Professional Documents
Culture Documents
= =
n
T k nh
T k nh
n
n
T k E
n
T k E
n
b
b
b n
b n
e
e nh
e
e E
E
/
/
/
/
u
u
u
.(4)
Jika dimisalkan
T k
h
b
u
o = , maka persamaan (4) akan menjadi sebagai
berikut.
=
n
n
n
n
b
e
e
d
d
T k E
o
o
o
o) (
...........................................(5)
Selanjutnya dari hubungan
o
o
e
e
n
n
1
1
.....................(6), maka
diperoleh:
2
) 1 ( 1
1
o
o
o
o
o o
e
e
e d
d
e
d
d
n
n
.........................(7)
Dengan mensubstitusi persamaan (6) dan (7) ke persamaan (5), maka akan
didapat persamaan sebagai berikut
1
=
o
o
e
T k
E
b
................................................................(8)
Oleh karena
T k
h
b
u
o = , maka akan didapat suatu persamaan untuk energi
rata-rata sebuah osilator/mode getar sebagai berikut.
1
/
=
T k h
b
e
h
E
u
u
.............................................(9)
Oleh karena energi rata-rata sebuah mode getar diketahui, maka rapat
energi seluruh osilator dalam benda hitam dapat diukur dengar persamaan berikut
) (u
T
= u
u
u
t
u
u
u
d
e
h
c
d E
V
N
T k h
b
1
8 ) (
/
2
3
=
.....................(10)
Persamaan ini ternyata sesuai dengan kenyataan yang diperoleh pada
eksperimen, sehingga bencana ultraviolet yang diperkirakan akan terjadi,
sesungguhnya tidak ada. Keberhasilan Planck ini dalam mengatasi kelemahan
fisika klasik merupakan tonggak awal lahirnya fisika modern/Fisika Kuantum.
2. Efek Fotolistrik
Sejarah Efek Foto Listrik
Penemuan efek fotolistrik merupakan tonggak sejarah perkembangan
fisika kuantum. Pada saat itu orang-orang dihadapkan pada situasi yang
mana paham klasik yang telah mereka yakini sebelumnya terpaksa
dirombak menjadi paham baru. Konsepsi yang ada pada paham
sebelumnya yaitu menyatakan bahwa cahaya tersebut merupakan sebuah
gelombang. Paham baru yang muncul menyatakan bahwa cahaya sebagai
partikel. Konsepsi cahaya sebagai partikel ini merupakan cikal bakal yang
nantinya mampu menjelaskan gejala efek fotolistrik tersebut.
Paham baru yang muncul ini tidak diterima begitu saja olah masyarakan,
tetapi menimbulkan suatu polemik dimana cahaya sebagai gelombang
telah dibuktikan kehandalannya dalam menjelaskan difraksi, interferensi
dan polarisasi dimana gejala-gejala ini tidak mampu dijelaskan
berdasarkan paham cahaya sebagai partilel. Oleh karena itu para ahli
sepakat bahwa cahaya tersebut memiliki dualisme sifat yaitu cahaya
sebagai gelombang dan partikel.
Penemuan gejala efek foto listrik ini diawali oleh eksperimen Heinrich
Hertz melalui percobaan tabung lucutan. Ia mengemukakan bahwa lucutan
elektrik akan lebih mudah jika cahaya ultraviolet dijatuhkan pada electron
tabung lucutan. Ini membuktikan bahwa cahaya ultraviolet dapat mencabut
atau melepaskan electron dari permukaan logam. Pengamatan gejala efek
fotolistrik ini kemudian dilanjutkan oleh P. Lenard dan secara teoritis
dijelaskan oleh Einstein.
Proses Terjadinya Efek Fotolistrik.
Gambar
G
V
+
-
Potensiometer
a
Foton
Anoda Katoda
Voltmeter
Galvanometer
Elemen
Dari gambar di atas, untuk menghasilkan efek fotolistrik dipelukan sebuah
tabung yang difakumkan yang diisi dengan dua elektroda (katoda dan
anoda) yang dihubungkan dengan rangkaian eksternal. Cahaya
monokromatis ditembakkan menuju tabung yang kemudian mengenai
pelat anoda yang potensialnya dibuat lebih besar dari potensial katoda.
Untuk cahaya dengan frekuensi tertentu, ternyata galvanometer G
mendeteksi adanya arus listrik. Hal ini menunjukkan bahwa electron yang
dipancarkan pelat A tersebut mampu mencpai pelat K. hal ini juga berarti
bahwa ketika terlepas dari pelat A electron sudah memiliki energi kinetic
yang cukup besar untuk menembus potensial penghalang yang dipasang
antara pelat A dan K. untuk menghentikan gerakan electron ini diperlukan
suatu potensial penghalang V. Besarnya potensial penghalang (V
S
) ini
dapat diatur dengan menggeser ke kiri atau ke kanan titil a pada
potensiometer. Menggeser titik a ke kiri berarti memperbesr hambatan
potensiometer akibatnya tegangan/potensial antara anoda dengan katoda
mengecil, dan sebaliknya apabila titik a digeser ke kanan, hambatan
potensiometer akan mengecil, akibatanya tegangan antara anoda dengan
kaotoda membesar. jika V diperbesar maka jumlah electron yang
mencapai pelat K akan berkurang sehingga arusnya menjadi semakin
kecil. Hingga pada beda potensial (V) tertentu electron-elektron ini tidak
bergerak sehingga tidak ada arus yang mengalir. Potensial (V) ini disebut
potensial pemberhenti yang dilambangkan dengan
0
V .
Energi kinetic electron-foto ini dapat diketahui dari nilai
0
V . Berdasarkan
prinsip kekekalan energi dinyatakan bahwa energi kinetic electron-foto
tercepat sama dengan
0
.V e . Jika dirumuskan secara matematis maka maka
energi kinetic maksimum adalah
0 max
.V e K =
(1)
Adapun suatu syarat untuk dapat mewujudkan fenomena efek fotolistrik
adalah bahwa frekuensi foton yang diberikan pada plat haruslah lebih
besar daripada nilai frekuensi ambang (
0
).
Grafik diatas menunjukkan bahwa jika frekuensi cahaya yang digunakan
kurang dari
0
maka tidak diperlukan potensial pemberhenti. Tidak
diperlukannya potensial pemberhenti ini menunjukkan bahwa tidak ada
elektron yang dilepaskan. Jika electron tidak ada yang lepas maka tidak
akan terjedi efek fotolistrik. Dapat disimpulkan bahwa agar terjadi efek
fotolistrik maka diperlukan foton dengan frekuensi yang melebihi nilai
frekuensi ambang (
0
).
Dari garif di atas dapat diperoleh hubungan bahwa
0
V sebanding dengan
0
. Kesebandingan ini dapat diubah menjadi kesamaan dengan
menggunakan kesebandingan h/e dengan e menyatakan muatan electron
dan h suatu tetapan yang berdimensikan energi kali waktu. Secara
matematis dapat dirumuskan:
K
cu
0
u
cs
0
u k
0
u
cs
cu
0
V
0 0
. u u h h V e = .(2)
Dari persamaan (1) dan (2) maka:
0 max
u u h h K =
0 max
. u u h K h + = ...(3)