You are on page 1of 12

FIXED ASSET, INTANGIBLE ASSET AND INVESTMENT

Aktiva tetap adalah elemen utama dari kekayaan perusahaan yang berjumlah besar
dan mengalami penyusutan dalam satu periode. (UNTUK TAU SEPUTAR
PENGERTIAN/DEFINISI AKTIVA/ASET TETAP KLIK
INIhttp://shantycr7.blogspot.com/2013/06/pengertian-aktiva-tetap-lengkap.html. Penentuan
besarnya jumlah biaya penyusutan aktiva tetap ini merupakan masalah penting didalam
perusahaan, karena besar kecilnya investasi yang tertanam didalam aktiva tetap
mempengaruhi dan efektifitas perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pada
keuntungan perusahaan. Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yakni membeli
secara tunai, membeli secara kredit atau angsuran, pertukaran, penerbitan, dibangun sendiri
dan sumbangan atau donasi. Cara perolehan aktiva tetap tersebut akan mempengaruhi
pencatatan harga perolehan.
Semua aktiva tetap yang dipergunakan dalam perusahaan baik yang masih baru maupun yang
lama memerlukan biaya perawatan dan pemeliharaan agar kegunaan aktiva tetap tersebut
sesuai dengan yang direncanakan perusahaan. Aktiva tetap yang dipergunakan lama
kelamaan mengalami kerusakan, keausan dan susut, baik karena dipakai maupun karena
pengaruh lama kecuali tanah. Oleh karena itu maka terhadap aset tetap tersebut harus
diadakan penyusutan sesuai dengan umur dan masa manfaatnya



Pengertian Penyusutan Aktiva Tetap
Penyusutan aktiva tetap (depresiasi), adalah bentuk pengalokasian harga perolehan
aktiva tetap sebagai beban periode akuntansi dalam masa manfaat aktiva tetap tersebut. Nilai
aktiva tetap turun setiap saat, sehingga setelah habis masa penggunaannya dianggap sudah
tidak memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan.
Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2005:507) : Penyusutan adalah alokasi harga
perolehan dan biaya secara sistematis dan rasional sepanjang umur manfaat aktiva tetap yang
bersangkutan (Sondik, 2013). Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) PSAK
No. 17 : Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang
masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke
pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Harahap (2002:53) : Penyusutan adalah pengalokasian harga pokok aktiva
tetap selama masa penggunaannya atau biaya yang dibebankan terhadap produksi akibat
penggunaan aktiva tetap itu dalam proses produksi. Semua aktiva tetap akan disusutkan
kecuali tanah, untuk itu perlu diadakan kebijaksanaan untuk mengalokasikan aktiva tetap
selama masa manfaat yang diberikan. Pengalokasian itu disebut penyusutan
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa penyusutan adalah
pengalokasian harga perolehan aktiva tetap berdasarkan masa manfaatnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Beban Penyusutan
Menurut Smith dan Skousen (Sondik, 2013) ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan yaitu :
a. Harga perolehan
Harga perolehan yaitu sejumlah uang yang dikeluarkan dalam memperoleh aktiva
tetap hingga siap digunakan.
b. Nilai residu atau nilai sisa
Nilai sisa atau nilai residu adalah jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada
saat aktiva tidak digunakan lagi. Menurut IAI (2002:16), Nilai Residu adalah jumlah yang
diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari pelepasan asset, setelah dikurangi taksiran
biaya pelepasan, jika asset tersebut telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada
akhir umur manfaatnya.
Menurut PSAK No.16 Aset Tetap (Revisi 2007) nilai residu aset adalah jumlah yang
diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi taksiran
biaya pelepasan, jika aset tersebut telah mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada
akhir umur manfaatnya.
Pada umumnya nilai residu ditetapkan sebesar nol pada akhir masa manfaat. Jika
merujuk pada kondisi tersebut, ketika suatu aset habis masa manfaatnya, Aset tetap tersebut
sebenarnya masih memiliki nilai residu yang nilainya lebih besar dari estimasi nilai residu
yang ditetapkan sebesar nol. Sehingga kurang relevan jika aset tetap yang telah habis masa
manfaatnya namun masih dapat digunakan dalam mendukung kegiatan operasional nilai
residunya diakui sebesar nol. Penetapan estimasi nilai residu dapat menggunakan data historis
2-3 tahun terakhir. Data tesebut dapat berupa hasil lelang/penjualan aset tetap.
Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap harus di-review minimum setiap akhir
tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya maka
perbedaan tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan
PSAK No. 25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Koreksi Kesalahan
Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntan
c. Masa manfaat
Umur manfaat didefenisikan dalam PSAK 16 sebagai suatu periode dimana aset
diharapkan akan digunakan oleh perusahaan, atau sebagai jumlah produksi atau unit serupa
yang diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut oleh perusahaan.
Masa manfaat yaitu taksiran jangka waktu penggunaan aktiva tetap itu dalam kegiatan
produksi. Masa manfaat terbatas karena beberapa faktor yaitu :
- Faktor fisik yang membatasinya adalah keausan dan kecacatan, kemerosotan nilai dan
pembusukan, dan kerusakan atau destruksi.
- Faktor fungsional yang membatasinya adalah ketidaklayakan dan keuangan.
PSAK 16 menyebutkan bahwa estimasi umur manfaat aset yang dapat disusutkan
adalah persoalan penilaian yang pada umumnya berdasarkan pengalaman perusahaan yang
memiliki aset serupa. PSAK 16 juga menyatakan bahwa umur manfaat aset yang dapat
disusutkan harus di review minimum setiap akhir tahun buku (paragraf 51). Perubahan
estimasi umur manfaat diperhitungkan sebagai perubahan estimasi akuntansi berdasarkan
PSAK 25 serupa dengan perubahan nilai residu.
d. Pola penggunaan
Untuk menandingkan harga perolehan aktiva terhadap pendapatan, beban penyusutan
harus mencerminkan setepat mungkin pola produksi. Jika aktiva menghasilkan suatu pola
pendapatan yang bervariasi, maka beban penyusutannya juga harus bervariasi dengan pola
yang sama. Bila penyusutan diukur dalam satuan faktor waktu, pola penggunaannya harus
diestimasikan.

Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Metode penyusutan terdiri dari:
1. Metode Garis Lurus (straight line method), cirinya: sederhana, penyusutan per periode
tetap, tidak memperhatikan pola pengunaan aktiva tetap.
Penyusutan = (Harga perolehan - Nilai sisa) : Umur ekonomis.
Atau
Tarif Penyusutan = 100% : Umur ekonomis
Penyusutan = Tarif * Harga Perolehan
Misalnya:
Awal 2001 diperoleh peralatan dengan harga perolehan sebesar Rp. 10.100.000,- dan
diperkirakan dapat digunakan selama 5 tahun dengan nilai sisa Rp. 100.000,-
Beban penyusutan/thn = (10.100.000 100.000) : 5 = Rp. 2.000.000,-.
Skedul Penyusutan:
2. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method), menghasilkan beban penyusutan
yang semakin menurun setiap periode. Ciri-cirinya : tarif penyusutan tetap dan merupakan
dua kali tarif garis lurus, beban penyusutan per periode semakin menurun, perhitungan
penyusutan tanpa memperhatikan estimasi nilai sisa , metode ini selalu menghasilkan angka
yang harus dibulatkan pada akhir umur ekonomis.
Misal:
Awal 2001 diperoleh peralatan dengan harga perolehan Rp. 13.000.000,- dan estimasi nilai
sisa Rp. 1.000.000,- diperkirakan umur ekonomis peralatan tersebut 5 tahun.
Beban penyusutan = Tarif Garis Lurus * 2
= (100% : 5) * 2
= 40%
Skedul penyusutan:


3. Metode Unit Aktivitas (Units of Activity Method), akan menghasilkan beban penyusutan
yang berfluktuasi setiap periode, tergantung besar kecilnya aktivitas yang dilakukan. Cirinya:
beban penyusutan per periode berfluktuasi, tarif penyusutan tetap, diperhatikan pola
penggunaan.
Tarif Penyusutan = (Harga Perolehan Nilai Sisa) : Estimasi Aktivitas
Penyusutan = Tarif Penyusutan * Aktivitas yang dilakukan.
Misalnya:
Awal 2001 diperoleh peralatan dengan harga perolehan Rp. 10.100.000,- dengan estimasi
nilai sisa Rp. 100.000,- diperkirakan dapat digunakan selama 100.000 jam. Penggunaan
peralatan tersebut adalah pada tahun 2001 sebanyak 20.000 jam, tahun 2002 sebanyak 30.000
jam, tahun 2003 sebesar 10.000 jam, tahun 2004 sebanyak 40.000 jam.
Beban penyusutan :
Tarif/jam = (10.100.000 100.000) : 100.000 jam
= Rp. 100/jam
Skedul penyusutan:


4. Metode Jumlah Angka Tahun. Menghasilkan beban penyusutan periodik yang stabil
menurun selama estimasi umur manfaat aktiva itu. Pecahan yang semakin kecil berturut-turut
diterapkan setiap tahun pada harga pokok awal aktiva itu dikurangi estimasi nilai residu.
Dalam metode ini, harus dihitung dulu jumlah penyebutnya dengan rumus:
(N + 1)
S= N x -----------
2

S = Penyebut
N = taksiran umur manfaat

Contoh (dipakai pada awal tahun)
Harga perolehan Mesin (rupiah) 16.000
Taksiran nilai sisa (nilai residu) 1.000
Taksiran umur manfaat (tahun) 5
Tanggal pemakaian 01 Jan95


Sebelum menghitung beban penyusutan, hitung terlebih dulu penyebutnya:
S = 5 * ((5 + 1) / 2)
S = 15
atau dengan cara lain yaitu:
S = 5 + 4 + 3 + 2 + 1
S = 15








Tahun Beban
Penyusutan
Akumulasi
Penyusutan
Nilai Buku
0 16.000
1 5.000 5.000 11.000
2 4.000 9.000 7.000
3 3.000 12.000 4.000
4 2.000 14.000 2.000
5 1.000 15.000 1.000

5. Metode-metode Khusus. Pembebanan depresiasi atau penyusutan bisa dilakukan tidak
dengan dasar alokasi harga perolehan, tetapi dengan menggunakan dasar-dasar yang lain.
Metode ini dapat diterima jika terdapat kesulitan-kesulitan untuk menghitung penyusutan
dengan cara yang biasa. Biasanya metode-metode khusus ini dipakai untuk membebankan
penyusutan alat-alat kerja yang dimiliki dalam jumlah yang besardan digunakan dalam
perusahaan-perusahaan jasa umum.
Metode perhitungan penyusutan yang khusus antara lain sistem penilaian/persediaan,
sistem pemberhentian, dan sistem penggantian.
2.4 Perlakuan Penyusutan Tanah dan Bangunan
Menurut PSAK 16 paragraf 63, metode penyusutan yang berlaku adalah metode garis
lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing balance method), metode
jumlah unit (sum of the unit method). Metode garis lurus menghasilkan pembebanan yang
tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah. Metode saldo menurun
menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset. Metode jumlah unit
menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan dari
suatu aset. Metode penyusutan aset dipilih oleh perusahaan berdasarkan kebijakan dan
keadaan serta kondisi perusahaan. Pemilihan metode penyusutan juga dapat dipengaruhi oleh
jenis aset tetap. Dalam PSAK 16 paragraf 64 juga dibahas tentang penurunan nilai atau yang
sering disebut dengan impairment, dimana terkait dengan PSAK 48 yang menjelaskan
bagaimana entitas me-reviewjumlah tercatat asetnya, bagaimana menentukan jumlah
terpulihkan dari aset dan kapan mengakui atau membalik rugi penurunan nilai (kecuali
tanah). Menurut paragraf 76, diperlukan pertimbangan sesuai kebijakan yang dipilih
manajemen untuk metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset.

Aktiva Tetap Tak Berwujud yang bahas Inggrisnya I ntangible Assetmerupakan aktiva tetap
yang secara fisik tidak dapat dilihat bentuknya, akan tetapi memberikan kontribusi nyata bagi
perusahaan.


Contoh Aktiva Tetap Tak Berwujud (I ntangible Asset)

Berikut adalah contoh-contoh Aktiva Tetap Tak Berwujud yang lumrah kita temui dalam
dunia usaha :

a. Hak Sewa (Lease Hold)

Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu (sewa tempat usaha, sewa gedung,
sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh pejabat
pembuat akte (notaris). Hak sewa dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak berwujud) karena dua
alasan :

(-) Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain, atas
sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan memberikan manfaat
kembali (berpotensi menghasilkan kas atau manfaat) di masa yang akan datang.

(-) Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan dinikmati
oleh perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu tahun buku.

Melihat batasan (bisa dikatakan syarat) di atas, maka kita dapat memilah-milah atas kejadian
sewa, apakah dibukukan sebagai aktiva tetap tak berwujud atau sebagai biaya sewa.


Contoh Kasus :

Tempat Usaha (Tanah dan Gedung) PT. Royal Bali Cemerlang diperoleh dengan cara
menyewa selama 30 Tahun, dengan membayar sebesar Rp 750,000,000,-. Dalam perjalanan
usahanya PT. Royal Bali Cemerlang juga menyewa sebuah mobil pick-up disewa Rp
150,000/hari.


Mengacu pada batasan aktiva tetap tak berwujud atas Hak Sewa yang telah disebutkan
sebelumnya, maka transaksi sewa yang ada pada PT. Royal Bali Cemerlang hendaknya
diperlakukan sebagai berikut :



Pencatatan :

Atas sewa tanah dan gedung di catat sebagai aktiva tak berwujud :

Pada saat pembayaran sewa dicatat :

[-Debit-]. Lease Hold = Rp 750,000,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 675,000,000.-
[-Credit-]. PPh Pasal 4(2) = Rp 75,000,000,-

Pada saat penyetoran PPh Pasal 4(2) :

[-Debit-]. PPh Pasal 4(2) = Rp 75,000,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 75,000,000,-
Penjelasan :

(-). Transaksi sewa ini diakui sebagai perolehan Aktiva Tetap Tak Berwujud (intangible
asset) yaitu berupa Hak sewa (Lease Hold), karena sewa tersebut berjangka waktu 30 tahun,
yang artinya atas cost sewa yang dikeluarkan sekarang, perusahaan akan memperoleh
manfaat (menjadikannya sebagai tempat usaha) untuk masa waktu yang lebih dari satu tahun
buku, untuk itu transaksi sewa ini eligable diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud.

(-). Persewaan suatu aktiva, merupakan Taxable Object, yaitu PPh Pasal 4 (2), diakui
sekarang atau nanti tetap akan mengakui. Jika tidak di akui sekarang toh nanti akan dikoreksi
oleh pihak kantor pajak. Mengingat Conservatism principle, bukankah setiap potensi
pengeluaran maupun kewajiban, hendaknya diakui sesegera mungkin ?. (Khusus Menganai
PPh Pasal 4 (2) kita akan bahas di artikel lain :-) )


Atas sewa mesin & mobil dicatat sebagai biaya :

Pada saat pembayaran sewa dicatat :

[-Debit-]. Biaya Sewa = Rp 150,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 135,000,-
[-Credit-]. PPh Pasal 23 = Rp 15,000,-
Pada saat pembayaran PPh Pasal 23 :
[-Debit-]. PPh Pasal 23 = Rp 15,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 15,000,-

Catatan :

Sewa mobil yang biayar harian langsung diakui sebagai biaya, karena atas pengeluaran
perusahaan sebesar Rp 150,000,- perusahaan hanya akan memperoleh manfaat selama satu
hari (kurang dari 1 tahun buku).

Sewa jenis ini adalah obyek PPh Pasal 23, dimana perusahaan bertindak selaku pemotong.
(Lebih detail mengenai PPh Pasal 23 akan kita bahas pada artikel lain :-) ).

b. Organization Cost.

Adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang terjadi sehubungan dengan set-up
perusahaan sebelum beroperasi, contohnya : pembayaran kepada notaris. Pengeluaran ini
diakui sebagai perolehan aktiva tak berwujud, karena atas pengeluaran tersebut perusahaan
akan memperoleh manfaat yang lebih dari satu tahun buku juga, yaitu selama perusahaan
masih beroperasi.

c. Perijinan (Permit & Licences)

Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah maupun
pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang usahanya. Ijin-ijin
perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka ijin
tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau aktivitas
tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30 tahun, yang
artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu Ijin diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud.

d. Hak Patent

Hak Patent adalah hak yang diperoleh atas suatu penemuan tertentu. Dimana atas penemuan
tersebut, penemu akan memperoleh manfaat tertentu untuk kurun waktu tertentu dan dapat
diperpanjang. Penemuan tersebut bisa berupa suatu produk, atau rekayasa, atau formula, atau
system, atau cara tertentu.

e. Merk Dagang (Trade Mark)

Merk Dagang (Trade Mark) yang biasa disingkat TM, adalah hak yang diperoleh atas suatu
merk komersial tertentu. Hak ini bisa berupa logo, tulisan, bentuk, symbol, atau
kombinasinya, yang mewakili suatu organisasi/perusahaan tertentu.

f. Hak Penggandaan (Copyright)

Copyright adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa karya ilmiah, puisi,
novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau scenario film tertentu.
Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan mengedarkannya.

g. Franchise

Adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau memasarkan
produknya, sekaligus mengikuti pola usaha, cara pengelolaan, penggunaan logo maupun
penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang memberikan hak
franchise.

h. Goodwill

Adalah kelebihana-kelebihan, keistimewaan tertentu yang dimiliki oleh perusahaan, yang
oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak lain. Kelebihan/keisitimewaan tersebut bisa
karena perusahaan memiliki reputasi manajemen yang sangat bagus, menghasilkan suatu
produk unggul yang sulit dicari pesaingnya, letaknya strategis, dan lain-lain.

Catatan penting : Goodwill hanya diakui (dibuatkan perkiraan) jika terjadi suatu transaksi,
yang mana dalam transaksi tersebut perusahaan dinilai lebih oleh pihak lain. Transaksi yang
dimaksudkan bisa berupa : penjualan perusaahaan, bergabung/berhentinya sekutu (anggota
persero) baru, merger atau akuisisi.


Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Tak Berwujud

Pada dasarnya permasalahan akuntansi atas aktiva tetap tak berwujud (intangible asset) sama
saja dengan aktiva tetap berwujud, yaitu :

1. Perolehan (Acquisition Cost)

Sama halnya dengan Tangible Asset, Perolehan atas Intangible Asset juga dicatat sebesar
nilai faktur ditambah dengan pengeluaran-pengeluaran yang menyertainya.
2. Pengeluaran-Pengeluaran setelah perolehan (Expenditures)

Jika terjadi pengeluaran-pengeluaran setelah perolehan, maka konsep kapitalisasi maupun
pembebanannya sama saja dengan tangible asset (aktiva tetap berwujud).
3. Amortisasi (Amortization)

Amortisasi adalah pengalokasian harga perolehan ke beban usaha (biaya), yang pada aktiva
tetap dikenal dengan depresiasi (penyusutan). Penghitungan maupun pencatatan atas
amortisasi sama saja dengan cara penghitungan maupun pencatatan atas penyusutan aktiva
tetap berwujud.

Hal penting yang perlu diketahui :

(-). Amortisasi kebanyakan merupakan biaya usaha dan jarang digolongkan ke dalam harga
pokok produksi, kecuali merk dagang yang memang digolongkan ke dalam kelompok harga
pokok penjualan.

(-). Amortisasi lebih baik jika dihitung menggunakan metode garis lurus saja, karena pada
dasarnya intangible asset tidak dipengaruhi, bahkan tidak ada hubungannya dengan output
produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

4. Pelaporan (disclosure)

Intangible asset dilaporkan hanya nilai bersihnya (net value) setelah dikurangi akumulasi
amortisasinya. Akumulasi amortisasi tidak pernah dimnculkan di dalam neraca.
Khusus mengenai Perlakuan Goodwill, lebih jauh dan lebih detail lagi dapat di baca di artikel
lain:PERLAKUAN GOODWILL , disana dilengkapi dengan jurnal dan contoh kasusnya.

You might also like