You are on page 1of 9

1.

Metode Numerik Transien


Hingga sekarang ini, pada ilmu Perpindahan Kalor, sudah banyaak sekali analitis atas
penyelesaian soal-soal yang berhubungan dengan ilmu Perpindahan Kalor konduksi.
Namun demikian, dalam banyak hal situasi praktis dalam berbagai kondisi batas geometri
(dimensi) sedemikian rupa sehingga penyelesaian analitisnya sangat sulit dilakukan.
Maka, untuk situasi yang demikian, pendekatan yang paling berhasil dilakukan adalah
yang berdasarkan atas teknik beda-berhingga (finite-difference technique), yang akan kita
jelaskan dasar-dasarnya di bawah ini.
Dasar dari teknik peritungan Metode Numerik Transien ini adalah berawal dari benda
dua-dimensi (dimensi rangkap) yang dibagi atas sejumlah jenjang tambahan kecil yang
sama bentuk dan besarnya pada arah x dan arah y, yang dimana dapat kita lihat pada
gambar yang dibawah ini:

Sumber: J.P Holman, Perpindahan Kalor. Edisi ke enam (Halaman 79)
Titik-titik node diberi tanda seperti gambar diatas, lokasi m menunjukan tambahan pada
arah x, dan lokasi n menunjukan tambahan kalor pada arah y.
Sehingga, untuk menentukan persamaan analisis Metode Numerik Transiennya, kita
gunakan rumus dasar perpindahan kalor pada kondisi keadaan tak-tunak (unsteady state):

. (1)

Dan jika pada dimensi rangkap (dua dimensi) rumusnya menjadi:
(

.(2)

Dengan

(difusifitas termal), (massa jenis), dan c (kalor jenis), maka rumusnya


menjadi suatu persamaan yang dimana disebut sebagai Persamaan Beda:
(

.(3)

Pada analisis metode numerik dasar, terdapat suatu gradient atau landaian (temperature
gradient) dapat dituliskan dari beberapa pendekatan sebagai berikut:

()

()

)

Sehingga disini kita dapat membuat suatu persamaan beda mengenai perubahan suhu
pada waktu tertentu (), bukan terhadap perubahan waktu:


Dalam persamaan beda diatas ditunjukkan suatu adanya pertambahan waktu (time
increment). Dengan substitusi, maka kita peroleh persamaan Metode Numerik Transier
pada keadaan tak-tunak dua dimensi:

()

()

()

Jika pada setiap node besar suhunya diketahui setiap waktu penambahan , maka besar
suhu pada waktu penambahan itu dapat dicari, dengan menotasikan nilai suhu tersebut

. Selain itu, kita dapat menganggap x = y jika kita melihat pada gambar diatas
memiliki ukuran yang sama panjang, sehingga rumus pada persamaan (4) dapat
digunakan untuk mencari nilai

yang merupakan suhu pada saat penambahan tadi:

()

) [

()

()

()

( )
Jika pada persamaan diatas dipilih suatu tambahan waktu dan jarak sedemikian rupa
(sebarang), maka diasumsikan sistem berupa pada 4 arah (m+1, m-1, n+1, dan n-1),
sehingga

()



Persamaan (5) dan asumsi dibawahnya digunakan ketika suatu sistem ditinjau
berdasarkan dua dimensi (x dan y), sehingga memiliki node m dan node n. Jika suatu
sistem ditinjau terhadap dimensi tunggal, maka persamaannya hanya terdapat satu node:

()

) [

()

()

Dapat dikatakan bahwa pada sistem tunggal persamaan (6) diatas sistem hanya berubah
pada 2 arah, yaitu m positif (m+1) dan m negatif (m-1). Sehingga
()

.Gambar
situasinya dapat dilihat pada gambar Catatan 1 pada lampiran.

Dari penjelasan di atas kita dapat menganggap suatu parameter M, dimana:

()

, sehingga


Dimana jika nilai parameter M pada masing-masing dimensi bergerak kearah negatif (4-
negatif, atau 2-negatif), maka nilai

(pada dimensi rangkap) dan nilai

(pada
dimensi tunggal) menjadi nilai negatif dan melanggar hukum Termodinamika II. Oleh
karena itu kita harus membatasi nilai M tersebut, dimana:

()

{




Untuk penerapan Metode Numerik Transien pada beberapa aplikasi akan dijelaskan pada
bagian Catatan 1 pada lampiran.

2. Analisis Grafik dengan Grafik Schmidt
Para pekerja teknik dan para ilmuan menggunakan metode analisis grafik sebelum
dimana masa pada saat ditemukannya komputer, dengan ditemukannya komputer maka
metode analisisnya beralih dari yang tadinya menggunakan grafik Schmidt ke Metode
Numerik Transien yang menggunakan komputer.

Metode analisis grafik Schmidt ini pada umumnya digunakan pada sistem yang ditinjau
secara dimensi tunggal (node m). Metode node inilah yang nantinya selanjutnya
diterapkan pada metode Numerik Transien. Penggunaan metode analisis grafik Schmidt
yang lebih memilih sistem dimensi rangkap karena disebabkan nilai parameter M pada
dimensi tunggal sama dengan 2.

()


Sehingga suhu pada setiap node m pada tambahan waktu ialah rata-rata aritmetik dari
suhu node-node disebelahnya pada awal penambahan waktu, dan disini kita dapat
menganggap suhu pada awal penambahan waktu tersebut bervariasi, mari kita lihat
gambar di hal 174 pada buku Perpindahan Kalor.

Pada gambar diagram lapisan benda di lampiran kita melihat bahwa lapisan suatu benda
dibagi atas beberapa bagian (x) yang sama besar dengan arah m, dan garis paling kiri
dapat kita anggap sebagai batas permukaan benda yang dimana berada pada titik m-1
dengan suhu

. Jika kita menganggap bahwa pada keadaan m adalah keadaan tinjauan


awal, maka pada titik m suhunya akan disebut sebagai

. Jika nilai

dan nilai


diketahui, dengan memplot nilai tersebut terhadap garis arah vertikal (sumbu suhu T)
pada diagram lapisan benda dan menarik garis lurus dari titik

(awal) ke titik


(arah negatif m), maka dengan meneruskan garis lurus tersebut ke arah m+1, maka kita
dapat memperoleh nilai suhu yang terletak pada titik m+1 yang disebut

. Metode ini
sungguh sangat mdah dilakukan.

Beberapa kondisi lainnya juga ditunjukkan pada buku Perpindahan Kalor halaman 175.
Dimana pada gambar tersebut ditunjukkan situasi benda yang dibagi beberapa bagian x
atas diagram Schmidt dengan keadaan awalnya pada titik m. Pada situasi ini titik m
merupakan titik pada permukaan benda, sehingga suhu pada permukaan disini dinotasitan
sebagai T
m
. Pada kondisi ini suhu lingkungan luar benda diketahui dengan notasi

.
Dengan memplot titik T
m
dan

dan menarik garis lurus, dan jika garis itu diteruskan


pada arah m+1, maka diperolehlah suhu bagian dalam benda pada titik m+1 dengan
notasi

.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode analisis grafik
Schmidt, maka dapat ditemukan suatu hubungan deret aritmatika dengan pembagi yang
sama besar, yaitu pada bagian jarak lapisan benda (x).

3.



Gambar 2. Aliran transien dalam benda padat semi-tak-berhingga
Sumber: J.P. Holman. Perpindahan Kalor

Suatu benda padat semi tak-berhingga dengan suhu awal T
1
. Suhu permukaannya
tiba-tiba diturunkan hingga menjadi T
0
. Untuk mendapat aliran kalor pada posisi x,
digunakan persamaan

()
Sehingga, aliran kalor pada permukaan benda (x = 0) adalah

()
Bila distribusi suhu awal dianggap seragam. Dapat diberikan fluks kalor awal
permukaan yang tetap sebesar q
0
/A pada permukaan. Dengan demikian, kondisi awal
dan kondisi batasnya menjadi
T
1
= T(x,0) (3)

()
Sehingga kasus ini dapat diselesaikan dengan

) ()

4.
Pada keadaan tak-tunak (unsteady state), terdapat suatu analisis yang dapat memudahkan
dalam mencari nilai suhu terhadap suatu perubahan waktu tertentu. Seperti yang dibahas pada
pemicu sebelumnya bahwa untuk mencari suatu nilai laju perpindahan kalor dapat
menggunakan fungsi perubahan suhu terhadap waktu, tetapi penyelesaiannya sangat rumit.
Oleh karena penyelesaian yang sangat rumit itulah dianjurkan untuk menggunakan metode-
metode analisis tertentu untuk menghitung perubahan suhunya terhadap waktu terlebih
dahulu. Perhitungan tersebut dapat secara manual (dengan menggunakan metode kapasitas
tergabung), dan ada juga yang menggunakan komputerisasi, yang dimanasebagai contoh seperti
metode numerik Transien.
Selain dengan adanya Metode Mumerik Transien, juga terdapat metode analisis lainnya,
yaitu analisis Grafik Schmidt dan analisis Tahanan Termal. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa ketiga analisis diatas merupakan metode analisis yang dapat memudahkan dalam
menganalisis keadaan tak tunak.
3. Metode Numerik Transien
Dasar dari teknik peritungan Metode Numerik Transien ini berawal dari
benda dua-dimensi (dimensi rangkap) yang dibagi atas sejumlah jenjang tambahan
kecil yang sama bentuk dan besarnya pada arah x dan arah y, yang dimana dapat kita
lihat pada gambar yang dibawah ini:

Gambar 3. Benda Dua Dimensi
Sumber: J.P Holman, Perpindahan Kalor. Edisi ke enam (Halaman 79)

Titik-titik node diberi tanda seperti gambar diatas, lokasi m menunjukan tambahan
pada arah x, dan lokasi n menunjukan tambahan kalor pada arah y. Untuk
menentukan persamaan analisis Metode Numerik Transiennya, dapat digunakan
rumus dasar perpindahan kalor pada kondisi keadaan tak-tunak (unsteady state):

()

Dan jika pada dimensi rangkap (dua dimensi) rumusnya menjadi:
(

()

Dengan

(difusifitas termal), (massa jenis), dan c (kalor jenis), maka


rumusnya menjadi suatu persamaan yang dimana disebut sebagai Persamaan Beda:
(

()
Pada analisis metode numerik dasar, terdapat suatu gradient atau landaian
(temperature gradient) dapat dituliskan dari beberapa pendekatan sebagai berikut:

()

) ()

()

) ()

Kemudian kita dapat membuat suatu persamaan beda mengenai perubahan suhu
pada waktu tertentu (), bukan terhadap perubahan waktu:


()
Dalam persamaan beda diatas ditunjukkan suatu adanya pertambahan waktu
(time ncrement). Dengan substitusi, maka kita peroleh persamaan Metode Numerik
Transier pada keadaan tak-tunak dua dimensi:

()

()

()

Jika pada setiap node besar suhunya diketahui setiap waktu penambahan ,
maka besar suhu pada waktu penambahan itu dapat dicari, dengan menotasikan
nilai suhu tersebut

. Selain itu, kita dapat menganggap x = y jika kita melihat


pada gambar diatas memiliki ukuran yang sama panjang, sehingga rumus pada
persamaan (21) dapat digunakan untuk mencari nilai

yang merupakan suhu


pada saat penambahan tadi:

()

) [

()

()

()

( ) ()
Jika pada persamaan diatas dipilih suatu tambahan waktu dan jarak
sedemikian rupa (sebarang), maka diasumsikan sistem berupa pada 4 arah (m+1, m-
1, n+1, dan n-1), sehingga
()

(24)

Persamaan (23) dan asumsi dibawahnya digunakan ketika suatu sistem
ditinjau berdasarkan dua dimensi (x dan y), sehingga memiliki node m dan node n.
Jika suatu sistem ditinjau terhadap dimensi tunggal, maka persamaannya hanya
terdapat satu node:

()

) [

()

()

Dapat dikatakan bahwa pada sistem tunggal persamaan (24) diatas sistem
hanya berubah pada 2 arah, yaitu m positif (m+1) dan m negatif (m-1).
Sehingga
()

.
Dari penjelasan di atas kita dapat menganggap suatu parameter M, dimana:

()

, sehingga

()
Dimana jika nilai parameter M pada masing-masing dimensi bergerak kearah
negatif (4-negatif, atau 2-negatif), maka nilai

(pada dimensi rangkap) dan nilai

(pada dimensi tunggal) menjadi nilai negatif dan melanggar hukum


Termodinamika II. Oleh karena itu kita harus membatasi nilai M tersebut, dimana:

()

{


()


4. Analisis Grafik dengan Grafik Schmidt

Metode analisis grafik Schmidt ini pada umumnya digunakan pada sistem
yang ditinjau secara dimensi tunggal (node m). Metode node inilah yang nantinya
selanjutnya diterapkan pada metode Numerik Transien. Penggunaan metode analisis
grafik Schmidt yang lebih memilih sistem dimensi rangkap karena disebabkan nilai
parameter M pada dimensi tunggal sama dengan 2.

()

()
Suhu pada setiap node m pada tambahan waktu ialah rata-rata aritmetik
dari suhu node-node disebelahnya pada awal penambahan waktu, dan disini kita
dapat menganggap suhu pada awal penambahan waktu tersebut bervariasi.
Pada gambar diagram lapisan benda pada halaman 174 Holman, kita melihat
bahwa lapisan suatu benda dibagi atas beberapa bagian (x) yang sama besar
dengan arah m, dan garis paling kiri dapat kita anggap sebagai batas permukaan
benda yang dimana berada pada titik m-1 dengan suhu

. Jika kita menganggap


bahwa pada keadaan m adalah keadaan tinjauan awal, maka pada titik m suhunya
akan disebut sebagai

. Jika nilai

dan nilai

diketahui, dengan memplot nilai


tersebut terhadap garis arah vertikal (sumbu suhu T) pada diagram lapisan benda
dan menarik garis lurus dari titik

(awal) ke titik

(arah negatif m), maka


dengan meneruskan garis lurus tersebut ke arah m+1, maka kita dapat memperoleh
nilai suhu yang terletak pada titik m+1 yang disebut

. Metode ini sungguh sangat


mdah dilakukan.

Beberapa kondisi lainnya juga ditunjukkan pada buku Perpindahan Kalor
halaman 175. Dimana pada gambar tersebut ditunjukkan situasi benda yang dibagi
beberapa bagian x atas Diagram Schmidt dengan keadaan awalnya pada titik m.
Pada situasi ini titik m merupakan titik pada permukaan benda, sehingga suhu pada
permukaan disini dinotasitan sebagai T
m
. Pada kondisi ini suhu lingkungan luar benda
diketahui dengan notasi

. Dengan memplot titik T


m
dan

dan menarik garis lurus,


dan jika garis itu diteruskan pada arah m+1, maka diperolehlah suhu bagian dalam
benda pada titik m+1 dengan notasi

.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode analisis grafik
Schmidt, maka dapat ditemukan suatu hubungan deret aritmatika dengan pembagi yang sama
besar, yaitu pada bagian jarak lapisan benda (x).

You might also like