Professional Documents
Culture Documents
Skrining MSAFP mengukur tingkat dari protein yang disebut alfa feto protein (AFP) yang
dibentuk secara alami oleh fetus dan plasenta. Selama kehamilan normal sejumlah kecil dari AFP
biasanya melintasi plasenta dan memasuki peredaran darah ibu. Namun jika terdapat peningkatan
yang abnormal dari protein ini pada peredaran darah ibu mengindikasikan bahwa fetus
mengalami defek pada vertebra. Namun demikian uji MSAFP ini tidak spesifik untuk spina
bifida dan uji ini tidak dapat menentukan secara defenitif akan adanya masalah dengan fetus.
Dengan demikian bila terdeteksi peningkatan AFP dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
tambahan seperti Ultrasonografi atau Amniosentesis untuk menegakkan diagnosa.
(8)
Ultrasonografi dapat memberikan informasi mengenai penyebab peningkatan AFP antara lain
kelainan pada fetus ataupun jumlah fetus yang lebih dari satu. Pada spina bifida akan tampak
vertebra yang terbuka atau kelainan yang tampak pada otak bayi yang menindikasikan Spina
bifida.
(8)
Gambar 5. Teknik Amniosintesis
(8)
Pada Amniosintesis dilakukan pemeriksaan AFP yang berasal dari cairan amnion yang langsung
diambil dari kantong amnion dengan menggunakan jarum.
Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut :
X- Ray tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan
CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan luas dan lokasi kelainan
(15)
PENANGANAN
Tidak ada penanganan yang sempurna untuk spinabifida karena kerusakan jaringan syaraf
tidak bisa diganti atau diperbaiki. Tindakan pertama ditujukan pada perbaikan keadaan umum
dan mencegah pecahnya mielomeningokel. Tindakan yang dilakukan untuk kasus
mielomeningokel adalah operasi untuk menutup defek yang ada. Tindakan pembedahan untuk
menutup defek pada spinal biasanya dilakukan dalam 24 jam pertama setelah kelahiran untuk
meminimalkan infeksi dan memelihara fungsi dari spinal kord. Pemberian antibiotik yang
berspektrum luas memungkinkan untuk menunda tindakan operasi sampai beberapa saat.
Tindakan operasi penutupan ini dapat dilakukan bersamaan dengan operasi pintas bila kasus
tersebut juga disertai dengan hidrosefalus yang masif. Tujuan operasi adalah menutup medulla
spinalis dengan lapisan jaringan untuk mencegah masuknya bakteri dari kulit,mencegah
kebocoran liquor serta mempertahankan fungsi neurologis dari kerusakan berkelanjutan.
Penutupan benjolan yang pecah harus dikerjakan sedini mungkin untuk mencegah
meningitis atau kontaminasi. Bila benjolan masih utuh, pembedahan dapat ditunda sampai
berusia 5-6 bulan. Selama menunggu pembedahan, perawatan keadaan umum bayi diutamakan
ssambil mencegah kontaminasi pada benjolan, biasanya bayi dibaringkan telungkup dan benjolan
mielomeningokel ditutup dengan kain steril yang dibasahi larutan salin atau garam fisiologis.
(2,4,5,9))
Pada kelainan dengan sinus spinal pembedahan hanya dikerjakan bila dikhawatirkan
kemungkinan infeksi retrograd. Pembedahan dilakukan dengan eksisi seluruh sinus dan kista
dermoid yang menyertainya. Pada kelainan dengan lipoma lumbosakral, pembedahan sebaiknya
segera dilakukan karena makin kecil lipoma makin mudah eksisi dikerjakan. Disamping itu
lipoma dapat terus membesar baik kedalam kanalis spinalis maupun ke luar .
Tujuan pembedahan adalah membebaskan mileum dari perlengketan yang ada sesudah
lipoma dieksisi semaksimal mungkin. Pada umumnya pembedahan tidak sederhana karena batas
antara jaringan syaraf dan jaringan lipoma sukar dibedakan karena timbul fibrosis sehingga
diperlukan tindakan bedah mikro.
(14)
Upaya pencegahan dan mengurangi risiko terjadinya defek tuba neuralis dapat dilakukan
dengan mengkonsumsi vitamin asam folat. Konsumsi asam folat pada periode peri konsepsi
dapat mengurangi kejadian defek tuba neuralis sebesar 50% - 70%. Asam folat adalah vitamin B
yang tersedia pada bahan makanan sehari-hari seperti sayuran hijau, kacang buncis, padi, hati,
ragi, dan beberapa buah seperti jeruk. Meskipun seseorang yang mengkosumsi sayur mayur dan
daging segar akan mencerna sebanyak 2 mg setiap harinya, ternyata tidak semua wanita hamil
memperoleh asupan asam folat yang adekuat dari diet sehari-hari ini. Pada orang dewasa normal,
asupan harian yang direkomendasikan yaitu sebesar 400 mcg. dan pada wanita hamil, menyusui,
serta pada pasien dengan laju pergantian sel yang tinggi seperti pada pasien anemia hemolitik
membutuhkan asam folat sebesar 500-600 mcg atau lebih setiap harinya. Asam folat dalam
bentuk suplementasi dan bahan makanan alami ternyata memiliki perbedaan dalam hal
penyerapan dan ketersediaan didalam tubuh.
(3,5,7,14)
Wanita yang tidak merencanakan hamil dalam waktu dekat dapat mengkonsumsi asam
folat sebesar 400 mikrogram perhari, dan apabila hamil dapat dilanjutkan hingga minggu ke-12
kehamilan. Wanita yang memiliki anak dengan spina bifida, atau riwayat spina bifida atau
penyakit neural tube lain dapat mengkonsumsi 10 dosis atau 4000 mikrogram perhari selama 1-3
bulan sebelum hamil. Sumber asam folat dapat ditemukan pada buah-buahan, sayur-sayuran,
kacang-kacangan atau sereal. Hingga kini tidak diketahui mengapa asam folat dapat mencegah
spina bifida.
(3,5,7,14)
PROGNOSIS
Prognosis tergantung dari tipe spina bifida, jumlah dan beratnya abnormalitas, dan
semakin jelek apabila disertai dengan paralisis, hidrosefalus, malformasi Chiari II dan defek
kongenital lain. Dengan perawatan yang sesuai, banyak anak dengan spina bifida dapat hidup
sampai dewasa.
(7)
Mielomeningokel merupakan spina bifida dengan prognosis yang jelek. Setelah dioperasi
mielomeningokel memiliki harapan hidup 92 % ( 86 % dapat bertahan hidup selama 5 tahun).
(7)
DAFTAR PUSTAKA
1. Alexander MA. Spina Bifida. Available at http://kidshealth.org/parent/system/ill/spina_bifida.html. Accesed
on August 2007.
2. De Jong W. Sistem Saraf. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta. EGC. 2004 : 1098.
3.Ellenbogen RG. Neural Tube Defects in the Neonatal Period. Available at
http://www.emedicine.com/ped/topic2805.htm. Acceses on September 2007.
4. Driscoll J. Spina Bifida. Available at http://en.wikipedia.org/wiki/Spina_bifida. Accesed on September 2007.
5. Foster MR. Spina Bifida. Available at http://www.emedicine.com/orthoped/topic557.htm. Accesed on
August 2007
6. Griffin M. Occupational Theraphy Revision Notes. Available at http://www.otdirect.co.uk/bifida.hml.
Accesed on September 2007.
7. Herdiana Y. Asam Folat Cegah Bayi Lahir Cacat. Available at http://neuro-
ugm.com/index.php?option=com_content&task=view&id=31&Itemid=2. Accesed on August
2007.
8. Mayo Foundation for Medical Education and Research. Spina Bifida. Available at
http://www.mayoclinic.com/health/spina. Accesed on August 2007.
9. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. Spina Bifida Fact Sheet. Available
athttp://www.ninds.nih.gov/disorders/spina_bifida/ detail_spina_bifida.htm. Accesed on August
2007.
10. Rasjad C. Penyakit Lesi Medulla Spinalis. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Edisi 2. Makassar. Bintang
Lamumpatue. 2003: 273-4
11. Sadler TW. Susunan Saraf Pusat. Langman Embriologi Kedokteran. Edisi 5. Jakarta. EGC. 1993 : 141-
4, 344-6.
12. Satyanegara. Disgrafisme Spinal. Ilmu Bedah Saraf. Edisi 3. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. 1998
: 301-5
13. Schwarts SI. Neurosurgery. Principles of Surgery. 7
th
Edition. New York. 2000 : 904-22.
14. Spina Bifida Association of America. Spina Bifida. Available at
http://www.marchofdimes.com/pnhec/4439_1224.asp. Accesed on August 2007.
15. Suhadi B. Spina Bifida. Available at http://www.medicastore.com/med/ detail_pyk. Accesed on August
2007.