You are on page 1of 20

Ide-Ide Segar Sang Pencerah

Ide-ide segar dan kreatif seringkali muncul dalam tulisan sejumlah tokoh di Indonesia. Tidak
jarang, pemikiran mereka lewat tulisan mampu membuka mata banyak orang tentang keadaan
sekitar.

Lewat pembacaan keilmuan, sejumlah tokoh yang menjadi kolumnis KORAN SINDO mampu
melahirkan ide-ide baru dan solusi yang tak jarang pula membuat orang terkaget-kaget.
Padahal, berbagai tulisan yang mereka tuangkan bukanlah topik yang baru. Tak jarang pula
tulisan para penulis selama ini semata-mata untuk mengajak orang keluar dari kotak berpikir
cara lama.

Maklum, selama ini banyak orang sering terperangkap pada kotak-kotak yang telah dibentuk
pihak lain atau nilai-nilai yang lebih dulu ada. Akibat itu, masyarakat tidak bisa melihat
dengan cara di luar skema oposisi biner itu. Pendiri Rumah Perubahan Rhenald Kasali
misalnya selalu mengajak orang berpikir kreatif, tidak constraint (terbatas). Lewat tulisannya,
sosok yang digadang- gadang sebagai calon kuat rektor Universitas Indonesia ini terus
mengajak orang untuk selalu berpikir tentang perubahan positif.

Rhenald selalu mengajak pembaca berpikir bahwa langit adalah batasnya (the sky is the
limit). Inti dari semua tulisan saya adalah change (perubahan) yang perlu dilakukan, kata
Rhenald saat peluncuran buku terbarunya, Self Driving: Menjadi Driver atau Passenger? di
Auditorium Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, (2/10).
Lain lagi dengan Direktur Pascasarjana Universitas Paramadina Dinna Wisnu. Menurut dia,
sebuah tulisan dapat menjadi alat diplomasi untuk memberikan pengetahuan dan informasi
baru kepada masyarakat. Tidak mudah menyampaikan persoalan global ke dalam tulisan
sehingga orang yang membacanya cepat paham. Karena itu, terkadang saya harus menulisnya
dengan ringan. Itu cara strategi diplomasi saya dengan pembaca, urai perempuan kelahiran
Jakarta, 4 September 1976 tersebut kepada KORAN SINDO.

Sedangkan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin
Hidayat menjelaskan bahwa segala sesuatu yang berada di sekitar masyarakat merupakan
kumpulan teks yang menarik untuk disajikan dalam sebuah tulisan. Apa yang kita jalani,
kita dengar, dan kita lihat semua merupakan teks yang menarik dibaca dan diambil pesannya
untuk memperkaya wawasan hidup, kata Komaruddin. Karena itu, tak heran jika setiap hari
Komaruddin minimal membuat satu tulisan yang inspirasinya berasal dari aktivitasnya sehari-
hari, baik terkait pendidikan, sosial, politik, maupun agama.
Sementara Firmanzah, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi yang juga salah satu calon
rektor UI ini, dikenal sebagai sosok yang konsisten memberikan ulasan akurat terkait sektor
ekonomi dalam tulisan.

Pemuda yang biasa disapa Fiz ini sosok dinamis, di usia 38 tahun dia sudah mencatatkan
sejumlah prestasi tinggi. Mulai tercatat sebagai dekan Fakultas Ekonomi termuda di UI
hingga mendapatkan gelar guru besar termuda ketika dikukuhkan pada 18 Agustus 2010.
Saya tidak hanya menulis ulasan tentang keadaan ekonomi sekarang, namun juga tentang
bagaimana masyarakat melihat perekonomian ke depan, kata Firmanzah.

Satu lagi sosok piawai yang kerap menyajikan tulisan-tulisan ringan yang mudah dicerna,
namun tetap berbobot ialah Sarlito Wirawan Sarwono. Ketika menulis saya memosisikan
sebagai pembaca. Saya harus membuat pembaca mengerti apa yang saya sampaikan dalam
tulisan, ujar Sarlito.

Selanjutnya ada Budi Frensidy, sosok yang mempunyai spesialisasi di bidang keuangan,
akuntansi, dan matematika. Di tengah kesibukan Budi yang sudah melansir 12 buku (7 cetak
dan 5 e-book) rutin menulis untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat khususnya di
bidang keuangan. Tulisan-tulisan saya di antaranya bertujuan agar masyarakat melek
finansial dan paham tentang masalah keuangan, kata Budi.

Hal yang nyaris serupa juga diperlihatkan Yuswohady. Menurut pakar marketing ini, menulis
bukan sebatas berbicara tentang bakat, tapi aktivitas produktif ini lebih pada passion. Saya
menulis sesuai dengan kapasitas saya di bidang marketing. Ide-ide menulis itu datang ketika
saya bertemu dan berbincang leader, CEO, atau klien bisnis, ucap pria yang sejak 1999
sudah menulis 50 buku best seller.

Lain lagi dengan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD yang kerap
menyajikan tulisan-tulisan yang sejatinya berada di ranah hukum, tetapi bisa diramu dengan
bahasa yang lugas. Mahfud mampu mencurahkan ide-ide segar dalam setiap tulisan dan
mampu melihat dengan kacamata keilmuan tentang keadaan sekitar.

Kiprah para kolumnis KORAN SINDO dalam memberikan pencerahan lewat tulisan seperti
diungkapkan pakar psikologi Hongaria Mihaly Csikszentmihalyi adalah para individu kreatif
yang memiliki kepribadian untuk terus-menerus bertarung dan selalu mencoba sesuatu
yang baru. Tak heran jika para kolumnis ini memiliki tingkat energi yang luar biasa dalam
berkonsentrasi. Mereka mampu menyumbangkan pemikiran untuk memecahkan masalah
lewat pemikiran yang dituangkan dalam tulisan.
Menariknya, para kolumnis ini mampu melihat kondisi sekitar dengan menelurkan ide-ide
segaryang belum pernah tercetus oleh orang lain dan ide itu bukan sekadar mimpi di siang
bolong. Ide-ide itu tidak muncul begitu saja, tetapi hasil olahan inspirasi dan pengetahuan
yang diperoleh dari lingkungan. Tak berlebihan jika para kolumnis KORAN SINDO ini pantas
disebut sebagai sang Pencerah. islahuddin/nafi muthohirin/yani a













Catatan Harian sang Profesor



Tidak ada hari tanpa mencatat dan menulis. Itulah salah satu gambaran yang tecermin dari
sosok Sarlito Wirawan Sarwono, guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
(FPUI).

Dia selalu ditemani buku kecil atau kertas yang menjadi tempat pertama menulis pokok-
pokok ide dan pikiran. Ditemui di Ruang Guru Besar FPUI, 3 Oktober lalu, pagi itu Sarlito
terlihat sehat di usianya yang 70 tahun. Hari itu Sarlito memulai kegiatan ke luar rumah pada
pukul 08.30 WIB. Agenda pertamanya hari itu adalah mengajar di FPUI. Setiap hari Sarlito
mengaku rata-rata mengawali keluar rumah pada pukul 08.00 WIB.

Pada hari kerja dia akan banyak mengisi hari di luar rumah hingga kira-kira pukul 19.00
WIB. Saya adalah orang yang mudah untuk tidur. Jika sampai di rumah jam tujuh malam,
maka jam 19.30 saya bisa terlelap. Jika ada acara talkshow televisi yang menarik saya
mencoba menunggu untuk melihat, urai Sarlito kepada KORAN SINDO. Lalu pada dini hari,
Sarlito terbiasa bangun pada pukul 03.00.

Dia mulai melakukan pekerjaan di depan komputer. Mulai dari membalas e-mail hingga
menuangkan ide dalam tulisan-tulisan yang akan dipublikasikan di media massa maupun
tulisan ilmiah. Pada pagi hari di saat dunia masih hening, Sarlito mudah menuangkan tulisan.
Bahan tulisan yang dibuatnya biasanya dari pengalaman selama satu hari penuh. Dia juga
sudah sejak lama menulis buku harian.

Saat ini dengan adanya komputer saya bisa mengetahui pekerjaan yang dilakukan dua tahun
yang lalu. Jika saya ingin mengetahui agenda yang dilakukan di sebuah tempat pada beberapa
tahun lalu, cukup dengan mencari kata yang diinginkan, papar Sarlito. Kegiatan menulis
Sarlito akan berhenti pada pukul 06.00 atau pukul 07.00 WIB saat dia akan sarapan pagi.

Berbagai berita mulai dari CNN hingga infotainment akan menemani Sarlito sarapan pagi.
Info terbaru, termasuk di dunia selebritas, menurut Sarlito akan mudah digunakan sebagai
sarana menyampaikan ide kepada masyarakat, termasuk kepada para mahasiswanya. Karena
itu tidak aneh jika dia mengaku tidak pernah kehabisan ide untuk menulis.

Di Indonesia sangat jarang seorang guru besar bisa melahirkan tulisan-tulisan ringan yang
mudah dicerna sebagaimana karya Sarlito. Di tengah karya ilmiah yang sudah dihasilkan,
Sarlito sudah akrab dengan tulisan media massa sejak 1972 yang kala itu dia menjadi penulis
tetap di sebuah harian nasional. Tidak hanya menulis di koran, Sarlito telah melanglang
melalui tulisan di majalah remaja, keluarga, hiburan hingga lifestyle.

Tidak mengherankan jika tulisannya mudah dicerna dan menggunakan bahasa sehari-hari
nyaris tanpa bahasa ilmiah walaupun banyak pelajaran di dalamnya. Sarlito tidak membatasi
bahasan yang akan dia tulis baik itu yang berhubungan dengan politik, budaya, agama, sains,
maupun administrasi. Walaupun beragam, tulisan yang dihasilkan selalu berkaitan dengan
psikologi.

Ada kritik yang sering disampaikan dalam tulisannya, baik itu kritik sosial maupun
keagamaan. Kritik umumnya ditujukan pada perilaku. Sebagai contoh, banyak perilaku
keagamaan masyarakat yang tidak berkaitan bahkan bertentangan dengan ajaran agama yang
dianutnya. Psikologi tidak hanya berhubungan dengan jiwa dan perasaan, tetapi juga
perilaku, tambah Sarlito.

Sarlito tidak hanya piawai dalam menulis, dia pernah lama terlibat dalam acara televisi dan
radio. Pada dekade 1980-an Sarlito pernah aktif di Radio Prambors yang kala itu banyak
membicarakan perilaku seksual remaja. Semua pikiran yang disampaikan melalui media di
antaranya mempunyai misi untuk memasyarakatkan psikologi. Saat ini psikologi sudah
banyak dibicarakan masyarakat. Bahkan menurut sebuah penelitian, Indonesia menjadi
negara kedua yang masyarakatnya paling banyak membicarakan psikologi setelah Brasil.
Saat ini Sarlito selain mengajar di beberapa kampus juga menjadi penasihat di sejumlah
instansi penting seperti Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Pemahamannya tentang
masyarakat bisa membantu kepolisian untuk berhubungan dengan masyarakat. Saat ini Polri
relatif lebih baik dibandingkan zaman-zaman sebelumnya dalam menangani masyarakat,
khususnya ketika dihadapkan pada situasi yang menuntut mereka berhadapan dengan
masyarakat.
Ide Sarlito tidak hanya diproduksi pada hari-hari kerja. Saat akhir pekan dan berkumpul
dengan keluarga pun banyak ide yang muncul seperti ide dari tingkah laku para cucunya yang
bisa ditinjau dari sisi psikologis. Pada akhir pekan pun dia akan mencatat lewat catatan
hariannya. islahuddin
























Mengajari Burung Dara Jadi Rajawali


Dia sering memberikan materi kuliah kepada mahasiswa dengan cara yang tidak biasa.
Istilahnya out of the box. Begitulah gaya guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Rhenald Kasali. Misalnya dia meminta para mahasiswa yang sama sekali belum pernah ke
luar negeri untuk pergi ke negara lain. Dia malah menyuruh mahasiswanya pergi ke negara-
negara di dunia yang tidak bisa bahasa Indonesia.

Saya minta mereka pergi ke seluruh dunia kecuali Singapura dan Malaysia karena keduanya
mirip dengan Indonesia, kata Rhenald kepada KORAN SINDO dalam acara peluncuran buku
terbarunya Self Driving, Menjadi Driver atau Passenger? di Auditorium FEUI (2/10). Cara
seperti itu Rhenald lakukan karena dia yakin anak-anak Indonesia memiliki potensi yang
sangat luar biasa.

Selama ini, menurut Rhenald, anak-anak Indonesia ibarat rajawali yang telanjur percaya
bahwa dirinya hanyalah burung dara. Karena itu, mereka harus dilepas dari belenggu,
berusaha untuk berubah, dan melepaskan diri dari belenggu tersebut. Hal ini juga berlaku
bagi para orang tua yang harus belajar untuk tidak membelenggu diri sendiri dan anak-anak
mereka.

Rhenald misalnya pernah meminta 30 mahasiswanya pada mata kuliah pemasaran
internasional untuk pergi ke luar negeri sendirian, tidak boleh ditemani siapa pun. Mereka
juga harus mampu menyiasati dana yang minim hingga mencari solusi untuk bertahan di
negara orang. Setelah beberapa hari di negeri orang, mereka pun pulang dengan berbagai
pengalaman yang berharga mulai dari pengalaman tidak mempunyai pulsa untuk
menghubungi kenalan, sedihnya saat menemukan diri mereka menjadi seorang minoritas,
atau pengalaman berharga saat naik kapal pesiar gratis.

Lalu Rhenald meminta mereka berbagi pengalaman melalui tulisan. Tidak semua mahasiswa
yang pergi terbiasa menulis, tetapi Rhenald tetap meminta mereka membukukan semua kisah
berharga itu untuk orang lain. Dengan sedikit paksaan, mereka akhirnya mampu
menyajikan tulisan dengan baik. Terbukti, para mahasiswa yang diminta Rhenald nyasar
ke luar negeri mampu mengungkapkan pengalaman mereka dalam buku berjudul 30 Paspor
di Kelas sang Profesor.

Gaya Rhenald dalam mengajar mampu membangkitkan kemampuan para mahasiswanya
untuk menulis. Menurut Rhenald, semua orang perlu ditantang untuk menyelesaikan ujian
hidup yang sebelumnya tidak pernah mereka rasakan. Prestasi tidak akan pernah tercapai jika
hanya mengandalkan ceramah di dalam kelas atau nilai-nilai di atas kertas. Sebagai seorang
guru besar, dia merasa berkewajiban mendekatkan mahasiswa dengan realitas dan tantangan
dalam dunia nyata.

Rhenald juga memosisikan dirinya dekat dengan semua mahasiswanya agar bisa lebih efektif
memberikan materi pembelajaran. Saya memosisikan sebagai teman mereka, kata Rhenald.
Model pembelajaran yang diberikan Rhenald semata-mata bertujuan untuk memberikan
semangat perubahan. Semangat ini juga yang menjadi visi utamanya dalam setiap tulisan
yang dia sampaikan kepada publik, baik melalui media massa maupun buku-buku yang
diterbitkannya.

Pola pembelajaran yang diterapkan Rhenald ternyata banyak mendapatkan apresiasi.
Pemerhati anak Seto Mulyadi misalnya menyebutkan ini merupakan cara mendidik baru yang
perlu diapresiasi. Mampu mendobrak cara berpikir lama dan memacu kemampuan bertindak
dari apa yang dipikirkan. Satu langkah kreatif yang patut dikembangkan pada sistem
pendidikan bagi anak-anak kita di Tanah Air.

Semangat itu juga terlihat pada tulisan-tulisan Rhenald yang dipublikasikan melalui KORAN
SINDO setiap Kamis. Salah satu perubahan penting yang menurut Rhenald perlu terjadi di
Indonesia adalah perubahan seseorang dari passanger menjadi driver. Rhenald membagi
passanger dalam dua kelompok, yaitu good passanger dan bad passanger. Begitu juga
dengan driver. Rhenald menyebutkan selama ini jumlah driver di Indonesia tidak sampai
2%.

Padahal untuk bisa bersaing dengan negara lain perlu setidaknya 20% driver yang memimpin
perubahan. Karena itu Rhenald mengenalkan konsep self driving di mana menurut dia bangsa
yang hebat adalah a driver nation yang hanya bisa dihasilkan dari pribadi yang disebut driver
yang selalu haus untuk melakukan perubahan. islahuddin/yani a
Berbagi Pemikiran lewat Tulisan


Di tengah kesibukannya dia masih memiliki waktu untuk menulis dan menjelaskan berbagai
fenomena ekonomi dan keuangan.

Baginya, pengabdian tidak berhenti pada peran penting yang dia lakoni saat ini, tetapi juga
bagaimana berbagi ilmu dan informasi dengan masyarakat umum. Begitulah pandangan
Firmanzah (Fiz), Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi. Wajar jika dia kerap menulis
perihal sektor ekonomi baik kebijakan pemerintah, pembangunan, infrastruktur maupun
ulasan atas laporan lembaga nasional dan internasional yang berhubungan dengan ekonomi.

Sebagai staf ahli presiden, Fiz selalu memberikan analisis dan kajian tentang ekonomi kepada
pemimpin negara. Dia juga sering diminta pertimbangan oleh presiden. Fiz juga rutin
memberikan kajian walaupun tidak diminta, misalnya saat Badan Pusat Statistik (BPS)
mengeluarkan laporan, dia selalu memberikan kajiannya kepada presiden.

Begitu juga jika lembaga internasional mengeluarkan laporan tentang perkembangan terbaru.
Saya juga masih tercatat sebagai pengajar di Universitas Indonesia, tetapi saat ini sebagian
besar waktu banyak diluangkan di Istana. Saya harus siap ketika presiden memerlukan, kata
Fiz kepada KORAN SINDO kemarin.

Untuk memberikan ulasan dalam bentuk tulisan di media massa, khususnya di KORAN
SINDO, Fiz biasanya meluangkan waktu di akhir pekan. Tulisan yang disampaikan ke media
tentunya berbeda dengan reviu yang disampaikan kepada presiden. Kepada publik Firmanzah
banyak memberikan uraian masalah ekonomi. Tulisan-tulisannya yang terus mengalir
tersebut membuat masyarakat mengetahui lebih dalam tentang masalah ekonomi yang saat ini
sedang dihadapi, termasuk sejumlah pencapaian yang sudah dilakukan. Bukan hanya reviu
tentang ekonomi, tetapi juga prediksi perekonomian ke depan.
Sebagai staf khusus presiden, masa jabatan Fiz akan berakhir pada 20 Oktober bersamaan
dengan berakhirnya era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Baginya lahan pengabdian
selalu terbentang luas, tidak hanya di Istana. Saat ini dia sedang mencalonkan diri untuk
menjadi rektor UI. Saya ingin UI mempunyai frekuensi yang sama dengan MIT atau
Harvard, kampus kelas dunia, jelasnya.

Sosok muda lain yang juga tidak pernah berhenti menghasilkan karya adalah Budi Frensidy.
Berbeda dengan Fiz, Budi mempunyai spesialisasi di bidang keuangan, akuntansi, dan
matematika. Kesibukan Budi selain dosen di UI, juga mempunyai dua lembaga konsultan
yang bergerak di bidang keuangan serta aktif di organisasi profesi.

Di tengah kesibukannya yang padat, Budi rutin menulis baik berupa buku maupun artikel di
KORAN SINDO. Tulisan- tulisan saya di antaranya bertujuan agar masyarakat melek
finansial dan paham tentang masalah keuangan, kata Budi kepada KORAN SINDO kemarin.
Menurut Budi, bukan hanya orang yang hendak berinvestasi saja yang harus mengerti
masalah finansial, tetapi juga mereka yang berhubungan dengan instansi keuangan seperti
perbankan.

Saat ini banyak bank yang tidak terbuka dengan produk yang mereka tawarkan kepada
konsumen sehingga nasabah kerap tertipu. Misalnya, saat pengajuan kredit, nasabah kerap
sekali tidak sadar bahwa mereka telah dikenai bunga yang tinggi. Masyarakat juga perlu
melek bunga seperti pada produk deposito atau produk perbankan lain.

Di Indonesia akses pada dana perbankan sangat terbatas sehingga ketika orang mendapatkan
kredit telanjur gembira tanpa melihat bunga yang dibebankan kepada mereka, urai Budi
yang pernah menulis artikel berjudul Matematika Keuangan-Jebakan Deposito Dual-
Currency.

Di bidang asuransi misalnya, masyarakat banyak yang tidak mengerti apakah produk hanya
menawarkan investasi atau dengan proteksi, padahal keduanya sesuatu yang berbeda.
Asuransi yang menawarkan investasi dan proteksi secara bersamaan kadang nilai
investasinya kecil karena banyak dipergunakan untuk proteksi.

Masalah-masalah mendasar ini perlu diketahui agar masyarakat tidak terjebak. Karena itu
lewat tulisan yang disampaikan, dia berharap masyarakat bisa lebih memahami berbagai
informasi tentang dunia keuangan. islahuddin
Berdiplomasi melalui Rangkaian Kata


Sejarah mengakui bahwa tulisan memiliki kekuatan tersendiri untuk memengaruhi pandangan
publik. Tapi, tak semua artikel bermaksud mendoktrin perspektif mereka, cukup
memberikan informasi dan pengetahuan baru.

Lebih dari itu, tulisan juga bisa menjadi alat diplomasi antara penulis dan pembaca.
Diplomasi dalam artikel ini bukan memiliki arti sebagai sebuah seni dan praktik negosiasi
politik. Tidak muluk-muluk, diplomasi di sini dimaksudkan sekadar memberi informasi dan
pengetahuan baru yang disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan tidak membosankan.

Bagi Direktur Pascasarjana Universitas Paramadina Dinna Wisnu, tulisan dapat menjadi alat
diplomasi guna memberikan pengetahuan dan informasi baru kepada masyarakat. Ini
bertujuan untuk merasakan kedekatan antara penulis dan pembaca. Karena itu, adakalanya
seseorang harus menulis tema berat, tapi disajikan dengan gaya tulisan yang ringan, tapi
terkadang juga bisa sebaliknya.

Kebiasaan menulis sudah tertanam sejak saya masih kuliah. Saat itu demi mengasah
keterampilan menulis, saya direkomendasikan orang tua supaya kerja di bidang jurnalis.
Jangan heran saya juga bisa nulis tentang musik, fashion, hingga yang berat seperti tema
ekonomi, politik, dan hubungan internasional, ungkap lulusan sarjana Hubungan
Internasional Universitas Indonesia (UI) pada 1998 tersebut kepada KORAN SINDO.

Meski aktif di dunia wartawan hanya dua tahun (1996-1998), setelah itu Dinna tetap aktif
menulis. Saat itu dia ikut merintis berdirinya LSM National Democratic Institute (NDI)
dengan karier awal sebagai asisten program dan terakhir menjabat sebagai direktur program
di usia yang masih relatif muda dibanding aktivis NDI lain. Di kerja barunya itu dia dituntut
untuk aktif melahirkan tulisan dengan gaya analisis-teoritik.

Karena kompetensi keilmuannya ialah hubungan internasional, berbagai tulisannya juga tak
lepas dari isu-isu global. Dinna mengaku inspirasi menulisnya datang dari sejumlah hal yang
terjadi, baik peristiwa di tingkat lokal maupun internasional. Biasanya peristiwa yang tengah
jadi tren di dunia internasional, tapi belum cukup dipikirkan di Tanah Air. Itu bisa menjadi
bahan tulisan awal, yang kemudian dikontekstualkan dengan problem di dalam negeri,
ungkap lulusan magister dan doktoral Ilmu Politik di Ohio State University, Amerika Serikat
(AS) pada 2001-2007.

Selain itu, berbagai tulisannya juga terkadang terinspirasi dengan persoalan yang terjadi di
tingkat lokal, baru kemudian dikomparasikan dengan peristiwa yang mirip di berbagai
negara. Tulisan dengan gaya perbandingan seperti itu, dalam kacamata Dinna, lebih mudah
dipahami masyarakat. Tak hanya itu, substansi tulisan juga lebih kaya data sehingga orang
mampu berpikir tentang kejadian yang dimaksud di dalam tulisan. Seperti banyak tulisannya
yang mengulas tentang pemilihan presiden beberapa waktu lalu.
Dinna kerap mengambil isu politik lokal, lalu dia analisis kejadiannya berdasar peristiwa-
peristiwa internasional. Melihat perkembangan politik dan demokrasi di dalam negeri,
pengamat hubungan internasional ini mengatakan, terdapat kemajuan yang signifikan dalam
partisipasi publik di panggung politik.

Terlepas dengan kompleksitas yang terjadi, demokrasi Indonesia mendapat apresiasi yang
besar di pusaran masyarakat internasional. Sementara di tingkat negara-negara Asia
Tenggara, Indonesia menjadi negara terdepan yang mempraktikkan demokrasi secara baik.
Semakin tahun partisipasi masyarakat terhadap berbagai isu politik semakin tinggi, terlebih
dengan kemunculan gerakan lewat media sosial.

Jika kita mengikuti pandangan masyarakat Indonesia, keberhasilan demokrasi kita hanya
diukur lewat sejauh mana masyarakat merasakan kesejahteraan. Tapi, jika merujuk
pandangan global, demokrasi itu sendiri merupakan suatu proses. Ketika seseorang masih
bertahan mencari segala macam solusi lewat berbagai cara-cara berdemokrasi, itu prestasi,
tutur Dinna.

Ketika pikiran sedang mood, Dinna mengaku bisa menyelesaikan satu tulisan dengan hanya
satu jam. Tapi jika sedang banyak pekerjaan dan badan lelah, satu tulisan bisa berhari-hari
baru selesai. Untuk menyiasati waktu produktif itu, Dinna harus meluangkan waktu untuk
berkonsentrasi, mengumpulkan data terlebih dahulu, dan baru kemudian merangkainya
menjadi satu tulisan yang menarik.
Selain aktivitas kesehariannya dipenuhi agenda mengajar, mengisi seminar, berdiskusi, dan
menulis, dia juga aktif berkebun di rumahnya. nafi muthohirin





























Peristiwa adalah Teks Tulisan


Setiap peristiwa kehidupan dapat menjadi sumber tulisan. Sebab segala kejadian yang muncul
setiap hari bisa diibaratkan sebagai sebuah teks yang menarik untuk diamati dan diambil
pesannya lewat kerangka tulisan. Hanya saja tak banyak orang yang mengerti hal ini dan
menjadikan setiap peristiwa itu sebagai angin lalu yang lewat begitu saja.

Ya, hanya sedikit orang yang bisa menyimpulkan pesan alam tersebut melalui tulisan
menarik. Setiap hari begitu banyak peristiwa kehidupan yang bisa ditulis, dimaknai sebagai
bahan pembelajaran, perenungan, dan pencerahan setiap orang. Setiap hari minimal satu
tulisan yang saya tulis. Inspirasi tulisan biasanya berasal dari aktivitas saya setiap hari, bisa
mengenai pendidikan, sosial, politik maupun agama, kata Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat kepada KORAN SINDO, Jumat
(3/9).

Bagi alumnus doktoral Middle East Technical University (METU), Ankara, Turki ini,
menulis adalah sarana untuk menjaga persahabatan intelektual dengan ilmu pengetahuan.
Dengan menulis, pengetahuan baru bisa didapatkan dan sekaligus memberi pengetahuan baru
bagi masyarakat secara luas. Lebih dari itu, meski kecil nilainya, hal ini dapat menjadi
sumbangsih dalam pendidikan masyarakat. Dengan membiasakan menulis, kita terlatih
untuk bertanggung jawab atas apa yang kita sampaikan kepada publik. Karena sekali
diekspos, tulisan itu telah menjadi milik publik, ucap Komaruddin.
Para peneliti, ilmuwan, dan kolumnis biasanya untuk mencari ide atau bahan tulisan harus
berkonsentrasi lama di depan laptop. Tapi bagi pria berusia 60 tahun tersebut, tak perlu
berlama-lama memelototi komputer atau membolak-balik buku tebal. Inspirasi menulisnya
bisa datang dari mana saja. Ketika di mobil, rapat, mengajar, bahkan saat bermain-main
dengan cucu, ide menulis itu akan muncul dengan sendirinya. Namun sebagai salah satu
tokoh bangsa, beberapa tahun ini tulisannya banyak dilatarbelakangi problematika
kebangsaan. Banyak artikelnya yang tersebar di beberapa media massa yang membahas
pendidikan, kemiskinan, pengangguran, dan masalah politik yang gaduh.

Selain Komaruddin, sosok lain yang kerap menuangkan ide-idenya melalui tulisan menarik
adalah Safir Senduk. Karena aktivitasnya sebagai perencana keuangan, berbagai tulisannya
yang tersebar di banyak media massa pun tidak lepas dari persoalan tersebut. Safir
mengatakan, ide-ide tulisannya bersumber dari intensitasnya bertemu dengan banyak orang,
klien, atau keluarga yang berkonsultasi mengenai keuangan mereka.

Sudah 16 tahun saya bekerja di kantor perencanaan keuangan, yang berarti banyak juga
memberi saran kepada keluarga yang datang untuk konsultasi mengenai pengelolaan uang
mereka, kata Safir kepada KORAN SINDO kemarin. Selain itu, inspirasi tulisannya juga
banyak yang bersumber dari keterlibatannya di berbagai seminar dan pertemuan.

Dia kerap menemui orang-orang yang berpenghasilan besar, tapi mereka bingung untuk
berinvestasi. Ada yang bekerja sebagai dokter, konsultan perusahaan minyak dan gas (migas),
dan keluarga pengusaha. Mereka mengalami kesulitan untuk mengatur hartanya yang banyak.
Nah, salah satu inspirasi tulisan-tulisan saya datang dari orang-orang yang hanya berani
berinvestasi secara konservatif seperti ini. Ada saja ragam persoalannya, jadi tak habis idenya
untuk menelurkan banyak tulisan yang lain, tutur pria kelahiran Jakarta, 19 Desember 1973,
tersebut.

Meski tak punya jam-jam khusus untuk menulis, dia menyebutkan bahwa prinsip dasar setiap
orang untuk membuat tulisan yang bagus ialah tidak menulis ketika keadaan lelah, sakit, dan
mengantuk. Saya juga tidak bisa menulis ketika baru bangun tidur. Tapi sesudah satu atau
dua jam, itu biasanya lebih dapat mood menulis, urai Safir.

Bagi Safir, menulis akan lebih cepat dapat mengerjakannya jika diiringi dengan musik-musik
pop yang berlirik gembira. Pasalnya, iringan lagu tersebut dapat memengaruhi kesegaran
pikiran, menghilangkan rasa jenuh, dan bagi beberapa orang justru mendengarkan musik bisa
menyelesaikan pekerjaan lebih cepat.

Mendengarkan musik saat menulis itu menjadi kebiasaan saya. Selain itu saya sering
menulis itu ketika sedang di restoran atau kafe, konsentrasinya bisa lebih dapat, papar pria
yang sudah menulis 10 buku sejak 1999 sampai sekarang ini. nafi muthohirin
Menyusun Kata Motivasi


Motivator ulung tidak hanya bisa memotivasi masyarakat saat bertatap muka langsung. Perlu
keahlian lain yang bisa dipergunakan untuk memotivasi orang meski hanya lewat tulisan.

Pola inilah yang dilakukan Andrie Wongso untuk memotivasi pembaca. Dia memotivasi
dengan memunculkan semangat untuk perbaikan di masa mendatang hingga melalui kisah
dan cerita inspiratif. Klasifikasi tulisan motivasi Andrie misalnya terlihat jelas di situs
resminya andriewongso.com. Dia menulis cerita motivasi, cerita kesuksesan, catatan Andrie
Wongso hingga quote of the day.

Tulisan telah menjadi salah satu senjata andalan Adrie dalam memotivasi masyarakat
Indonesia. Tujuan dari motivasi adalah perubahan yang terjadi pada masyarakat, baik
perubahan cara berpikir atau bertindak. Pada sebuah artikel yang berjudul Berpikir Besar,
Bekerja Setiap Hari, misalnya, Andrie menekankan perlunya berpikiran besar, tetapi tetap
harus melakukan aksi-aksi kecil setiap hari. Sebab perubahan besar tidak bisa terjadi tanpa
adanya aksi nyata. Think big, act small everyday. Berpikirlah besar dan bekerja setiap hari.
Lakukan, selesaikan, dan menangkan hal-hal kecil, demikian motivasi Andrie kepada
pembaca.
Andrie tidak pernah lelah untuk memotivasi. Sejumlah media bisa dipergunakan dengan
maksimal. Media sosial termasuk sarana yang banyak dipergunakan Andrie. Akun Twitter-
nya penuh dengan kicauan motivasi. Hampir tidak ada hari tanpa kicauan dari Andrie. Di
sini Andrie selalu berbagi dengan para follower-nya.
Dari semua tulisan Andrie dalam berbagai media yang dipergunakan, motivasi adalah visi
utamanya. Dia tidak pernah lelah menghadirkan harapan dan membangkitkan semangat saat
pembaca lelah atau berada dalam dilema kehidupan.

Andrie tidak segan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang disampaikan, baik melalui
Twitter atau situs yang dikelolanya. Dalam situsnya, ada ratusan pertanyaan dengan berbagai
masalah yang dijawab Andrie. Solusi yang diberikannya lebih sebagai peningkatan semangat
agar pembaca bisa menemukan jalan keluar dari persoalan.

Untuk tulisan di KORAN SINDO, Andrie sering menyertakan The Cup of Wisdom di akhir
tulisan. Seperti pada tulisan yang dipublikasikan pada 22 September lalu Andrie menulis,
Banyak orang yang merasa berbuat baik saja tidak cukup. Sebab di dunia ini selalu ada
hitam, putih, dan abu-abu sehingga kadang niat baik saja tidak cukup untuk meraih
kesuksesan. Andrie berharap semakin banyak orang Indonesia yang sukses dalam
kehidupannya. islahuddin























Menulis Bukan Bakat, tapi Konsistensi


Tak banyak orang yang mau membaktikan dirinya dengan kebiasaan menulis. Sebab aktivitas
ini mudah membuat orang bosan, capai, dan pusing karena harus berlama-lama duduk dan
berkonsentrasi merangkai kata.

Hanya orang-orang yang punya ketekunan kuat untuk menuangkan ide menjadi sebuah
tulisan. Hal inilah yang dirasakan pengamat marketing Yuswohady. Meski sudah mendalami
dunia tulis-menulis 15 tahun, dia masih merasa bahwa berbagai tulisannya yang tertuang di
banyak media massa, buku maupun jurnal ilmiah belum cukup sempurna. Menurut dia,
artikel yang bagus adalah tulisan yang mampu menggambarkan realitas berdasarkan fakta
dan dapat dipahami pembaca. Karena itu, selama ini berbagai tulisan Yuswohady yang
muncul di banyak media selalu berdasarkan atas pembacaannya terhadap perkembangan
bisnis di Indonesia.
Terakhir, pria lulusan magister jurusan keuangan di Universitas Indonesia (UI) ini menulis
buku bertajuk Marketing to the Middle Class Muslim. Menurutnya, Indonesia sebagai salah
satu negara berkembang memiliki tingkat pertumbuhan kelas menengah baru yang cukup
signifikan. Hampir setiap tahun tingkat pertumbuhan kelas menengah baru di Indonesia
mencapai 7 juta-9 juta jiwa. Karena penduduk dalam negeri mayoritas adalah muslim,
berarti sekitar 90% kelas menengah baru tersebut adalah muslim. Nah, ide-ide menulis saya
bermula dari pembacaan saya terhadap realitas sosial di dunia bisnis, ungkap Yuswohady
kepada KORAN SINDO, Kamis (2/10).

Selain itu, berbagai tulisan Yuswohady juga menyoroti perkembangan kelas menengah yang
kini aktif bergerak di dunia usaha. Sayangnya, kata dia, berbagai UMKM yang sudah berjalan
belum banyak dukungan dari pemerintah.
Kehidupan pria ini banyak diwarnai dengan inspirasi. Setiap hari ide dan inspirasi selalu
muncul dan tertanam di pikiran, hanya tak semua gagasan itu bisa dituangkan ke dalam
tulisan. Hidup saya setiap hari mencari inspirasi. Karena menulis sudah menjadi bagian dari
pekerjaan saya dan inspirasi itu akan hilang jika kita tidak menuangkannya ke dalam tulisan.
Saya harus lebih pintar dari klien, jadi untuk lebih pintar saya harus membaca, mengamati,
dan menulis, kata dia.

Meski banyak orang yang melihat bahwa kebiasaan menulis itu menjenuhkan, bagi
Yuswohady justru sebaliknya. Jika dalam satu minggu tidak menulis rasanya ada yang
kurang. Dia memiliki waktu produktif tersendiri untuk menuangkan inspirasinya ke dalam
tulisan. Selain pagi, biasanya dia lebih nyaman menulis atau membaca buku ketika berada di
pesawat. Karena saya sering naik pesawat, jadi di dalam saya manfaatkan untuk membaca
buku atau menulis, urai pendiri Center for Middle-Class Consumer Studies (CMCS) ini.

Banyak orang yang memiliki ide besar, tapi itu hanya berhenti di obrolan seminar atau
diskusi. Akhirnya gagasan tersebut tidak akan berlanjut karena mereka tidak mau
meluangkan sedikit waktunya untuk mewujudkan ide dan gagasannya tersebut melalui tulisan
yang bisa dipahami banyak orang.

Menulis itu bukan terkait bakat, tapi tentang konsistensi. Kadang kita punya banyak ide, tapi
karena kesibukan sehingga waktu untuk menulis ide-ide yang menggumpal di otak itu tidak
sempat dituangkan ke dalam tulisan. Makanya keinginan meluangkan waktu untuk menulis
itu harus sedikit dipaksakan, katanya lagi.

Menulis sudah menjadi passion tersendiri bagi Yuswohady. Sejak kuliah di Teknik Mesin
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dia telah aktif di pers kampus. Hampir setiap
hari waktunya banyak dihabiskan untuk mencari dan menulis berita tentang problematika
kampus. Tak sedikit tulisannya juga mewarnai media massa di sekitar Yogyakarta saat itu.

Selain aktif menulis, ketika mahasiswa dia juga kerap berkumpul dengan para aktivis gerakan
ekstra kampus di UGM. Karena kesibukannya terhadap dunia aktivis dan menulis itu,
kelulusan Yuswohady terbilang telat. Meski begitu, dia tetap bersyukur karena nilai-nilai
aktivisnya sampai saat ini masih melekat.

Saat ini dia juga mendirikan Komunitas Memberi, sebuah perkumpulan yang berkontribusi
menyumbangkan inspirasi, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki para profesional dan
pelaku bisnis kepada para pelaku UKM atau industri kreatif. nafi muthohirin

You might also like