You are on page 1of 4

Sifat Amalgam

1. Sifat Fisik Amalgam


a. Creep
Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara bertahap
yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk tumpatan amalgam,
tekanan mengunyah yang berulang dapat menyebabkan creep. ANSI-ADA
specification no.1menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam yang rendah
tembaga lebih rentan mengalami kerusakan di bagian tepi, dibandingkan dengan
amalgam yang tinggi kandungan tembaga. Amalgam dengan kandungan tembaga
yang tinggi mempunyai nilai creep yang jauh lebih rendah, beberapa bahkan kurang
dari 0,1%. Tidak ada data yang menunjukkan bahwa mengurangi nilai creep 1% akan
dapat mempengaruhi kerusakan tepi. Secara umum besarnya creep yang terjadi adalah
sebagai berikut (Craig, 2000):
Creep alloy konvensional>creep blonded alloy>creep alloykomposisi tunggal
Kekurangan amalgam yang memiliki tingkat creep tinggi akan mengalami kerusakan
marginal dan mengakibatkan menurunnya nilai estetik. Solusi (McCabe, 2008):
1) Meminimalkan fase gamma 2 saat setting
2) penambahan palladium dan indium
3) Stabilitas dimensional
Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada dimensinya dan
kemudian tetap stabil.Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan
dimensi adalah (McCabe, 2008):
1) Komposisi alloy: semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan
lebih besar pula expansi yang terjadi. Semakin besar jumlah tin, maka kontraksi
akan lebih besar.
2) Rasio mercuri/alloy: makin banyak mercuri, akan semakin besar tingkat
expansinya
3) Ukuran partikel alloy: dengan berat yang sama, jika ukuran partikel menyusut,
maka total area permukaan alloy akan meningkat. Area permukaan yang lebih
besar akan menghasilkan mercuri dengan kecepatan difusi ke partikel yang lebih
tinggi, saat triturasi. Hal ini akan mengakibatkan kemungkinan kontraksi lebih
tinggi saat tahap pertengahan.
4) Waktu triturasi: merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin lama
waktu triturasi, maka expansi akan lebih kecil.
5) Tekanan kondensasi: jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelah
triturasi, akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak terganggunya
difusi mercuri ke alloy.

b. Difusi termal
Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari dentin
sedangkankoefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari dentin yang
mengakibatkanmikroleakage dan sekunder karies. Solusinya dalah mengisolasi dan
menyekat dasar cavitas dengan semen amalgam (Craig, 2000).
c. Abrasi
Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah
substansi/zat, biasa disebutwear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada
tumpatan, yang mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya pecahan/puing amalgam
(Craig, 2000).
2. Sifat Biologi Amalgam
a. Alergi
Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang ditandai
dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitn bernafas, pembengkakan, dan gejala lain.
Dermaititis kontak atau reaksi hipersensitif tipe 4 dari Commbs mewakili efek
sampingfisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini
terjadi oleh kurang dari 1% dari populasi yang di rawat(Anusavice, 2004). Solusinya
adalah tidak menggunakan tumpatan amalgam (tumpatan jenis lain yang dipakai).
b. Toksisitas
Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa sudah mulai
dipertanyakan.Tidak diragukan bahwa air raksa merembes ke dalam struktur gigi.
Suatu analisis pada dentin dibawah tambalan amalgam mengungkapkan adanya air
raksa yang turut berperan dalam perubahan warna gigi.Sejumlah air raksa dilepaskan
pada saat pengunyahan tetepi kemungkinan keracunan dari air raksa yang menembus
gigi atau sensititasi terhadap garam-garam air raksa yang larut dari permukaan
amalgam sangat jarang terjadi. Kemungkinan yang paling menonjolbagi asimilasi air
raksa dari amalgam gigi adalah melalui tahap uapnya (Anusavice, 2004).
3. Sifat Mekanik Amalgam
Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan struktur tersebut
tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu struktur dengan struktur yang
lainnya. Dental amalgam adalah material yang brittle/rapuh. kekuatan tensile amalgam lebih
rendah dibanding kekuatan kompresif. kekuatan komperesif ini cukup baik untuk
mempertahankan kekuatan amalgam, tetapi rendahnya kekuatan tensile yang memperbesar
kemungkinan terjadinya fraktur/retakan. Faktor yang mempengaruhu kekuatan amalgam
(Anusavice, 2004):
a. Rasio mercury (Alloy): jika mercuri yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel
alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan
bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat
amalgam menjadi lebih rapuh
b. Ukuran dan Bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran partikel
yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles.
c. Porositas: sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi kekuatan.
d. Efek triturasi: efek ini tergantung pada jenis lugam campur amalgam, waktu triturasi,
dan kecepatan amalgamator.
Efek laju pengerasan amalgam menurut spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan
kompresif minimal adalah 80 Mpa pada 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang
kandungan tembaganya tinggi sangatlah besar.
4. Sifat Kimia Amalgam
Sifat kimia amalgam antara lain:
a. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik
Korosi galvanik atau bimetalik terjadi ketika kedua atau lebih logam berbeda atau
alloy berkontak dengan larutan elektrolit, dalam hal ini adalah saliva. Besarnya arus
galvanis dipengaruhi oleh lama/usia restorasi, perbedaan potensial korosi sebelum
berkontak dan daerah permukaa. Jarak yang cukup lebar/besar dihasilkan dan
berkontak elektrik dari beberapa restorasi secara in vivo. Untuk restorasi amalgam-
amalgam, perbedaan potensial korosi sebelum berkontak mungkin akan berguna
dalam memprediksi besarnya arus galvanis, yang mana paling tidak perbedaan keluar
adalah 24 V. Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanis bebarbanding
terbalik, artinya semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya,
semakin kecil arus galvanis yang dihasilkan (Craig, 2000).
b. Korosi
Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi struktur dan
properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan cervical.
Korosi dapat mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta memperpendek
keawetan penggunaannya (Craig, 2000).
c. Tarnis
Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang terlihat
dapat menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling terkenal adalah
campuran silver dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan
minuman (Craig, 2000).



Daftar pustaka:
Anusavice, Kenneth J. 2004. Philips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Edisi 10. Jakarta : EGC.
McCabe J. F. Walls A. 2008. Aplied Dental Material. 9th ed. Singapore: Blackwell
Publishing.
Craig, R. G. Et al. 2000. Dental Materials Properties and Manipulation 7th edition. Toronto: Mosby

You might also like