberapa graf tertentu,R(S
n
,H)dimana H adalah roda dan
bipartite lengkap. Kami membuktikan bahwa bilangan Ramsey untuk bintang dan roda R(S
4
,W
6
)=9,R(S
6
,W
8
)=14
dan R(S
n
,W
m
)=3n-2 untuk n> 3 dan m ganjil dengan 3<m<2n-1.Selain itu,kami menentukan bilangan Ramsey
untuk bintang dan roda berorde genap, R(S
n
,W
m
,),untuk m=2n-2,m=2n-8 atau m=2n-6,dan m>2n-1 dengan
n>3. Kajian bilangan Ramsey untuk bintang dan graf bipartite lengkap,R(S
n
,K
t
,
m
) belum banyak dilakukan.Dalam
penelitian ini, kami mengkaji R(S
n
,K
t
,
m
)untuk n,t yang kecil dan beberapa m tertentu.Kami menentukan
R(S
n
,K
2,2
) untuk n= 6,atau 8,dan R(S
6
,K,
2
,
m
) untuk m = 3,4,6,5,4n -7,atau m=-2+4 k 3i serta R(Sn,K22) untuk
n=6 atau 8.
Kata Kunci: graf,bilangan Ramsey graf,komplemen,pohon,bintang,roda graf bipartite lengkap.
ANALI SI S DEKOMPOSI SI LI MBAH SAYURAN DAN KULI T BUAH DURI AN
DENGAN BI OAKTI FATOR SEDI MEN MANGROVE DAN POTENSI NYA
SEBAGAI PUPUK ORGANI K PADA TANAMAN J AGUNG Zea mays
Eddy Soekendarsih dan Awaluddin
ABSTRAK :
Penelitian analisis dekomposisi limabh sayuran dan kulit buah durian dengan bioaktifator sedimen mangrove dan
potensinya sebagai pupuk organic pada tanaman jagung Zea mays sudah dilaksanakan selama 2 tahun,dan
pelaksanaan tahun pertama ini dimulai bulan Maret sampai September 2009 dengan menguji kemampuan
sedimen mangrove sebagai bioaktifator pada pengolahan limbah sayuran dan kulit buah durian. Tujuan khusus
penelitian ini yaitu 1)mempelajari penggunaan sedimen mangrove pada pengolaha limbah organic,2)mengetahui
jumlah sedimen mangrove yang berpengaruh pada dekomposisi limbah organic. Metode penelitian yang
digunakan yaitu1) mengambil sampel sedimen mangrove,2)mengumpulkan,memilah dan mencacah limbah
organic 3)membuat bioaktator berbahan sedimen,4) mendekomposisi aerobic,5) menganalisis factor
dekomposisi dan 6) mengolah data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah sayuran berupa
sawi,kubis,kangkung mudah didekomposisi dibandingkan kulit buah durian.Hail analisis suhu,PH dan
kelembaban,C organic,N total,C/N menunjukkan telah terjadi dekomposisi dengan baik walaupun nilainya
bervariasi. Penggunaan sedimen manrobe sebagai bioaktifator sebanyak 5% dan10% memberikan hasil laju
dekomposisi lebih tinggi dibandingkan sedimen 15% dan tanpa perlakuan sedimen.Laju dekomposisi limbah
sayuran mencapai 74% dibandingkan limbah kulit buah durian yang hanya 40%. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa sedimen mangrove dapat dijadikan bioaktifator pengolahan limbah sayuran dan kulit buah durian.J umlah
sedimen yang baik untuk dekomposisi limbah yaitu 5% dan 10% per berat bahan limbah.
Kata Kunci :
EKSPLORASI METABOLI T SEKUNDER DARI SPONS DI WI LAYAH
SULAWESI SELATAN DAN UJ I BI OAKTI VI TASNYA TERHADAP
ARTEMI A SALI NA SEBAGAI DASAR UJ I ANTI TUMOR
Beddu J awahir dan Nunuk Hariani Soekamto
ABSTRAK :
Salah satu jenis yang berpotensi cukup besar dan berpeluang mengandung senyawa aktif adalah spons.Spons
dengan populasi terbesar yang tumbuh di perairan sekitar Pulau BArng Lompo Yaitu Clathria reinwardtii.Ekstrak
dari Clathria sp.memberikan aktivitas antibiofouling yang tinggi dan aktivitas dalam menghambat jamur
ASpergillus fumigates,Aspergillus sp,dan Fusarium sp. Metodologi yang diterapkan pada penelitian ini diawal
dengan ekstraksi,fraksinasi,pemurnian dan analisis data spektroskopi. Senyawa yang diperoleh diuji golongan
senyawa dan dielusidasi strukturnya berdasarkan data fisik,spectrum UV,IR,dan NMR,Dua senyawa yang
diperoleh diduga sebagai senyawa :1) golongan fenolik,(2) B-sitosterol. Uji toksisitas terhadap fraksi-fraksi yang
ada menujukkan sebagian besar fraksi tersebut tidak aktif terhadap udang Artemia salina.
Kata Kunci :
PENGARUH ASAM AMI NO GLI SN DAN HI STI DI N
TERHADAP NI LAI KOEFI SI EN SELEKTI VI TAS K- EKT POLI PI ROL ASAM GLUTAMAT
SEBAGAI SENSOR POTENSI OMETRI K
Abdul Karim, Damma Salama
ABSTRAK :
Penelitian tentang pengaruh asam amino glisin dan histidin terhadap selektivitas EKT glutamate telah
dilakukan. Membran terdiri dari pirol 0,1 M, asam glutamate 0,1 M, dan HCI)4 0,1 M. Analisis kinerja elekktroda
dilakukan dengan melihat, factor Nernst, limit deteksi, dan PH larutan.Pengaruh asam amino glisin dan histidin
terhadap pengukuran asam glutamate dilihat dengan menghitung koefisien selektivitasnya. Hasil menunjukan
bahwa elektroda memberikan respon nilai Nernstian 30,24 mV/decade pada rentang konsentrasi 10-8-10-1 M,
limit deteksi 2,735x10-8 M dan Ph3. Asam amino glisin dan histidin tidak mempengaruhi kinerja EKT- glutamate
dengan koefisien selektivitas <1.
Kata Kunci : EKT Glutamat,Netstian,selektivitas
1. Bidang Kajian Ilmu Teknik
RUMAH SWADAYA DI KAMPUNG KOTA
(SUATU UPAYAPEMENUHAN KEBUTUHAN HUNI AN BAGI MASYARAKAT KELAS BAWAH)
Ambo Enre BS
ABSTRAK :
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan factor-faktor yang dominan dalam pemilihan masyarakat akan bentuk
pengadaan rumah swadaya di daerah kampong-kampung dalam wilayah perkotaan (kota Makassar). Penelitian
ini dimaksudkan untuk menemukan suatu jawaban akan Fenomena di daerah perkotaan (urban)dimana
permukiman-permukiman informasi yang biasa disebut dengan istilah kampung kota menjadi tempat yang
favorit bagi masyarakat dari kalangan ekonomis rendah untuk dijadikan tempat yang favorit bagi masyarakat
dari kalangan ekonomi rendah untuk dijadikan sebagai lokasi hunian,meski diketahui lokasi tersebut syarat
dengan berbagai problematic,seperti masalah lingkungan, kesehatan, keamanan, kenyamanan, namun mereka
tetap survive di dalamnya.Sedang permukiman informal hanya ditempati oleh mereka dari kalangan menegah
keatas.Meskipun pemerintah telah berusaha mengadakan permukiman bagi golongan masyarakat miskin
dengan pemberian subsidi perumahan,seperti pada tipe RRS,dsb.Baik yang dibangun oleh PERUMNAS maupun
oleh developer lainnya,namun tetap saja mereka memiliki berdiam di dalam kampong yang sempit,padat dan
berkesan kumuh. Metode atau pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian terapan
sebagai penelitian Eksploratif dan deskriptif.Dalam penelitian eksploratif,peneliti akan menjajangi dan
menjelajahi permasalahan yang ada dilapangan. Luaran penelitian ini adalah penemuan factor-faktor penting
yang berkontribusi terhadap pilihan masyarakat mengapa memilih bertempat tinggal di daerah kampong-
kampung kota sebagai lokasi hunian.
Kata Kunci : Rumah Swadaya di kampung Kota
BIDANG ILMU AGROKOMPLEKS
1. Bidang Kajian Ilmu Kelautan dan Perikanan
KARAKTERI SASI SI NYAL WARNA KARANG (KARANG KERAS,LUNAK,BERCABANG) MELALUI
DETEKSI SI FAT OPTI K UNTUK PENENTUAN KONDI SI KARANG BERDASARKAN OBSERVASI
RADI OMETRI K DAN PENGEMBANGANALGORI TMA
Nurhannah dan Chair Rani
ABSTRAK
Setiap benda pada dasarnya mempunyai struktur partikel yang berbeda.perbedaan struktur ini mempengaruhi
pola respon elektromagnetiknya sehingga pengenalan atas perbedaan respon elektromagnik tersebut dapat
dijadikan landasan untuk mendeteksi karang.Oleh karena itu,diperlukan analisis kuantitatif yang dapat
mengungkapkan sifat optic karang melalui klasifikasi reflektansi spectral beberapa kondisi karang. Tujuan
penelitian ini adalah mengungkapkan perbedaan karakteristik reflektansi spectral berbagai kondisi karang yang
dikelompokkan dalam 3 jenis yaitu karang sehat (karang keras dan karang lunak),karang mati yang ditumbuhi
alga dan karang mati serta mencari hubungan kuantitatif antara reflektansi spectral dengan kandungan
zooxanthella karang. Untuk tujuan ini,dilakukan observasi radiometric secara in situ,pengamatan visual dan
perekaman gambar 22 jenis karang keras dan 4 jenis karang lunak.Akusisi data spectral dilakukan pada bulan
April 2009 di Pulau Barrang Lompo dan Pulau Badi,Kepualaun Spermonde menggunakan spektroradiometer
Hyperspektral yang bekerja pada panjang gelombang 2001-1100 nm,dan pencacahan jumlah zooxanthella
menggunakan haemocytometer.Langkah-langkah pengolahan dan analisis yang dilakukan adalah 1)Analisis pola
reflektansi karang,2)Analisis kelompok (Cluster Analysis),Analisis diskriminan 3)Analisis diskriminan (Diskrinant
Analysis)4)Analisis ragam (ANOVA) dan 5)analisis diagram pencar. Tingkat similaritas di antara kelompok karang
sehat pada karang keras dan karang lunak yang terbentuk memperlihatkan tingkat kemiripan yang tinggi atau
variabilitas pantulan sinyal di antara kelompok karang rendah.Karang sehat dan karang mati ditumbuhi alga
memiliki kemiripan pola pantulan sinyal sedangkan karang mati memiliki karakteristik spectral yang sangat
berbeda dengan karang sehat dan karang mati yang ditumbuhi alga.Terdapat empat panjang gelombang penciri
yakni cahaya oranye (590.51nm),cahaya hijau (510.18nm)dan(550.26nm) cahaya biru langit (448.87)yang
dapat membedakan karakteristik spectral pada tiga kelompok jenis karang (karang sehat,karang mati ditumbuhi
alga dan karang mati)berdasarkan kondisinya secara jelas.Panjang gelombang cahaya oranye (590.51nm)lebih
kuat memisahkan jenis karang pada kelompok 1 (karang sehat),panjang gelombang cahaya hijau (510.18nm)
dan(510.18nm)dan (550,26nm)pada kelompok II karang mati ditumbuhi alga sedangkan panjang gelombang
cahaya biru langit (448.87)pada kelompok III karang mati.pola hubungan antara pantulan sinyal warna karang
dengan kandungan zooxanthella memiliki variasi pada masing-masing panjang gelombang dan jenis karang
namun umumnya menunjukkan hubungan yang lemah hal ini mengindikasikan bahwa ada pigmen lain yang
mempengaruhi pola reflektansi selain pigmen yang terdapat dalam zooxanthella.
Kata Kunci :
PENENTUAN PARAMETER PALI NG DOMI NAN BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI
FI TOPLANKTON BERDASARKAN DI STRI BUSI SPASI AL DI PERAI RAN PESI SI R
MAROS SULAWESI SELATAN
Rahmadi Tambaru dan Suwarni
ABSTRAK
Penelitian menyangkut pertumbuhan populasi fitoplankton telah banyak dilakukan di perairan pesisir Indonesai.
Secara umum,kesimpulan yang dapat ditarik dari berbagai penelitian itu adalah cahaya dan nutrient merupakan
dua parameter utama yang sangat berpengaruh dalam perkembangan fitoplankton.Namun sampai peranan
paling dominan di antara keduanya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan menentukan parameter
intensitas cahaya atau nutrient yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi fitoplankton
berdasarkan distribusi spasial.Kemudian,menentukan peranan masing-masing jenis nutrient dalam hal ini jenis
nitrogen,posfor dan silikat yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi
fitoplankton.Kemudian mengamati secara terperinci jenis-jenis fitoplankton yang kemungkinan berbahaya di
perairan pesisir.Untuk mencapai tujuan penelitian,dilakukan pengamatan pada zona A,B dan C di perairan pesisir
Maros sejak Maret 2009 sampai November 2009 meliputi pengukuran berbagai parameter seperti intensitas
cahaya,kandungan nutrient NAT (N),ortofosfat (P) dan PH.Semua data pengukuran dianalisis dengan
menggunakan Analisis varians satu arah untuk melihat distribusi semua parameter secara spasial.Selanjutnya
dilakukan analisis regresi linier berganda dengan metode Backward untuk menentukan peranan cahaya atau
nutrient yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi dan klorofil-a fitoplankton di
perairan peisisir Maros. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas cahaya,suhu,PH,NAT,
ortofosfat,silikat,kelimpahan populasi dan klorofil-a fitoplankton memiliki distribusi yang tidak berbeda di
perairan pesisir Maros. J ika dibandingkan dengan intensitas cahaya,nutrient lebih berpengaruh terhadap
kelimpahan populasi dan klorofil-a fitoplankton berdasarkan spasial. Ortofosfat merupakan jenis nutrient yang
memiliki pengaruh paling dominan terhadap perubahan kelimpahan kelimpahan populasi dan klorofil-a
fitoplankton.Pada pengamatan jenis fitoplankton ternyata genera fitoplankton yang berbahaya seperti
Dinophysis dan Gymnodinium masih dianggap minoritas karena hanya ditemukan dengan kepadatan yang lebih
rendah.
Kata Kunci :
MODEL ELEVANSI DI GI TAL PERAI RAN DANGKAL UNTUK MENDETEKSI KERUSAKAN KARANG
SEBAGAI ACUAN UNTUK KEGI ATAN REHABI LI TASI DI TAMAN WI SATA ALAM LAUT KAPOPOSANG
J amaluddin J ompa dan Ahmad Faizal
ABSTRAK
Ekosisem terumbu karang pada beberapa decade terakhir mengalami degradasi/penurunan kualias yang cukup
drasis.Kerusakan terumbu karang terjadi baik akibat aktivitas manusia maupun karena prose salami.Salah satu
lokasi yang terkena dampak tersebut adalah Kawasan Taman Wisata Alam Laut Kapoposang,Kabupaten
Pangkep.Berbagai upaya rehabilitas telah di lakukan,namun belum efektif.Salah satu penyebabnya adalah
kurang informasi kondisi sebaran,bahkan belum tepatnya metode rehabilitasi. Salah satu alternative yang perlu
diperhatikan adalah perlakuan rehabilitasi berdasarkan staratifikasi kedalaman,melalui penelitian ini dibuat
sebuah model digital sebaran kondisi terumbu karang berdasarkan kedalaman,dan diharapkan dengan model
tersebut rehabilitasi dapat tepat guna dan efisien. Penelitian ini akan memanfaatkan Citra Satelit SPOT 5 resolusi
10 meter untuk pengenalan dan identifikasi subsrat dasar penelitian,metode yang digunakan adalah klasifikasi
beracuan.Data yang didapat akan dicek kebenaranya dilapangan.Selain iti akan diadakan pengukuran beberapa
meter dilapangan antara lain pasang surut dan kedalaman perairan. Data yang didapatkan akan dianalisis lebih
lanjut sehingga didapatkan beberapa peta tematik,sebagai bahan pembuatan model tiga dimensi.Data pasang
surut diolah dengan menggunakan analisis pasang surut admiralty hingga didapatkan MSL (mean sea level) dan
tipe pasang surut lokal yang selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk koreksi kedalaman.Sedangkan data
substrat dasar perairan akan di uji kembali tingkat ketelitiannya,jika tingkat kebenaran interpretasi lebih kecil
80% maka akan diadakan kembali reklasifikasi.Model yang akan dibuat dalam penelitian ini adalah model digital
yang dikenal dengan DEM (digital elevation model) antara kondisi substrat perairan dengan kedalaman dan
pengekelasan secara terbobot untuk menentukan kaitan antara substrat dan kedalaman. Hasil penelitian
menujukkan bahwa tingkat kemampuan interprestasi citra SPOT 5,resolusi 10 meter dapat menkelaskan obyek
menjadi 5 penutup dasar masing-masing karang hidup,pecahan karang,karang mati,lampu dan pasir.Dimana
kondisi terumbu karang di TWAL Kapoposang rata-rata masih daaml kondisi sedang (Persen tutupan 25
40%).Keterkaitan antara kedalaman dengan penutup dasar perairan dalam hal ini adalah tingkat kerusakan
terumbu karang,didapatkan bahwa sebagian besar kerusakan karang berada pada kedalaman kedalaman 0-10
dengan rekomendasi rahabilitasi dengan menggunakan substar asli dan meja transplantasi.
PERUBAHAN OSMOLARI TAS HEMOLI MFE LARVA KEPI TI NG BAKAU (Scylla tranqubarica) PADA
BERBAGAI SALI NI TAS
Muh.Yusri Karim dan Zainuddin
ABSTRAK
Perubahan Osmolaritas Hemolimfe Larva Kepiting Bakau (Scylla tranquibarica) Pada Berbagai Salinitas Oleh
MUHAMMAD YUSRI KARIM dan. Zainuddin. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai September 2009
di Balai Budidaya Air Payau,Takalar bertujuan untuk mengetahui perubahan osmolaritas larva kepiting bakau
(S.tranquebarica) yang dipelihara pada berbagai salinitas dan konsekuensinya pada sintasan dan menentukan
salinitas optimum yang menghasilkan sintasan larva kepiting bakau (S.tranquebarica) yang maksimal. Hewan uji
yang digunakan pada penelitian ini adalah larva kepiting bakau (S.tranquebarica) stadia zoea-1.Wadah
penelitian yang digunakan terdiri atas dua jenis,yaitu ember plastic berkapasitas 10 L dan bak kerucut
berkapasitas 250 L.Masing-masing berjumlah 15 buah dan dilengkapi aerasi.Pakan yang digunakan pada
penelitian ini adalah rotifer (Brachionus plicatilis)dan nauplius Artemia. Penelitian dirancang dengan pola
rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan,dengan demikian penelitian ini
terdiri atas 15 unit percobaan.Sebagai perlakuan adalah perbedaan salinitas yang terdiri atas 5 tingkatan,yaitu
21,24,27,30,dan 33 ppt.Peubah yang diamati m eliputi osmolaritas,tingkat kerja osmotic (TKO),kadar energii
tubuh dan sintasan larva kepiting bakau. Hasil analisi ragam menunjukkan bahwa salinitas media berpengaruh
sangat nyata (p<0,01) terhadap osmolaritas media dan hemolimfe,tingkat kerja osmotic,kadar energy tubuh
dan sintasan larva kepiting bakau (S.tranguebarica).OSmolaritas media dan hemalimfe meningkat seiring
dengan meningkatnya salinitas media. Tingkat kerja osmotic terendah,kadar energy tertinggi dan sintasan
tertinggi larva kepiting bakau (S,tranquebarica)dihasilkan pada salinitas 27 ppt,sedangkan tingkat kerja osmotic
tertinggi,kadar energy dan sintasan terendah dihasilkan pada salinitas 21 dan 33 ppt.Salinitas optimum yang
menghasilkan sintasan larva kepiting bakau (S.tranquebarica) berada pada salinitas 27,33 ppt.
Kata Kunci :
2. Bidang Kajian Ilmu Pertanian
KAJ I AN PEMANFAATAN FI LTRAT CENDAWANLasiodiplodia theobromae
SEBAGAI PENGI NDUKSI UMBI MI KRO KENTANG SECARAI N VI TRO
Nurman
1
, A. Masniawati
2
dan Muh. Ansyar
3
ABSTRAK:
Penelitian ini bertujuan untuk : mengetahui potensi filtrat cendawan Diplodia untuk dapat dijadikan sebagai
bahan penginduksi umbi mikro pada tanaman kentang dan mengetahui dosis media penginduksi umbi mikro
kentang secara in vitro. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang disusun
dengan pola Faktorial yang terdiri atas tiga faktor. Faktor pertama adalah varietas kentang (V) terdiri atas
Varietas Kalosi (v
1
) dan Varietas Granola (v
2
). Faktor kedua adalah jenis sumber filtrat Diplodia (D) terdiri atas
tiga sumber yaitu d
1
(jeruk), d
2
(kakao) dan d
3
(mangga). Faktor ketiga adalah konsentrasi filtrat Diplodia (k)
yang terdiri atas: d
a
(kontrol a, media MS cair), d
b
(kontrol b, media MS cair + aspirin 25 mg l
-1
), k
1
(media MS
cair + filtrat Diplodia 2,5% l
-1
), k
2
(media MS cair filtrat Diplodia + 7,5% l
-1
), k
3
(media MS cair + filtrat Diplodia
12,5% l
-1
), k
4
(media MS cair + filtrat Diplodia 17,5% l
-1
). Hasil penelitian menunjukkan bahwa filtrat Diplodia
mangga dengan konsentrasi 7,5% l
-1
memberikan hasil terbaik pada varietas Kalosi sedangkan pada varietas
Granola filtrat Diplodia kakao dengan konsentrasi 12,5% l
-1
yang memberikan hasil yang terbaik.
Kata kunci: Filtrat Cendawan Diplodia, umbi mikro kentang
ABSTRACT :
An experiment was carried out to study potentials for diplodia fungus filtrat and the media dose can be used as
in induction micro tuber of potato plants. This experiment was designed as completely randomized, arranged in
factorial with three factors. The first factor is variety of potatoes (V), consist Kalosi Variety and Granola Vaeiety.
The second factor is the type of source diplodia filtrate (D), consist of three sources, Orange (d1), Cocoa (d2),
and Mango (d3). The third factor is concentration of the diplodia filtrate (K). consist of control a, liquid MS
medium (da), control b, liquid MS medium + aspirin 25 mg L
-1
(db), liquid MS medium + 2,5% diplodia filtrate
(k1), liquid MS medium + 7,5% L
-1
diplodia filtrate (k2), liquid MS medium + 12,5% L
-1
diplodia filtrate (k3),
and liquid MS medium + 17,5% L
-1
diplodia filtrate. The result showed that the diplodia filtrate from Mango
with 7,5% L
-1
gives higher yield in Kalosi Variety, while diplodia filtrate 12.5% L
-1
from Cocoa gives higher yield
in Granola Variety.
Key word: diplodia filtrate, micro tuber of potato
3. Bidang Kajian Ilmu Peternakan
KORELASI ANTARA TI NGKAT KONSUMSI DAN BERAT BADAN TERNAK DENGAN EKSKRESI TURUN
PURI N DAN PENGGUNAANNYA SEBAGAI I NDI KATOR SUPLAI PROTEI N MI KROBA
PADA TERNAK KAMBI NG
Asmuddin Natsir dan A. Mujnisa
ABSTRAK
Dua (2) percobaan telah dilakukan untuk mengetahui korelasi antara tingkat konsumsi ransum dengan ekskresi
turunan purin dalam urin(percobaan 1) dan kaitan antara ekskresi turunan purin dengan variasi berat badan
(percobaan 2).Untuk percobaan 1. Empat(4) ekor ternak kambing jantan lokal umur kurang lebih satu tahun
dengan berat badan relative sama (11.8+1,63 kg) secara random di tempatkan pada kandang individu (1,5 mx
0,6 m) dan memperoleh ransum umum (general purpose diet) yang merupakan campuran 60% rumput gajah
kerdil (Pennisettrum purpureum Dwarfi) dan 40% daun gamal (gliricidia maculate).Percobaan dilaksanakan
menurut rancangan bujur sangkar latin (4x4).Perlakuan adalah tingkat pemberian pakan berbeda,yaitu A,1.5%
dari bobot badan (177 g Bahan kering-BK/hari).B2.0% dari bobot badan (236 gBK/hari),C.2,5% dari bobot
badan (295 g BK/hari),dan bahan organic (DCBO) menurut (P<0,05) dengan meningkatkanya tingkat konsumsi
dari 62,57% (perlakuan A) ke 58,06% (perlakuan D)untuk bahan organic. Tetapi bahan organic tercerna justru
meningkat dari 113.8 g (perlakuan A) menjadi 200,5 g (perlakuan D).Sehingga bahan organic tercerna dari yang
dikonsumsi (DOMI) nyata meningkat dengan peningkatan konsumsi.Walaupun urin output tidak dipengaruhi
oleh perlakuan (P>0.05),konsentrasi dalam urin dari turunan purin (TP),yang merupakan gabungan dari fraksi
alantoin,asam urat,xantin dan hipoxantin,meningkat (P<0,05) dengan meningkatnya tingkat konsumsi.Sehingga
suplai N mikroba (NM)dan estimasi efisiensi suplai NM (ESNM) juga meningkat seiring dengan peningkatan
konsumsi ransum.Analisis regresi memperlihatkan terdapat korelasi positif antara tingkat konsumsi ransum
dengan konsentrasi turunan purin dalam urin,estimasi suplai NM,dan ESNM. Dalam percobaan 2,Empat (4) ekor
ternak kambing jantan dengan berat badan awal bervariasi (9,5-15,8 kg),secara random ditempatkan pada
kandang individu,percobaan dilaksanakan dengan rancangan bujur sangkar latin 4x4.Perlakuan adalah variasi
berat badan ternak yang mendapatkan jumlah pakan. Selama periode percobaan,setiap ternak memperoleh
pakan seperti pakan pada percobaan 1,sebanyak 390 g BK/hari.DCBK da DCBO tidak dipengaruhi (P>0,05) oleh
perlakuan,dengan rataan DCBK dan DCBO masing-masing 62,45% dan 64,84%. Begitupula DOMI tidak
dipengaruhi oleh perlakuan.Walaupun DCBK dan DCBO relative konstan pada percobaan ke 2,NM bervariasi dari
1,97-8,01 g N/hari,dan ESNM berayun dari 8,85-33,03 g NM/kg DOMR.Tidak terdapat korelasi yang signifikan
antara variasi berat badan dengan masing-masing ekskresi TP,NM,dan ESNM.Tetapi,hasil analisis regresi yang
sangat nyata,r=0,72 antara ekskresi TP (Y) dengan rasio konsumsi/kg bobbot badan (X) mengikuti persamaan
Y=0,145+ 0,1571 X. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan terdapat
korelasi nyata antara ekskresi TP dengan rasio antara gram konsumsi per kg berat badan,sehingga estimasi
suplai protein mikroba pada ternak kambing kacang berdasarkan ekskresi turunan purin cukup menjanjikan
sebagai metode altenatif terdapat teknik yang ada saat ini yakni pendugaan suplai protein mkroba
menggunakan ternak fistula.
Kata Kunci :
KAJ I AN KELEMBAGAAN PADA PENGEMBANGAN USAHA SAPI PERAH SI STEM
KEMI TRAAN DI PROPI NSI SULAWESI SELATAN
Sitti Nurani Sirajuddin dan Kasmiati Kasim
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kelembagaan pada pengembangan usaha sapi perah system kemitraan
di propinsi Sulawesi Selatan dan Pengaruhnya terhadap tingkat pendapatan,pengembangan usaha dan potensi
pembentukan modal usaha. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai bulan November 2009 di
kecamatan SI njai barat,kabupaten SI njai,Propinsi Sulawesi Selatan.Pemilihan daerah tersebut sebagai lokasi
penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa hanya di wilayah tersebut merupakan daerah pengembangan
sapi perah system kemitraan.Data yang diperoleh dari data primer dan data sekunder.Data primer diperoleh
dengan wawancara langsung kepada peternak sapi perah system kemitraan sementara data sekunder diperoleh
dari instansi yang terkait dengan penelitian. Hasil penelitianj menunjukkan bahwa kelembagaan yang ada yaitu
kelompok tani dan koperasi dapat mengembangkan usaha sapi perah system kemitraan di Kabupaten Sinjau
dan kelompok tani dan koperasi yang terbentuk pada system usaha sapi perah dapat meningkatkan pendapatan
petani peternak sapi perah.
Kata Kunci :
BIDANG ILMU EKOSOSBUDKUM
1. Bidang Kajian Ilmu Sosial dan Politik
KOMI TMEN EKOLOGI S PEMERI NTAH DAERAH DALAM PROSES
KEBI J AKAN PUBLI K DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
Muh.Kausar Bailusy, Gustiana A.Kambo dan Sukri
ABSTRAK
Penelitian ini diarahkan untuk memahami kompleksitas dinamika di seputar proses kebijakan public.Proses
kebijakan public terdiri atas beberapa tahap yang masing-masing memiliki karakteristik dinamika yang
berbeda.Hal ini juga terkait dengan aktor-aktor serta berbagai kepentingan berbeda. Kecenderungan tersebut
juga terjadi dalam kebijakan pembangunan dari pemerintah daerah. Kebijakan pembangunan di daerah sangat
berorientasi kemajuan daerah dengan tolok ukur ekonomi. Dengan demikian kebijakan pembangunan daerah
menempatkan aspek ekonomi sebagai salah satu pertimbangan utama. Kenyataan ini semakin menemukan
ruangnya seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah melalui undang-undang pemerintahan daerah nomor 32
tahun 2004. Melalui kebijakan otonomi daerah,pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan
menjalankan daerahnya berdasarkan kondisi masing-masing.Dengan demikian pemerintah daerah kemudian
berlomba-lomba untuk melakukan pembangunan di daerahnya.Aspek penting dalam proses tersebut tentu saja
aspek ekonomi. Kondisi ini kemudian cenderung meminggirkan aspek lain termasuk kelestarian lingkungan
hidup.Kenyataan tersebut tentu saja berpotensi menimbulkan berbagai efek negative akibat tingkat kelestarian
lingkungan semakin menurun. Hal inilah yang menjadi titik focus penelitian ini,yakni mencermati komitmen
pemerintah terhadap lingkungan dalam hal ini pemerintah berada dalam posisi antara menekankan
pembangunan berorientasi ekonomi atau mendorong upaya pelestarian lingkungan hidup yang juga terkait
dengan keberlangsungan hidup masyarakat saat ini dan dimasa mendatang. Hasil akhir yang diharapkan adalah
menemukan kondisi riil komitmen pemerintah dalam proses kebijakan public terkait dengan pembangunan di
daerahnya. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi salah satu persektif dalam mencermati dinamika
kebijakan pembangunan daerah.
Kata Kunci :
KAJ I AN TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PARTI SI PASI POLI TI K MASYARAKAT
PADA PEMI LI HAN KEPALA DAERAH DI SULAWESI SELATAN
Muhammad, Andi Naharuddin dan Andi Ali Armunanto
ABSTRAK
Penelitian ini akan mengkaji factor-faktor penghambat partisipasi politik masyarakat pada pemilihan kepala
daerah di Sulawesi Selatan. Tujuan khusus penelitian ini antara lain mengidentifikasi dan menganalisis 45actor-
faktor penghambat dan penyebab rendahnya (baik secara kualitas) tingkat partisipasi politik masyarakat dalam
pilkada di Sulawesi Selatan. Penelitian ini juga bertujuan untuk menguraikan langkah-langkah yang tepat dan
efektif untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pemilu. Penelitian ini juga diharapkan dapat menawarkan
rekomendasi bagi pemerintah daerah dan stakeholders pemilu untuk menstimulus dan mendorong partisipasi
aktif masyarakat dalam pemilihan umum. Penelitian ini diadakan di enam wilayah kabupaten dan kota di
Sulawesi Selatan,yaitu Makassar, Gowa, Bone, Soppeng, Sidrap dan Tator.Dari wilayah-wilayah tersebut, ada
wilayah yang sangat rendaah,rendah,sedang dan tinggi tinggi tingkat partisipasi masyarakatnya dalam
pemilu.Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi untuk data sukender,observasi partisipasi dan
wawancara mendalam (indepth interview) untuk data primer data yang terkumpul dianalisis menggunakan
metode interaktif-kualitatif. Hasil akhir yang ditemukan yaitu adanya sebab-sebab dan factor-faktor penghambat
partisipasi politik masyarakat pada pemilihan kepala daerah di Sulawesi Selatan.Urgensi penelitian ini terutama
dilihat dari upaya merumuskan kerangka konseptual, kebijakan dan strategi yang tepat dan efektif untuk
menggairahkan partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum yang dilakukan sehingga pada waktunya
akan diperoleh kadar kualitas pemilu yang memadai yang bercirikan pemilu damai,otonom,fungsional dan
bermartabat.
Kata Kunci :
KAJ I AN TENTANG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
DI KABUPATEN SI DENRENG RAPPANG SULAWESI SELATAN
(Analisis Tentang Kelembagaan Pemerintahan Daerah)
Andi Syamsul Alam dan A.M.Rusli
Fakultas Isipol /Ilmu Pemerintahan Universitas Hasanuddin
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk menjelaskan atau menggambarkan proses penataan struktur organisasi Pemerintah
Kabupaten Sidrap berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 serta menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi proses penataan struktur organisasi perangkat daerah Kabupaten Sidrap. Penelitian ini
bertujuan menjelaskan atau menggambarkan proses desain struktur organisasi pemerintah Kabupaten Sidrap
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 serta menganalisis hal-hal yang mempengaruhi
proses desain struktur organisasi perangkat daerah Kabupaten Sidrap. Metode analisis dilakukan secara
deskriptif kualitatif,pengumpulan data melalui observasi,wawancara mendalam dan penelusuran dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses desain struktur organisasi perangkat daerah Kabupaten
Sidrap PP No.41 Tahun 2007 dengan alas an penambahan besaran jumlah struktur dari yang seharusnya.Kajian
desain struktur organisasi perangkat daerah Kabupaten SIdrap yang melahirkan Perda No.10,11,12 dan 13
Tahun 2008,yang saat ini telah berjalan. Hal-hal yang mempengaruhi desain struktur organisasi perangkat
daerah Kabupaten Sidrap yaitu kemampuan SDM cukup tersedia dari kuantitas dan kualitas,namun pelibatannya
belum maksimal sehingga menghasilkan struktur organisasi yang belum efektif dan efesien.Nilai politik dalam
desain struktur organisasi di Kabupaten Sidrap.
Kata Kunci :
SI GNI FI KANSI KOMPETENSI DAN KOMI TMEN PI MPI NAN TERHADAP KI NERJ A PEGAWAI
PELAYANANPUBLI K (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Kota Makassar,Kabupaten Maros, dan
Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan)
Baharuddin, Muh.Yunus dan Gita Susanti
ABSTRAK
Bahwa keberhasilan fungsi dan tugas pokok I nstansi (TUPOKSI) Kantor Pertanahan Kota Makassar,Kabupaten
Maros dan Kabupaten Gowa,tidak dapat dipisahkan dari kualitas pelayanan public yang diberikan terhadap para
stakeholder,dimana sangat ditentukan oleh kemampuan kerja para pegawainya. Tujuan kajian ini adalah Untuk
mengetahui pengaruh kompetensi terhadap kinerja aparat pelaksanaan pelayanan public.Untuk mengetahui
pengaruh komitmen terhadap kinerja aparat pelaksana pelayanan publik. Untuk mengetahui pengaruh pengaruh
kinerja tehadap pelayanan public.Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan
kualitatif.Penarikan sampel secara teknik sampling acak sedarhana,dan untuk menguji hipotesis penelitian
digunakan statistic multi variate dengan alat uji model persamaan structural,sedangkan untuk pengolahan data
menggunakan LISREL sedangkan informan adalah pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota Kantor Badan
Pertanahan Kota Makassar,Kabupaten Maros,dan Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan.Analisis data
deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan tabel frekeunsi.Hasil pengujian hipotesis pertama ditemukan adanya
hubungan yang kuat antara variable komitmen dengan variable kompetensi,dimana pengaruh variable komitmen
dan kompetensi terhadap kinerja pegawai sangat kuat. Hasil pengujian hipotesis ke dua,terlihat bahwa variable
komitmen dan kompetensi tidak mempengaruhi kualitas pelayanan public secara langsung,tetapi pengaruh
komitmen dan kompetensi terhadap kualitas pelayanan public terlihat melalui kinerja.Adapun hasil pengujian
terhadap kualitas pelayanan public,tetapi pengaruh komitmen dan kompetensi terhadap kualitas pelayanan
public terlihat melalui kinerja.Adapun hasil pengujian terhadap hipotesis ke tiga,bahwa kinerja berpengaruh kuat
terhadap kualitas pelayanan public. Sehingga dari keseluruhan hasil penelitian dapat disampaikan,walaupun nilai
komitmen dan kompetensi serta kinerja pegawai dilingkungan Kantor Badan Pertanahan Kota
Makassar,Kabupaten Maros,dan Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan secara rata-rata relative baik,
namun belum secara linier berimplikasi terhadap peningkatan kualitas pelayanan public yang dirasakan oleh
stakeholder.
Kata Kunci :
2. Bidang Kajian Ilmu Sastra dan Budaya
PERANAN BUDAYA MEGALI TI K DALAM SI STEM BUDAYA MASYARAKAT TORAJ A:SUATU STUDI
KASUS PADA SI TUS MEGALI TI K SI LLANAN DI KABUPATEN TANA TORAJ A
Anwar Thosibo dan Muhammad Nur
ABSTRAK
Penelitian terhadap budaya megalitik hingga sekarang,selalu dikaitkan dengan masalah keagamaan yaitu
sebagai media dalam melaksanakan upacara-upacara ritual dan symbol-simbol keagamaan.Pada hal sebagai
hasil dari suatu proses budaya,tidak dapat dilepaskan dari konteks sosialnya ssebagai fenomena yang menjadi
latarbelakang bentuk, pola,pemaknaan,dan proses perubahan budaya tersebut. Riset ini bertujuan untuk
menjelaskan bagaimana bentuk,fungsi dan makna budaya megalitis dalam masyarakat Toraja pada masa
lampau dan membandingkannya dengan masa sekarang. Metodologi yang dipergunakan dalam riset ini adalah
pendekatan etnoarkeologi,yaitu suatu pendekatan yang melihat adanya kesinambungan budaya masa lampu
dengan tradisi yang masih berkembang sekarang,kemudian secara kritis menganalogikannya. Untuk
membangun interprestasi dalam penelitian yang bersifat kualitatif dan induktif ini, maka data arkeologis dan
data etnografis yang relefan dikumpulkan secara selektif dan representative. Hasil penelitian ini menunjuukan
bahwa fungsi dan makna budaya menalitik di Tana Toraja telah mengalami perubahan,dimana pada masa
lampau berorientasi pada fungsi dan makna simbolis religious,sedangkan pada masa sekarang ini lebih
berorientasi pada fungsi dan makna symbol sosial seperti legitimasi strata sosial.Contohnya adalah budaya
megalitis berupa Simbiuang dan Rambu Solo yang masih tetap hidup dalam masyarakat toraja.
PErmasalahannya adalah mengapa terjadi perubahan fungsi dan makna budaya tersebut. Budaya selalu bersifat
dinamis sehingga cepat atau lambat akan mengalami perubahan,seperti halnya dengan budaya tradisi megalitik
di Tana Toraja.Perubahan diakibatkan oleh factor eksternal,seperti perubahan lingkungan fisik maupun
sosial,pertambahan penduduk dan pengaruh budaya asing.
Kata Kunci :
3. Bidang Kajian Ilmu Kesehatan
ANALI SI S PENGARUH KONSENTRASI BENZENA DI TEMPAT KERJ A TERHADAP KADAR FENOL
DALAM URI NE TENAGA KERJ A BENGKEL DUCO MAKASSAR
Muh. Syafar
ABSTRAK :
Benzena dalam tubuh dapat mengakibatkan gangguan sistem syaraf pusat, gangguan hematologi dengan organ
sasaran adalah sum-sum tulang. Benzena banyak digunakan di bengkel Duco sebagai pelarut karena sifatnya
cepat larut terhadap cat. Pekerja pada penyemprotan (duco) mempunyai resiko tinggi terpapar oleh benzene.
Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor masa kerja, lama pajanan, ventilasi, respirator dan faktor
paling berpengaruh terhadap kadar fenol dalam urine tenaga kerja. Penelitian dilaksanakan di Bengkel Duco
Makassar dan pemeriksaan kadar fenol urine pekerja di Laboratorium Balai Besar K3. Penelitian menggunakan
metode cross-sectional. Pengambilan sampel dengan proportional random sampling. Uji statistik menggunakan
chi-square. Hasil penelitian konsentrasi benzena terhadap kadar fenol dalam urine ditemukan pada: (1) masa
kerja 1 tahun (baru) keracunan 0%, normal 6,7% dan masa kerja >1 tahun (lama) keracunan 30%, normal
26,7%, normal 63,3%, (2) lama pajanan >8 jam (lama) keracunan 30%, normal 26,7% dan (kurang)
keracunan 0%, normal 43,3%, (3) keracunan ringan 26,6%, keracunan sedang 3,33%. Hasil tersebut
menunjukkan adanya pengaruh antara konsentrasi benzena terhadap kadar fenol dalam urine. Saran pada
perusahaan diharapkan melakukan pengendalian terhadap kondisi lingkungan kerja dan perilaku penggunaan
APD pada pekerja. Bagi instansi yang terkait khususnya Pembina K3 untuk melakukan pengawasan, pembinaan
dan menegakkan aturan perundangan dibidang tenaga kerja khususnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Kata kunci: Konsentrasi Benzena, Kadar Fenol
ABSTRACT :
Benzene in the body can cause central nervous system disorder, hematology disorder and target is bone
marrow. Benzene is used widely at the Painting workshop as dissolvent since it is easily dissolved in paint.
Workers who work at the workshop using spray paint have a high risk to benzene. The aim of the study was to
analyze factors such as work experience, duration of spraying, ventilation, respirator and the most dominant
factor affecting the fenol level in the urine of the workers. The study was conducted at Bengkel Duco In
Makassar and taking urine samples workers in laboratoryum Occupational and Health Safety (K3). The study
using cross sectional. The selection of samples was done by proportional random sampling. Chy square
analyses. The study benzene concentration in phenol level urine result that: (1) the employment duration 1
year (new) have poisoning 0%, normal 6,7% and the employment >1 year (old) have poisoning 30%, normal
63,3%, (2) duration of spraying >8 jam (long time) have poisoning 30%, normal 26,7% and spraying < 8 jam
(short time) have poisoning 0%, normal 43,3%, (3) mild poisoning 26,6%, moderat poisoning 3,33%. The study
indicates that benzene concentration have an effect fenol levels in the urine are duration of employment and
duration of spraying. It is recommended that control in working environment be done and use af APD for the
workers. Related institution is hoped to control, guide and enforce rulers and legislation on matters pertaining to
manpower especially occupational health and safety.
Keywords: Benzene Concentration, Fenol Urine.
IV. ABSTRAK PENELITIAN HIBAH PASCA TAHUN 2009
BIDANG ILMU TEKNOSAINS
1. Bidang Kajian Ilmu MIPA
PEMBUATAN,KARAKTERI SASI ,I MPLEMENTASI SENSOR KI MI A (BI OSENSOR SEBAGAI PI RANTI
ANALI TI KUNTUK QUALI TY CONTROL PRODUKSI BAHAN MAKANAN DI SULAWESI SELATAN
Abd. Wahid Wahab, Abd.Rauf Patong dan Ambo Upe
ABSTRAK
Penelitian tahun ke-1 ini bertujuan (1) mendesain sensor kimia (biosensor ESI -Aspartat ESI -Glutamat,ESI-Salisit
untuk analisis asam aspartai,asam glutamate,dan asam salisilat,serta(2) mengkarakterisasi sensor kimia
(biosensor) dalam analisis asam aspartat,asa, glutamate,dan asam salisilat dalam bahan makan yang
dikembangkan di Sulawesi Selatan. Telah didesain elektroda modifikasi film polipirol-aspartat dan polipirol-
glutamat untuk aplikasi sensor potensiometrik aspartat dan glutamate.Polipirol aspartat dan polipirol-glutamat
dilapiskan pada permukaan elektroda kawat platina dengan metode elektropolimerisasi dalam larutan air yang
mengandung asam aspartat,asam glumat dan ion C1O
4
terhadap elektroda Ag/AgCI. Penentuan kualitas
elektroda dilakukan dengan mempelajari pengaruh komposisi,factor Nernst,limit deteksi,waktu respon,PH
larutan,dan koefisien selektivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elektroda tipe kawat terlapis polipirol-
aspartat dengan perbandingan komposisi pirol/aspartat/C10
4
:0,1M/0,1M/0,1 M memberikan respon terbaik
dengan nilai Nernstian 50,188mV/decade pada daerah linier 10
-8
M-10
-1
M,limit deteksi 2,19 x 10
-8
M (0,0029
ppm) Aspartat,waktu respon pada konsentrasi linier rata-rata dari 15-91 detik dan PH 3. Selektivitas ESI
Aspartat pada konsentrasi Aspartat 1x10
-1
M tidak diganggu oleh adanya ion-ion asing dari asam amino Arginin
(Arg),Alanin (Ala),dan Asparagin (Asn)..Pada elektroda tipe kawat terlapis polipirol-glutamat diperoleh kondisi
optimum pada komposisi pirol/glutamate/C104:0,1/0,1M,Elektroda yang dibuat menunjukkan perilaku Nernstian
dengan kemiringan 30,238 per decade pada daerah linier 10-8-10-1 M,PH kerja 3, batas deteksi 10-7,56 M
setara dengan 2,75 x 10-8 M (0,0405 ppm) glutmat,waktu respon pada konsentrasi daerah linier dari 25,05-
240,04 detik. Pemakaian selama 45 hari menujukkan respon yang relative konstan. Selektivitas elektroda telah
dipelajari terhadap asam aspartat.Elektroda telah diaplikasikan untuk analisis kadar asam glutamate pada
sampel jagung QPM dan jagung lokal dengan konsentrasi masing-masing Srikandi putih 2,188%, Srikandi kuning
2,122% dan jagung lokal 0,63%. Telah dibuat Elektroda Selektif Ion (ESI) Salisilat tipe kawat terpalis dengan
bahan aktif tetraoktilamonium salisilat yang dimobilisasi dalam Polivinilklorida (PVC) dan dilarutkan dalam
Tetrahidrofuran (THF).Elektroda tersebut memperlihatkan slope yang Nernstian 51,27mV/decade dan batas
linear 1,0x 10-
4
M sampai 1,0x10
-1
M untuk salisilat.Limit deteksinya adalah 5,25x10-4M.ESI- Salisilat mempunyai
waktu tanggap antara 77-119 detik dan dapat digunakan selama 1,5 bulan,Koefisien selektifitasnya ditentukan
menggunakan metode MPM dan dapat digunakan pada batas PH4-9.Elektroda tersebut dapat digunakan sebagai
indicator untuk menentukan kandungan salisilat dalam sampel aspirin dan buah-buahan.
KENDALA DAN DAMPAK PEMBANGUNAN DAM SEBAGAI SOLUSI ENERGI MURAH DAN RAMAH
LI NGKUNGAN SERTA KRI SI S PANGAN
Dadang Ahmad Suriamiharja
ABSTRAK
Dam saat ini merupakan kebutuhan yang menumbulkan kontroversi,Proyek pembangunan dan di Negara
berkembang yang sebagian besar dibiayai dengan pinjaman utamamya oleh Bank Dunia dituding sebagai
penyebab penderitaan bagi penduduk yang mengalami relokasi.Komisi Dam Dunia (World Commission on
Daum) Melakukan banyak kajian mengenai dampak pembangunan dam. Berbagai kajian telah dilakukan di
seluruh dunia utamanya pada pembangunan dam besar.Pengalaman pembangunan Bili-bili juga merupakan
pengalaman yang unik dan menarik. Hal ini disebabkan karena ditinjau dari beberapa segi,prosedur dan proses
pemindahan penduduk dianggap berhasil tetapi sebaliknya cukup memperoleh sorotan beberapa LSM.
Pengalaman Bili-bili perlu dikaji lebih menyeluruh dan terpadu untuk memperoleh gambaran lebih lengkap.
Berbagai tipe ganti rugi diterapkan,sesuai dengan keinginan dan kebutuhan berbagai lapisan
penduduk.Pengalaman ini dapat saja telah memunculkan unsur ciri lokal dan pengaruh global dalam proses
pemindahan penduduk. Hasil Kajian ini diharapkan dapat memperkaya teknik dan prosedur pemindahan
penduduk sehingga tidak menimbulkan masalah dan hambatan bagi pembangunan,khususnya pembangunan
dam yang sangat dibutuhkan saat ini..Berdasarkan hasil analisis data,ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut: 1.Proses sosialisasi dan negosiasi telah dilaksanakan dengan cukup baik dan melibatkan masyarakat
terkena dampak.2. Masyarakat menyatakan bahwa pembayaran kompensasi bagi lahan dan bangunan telah
sesuai dengan janji dan juga harapan mereka. 3. Pada dasarnya penyediaan lokasi pemukiman transmigrasi
bukanlah bagian dari kompensasi akan tetapi merupakan kebijakan tambahan bagi masyarakat yang berminat.
Sebagian lahan usaha yang dijanjikan untuk diberikan pada masyarakat di Malangke tidak terrealisasi karena
adanya sengketa lahan.4. Kondisi masyarakat yang pindah ke lokasi pilihan sendiri di sekitar waduk jauh lebih
baik secara fisik ekonomi maupun sosial di bandingkan dengan masyarakat yang memiliki permukiman program
transmigrasi.5. Keberhasilan relokasi masyarakat melalui program transmigrasi sangat tergantung pada lokasi
transmigrasi disamping masalah kesesuain lahan adalah masalah utama yang perlu diantisipasi disamping
masalah kesesuaian lahan untuk produksi pertanian.Sertifikat tanah perlu disiapkan dan kesesuaian Lahan
produksi perlu dilakukan penelitian sebelum lokasi ditetapkan sebagai lokasi transmigrasi.
2. Bidang Kajian Ilmu Teknik
RANCANGANKURSI RODA OTOMATI S BERBASI S J ARI NGAN SYARAF TI RUAN DAN FUZZY LOGI C
DENGAN TI ANGULAR WHEELS SYSTEM SEBAGAI MEKANI SME PENGGERAK
Rafiuddin Syam
ABSTRAK
Kursi roda kovensional yang digunakan pada lansia dan penderita cacat sekarang ini masih mempunyai banyak
kekurangan.Hal ini mengakibatkan kemampuan mobilisasi dari penggunannya terbatas.Salah satu kekurangan
kursi roda ini,yakni hanya dapat bergerak pada permukaan yang rata,tidak dapat beroperasi sepenuhnya
dilingkungan manusia misalnya melewati jalan yang berkerikil atau permukaan keras,dan menaiki anak
tangga.Kekurangan yang lain sehingga bagi para lansia yang tidak mampu menggerakkan kursi roda mengalami
kendala dan ketergantungan pada orang lain yang masih besar. Penelitian ini mencoba untuk membuat kursi
roda elektrik(electric powered wheelchair) sebagai alat bantu berjalan bagi para lansia dan penyandang cacat.
Keistimewaan dari rancangan kursi roda ini adalah dilengkapai system navigasi dan roda segitiga (triangular
wheels) sebagai roda penggerak sehingga kursi roda dapat menaiki anak tangga. Sistem navigasi membantu
pengguna kursi roda untuk bergerak bebas dalam ruangan ataupun jalan raya. Sistem navigasi selain dilengkapi
kamera,juga mengaplikasikan dua metode system kendali,yakni jaringan syarat tiruan (J ST) dan PD
Kendali.Untuk system kendali J ST dilatih offline dengan menggunakan metode gradient error
learning(GEL),dimana J ST diaplikasikan secara loop terbuka (feed- forward).Sedangkan PD kendali digunakan
sebagai feedback compensator,dimana gain yang dipilih adalah kostan. Rencana penelitian pada tahun pertama
adalah modifikasi kursi yang konvensional menjadi kursi roda auto-navigation dengan metode control jaringan
syarat tiruan dan beberapa metode soft-computing. Kemudian ditahun kedua rancang bangun triangular
whwwls sebagai roda penggerak bertujuan agar kursi roda ini mempunyai kemampuan menaiki anak tangga.
Pada bagian belakang kursi roda direncanakan dilengkapi dua roda segitiga dan dua motor. Motor pertama
menggerakkan roda segitiga secara non-independent dengan gerakan rotasi apabila berjalan pada jalan rata.
Sedangkan motor kedua memungkinkan roda segitiga bergerak secara secara revolusi pada saat menaiki anak
tangga. Dan pada bagian depan kursi roda dilengkapi dua roda bebas. Penelitian ditahun ketiga yaitu mencari
nilai optimasi dari system dinamika untuk kursi roda,misalnya pengaruh variasi pembebenan bagi desain kendali
jaringan syarat tiruan. Selanjutnya menganalisis parameter dan mengevaluasi kemunkinan aplikasi teknik
kendali neuro-fuzzy untuk mengeliminasi pengaruh pembebanan luar yang tiba-tiba. Luaran yang diharapkan
pada penelitian ini adalah mampu menghasilkan produk kursi roda elektrik yang mempunyai kehandalan dalam
auto-navigation dengan metode jaringan Syarat Tiruan.
BIDANG ILMU EKOSOSBUDKUM
1. Bidang Kajian Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
RI TUAL DALAM KEHI DUPAN MI TI S ORANG KAI LI DAN PROSPEKNYA TERHADAP PENGEMBANGAN
EKOWI SATA BERBASI S MASYARAKAT DI KABUPATEN DONGGALA SULAWESI SELATAN
M.Yamin Sani
ABSTRAK
Ada 4 (empat) pilar menurut Green Tourism Association yang mendukung pengembangan ekowisata yaitu : (1)
environtmental responsibility; mengandung pengertian proteksi,konsenasi,atau perluasan sumberdaya alam dan
lingkungan fisik untuk menjamin kehidupan jangka panjang dan keberlangsungan ekosistem;(2) Local economic
vitality;yang mendorong tumbuh dan berkembang ekonomi lokal,bisnis dan komunitas untuk menjamin
kekuatan ekonomi dan keberlanjutan (sustainability); (3) cultural sensitivity; yang mendorong timbulnya
penghormatan dan penghargaan terhadap tradisi atau budaya lokal sehingga menjamin kelestarianya; (4)
experiental richness;menikmati atraksi yang dapat memperkaya dan meningkatkan pengamalan yang lebih
memuaskan,melalui partisipasi aktif dalam memahami personal dan keterlibatan dengan alam,manusia,tempat
dan buadaya. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut,penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan potensi
sumberdaya hayati dan keunikan bentang alam (Landscape) yang eksotik di kawasan Dataran Tinggi
Lindu.Begitu pula pernik-pernik budaya lokla masyarakat setempat yang mempesona. Di Dataran Lindu terdapat
sebuah danau,yakni danau Lindu yang selama ini hanya menjadi kawasan budi daya ikan air tawar,tetapi belum
dimanfaatkan untuk wisata danau.Di Datara Lindu juga terdapat hutan lindung,maupun hutan wisata.Ada sungai
yang dapat dikembangkan sebagai wisata sungai.Demikian juga tentang bentang alam berupa lembah dan
gunung-gunung,sejatinya merupakan potensi pengembangan ekowisata. Hal lain yang menarik,bahwa
masyarakat lokal yang mendiami Dataran Lindu memiliki kearifan tradisi dalam mengelola sumberdaya hutan
maupun danau.Pengetahuan budaya masih dipelihara dan dipertahankan secara turun-temurun. Nilai-nilai
tradisional tersebut sudah barang tentu sangat penting dalam menjaga terpeliharanya dan kelestarian ekosistem
di Dataran Tinggi Lindu. Penelitian tahun pertama,lebih focus pada identifikasi potensi ekowisata,dalam bentuk
pendeskripsian keragaman sumberdaya hayati dan bentang alam,serta pernak-pernik budaya lokal.Dalam
pendeskripsian tersebut,terungkap beberapa hal tentang potensi daerah di sector jasa,terutama sector
pariwisata yang harus dikembangkan. Kabupaten Sigi yang berada dalam wilayah Taman Nasional Lore Lindu
mengalami masalah pengembangan potensi daerah,karena dihambat oleh perundang-undangan,akibat sebagian
besar daerah ini masuk dalam wilayah Taman Nasional Lore Lindu. Karena itu pengembangan sektor industry
pariwisata, melalui diversifikasi atraksi dan optimalisasi penggunaan lahan untuk zona wisata,terutama dan
agrowisata menjadi penting.
ANALI SI S J ARI NGAN ANTAR ORGANI SASI DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN PELAYANAN
PUBLI K YANG DEMOKRATI S
(Studi Kasus Penyelenggaraan Pelayanan
Angkutan Kota di Kota Makassar)
Alwi dan Suratman
ABSTRAK
Secara umum pelayanan public yang diselenggarakan oleh birokrasi pemerintah masih merupakan masalah yang
serius,termasuk pelayanan transportasi/angkutan kota di Kota Makassar. Secara kasat mata,pelayanan angkutan
kota di kota Makassar belum dapat memberikan pelayanan sebagaimana yang diharapkan warga.Padahal
sebagai Negara demokrasi,warga Negara merupakan tuanyang harus diberikan pelayanan yang memuaskan
oleh penyelenggara Negara. Oleh karena itu,penyelenggara pelayanan public,sebenarnya,harus memahami
kebutuhan warga dan hal ini yang penulis sebut sebagai pelayanan demokratis.Secara teoritis,untuk mengatasi
masalah yang kompleks seperti masalah pelayanan angkutan kota diperlukan jaringan antar organisasi,karena
banyak lembaga yang terkait dengan hal tersebut. Penggabungan kedua konsep tersebut menjadi konsep
jaringan antar organisasi pelayanan public yang demokratis merupakan konsep baru dalam ilmu administrasi
public.J aringan antar organisasi bertujuan untuk pemanfaatan sumber-sumber daya yang efisiensi dan
efektif,demikian juga pelayanan public yang demokratis bertujuan menjdikan warga sebagai focus pelayanan
public melalui pelibatan mereka dalam proses penyelesaian masalah-masalah public. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan dimensi konsep jaringan antar organisasi pelayanan public (angkutan kota) yang
demokratis melalui tanggapan dan harapan warga serta tanggapan dan harapan penyelenggara tentang
pelayanan angkutan kota di Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan strategi penelitian
studi kasus untuk mengungkap secara mendalam pelayanan demokratis dan kaitannya dengan jaringan antar
organisasi.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan,wawancara mendalam,dan
dokumen.Teknik pengolahan dan analisis data adalah analisis kualitatif studi kasus eksploratif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dimensi-dimensi konsep jaringan antar organisasi pelayanan public (angkutan kota) yang
demokratis adalah regulasi komitmen sumber daya kerja sama koordinas kolaborasi dan partisipasi.Dimensi-
dimensi tersebut diperoleh melalui tanggapan dan harapan warga serta tanggapan dan harapan para
penyelenggara tentang pelayanan angkutan kota di kota Makassar.
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN MASALAH GANGGUAN
TUMBUH KEMBANG ANAK USI A DI NI
A.Razak Thaha, Hamka Naping dan Meta Mahendradatta
ABSTRAK
Anemia defisiensi besi pada bayi dan anak balita di Indonesai tergolong sangat tinggi.Secara nasional,
berdasarkan SKRT (2001),diketahui anemia pada bayi 0-12 bulan sebesar 63,01% sementara di
Kabupaten.Banggai,berdasarkan survey anemia (2008) anemia pada anak 6-59 bulan adalah 50,8%. Tingginya
prevalensi anemia ini harus diatasi,karena menjadi penyebab kematian 54% bayi dan balita
(WHO,2002),menyebabkan penurunan daya tahan tubuh (Saloojee H,2001), meningkatkan morbiditas akibat
infeksi (Sungthon,2001) mengakibatkan gangguan perkembangan dan koordinasi alat gerak serta terhambatnya
gangguan belajar dan berbahasa,(Kornelia,B,S,1999) deficit IQ secara permanent 5 poin di bawah normal
(Drapper A,1998). Tingginya prevalensi balita kurang gizi (36,8%) di Indonesai,disebabkan kurangnya
penggunaan ASI dan rendahnya kualitas MP-ASI . Beberapa studi intervensi telah terbukti menurunkan kejadian
anemia melalui perbaikan MP ASI.Abram et.AL (2003),menemukan bahwa pemberian MP-ASI lokal yang
diperbaiki formulanya efektif dalam meningkatkan kadar Hb,dan menurunkan risiko anemia. Sementara itu hasil
studi efikasi dan efektifitas MP ASI baik ditingkat nasional maupun internasional oleh Atmawikarta (2008)
menunjukkan bahwa MP ASI belum dapat meningkatkan status gizi anak. Oleh karena itu Depkes
mengembangkan sprinkle yang dinamakan taburin. Taburin berbentu bubuk mengandung zat gizi mikro tinggi
karena mengandung 15 macam vitamin mineral,yang dicampurkan pada MP-ASI,tanpa menguba rasa,bau,dan
tekstur makanan.Selaian itu,pemberiannya praktis dan mudah. Penelitian ini bertujuan untuk menilai besar
pengaruh pemberian sprinkle taburin terhadap kadar hemoglobin,pertumbuhan dan perkembangan pada bayi 6-
12 bulan. Dengan penelitian ini masyarakat mengenal dan menerima sprinkle taburin zat gizi mikro yang
ditambahkan pada MP-ASI lokal,diharapkan menjadi salah satu cara untuk mengatasi masalah anemia defisiensi
besi sehingga dapat meningkatkan status gizi bayi. Penelitian dilakukan secara experimental double blinded
randomized classified pre-post test control design (untuk studi efikasi) dan double blinded pre-post test control
group design & longitudinal studi (untuk studi efektivitas) pada 152 bayi yang memenuhi criteria di puskesmas
kampong baru sebagai kelompok intervensi,danpuskemas Kintom sebagai control.Sebelum penelitian,dilakukan
pengukuran HB pada kedua kelompok. Taburin diberikan selama 90 hari. Pengaruh taburin diukur dengan
membandingkan kadar Hb bayi sebelum dan sesudah intervensi menggunakan T test berpasangan,dan
membandingkan Hb pada kedua kelompok menggunakan T test independent. Hasil uji T test berpasangan
menunjukkan tidak ditemukan perbedaan signifikan antara Hb sebelum dan sesudah intervensi. Hasil T test
independent menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok setelah intervensi taburin
(p=0,038). Selain itu,terjadi penurunan persentase anemia pada kelompok intervensi sebesar
23,39%,sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan sebesar 13,23%.Resiko relative (RR) kejadian
anemia lebih tinggi pada kelompok kontrol (RR=1.13) dibanding dengan kelompok intervensi (RR=0,76). Hasil
lain menunjukkan bahwa setelah pemberian sprinkle taburin selama 90 hari rerata peningkatan nilai z-score
BB/U kelompok intervensi (laki-laki -0,20+0,38; perempuan -0,24+0,40) lebih tinggi dibanding kontrol (laki-laki-
0,36+0,37; perempuan-0,38+0,39) sedangkan rerata peningkatan nilai z-score PB/U kelompok intervensi (laki-
laki -0,43+0,49; perempuan-035+0,36) dan rerata peningkatan nilai z-score BB/PB kelompok intervensi (laki-laki
-0,07+0,57; perempuan -0,1+0,49) lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (laki-laki-0,32+0,62; perempuan -
0,4+0,53).dengan demikian sprinkle taburin berfungsi memperlambat penurunan nilai z-score pada bayi dengan
asupan gizi kurang. Untuk perkembangan motorik lebih baik pada kelompok intervensi (22,8+16.0%) dibanding
kelompok control (1,3+14.5) jadi sprinkle taburin berdampak nyata terhadap perkembangan motorik (p
value=0,000). Untuk program penanggulangan anemia pada bayi usia 6-12 bulan dapat diberikan sprinkle
taburin zat gizi mikro yang ditambahkan pada MP-ASI lokal. Sedangkan untuk perbaikan status
gizinya,pemberian sprinkle taburin dapat dikombinasikan dengan MP-ASI yang berkualitas baik.
V. ABSTRAK PENELITIANSTRATEGIS NASIONAL
BIDANG ILMU TEKNOSAINS
1. Bidang Kajian Ilmu MIPA
PEMBUATAN,KARAKTERI SASI ,DAN APLI KASI KI TI N TERMODI FI KASI
SEBAGAI ADSOBEN LOGAM Zn DAN Cd
Ambo Upe , Hasnah Natsir dan St. Fauziah
ABSTRAK
Penelitian tentang pembuatan,karakterisasi,dan modifikasi kitin yang akan digunakan sebagai adsorben untuk mengadrorpsi
logam Zn dan Cd telah dilakukan.Pemanfaatan kitin sebagai adsorben dilakukan karena merupakan bahan alami. Tidak
bersifat toksik dan mudah diperoleh.Kitin adalah bahan polimer kedua terbanyak di alam setelah selulosa dan merupakan
komponen penyusunan tubuh serangga,udang,kepiting,cumi-cumi,dan artopoda lainnya,serta bagian dari dinding sel
kebanyakan fungsi dan alga. Aplikasi kitin yang utama adalah sebagai senyawa pengkhelat logam dalam instalasi
pengolahan air bersih atau limbah industry.Semakin berkembangnya industry maka masalah pencemaran lingkungan
merupakan konsekuensi yang harus dihadapi,misalnya pencemaran perairan oleh logam berat seperti Zn dan Cd.Metode
sorpi (serapan) merupakan salah satu alternative yang baik digunakan dalam menangani masalah ini,karena material yang
digunakan tidak banyak,dapat diregenerasi dan telah banyak adsorben alami yang dapat dimanfaatkan. Untuk keperluan
penanganan limbah cair yang mengandung ion logam,kitin telah banyak dimodifikasikan sebagai adsorben dan hasilnya
menunjukkan kemampuan serta efisiensi penyerapan yang baik. Pada penelitian ini,kitin dimodifikasi dengan L-Sistem yang
digunakan sebagai adsorben untuk menyerap ion logam berat Zn dan Cd.L-Sistein merupakan asam amino yang memiliki
atom S (sulfur) Atom S ini terdapat pada gugus tiol (dikenal juga sebagai sulfhidril atau merkaptan).Secara alami,L-sistein
ada di hamper semua bahan pangan,kebanyakan merupakan bagian dari peptide atau protein.L-sistein diproduksi secara
industry melalui hidrolisis rambut manusia,bulu babi,bulu unggas dan serta wol.Peranan gugus-gugus yang terdapat pada L-
sistein seperti karboksil (-C))H), amida (-NH
2
) tiol (-SH) dan hidroksi)-OH) dapat membentuk kompleks koordinasi dengan
ion-ion logam.Gugus-gugus ini berperan sebagai sisi aktif pengkhelatan ion logam,oleh karena itu L-Sistem digunakan
sebagai modifikator untuk kitin sebagai adsorben dalam penelitian ini. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
memanfaatkan limbah hasil laut untuk mengadsorpsi logam yang tercemar pada lingkungan.Namun tujuan khusus yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mula-mula mengisolasi kitin dari limbah udang windu (panaeus
monodon),mensintesis kitin termodifikasi dengan L- sistein kitin sigma dan kitin hasil isolasi dari limbah udang windu
mengkarakterisasi kitin termodifikasi L-sistein dari hasil sintesis kitin termodifikasi dengan menggunakan Fourier Transform
Infra Red (FTIR),dan Scanning Electron Microscope (SEM)menentukan PH optimum dan kapasitas adsorpsi ion logamt Zn
dan Cd pada kitin hasil isolate dan kitin termodifikasi L-Sistein. Metode penelitian yang dipakai adalah metode eksperimen
laboratorium yang akan dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut : 1 Isolasi kitin dari limbah udang windu.proses
isolasi atau produksi kitin terdiri dari 3 tahap yaitu tahap deproteinasi,tahap demineralisasi,dan tahap dekolorasi
2.Pembuatan kitin termodifikasi dengan L-sistein.Kitin dan L-sistein dimasukkan dalam larutan THF dan H
2
SO
4
kemudian di
aduh selama beberapa jam.disaring dan dibilas dengan aquades,dikeringkan sehingga diperoleh kitin termodifikasi L-Sistein
:3) Karakterisasi kitin termodifikasi L-Sistein yang dihasilkan menggunakan fourier Transform Infra Red (FTIR)dan scanning
electron microscope (SEM) analisis dengan menggunakan sem (scanning Electron Microscope) untuk melihat struktur fisik
dari kitin (kitin sigma dan kitin dari udang windu) serta kitin termodifikasi;4.Penentuan PH dan kapasitas adsorpsi ion logam
berat Zn Cd pada adsorben termodifikasi.Sejumlah kitin dan kitin termodifikasi L-Sistein dimasukkan dalam larutan yang
mengandung ion logam Zn Cd.PH.larutan divariasikan mulai dari PH-2-7 Konsentrasi masing-masing ion logam sebelum dan
sesudah adsorpsi pada variasi PH kemudian ditentukan dengan mengunakan SSA.Kapasitas adsorpsi terbaik untuk ion logam
diperoleh pada PH yang memberikan persen adsorpsi tertinggi..Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa
rendamen kitin hasil isolasi dari limbah udang windu (Panaeus monodon) diperoleh 71,8% hasil tahap deproteinasi,42,9%
hasil tahap demineralisasi,dan 39,3% hasil tahap dekolorisasi.Hasil sintesis kitin termodifikasi L-Sistein yang telah
dikaraktrisasi dengan FTIR menunjukkan adanya gugus SH pada puncak 2586,54 cm
-1
yang tidak terdapat pada kitin
sebelum dimodifikasi dengan L-Sistein.Hasil optimalisasi PH untuk menentukan kapasitas adsorpsi dari kitin dan kitin
termodifikasi L-systein dalam menyerap logam Cd dan Zn diperoleh pada P
H
6. Kapasitas kalor penyerapan kitin terhadap
logam Cd adalah sebesar 2,3500 mg/gr dan terhadap logam Zn adalah sebesar 2,4446 mg/gr,sedangkan kapasitas kalor
penyerapan kitin termodifikasi L-Systein terhadap logam Cd adalah 2,4852 mg/gr dan terhadap logam Zn adalah sebesar
2,4802 mg/gr.Berdasarkan data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa kitin termodifikasi L-Sistein adalah adsorben yang
lebih baik digunakan untuk menyerap logam Cd dan Zn dibandingkan kitin.
PEMANFAATAN AMPAS SAGU SEBAGAI BI OSORBEN I ON
Cd(I I ),Cu(I I ) Ni(I I ) dan Cr(VI )
Paulina Taba, Nursiah La Nafie dan St. Fauziah
ABSTRAK
Keberadaan ion-ion logam berat seperti Cd(II),Ni(II) dan Cr(VI) dalam lingkungan perairan dapat menimbulkan
gangguan kesehatan pada manusia. Untuk itu upaya penghilangan ion-ion tersebut perlu dilakukan. Biosorpsi
yang menggunakan biomaterial merupakan metode alternative yang menjanjikan terutama dalam hal efektivitas
dan biaya yang diperlukan untuk penyiapan biosorbennya. Berbagai biosorben dapat digunakan termasuk
limbah industry.Dalam penelitian ini,penghilangan ion-ion logam tersebut diuji dengan menggunakan limbah
yang diperoleh dari industry pembuatan sagu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kondisi
optimum (waktu dan PH larutan) dari biosorpsi ion-ion logam,menentukan orde dan tetapan laju
biosorpsi,mengetahui kemampuan ampas sagu dalam mengadsorpsi ion-ion Cd(II ),Cu(II),Ni(II) dan Cr(VI ) dari
dalam larutannya,dan gugus fungsi yang terlibat dalam biosorpsi ion-ion oleh ampas sagu.Hasil menunjukkan
bahwa waktu optimum biosorpsi ion Cd(I I),Cu(II),Ni(II)dan Cr(VI) berturut-turut adalah 20,10,15,dan 120
menit.Biosorpsi keempat ion logam oleh ampas sagu memenuhi kinetika orde dua semu dengan tetapan laju
(k2)berturut-turut 0,24;5,16;0,56;dan 0,05 g menit-
1
mg
-1
Untuk ion Cd(II),C(I I),Ni(II),dan Cr(VI) PH optimum
biosorpsi ion-ion tersebut adalah 5 untuk Cd(II) dan Ni(II)4,untuk Cu(II)dan 2 untuk Cr(VI) Biosorpsi keempat
ion tersebut memenuhi isothermal langmiur dengan kapasitas biosorpsi 11,79;10,92;11,01 dan 3,05 mg/g
berturut-turut untuk ion-ion Cd(II),Cu(II),Ni(II) dan Cr(VI).Berdasarkan data FTIR,gugus fungsi yang terlibat
dalam interaksi ini adalah gugus hidroksil.Agen pendesorpsi adalah HN0
3
0,1 M untuk ion Cd(II),H2S04 0,1 M
untuk ion Cu(II),EDTA untuk ion Ni(II),dan NaHC03 untuk ion Cr(VI).Biosorpsi ion-ion logam dari larutan yang
mengandung campuran keempat ion logam dapat dilakukan dengan ampas sagu.
POTENSI FORMULA GEL TERI PANG PASI R (HOLOTHURI A scabra)
UNTUK PENGOBATAN LUKA BAKAR
M.Natsir Djide, Rosdiana Natzir dan Fatmawaty B
ABSTRAK
Teripang atau timun laut digunakan dalam pengobatan tradisional untuk penyembuhan luka. Penelitian
sebelumnya memperlihatkan bahwa teripang memiliki efek penyembuhan luka dan aktivitas antibakteri. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak teripang pasir (Holothuria scabra) dalam
bentuk sediaan gel dan efektivitasnya dalam penyembuhan luka bakar. Daging dan lender teripang diekstraksi
masing-masing menggunakan methanol dan etanol 70%. Penentuan aktivitas antibakteri menggunakan teknik
difusi agar dan kertas cakram 6 mm sebagai reservoir sampel. Efek penyembuhan luka bakar menggunakan
hewan uji kelinci yang mengalami luka bakar diameter 1,5 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak methanol Pseudomonas aeroginosa. Ekstrak
methanol konsentrasi 30% dalam sediaan gel memeiliki prosentase penyembuhan luka 74.4% pada hari ke
tujuh, sedangkan bioplacento, control positif,memiliki prosentase penyembuhan luka 89,4%.
Kata Kunci : H, Scabra,antibakteri,luka bakar,gel
2. Bidang Kajian Ilmu Teknik
STUDI PERBAI KAN KESTABI LAN TRANSI ENT PADA SI STEM I NTERKONEKSI SULAWESI SELATAN
Nadjamuddin Harun, I ndar Chaerah Gunadin dan Muhktar Saleh
ABSTRAK
Pada system tenaga listrik yang memiliki kondisi pembebanan yang kritis maka fenomena kestabilan akan sering
muncul dan akan mengganggu kontinuitas pelayanan bahkan akan dapat menyebabkan system akan mengalami
pemadaman total (blackout).Hal ini terjadi pada system interkoneksi Sulseltrabar,dengan adanya kecenderungan
peningkatan kasus blackout.Dari penelitian sebelumnya diperoleh kesimpulan bahwa untuk pola operasi luar
waktu beban puncak (LWBP) dan waktu beban puncak (WBP) memiliki waktu critical clearing time (CCT) yang
rendah.Melihat kondisi ini dibutuhkan penelitian lanjut yang bertujuan untuk memberikan metode atau langkah-
langkah dalam memperbaiki kondisi kestabilan system interkoneksi sulselbar.Ada beberapa metode yang akan
dicoba pengaruhnya terhadap perbaikan kestabalian diantaranya : menambah bus sisip,generator sheadding,
menambah transmisi baru,pemasangan FACT Device. Dari beberapa metode ini akan dianalisis pengaruhnya
terhadap perbaikan kestabilan transient.Parameter yang akan dilihat adalah besar waktu CCT,jika semakin
meningkat maka dapat disimpulkan bahwa metode tersebut dapat dijadikan rekomendasi untuk perbaikan
kestabilan system sulseltrabar. Rekomentasi ini juga akan mempertimbangkan aspek ekonomis untuk
penerapannya.Penelitian ini diharapkan akan sangat berguna bagi PT.PLN untuk memperbaiki kondisi kelistrikan
system Sulseltrabar terutama dari sisi kestabilan transient.
Kata kunci : blackout,kestabilan transient,FACT Device,CCT
BIDANG ILMU AGROKOMPLEKS
1. Bidang Kajian Ilmu Kelautan dan Perikanan
OPTI MALI SASI SI STEM PENCAHAYAAN I KAN DENGAN MENGGUNAKAN LAMPU LI STRI K DALAM
AI R BERTENAGA SURYA UNTUK MENI NGKATKAN PRODUKTI VI TAS NELAYAN
DI SULAWESI SELATAN
Arifin, Metusalach dan Muh. Syarif
ABSTRAK
Pada penelitian ini telah dibuat suatu system pencahayaan ikan menggunakan lampu listrik dalam air bertenaga
surya yang terdiri dari panel sel surya, kontroler pengisian aki, penyimpan energy listrik atau aki, converter DC
ke AC dan lampu fluorescent ballast elektronik. Lampu dikemas dalam fiber glass yang tembus cahaya dan
kedap air. Hasil pengukuran daya dan efisiensi rangkaian kontroler pengisian aki dan converter DC ke AC
menghasilkan efisiensi rata-rata di tas 84% sehingga alat ini dapat dianggap bekerja dengan baik. Pengukuran
intensitas cahaya dilakukan secara horizontal dan vertical baik di laut maupun di udara untuk mengetahui
penyebaran cahaya oleh lampu. Pengukuran I ntensitas cahaya dan daya jangkau pencahayaan di dalam air laut
pada posisi horizontal sejajar dengan permukaan laut, diperoleh intensitas paling tinggi pada lampu bercahaya
putih sebesar 20.000 lux dengan jarak maksimum 20 meter dan intensitas paling rendah pada lampu bercahaya
merah sebesar 2.200 lux dengan jarak maksimum 14 meter. Pengukuran pada arah vertical terhadap
permukaan air laut, diperoleh intensitas paling tinggi pada lampu bercahaya putih 3800 lux dengan jarak
maksimum 18 meter, dan intensitas paling rendah pada lampu bercahaya merah sebesar 360 lux dengan jarak
maksimun 12 meter. Intensitas cahaya lampu dan daya jangkau pencahayaan di udara lebih besar disbanding
dengan di laut. I ntensitas dan daya jangkau pencahayaan lampu yang dibuat lebih besar disbanding lampu
petromaks yaitu 400 lux pada arah horizontal dengan jarak maksimum 14 meter dan 34 lux pada arah vertical
dengan jarak maksimum 8 meter. Lampu ini memliki keuanggulan yaitu insitas cahaya tinggi, daya jangkau
pecahayaan lebih jauh,mudah dalam pemakaian,biaya operasional sangat murah dan hemat energy. Dengan
pemakaian lampu listrik dalam air bertenaga surya ini, maka secara langsung dapat mengurangi biaya
operasional dam meningkatkan produktivitas nelayan.
Kata Kunci : Lampu celup,tenaga surya,pencahayaan ikan
KAJ I AN KEBERHASI LAN EKOLOGI DARI PENCI PTAAN HABI TAT DENGAN BEBERAPA MODEL LAMUN
BUATAN : PENI LAI AN PADAKOMUNI TAS DAN BI ODI VERSI TAS BI OTA LAUT
Chair Rani, Budimawan dan Rohani
ABSTRAK
Ekosistem padang lamun memiliki banyak fungsi ekologi dan sangat penting dalam menunjang produktivitas
perairan dan perikanan pantai.Meskipun memiliki fungsi penting,tetapi ekosistem ini kurang mendapat
perhatian,hal ini tercermin dari ketiadaan data kuantitatif mengenai distribusi (luasan) dan tingkat
kerusakannya,dan disisi lain tekanan oleh ekosistem ini cukup berat seperti adanya kegiatan reklamasi yang
menyebabkan hilangnya atau menurunnya fungsi ekosistem lamun. Oleh karena itu usaha kegiatan rehabilitasi
ekosistem lamun perlu mendapat perhatian tidak saja secara fisik menyangkut berapa luasan daerah yang
berhasil direhabilitasi tetapi juga keberhasilan ekologinya berupa pengembalian fungsi ekologinya seperti adanya
peningkatan biodiversias biota laut. Penelitian ini bertujuan untuk 1 menganalisis efek dari implantasi beberapa
model lamun buatan terhadap peningkatan biodiversitas biota laut, dalam hal ini mempelajari struktur
komunitas makrozoobentos dan ikan 2 menganalisis keberhasilan fungsi ekologi berbagai model lamun buatan
dalam hal biodiversitas biota laut keberhasilan fungsi ekologi berbagai model lamun buatan dalam hal
biodiversitas bioata laut dengan cara membandingkan komunitas makrozoobentos dan ikan antara lamun buatan
dan lamun alami,dan 3 menguraikan keterkaitan distribusi temporal dari struktur komunikasi makrozoobentus
dan ikan dengan gradient lingkungan. Penelitian dirancang secara ekperimental dengan menanam berbagai
model lamun buatan dalam luasan 4x4 m
2
dengan 3 perlakuan,yaitu 1 perlakuan dengan menggunakan lamun
buatan bentuk tegakan dari tali kalas yang meniru tegakan lamumn Enhalus acoroides 2 lamun buatan dengan
bentuk semak yang terbuat dari bunga hias dari bahan plastic,dan 3 lamun alami dari jenis Enhalus acoroides
(sebagai control).Pengamatan dilakukan sekali dalam 2 minggu selama 3 bulan pengamatan.Sampel
makrozoobentos di sampling secara acak dengan menggunakan grab sampler sedangkan untuk pengamatan
ikan disampling dengan teknik sensus visual.Selama pengukuran atau pengambilan sampel biota juga diukur
beberapa parameter oseanogfrafi seperti suhu,salinitas,arus,kekerusuhan,nitrat fosfat dan BOT sedimen. Selama
penelitian ditemukan 116 jenis makrozoobentos dan 29 jenis ikan pada lamun sedangkan pada ikan didominasi
oleh 10 jenis yang berasal dari family pomacentridae,labridae,Nemeptridae dan siganidae.J umlah jenis tidak
menunjukkan perbedaan yang berarti antara perlakuan lamun buatan/alami baik pada makrozoobentos maupun
ikan,demikian pula kepadatan makrozooentos juga tidak menujukkan perbedaan.Meskipun demikian untuk
kelimpahan ikan memperlihatkan perbedaan yang nyata antara perlakuan lamun buatan/alam. Dibandingkan
dengan padang lamun di akhir penelitian didapatkan bahwa lamun buatan dari bunga plastic
(semak),memperlihatkan keberhasilan ekologi yang nyata terhadap peningkatan kepadatan makrozoobentos
dan kemelimpahan ikan. Nilai indeks keanekaragaman yang tinggi ditemukan pada lamun buatan dari tali kalas
dan lamun berbentuk semak,bahkan di akhir penelitian nilai indeks keanekaragaman yang didapatkan juga lebih
tinggi dari pada daerah padang lamun. Meskipun factor lingkungan dapat memisahkan pengelompokan spesies
ikan yang berkunjung di lamun buatan,namun factor fisik berupa kecepatan arus dan factor biologi seperti jenis
dan ketersediaan makanan diduga kuat sangat menentukan kehadiran kelompok-kelompok ikan pada lamun
buatan tertentu.Sedangkan untuk makrozoobentos yang dominan ditemukan,memperlihatkan pengelompokan
spesies berdasarkan karakter lingkungan pada masing-masing lamun pada setiap periode sampling.
KELI MPAHAN DAN KERAGAMAN LARVA I KAN PADA PERAI RAN ESTUARI A KOTA
MAKASSAR,SULAWESI SELATAN
Andi Iqbal Burhanuddin, Muh.Farid Samawi dan Supriadi
ABSTRAK
Penelitian dilakukan di perairan Sungai Tallo dan Sungai J enneberang,Kota Makassar,Sulawesi Selatan berlangsung
selama dua periode musim yaitu pada bulan Maret-April dan bulan J uni-J uli 2009. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui komposisi larva ikan,menganalisis keterkaitan antara kondisi habitat dengan distribusi kelimpahan larva
serta menganalisis kelimpahan plankton dengan kelimpahan larva ikan. Pengambilan contoh larva dan parameter bio-
fisikakimia dilakukan pada dua stasiun (Sungai Tallo dan Sungai J enneberang) dengan 9 titik pada masing-masing
stasiun dalam dua periode sampling.Larva ikan ditangkap dengan menggunakan larva net dengan ukuran mata jarring
0,5 mm dengan bukaan mulut jarring 60 cm dan panjang 3 meter 90 cm yang dipasang atau diikat pada bagian
belakang perahu motor dan ditarik horizontal.Parameter fisika kimia diukur pada setiap stasiun penelitian bersamaan
dengan waktu pengambilan sampel larva dan plankton. Parameter bio-fisikimia dikelompokan dengan menggunakan
analisis PCA yang bertujuan untuk mengelompokan stasiun berdasarkan cirri-ciri parameter bio-fisikakimia,sedangkan
kelimpahan larva ikan dianalisis dengan menggunakan analisis struktur komunitas (indeks keanekaragaman,indeks
keseragaman,dan indeks dominasi).Adapun keterkaitan kelimpahan larva ikan dengan parameter bio-fisikakimia
perairan diperoleh dengan menggunakan analisis statistic program regresi linear berganda. Hasil penelitian ditemukan
komposisi dan kelimpahan larva ikan sebanyak 9 famili dan 3 spesies dengan total indibidu 7,62 individu/m
3
didominasi family Microdesminae dan Carapidae. Kelimpahan plankton bulan Maret-April (Fitoplankton 261,545
individu/m
3
dan Zooplankton 354,216 individu/m
3
) dan bulan J uni-J uli (Fitoplankton 203,500 individu/m
3
dan
Zooplankton 414,840 individu/m
3
). Distribusi secara spasial bulan Maret-April di Sungai Tallo berjumlah 0,4692
individu/m
3
sedangkan di Sungai J enneberang berjumlah 0,6922 individu/m
3
dan bulan J uni-J uli di Sungai
J enneberang berjumlah 2,2346 individu/m
3
sedangkan di Sungai Tallo berjumlah 5,4881 individu/m
3
Hasil PCA
memperlihatkan adanya dua kelompok yaitu kelompok pertama bulan juni Sungai J enneberang dan kelompok kedua
juga pada bulan J uni Sungai Tallo. Kelompok pertama dicirikan oleh BOT,pH,dan DO,sedangkan pada kelompok
kedua dicirikan oleh fitoplankton.Namun demikian,hasil analisis regresi linear berganda dengan menggunakan metode
stepwise menunjukkan bahwa tidak ada factor bio-fisikakikimia Perairan terukur dengan kisaran sebagaimana yang
didapatkan pada perairan Sungai Tallo dan Sungai J eneberang pada saat penelitian yang mempengaruhi kelimpahan
total larva ikan,tetapi kelimpahan larva ikan dominan (family Microdesminae) dipengaruhi oleh salinitas.
PRODUKSI HIDROLISAT PROTEIN SECARA ENZIMATIS DARI LIMBAH INDUSTRI HASIL PERIKANAN
Metusalach, Kasmiati dan Syahrul
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum produksi HPI secara enzimatis dari 3 bagian sampel yang
berbeda menggunakan,karakteristik mutu HPI,komposis asam amino,dan perubahan mutu organoleptik selama
penyimpanan selama 5 minggu.Kegunaan penelitian adalah memberikan informasi penting mengenai produksi HPI
dari limbah hasil perikanan sehingga dapat meningkatkan pemanfaatan ikan secara optimal dan menyeluruh,Metode
penelitian dimulai dengan memisahkan limbah ikan menjadi 3 bagian yaitu rangka,organ luar dan organ
dalam,kemudian masing-masing dihidrolisasi dengan 2 enzim yang berbeda yaitu tripsin dan papain dengan variasi
konsentrasi 1,2,3,dan 4 %(b/b) dari kadar protein sampel,dengan lama hidrolisis 2,4,dan 6 jam.HPI cair dikonversi
menjadi HPI kering menggunakan rotary evaporator untuk pemekatan dan pengeringan menggunakan
oven.Digunakan rancangan acak lengkap (Completely Randomized Design) pola factorial (2x3x4) untuk masing-
masing perlakuan enzim dengan 3 kali ulangan. Parameter yang diamatai adalah rendemen,derajat hidrolisis,kadar
air,abu,lemak,protein, pH, viskositas,profil asam amino, dan perubahan mutu organoleptik HPI selama
penyimpanan.Metode respon permukaan (surface response methodology) digunakan untuk menentukan kondisi
hidrolisis (kombinasi konsentrasi enzim dan waktu hidrolisis) yang optimum. Hasil penelitian menujukkan bahwa
kondisi optimum produksi HPI untuk rangka dengan tripsin dan papain adalah 2,66% 2,04 jam dan 2,56% 2,24
jam,organ luar 3,95% 6 jam dan 2,37% 2,27 jam,organ dalam 2,33% 2,21 jam dan 3,04% 2,15 jam.Karakteristik
mutu HPI dengan enzim papain memiliki kadar protein yang lebih tinggi yaitu 7,32,15,4 dan 5,74% dengan pH HPI
yang lebih mendekati pH netral yaitu 7,1,7,13,dan 7,09 dibandingkan dengan tripsin.Derajat hidrolisis enzim papain
lebih tinggi dari pada tripsin dengan hasil berturut- turut adalah 33,75,26,34,dan 40,22% untuk papain dan
17,03,12,97,dan 17,22% untuk tripsin. Mutu organoleptik HPI relative tidak berubah selama 5 minggu
penyimpanan.Enzim tidak berpengaruh terhadap warna dan bau HPI,tetapi pengaruh bahan baku cukup nyata. HP
dari rangka memiliki warna yang paling jernih atau terang dan bau yang tidak terasa diikuti oleh organ luar dan organ
dalam.
Kata kunci : hidrolisat protein ikan,limbah hasil perikanan,tripsin,papain
2. Bidang Kajian Ilmu Pertanian
PERAN PEDAGANG KAKAO DALAM PENI NGKATAN EFI SI ENSI PASAR
DI SULAWESI SELATAN
Sofyan J amal, Darwis Ali, dan Rusli M,Rukka
ABSTRAK
Penelitian ini dirancang untuk mengetahui seberapa besar peran pedagang kakao dalam meningkatkan
efisiensi pasar,khususnya pasar kakao di Sulawesi Selatan,dengan kasus pedagang di Kabupaten Luwu
dan Luwu Utara.Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk (1) menegtahui jalur distribusi dan
karakteristik pedagang yang dilalui oleh aliran biji kakao tersebut dari produsen ke konsumen,(2)
Mengidentifikasi bentuk kerjasama antar pedagang,serta kemungkinan adanya persaingan di antara
mereka dalam kaitannya dengan peningkatan efisiensi pasar,(3)Mengidentifikasi peran pemerintah
dalam memobilisasi partisipasi pedagang dalam pembangunan daerah dan wilayah;dan (4) Memberikan
konstribusi nyata terhadap ilmu perencanaan dan pengembangan wilayah,utamanya peningkatan
efisiensi pasar dalam penyaluran komoditas pertanian,khususnya komoditas kakao. Kesimpulan hasil
penelitian ini adalah:(1) Terdapat empat saluran distribusi kakao di Prinsip Sulawesi Selatan,dari petani
sampai ke Eksportir,dan selanjutnya ke pabrik pengolahan di luar negeri sebagai konsumen antara,yaitu
a. Petani Kakao- pedagang pengumpulan Desa--pedagang pengumpul kecamatan--- pedagang
pengumpul kabupaten----pedagang besar/Ekspotir--Pabrik pengolahan di luar Negeri(Konsumen
Antara).
b. Petani kakaopedagang pengumpul Desa-pedagang pengumpul kabupaten---pedagang
besar/Eksportir--pabrik pengolahan di luar Negeri (Komsumen Antara). c. Petani kakao-pedagang
pengumpul kecamatan--pedagang pengumpul kabupaten--pedagang besar/Eksportir--pabrik
pengolahan di luar Negeri (Konsumen Antara). d.Petani kakao-pedagang pengumpul kabupaten-
pedagang besar/Eksportir---pabrik pengolahan di Luar Negeri (Konsumen Antara). (2) Kegiatan
pemasaran yang paling efisien terjadi pada saluran IV yaitu,3,50% dan yang paling tidak efisien adalah
pada kegiatan pemasaran saluran 1 yaitu 14,57%;(3) bentuk kerjasama antar pedagang terutama pada
arus informasi harga yang berfluktuasi tiap hari, pemberian modal pengadaan biji kakao dari pedagang
besar kepada pedagang di daerah.dan adanya titip angkut dan titip jual buji kakao yang terjadi dalam
kerja sama yang saling menguntungkan antar pedagang,baik di daerah maupun di Makassar;(4) peran
pedagang kakao dalam peningkatan efsiensi pemasaran terutama kehadiran pabrik pengolahan kakao
pada daerah sentra produksi yang telah membantu kelancaran transaksi biji kakao basah, dan menjaga
keberlanjutan pemasaran kakao melalui usaha peningkatan produksi ramah lingkungan;dan (5) peran
pemerintah dalam mobilisasi partisipasi pedagang dilakukan melalui kerangka kebijakan yang
memfasilitas pemasaran kakao pada sentra produksi seperti peningkatan mutu infrastruktur,dan usaha
peningkatan mutu untuk pasar eksport. Rekomendasi dari hasil penelitian ini,adalah (1)pemerintah
diharapkan tetap melakukan control dalam lalu lintas distribusi kakao di Sulawesi Selatan terutama
dalam menjaga efisiensi pemasaran yang tinggi,dan memfasilitasi keberlanjutan serta peningkatan mutu
kakao untuk tujuan eksport;(2) kerjasama antar pedagang diharapkan tetap terakumulasi secara
melembaga agar dapat lebih mudah berkordinasi dengan pemerintah dan tidak bekerja secara
parsial;dan (3) perlu rancang bangun lembaga keuang mikro pada sentra produksi kakao agar petani
dapat mengakses permodalan untuk biaya produksi,dan pedagang pengumpulan juga lebih mudah
mengakses modal pengadaan biji kakao.
EVALUASI KI NERJ A DAN PENGEMBANGAN BEBERAPA SPESI ES SEMUT YANG BERPOTENSI
SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI TERHADAP PENGGEREK BUAH KAKAO
(Conopomorpha cramerella Snellen)
Ahdin Gassa dan Rahmat J ahuddin
ABSTRAK
Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia,namun salah satu kendala dalam upaya
peningkatan produksi adalah masalah hama penggerek buah kakap (PBK).Seiring dengan hal tersebut telah
dibentuk Program Sekolah Lapangan bagi Petani kakao (PSPsP) dengan kegiatan utamanya mencakup panen
sering (rampasan buah),penyelubungan buah,pemangkasan dan sanitasi serta pemupukan berimbang.Dalam
jangka waktu relative singkat program tersebut dianggap dapat mengurangi tingkat kerusakan PBK,namun
demikian petani kakao nampaknya masih memerlukan cara lain yang leboh murah dan praktis dan aman
terhadap lingkungan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh La Daha (2002) pada tanaman kakao di
lapang (Dolago-parigi,Sulawesi Tengah)menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya 3 spesies semut seperti
semut rangrang (Oecophylla smaragadina),semut kripik (Crematogaster difformis),dan semut grammang
(Anoplolepis longipes)dapat mengurangi serangan PBK. Hal yang sama telah dilaporkan oleh Ahdin (2002)
bahwa terdapat 3 diantara 7 spesies semut yang ditemukan berkoloni dan aktif di sekitar pohon kakao
sepanjang hari (malam hari)dan di duga berperan dalam mengurangi populasi PBK,spesies spesies tersebut
antara lain semut hitam kakao (Dolichoderus thoracicus(,semut kripik (Crematogaster difformis),dan semut
rangrang (Oecophylla smaragdina). Sampai saat ini belum diketahui mekanisme pemagsaan semut terhadap
tingkat perkembanga PBK (telur larva,pra-pura dan imago).ataukah semut hanya menghambat atau
menghalau ngengat betina PBK untuk meletakkan telur pada permukaan buah kakao.Hal tersebut sangat
menarik untuk dikaji lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh atau kinerja keberadaan
semut pada tanaman kakao terhadap keadaan populasi dan kerusakan yang diakibatkan oleh PBK serta
pengembangan spesies-spesies semut yang memiliki potensi untuk mengendalikan PBK khususnya dan hama-
hama kakao lainnya. Pelaksanaan penelitian pada areal kakao milik petani dengan menentukan 100 pohon
contoh untuk setiap pengamatan spesies semut.J ika pada areal contoh tersebut dihuni oleh lebih dari satu
spesies,maka spesies lainnya di eliminasi dengan menggunakan pestisida agar supaya kinerja setiap spesies
yang diamati dalam mengkolonisasi dan menekan PBK dapat diketahui secara akurat.Untuk pengembangan 3
spesies semut yang berpotensi dilakukan dengan menempatkan 10 sarang buatan berupa bamboo berukuran
panjang kurang lebih 50 cm yang diisi dengan daun kelapa yang kering (D.thoracicus)atau kulit batang kakao
kering (C.Difformis) yang telah disemprot dengan cairan gula.Setelah 1 atau 2 bulan kemudian sarang yang
sudah dipenuhi semut dan telurnya, kemudian 10 sarang bamboo tersebut dipindahkan ke lokasi pengamatan
dimana semut ini nantinya akan berkembang dan sekaligus diberi suplai makanan buatan berupa cairan gula
dan pellet udang agar semut dapat berkembang dan menetap pada pohon kakao,Sedangkan untuk
pengembangan semut ramgrang (O.Smaragdina) digunakan sarang buatan berupa anyaman bamboo yang
ditempel dengan daun kakau sehingga menyerupai sarang sesungguhnya.
EKSTAK KLON KAKAO (Theobroma cacao L) RESI STANCE DAN NON RESI STANCE TERHADAP
PERKEMBANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (Conophomorpha cramerella Snellen)
Vien Sartika Dewi Fachruddin, Firdaus Zenta dan Zulfitriani
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan antibiosis senyawa dalam ekstrak klon
(Theobroma cacao L) resisten dan non resisten terhadap perkembangan Penggerek Buah Kakao
(Conophomorpha cramerella Snellen). Penelitian ini dilakukan di laboratorium hama dan penyakit
tumbuhan Fakultas Pertanian dan laboratorium farmasi MIPA Universitas Hasanuddin.Penelitian
berlangsung sejak bulan Maret-Oktober 2009. Pengujian dilakukan pada klon tahan yang diwakili oleh
klon Haris 2 dan klon peka diwakili oleh klon Bal 209,buah yang digunakan adalah buah yang berumur 3
bulan. Lapisan mesokarp buah kakao kemudian dipisahkan dari jaringan yang lain kemudian dikering
anginkan sampai benar-benar kering lalu dihaluskan dan siap untuk di ekstrak.Hasil ekstraksi kemudian
dilakukan pengujian bioassay pada larva P.Xylostella L.instar ke 3.Masing-masing ekstrak klon diuji
cobakan dengan menggunakan tiga tingkat 3.Masing-masing ekstrak klon diuji cobakan dengan
menggunakan tiga tingkat konsentrasi masing-masing 2.5%,5% dan 7,5%. Masing-masing menggunaka
10 ekor larva setiap konsentrasi dengan tiga ulangan beserta control.Parameter yang diamati
berdasarkan pada pengujian bioaktifitas serangga yaitu Mortalitas,jumlah daun yang dimakan dan
jumlah larva yang berhasil menjadi pupa. Pengamatan identifikasi senyawa kimian dilakukan setelah
pengujian bioassay kemudian dilakukan penelusuran kandungan senyawa kimia aktif dengan
menggunakan TCL. Hasil pengujian bioassay menunjukkan mortalitas larva pada klon Haris 2 berturut-
turut berdasarkan konsentrasi 2,5,%7,5% yaitu 53%,60% dan 80% sedangkan pada klon Bal 209
berturut-turut 40% 40% dan 50% dan Kontrol 10% Rata-rata mortalitas larva pada ekstrak klon
memperlihatkan perbedaan yang tidak nyata antara control dan perlakuan pada setiap waktu pengujian
(24 jam,48 jam dan 72 jam). Akumulasi mortalitas larva menunjukkan jumlah larva yang mati pada
ekstrak klon Haris 2 lebih tinggi disbanding larva yang mati pada klon Bal 209 dan Kontrol. Fluktuasi
mortalitas larva pada klon Haris menunjukkan peningkatan pada hari kedua pada semua konsentrasi
dan sebaliknya terjadi pada ekstrak klon bal 209,sedangkan pada control pada hari yang sama belum
ada larva yang mati. Rata rata jumlah Daun yang dikonsumsi pada klon Bal 209 lebih tinggii
dibandingkan jumlah daun yang dikonsumsi pada ekstrak klon Haris 2.Secara statistic terdapat
perbedaan yang nyata.
PERBAI KAN MUTU VI RGI N COCONUT OI L(VCO) DENGAN PERLAKUAN
PENYARI NGAN BERTAHAP
Mariyati Bilang, Amran Laga dan Nurlaila Abdullah
ABSTRAK
Penyaringan bertahap dilakukan untuk memperbaiki mutu empat (4) jenisvigin coconut oil (VCO) yang
diperoleh dengan metode yang berbeda yaitu VCO yang dihasilkan dari santan murni kelapa
dalam,berturut-turut dengan : 1 Penambahan ekstrak getak papaya 15% : 2) penambahan air kelapa
fermentasi 30% : 3) penambahan VCO dan air kelapa fermentasi 15 %.4) penambahan air kelapa 15 %
dan ekstrak getak papaya 15%. Proses penyaringan bertahap dilakukan di dalam kolom dan wadah
serta saringan.Setiap kolom berisi media penyaring (berturut-turut 3 kolom) yaitu arang aktif,pasir silica
dan zeolit,sedangkan penyaringan tahap ke tiga dilakukan dengan cara kontak langsung antara VCO
dan media penyaring (bentonit). Hasil uji parameter mutu VCO (kadar air,asam lemak bebas, bilangan
penyabunan,bilangan yodium,warna atau kerjernihan,bilangan penyabunan dan profil asam lemak
menggunakan chromatografi gas,kecuali bilangan peroksida) dipengaruhi oleh metode pembuatan VCO
dan perlakuan penyaringan bertahap serta interaksi ke dua perlakuan tersebut.Secara umum mutu ke
empat jenis VCO meningkat setelah penyaringan bertahap dibandingkan dengan sebelum penyaringan.
HASI L PADI TI PE BARU (PTB) YANG DI APLI KASI PUPUK ORGANI K DARI LI MBAH
PERTANI AN DAN SUBTI TUSI NI TOGEN DARI BAKTERI PENAMBAT NI TOGEN
Nadira R Sennang,M.S
ABSTRAK
Penggunaan pupuk an organic yang selama ini banyak digunakan pada usahatani padi ternyata hanya
mampu memperbaiki sesuburan kimia saja sehingga cenderung terjadi ketidakseimbangan di antara
kesuburan kimia,fisik,dan biologi di dalam tanah.Oleh karena itu untuk menciptakan system pertanian
yang ramah terhadap lingkungan perlu dilakukan pemulihan lahan pertanian yaitu dengan cara
menggunakan pupuk organic khususnya yang berasal dari limbah pertanian dan pupuk mikroba
penambat nitrogen sebagai subtitusi pupuk nitrogen.Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengkaji jenis pupuk organic dari limbah pertanian yang terbaik pada varietas padi yang berproduksi
tinggi dan kualitas hasil lebih baik dengan aplikais mikroba penambat nitrogen.Penelitian dilakukan di
laboratorium biofertilizer jurusan budidaya pertanian dan kebun percobaan Fakultas pertanian
Universitas Hasanuddin dimulai Maret sampai Oktober 2009.Penelitian dilakukan dengan menggunakan
rancangan acak kelompok pola factorial 3 faktor.Faktor pertama adalah varietas padi yang terdiri dari 3
varietas yaitu varietas Ciliung,varietas Membramo,dan terdiri dari 3 jenis yakni pupuk oragnik dari jerami
padi,eceng gondok,brangkasan kedelai,kulit kakao,dan Azolla.Sedangkan factor ketiga adalah inokulasi
mikroba penambat nitrogen bebas yang terdiri dari 2 taraf yaitu 2,5 L,Pupuk hayati ha
-1
dan 5 L pupuk
hayati ha
-1
. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat interaksi antara varietas padi,jenis
pupuk organic dan inokulasi mikroba penambat nitrogen bebas terhadap semua parameter yang diamati
kecuali pada tinggi tanaman. Varietas Membramo memiliki respons yang baik terhadap semua
parameter yang diamati dengan aplikasi pupuk oragnik dari eceng gondok dan bakteri penambat
nitrogen dengan dosis 5 L ha
-1.
Varietas Ciliung dan Varietas Membramo menghasilkan bobot gabah
kering giling tertinggi (95,12 g per rumpun) yang diaplikasi pupuk oragnik dari eceng gondok dan
bakteri penambat nitrogen sebanyak 5 L ha-1 dibandingkan dengan varietas Cimelati dan pupuk organic
lainnya.Varietas Membramo menghasilkan bobot gabah kering (86,57 g per rumpun) yang diaplikasi
pupuk oragnik dari limbah kulit kakao dan bakteri penambat nitrogen dengan dosis 2,5 L ha-1 lebih
tinggi dari perlakuan lannya.
Kata kunci : Pupuk organic,padi dan bakteri penambat nitrogen.
PEMANFAATAN PARASI TOI D TELUR DAN PENYELUBUNGAN BUAH UNTUK MENGENDALI KAN
HAMA PENGGEREK BUNGA DAN PURU BUAH (Prays spp) PAdA PERTANAMAN J ERUK BESAR
(Citrus grandis L.) Di KABUPATEN PANGKEP
Nurariaty Agus dan Melina
ABSTRAK
J eruk besar (Ctrus grandis L) merupakan komoditas unggulan Kabupaten Pangkep di Sulawesi
Selatan.Produktifitasnya relative masih rendah,yang antara lain disebabkan oleh serangan hama.Salah
satu jenis hama penting yang dapat menurunkan kuantitas dan kualitas jeruk besar adalah penggerek
bungan dan puru buah (prays spp).Serangannya pada bunga dan buah-buah yang baru terbentuk
menyebabkan buah kecil berguguran.Serangannya pada buah muda yaitu terdapat puru-puru atau
tonjolan-tonjolan pada buah dengan lubang (garis tengah 0,3-0,5 cm) yang mengeluarkan getah.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis parasitoid telur dan potensinya sebagai agens
pengendali hayati hama Prays spp. Di pertanaman jeruk besar.Selain itu,juga untuk mengetahui metode
perbanyakan parasitoid tersebut dan inangnya.Dengan tersedianya teknologi perbanyakan parasitoid
tersebut maka diharapkan bahwa keersediaannya sebagai agens hayati sudah terjamin sehingga setiap
saat dapat diperoleh bagi para pengguna. Penelitian akan dilaksanakan di pertanaman jeruk dan di
laboratorium pengendalian hayati,J urusan Hama dan penyakit Fakultas Pertanian UNHAS. Tahapan
kegiatan yang akan dilakukan ada dua seri yaitu pengendalian hayati dengan pemanfaatan agens hayati
(parasitoid telur) dan pengendalian secara mekanis dengan penyelubungan buah.Kegiatan pengendalian
hayati dengan 1) Eksplorasi dsn identifikasi parasitoid telur dari prays spp.di pertanaman jeruk
berdasarkan ciri morfologi ;2)Perbanyakan parasitoid telur dan 4) pengujian pengaruh penggunaan
insektisida terhadap parasitoid telur dan prays spp.Kegiatan pengendalian mekanis dengan
penyelubungan buah di lapangan dengan perlakuan variasi ukuran buah dan bahan pembungkus yang
digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prays sp.sebagai inang alami dan Corcyra cephalonica
sebagai inag alternative dapat diperbanyak di laboratorium untuk memperbanyak parasitoid telur
Trichogramma sp. Eksplorasi parasitoid telah dilakukan tetapi belum berhasil diperbanyak secara missal
karena kendala musim.Selama perbaanyakan prays sp.diketahui bahwa mortalitas pupa 14,28 persen
hingga 77,5 persen dengan rata-rata 36,89 persen,sedangkan mortalitas larva berkisar antaraa 33,33
persenhingga 56,25 persen.Imago Prays spp,hidup paling lama 8 hari tetapi hanya satu ekor,dengan
rata-rata lama hidup selama 2-5 hari dan selama pemeliharaan prays sp.tersebut,imagonya diberi
makanan tambahan berupa larutan madu 10 persen. Pada kegiatan penyelubungan buah tahapan
pertama ternyata bahwa ketahanan buah yang dibungkus dengan plastik biasa lebih singkat (3 minggu)
daripada buah yang dibungkus kertas atau plastic degradable yakni dapat bertahan hingga 4
minggu.Selaian itu,juga dapat dilihat bahwa persentase keguguran buah lebih tinggi pada buah yang
dibungkus plastic biasa (30,36%) dibandingkan dengan plastic degradable (24,41%) dan pembungkus
kertas (16,96%) pada kegiatan penyelubungan buah berikutnya terlihat bahwa serangan prays sp.pada
buah yang tidak dibungkus rata-rata di atas 50 persen,baik buah yang berukuran <2 cm,2-3 cm
maupun buah yang lebih besar. Tampaknya serangan prays sp.pada buah yang berukuran lebih
besar,lebih tinggi pada buah yang dibungkus plastik biasa kecuali pada buah yang berukuran <2 cm
karena memang infestasi awal sebelum dilakukan pembungkusan serangannya sudah lebih tinggi.
OPTI MALI SASI EKSTRAKSI DAGI NG BUAH PI CUNG DAN FORMULASI REMPAH TERHADAP
BUMBU PI CUNG I NSTANT
Mulyati M.Tahir, J umriah Langkong dan Tuflika Primi Putri
ABSTRAK
Picung (Pangium edule REINW) adalah salah satu jenis tanaman dengan kandungan asam sianida yang
cukup tinggi tetapi mempunyai potensi yang cukup baik banyak tersebar di daerah Sulawesi Selatan.
Umumnya pemanfaatannya hanya terbatas pada inti buah picung,namun bumbu bubuk picung yang
digunakan sebagai bumbu dapur juga dapat dihasilkan dengan memanfaatkan daging buahnya.
Penelitian ini akan dilakukan tiga (3) tahap : Tahap pertama (1) akan diuji kompnen utama serta
kandungan HCN baik pada daging biji buah dan lapisan pembungkus batok biji buah yang masih segar
dan setelah dikeringkan.Tahap kedua (2) Ekstraksi lapisan daging yang mengelilingi tempurang biji
picung segar yang berwarna kekuningan.Tahap ketiga(3) Mencari formulasi bumbu picung yang tepat
dan terima panelis,berbahan dasar inti biji buah picung dan ekstrak daging pembungkus batok biji buah
dengan penambahan beberapa bahan tambahan bumbu alami dan bahan pengisi alami. Hasil ekstraksi
terbaik pada perlakuan 100
o
c.formulasi pada bumbu bubuk picung yaitu pada perlakuan 65 g daging
buah picung : 35 g inti biji picung,dan pada pembuatan bumbu picung blok dengan menambahkan
bahan pengisi 2.0%.
STUDI EPI DEMI OLOGI SEBAGAI BASI S PENERAPAN PENGENDALI AN SECARA TERPADU
PENYAKI T DAUN MENGGULUNG DAN VEKTORNYA PADA TANAMAN KENTANG
Andi Nasruddin, Itji Diana Daud dan Muh.J unaid
ABSTRACT
Populations of aphids and predatory coccinellids were weekly monitored in two potato-growing
areas,Malino (Kabupaten Gowa) and Alla (Kabupaten Enrekang),South Sulawesi,from February to may
2009 and J uly to October 2009,respectively.Aphid species founs mainly Myzus persicae Sulzer and Aphis
gossypii Glover in both locations.In general aphid population in Malino was lower than in ALla but the
patterns of the low level then increades and reached their peaks during weeks 8-12 affer planting; then
declined towards the end of the season.Coccinellid population fluctuation also closely followed the
fluctuation of aphid population but its population in Malino due to the presence of its natural enemies in
greater number.Aphid population levels seemed to be governed by their natural enemies and weather
condition.
SENYAWA KI MI A TANAMAN ANDONG (Cordyline fruticosa (Linn).A cheval) PADA DUA
KETI NGGI AN TEMPAT DENGAN PEMBERI AN BERBAGAI MACAM PUPUK DALAM UPAYA
PENGEMBANHHYA SEBAGAI BAHAN OBAT HERBAL
Enny Lisan Sengin, dkk
ABSTRAK
Senyawa kimia tanaman Andong (Cordyline fruticosa (Linn).A.cheval) pada dua ketinggian tempat
dengan pemberian berbagai macam pupuk dalam upaya pengembangannya sebagai bahan obat herbal.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai perbedaan kadar senyawa tanaman
andong pada dua ketinggian tempat.Dengan pemberian berbagai macam pupuk dalam upaya
pengembangnnya sebai bahan obat herbal. Penelitian ini dilaksanakan didua ketinggian tempat
Makassar (dataran rendah) dan Malino (dataran tinggi) yang berlangsung selama delapan bulan.analisa
senyawa kimia dilakukan di laboratorium. Penelitian ini menggunakan rancangan gabungan,factor
pertama adalah lokasi penanaman yang terdiri atas 1 dataran rendah,2.Dataran tinggi,factor kedua
adalah perlakuan pupuk yang terdiri dari control ; pupuk kandang ayam;pupuk kandang kambing;pupuk
(urea 5g + SP 36 10g +KCL 5g);pupuk (urea 2,5g +SP 5g+KCL 2,5g); pupuk kandang sapi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan pertumbuhan antara tanaman andong yang ditanam
pada dataran rendah (Makassar).Pertumbuhan andong di Makassar memberikan tanaman yang lebih
tinggi dan jumllah daun yang lebih banyak dibandingkan andong yang tumbuh dimalino sedangkan
andong yang ditanam dimalino memberikan diameter yang lebih besa,akar yang lebih panjang,dan
jumlah akar yang lebih banyak dibandingkan tanaman andong dimakassar. Perlakuan pupuk kandang
sapi memberikan tanaman tertinggi dibandingkan semua perlakuan lainnya. Perlakuan pupuk kandang
ayam memberikan akar yang terpanjang (Makassar). Terdapat interaksi antara lokasi penanaman dan
perlakuan pupuk terhadap tinggi tanaman dan panjang akar.
PENGEMBANGAN TEKNI K SEROLOGI DAN MOLEKULER UNTUK DETEKSI DI NI BEBERAPA
PENYAKI T VI RUS PADA BEBERAPA VARI ETAS PLANLET DAN BENI H KENTANG
Tutik Kuswinanti, Ade Rosmana dan Andi Masniawati.
ABSTRAK
Kehilangan hasil akibat organism pengganggu tanaman pada tanaman pada tanaman kentang cukup
tinggi yaitu berkisar 20-40%,bahkan pada daerah tertentu kehilangan hasil dapat mencapai 100%.
Penyakit tidak hanya berasal dari lahan penanaman,namun banyak diantaranya terbawa melalui bibit
umbi utamanya beberapa jenis virus,layu bakteri dan lannya.Beberapa jenis virus seperti potato leafroll
virus (PLRV),potato Virus X (PVC),Potato Virus Y (PVY) dan potato Virus S (PVS) dapat terbawa bibit dan
menurunkan hasil hingga 90% bahkan PLRV tanpa menibulkan gejala penyakit sudah dapat
menurunkan produksi hingga 30%. Oleh karena itu Badan Benih Nasional mengsyaratkan bibit kentang
harus terbebas dari penyakit-penyakit sistemik tersebut. Untuk memenuhi standar tersebut hanya dapat
diperoleh jika induknya diperbanyak secara in-vitro dan dikombinasi dengan system deteksi dini
patogen. Teknik ELISA dengan antibody monoclonal sangat efisien mendeteksi pathogen walapun dalam
tingkat pengenceran yang tinggi pada tanaman terinfeksi dibandingkan dengan antibody
poliklonal.Namun tingkat konsentrasi pathogen yang dibutuhkan untuk deteksi pada uji ELI SA masih
jauh lebiih tinggi dibandingkan dengan PCR dimana pada konsentrasi yang sangat rendah (0,01 pg)
masih dapat terdeteksi. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode
secara serologi dan molekuler yang optimal untuk deteksi dini beberapa virus tanaman kentang
(PLRV,PVX dan PVY) pada planlet dan umbi kentang var. Atlantik generasi 0, dan 4 yang selanjutnya
dapat digunakan untuk produksi benih kentang yang sehat dan bebas pathogen.Penelitian ini akan
dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian,Pusat Kegiatan PEnelitian (PKP) Universitas
Hasanuddin Makassar. Untuk pengujian secara serologi digunakan ekstrak dari umbi Generasi 0,dan 4
serta dari planlet.Sebagai control positif digunakan ekstrak daun kentang yang terinfeksi
virus,sedangkan sebagai control negative digunakan buffer ekstrak.Dalam penelitian ini dicobakan
beberapa tingkat pengenceran ekstrak sampel yang masih dapat memberikan hasil dengan pereaksi
ELISA.HAsil reaksi yang diperoleh dibaca dengan menggunakan ELI SA reader pada panjang gelombang
405 nm,Reaksi dikatakan positif,jika nilai sampel lebih dari 2 kali rata-rata nilai control negatif. Untuk
deteksi virus secara molekuler (PCR) digunakan primer spesifik,Sebagai control positif,sampel diambil
dari tanaman kentang yang menunjukkan gejala penyakit virus dan bakteri layu di lapangan.Pada tahap
awal akan dilakukan proses optimalisasi terhadap pereaksi PCR,beberapa konsentrasi RNA serta kondisi
PCR yang berbeda. Untuk deteksi virus digunakan teknik Reverse Transcription-PCR karena material
genetic virus adalah RNA. Keberadaan virus PVX ditandai dengan munculnya pita pada ukuran 700
bp,PVY dengan ukuran 800 bp dan PLRV pada posisi 500 bp. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari
sampel varietas Granola,Alantik,S J ohn,Raja Kalosi,dan Masale untuk pengujian PVX dan PLRV,tidak
ditemukan adanya reaksi positif terhadap virus ini.Sampel planlet kentang varietas Kalosi positif
mengandung virus PVY,reaksi negative.Hasil pengujian dengan beberapa tingkat pengenceran
menunjukkan bahwa tingkat pengenceran hingga 1:1250 masih dapat mendeteksi keberadaan Virus.
Hasil pengujian secara molekuler menggunakan primer spesifik memberikan hasil yang sejalan dengan
ELISA.Keberadaan virus PVX,PVX,PVX dan PLRV pada tanaman control,ditandai dengan munculnya pita
berukuran 700 bp (PVX),dan 500 bp (PLRV), sedangkan pada tanaman uji tidak ditemukan adanya
ketiga jenis virus.Satu varietas yang masih dalam tahap awal pengembangan secara kultur jaringan
yaitu varietas kalosi memperlihatkan adanya virus PVY,yang ditandai dengan munculnya pita pada
ukuran 800 bp. Penggunaan kombinasi cetakan RNA 1 ul pada tingkat pengenceran 1: 100,Taq
superscript 0,5 ul,primer masing-masing 1 atau 2 ul dengan program PCR 4 menunjukkan adanya
amplifikasi didalam mendeteksi keberadaan virus PLRV,PVX dan PVY.
Kata Kunci : Penyakit virus PLRV,PVY dan PVX,ELISA,RT-PCR,Elektroforesis
KERAGAMAN SEKUENS VI RUS TUNGRC PADA TANAMAN PADI
Muhammad Danial Rahim dan Muhammad Muhsin
ABSTRAK
Penyebab penyakit tungro pada padi adalah virus batang tungro padi (virus B) dan virus bulat tungro
padi (virus S) dan keduanya ditularkan oleh wereng hijau (Nephotettix virescens Distant) dengan cara
penularan yang semi-persistem.Variasi gejala tungro sangat dipengaruhi oleh komposisi kedua virus dan
reaksi tanaman atau varietas yang ada di pertanaman,sehingga sering kali hasil diagnosis berdasarkan
gejala penyakit tidak akurat. Diperlukan teknik identifikasi yang secara langsung dapat mengetahui virus
penyebab penyakitnya dengan memanfaatkan bioteknologi biomolekuler untuk mendeteksi atau
melakukan diagnosis penyebab penyakit dan keragaman genetiknya,misalnya dengan serologi dan
hibridisasi asam nukleat.Pemanfaatan metode PCR dan optimalisasinya akan bermanfaat dalam
melakukan analisis sekuens terhadap keragaman asolat.Determinasi atribut spesifik sekuens virus
tungro yang berhubungsn erat dengan bentuk fenotif gejala tungro,dan juga dapat dugunakan untuk
mengetahui dan mengidentifikasi keragaman genetic dari virus tungro secara,akurat,sensitive dan dapat
dilakukan dalam skala besar yang ada di lapang.Informasi tentang jenis dan komposisi virus tungro di
lapang dapat membantu merencanakan suatu tindakan strategi yang akan diintegrasikan pada system
pengelolaan tungro. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan,yakni survey dan pengambilan
sampel,pemeliharaan tanaman uji,uji serologi dengan menggunakan DAS-ELISA menggunakan antibody
spesifik lgG viral coat protein dari rice tungro virus,deteksi menggunakan PCR dan sekuensing produk
hasil PCR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa sampel
tanaman padi dari pertanaman padi di Bulukumba,Bantaeng,Gowa dan Soppeng (BJ ,BR,BS dan PR)
yang memperlihatkan gejala khas penyakit tungro dan terdeteksi partikel virusnya melalui uji serologi
DAS-ELISA dengan antibody lgG spesifik viral coat protein terhadap virus tungro.ISolat-isolat BR1,PR1
dan PR2 menunjukkan adanya keberadaan partikel virion RTSV dan RTBV dan RTBV dalam jaringan
tanaman terinfeksi,isolate BJ 2 dan BR2 hanya memperlihatkan keberadaan patikel RTSV,sedangkan
partikel tunggal RTBV terdapat pada isolate BSI dan BS2.Analisis sekuens sementara memperlihatkan
bahwa untain nukleotida di atas 90% bila dibandingkan dengan sejumlah isolate yang berasal dari
Malaysia dan hailand yang merupakan assesion EMBL.Hasil penelitian ini akan dapat diterbitkan di salah
satu jurnal internasional atau minimal jurnal akreditasi nasional.
KULI T BUAH KAKAO SEBAGAI ZAT PENARI K SERANGGA DEWASA PENGGEREK BUAH KAKAO
(PBK) Conopomorpha cramelella Snellen PADA TANAMAN KAKAO
Sylvia Sjam , Gemini Alam dan Sulaeha Tamrin
ABSTRAK
PBK merupakan salah satu ancaman bagi perkembangan kakao di Indonesai terutama di Sulawesi
Selatan.Serangan PBK menyebabkan penurunan kualitas biji sampai 35-58% dan kehilangan hasil
antara 64.2-82.2 persen (Wardoyo,1980) Tingkat kerusakan di Sulawesi Selatan cukup tinggi melebihi
50%.Kerugian yang diakibatkan secara ekonomi karena aktifitas larva penggerek buah kakao
menyerang buah yaitu pada daging buah (pulp) dan plasenta sehingga perkembangan biji menjadi
terhambat akibatnya ukuran biji menjadi kecil,melengkat satu sama lain sehingga sulit dikeluarkan.
Pengendalian untuk larva sangat sulit dilaksanakan karena berada di dalam buah sehingga timbul suatu
pemikiran untuk menghasilkan alternative pengendalian lainnya yaitu dengan menganggu aktifitas
serangga dewasa untuk dating meletakkan telur atau bagaimana mengupayakan supaya serangga
dewasa terutama serangga dewasa betina tertarik dating tidak pada buah tetapi pada suatu perangkap
yang bersifat menarik. Penggunaan atraktan yang berasal dari ekstrak bahan alami bioaktif tanaman
seperti kulit buah kakao dapat digunakan sebagai umpan atau perangkap untuk menarik serangga
dewasa terutama betina dan merupakan salah satu komponen dalam pengendalian hama terpadu (PHT)
yang rama lingkungan yang dapat dipadukan dengan komponen pengendalian PBK lainnya. Penelitian
ini bertujuan untuk menguji varietas/klon kulit buah kakao yang bersifat atraktan terhadap serangga
dewasa PBK sehingga tercipta suatu teknologi baru pengendalian PBK yang rama lingkungan dalam
bentuk bait attractant trap (perangkap umpan yang bersifat menarik).Hasil penelitian ini diharapkan
sebagai salah satu alternative untuk membantu memecahkan masalah penggerek buah kakao yang
selama ini menjadi perhatian. Penelitian ini direncanakan dilakukan secara bertahap (multi tahun) mulai
dari menguji kulit buah kakao yang bersifat atraktan kemudian pembuatan dan pengujian formulasi bait
attractant trap (perangkap umpan berperekat yang bersifat menarik) baik skala laboratorium maupun
lapangan untuk melihat efektifitanya terutama pemanfaatannya secara praktis dilapangan dan uji
multilokasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah kakao bersifat atraktan terhadap
serangga dewasa PBK dan peneluran hal ini terlihat dari tingginya jumlah telur yang diletakkan dan
banyaknya serangga dewasa yang tertarik pada perlakuan estrak kulit buah kakao.Ketertarikan
serangga dewasa PBK dan peneluran lebih tinggi pada ekstrak lapisan eksokarp dibandingkan dengan
mesokarp. Penggabungan antara ekstrak lapisan eksokarp dan mesokarp meningkatkan tingkat
ketertarikan dibandingkan ketertarikan pada masing-masing ekstrak lapisan eksokarp dan mesokarp
yaitu dari tingkatan kurang sampai dengan (kelas 1 sampai 2) meningkat menjadi sedang sampai tinggi
(sedang sampai tinggi).
3. Bidang Kajian Ilmu Peternakan
PENGGUNAAN RAMUAN HERBAL UNTUK MENI NGKATKAN
PRODUKTI FI TAS DAN KUALI TAS BROI LER
Laily Agustina, Mochammad Hatta dan Sri Purwanti S
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh penggunaan ramuan herbal untuk meningkatkan
produktifitas dan kualitas broiler.Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap,1 mengetahui kandungan zat
bioaktif dari setiap herbal yang digunakan (metode fitokimia),2.Pengujian ramuan herbal terhadap beberapa
mikroba pathogen (Metode difusi disk),3.Pengujian ramuan secara biologis untuk melihat performans
broiler,kolesterol.LDL.HDL.dan trigliserida darah,4. Uji histopatologi,dan 5.Uji kedaluarsa dilakukan setiap bulan
selama tiga bulan penyimpanan.Untuk uji biologis data yang diperoleh dianalisis statistic dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap.DOC (day old chicken) sebanyak 100 ekor dibagi dalam 4 perlakuan dan 5 ulangan
dimana setiap satu unit percobaan terdiri dari 5 ekor. Perlakuan tingkat penggunaan ramuan herbal adalah :
P1(2,5 cc/1 air minum),P2(5 cc/1/air minum).P3 (7,5,cc/1 air minum),dan P4 (10 cc/1cc/1 air minum) Pakan
dan air minum diberikan secara ad libitum.Penelitian uji biologis dilakukan selama 42 hari. Hasil pengujian
menujukkan bahwa bahan ramuan herbal seluruhnya mengandung zat bioaktif berupa kurkumin,minyak
atsiri,metal cavicol,gingerol,eugenol,sitral A,sitral B,flavonoid sebagai quersetin dan alicin.Kandungan alicin
ditemui pada bawang putih dan bawang merah,dan mampu menghambat aktivitas bakteri Gram positif dan
Gram negative.Secara keseluruhan performans tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05) dengan
pemberian ramuan herbal. Pengamatan secara histopatologi menunjukkan bahwa perlakuan 2,5 cc ramuan
herbal member gambaran histopatologi pada bursa fabricus, limpa, limfoglandula, hati, pancreas, ginjal,duoden.
J ejunum dan ileum tetap normal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kandungan zat bioaktif ramun herbal
mampu menghambat bakteri Gram positif dan Gram negative (11 jenis bakteri) dengan zona hambat Gram
positif lebih luas dari pada Gram negative.Kemampuan daya hambat ramuan herbal lebih luas selama
penyimpanan sampai 3 bulan.Penggunaan ramuan herbal yang aman untuk konsumen yaitu pada level 2,5
cc/liter air minum.
Kata kunci : ramuan herbal,produktifitas,broiler
BIDANG ILMU KESEHATAN
1. Bidang Kajian Ilmu Kesehatan Masyarakat
ANALI SI S KUALI TAS AI R LANGSUNG DI MI NUM HASI L OLAHAN FI LTER SYSTEM TI DI MENSI
BUATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNI VERSI TAS HASANUDDI N
Anwar Daud dan Muh Hasyim Djaffar
ABSTRAK
Air adalah kebutuhan yang esensial untuk menopang hidup,dan suatu yang dapat memuaskan (dapat diakses
secara aman) ketersediaannya harus tersedia untuk semua. Meningkatkan akses untuk menyelamatkan air
minum yang dapat memberikan manfaat terhadap kesehatan.Tiap-tiap usaha harus dibuat untuk mencapai
suatu mutu air minum aman yang dapat dipraktekkan. .Penelitian ini adalah eksprimental semu dengan desain
posttest Only Control Group Design.Sampel dalam penelitian ini adalah air sumur gali atau PDAM.J umlah sampel
sebanyak 9 buah sumur gali dan 9 buah air PDAM yang tersebar di kelurahan Tamalanrea J aya Kecamatan
Tamalanrea.Uji sampel dilakukan di laboratorium Balai Hyperkes Makassar.Analisis data menggunakan uji
sampel berpasangan. .Kualitas air minum yang bersumber dari air sumu dan PDAM sebelum dilakukan filter
kualitasnya sangat jelek,dan setelah dilakukan pengolahan dengan menggunakan filter System Tridimensi
ciptaan FKM-Unhas (D3) Hasilnya sangat baik. .Air yang dihasilkan filter system tridimensi ciptaan FKM-unhas
dapat diminum secara langsung tanpa memansan terlebih dahulu. .Disarankan kepada masyarakat agar
menggunakan filter system tridimensi ciptaan FKM-Unhas untuk menyaring air dari sumur dan air PDAM.
Kata Kunci : Air minum,filter tridimensi,FKM-UNHAS
VI. ABSTRAK PENELITIAN RAPID
BIDANG ILMU AGROKOMPLEKS
1. Bidang Kajian Ilmu Pertanian
SCALE-UP SKALA I NDUSTRI PRODUKSI J AGUNG I NSTAN,PRODUK ANTARA UNTUK BERBAGAI
PRODUK PANGAN BERBASI S J AGUNG
Abu Bakar Tawali
ABSTRAK :
Tujuan umum riset adalah memproduksi dan memasarkan produk jagung sosoh pratanak (J SP) atau jagung
instan dan produk turunannya.Untuk itu dilakukan optimaslisasi proses produksi dan penggandaan hasil
penelitian laboratorium secara bertahap ke skala produksi yang lebih besar atau industri. Pada tahun pertama
telah dilakukan optimalisasi proses produksi,melakukan scale-up ke skala pilot plan,mengkaji profil produk
yang dihasilkan dan melakukan sosialisasi produk pada masyarakat melalui seminar dan pameran produk. Pada
tahun dua ini,hasil optimal dan SOP kemudian di scale-up ke skala yang lebih besar (20-50 kg/unit proses)
pada industry mitra (CV.Masa J aya) dan dihasilkan prosedur operational standar (POS) produksi jagung sosoh
pratanak.Optimalisasi difokuskan pada pennggunaan alat pengering matahari dan alat pengering elektrik atau
gas. Selan itu dilakukan pula uji coba penanaman jagung putih puluh varietas harapan sebagai bahan baku
pembuatan J SP pada lahan masyarakat.Usaha untuk memperkenalkan J SP pada masyarakat dilakukan dengan
mencoba menggunakan J SP sebagai bahan baku untuk pembuatan makanan khas Nusantara berbasis jagung.
Hasil perancangan alat penegring telah menghasilkan alat pengering matahari dan alat pengering elektrik atau
gas yang digunakan dalam proses produksi J SP.Scale-up skala industry telah menghasilkan prosedur operasional
standar (POS) pembuatan jagung sosoh pratanak atau jagung instan. Produksi jagung sosoh pratanak skala
industry menggunakan prosedur operasional standar (POS) menghasilkan J SP sebanyak 20 kg atau 100 bungkus
untuk satu unit produksi.Kapasitas dapat diperbesar dengan menambah unit produksi atau memperbesar
volume peralatan. Penanaman jagung untuk bahan baku produksi J SP menggunakan bibit jagung putih pulut
varitas Harapan pada lahan masyarakat seluas 1 ha menghasilkan jagung sebesar 2.750 kg dengan waktu
pemeliharaan 3 bulan. J agung sosoh pratanak dapat digunakan sebagai bahan baku alternative untuk
pembuatan makanan tradisional berbahan dasar jagung,ditinjau dari segi waktu pemasakannya yang lebih
cepat,dimana waktu pemasakan produk makanan tradisional dengan menggunakan jagung sosoh pratanak lebih
cepat 5 menit dari produk makanan tradisional dari jagung sesuai hasil eksplorasi pada produk jagung
bose,kamalusu,kina gandu,dan baroobo,dan lebih cepat 10 menit pada lapoti gandu. Hasil yang diperoleh dari
uji organoleptik diperoleh bahwa makanan tradisional dari jagung sesuai hasil eksplorasi lebih disukai oleh
panelis dari segi warna,rasa arima,dan tekstur,daripada makanan tradisional yang terbuat dari jagung sosoh
pratanak. Hasil kegiatan ini berupa produk jagung sosoh pratanak atau jagung instan telah disosialisasikan
melalui dan produk yang telah dikemas ikut dipamerkan pada kegiatan tersebut.
VII. ABSTRAK HASIL PENELITIAN KOMPETITIF SESUAI PRIORITAS NASIONAL (BATCH)
BIDANG ILMU TEKNOSAINS
1. Bidang Kajian Ilmu MIPA
BI OAKTI FI TAS BAKTERI SI MBI ON SPONS SEBAGAI PENGHASI L I NHI BI TOR PROTEASE:
KAJ I AN AKAN POTENSI SEBAGAI KANDI DAT ANTI PATOGEN
Nur Haedar
ABSTRAK
Penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen khususnya bakteri merupakan salah satu masalah utama
di negara berkembang. Keadaan ini makin diperburuk dengan semakin meningkatnya mikroba yang resisten
terhadap obat-obatan. Disamping itu saat ini harga obat-obatan makin tidak terjangkau oleh masyarakat
karena harganya yang makin mahal. Patogenesis kuman terkait dengan faktor virulensi berupa protease
yang disekresikan maupun yang terdapat dalam sel. Spons merupakan salah satu organisme laut yang
banyak diteliti karena kandungan bioaktifnya temasuk sebagai penghasil inhibitor protease. Akan tetapi
pengambilan spons secara terus menerus tanpa adanya budidaya akan menyebabkan kepunahan jenis-jenis
tertentu. Senyawa aktif yang dihasilkan oleh spons pada dasarnya dihasilkan oleh mikroba yang hidup
bersimbiosis dengan spons. Olehnya itu pemanfaatan mikroba dalam hal ini bakteri adalah salah satu solusi
yang paling tepat disamping waktu pertumbuhan yang lebih singkat juga untuk melindungi kepunahan jenis-
jenis spons karena eksploitasi yang berlebihan. Tujuan jangka panjang dari penelitian adalah mendapatkan
inhibitor protease dari bakteri yang bersimbiosis dengan spons sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai
kandidat antipatogen baru. Sebanyak 24 jenis spons diperoleh dari perairan pulau Barrang Lompo, 13 jenis
diperoleh dari daerah lamun berpasir kedalaman 1-7 m dan 11 jenis diperoleh dari daerah karang kedalaman
8-15 meter. Hanya 22 jenis spons yang berhasil ditemukan adanya bakteri dan hasil isolasi diperoleh 113
isolat berdasarkan perbedaan morfologi koloni dari tiap jenis spons. Seleksi secara kualitatif pada medium
Skim Milk Agar diperoleh 25 isolat spons yang menunjukkan aktifitas inhibitor protease terhadap bakteri
patogen Hasil seleksi pada medium Marine Broth menunjukkan bahwa isolat 2A6, 3A4, 2A6 dan 7B2
menunjukkan aktivitas yang tinggi terhadap bakteri patogen dengan persen penghambatan masing-masing
97,2%, 98,1%, 85,5% dan 95,1% Seleksi secara kaulitatif dan kuantitatif menunjukkan isolat 2A6 (simbion
spons Clathria sp), 3A4 (simbion Spongidae), 7B2 (simbion Hertios erecta) dan 11B4 (Spongidae) sebagai
isolat yang potensial menghasilkan inhibitor protease. Hasil identifikasi berdasarkan pengamatan morfologi
koloni, uji biokimia, dan lingkungan pertumbuhan menunjukkan bahwa isolat 2A6 dan 3A4 masing-masing
termasuk Pseudomonas sp dan Staphylococcus sp, sedangkan isolat 11B4 dan 7B2 termasuk genus
Chromohalobacter.
PRODUKSI BI OSURFAKTAN OLEH I SOLAT BAKTERI LAUT PADA SUBSTRAT HI DROKARBON
MI NYAK BUMI DALAM KONDI SI MI KROKOSMOS
Prastawa Budi dan Dirayah R. Husain
ABSTRAK:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi biodegradasi hidrokarbon minyak bumi oleh kedua isolat bakteri laut
dengan penambahan biosurfaktan baik secara in vitro maupun mikrokosmos. Biosurfaktan yang ditambahkan baik
pada pertumbuhan bersama dari kedua isolat bakteri secara in vitro maupun secara mikrokosmos memungkinkan
terjadinya percampuran antar petroleum dan fase aquoese yang memungkinkan terjadinya biodegradasi. Uji
kemampuan biodegradasi secara kualitatif yang diperoleh dari hasil kromatogram analisis Kromatografi fase Gas
menunjukkan terjadinya proses biodegradasi hidrokarbon dari berbagai fraksi n-alkana. Hal tersebut ditandai oleh
adanya pemutusan rantai karbon. Pemutusan rantai karbon n-alkana pada masing-masing periode inkubasi bervariasi,
mulai dari yang terpanjang sampai yang terpendek terjadi selama pertumbuhan. Aktifitas perlekatan sel (adherence)
dari kedua isolat bakteri terhadap hidrokarbon nampak terjadi sejak awal pertumbuhan dan menurun seiiring
pertambahan waktu pertumbuhan yaitu dari 21,7% - 17,62%. Aktifitas emulsifikasi dari biosurfaktan yang dihasilkan
oleh kedua isolat relatif tinggi yaitu antara 0,013 0,912 dan meningkat seiring bertambahnya pertumbuhan kedua
isolat bakteri. Sejalan dengan itu diperoleh pula kenaikan kadar pada komponen senyawa yang menyusun
biosurfaktan yangdikeluarkan oleh bakteri ke dalam media pertumbuhan. Bahwa komponen ini memiliki kemampuan
dapat mengemulsifikasi hidrokarbon yang digunakan sebagai substrat pertumbuhan yang berimplikasi pada
keberlangsungan proses biodegradasi oleh kedua isolat bakteri (poliisolat) yang digunakan dalam kondisi in vitro.
Kata kunci: Biodegradasi, biosurfaktan, transport substrat, poliisolat, mikrokosmos
2. Bidang Kajian Ilmu Teknik
J UDUL PENELI TI AN
PERMUKI MAN YANGAKOMODATI F DI WI LAYAH PESI SI R DALAM UPAYA PENI NGKATAN
KREATI FI TAS DAN PRODUKTI FI TAS NELAYAN
(Studi Kasus Pesisir J asirah Selatan.
Sulawesi Selatan)
Idawarni
ABSTRAK :
Permukiman yang akomodatif adalah hal penting yang dibutuhkan oleh nelayan dalam meningkatkan
kesejahteraannya, sebab dengan hal tersebut nelayan akan dapat melaksanakan berbagai aktifitas dengan
lancar, aman, dan nyaman sehingga kreatifitas dan produktifitas akan meningkat. Selama ini permukiman
nelayan kurang akomodatif dalam menjawab berbagai kebutuhan dan aktifitas mereka. Sehingga terjadi
ketidaklancaran, ketidak nyamanan serta ketidak amanan dalam beraktifitas, menyebabkan penurunan
kreatifitas dan produktifitas. Karena itu dibutuhkan suatu model permukiman yang akomodatif bagi nelayan
terkait dengan kondisi lingkungan, sosial, budaya, ekonomi dan kepercayaan mereka sehingga hal-hal tersebut
dapat dieliminir atau dihilangkan demi terciptanya suatu kondisi yang kondusif yang mampu meningkatkan
kreatifitas dan produktifitas penghuni yang berujung kepada peningkatan kesejahteraan Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menemukan suatu model permukiman di wilayah pesisir yang mampu meningkatkan kreatifitas
dan produktifitas nelayan dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya Metode penelitian yang akan digunakan
adalah kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dan dikombinasi dengan kuantitatif sederhana. Luaran
penelitian adalah Penemuan suatu konsep pra design model permukiman yang akomodatif bagi masyarakat
nelayan yang bermukim di wilayah pesisir yang mampu meningkatkan kreatifitas dan produktifitas keluarga
sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
Kata Kunci: Permukiman, Akomodatif, Nelayan, Kreatifitas, Produktifitas.
PENI NGKATAN KEANDALAN
RUMAH TRADI SI ONAL BUGI S-MAKASSAR
TERHADAP BENCANA BADAI TROPI S RI NGAN
(HUJ AN DERAS DI SERTAI ANGI N KENCANG)
Moh. Yoenus Osman
ABSTRAK :
Rumah tradisional suku Bugis-Makassar merepresentasi keunikan, kekhasan dan kejeniusan arsitektur lokal
(genius loco) dan sebagai simbol sosial budaya, rumah berkembang menjadi kebutuhan dan simbol multi
dimensi. Dalam dekade terakhir terjadi perubahan iklim dunia (global climate change) yang sangat drastis dan
menimbulkan musibah di mana-mana. Pada tahun 2006-2008 telah terjadi bencana tropis ringan (hujan yang
disertai angin kencang) dan telah memorakporandakan ratusan rumah di kabupaten/kota pantai di Sulawesi
Selatan. Penelitian ini mengkaji faktor-faktor penyebab sehingga banyak rumah tradisional Bugis-Makassar yang
rusak/roboh oleh karena terpaan angin kencang. Penelitian dilaksanakan di Desa Aeng Batu-Batu dan Desa
Tama Saju di Kecamatan Galesong Utara Kabupten Takalar. Kedua desa ini mengalami bencana angin kencang
disertai hujan deras dalam tiga tahun terakhir. Proses dan metode penelitian menerapkan Inhancing Strategic
Model (Banf, 2004) yang dimodifikasi. Analisis kekuatan struktur dan konstruksi bangunan menggunakan rumus
y > (P
1
,P
2
,P
3
,P
4
P
5
); dimana y adalah kemampuan struktur dan konstruksi bangunan dan (P
1
,P
2
,P
3
,P
4
P
5
...P
n.
)
adalah beban dan gaya yang harus dipikul atau dialami oleh bangunan. Hasil penelitian menemukan bahwa (1)
hujan deras disertai angin kencang telah menyebabkan kerusakan pada rumah tradisional di lokasi penelitian
yang disebabkan juga oleh (2) arah letak rumah, (3) usia rumah, (4) kualitas bahan bangunan, (5) beban tetap
berupa perabot rumah tangga. Hasil lainnya adalah arahan rancang-bangun rumah tradisional yang tetap
mempertahankan keunikan/kejeniusan arsitektur lokal Bugis Makassar dan memiliki kekuatan atau keandalan
mengatasi bencana badai tropis ringan di masa yang akan datang.
Kata kunci: rumah tradisional Bugis Makassar - Mitigasi Bencana - Badai Tropis Ringan
KI NERJ A KAPAL PATROLI
BERSI RI P NOZEL DENGAN HI DROFOI L
M. Alham Djabbar, Baharuddin, J uswan, Samaluddindan Ainun
ABSTRAK :
Belakangan ini, keamanan di Indonesia makin memburuk termasuk pencurian ikan karena kekurangan kapal
patroli. Salah satu aspek penyebab adalah kapal patroli kurang cepat dibanding kapal yang menangkap ikan
secara liar. Tujuan studi adalah untuk mengevaluasi kinerja, termasuk gaya tahanan kapal yang diusulkan.
Penelitian dimulai dengan tinjauan pustaka lalu pertimbangan topic terkait sebelumnya. Tiga cara yang
digunakan untuk memperkirakan gaya tahanan badan kapal (hull) secara teoritis, sementara satu cara untuk
sirip. Gaya tahanan kapal dengan sirip lebih besar daripada tanpa sirip, sebagai penanggulangan diusulkan sirip
nosel dengan hydrofoil. Fungsi nosel adalah untuk meningkatkan stabilitas dan kecepatan. Sementara hydrofoil
mengangkat badan kapal. Konfigurasi terbaik yang diperkirakan adalah 2 dan 4 derajat sudut serang foil dan
akan dicoba di towing tank sebagai penelitian lanjutan.
ABSTRACT :
Lately security at sea of I ndonesia is deteriorating, including illegal fishing due to insufficient patrol boat. One
aspect is the speed of the boat lower than illegal operating boat. The objective of the study was to evaluate the
performance, including resistance force of the proposed boat. The research starts with the literature review,
followed by previous related topics. Three resistance predictions were used for the hull theoretically, while the
strips resistance just one method. Resistance of the boat with strips are higher than boat without strips. To
cope with the problems we proposed nozzle-like strips with hydrofoil. Nozzle strips responsible for stability and
increase the velocity, as well as preventing the side shell in case of side collision while hydrofoil can lift the hull.
The best configurations of the above theoretical prediction are two and four degrees angle of the foil will be
tested in the towing tank as further research.
Keywords: Ship performance, resistance, lifting forces, hydrofoil, strips, nozzle.
BIDANG ILMU AGROKOMPLEKS
1. Bidang Kajian Ilmu Kelautan dan Perikanan
I DENTI FI KASI DAN PROPAGASI ACTI NOMYCETES LAUT UNTUK PENI NGKATAN I MUNI TAS
LARVA UDANG PENAEI D TERHADAP WSSV
I DENTI FI CATI ON AND PROPAGATI ON OF MARI NE ACTI NOMYCETES FOR THE ENHANCEMENT OF
TI GER SHRI MP LARVAE AGAI NST WSSV
Akbar Tahir
1)
, Habson Batubara
2)
dan Sulaiman Gosalam
1)
ABSTRAK:
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bahan aktif untuk mengatasi infeksi penyakit viral pada udang windu,
Penaeus monodon, yang disebabkan oleh White Spot Syndrome Virus (WSSV). Infeksi WSSV (penyakit bintik putih)
dapat menyebabkan kematian kumulatif hingga 100% hanya dalam kurun waktu 3 10 hari, sehingga dapat
menyebabkan kerugian besar bagi petambak udang. Actinobacteria adalah kelas mikroorganisme, yang secara umum
dikenal sebagai Actinomycetes, yang merupakan golongan bakteri Gram-positif. Actinomycetes merupakan sumber
berbagai jenis metabolit yang secara biologis aktif terhadap organisme pathogen. Actinomycetes diketahui
mengandung beberapa jenis senyawa bioaktif penting yang memiliki nilai Profilaktif dan Terapetik yang sangat tinggi,
sehingga saat ini banyak diteliti untuk isolasi senyawa-senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai anti-viral.Penelitian
dirancang secara survei eksperimental dengan mengoleksi Actinomycetes dari sedimen dengan karakteristik lokasi
yang berbeda (daerah hutan mangrove, muara sungai dan Pulau Sabangko, Kecamatan Labakkang, Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan). Dari sedimen yang dikoleksi dari ketiga lokasi tersebut yang ditabur di atas media Agar,
hingga tahapan penelitian ini telah diidentifikasi 3 jenis actinomycetes berdasarkan warna koloni, ada tidaknya miselia
aerial/susbtrat, bentuk mikroskopis permukaan spora dan perubahan warna media, yaitu : Streptomyces sp.,
Actinopolyspora sp dan Nocardia sp. Pada kultur awal dari sedimen, didapatkan jumlah koloni Actinomycetes yang
lebih berlimpah dari daerah hutan mangrove dibanding kedua lokasi lainnya. Setelah diidentifikasi, koloni diperbanyak
dalam media broth diikuti dengan ekstraksi menggunakan rotafavor untuk selanjutnya akan dicampurkan (remix dan
reformulasi, 0,5 mm) ke dalam pakan larva komersial yang tersedia. Pakan yang mengandung immunomodifier
dari jenis-jenis Actinomycetes yang berhasil diisolasi, akan diberikan pada PL-20 udang windu selama 14 hari berturut-
turut, dilanjutkan dengan uji tantang dengan jalan kohabitasi larva dengan udang yang telah diinfeksi dengan jaringan
udang (homogenized) yang terinfeksi virus selama 96 jam, kemudian dihitung daya kelangsungan hidupnya (% DKH)
(Tahun I). Dalam eksperimen ini digunakan udang yang diberi pakan normal dan diuji tantang dengan jaringan udang
yang diinfeksi dengan homogenat bagian tubuh udang positif terserang WSSV, sebagai pembanding.
ABSTRACT :
Research was conducted for inventing active substance from marine Actinomycetes having antiviral activities on tiger
shrimp (Penaeus monodon) with particular interest on the White Spot Syndrome Virus (WSSV). The WSSV (namely:
white spot disease) could cause a 100% mortalities in only 3 10 days post infection, hence, a massive loss for the
shrimp farmers. Actinobacteria is a class of microorganism which commonly known as Actinomycetes and belong to
the family Actinomycetaceae and Gram-positive bacteria group. Actinomycetes are well known for their ability to
produce secondary metabolites, many of which are active against pathogenic microorganisms, having high
prophylactic and therapeutic values which made them attractive as a research object(s) for the bioactive compounds
which functioned as anti-viral agents. This research was designed as an experimental survey in which sediments from
different environmental characteristics (ie. mangrove area, river mouth/estuaria and small island surrounding at
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, South Sulawesi ) were collected. The sediment were then aseptically dried,
followed by spreading a thin layer of dehydrated sediment on agar media (seed culture), for upto 4 weeks. When
these results were reported, three genera of actinomycetes being identified, based on the morphology characteristics
such as the color of colony, presence of aerial and/or substrate mycellia, microscopical morphology of the spore
surface and the coloration of media (ie. Streptomyces sp., Actinopolyspora sp dan Nocardia sp.). On the initial
sediment cultures, it was also observed that the sediment from mangrove area yielded in a more abundant
actinomycetes colonies compared to other locations. After the colonies identification, the actinomycetes colonies were
then propagated in broth media (production media), followed by rotapavor methanol extraction and remix with
commercially available shrimp larvae feed ( 1 mm) with Bindex-gel. Post-larvae (PL20) of the tiger shrimp will be
fed with these granules pellet containing actinomycetes extract until satiation for 14 consecutive days. The challenge
test will be conducted by means of co-habitation the larvae with artificially WSSV infected shrimp (with homogenated
organ/tissues of WSSV positive shrimps) for 96 hours and percentage of survival rate was recorded. Shrimp with
normal feed were used as controls.
FORMULASI DAN APLI KASI PAKAN UNTUK I NDUK DAN PEMBESARAN:
Aplikasi Pakan Buatan Untuk Peningkatan Kualitas I nduk Udang Windu Lokal
Haryati, Edison Saade dan Zainuddin
ABSTRAK:
Percobaan dilakukan untuk membandingkan penampilan reproduksi udang windu (Penaeus monodon) lokal yang diberi
pakan segar (50% cumi-cumi dan 50% cacing laut), kombinasi antara pakan segar dan pakan buatan dalam bentuk basah
(75% pakan segar dan 25% pakan buatan, 50% pakan segar dan 50% pakan buatan , 25% pakan segar dan 75% pakan
buatan) serta 100 % pakan buatan.. Induk yang digunakan dalam percobaan ini berasal hasil tangkapan dari perairan Siwa
(Teluk Bone) Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Penampilan reproduksi dan kualitas larva dievaluasi berdasarkan laju
kematangan gonad, fekunditas, diameter telur, daya tetas telur, ukuran nauplius dan zoea, tingkat kelangsungan hidup dari
stadia nauplius ke zoea, serta kandungan asam lemak telur. Kualitas pakan dievaluasi berdasarkan hasil analisis proksimat,
kandungan karotenoid dan asam lemak pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju kematangan gonad, fekunditas,
diameter telur dan daya tetas telur yang berasal dari induk yang diberi pakan berupa pakan segar rata-rata berturut-turut
6,9 hari, 2790 butir telur per gram induk, 278,6 um dan 77,20%, sedangkan yang berasal dari induk yang diberi pakan
berupa 25% pakan segar dan 75% pakan buatan rata-rata berturut-turut 8,4 hari, 2520,4 butir telur per gram induk, 262,3
um dan 83,34%Panjang nauplius dan zoea relatif sama namun tingkat kelangsungan hidup larva (sampai stadia protozoea)
yang berasal dari induk yang diberi pakan berupa kombinasi antara 25% pakan segar dan 75% pakan buatan (rata-rata
85,34%) lebih tinggi dibandingkan yang berasal dari induk yang hanya diberi pakan segar (rata-rata 77,20%). Penggantian
pakan segar dengan pakan buatan sampai mencapai 75% dapat digunakan untuk pemeliharaan induk udang windu lokal.
Kata-kata kunci: Pakan buatan, pakan segar, reproduksi, Penaeus monodon
ABSTRACT :
Experiment were conducted comparing the reproductive performance and larvae quality of local prawn (Penaeus
monodon) fed either a fresh frozen diet (50% squid and 50% sea worms), combination between a fresh frozen diet
and a moist artificial diet (75% fresh frozen diet and 25% artificial one, 50% fresh frozen diet and 50% artificial one,
25% fresh frozen diet and 75% artificial one), and 100% a moist artificial diet. The broodstocks were used in this
research was from Siwas waters (Bone bay) of Bone Regency, South Sulawesi. The reproduction performance and
larvae quality were evaluated based on the gonad maturity rate, fecundity, egg diameter, hatching rate, nauplii and
zoea lengths, the survival rate of larvae from nauplii-1 to protozoea, and the content of the egg fatty acid. The diet
quality was analyzed based on the proximate analysis, content of the carotenoid and the fatty acid. The research
showed that the gonad maturity rate, relative fecundity, diameter of eggs and hatching rate from prawn fed the fresh
frozen diet averaged 6,9 days, 2790 eggs g
-1
of broodstock weight, 278,6 um and 77,20% respectively, while from
prawn fed the combination between the 25% fresh frozen diet and 75% a moist artificial diet averaged 8,4 days,
2520,4 eggs g
-1
of broodstock weight, 262,3 um and 83,34% respectively. The length of nauplii and zoea were
relative the same but the survival of larvae (to protozoea ) from prawn fed the combination between 25% fresh frozen
diet and 75% a moist artificial diet was higher (averaged 85,34% ) than from prawn fed the fresh frozen diet
(averaged 77,20%). Changing the fresh frozen diet with artificial one until 75% could be used to the maintenance the
local prawn broostock.
The keyword: Artificial diet, fresh frozen diet, reproduction, Penaeus monodon
I DENTI FI KASI BEBERAPA SPESI ES RUMPUT LAUT YANG POTENSI AL DI BUDI DAYAKAN DI
PERAI RAN SULAWESI SELATAN
Syamsu Alam Ali, Nita Rukminasari, Rahmadi Tambaru
ABSTRAK:
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi jenis-jenis rumput laut yang potensial dibudidayakan di perairan Sulawesi Selatan
2. Menganalisis potensi alami beberapa spesies rumput laut yang potensial dikembangkan/ dibudidayakan.
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus Oktober 2009 di lima perairan di Sulawesi Selatan, yaitu Perairan
Bantaeng, Sinjai, Bone, Takalar dan Pangkep. Sampling dilakukan dengan cara mengambil semua jenis rumput
laut yang ditemukan di tiap lokasi dan stasiun penelitian. Sampel rumput laut yang didapat diidentifikasi secara
morfologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa didapat 51 jenis rumput laut dari kelompok Alga Merah, Alga
Hijau dan Alga Coklat dari lokasi penelitian. J umlah spesies yang paling banyak didapat di Perairan Pangkep
yaitu ditemukan sebanyak 30 spesies rumput laut, sedangkan yang paling sedikit spesies rumput laut yang
ditemukan dari Perairan Bone sebanyak 3 spesies. J umlah spesies alga merah yang paling banyak ditemukan
adalah di Perairan Bantaeng, sedangkan jumlah spesies alga coklat yang paling banyak ditemukan adalah di
Perairan Pangkep dan Perairan Takalar adalah perairan yang paling banyak ditemukan jenis rumput laut dari
kelompok alga hijau. Spesies yang paling potensial untuk dibudidayakan adalah Hypnea sp, Gelidum sp dan
Glacilaria sp dari kelompok Alga Merah, Ulva fasciata dan Caulerpa recemosa dari kelompok Alga Hijau dan dari
kelompok Alga Coklat adalah Sargasum polycistum. Adapun perairan yang paling sesuai untuk pengembangan
budidaya rumput laut jenis-jenis yang disebutkan di atas adalah Perairan Takalar dan Pangkep.
Kata kunci: Rumput laut, potensi budidaya, perairan Sulawesi Selatan
ABSTRACT :
The aims of this study are:
1. To identify seaweed that have potency to culture in the South Sulawesi waters
2. To determine naturally potency of some potential species of seaweed that are possibly
to be cultured.
Research is conducted on August October 2009 in five territorial waters in Sulawesi South, that are Bantaeng,
Sinjai, Bone, Takalar and Pangkep waters. Sampling was conducted by take all type of seaweed and identify
morphologically. The result indicated that there were 51 type of seaweed were found from groups of Red Algae,
Green Algaeu and Brown Algae from research locations. The highest number of species was found from
Pangkep, which is 30 species of seaweed, whereas the least species of seaweed that was found from Bone was
3 species. The highest number of Red Algae was found is in Perairan Bantaeng, whereas brown amount of alga
species all the much is found is in Pangkep waters and Takalar waters is the location with the highest number of
Green Algae. Species which is the most potential for culture are Hypnea sp, Gelidum sp and Glacilaria sp from
group of Red Algae, Ulva fasciata and Caulerpa recemosa from group of Green Algae and from group Brown
Algae is Sargasum polycistum. As for most appropriate territorial water for development of seaweed culture
that mentioned above are Takalar and Pangkep Waters.
Keyword: Seaweed, cultured potency, Sulawesi South Waters.
KAJ I AN PENGARUH BERBAGAI TI NGKAT SALI NI TAS TERHADAP PERSENTASE KEBERHASI L
METODE PROTOPLASMA DARI RUMPUT LAUT
Kappaphycus alvarezii
R u s t a m
ABSTRAK:
Masalah krusial dalam budidaya rumput laut adalah bibit yang berkualitas dan selalu tersedia dalam jumlah cukup.
Dengan demikian perlu inovasi teknologi yang bersifat industri hulu untuk menyediakan bibit yang memiliki sifat-sifat
unggul sehingga produksi dan kualitas rumput laut dapat ditingkatkan. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1)
mendapatkan persentase keberhasilan perkembangan protoplasma rumput laut K. alvarezii ; 2) mendapatkan
kesesuaian salinitas media yang mendukng perkembangan sel dan pertumbuhan protoplas kalus (p-kalus) rumput laut
K. alvarezii. Urgensi dari penelitian ini adalah berhasilnya isolasi protoplasma dari rumput laut K. alvarezii dan
selanjutnya dikultur pada media larutan Conway untuk menghasilkan protoplast kalus (p-kalus) dan kemudian dapat
dihasilkan juvenile thallus dengan mutu genetic yang lebih baik. Penelitian dilakukan di laboratorium mikrobiologi laut,
laboratorium kualitas air dan unit hatchery Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS pada bulan September
hingga Desember 3009. Thallus hasil kultur jaringan diisolasi dengan campuran enzim papain dan Anadara Aceton
Liquid (AAL). Protoplasma yang dihasilkan dikultur pada media larutan Conway dengan perlakuan salinitas berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan, media kultur dengan perlakuan salinitas 30 ppt menghasilkan persentase jumlah
protoplasma rumput yang lebih baik (53,56 %) dan perkembangan pertumbuhan proplasma menjadi p-kalus
menunjukkan hasil yang lebih baik pada perlakuan salinitas 30 ppt dibandingkan dengan perlakuan salinitas 27 ppt
dan 33 ppt. Perlu penelitian lanjutan tentang fusi protoplasma dari dua varietas rumput laut K. alvarezii untuk
mendapatkan varitas baru dengan mutu genetik yang lebih baik.
ABSTRACT :
The crucial problem of seaweeds culture is availability good quality of seeds and sufficient quality. There of
fore, technology innovation to tissue seeds stock with excellent characters. Should be available in order to
increase seed need production. The specific objectives of this research are : (1) to obtain high level of successful
in protoplasm development of K. alvarezii, (2) to obtain suitable salinity level of growth media which is
supporting cell development and protoplast callus (p-callus) growth. The urgent of this study is the successful of
protoplasm isolation of K. alvarezii and fur the more, it is cultured in Conway media to obtain callus protoplasm,
then thallus juvenile would be produced. With excellent genetic quality. This is study was conducted in the
Marine Microbiology Laboratory, Water Quality Laboratory and Hatchery of Faculty of Marine Sciences and
Fisheries Hasanuddin University from September to December 2009. Thallus production from tissue culture were
isolated using mix of papain enzyme with Anadara Acetone Liquid (AAL). Protoplasm which was produced
cultured Conway solution with different salinity levels. Results of the experiment showed that culture media
with 30 ppt salinity levels produced higher protoplasm amount (53,56 %) with better protoplasm development
to p-callus compeered to 30 ppt, 27 ppt and 33 ppt salinity level. More advance research about protoplasm
fusion of K. alvarezii to obtain new variety with better genetic characteristic.
ANALI SI S PROSPEK PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KABUPATEN BONE
PROVI NSI SULAWESI SELATAN.
ANALYSI S OF SEAWEED DEVELOPMENT PROSPECT I N KABUPATEN BONE I N PROPI NSI
SULAWESI SELATAN.
Aris baso, Sutinah Made, Amiluddin
ABSTRAK:
Tujuan jangka panjang Penelitian ini adalah Memformulasi strategi pengembangan usaha rumput laut di
Kabupaten Bone. Target Khusus yang ingin dicapai adalah : 1). Menganalisis Kelayakan financial usaha
rumput laut berdasarkan jumlah bentangan yang dimiliki para petani, 2). Mengidentifikasi faktor Internal dan
Eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha rumput laut, 3).Mendesain strategi pengembangan usaha
rumput laut, Untuk mencapai tujuan tersebut di atas maka kegiatan penelitian ini direncanakan 6 (enam) bulan
dengan jenis penelitian Survey yaitu jenis penelitian yang langsung ke lapangan dengan mengambil sampel dari
keterwakilan populasi dengan menggunakan kusioner sebagai pengambil data pokok. Lokasi penelitian di
Kabupaten Bone dan Kota Makassar. J umlah responden adalah 293 orang. Analisis yang digunakan untuk
mencapai tujuan penelitian ini adalah analisis kelayakan usaha : NPV, Net B/C-ratiodan IRR, dan analisis
SWOT untuk strategi pengembangan usaha rumput laut. Hasil penelitian menyatakan :a). Semakin banyak
jumlah bentangan rumput laut E. Cottonii maka semakin tinggi pula tingkat keuntungannya. Begitupun dengan
usaha rumput laut Gracillaria diperoleh bahwa semakin luas lahan budidaya maka semakin tinggi pula tingkat
keuntungan yang diperoleh. Nilai kelayakan usaha E. Cottonii yang paling baik adalah pada jumlah antara 300
450 bentangan, karena nilai Net B/C ratio dan IRR yang paling besar, hal ini menunjukkan bahwa tingkat
efisiensi usaha pada jumlah 300 450 bentang lebih baik. Begitupun dengan Gracillaria nilai kelayakan usaha
yang paling baik adalah pada luas lahan 0,5 2,0 Ha, karena nilai Net B/C ratio dan IRR yang paling besar. Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi usaha pada luas lahan o,5 2,0 Ha lebih baik dibandingkan dengan
luas lahan yang lebih tinggi dari kisaran tersebut. Berdasarkan analisis SWOT maka strategi pengembangan
usaha rumput laut Gracillaria sebagai berikut: 1. Optimalisasi usaha melalui pemanfaatan areal budidaya Gracilaria.
2. Memperbaiki fasilitas penyimpanan produk Gracilaria. 3. Meningkatkan kualitas bibit melalui kebun bibit dan
kultur jaringan. 4. Membentuk kelompok, serta mengembangkan sistem permodalan dan manajemen usaha
yang baik. 5. Membuat tambak percontohan budidaya Gracilaria yang sesuai anjuran. 6. Mengadakan pelatihan
dan pemagangan bagi pembudidaya. 7. Peningkatan peran penyuluh perikanan. Sedangkan untuk E. Cottonii
yaitu : 1. Optimalisasi usaha melalui pemanfaatan areal budidaya E. cottonii. . 2. Diversifikasi produk olahan
rumput laut yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan permintaan eksport. 3 Peningkatan kualitas
produk sesuai standar eksport, agar dapat meningkatkan pendapatan dan devisa Negara. 4. Meningkatkan
kualitas bibit melalui kebun bibit dan kultur jaringan. 5. Merencanakan tata ruang untuk budidaya rumput laut
agar dapat berkesinambungan. 6. Melaksanakan pola kemitran dengan industri, sebagai pemberi modal dan
pasar produk. 7. Peningkatan peran penyuluh perikanan
Kata kunci : Prospek, Pengembanagn, Usaha, Rumput laut.
ABSTRACT :
Seaweed is one of important fishery product in Indonesia especially in Sulawesi Selatan, as protein and nutrision
source for domestic consumption and also as non oil prime export product which support economic and improve
income and the welfare of seaweed farmersThe long-term purpose of the research is to formulate strategy of
development of seaweed business in Kabupaten Bone. The particular targets are: 1) to analyze financial
feasibility of seaweed business base on the number of field of the farmer, 2) to identify internal and external
factors that influence the development of seaweed business, 3) to design the strategy of developing the
business of seaweed. To accomplish the purposes, the activity was planned took six months with survey
research, which is the kind of research that required field observation, collecting samples from represented
population using questioner as basic data collector. The locations of the research were in Kabupaten Bone and
Kota Makassar. Number of the respondent was 293. Analysis methods that were used to accomplish the
purposes of the research were business feasibility analysis: NPV, Net B/C-ratio and IRR, and SWOT analysis for
seaweed business development strategy. Result of the research showed that the many of the seaweed E.
Cottonii field number, the higher will the profit be. Gracilaria seaweed business show similarity, where the wider
the field the higher the profit. The best value of business feasibility of E. Cottonii was showed in 300 to 450
fields, because its value of Net B/C ratio and IRR were the highest. This is showed that efficiency level of
business in 300 to 450 fields is better. Gracilaria showed that the same tendency, where the best business
feasibility value was obtained in 0.5 to 2.0 Ha field, because the value of Net B/C ratio and IRR were the
highest. This showed that efficiency level of business in 0.5 to 2.0 Ha field is better than the wider field. Based
on SWOT analysis, the strategy of seaweed development business will be: 1. to optimize business through
exploiting cultivation field of Gracilaria. 2. To renovate storage facility of Gracilaria product, 3. Enhance seed
quality through seed plantation and culture tissue system. 4. Gather groups and develop proper capital system
and business management. 5. Build example field of Gracilaria cultivation according guidance. 6. Held trainings
for farmers. 7. Improve the role of fishery instructor (penyuluh perikanan). While strategy for E. Cottonii is: 1.
Optimize business through exploiting cultivation field of E. Cottonii, 2. Diversification of seaweed product is
complement with people and export demand. 3. Improve of product quality according to export standard to
improve income and foreign exchange. 4. Enhance seed quality through seed plantation and culture tissue
system. 5. Arrange site plan for seaweed cultivation for its continuity. 6. Implement partnership pattern with
industry as financial capital supply and product marketing. 7. Improve the role of fishery instructor (penyuluh
perikanan).
Key words: Prospect, Development, Business, Seaweed.
STUDI KANDUNGAN KARAGI NAN RUMPUT LAUT EUCHEMA SPI NOSUM PADA
BERBAGAI UMUR PANEN
STUDY CARRAGENAN CONTENT OF SEAWEED OF EUCHEMA SPI NOSUM I N
DI FFERENT HARVEST AGE
Muh.Farid Samawi, Rahmadi Tambaru, Metusalach
ABSTRAK:
Tujuan penelitian mengetahui pengaruh umur panen dan lokasi budidaya spinosumterhadap kualitas karaginan
rumput laut Euchema. Lokasi penelitian perairan Desa Punaga Kabupaten Takalar. Perlakuan umur yang
diberikan adalah 25, 30,35 dan 40 hari dan lokasi pemeliharaan 500m dan 1000m dari pantai. Analisis data
menggunakan two-way Anova dan standar mutu FAO, FCC dan EEC. Hasil yang diperoleh perlakuan umur 30
hari dan lokasi 1000m dari pantai memberikan jumlah rendemen karaginan terbesar 60,90% dan memenuhi
standar mutu yang ditetapkan.
Kata kunci: Euchema spinosum, umur panen, lokasi pemeliharaan, kualitas karaginan
ABSTRACT :
The aims of research to know influence of harvest age and location cultivation on quality of carragenan seaweed of
Euchema spinosum. The locations of research was Punaga waters, Takalar Village. Treatment given age is 25, 30.35 and 40
days and location 500m and 1000m from the beach. Analysis of data using two-way Anova and quality standards of the FAO,
the FCC and EEC. The results obtained by treatment are the age of 30 days and 1000m from the beach location provides the
greatest yield carragenan of 60.90% and meet the quality standards set.
Keywords: Euchema spinosum, harvest age, location, maintenance, quality carragenan
KONSUMSI OKSI GEN DAN PERUBAHAN PARAMETER HEMOLYMP LARVA UDANG
BEBAS VI RUS YANG DI UJ I TANTANG PADASALI NI TAS YANG BERBEDA
Iqbal J awad
ABSTRAK :
Sebuah penelitian telah dilakukan pada suhu 31 1.0C untuk melihat pengaruh dari salinitas terhadap derajat
kelangsungan hidup, konsumsi oksigen dan osmolaritas haemolymph postlarva udang windu (Penaeus
monodon). Postlarva P. monodon dimasukkan kedalam wadah yang telah diisi air dengan salinitas 34 (kontrol),
31, 28, 25, dan 22 ppt. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup dari PL P. monodon
tidak berpengaruh signifikan pada kisaran salinitas 25-34 ppt. Namun diperoleh hasil lain, konsumsi oksigen dan
derajat kelangsungan hidup terendah terjadi pada salinitas 22 ppt. Konsumsi oksigen tertinggi pada hari
pertama PL dimasukkan ke dalam wadah yang berbeda salinitas adalah 72,6 l O
2
. mg
-1.
.hr
-1
yang diamati pada
22 ppt dan terendah 37,5 l O
2
. mg
-1.
.hr
-1
yang diamati di 34 ppt. Di sisi lain, osmolaritas tertinggi haemolymph
(1164,3 mOsmol/l H
2
0) diamati pada salinitas 31 ppt dan terendah (1104 mOsmol/l H
2
0). Hal ini menandakan
bahwa salinitas mempunyai pengaruh terhadap pengaturan energi termasuk energi yang hilang untuk
pernapasan dan osmoregulasi, namun tak banyak berpengaruh pada tingkat kelangsungan hidup. Ini
menunjukkan bahwa tingkat konsumsi oksigen dan dan osmolaritas haemolymph pada berbagai variasi salinitas
tidak dihasilkan dari perbedaan aktivitas, tetapi akibat dari perbedaan pemanfaatan efisiensi energi dan
keseimbangan cairan tubuh ke dalam sistim pernafasan. Konsumsi oksigen tertinggi terlihat pada 22 ppt, yang
membuktikan bahwa penigkatan kebutuhan energy yang dipakai untuk pernapasan, dan osmoregulasi. Hal inilah
yang menyebabkan penurunan signifikan dalam efisiensi energi sehingga dapat dikatakan bahwa salinitas
optimal untuk budidaya PL P. monodon adalah berkisar antara 28-34 ppt.
ABSTRACT :
A research was conducted at 311.0C to investigate the effect of salinity on survival rates, oxygen
consumption and osmolality of haemolymph of black tiger shrimp (Penaeus monodon) post larvae. Post larva of
P. monodon were exposed at salinities of 34 (control), 31, 28, 25, and 22 ppt. Results showed that survival rates
of P. monodon were not significantly affected by salinity in the range 2534 ppt. However, the lowest and
significantly different survival rate and oxygen consumption was observed at 22 ppt. The highest oxygen
consumption rate at day 1 of salinity exposed (72,6 l O
2
. mg
-1.
.hr
-1
) were observed at 22 ppt and the lowest
(37.5 l O
2
. mg
-1.
.hr
-1
) were observed at 34 ppt. On the other hand, the highest osmolality haemolymph (1164.3
mOsmol/l H
2
0) were observed at 31 ppt and the lowest (1104 mOsmol/l H
2
0). I ts sugessted that salinity had a
influence on various energy parameters, including energy lost for respiration and osmoregulation but had little
influence on survival rate. It indicated that oxygen consumption rate and osmolality haemolymph differences
under different salinities were not resulted from differences of activity, but mainly resulted from differences of
energy efficiency and balance into respiration. The highest oxygen consumption was attained at 22 ppt,
increased the energy to respiration, and osmoregulation, which led to significant reduction in energy conversion
efficiency. It could be said that the optimum salinity for the culture of PL P. monodon appeared to be 28-34
ppt..
PENGARUH BERBAGAI METODE PENANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT
LAUT EUCHEUMA SPI NOSUM
THE EFFECT OF VARI OUS PLANTI NG METHOD ONGROWTH RATE AND PRODUCTI ON OF SEA
WEEDS EUCHEUMA SPI NOSUM
Syahrul
,
Muh. Yusri Karimdan Daud Thana
ABSTRAK:
Rumput laut (Eucheuma spinosum) merupakan komoditi yang sangat potensial untuk dikembangkan. Penelitian
ini dilaksanakan pada dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2009, di Perairan Waetuwo,
Kecamatan Awang Pone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan bertujuan untuk untuk mengetahui berbagai
metode penanaman terhadap laju pertumbuhan dan produksi rumput laut (E. spinosum). Penelitian
menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu : (A) permukaan, (B) lepas
dasar, (C) dasar, (D) kombinasi (minggu1-2 metode dasar, minggu 3-4 metode lepas dasar, minggu 5-6 metode
permukaan) dan (E) kombinasi (minggu 1-2 metode permukaan, minggu 3-4 metode lapas dasar, mingggu 5-6
metode dasar). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa metode penanaman berpengaruh sangat nyata (p <
0,01) terhadap laju pertumbuhan spesisifik harian dan produksi dan kualitas karaginan rumput laut (E.
spinosum). Laju pertumbuhan spesifik harian, produksi dan rendemen karaginan tertinggi masing-masing
2,95%, 828,5 g/m
2
dan 36,93% dihasilkan pada metode permukaan dan terendah pada metode dasar masing-
masing 2,73%, 753,6 g/m
2
dan 30,67%.
ABSTRACT :
Sea weed (Eucheuma spinosum) is commudity that potential for developed. The objective of this research was
carried out on September to Desember 2009 at Waetuwo waters, Awang Pone District, Bone Regency, South
Sulawesi to study the effect the effect of various planting methods on growth rate and production of see weed
(E. spinosum). The study used a Complete Randomized Design consisted of five method planting and three
replicates each. The treatments applied were: (A) surface, (B) bottom up, (C) bottom, (D) combination (1
st
-2
nd
week is bottom, 3
th
-4
th
week is bottom up, 5
th
6
th
week is surface method) and (E) combination (1
st
-2
nd
week
is surface, 3
th
-4
th
week is bottom up, 5
th
-6
th
week is bottom method).Data collected were analysed using
Analysis of Variance (ANOVA) test. The results of this experiment showed that planting method was influencing
(p <0.01) on specific growth rate, production and carraginan rendement of sea weed (E. spinosum). The hight
of specific growth rate, production and carraginan rendement of sea weed resulted of surface method ie:
2,95%, 828,5 g/m
2
and 36,93%, whereas the lowest resulted of bottom method ie: 2,73%, 753,6 g/m
2
and
30,67%.
KAJ I AN EFEKTI VI TAS DAN EFI SI ENSI MI KROALGA DAN TANAMAN AI R PADA PROSES
BI OREMEDI ASI DALAM MENGURANGI KANDUNGAN LOGAM BERAT MELALUI
METODE KULTUR BERKELANJ UTAN
Nita Rukminasari, Elmi N. Zainuddin dan Sahabuddin
ABSTRAK
Gangguan pada ekosistem perairan yang disebabkan oleh polusi logam berat yang berasal dari limbah industri
dan domestik menyebabkan hilangnya keragaman biologi, juga meningkatnya bioakumulasi dan magnifikasi dari
bahan beracun pada rantai makanan. Ada beberapa teknik untuk mengurangi dan menghilangkan kandungan
logam berat pada limbah industry dan domestic, seperti penguapan alkaline, pertukaran ion, pembungan secara
kimia dan teknologi membrane dan filtrasi. Tetapi semua teknik tersebut di atas terdapat beberapa
keterbatasan, misalnya: produksi dari bahan residual yang sangat tinggi, aliran ion logam yang berbahaya dari
treatmen, bahan organic yang seringkali menghambat proses, rendahnya efisiensi proses pada konsentrasi
logam berat yang rendah. Bioteknologi berdasarkan aksi dari pertumbuhan alga secara aktif dapat memecahkan
berbagai keterbatasan dari teknologi sebelumnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan konsentrasi beberapa jenis logam berat dari tiga perairan yang berbeda (Muara Sungai Tallo,
Sungai Tallo dan Perairan buatan Danau Unhas)
2. Mengidentifikasi tiga jenis mikroalga yang dominan dari tiga perairan yang berbeda yang telah tercemar oleh
logam berat
Tiga jenis logam berat dari tiga ekosistem perairan yang teridentifikasi memiliki konsentrasi yang tinggi adalah
Pb, Cu dan Cr. Konsentrasi ketiga logam berat tersebut dalam kolom air telah melebihi ambang batas standar
baku mutu lingkungan, sedangkan konsentrasi logam berat dalam sedimen masih di bawah ambang batas baku
mutu lingkugnan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa konsentrasi logam berat ini berbeda nyata antara
konsentrasi dalam sedimen dengan konsentrasi dalam kolom air. Terdapat perbedaan yang nyata dari tiga jenis
logam berat tersebut di antara stasiun penelitian. Skeletonema sp dan Synedra sp adalah jenis mikroalga yang
kelimpahannya tinggi di semua ekosistem perairan, walaupun hasil analisis regresi menunjukkan terdapat
hubungan yang lemah antara kelimpahan mikroalga dengan konsentrasi tiga jenis logam berat baik dalam
sedimen maupun dalam kolom air.
Kata Kunci : Mikroalga, bioremediasi, logam berat dan ekosistem perairan
ABSTRACT :
The main problem of aquatic ecosystem is caused by pollution of heavy metal that comes from industrial
disposal and domestic. This pollution is causing loss of biodiversity, also the increasing of bioaccumulation and
biomagnifications from the poisonous materials at the food web. There are some technique to lessen and
eliminate content of heavy metal at waste industry and domestic, such as evaporation alkaline, ion transfer,
disposal in chemistry and technology membrane and filtration. But all techniques have some limitations, for
example: production from materials residual that is very high, harmful metal ion stream from treatment,
materials organic that often pursue process, low of process efficiency at low heavy metal concentration.
Biotechnology bases action from alga growth in active can break several of limitations from technology
previously. The aims of this research are:
1.Determine concentration of existing heavy metal in the three different aquatic ecosystems (Estuary, River and
handmade lake)
2.Identify microalgae dominant from three different aquatic ecosystems where havepolluted by several type of
heavy metal.
The results showed that there are three heavy metals which have a high concentration from three aquatic
ecosystems, such as Plumbum (Pb), Cuprum (Cu) and Chromium (Cr). Statistically, concentration all of heavy
metal measured is higher at sediment than in the water column. Skeletonema sp and Synedra sp are abundance
at all sites of the research location. However, there is a weak regression between abundance of microalgae,
species dominant and concentration of heavy metal (Pb, Cu and Cd) in the sediment and water column.
Keyword: Microalgae, bioremediation, heavy metal and aquatic ecosystem.
MODEL PEMI LI HAN LOKASI UNTUK MENI NGKATKAN KEBERHASI LAN TRANSPLANTASI LAMUN
(SEAGRASS) DI PERAI RAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN
Mahatma Lanuru, Supriadi, Khairul Amri
ABSTRAK:
Padang lamun merupakan sumberdaya laut yang penting baik secara ekologi maupun ekonomi. Meningkatnya
aktifitas manusia di wilayah pesisir menyebabkan kerusakan padang lamun dan menurunkan kondisi dari
vegetasi tersebut. Untuk mengatasi kerusakan padang lamun, maka perlu dilakukan usaha-usaha restorasi yang
salah satunya adalah dengan cara melakukan transplantasi tanaman lamun pada susbtrak/habitat yang cocok.
Keberhasilan suatu upaya transplantasi sangat bergantung pada keberhasilan dalam pemilihan lokasi dan
metode transplantasi yang tepat. Beberapa model kuantitatif telah dikembangkan di Amerika Serikat, Eropa dan
Australia untuk mengoptimalkan pemilihan lokasi transplantasi. Pengembangan model pemilihan lokasi untuk
transplantasi lamun di Indonesia belum pernah dilakukan. Oleh karena itu salah satu keutamaan dan tujuan
dari penelitian ini adalah mengembangkan suatu model pemilihan lokasi untuk meningkatkan keberhasilan
transplantasi lamun. Model dikembangkan berdasarkan karakterisik fisik dan biologis lokasi transplantasi seperti
sejarah keberadaan lamun, distribusi lamun, tipe sedimen, keterbukaan terhadap gelombang, kedalaman
perairan, kualitas air, intesitas cahaya di perairan, dan keberadaan fauna pengganggu lamun. Model pemilihan
lokasi ini terdiri dari tiga tahap: Tahap I mengidentifikasi habitat potensial lamun mempergunakan pengetahuan
yang tersedia, menyingkirkan lokasi-lokasi yang tidak potensial sebelum uji transplantasi dilakukan. Tahap II
meliputi uji lapangan dan uji transplantasi pada lokasi lokasi potensial yang diidentifikasi pada Tahap I. Tahap
III adalah tahap terakhir dimana dilakukan perhitungan skor TSI (Transplant Suitability Index) berdasarkan hasil
dari Tahap I dan Tahap II. Model pemilihan lokasi yang dikembangkan kemudian digunakan untuk
mengidentifikasi lokasi yang cocok untuk transplantasi lamun di Pantai Barat Sulawesi Selatan yaitu masing-
masing 3 lokasi di Pantai Labakkang, Teluk Awerange dan Pulau Lae-Lae. Dari 9 lokasi yang dievaluasi, 2 lokasi
diprediksi oleh model pemilihan lokasi menjadi daerah yang paling cocok untuk transplantasi lamun, yaitu Lokasi
II di Pantai Labakkang dan Lokasi II I di Pulau Lae-Lae.
Kata kunci: Lamun, model, pemilihan lokasi, transplantasi, Sulawesi Selatan
ABSTRACT :
Seagrass bed is a valuable marine resource both ecologically and economically in I ndonesia. Natural and
anthropogenic disturbances in the coastal and estuarine areas have resulted in declines in seagrass coverage in
Indonesia. Because of the essential roles of seagrass bed in estuarine and coastal ecosystems, efforts to
prevent further losses and restore disturbed seagrass habitats through transplantation is desirable. Seagrass
transplantation might be a rapid way to restore seagrass habitats. The success of seagrass transplantation is
vey much depend on the site selection and suitable transplantation methods. Several quantitative site-selection
models have been developed ii USA, Europe, and Australian to select optimal areas for transplanting seagass.
Development site- selection model for optimal seagrass transplantation has not been attempted in Indonesia.
Therefore, the main objective of this study is to develop a site-selection model to increase the success of
seagrass transplantation. Model development was based on the physical and biological characteristics of
transplantation site including historical seagrass distribution, current seagrass distribution, and proximity to
nature seagrass bed, sediment type, wave exposure, water depth, water quality, light intensity, and bioturbation
activity. The site-selection process is divided into 3 phases: Phase I identifies potential eelgrass habitat by taking
advantage of available knowledge, eliminates some sites from further costly consideration before field testing,
and yields one of the scores that contribute to the calculation of the TSI (Transplant Suitability I ndex). Phase II
involves field assessment and transplantation test of the best scoring areas identified in Phase I. Phase II I is
the final calculation of the TSI , based on results from Phases I and II. The site-selection model was used to
identify the suitability of sites for seagrass transplantation in the West coast of South Sulawesi (i.e. 3 sites at
Labakkang Coast, 3 sites at Awerange Bay, and 3 sites at Lale-Lae Island). Of the 9 sites, 2 were predicted by
the site-selection model to be most suitable sites for seagrass transplantation, i.e. Site I at Labakkang Coast and
Site III at Lale-Lae Island.
Keywords: Seagrass, model, site-selection, transplantation, South Sulawesi
PENGEMBANGAN ALGORI TMA PENCI TRAAN RESOLUSI TI NGGI UNTUK MENENTUKAN TI NGKAT
KESEHATAN TERUMBU KARANG BERDASARKAN PENDEKATAN ANALI SI S REFLEKTANSI
SPEKTRAL DAN SI FAT BI O-OPTI K KARANG
Nurjannah Nurdin
ABSTRAK :
Setiap benda pada dasarnya mempunyai struktur partikel yang berbeda. Perbedaan struktur ini mempengaruhi pola
respon elektromagnetiknya sehingga pengenalan atas perbedaan respon elektromagnetik tersebut dapat dijadikan
landasan untuk mendeteksi kesehatan karang. Oleh karena itu, diperlukan analisis kuantitatif yang dapat
mengungkapkan sifat optik karang melalui klasifikasi reflektansi spektral beberapa kondisi karang. Tujuan penelitian
ini adalah mengungkapkan karakteristik pantulan sinyal warna berbagai kondisi karang yang terukur berdasarkan hasil
pengukuran in situ ,menguraikan keterkaitan antara karakter sinyal warna dengan sifat atenuasi air (parameter fisika
dan kimia kolom air) dan kandungan klorofil pada karang serta menentukan parameter penentu dalam diskriminasi
karang sehat berdasarkan panjang gelombang dan ciri biologis karang. Untuk tujuan ini, dilakukan observasi
radiometrik secara in situ, pengamatan visual dan perekaman gambar 23 jenis karang pada kondisi karang sehat,
karang mati dan karang mati yang ditumbuhi alga. Akusisi data spektral dilakukan pada bulan Agustus 2009 pada 6
(enam) pulau di Kepulauan Spermonde yang terdapat pada tiap zona yaitu 1) Zona terluar (outer) terdiri pulau
Kapoposang serta pulau Kondong bali. 2) Zona tengah-luar (middle-outer) terdiri dari terdiri dari pulau Kodingareng
Lompo. 3) Zona tengah-dalam (middle-inner) terdiri dari pulau Barrang Caddi dan pulau Lamputang. 4) Zona terdalam
(inner) terdiri dari pulau Kulambing menggunakan spektroradiometer Hyperspektral yang bekerja pada panjang
gelombang 200-1100 nm. Pengukuran parameter kualitas perairan dilakukan pada pulau yang sama dan pengukuran
kandungan klorofil pada setiap sampel karang dilakukan di laboratorium. Langkah-langkah pengolahan dan analisis
yang dilakukan adalah 1) Analisis pola reflektansi karang, 2) analisis kelompok (Cluster Analysis), 3) Analisis
diskriminan (Diskriminant Analysis), 4)analisis ragam (ANOVA), dan 5) analisis diagram pencar. Hasil analisis
pengelompokan berdasarkan nilai reflektansi spektral karang memperlihatkan kecenderungan karang mengelompok
sesuai kondisi karang yakni karang hidup dari berbagai bentuk pertumbuhan dan dari beberapa pulau yang berbeda
mengelompok menjadi karang sehat sedangkan karang mati yang ditumbuhi alga pada berbagai jenis bentuk
pertumbuhan karang mati dan dari pulau yang berbeda tetap membentuk kelompok tersendiri yang berbeda dari
karang sehat. Dihasilkan empat panjang gelombang penciri yakni cahaya ungu (382,63nm dan 384,86nm), cahaya
hijau (514,46nm) dan cahaya merah (700,24nm), yang dapat membedakan karakteristik spektral pada kondisi
karang yang berbeda. Kandungan klorofil air, Total Dissolved Solid (TDS) dan kandungan klorofil pada karang
mempengaruhi nilai reflektansi karang pada beberapa panjang gelombang.
ABSTRACT :
All matter reflect, absorbs, penetrates and emits electromagnetic radiation in a unique way. The unique characteristics
of matter are called spectral characteristics. All matter is composed of atoms and molecules with particular wavelenght
with respect to the inner state. Remote sensing data obtained in the visible and reflective infrared regions mainly
depends on reflectance of communities on the coral reefs. Therefore, information about coral can be obtained from
the spectral reflectance. Remote sensing technology has many attributes that would be useful for monitoring
submerged coral reef ecosystems with ability to revisit a large study are repetitively and consistently without the
necessity of large teams of fieldresearchers. However, in order to map and monitor changes in coral reef geographics
extent and health successfully, a quantitative procedure must firs be developed to discriminate different coral
community/species. The aims of study are explore the differences in colour signal (spectral reflectance) characteristics
of various coral condition features based on in situ measurement, to explore the contribution of clorophyl content of
coral and optics properties of water with spectral characteristic than determine the critical parameters in healthy coral
discrimination based on wavelength and biological features of coral. High spectral resolution in situ data were
collected with Hyperspectral Ocean Optic US2000 radiometer on several of expose coral feature. For this purpose,
radiometric observations conducted by in situ measurement, recording of visual images in 23 species of coral with
healthy coral, dead coral and dead coral with algae. Spectral data acquisition in August 2009 on six islands in the
archipelago Spermonde are the outer zone (Kapoposang and Kondongbali island, the middle-outer zone (Kodingareng Lompo
island), the middle-inner zone ( Barrang Caddi and Lamputang island), and the inner zone (Kulambing island) using
spektroradiometer Hyperspektral working on 200-1100 nm. The analysis steps were : 1) Analysis of pattern coral spectral
reflectance, 2) Cluster Analysis, 3) Diskriminant Analysis, 4) Variance analysis (ANOVA), dan 5) Distribution diagram
analysis. The results of clustering analysis based on spectral reflectance of coral showed a tendency to cluster according to the
condition of coral. Coral life with various of lifeform from several different islands grouped into healthy coral and dead coral
with algae that have various lifeform from different islands formed a separate group distinct from healthy coral.
Discriminat analysis show that purple colour (382,63nm and 384,86nm), green colour (514,46nm) and red colour
(700,24nm) is able to clearly discriminate of healthy coral and non healthy coral. Chlorophyll content of water, Total
Dissolved Solid (TDS) and chlorophyll content of coral are strongly influence the spectral reflectance of healthy and
non healthy coral.
UJ I COBA PEMBESARAN LARVA UDANG BEBAS
VI RUS DI TAMBAK
Gunarto Latama
ABSTRAK :
Sulawesi Selatan merupakan salah satu setra penghasil udang di I ndonesia dengan udang windu (Paneaus
monodon) sebagai eksport unggulan. Produksi udang windu sekarang ini masih rendah dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya. Salah satu faktor utama penyebab menurunnya produksi udang disebabkan oleh
adanya penyakit udang yang disebabkan oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus pada udang di duga
diturunkan secara vertical yaitu dari induk, telur sampai dewasa. Ada sekitar 20 spesis virus yang dapat
menyebabkan penyakit pada udang. Penyakit virus ini bukan hanya menyerang udang windu yang
dibudidayakan, tetapi juga menyerang udang-udang liar sehingga mereka menjadi karier. Diantaranya yang
dapat merugikan secara signifikan di Asia yaitu: WSSV, BP, MBV, BMN, IHHNV dan HPV. Untuk melihat
perkembangan penyakit udang, maka pengamatan mengenai pembesaran udang yang bebas penyakit virus
dilakukan. Untuk membuktikan udang yang dipelihara tidak terinfeksi penyakit virus dilakukan pengujian
dengan menggunakan PCR. Pengamatan pertumbuhan dan pengamatan kualitas air juga dilakukan. Dari hasil
pengamatan menunjukkan, meskipun udang tidak terdeteksi mengandung penyakit virus, setelah 3(tiga)
minggu, hasil analisa histologi menunjukkan bahwa udang windu yang dipelihara mengandung oclution Body
pada jaringan hepatopangkreas dan jaringan otot. Pertumbuhan yang lambat, yang diduga akibat keberadaan
oclution body pada hepatopangkreas. Hasil pengamatan pada sample udang-udang liar (Metapenaeus ensus
dan Panaeus indicus) memperlihatkan adanya oclution body pada jaringan hepatopangkreas sehingga diduga
bahwa udang liar ini yang menulari penyakit virus pada udang windu yang dipelihara. Dengan keberadaan
potensi penyakit virus pada udang-udang liar maka keberadaan penyakit virus sukar dihindari, sehingga
pemeliharaan yang memperhatikan perbaikan mutu lingkungan, serta menghindari stress dan kepadatan yang
tinggi maka diharapkan akan meningkatkan produksi udang dimasa yang akan datang.
MODEL MI TI GASI BENCANA AKI BAT PENGARUH SEDI MENTASI PANTAI BI RI NGKASSI
KABUPATEN PANGKEP
THE MODELI NG OF MI TI GATI ON DI SASTER OF COASTAL EFFECT SEDI MENTATI ON I NFLUENCE of
BI RI NGKASSI PANGKEP REGENCY
Amran Saru
,
Ambo Tuwodan Wasir Samad
ABSTRAK:
Penelitian ini telah dilaksanakan di Pantai Biringkassi Kabupaten Pangkep, Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui proses, input, arah dan akumulasi sedimen serta faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap kesesuaian pertumbuhan mangrove di Pantai Biringkassi. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui
dukungan data ekologi mangrove dan biofisik yang dikumpulkan dalam bentuk data sekunder, dan data primer
meliputi : Data ekosistem mangrove (komposisi jenis, kerapatan dan nilai penting jenis), pola sebaran dan laju
sedimentasi, dan beberapa data oseanografi sebagai data pendukung. Data yang diperoleh dianalisis secara
kualitatif korelasional untuk mengetahui model pengelolaan pantai melalui mitigasi menggunakan ekosistem
mangrove. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, laju sedimentasi di Pantai Biringkassi cukup tinggi sehingga
memungkinkan terbantuknya daerah litoral sangat landai, kondisi tersebut sangat mendukung untuk rehabilitasi
mangrove sebagai alternatif mitigasi bencana. J enis mangrove yang direkomendasikan sesuai dengan kondisi
Pantai Biringkassi yaitu Rhizophora stylosa, Avicennia marina dan Sonneratia alba.
Kata Kunci : Sedimentasi Pantai, Mangrove sebagai alternatif mitigasi bencana.
ABSTRACT :
This research have been executed in Coastal Biringkassi of Pangkep Regency, This Research aim to know the
process, input, instruct and accumulation sediment and also environment factors having an effect on to
according to growth mangrove in Coastal Biringkassi. The target reachable through support of data mangrove
ecology and biofisik collected in the form of sekunder data, and primary data cover the : data of mangrove
ecosystem (type composition, important value and closeness of type), pattern of swampy forest and fast of
sedimentation, and some oceanography as supporter data. Obtained data to be analysed qualitative is
corelasional to know the coastal management passing mitigation model use the mangrove ecosystem. The
result of research indicate that, fast sedimentation in high Coastal Biringkassi enough so that enable the made
of area litoral very sloping, the condition very supporting to rehabilitation the mangrove alternatively mitigation
disaster type Mangrove recommended by as according to Coastal condition of Biringkassi that is Rhizophora
stylosa, Avicennia marina and Sonneratia alba.
Keyword : Coastal Sedimentation, Mangrove alternatively mitigation disaster.
PENGEMBANGAN PAKAN BUATAN KHUSUS KEPI TI NG YANG BERKUALI TAS,
MURAH DAN RAMAH LI NGKUNGAN
Siti Aslamyah
ABSTRAK :
Usaha budi daya kepiting, baik cangkang keras maupun cangkang lunak yang terus berkembang dewasa ini
menuntut inovasi teknologi yang sifatnya aplikatif. Salah satu yang sangat krusial adalah pakan khusus kepiting
yang mempunyai water stability (ketahanan dalam air) yang tinggi, disukai kepiting, murah, dan ramah
lingkungan, tetapi dengan kualitas yang mampu mempercepat molting dan meningkatkan pertumbuhan, serta
efektif diproduksi dalam skala besar. Pakan buatan tersebut diharapkan juga mampu meningkatkankan
efektifitas dan efisien penggunaan vitomolt yang diekstrak dari bayam dan terbukti mempercepat molting dan
meningkatkan pertumbuhan kepiting (Ristek 2007-2008). Namun, kurang efisien dalam aplikasi skala besar
karena dengan penyuntikan. Untuk mewujudkan pengembangan pakan buatan khusus kepiting ini perlu
dilakukan penelitian yang dirancang dalam periode waktu 3 tahun. Tahun 1 adalah uji coba formulasi pakan
dengan berbagai alternatif bahan baku pakan nabati, berbagai alternatif bahan baku pakan hewani untuk
mensubtitusi ikan, teknologi pembuatan yang pakan buatan yang efisien, dan uji coba pakan bervitomolt.
Tahun 2 adalah ujicoba modifikasi formulasi pakan untuk optimasi kadar nutrien pakan (protein, karbohidrat,
lemak, vitamin, dan mineral), serta optimasi keseimbangan kadar nutiren dan dosis vitomolt. Tahun 3 adalah
modifikasi formulasi pakan dengan pemanfaatan berbagai limbah pangan, aplikasi bioteknologi untuk
meningkatkan nilai tambah pakan buatan, dan optimasi dosis vitomolt dalam pakan. Pada percobaan tahun I
telah ditemukan formula pakan buatan berbahan dasar limbah pangan untuk mensubtitusi ikan dengan kualitas
organoliptik, fisik, dan kimiawi yang dapat memenuhi kriteria dan syarat nutrisi pakan khusus kepiting, teknologi
pembuatan pakan buatan yang efisien, uji biologis menunjukkan pakan formula D diperkaya ekstrak bayam
dengan dosis 700 ng EB/g kepiting terbaik dalam menginduksi molting kepiting bakau, pakan buatan yang
digunakan sebaiknya mempunyai kadar nutrien yang seimbang dan merupakan campuran berbagai bahan baku
pakan agar kandungan nutriennya saling melengkapi, salinitas dan suhu lingkungan sangat berpengaruh
terhadap kecepatan molting kepiting, serta pendapatan industri kepiting lunak akan lebih menguntungkan bila
menggunakan teknologi ekstrak bayam.
ABSTRACT :
Crab culture activities, both hard or shell which develops continusly requires applicative technology. One of the
most crucial problems is a specific crab feed, with high water stability, palatability, economically cheap, and
environmentally friendly, but the other hand could stimulate moulting and increase growth, as well as effectively
to be produced in mass/large seate. The formulated feed is expected also able, to increase, effectiveness and
efficient use of vitomolt, extracted from spinach, which already may shorten moulthing cycle and increase
growth rate of crab (Risted). However, it is not effective in large scale use due to injection application. To
obtain a crab spesfic formulated feed development, the research will be designed for 3 years. First year, is
preliminary studi on formulated feed using various feedstuffs nabati and hewani for the subtitution of fish,
technological efficient making artificial feed, and test drive the feed containing of vitomol .Second year is
experiment on formulated feed modification to optimize nutrient of the feed (protein, carbohidrat, lipid and
minerals) also optimizing a balance between vitomolt and nutrient dosage. On the third year, is formulated feed
modification using various organic waste, biotechnology application to increase additive value of the formulated
feed and optimizing vitomolt dosage in the feed. I n the first year, has been determinated the formulated feed
using organic waste to replace fresh fish with chemical physical and organic quality which meet the crab specific
formulated feed, efficient technology method of formulated feed (D) which enriched with spinach extract of
700/mg crab is best in inducing mangrove crab. The formulated feed used suggested to have unbalance,
nutrient, and also mixture of various feedstuffs so that lack nutrient could be filled each other salinity and
temperature affect siqnificantly on crab moulting speed (cycle), as well as soft shell industry income will be
more beneficial by using spinach extract technology.
PENGUJ I AN BI OAKTI FI TAS EKSTRAK BEBERAPA SPESI ES RUMPUT LAUT DARI PERAI RAN
SULAWESI SELATAN
Kasmiati, Elmi Nurhaidah Zainuddin
dan Asmi Citra Malina
ABSTRAK:
Habitat laut dikenal sebagai habitat yang kaya akan keanekaragaman hayati. Hal ini menyebabkan pencarian
bahan obat mulai diarahkan ke bahan alam laut. Salah satu organisma laut yang mulai banyak mendapat
perhatian adalah rumput laut. Kemampuan rumput laut dalam memproduksi bahan metabolit sekunder telah
banyak diketahui, dan dari beberapa penelitian ditemukan bahwa ekstrak atau senyawa murni rumput laut
mempunyai aktifitas sebagai antibiotik, antiviral, antitumor dan antikanker. Beberapa jenis rumput laut telah
menjadi produk ekspor utama Indonesia dan daerah perairan Sulawesi Selatan yang dikenal memiliki habitat
yang sangat khas ternyata sangat berpotensi untuk tempat pertumbuhan rumput laut baik yang komersial
maupun non komersial. Pengambilan sampel dilakukan di beberapa lokasi perairan pantai Sulawesi Selatan,
seperti Takalar, Bantaeng, Sinjai, Bone dan Pangkep. Rumput laut diambil dengan menggunakan perahu pada
daerah lokasi budidaya di perairan pantai dan dengan cara menyusuri daerah pantai. Untuk melihat potensi
rumput laut sebagai sumber senyawa bioaktif, spesies rumput laut yang telah dikoleksi dari perairan Sulawesi
Selatan terlebih dahulu dicuci, dikeringkan, dihaluskan, disaring dan diekstraksi. Ekstraksi rumput laut dilakukan
dengan metode dingin, yaitu dengan menggunakan stirer selama 24 jam dan pelarut yang berbeda polaritasnya,
dimulai dari pelarut dengan kepolaran rendah sampai yang tinggi (n-hexan, dichloromethan, ethyl acetate,
methanol dan air). Skrining bioaktifitas rumput laut dilakukan untuk melihat bioaktifitas rumput laut sebagai
antibiotik melawan bakteri mikroba patogen pada manusia dan makanan, dan melihat biotoksisitasnya terhadap
brine shrimp atau Artemia. Diharapkan dari hasil penelitian ini, rumput laut asal perairan Sulawesi Selatan dapat
dimanfaatkan sebagai penghasil antibiotik alami yang dapat digunakan dalam bentuk supplemen makanan,
sebagai produk bahan pengawet makanan dan sebagai kandidat obat antikanker.
KARAKTERI SASI MORFOLOGI DAN GENETI S
J ENI S UNGGULAN LOKAL UNTUK
KONSERVASI J ENI S
(MORPHOLOGY AND GENETI C CHARACTERI ZATI ON OF LOCAL SPECI ES
FOR CONSERVATI ON)
Muh Restu dan Mukrimin
ABSTRAK:
Kehilangan (kepunahan) biodiversitas dan perubahan iklim merupakan isu lingkungan yang sangat signifikan dalam
beberapa dekade ke depan. Terganggunya biodiversitas akan berdampak pada kurang optimalnya fungsi biosfer.
Oleh karena itu tujuan utama konservasi dan perlindungan adalah menjaga biosfer dalam keadaan kondisi yang sehat
dan beragam. Penggunaan ekspresi morfologi yang didasarkan pada sifat fenotif tertentu dari suatu jenis dapat
dijadikan untuk perbedaan sifat namun dilengkapi dengan ekspresi genetik agar mengetahui sifat yang tetap
menggunakan pendekatan penanda genetik secara molekuler (biokimia). J enis unggulan lokal kemiri, uru dan bitti
memiliki koefisien kesamaan yang tinggi dalam provenansi namun masih terdapat individu yang memiliki karakter
morfologi yang berbeda dengan individu lainnya. Karakter morfologi antar provenansi memiliki kekerabatan yang
tinggi, kecuali provenansi Luwu utara dengan Bone dan Barru untuk jenis bitti memiliki kekerabatan yang rendah.
Analisis karakter genetik dengan menggunakan primer acak memiliki respon yang cocok dengan primer OPD-3 dan
OPU-11. Karakater genetik jenis kemiri, uru dan bitti memiliki bervariasi kesamaan genetik, dengan koefisien
kesamaan yang rendah. individu dalam provenansi memiliki potensi keragaman genetik tinggi sehingga dapat
digunakan untuk sumber genetik.
Kata Kunci : Karaterisasi genetik dan morfologi, jenis unggulan lokal, keragaman genetik
ABSTRACT :
Lost (extinction) of biodiversity and climate change is an environmental issue that is very significant in the
decades. Disruption of biodiversity will affect less optimal function of the biosphere. Therefore the main purpose
is conservation and protection of the biosphere in a state maintaining a healthy condition and diverse. Use of
expression based on the morphology of certain fenotif nature of a type can be used for different properties, but
is equipped with the genetic expression in order to know the nature of which still use the approach of molecular
genetic markers (biochemical). Local species kemiri, uru and bitti have high coefficients of similarity in
provenansi but there are still individuals who have different morphological characters with other individuals.
Morphological characters between provenansi have a high diversity, except the provenansi Luwu Timur with
Bone and Barru for bitti types have a low similarity. Analysis of genetic characters by using a random primer that
matches the response primers OPD-3 and OPU-11. Genetic character types of kemiri, uru and bitti has varied
genetic similarity, with a low coefficient of similarity. Individual in provenansi has a high potential for genetic
diversity that can be used for the genetic resources.
Key words: Genetic and morphological charaterization, local species, genetic diversity
2. Bidang Kajian Ilmu Pertanian
PERBAI KAN MUTU BERAS DENGAN APLI KASI NYA KALI UM LOLI DA (KL) DAN MI KROBA PENEMBAT
NI TROGEN SEBAGAI SUBSI TUSI UREA
Elkawakib Syamun
ABSTRAK:
Masalah kekurangan yodium masih cukup tinggi sehingga diperlukan upaya tambahan selain melalui program
garam beryodium. Aplikasi garam yang mengandung yodium pada masakan yang mengandung cuka berakibat
yodium tidak tersedia. Pemupukan yodium tidak banyak dilakukan walau pengaruhnya terhadap kesehatan
sangat baik. Oleh karena itu perlu diperoleh jenis beras yang memiliki kandungan yodium yang cukup. Pupuk
organik dan pupuk yang berasal dari mikroba dapat mensubsitusi pupuk anorganik. Tujuan jangka panjang
penelitian ini adalah diperoleh jenis padi yang memiliki kandungan yodium yang cukup untuk kebutuhan sehari-
hari. Target khusus yang ingin dicapai adalah diperoleh pupuk hayati yang dapat mensubsitusi pupuk
urea.Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian dalam tiga tahap percobaan dengan bertujuan untuk
memperoleh varietas padi yang memiliki kandungan yodium tinggi dengan aplikasi pupuk organik yang meng-
hasilkan hasil gabah yang lebih tinggi. Penelitian dilakukan dalam bentuk percobaan rumah kaca dengan
menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial tiga faktor. Faktor pertama adalah tiga varietas padi
yaitu varietas Ciliwung, varietas Membramo, dan varietas Cimelati. Faktor kedua adalah tiga dosis pupuk
yodium, masing-masing yaitu tanpa pupuk yodium, 1 g yodium, dan 2 g yodium. Faktor ketiga adalah tiga
konsentrasi pupuk mikroba yaitu tapa pupuk mikroba, 2, 5 L pupuk mikroba, dan 5 L pupuk mikroba.
Hasil penelitian diperoleh bahwa aplikasi pupuk hayati dan pemupukan KI cenderung memberikan pengaruh
terbaik terhadap pertambahan tinggi tanaman, jumlah anakan dan kecepatan berbunga serta jumlah anakan
produktif.
ABSTRACT :
Shortage in consumed iodium is still significant; hence require additional effort to overcome, apart from
iodiumized salt program. Addition of iodiumized salt into cooked food containing vinegar will result in the
unavailability of the iodium, hence the ready food will no longer contain iodium which is needed by human.
Application of iodium through plants fertilizer has not been widely implemented, despite the positive impact it
will give to humans health. Therefore, it is necessary to produce kind of rice with reasonably good iodium
content. Organic fertilizer and fertilizer produced from microbes have potential to substitute the use of inorganic
fertilizer. Long term objective of this research is to obtain type of paddy which contain sufficient iodium to fulfill
human daily needs. Special aimed target is to obtain bio-fertilizer with potential to substitute urea. In order to
achieve such goals, the research is arranged in three stages of experiment, targeting to obtain variety of paddy
with high iodium content by application of organic fertilizer producing higher yield of unhulled rice.
This research was designed in an experiment inside glass house employing Randomized Block Design consisting
three factors. First factor is three paddy varieties: Ciliwung, Mamberamo and Cimelati. Second factor is three
levels of iodium fertilizer, which are: without iodium, 1 g of iodium and 2 g of iodium. The third factor is three
concentrations of microbes as bio-fertilizer. They are: without bio-fertilizer, 2.5 liters, and 5 liters of bio-fertilizer.
Results show application of bio-fertilizer and iodium fertilizer tend to give best result on plant height addition,
number of tillers and time of flowering as well as number of prolific tillers.
BIDANG ILMU EKOSOSBUDKUM
1. Bidang Kajian Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
DESAI N PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN
DALAM PENGENTASAN KEMI SKI NAN
DI SULAWESI -SELATAN
A. Rusli
ABSTRAK :
Dinamika kehidupan yang dialami oleh masyarakat nelayan khusunya di Sulawesi Selatan yang mempunyai
polarisasi kehidupan yang selama ini terkesan kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.Penelitian ini
memuat gambaran tentang upaya yang dilakukan nelayan kecil dalam mengatasi persoalan yang
dihadapirnenyangkut kegiatan melaut dan untuk memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga nelayan miskin,
melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan strategi pemanfaatan sumberdaya dan aksesabilitas nelayan
miskin secara mandiri dalam mengatasi kebutuhan pokok, pendekatan evaluasi program intervensi
pemberdayaan nelayan kecil yang dilakukan pemerintah maupun LSM, dampak kebijakan pembangunan
perikanan terhadap perbaikan kesejahteraan rumahtangga nelayan miskin, berbagai alternatif kebijakan yang
dapat digunakan pemerintah (provinsi dan daerah) dalam upaya mengembangkan kesejahteraan masyarakat
nelayan miskin dan pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan, mandiri tanpa mengalami
eksploitasi pihak lain serta menyusun model pemberdayaan masyarakat nelayan miskin yang memasukkan
peubah internal maupun eksternal. Kerentanan rumah tangga nelayan kecil, institusi ekonomi komunitas
nelayan kecil, peran domestik keluarga nelayan kecil, intervensi eksternal, (program dan kebijakan
pemberdayaan nelayan) dan sarana prasarana sosial dasar masyarakat pesisiradalah fokus utama dalam
penelitian ini dengan mengidentifikasi keterwakilan daerah dari empat daerah yang mempunyai karakteristik
komunitas berbeda yaitu Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Sinjai danKabupaten Bulukumba.
Kata kunci : Pemberdayaan masyarakat nelayan
BIDANG ILMU KESEHATAN
2. Bidang Kajian Ilmu Kesehatan Masyarakat
PREVALENSI DAN TI NGKAT KEPARAHAN
ANEMI A DAN I RON DEFI CI ENCY PADA REMAJ A PUTRI DI DAERAH ENDEMI K MALARI A
KABUPATEN MAMUJ U PROPI NSI SULAWESI BARAT
PREVALENCE AND SEVERI TY OF ANEMI A
AND I RON DEFI CI ENCY AT FEMALE
ADOLESCENTS I N MALARI A ENDEMI C AREA OF WEST SULAWESI PROVI NCE
Rusli Ngatimin dan Rahma
ABSTRACT :
Prevalensi malaria di Sulawesi Barat masih di bawah rata-rata nasional yaitu 2,02%, namun prevalensi di
Kabupaten Mamuju melebihi rata-rata nasional tersebut yaitu sebesar 3,5%. Malaria merupakan salah satu
penyebab utama terjadinya anemia, dimana malaria merupakan faktor yang sangat penting dipertimbangkan
dalam menyebabkan anemia jika remaja putri berada di daerah endemik. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan prevalensi dan tingkat keparahan anemia serta mengidentifikasi faktor resiko mana yang
berhubungan dengan anemia seperti status gizi, infeksi kecacingan, status malaria, kondisi pubertas, dan social
ekonomi, pada remaja putri usia sekolah SMP dan SMA di Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi Barat.
Systematic random sampling digunakan untuk memilih sampel di empat sekolah yaitu SMP 1 Kalukku, SMA 1
Kalukku, SMP 7 Budong-Budong, dan SMA 1 Toppoyo, dengan masing-masing 50 remaja putri, maka total
responden 200 siswi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, food recall 24 jam, mengukur kadar
Haemoglobin, pemeriksaan malaria, antropometrik dan pemeriksaan sampel feaces. Uji Chi-Square digunakan
untuk melihat hubungan antara anemia dan faktor resiko lainnya. Uji T juga digunakan untuk membedakan
Hemoglobin menurut kategori faktor resiko. Prevalensi anemia pada 200 remaja putri adalah sebesar 27% dan
9,5% penderita malaria. Ditinjau dari tingkat keparahan anemia, 0,5% responden tergolong anemia sangat
berat (severe), 3% yang mengalami anemia sedang (moderate), dan 24% tergolong anemia ringan. Tidak ada
hubungan perbedaan yang signifikan antara lokasi, penggunaan kelambu, kelambu berinsektisida, kejadian
demam, demam naik turun, darah haid, pemberian obat malaria, kejadian sakit, menderita malaria dan status
kecacingan dengan kejadian anemia (p > 0,05%). Terdapat hubungan yang borderline antara kecukupan
asupan zat besi dengan kejadian anemia (p=0,059). Semua penderita anemia (100%), mengalami deficit dalam
asupan zat besi. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada haemoglobin menurut diagnose malaria, status
malaria dan kecacingan hasil laboratorium (p>0,05). Terdapat perbedaan kadar Hb yang bermakna pada mean
Hb antara asupan zat besi yang deficit dan yang normal pada remaja (p=0,008). Prevalensi anemia dan malaria
cukup tinggi namun tidak ada kaitan antara anemia dan factor lainnya selain kurangnya asupan zat besi. Hal ini
membuktikan bahwa rendahnya asupan zat besi adalah penyebab utama anemia dalam penelitian ini. Penelitian
ini merekomendasikan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi hubungan antara anemia dan malaria pada
seluruh remaja putri termasuk yang tidak sekolah dan tinggal di pedesaan.
Kata kunci: infeksi malaria, anemia, remaja putri, zat besi.
ABSTRACT :
Malaria prevalence in West Sulawesi which is 2.02% is still below national malaria prevalence (2.9%). However,
malaria prevalence in Mamuju Municipality is 3.5% which is higher than the national prevalence. Malaria is one
important cause of anemia especially for female adolescents in malaria endemic areas. This study aims to
describe prevalence and severity of anemia as well as to identify which risk factors related to anemia, such as
nutritional status, worm infection, malaria, puberty, and social economic of female adolescents in junior and
senior high schools in Mamuju Municipality, West Sulawesi Province. Systematic random sampling is used to
select sample from four schools: SMP 1 Kalukku, SMA 1 Kalukku, SMP 7 Budong-Budong, and SMA 1 Toppoyo,
each school we took 50 female adolescents, therefore the total respondent is 200 female students. Data were
collected by using a questionnaire, 24 hours food recall, taking blood sample for hemoglobin, malaria
microscopic, and laboratory examination of feces sample. Chi-square test is used to see the relationship
between anemia and the risk factors. Student T test is used to see the significant different of hemoglobin among
the risk factors.The prevalence of anemia is 27% and there is 9.5% of malaria infection. There is 0,5%
respondent in severe anemia (severe), 3% moderate anemia, and 24% mild anemia. There is no significant
different among location, the use of net, the use of insecticide net, fever, irregular fever, menstruation, taking
malaria drugs, morbidity, malaria and worm disease with anemia (p>0,05). There is a borderline relationship
between sufficient iron intake with anemia (0,059). All of anemic respondents (100%) experienced deficit in iron
intake. There is no significant different of hemoglobin among different malaria diagnosed, having malaria and
worm diseases according to laboratory examination (p>0,05). There is a significant different mean of
hemoglobin level among iron deficit and iron normal (p=0,008).
Prevalence of anemia and malaria are high but there is no significant relationship between anemia and the risk
factor of anemia except the lack of iron intake. This is an evident that the lack of iron intake is still the main
cause of anemia in this study. This study recommends another study to indentify the relationship between
anemia and malaria for all group of female adolescents especially those living in remote areas and drop out from
school.
Key words: malaria infection, anemia, female adolescents, iron.
KANDUNGAN ARSEN DALAM AI R MI NUM, BERAS, URI N DAN GEN Cyt19 SEBAGAI BI OMARKER
KELAI NAN KULI T PADA PENDUDUK BUYAT TAHUN 2009
ARSENI C CONCENTRATI ON I N DRI NKI NG WATER, RI CE, URI NE AND GEN CYT19 AS BI OMARKER
FOR SKI N LESI ON OCCURRENCE
AT BUYAT PEOPLE SOUTH SULAWESI 2009
Anwar Mallongi, Anwar Daud
ABSTRAK:
Latar Belakang. Kontaminasi arsen didalam air minum dan beras yang dikonsumsi masyarakat merupakan issue
kesehatan masyarakat dan menjadi masalah utama dikalangan penduduk Buyat pada saat ini. Tingkat dan jalur
pemaparan arsen berpotensi terjadi melalui saluran pencernaan yang pada prinsipnya mengarah pada keracunan yang
dapat berupa akut dan kronik. Pada tingkat consentrasi tertentu arsen dapat menyebabkan kelainan kulit sampai pada
effeckyang berbahaya yakni kanker dan bahkan gangguan reproduksi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
konsentrasi arsen didalam air minum, beras, urine, darah dan Ge Cyt I9 hubungannya dengan kejadian kelainan kulit
pada masyarakat di Desa Buyat. J enis penelitian ini adalah Observasional dengan menggunakan Desain studi kasus
kelola atau case control study, jenis desain ini diperuntukan untuk mempelajari hubungan paparan (faktor penlitian)
kadar arsen dengan penyakit atau outcome berupa kelainan kulit. J umlah respoden sebanyak 98 orang yang terdiri
dari 49 kasus dan 49 kontrol. Selanjutnya sampel beras yakni beras Kristal, Caligi, Santana, Ciliwung, dan Serang
diambil sebanyak 500 gram dari masing masing responden. Sedangkan sampel air minum diambil dari 50 sumur yang
airnya di konsumsi masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar arsen yang tinggi dalam beras
memberikan risiko terhadap kejadian kelainan kulit dengan nilai OR = 3,84 (95%) CI. 1,943 9,894 p= 0,004 pada
penduduk di desa Buyat. Artinya mereka yang makan beras berkadar arsen tinggi berisiko 3,84 kali menderita
kelainan kulit daripada mereka yang makan beras berkadar arsen rendah. Kadar arsen yang tinggi dalam air minum
memberikan risiko terhadap kejadian kelainan kulit dengan nilai OR = 34,69 (95%) CI. 10,320 116,592 p=0,000
pada penduduk di desa Buyat. Artinya mereka yang minum air berkadar arsen tinggi berisiko 34,69 kali menderita
kelainan kulit daripada mereka yang minum air berkadar arsen rendah. Demikian juga bahwa kadar arsen yang tinggi
dalam urin memberikan risiko terhadap kejadian kelainan kulit dengan nilai OR = 22,23 (95%) CI. 6,063 81,535
p=0,000 pada penduduk di desa Buyat. Artinya kadar arsen yang tinggi di dalam urin berisiko 22,23 kali mengalami
kelainan kulit daripada mereka yang berkadar arsen rendah dalam urinnya. Disarankan bahwa sebaiknya masyarakat
mengolah dahulu air sumur gali atau sumur bor sebelum digunakan untuk minum dan memasak atau mencuci bahan
makanan dengan menaggunakan teknologi yang mampu menyerap Arsen dan logam berbahaya lainnya.
Kata Kunci: Arsen, Air Minum, Beras, Urin dan Kelainan Kulit
ABSTRACT :
Background. Arsenic contamination at drinking water and rice that consumed people is a major problem of public
health issue especially it become a main problem among Buyat people at present. The level of exposure to arsenic
might potentially occur through ingestion process which principally leads to toxicity both at acute and chronic term. At
a certain level of arsenic exposure it can generate skin lesion and more serious to cancer and or reproductive
disturbance. Objective. The study objective was to analyze the arsenic concentration at drinking water, rice, urine and
blood genetic Cyt I9 and the lesion skin occurrence among Buyat people. Method. This observational research used
case control study that is used to assess lead the exposure relationships of arsenic concentration with illness on this
case is the lesion skin. The number of respondent were 98 people where as 49 were people with lesion skin as cases
group and 49 without lesion skin a control group. Then, rice sample was taken from those two different groups. About
500gram rice taken as sample each. The rice that usually consumed was Kristal, Caligi, Santana, Ciliwung and Serang
rice. In addition 50 Wells as Buyat people drinking water were taken as sampel. 25 from cases group and 25 from
control group. Results. High concentration of arsenic at rice give a significant contribution to the skin lesion occurrence
with OR = 3,84 (95%) CI. 1,943 9,894 p=0,004 at Buyat people. Mean that those people have 3.84 higher to
suffer from skin lesion than those who consume rice with low arsenic. Next. Contaminated Water with high arsenic
generate lesion skin with OR = 34,69 (95%) CI. 10,320 116,592 p=0,000 among people at Buyat. Mean that those
people have a potential 34.69 time to suffer from skin lesion that those who do not. In addition, high level arsenic in
urine will be risk for lesion skin with OR = 22,23 (95%) CI. 6,063 81,535 p=0,000 among Buyat people. Which
mean that contaminated urine with arsenic will have 22.23 time higher to have a lesion skin than those whose urine
uncontaminated with arsenic. Recommendation. It is suggested that people who consumed contaminated well
drinking water do some treatment first by using filtration which able to absorb the arsenic. Then, wash the rice that
contaminated with arsenic initially before get it cooked.
Key Words: Arsenic, Drinking Water, Rice, Urine, Skin Lesion
3. Bidang Kajian Ilmu Kedokteran
PERAN VARI ASI GENETI K VI TAMI N D RESEPTOR TERHADAP RESPONS TERAPI
TUBERKULOSI S PARU
THE ROLE OF VI TAMI N D RECEPTOR I N THERAPY
RESPONS OF PULMONARY TUBERCULOSI S
Irawati Djaharuddin, Massi N, Sennang N
ABSTRAK :
Faktor genetik berinteraksi dengan faktor lingkungan dalam menentukan kapasitas individu untuk melakukan
respons terhadap infeksi M. TB. Berbagai faktor yang mempengaruhi respons terapi Tuberkulosis Paru antara
lain faktor individu, komuniti, kepatuhan, strategi pengobatan, gangguan imunitas, faktor komorbid, mutasi
genetik M.TB, dan faktor lain seperti faktor genetik. Salah satu gen yang berperan dalam kejadian tuberkulosis
adalah Vitamin D Reseptor (VDR). Vitamin D merupakan molekul imunomodulator dan lewat reseptornya dapat
memodulasi respon sitokin dalam sel T. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
pendekatan case-control study. Pada penderita TB paru BTA positif, dilakukan pemeriksaan dahak setiap
bulan selama 6 bulanterapi untuk evaluasi konversi sputum sehingga dapat menilai respons terapi terhadap TB
paru. Dilakukan pemeriksaan variasi gen VDR, pemeriksaan foto toraks yang dihubungkan dengan respons
terapi TB. Dari bulan J uli-Desember 2009, didapatkan 54 sampel penelitian dengan TB paru BTA positif kasus
baru. Pada penelitian ini didapatkan konversi sputum yang cepat pada 10 penderita (18,5% penderita),
konversi sedang pada 17 penderita (31,5% penderita) dan konversi yang lambat pada 27 penderita (50%
penderita). Gambaran radiologi pada foto toraks penderita dengan lesi luas pada 44% penderita. Penderita
dengan lesi foto toraks ringan dan sedang masing-masing sebanyak pada 28 % penderita.
Respons terapi pada tuberkulosis paru dapat dinilai dengan perbaikan klinis, foto toraks dan mikrobiologis.
Respons terapi yang paling obyektif adalah perbaikan secara mikrobiologis, yakni terjadinya konversi sputum.
RRespons terapi pada tuberkulosis paru dipengaruhi oleh luas lesi, terjadi konversi lebih lambat pada luas lesi
yang berat.
ABSTRACT :
Interaction between genetic factor and environment factor influence individual capacity to mycobacterium infection
response. Some factors influence pulmonary tuberculosis response to therapy : host factor, community, therapy
strategy, immunity alteration, comorbid factor, genetic mutation of M.TB and genetic factor. Vitamin D Receptor is an
immunomodulator molecul has a role in response to therapy which modulate cytokine respons in T cell. Design of the
study is observational analytic with case control study approach. Patient diagnsosed as pulmonary tuberculosis, new
case, smear acid fast bacilli positif enrolled this study. Every months for six months therapy, smear and culture for
sputum evaluated for conversion that shows therapy response. Variation of VDR gen and chest X-Ray examined to
correlated with therapy responses.Since J uli-December 2009, 54 pulmonary TB, new case patients enrolled the study.
Sputum conversion assess and fast conversion found on 10 patients (18,5%), moderate respons on 17 patients
(31,5%) and late conversion on 27 patients (50%). The results of chest X-Ray fot advanced lesion in 44% patients,
moderate and mild lesions with equal result on 28% patiens. Therapy respons of pulmonary tuberculosis could be
assess with clinical improvement, chest X-Ray and microbiology. The most objective is microbiological improvement
through sputum conversion. Therapy response influenced by lesion gradation, late conversion found more in
advanced lesion.
PENGEMBANGAN BAHAN MAKANAN CAMPURAN (BMC) UNTUK BALI TA DAN ANAK SEKOLAH
BERBASI S PANGAN LOKAL
(Suatu usaha untuk mengatasi Gizi Buruk)
Suryani Tawali, Tuflikha Primi Putri dan Meta Mahendradatta
ABSTRAK :
Dikembangkan bahan makanan campuran (BMC) bagi balita dan anak sekolah melalui substitusi tepung tempe
pada tepung jagung. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pertama pembuatan bahan baku (tepung
jagung dan tepung tempe) dan formulasi bahan makanan campuran (BMC) dari kedua tepung tersebut serta
pembuatan formula bahan dasar jagung bose(makanan tradisional dari Nusa Tenggara Timur) dengan
penambahan tempe kering. Kemudian optimalisasi pembuatan produk tepung bubur bayi, kue kering dari
campuran tepung jagung dan tepung tempe (formula BMC), serta pembuatan jagung bose dengan penambahan
tempe. Tahap ketiga adalah pengujian untuk melihat daya terima (akseptabiliti) produk serta serta pengujian
proksimat nilai gizi produk yang dihasilkan. Hasil penelitian dipaparkan dengan metode deskriptif kuantitatif.
Dihasilkan tepung tempe, tepung jagung (putih, kuning, dan pulut) melalui dan tanpa proses instanisasi.
Persentase subtitusi tepung tempe terhadap tepung jagung yang terbaik adalah 30% dari segi komposisi nutrisi.
Sedangkan pada formula jagung bose yang terbaik adalah formula 100 gram jagung pulut dengan 60 gram
tepung tempe. Pada pembuatan bahan baku bubur bayi diperoleh bahwa proses instanisasi secara terpisah pada
jagung dan tempe menghasilkan formula yang lebih baik dibanding formula yang dihasilkan dari proses
instanisasi pada campuran tepung jagung-tepung tempe. Adapun dari analisis proksimat diperoleh kalori pada
formula tepung bubur instant dengan subtitusi 30% tepung tempe berturut-turut 414 kcal/100g dan 404
kcal/100g untuk jagung putih dan jagung kuning. Peningkatan persentase subtitusi tepung jagung dengan
tepung tempe meningkatkan persentase lemak dan protein, sebaliknya menurunkan persentase karbohidrat.
Kandungan zat gizi per 100 gram formula bubur bayi: karbohidrat 63.70 gram, lemak 8.74 gram, dan protein
20.3 gram untuk jagung putih. Untuk jagung kuning: karbohidrat 65.80 gr, lemak 7.60 gr, dan protein 19.21 gr.
Waktu rehidrasi tepung bubur instant untuk jagung putih dan tempe adalah 77 detik untuk kombinasi (70:30)
dan waktu rehidrasi untuk jagung kuning dan tempe adalah 74.5 detik. Sedangkan kandungan serat untuk
formula jagung putih tempe adalah: 1.41% dan 1.73% untuk jagung kuning - tempe. Dari hasil uji tekstur,
aroma, dan warna, dan rasa panelis memberikan nilai berturut turut: 3.5, 3.2, 3.45, dan 2.15 untuk formula
dengan jagung putih dan 3.35, 3.1,3.1 dan 2.3 untuk jagung kuning pada skala 1-5. Untuk produk berupa kue
kering dan jagung bose, didapatkan bahwa jenis jagung pulut adalah yang paling baik digunakan dari segi
organoleptiknya. Proses pembuatan bahan baku kue kering dari tepung jagung: tepung tempe (70:30) tanpa
atau dengan proses instanisasi tidak mempengaruhi kandungan gizi produk dan organoleptiknya. Kandungan
gizi karbohidrat, lemak dan protein per 100 gram kue kering yang dihasilkan dari bahan baku: (tepung jagung :
tempe (70:30), mentega, gula, dan telur) tanpa instanisasi: karbohidrat 45.78 gr, lemak 30.15 gram, dan
protein 14.61 gram. Dari hasil tersebut diperoleh total energi sebesar 512.91 kcal/100 gram kue kering.
Sedangkan dengan proses instanisasi, kadar karbohidrat, lemak, dan protein berturut turut karbohidrat 45.2
gram, lemak 32.73 gram, dan protein 14.33 gram dan total energi 532.77 kcal/100 gram. Adapun kandungan
serat kasarnya 2.25%. Panelis (siswa SD) pada umumnya suka dengan kue kering dihasilkan dengan
memberikan skor rata-rata 3.6 untuk aroma, warna, dan 3.7 untuk rasa (pada skala 1-5). Sedangkan untuk
formula jagung bose, jagung pulut memiliki nilai organoleptikk tertinggi. Sedangkan kandungan kalori tertinggi
adalah pada jagung bose dengan penambahan tempe kering 60 gram pada 100 gram jagung sosoh pratanak.
Kadar protein, lemak, dan karbohidrat formula jagung bose berturut-turut adalah 10.4 , 23.66 dan 64.2 gram
per 100 gram formula. Sehingga total energi per adalah 432 kcal/100 gram. Adapun kandungan serat kasarnya
sebanyak 0.78%. Untuk organoleptik, skor rata-rata 3.4, 2.8, dan 2.4 berturut-turut untuk warna, aroma, dan
rasa pada formula J SP:tempe (100:60). Karena dari penelitian ini didapatkan bahwa proses pembuatan bahan
baku untuk PMT ASI dan PMT AS cukup sederhana dan produk yang dihasilkan mengandung kalori dan zat gizi
yang relatif sesuai dengan standar bahan makanan tambahan untuk perbaikan gizi, maka diharapkan pada
penelitian selanjutnya dapat dilihat efektivitas formula ini pada anak gizi kurang dan gizi buruk, serta
pemberdayaan masyarakat untuk memproduksi formula ini dalam skala industri rumah tangga. Blended food
(Bahan Makanan Campuran ) was formulated for under-five and school age children from maize and tempeh
flour. Research was conducted in three steps. First was the process of making food base: maize and corn flour
for the formula of instant porridge and cookies and base food for :jagung bose an ancient food from East Nusa
Tenggara. Second was optimalisation of the process of making instant porridge and cookies from maize and
tempeh flour and jagung bose from parboiled maize and dried tempeh. Third was acceptability test and
proximates analysis to find the nutritional content of based food and products. Tempeh and maize flour from
white, yellow and waxy maize was obtained with and without intstanisation process. According to the nutritional
content, the best formula of blended food was the formula with 30% tempeh flour. In addition, for jagung bose,
the best formula was the blended of 100 gram parboiled maize and 60 gram dried tempeh. For instant porridge,
it was found that separated instanisasion process for each ingredient was the best. From proximate analysis it
was found that the carbohydrate, fat, and protein content were 63.70 , 8.74, and 20.3 g/100 gram respectively
in formula with white corn and 65.80, 7.60, and 19.21 g/100 gram respectively for yellow corn. Therefore the
total energy for formula with white and yellow corn were 414 kcal and 404 kcal/100 gram formula flour. The
increase of tempeh proportion in the formula was followed by the increase of fat and protein content.
Rehydration time for instant porridge flour were 77 and 74.5 seconds in formula with white corn and yellow
corn respectively. The crude fiber in porridge formula with white maize : tempeh flour (70:30) was 1.41% and in
formula with yellow maize was 1.73%. From organoleptic test, most of the panelist like the porridge in term of
texture, flavour, and colour with giving score 3.5, 3.2, and 3.45 respectively for white maize formula, and 3.35,
3.1, 3.1 for yellow maize formula. However, most of the panelist did not like the taste of the formula with giving
score 2.15 and 2. 3 for white and yellow maize formula, respectively. For cookies and jagung bose, waxy-miaize
is the best in term of taste. The energy content of 100 gram cookies from waxy maize : tempeh flour (70:30)
was the highest: 512.91 kcal and 532.77 kcal/100 gram for formula without and with instanisation process
respectively. The nutritional content were 45.78, 30.15, and 14.61 g/100 gram cookies for carbohydrate, fat,
and protein, respectively in formula without instanisation process. I n cookies using instant flour formula, the
nutritional content were 45.2, 32.73, and 14.33 g/ 100 gram. The crude fiber was 2.23% in cookies using
formula of maize flour : tempeh flour (70:30) and 2.54% in cookies using instant formula. Most of the panelist
(primary school children) quite like the cookies with giving scores averagely 3.6, 3.6, and 3.7 for flavor, colur,
and taste ( 1 5 scale). For jagung bose the formula with the highest energy content was the formula of 100
grams parboiled waxy corn and 60 gram dried tempeh; 432 kcal/100 grams. The energy content was built of
64.2 gram carbohydrate, 10.4 grams fat, and 23.66 grams proteins. The crude fiber was 0.78%. From
organoleptic test, the average score were 3.4, 2.8, and 2.4 for color, flavour, and taste, respectively. Because
the process of making food base formula from maize and corn flour was quite simple and the nutritional
content of the products was relatively appropriate with the standard food and product for supplementary food, it
is suggested that the next research can be conducted to test the effectivity of the products for malnutrition
children and the optimalisation of the products for home industry.

You might also like